Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat
nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah dari mata kuliah Pancasila.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari dari makalah ini adalah :
1. Bagaimana Konstitusi Diawal Kemedekaan Sampai Sekarang.?
2. Bagaimana Hubungan Pancasila Dengan UUD 1945 .?
3. Bagaimana Bhineka Tunggal Ika Sebagai Salah Satu Pilar Tegaknya NKRI?
4. Apa Berbedaan Demokrasi Pancasila Dan Demokrasi Liberal?.
5. Bagaimana Pelaksanaan Demokrasi Di Indonesia Dari Era Orde Nlama, Orde
Baru Sampe Orde Reformasi?.
6. Bagaimana Pengadaan Pilkada Serentak Sebagai Wujud Pelaksanaan
Demokrasi Di Indonesia.?
7. Bagaimana Analisa Tentang Hak Dan Kewajiban Wni Dalam Uud 1945 ?
8. Bagaimana Supremasi Hukum Indonesia Diera Orde Baru Dan Orde
Reformasi.?
9. Bagaimana Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia.?
10. Apakah Indonesia Adalah Negara Hukum.?
11. Bagaimana Pelaksanaan Ham Di Indonesia.?
12. Bagaimana Konstitusi Negara Ri Dipandang Dari Hukum Islam.?
13. Bagaimana Proses Dewan Perwakilan Rakyat Ri Dan Fungsinya Dalam
Penyelenggaraan Negara.?
14. Bagaimana Pelaksanaan Pilpres, Pileg Kab/Kota/Prov Dan Pil Dpd Sebagai
Implemetasi Dari Politik Demkrasi?
BAB 2
PEMBAHASAN
Negara indonesia adalah suatu negara yang telah merdeka dan diakui oleh
internasional, sebagaimana kita ketahui bahwa yang dinamakan dengan negara
pastilah memiliki atau menganut suatu aturan hukum yang tertinggi dan aturan
ini sering disebut dengan Konstitusi suatu negara baik berupa aturan hukum
tertinggi yang bersifat flaksibel maupun rigid dan aturan tetinggi ini pastilah
berbeda-bedapula antara suatu negara dengan negara lainnya. Begitu juga
dengan indoensia memiliki konstitusi yang Dinamakan Undang-Undang Dasar
tahun 1945 atau disingkat dengan UUD 1945 1[1]. dan harus kita ketahui sejarah
perjalan perkembangan UUD 1945 ini memiliki beberapa tahap dalam mencapai
kesempurnaannya. Konstitusi indonesia yang pertama kali ini harus kita ketahui
bahwa merupakan hasil karya pemikir yang berasal dari negara jepang yaitu
Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai yamg merupakan salah satu anggota Badan Penyidik
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada masa penjajahan belanda
dan konstitusi pertama ini diberi nama Hukum Dasar 2[2]. Sebelum proklamasi
kemerdekaan indonesia, bangsa indonesia dibawah kekuasaan pemerintah
belantara jepang telah mengenal Hukum Dasar tersebut namun harus juga kita
ketahui bahwa Hukum Dasar tersebut belum sempat digunakan oleh atau
sepenuhnya diterapkan oleh bangsa indonesia.
Sementara itu sejak proklamasi kemerdekaan indonesia hingga dengan saat
sekarang inngsa indonesia telah mengenal lima konstitusi dan ini tidak termasuk
Hukum Dasar hasil karya orang jepang tersebut, antara lain yaitu UUD 1945,
Konstitusi RIS, UUDS, UUD dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan UUD 1945 yang saat
ini telah diubah empat kali. Beitu banyak l;ika-liku perjalanan konstitusi di negara
indonesia dalam menggapai kejayaan sebagaimana yang diharapkan oleh
masyrakat indonesia. Silih berganti kepemimpinan bangsa ini seilih berganti pula
konstitussi negara ini pada saat itu. Tuntutan zaman mempengaruhihal ini dari
pemimpin yang diktator hingga terus berubah menjadi UUD yang demokrasi dan
hal inilah yang menjadi tuntutan masyarakat di era reformasi.
Berikut saya akan menguraikan perkembangan perjalanan UUD 1945 tahap demi
tahap, yaitu :
a. Konstitusi UUD 1945 (Pertama Pembentukan)
1
2
UUD 1945 yang pertama di negara indonesia ini adalah merupakan produk
rancangan dari panitia persiapan kemerdekaan bangsa indonesia pada tanggal
18 Agustus 1945, dan UUD 1945 ini hanya sempat berlaku empat tahun
selanjutnya pemerintahan indonesia secara fundamental harus segera merubah
bentuk negara, sistem pemerintahan dan UUD ini karena pemerintah tersadar
bahwa UUD ini terkandung banyak perpolitikan belanda yang ingin menguasai
kembali negara indonesia setelah belantera jepang menyerah kepada sekutu 3[3].
Negara belanda memainkan politik untuk mencoba memcahkan wilayah
indonesia dengan mendirikan lagi negara-negara diwilayah tanah air indonesia.
Namun hal ini membuat perserikaatan bangsa-bangsa perihatin dan turun
tangan lalu mendesak pemerintahan indonesia agar duduk runding dengan
pemerintahan belanda dan perundingan inilah yang disebut dengan Konferensi
Meja Bundar yang berlangsung dari tanggal 23 agustus Sampai dengan tanggal 2
november 1949 yang diikuti oleh wakil-wakil dari Indonesia sendiri, BFO,
Nederland dan komisi PBB4[4]. Dan dalam konferensi ini menghasillkan tiga buah
kepsepakan pokok yaitu :
· Mendirikan Negara Republik Indonesia Serikat
· Penyerahan Kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikatrikat
· Didirikan Uni antara Republik Indonesia Serikat dan Kerajaan Belanda
Selain dari itu terdapat juga tiga hasil persetujauan mengenai hasil pemulihan
kedaulatan yang merupakan hasil dari persetyujuan pokok antara lain sebagaai
berikut :
· Piagam Penyarahan Kedaulatan
· Status Uni
· Pesetujuan Perpindahan
Pada saat berlangsungnya perundingan tersebut terbentuklah panitia untuk
membahas masalah penggantian konstitusi negara indonesia yaitu menjadi
konstitusi Republik Indonesia Serikat yang terselesaikannya pada tanggal 20
Oktober 1949 dan langsung pada saat itu pula terjadinya penandatanganan
Piagam Persetujuan Kontitusi Republik Indonesia Serikat dan konstitusi ini hanya
konstitusi sementara.
3
4
konstitusi ini adalah negara serikat dan bentuk pamerintahannya ialah republik
(Pasal 1 ayat 1 KRIS). Kedaulatan negara dilakukan oleh pemerintah bersama-
sama Dewan Perwakilan Rakyat (Pasal 1 ayat 2 KRIS). Dengan disahkannya
konstitusi RIS maka bergantilah pula bentuk negara kita yaitu menjadi Negara
Republik Indonesia Serikat yaitu pada tanggal 27 Desember 1949 5[6]. Dan pada
saat itu ternyata salah satu daerah di indonesia yang menjadi negara bagian
masih menggunakan konstitusi UUD 1945 yaitu Yogyakarta yang tetap sebagai
Negara Republik Indonesia6[7]. Dan dengan berlakunya konstitusi RIS di negara
ini bentuk negara telah berubah dari negara kesatuan berubah menjadi negara
federal, sistem negarapun juga ikut berubah yaitu dari sistem presidensial
berdasarkan UUD berubah menjadi Parlementer yaiutu seperti yang diatur
dalam Konstitusi RIS.
Pada masa ini sistem pemerintahan indonesia adalah parlementer. bentuk
pemerintahan dan bentuk negaranya federasi yaitu negara yang didalamnya
terdiri dari negara-negara bagian yang masing masing negara bagian memiliki
kedaulatan sendiri untuk mengurus urusan dalam negerinya7[8]. Pada tanggal 23
Agustus - 2 September 1949 di Den Haag, Belanda, diadakan Konferensi Meja
Bundar (KMB). Tujuan diadakannya KMB adalah untuk menyelesaikan
persengketaan antara Indonesia dan Belanda secepat-cepatnya, dengan cara
yang adil dan pengakuan kemerdekaan yang nyata, penuh dan tanpa syarat
kepada Republik Indonesia Serikat (RIS)8[9]. Salah satu keputusan pokok KMB
ialah Kerajaan Belanda mengakui kedaulatan Indonesia sepenuhnya, tanpa
syarat dan tidak dapat dicabut kembali kepada RIS, selambat-lambatnya pada
tanggal 30 Desember 1949. Dan pada tanggal 27 Desember 1949 Ratu Juliana
menandatangani piagam pengakuan kedaulatan RIS di Amsterdam, dan mulai
saat itulah diberlakukan Konstitusi RIS.
9
10
11
12
1. Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta Wakil
Ketua DPA menjadi Menteri Negara.
2. MPRS menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup.
3. Pemberontakan Partai Komunis Indonesia melalui Gerakan 30 September
Partai Komunis Indonesia.
13
14
15
16
Faktor internal, faktor ini adalag faktor yang berasal dari pihak pemerintah yang
ternyata ingin mengembalikan negara iini ke Undang-Undang Dasar 1945 dan
keinginan ini mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak termasuk
dukungan penuh dari Tentara Nasional Indonesia (TNI). Suasana dan pergemulan
gagsan yang mengiringi pembentukan UUD baru yang ternyata tidak mendapat
penghujung. Akabibat kondisi demikian yang kemudian melahirkan Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 untuk kebrlakuan kembali UUD 1945 yang pertama kali.
Keberlakuan kembali UUD 1945 merupaka pijakan awal kejelasan sttus negara
ini, yang selanjutnya pemimpin bngsa ini pun berganti dari pinpinan Soekarno
digantikan oleh Soharto, namun seiring berjalannya waktu kepemimpinan
Soharto UUD 1945 dijadikan landasan untuk membuat dia sebagai pemimpin
bersikan arrogan, dan UUD 1945 ini dijadikan pijakan kuat tindakan-tindakan
otoriter. Dan masa kepemimpinan soharto inilah yang membuat UUD 1945
sempat menjadi keramat. pada tahun 1998 yaitu menjadi akhir dari teka-teki
kepemimpinan Soharto karena rakyat indonesia sudah tidak tahan dengan
kondisi dan sikap kepemimpinan Soharto. Masyrakat menuntut reformasi terjadi
di negara tanah air indonesia ini. Masyarakat menuntut perubahan sistem
kekuasaan ke arah yang lebih demokratis. Masyarakat melakukan
pemberontakan dan mulai melawan pemerintah untuk menuntut hal tersebut
dan ternyata tepat pada tanggal 22 mei 1989 Soherto menyatakan dirinya
mundur dari jabatan presiden. Keberhasilan masyrakat indonesia meruntuhkan
zaman Orde Baru menjadi Zaman Reformasi di negara ini ternyata mampu
merubah pola pandangan kekeramatan UUD 1945 yaitu akhirnya Pada sidang
MPR tahun 1999 UUD 1945 berhasil diamandemenkan untuk yang pertama
kalinya.
e. Konstitusi UUD 1945 Pasca Reformasi
Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan
(amandemen) terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD
1945 antara lain karena pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan
MPR (dan pada kenyataannya bukan di tangan rakyat), kekuasaan yang sangat
besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu "luwes" (sehingga dapat
menimbulkan multitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang
semangat penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan
konstitusi17[18].
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar
seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat18[19], HAM, pembagian kekuasaan,
eksistensi negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai
17
18
dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945
dengan kesepakatan di antaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap
mempertahankan susunan kenegaraan (staat structuur) kesatuan atau
selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),
serta mempertegas sistem pemerintahan presidensiil.
Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan
(amandemen) yang ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan
MPR19[20]:
Selain memiliki hubungan dalam kaca mata formal, Pancasila dan UUD 1945
juga memiliki hubungan dalam konteks material. Di dalam KBBI, kata material
memiliki arti yaitu bahan yang akan digunakan untuk membuat barang lain. jika
kita berbicara dalam ruang lingkup peraturan perundang-undangan, kata
material dapat diartikan sebagai isi atau apa-apa yang dibahas di dalam sesuatu.
Hubungan secara material di antara Pancasila dan UUD 1945 ini akan
mengungkap betapa perumusan dan pemberlakuan Pancasila dan UUD 1945
ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat terlepas di antara satu dengan yang
lainnya. Kerumitan dalam perumusan keduanya juga membuktikan bahwa kerja
keras para pendiri bangsa bukanlah suatu hal yang patut untuk kita lupakan.
Nah, berikut ini merupakan pembahasan lebih lanjut mengenai hubungan
Pancasila dengan UUD 1945 berdasarkan sejarah dalam konteks material:
19
Secara material, hubungan Pancasila dengan UUD 1945 berdasarkan sejarah
ialah isi Pancasila tercantum di dalam alinea keempat pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945. Lebih dari itu, isi dari Pancasila telah terangkum di dalam
setiap alinea pembukaan UUD 1945. Di dalam alinea pertama, kita dapat
menemukan secara lugas sila kedua dari Pancasila, yaitu kemanusiaan yang adil
dan beradab. sila pertama dapat kita temui di dalam alinea yang ketiga. Sila
ketiga terdapat di alinea kedua dari pembukaan UUD 1945. Sila keempat dan
kelima dapat secara jelas ditemui di dalam alinea keempat pembukaan UUD
1945.
Setiap hukum yang berlaku di Indonesia harus bersesuaian dengan Pancasila dan
UUD 1945. Suatu peraturan perundang-undangan tidak akan lulus atau
diberlakukan ketika ia bertentangan dengan sumber hukum tertinggi itu.
Ini merupakan salah satu hubungan Pancasila dengan UUD 1945 berdasarkan
sejarah dalam lingkup material yang paling hangat pembahasannya. Maksud dari
Pancasila sebagai sumber semangat bagi UUD 1945 ialah dalam setiap
pembahasan mengenai pasal-pasal UUD 1945 didasari dengan semangat dan
tujuan dari keberadaan Pancasila.
Selain itu, adanya nilai-nilai instrumental dari Pancasila tentunya menyebabkan
terjadinya perubahan bagi pasal-pasal dalam UUD 1945 berikut peraturan
perundang-undangan yang ada di bawahnya jika terjadi perubahan zaman yang
mengharuskan dirinya didampingi oleh perubahan peraturan perundang-
undangan pula.
Pilar adalah sebuah tiang penyangga untuk bangunan. Sama dengan halnya
bangunansebuah Negara wajib memiliki pilar yang kokoh supaya Negara
tersebut tidak mudah roboh atauhancur dan tergoyahkan dengan mudah. Setiap
Negara pasti mempunyai pilar dan setiap Negaratersebut pasti pilarnya berbeda
satu dengan yang lainnya. Contohnya adalah Negara Indonesia,Indonesia
memiliki empat pilar yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan
NKRI.Pilar ini bertujuan supaya Negara Indonesia tidak mudah pecah dan runtuh
saat menghadapisebuah masalah.Latar Belakang munculnya ke empat pilar
tersebut dikarenakan bangsa Indonesia sudahluntur jiwa kebangsaan atas cinta
tanah air-nya sendiri. Mulai dari yang muda hingga yang tua,dan juga setiap
tahun kondisi anak bangsa, para penerus bangsa semakin terpuruk. Jiwa
rasanasionalisme dan rasa cinta terhadap tanah air terkikis. Oleh karena itu,
bapak kebangsaan kitasangat cemas melihat kondisi bangsa Indonesia dan pak
taufiq kiemas berharap dengan pilar- pilar ini bangsa Indonesia akan menjadi
bangsa yang maju dan tidak mudah untuk tergoyangkan.Pilar yang ketiga adalah
Bhineka Tunggal Ika. Bhineka Tunggal Ika mempunyai artiyang sangat penting
yaitu berbeda-beda tetapi tetap satu. Yaapp Bhineka Tunggal Ikamempersatu
berbagai keanekaragaman suku, budaya, agam, golongan dan ras. Sekarang
iniIndonesia sudah memasuki era globalisasi, berbagai budaya dan suku di
Indoneisa tergeser oleh budaya barat yang masuk ke Indonesia. Oleh karena itu
di sini lah Bhineka Tunggal Ikamemiliki peran yang sangat penting untuk
mempersatu dan memperkokoh bangsa Indonesia.Bhineka Tunggal Ika dapat
mempersatu perbedaan dan juga dapat memperkokoh bangsaIndonesia melalui
prinsip-prinsipnya
Demokrasi Liberal
Pada masa ini, demokrasi berada pada tingkat kejayaan tertinggi. Adanya hal itu
dikarenakan hampir semua unsur demokrasi terpenuhi. Seperti halnya
akuntabilitas politis yang tinggi, parlemen memiliki peranan tinggi dalam
pemerintahan, pemilu yang bebas, serta terjaminnya hak politik rakyat.
Menurut Herbert Feith, selain hal-hal negative terdapat pula beberapa hal
postif yang terjadi selama masa demokrasi parlementer yaitu sebagai
berikut:
Sama juga halnya dengan demokrasi pada masa orde lama, kehidupan politik
orde baru pun mengalami berbagai penyimpangan. Seperti halnya
pemberantasan hak politik rakyat seperti: pembatasan jumlah parpol, Pegawai
negeri dan ABRI wajib mendukung partai penguasa yakni Golkar, dan hilangnya
kebebasan rakyat dalam mengkritik kinerja pemerintahan.
Pada tahun 1998- 1999 banyak kerusuhan yang terjadi hingga akhirnya pada
tanggal 21 Oktober 1999 diselenggarakan pemilihan wakil presiden RI yang
dilakukan dengan votting.
Megawati Soekarnoputri menjabat sebagai wakil presiden RI periode 1999- 2004
mengalahkan Hamzah Haz. Ketidakpuasan rakyat kala itu membuka lembaran
baru. Pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung oleh rakyat
dilaksanakan untuk pertama kalinya pada tahun 2004 melalui Pemilihan Umum
(Pemilu). Pemilu diikuti oleh 24 parti politik.
Proses pemungutan dan penghitungan suara pada Pilkada 2018 secara umum
berlangsung kondusif dan aman. Hal ini dibuktikan dengan antusiasme
masyarakat sebagai pemilih yang hadir ke TPS pada hari H juga ikut serta
melakukan pengawasan partisipatif di masa tenang. Tak hanya itu, kini
masyarakat pun sudah cerdas dan dewasa dalam menentukan kandidat kepala
daerah serta perbedaan pilihan. Bahkan beberapa ormas seperti
Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama mengeluarkan pernyataan pers terkait
pelaksanaan Pilkada 2018.
Meski demikian, tak dapat dimungkiri bahwa di sebagian daerah pada Pilkada
2018 menyisakan berbagai macam persoalan. Beberapa permasalahan yang
menjadi kendala keberlangsungan pemungutan suara selalu saja terjadi, tetapi
tak signifikan. Contohnya kendala kondisi cuaca, lambatnya distribusi logistik ke
tempat pemungutan suara, akurasi daftar pemilih, dugaan politik uang, surat
suara hilang dan terjadinya pemungutan suara ulang di beberapa TPS.
Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (pasal 27
ayat 2).
Hak untuk ikut serta dalam upaya pembelaan negara (pasal 27 ayat 3).
Hak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya
(pasal 28A).
Hak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah (pasal 28B ayat 1).
Hak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (pasal 28B ayat 2).
Pasal 28C
Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 menyatakan “Negara Indonesai adalah negara
hukum”. Konsep negara hukum yang dulu dikesankan menganut konsep
rechtsstaat dinetralkan menjadi negara hukum saja, tanpa label rechtsstaat.
Dengan demikian konsep negara hukum yang dianut UUD 1945 diperoleh baik
dari rechtsstaat maupun the rule of law, bahkan sistem hukum lainnya yang
menyatu (integratif) dan implementasinya disesuaikan dengan tuntutan
perkembangan.4 Konsep negara hukum Indonesia menerima prinsip kepastian
hukum yang menjadi hal utama dalam konsep rechtsstaat, sekaligus juga
menerima prinsip rasa keadilan dalam the rule of law. Bahkan, negara hukum
Indonesia juga menerima nilai spiritual dari hukum agama. Hukum tertulis dan
segala ketentuan proseduralnya (rechtsstaat) diterima tetapi harus diletakkan
dalam rangka menegakkan keadilan (the rule of law). Ketentuan tertulis yang
menghalangi keadilan dapat ditinggalkan. Hal ini ditegaskan dalam ketentuan
Pasal 24 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan bahwa fungsi kekuasaan
kehakiman adalah untuk menegakkan hukum dan keadilan, serta Pasal 28D ayat
(1) tentang hak memperoleh kepastian hukum dan Pasal 28H bahwa hukum
harus dibangun berdasarkan keadilan kemanfaatan. Dianutnya prinsip negara
hukum juga dilakukan dengan penegasan supremasi konstitusi. Hal itu tertuang
dalam Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan bahwa kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut ketentuan Undang-Undang Dasar.
Dengan demikian, pelaksanaan kekuasaan tertinggi dalam negara, yaitu
kedaulatan, baik oleh lembaga negara maupun oleh warga negara harus
dilakukan sesuai dengan ketentuan UUD 1945. Hal itu juga menegaskan
kedudukan UUD 1945 sebagai hukum tertinggi yang mengatur pelaksanaan
kedaulatan. Di sisi lain, salah satu perubahan mendasar dalam UUD 1945 adalah
orientasi pengaturan tidak lagi lebih banyak kepada organisasi negara, tetapi
juga memberikan jaminan dan perlindungan kepada hak asasi manusia dan hak
konstitusional warga negara. Pada masa lalu, UUD 1945 sebelum perubahan
hanya mengatur HAM secara sumir yang pelaksanaannya didistribusikan kepada
lembaga legislatif yang ternyata dalam ketentuan UU hanya dijadikan sebagai
residu dari kekuasaan. Itulah sebabnya pada masa Orde Lama dan Orde Baru
selalu terjadi pelanggaran HAM dan kekerasan yang dilegitimasikan oleh UU.5
Saat ini masalah HAM serta hak konstitusional warga negara diatur paling tidak
dalam enam bab, yaitu dalam Bab Warga Negara dan Penduduk, Bab Hak Asasi
Manusia, Bab Agama, Bab Pertahanan dan Keamanan Negara, bab Pendidikan
dan kebudayaan, serta Bab Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial.
Sedangkan khusus untuk HAM diatur tersendiri dalam 10 pasal yang terdiri atas
26 ayat. Oleh karena itu pelanggaran HAM tidak dapat lagi dilakukan dengan
mudah karena adanya jaminan serta tanggung jawab negara, terutama
pemerintah, dalam perlindungan, penghormatan, dan pemajuan HAM. Politik
hukum dalam UUD 1945 selanjutnya dijabarkan dalam kebijakan yang
menentukan arah pembangunan hukum. Pada era reformasi, produk hukum
yang menentukan arah kebijakan hukum tersebut adalah Ketetapan MPR Nomor
IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara Tahun 1999 – 2004.
Selanjutnya, sebagai konsekuensi pemilihan Presiden secara langsung dan tidak
dikenalnya lagi Ketetapan MPR dalam sistem hukum baru, tidak ada lagi Garis-
garis Besar Haluan Negara. Pada periode selanjutnya, politik hukum termuat
dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah. Perumusan politik hukum selalu meliputi tiga komponen
utama, yaitu substansi, struktur, dan kultur hukum. Dalam hal substansi hukum,
GBHN 1999 – 2004 menentukan arah kebijakan hukum sebagai berikut: (1)
Menata sistem hukum nasional yang menyeluruh dan terpadu dengan mengakui
dan menghormati hukum agama dan hukum adat serta memperbaharui
perundang-undangan warisan kolonial dan hukum nasional yang diskriminatif,
termasuk keadilan gender dan ketidaksesuaiannya dengan tuntutan reformasi
melalui program legislasi; (2) Melanjutkan ratifikasi konvensi internasional,
terutama yang berkaitan dengan hak asasi manusia sesuai dengan kebutuhan
dan kepentingan bangsa dalam bentuk undang-undang; (3) Mengembangkan
peraturan perundangundangan yang mendukung kegiatan perekonomian dalam
menghadapi era perdagangan bebas tanpa merugikan kepentingan nasional.
Sistem pemerintahan suatu negara pada umumnya akan memiliki satu sistem
dan tujuan pokok yang sudah pasti, yaitu menjaga kestabilan negara yang
bersangkutan. Sistem pemerintahan ini harus mempunyai suatu landasan yang
kokoh, tidak bisa digoyahkan oleh suatu apapun. Sistem pemerintahan dari
suatu negara harus dijauhkan dari sifat statis. Karena nantinya sistem
pemerintahan yang statis ini akan mengakibatkan kerugian tersendiri bagi
pemerintahan tersebut, terlebih lagi jika tidak hanya statis melainkan juga
absolut. Nantinya akan ada protes dari masyarakat karena pemerintahannya
akan dianggap memberatkan kaum minoritas alias rakyat kecil. Kalau ditanya
tentang sistem pemerintahan di Indonesia selama ini maka yang akan muncul
adalah jawaban yang beraneka ragam. Maksudnya adalah bahwa negara
Indonesia sudah mengalami beberapa sistem pemerintahan, dari sejak jaman
negara ini berdiri.
Dimulainya sistem pemerintahan yang ini secara pastinya tanggal 21 Mei 1998,
tepat pada saat runtuhnya pemerintahan orde baru. Bentuk negaranya adalah
kesatuan, republik adalah bentuk pemerintahannya sedangkan sistem
pemerintahannya tetap menganut sistem presidensial. UUD 1945 masih
merupakan landasan yang dipegang dengan kokoh.
Negara Indonesia adalah negara hukum, demikian bunyi Pasal 1 Ayat (3) UUD
1945 setelah diamandemen ketiga disahkan 10 Nopember 2001. Penegasan
ketentuan konstitusi ini bermakna, bahwa segala aspek kehidupan dalam
kemasyarakatan, kenegaraan dan pemerintahan harus senantiasa berdasarkan
atas hukum.Untuk mewujudkan negara hukum salah satunya diperlukan
perangkat hukum yang digunakan untuk mengatur keseimbangan dan keadilan
di segala bidang kehidupan dan penghidupan rakyat melalui peraturan
perundang-undangan dengan tidak mengesampingkan fungsi yurisprudensi. Hal
ini memperlihatkan bahwa peraturan perundang-undangan mempunyai peranan
yang penting dalam negara hukum Indonesia.
produk tersebut tinggalan dari zaman Hindia Belanda, Orde Lama, Orde Baru,
pejabat lama, atau ingin tampil beda
hanya ingin mengejar target, seolah-olah dengan pembentukan peraturan
perundang-undangan tugas mereka dianggap berhasil
Lebih lanjut, Alim menyatakan bahwa Indonesia memang bukanlah Negara yang
menganut hukum Islam sepenuhnya. Indonesia adalah Negara hukum yang
semua kebijaksanaan, baik yang sedang berjalan atau akan berjalan, harus
didasarkan pada hukum. Namun, dengan jumlah pemeluk agama Islam
terbanyak di dunia, mau tidak mau, banyak hukum positif yang dipengaruhi oleh
hukum Islam.
Alim menerangkan bahwa setiap sistem hukum, baik civil law system, common
law system, ataupun socialist legalis, pasti mempunyai asas-asas hukum. “Asas-
asas hukum inilah yang merupakan kebenaran yang dipergunakan sebagai
tumpuan berpikir dan alasan pendapat, terutama dalam penegakan dan
pelaksaan hukum. Tanpa adanya asas hukum, maka tidak akan ada sistem
hukum,” tuturnya.
Asas-asas hukum yang digunakan dalam hukum positif telah ada di hukum Islam
jauh sebelum adanya hukum positif tersebut. Misalnya asas keadilan. Asas
keadilan ini adalah asas yang sangat penting, bahkan sampai dikatakan
merupakan asasnya semua asas hukum Islam. Namun perlu diperhatikan, mana
yang dapat dikatakan sebagai adil.
Dalam teori ilmu hukum, disebutkan bahwa dasar berlakunya sebuah peraturan
hukum adalah berjenjang. “Aturan yang rendah mendapat keabsahan
berlakunya pada aturan yang tinggi, aturan yang tinggi tersebut tidak bisa
bertentangan dengan aturan yang lebih tinggi.
1. Hak Politik dan Pemilu Sebelum melakukan kajian terhadap pelaksanaan hak
politik warga negara di Pemilu 2019, ada baiknya jika kita kembali pada
pemahaman mendasar tentang hak politik dan pemilu. Terdapat relasi dua arah
antara hak politik dan pemilu. Pada satu sisi, pemilu merupakan salah satu
indikator utama untuk melihat sejauhmana hak politik warga negara kemudian
dilaksanakan. Pada sisi yang lain, hak politik sebagai bagian dari hak asasi
manusia merupakan alasan dasar bagi penyelenggaraan pemilu. Secara normatif,
hal tersebut terlihat dari berbagai dokumen yang berusaha untuk menjamin
pelaksanaan hak asasi manusia secara global. Yang pertama adalah di dalam
dokumen Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia yang diterima dan
diumumkan oleh Majelis Umum Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 10
Desember 1948. Pasal 21 di dalam dokumen ini menyatakan bahwa: (1) Setiap
orang berhak turut serta dalam pemerintahan negaranya, secara langsung atau
melalui wakil-wakil yang dipilih dengan bebas; (2) Setiap orang berhak atas
kesempatan yang sama untuk diangkat dalam jabatan pemerintahan negeranya;
dan (3) Kehendak rakyat harus menjadi dasar kekuasaan pemerintah; kehendak
ini harus dinyatakan dalam pemilihan umum yang dilaksanakan secara berkala
dan murni, dengan hak pilih yang bersifat umum dan sederajat, dengan
pemungutan suara secara rahasia ataupun dengan prosedur lain yang menjamin
kebebasan memberikan suara. Ayat (1) tersebut menjamin hak memilih dan
Ayat (2) di atas menjamin hak dipilih. Sedangkan Ayat (3) merupakan alasan
dasar bagi pentingnya pemilu sebagai sarana untuk mendorong kedaulatan
rakyat dalam konteks demokrasi perwakilan sehingga kehendak rakyat menjadi
dasar kekuasaan pemerintah. Yang kedua adalah di dalam dokumen Kovenan
Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik yang telah ditetapkan oleh Resolusi
Majelis Umum 2200 A (XXI) tertanggal 16 Desember 1966. Pasal 24 di dalam
dokumen ini menyatakan bahwa: Setiap warga negara harus mempunyai hak
dan kesempatan, tanpa pembedaan apapun sebagaimana yang dimaksud dalam
Pasal 2 dan tanpa pembatasan yang tidak layak, untuk: a) Ikut serta dalam
pelaksanaan urusan pemerintahan, baik secara langsung ataupun melalui wakil-
wakil yang dipilih secara bebas; b) Memilih dan dipilih pada pemilihan umum
berkala yang murni, dan dengan hak pilih yanguniversal dan sama, serta
dilakukan melalui pemungutan suara secara rahasia untuk menjamin kebebasan
menyatakan keinginan dari para pemilih; dan c) Memperoleh akses pada
pelayanan umum di negaranya atas dasar persamaan dalam arti umum.
Konvensi Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik telah diratifikasi oleh Indonesia
melalui UU No. 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan Internasional Hak-
Hak Sipil dan Politik. Menurut Davis-Roberts dan Carrol (2009), kedua dokumen
tersebut mengandung dua dimensi yang tidak terpisah satu sama lain. Pertama,
kehendak rakyat seyogyanya menjadi basis bagi pemerintah. Kedua, untuk
melaksanakan hal tersebut, perlu ada pemilu yang menyediakan pilihan yang
sesungguhnya kepada para pemilih dan yang memenuhi esensi fundamental
hak-hak manusia (genuine). Selain itu, pemilu yang ada seyogyanya
diselenggarakan secara berkala. Kedua hal tersebut seharusnya menjadi dasar
bagi semua negara di dunia ini untuk mengambil berbagai langkah yang
diperlukan dalam rangka untuk merealisasikan hakhak politik. Selain itu, semua
negara harus memiliki aturan hukum yang menjamin pelaksanaan hak-hak
politik. Masih menurut Davis-Roberts dan Carrol (2009), semua negara harus
menciptakan empat elemen dasar bagi hak politik, yaitu: 1. Hak memilih yang
luas (universal suffrage), dimana negara menjamin semua pemilih dapat
menggunakan suaranya dalam pemilu sehingga pembatasan hak memilih hanya
dibenarkan dengan alasan-asalan yang memadai dan dengan kriteria-kriteria
yang obyektif; 2. Hak memilih yang sama, dimana nilai hak memilih untuk setiap
orang sama dan pada konteks ini berlaku prinsip satu orang-satu suara-satu nilai
(one person-one vote-one value atau biasa disingkat menjadi opovov); 3.
Pemungutan suara yang rahasia, dimana pemungutan suara harus
diselenggarakan secara rahasia sehingga pemilih dapat leluasa dalam
menentukan pilihannya; dan 4. Pencegahan korupsi, dimana negara (termasuk
penyelenggaran pemilu) harus melakukan berbagai upaya dalam pencegahan
terjadinya korupsi atau bentuk-bentuk lain di dalam konteks penyelenggaraan
pemilu. Di Indonesia, jaminan hak memilih dan hak dipilih diatur di dalam
konstitusi dan berbagai peraturan perundangan yang lainnya. Pasal 6, 6A dan
Pasal 7 juga mengatur mekanisme pencalonan dan pemilu untuk pemilihan
presiden dan wakil presiden (pilpres). Selain itu, Pasal 22E UUD 1945 mengatur
secara umum tentang pemilu. Pengaturan juga terdapat pada Pasal 28D Ayat (3).
Lebih lanjut, hak memilih dan hak dipilih diatur di dalam UU No. 7 Tahun 2017
tentang Pemilihan Umum dan UU No. 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan
Gubernur, Bupati, Dan Walikota Menjadi Undang-Undang. Beberapa peraturan
perundangan juga sebenarnya mengatur tentang hak dipilih, termasuk di
dalamnya adalah berbagai putusan lembaga peradilan misalnya Mahkamah
Konstitusi, Mahkamah Agung, Pengadilan Tata Usaha Negara dan Pengadilan
Negeri. Secara lebih teknis, hak memilih dan hak dipilih kemudian dilaksanakan
oleh lembaga penyelenggara pemilu.
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Negara indonesia adalah suatu negara yang telah merdeka dan diakui oleh
internasional, sebagaimana kita ketahui bahwa yang dinamakan dengan
negara pastilah memiliki atau menganut suatu aturan hukum yang tertinggi
dan aturan ini sering disebut dengan Konstitusi suatu negara baik berupa
aturan hukum tertinggi yang bersifat flaksibel maupun rigid dan aturan
tetinggi ini pastilah berbeda-bedapula antara suatu negara dengan negara
lainnya.
2. Hubungan secara material di antara Pancasila dan UUD 1945 ini akan
mengungkap betapa perumusan dan pemberlakuan Pancasila dan UUD 1945
ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat terlepas di antara satu dengan
yang lainnya.
3. Pilar adalah sebuah tiang penyangga untuk bangunan. Sama dengan halnya
bangunansebuah Negara wajib memiliki pilar yang kokoh supaya Negara
tersebut tidak mudah roboh atauhancur dan tergoyahkan dengan mudah.
Setiap Negara pasti mempunyai pilar dan setiap Negaratersebut pasti
pilarnya berbeda satu dengan yang lainnya.
4. Perbedaan Sistem Demokrasi Liberal Dan Sistem Demokrasi Pancasila
9. Negara Indonesia adalah negara hukum, demikian bunyi Pasal 1 Ayat (3)
UUD 1945 setelah diamandemen ketiga disahkan 10 Nopember 2001.
Penegasan ketentuan konstitusi ini bermakna, bahwa segala aspek
kehidupan dalam kemasyarakatan, kenegaraan dan pemerintahan harus
senantiasa berdasarkan atas hukum.
11. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (MK RI) menjadi lembaga negara
yang termasuk paling banyak menyita perhatian publik beberapa waktu
belakangan. Salah satunya yang membuat publik tercengang adalah ketika
MK secara langsung memutarkan rekaman penyadapan pembicaraan
Anggodo dalam kasus Anggoro Widjojo yang sedang ditangani oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK).
B. SARAN
Makalah ini tidak akan jauh lebih baik tanpa adanya saran dan krtitik dari
pembaca. Maka dari itu penulis berharap pembaca akan memberikan
masukan yang terkait dengan kekurangan dari materinya
DAFTAR PUSTAKA
http://syahrularenahukum.blogspot.com/2013/06/sejarah-perkembangan-dan-
perbandingan.html?m=1
https://guruppkn-com.cdn.ampproject.org/v/s/guruppkn.com/hubungan-pancasila-dengan-
uud/amp?amp_js_v=a3&_gsa=1&usqp=mq331AQFKAGwASA
%3D#aoh=15855271400321&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&share=https%3A%2F
%2Fguruppkn.com%2Fhubungan-pancasila-dengan-uud
https://id.scribd.com/document/406120634/Makalah-Bhinneka-Tunggal-Ika-Sebagai-Salah-
Satu-Pilar-Tegaknya-NKRI-APRILYA
https://belajargiat.id/perbedaan-demokrasi-liberal-dengan-demokrasi-pancasila/
https://belajargiat.id/sejarah-demokrasi/
https://amp.kompas.com/nasional/read/2018/07/02/16343971/pilkada-serentak-dan-
demokrasi-yang-beradab
https://www.zonareferensi.com/hak-dan-kewajiban-warga-negara/
https://salamadian.com/macam-sistem-pemerintahan-indonesia/
https://www.padamu.net/pengertian-negara-indonesia-adalah-negara-hukum
https://adityaws17.blogspot.com/2013/03/pelaksanaan-ham-di-indonesia.html
https://www.umy.ac.id/hukum-konstitusi-dalam-pandangan-islam.html
http://www.dpr.go.id/tentang/tugas-wewenang
MD. Mahfud.2019.Jurnal Hukum No.3 Vol(16) hal 293-299.
Minan Ahsanul. Wildianti Delia. DKK.2019. Srial Evaluasi Penyelenggaraan Pemilu Serentak
2019 Perihal Pelaksanaan Hak Politik. BAWASLU.Jakarta