Anda di halaman 1dari 10

DINAMIKA KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

DOSEN PENGAMPU:
M. TAMUDIN, S.Ag., M.H.

PENYUSUN KELOMPOK 5
FATIA SHAFA (2120101046)
MARISA AMELIA (2120101048)
VEMI APRILIA DHEA S. (2120101050)

HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat
limpahan rahmat, taufik, dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah dengan judul Konsep “Dinamika Ketatanegaraan Republik
Indonesia” dengan baik dan tidak kurang dari pada waktunya.
Adapun sumber-sumber yang membantu penulis dalam menyelesaikan
makalah ini antara lain dari berbagai referensi buku-buku, jurnal penelitian dan
pengambilan data dari internet yang berkaitan yang menyangkut dengan judul
makalah ini. demikian pengantar yang dapat penulis sampaikan dimana penulis
sadar bahwasanya penulis hanyalah manusia yang tak luput dari kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT hingga dalam
penulisan dan penyusunannya masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun akan sanantiasa dinantikan dalam upaya
evaluasi diri.
Akhirnya penulis hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidaksempurnaan
penyusunan makalah ini akan ditemukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat
atau bahkan hikmah bagi penulis dan pembaca.

Palembang, September 2022

Kelompok 5

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dengan diproklamasikannya kemerdekaan Negara Republik Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945 oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta atas nama
Bangsa Indonesia, maka sejak itu Bangsa Indonesia secara resmi telah
menyatakan baik kepada bangsa sendiri maupun kepada negara lain, bahwa
Negara Indonesia sudah merdeka. Kemerdekaan Negara Indonesia itu memiliki
makna bahwa Negara Indonesia sejak saat itu memiliki kebebasan untuk
menentukan sendiri nasib bangsa dan tanah air dalam segala bidang kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Sebagai negara yang baru merdeka, Negara Kesatuan Republik Indonesia
tentu saja memerlukan landasan bagi penyelenggaraan pemerintahan. Landasan
yang dimaksud adalah Konstitusi, yakni hukum dasar yang memuat aturanaturan
pokok yang menggambarkan tentang sistem ketatanegaraan dari suatu negara.
Jika dilihat dari bentuknya, konstitusi memiliki dua bentuk, yaitu konstitusi
tertulis (disebut dengan Undang-Undang Dasar) dan konstitusi tidak tertulis
(disebut dengan Konvensi / Kebiasaan Ketatanegaraan).
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai bagaimana perkembangan
pelaksanaan UUD 1945 di Indonesia dan bagaimana perubahan yang telah
dilakukan terhadap Pasal-Pasal dalam UUD 1945, hal inilah yang selanjutnya
akan dibahas dalam tulisan ini

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana periode berlakunya UUD 1945 (18 Agustus 1945 s/d 27
Desember 1949)?
2. Bagaimana periode berlakunya KRIS (27 Desember 1949 s/d 17 Agustus
1950)?
3. Bagaimana periode berlakunya UUDS (17 Agustus 1950 s/d 7 Juli 1959)?

1
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Periode Berlakunya UUD 1945 ( 18 Agustus 1945 s/d 27 Desember


1949
Saat diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, Republik
Indonesia belum mempunyai UndangUndang Dasar. Baru sehari kemudian
yaitu tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) mensahkan UUD 1945 sebagai Undang-Undang Dasar di Negara
Republik Indonesia.
Sebelum disahkan sebagai Undang-Undang Dasar di Negara Republik
Indonesia, proses penyusunan Rancangan Undang-Undang Dasar diawali
dengan pendirian Panitia Hukum Dasar (Berdasarkan Keputusan Sidang
BPUPKI) dengan jumlah anggota sebanyak 19 orang yang diketuai oleh Ir.
Soekarno. Kemudian dalam Panitia Hukum Dasar ini dibentuk lagi Panitia
Kecil yang beranggotakan 7 orang yang diketuai oleh Prof. Dr. Mr. R.
Soepomo. Panitia Kecil ini bertugas menyusun Naskah / Draf untuk
Rancangan UUD. Lalu pada tanggal 13 Juli 1945, Panitia Kecil telah
menyelesaikan tugasnya dan selanjutnya memberikan laporannya kepada
Panitia Hukum Dasar.1
Oleh Panitia Hukum Dasar selanjutnya Naskah untuk Rancangan
UUD ini disampaikan kepada BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia), dan setelah beberapa kali dibahas
dalam sidang kedua BPUPKI (10 s.d.17 Juli 1945), maka pada tanggal 16
Juli 1945 naskah itu disetujui sebagai Rancangan Undang-Undang Dasar.
(Supena, 2020)
Seiring dengan telah berakhirnya tugas BPUPKI, maka selanjutnya
BPUPKI dibubarkan dan sebagai gantinya dibentuklah Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Dan salah satu tugas PPKI itu adalah
menetapkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dilakukan
pada tanggal 18 Agustus 1945. Dimana UUD yang ditetapkan itu adalah

1
Cecep Cahya Supena, Tinjauan Historis…, Jurnal Moderat. Vol 6, No 4,(2020)691

2
berasal dari Rancangan UUD hasil kerja BPUPKI tentunya dengan
beberapa perubahan di sana sini. Terutama tentang dasar negara:
Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-
pemeluknya sebagai mana termuat dalam Piagam Jakarta diubah menjadi
Ketuhanan Yang Maha Esa. UUD 1945 berlaku dari 18 Agustus 1945
sampai 27 Desember 1949. Dalam perjalannya ternyata ada beberapa
penyimpangan praktik kenegaraan yang sebenarnya sudah diatur dalam
UUD 1945, misalnya para menteri tidak bertanggungjawab kepada
presiden, tetapi kepada badan legislatif dan masih banyak lagi contoh yang
lain.2
Pada periode pertama berlakunya UUD 1945, ketentuanketentuan
UUD 1945 itu dalam pelaksanaannya belum bisa sepenuhnya
dilaksanakan, hal itu dikarenakan kondisi dalam negara yang masih belum
stabil, baik kondisi politik, ekonomi maupun keamanan.

2.2. Periode Berlakunya Konstitusi RIS (27 Desember 1949 s/d 17 Agustus
1950)
Perjalanan Negara baru republik Indonesia, ternyata tidak luput dari
rongrongan pihak belanda yang menginginkan untuk kembali berkuasa
diIndonesia. Ternyata mengembalikan Hindia Belanda seperti sebelumnya
Jepang datang ke Indonesia adalah tidak mudah. Dan akibatnya Belanda
mencoba untuk mendirikan Negara-negara seperti Negara Sumatera
Timur, Negara Indonesia timur, Negara pasundan, Negara jawa timur dan
sebagainya. Taktik belanda dengan adanya Negara-negara itu akan
meruntuhkan kekuasaan republik Indonesia
Sejalan dengan usaha Belanda tersebut maka terjadi la agresi I pada
tahun 1947 dan agresi II pada 1948. Akibat dari hal ini kemudian dan
pengaruh dari perserikatan Bangsa-Bangsa, maka di Den Haag diadakan
konperensi meja bundar dari tanggal 23 agustus 1949 sampai 2 november
1949. konferensi ini dihadirioleh wakil-wakil dari republik Indonesia,

2
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik. (Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama,2007)
115-116

3
BFO (Bijjen Komst Voor FederalOverleg) dan Nederland serta sebuah
komisi perserikatan bangsa-bangsa untuk Indonesia.
Dalam konferensi itu dihasilkan tiga buah persetujuan pokok, yaitu
1. Mendirikan Negara republik Indonesia serikat
2. penyerahan kedaulatan kepada republik Indonesia serikat
3. didirikan Uni antara republik Indonesia serikat dan kerajaan belanda.
Sedangkan persetujuan penyerahan kedaulatan terdiri dari tiga (3)
persetujuan, yaitu :
1. Piagam penyerahan kedaulatan
2. Stauts Uni
3. Persetujuan perpindahan.
Rencana Undang-undang Dasar untuk Negara republik Indonesia
Serikatdibuat oleh delegasi republik Indonesia dan delegasi BFO pada
konferensi Meja bundar tersebut. Rencana tersebut diterima oleh kedua
belah pihak dan mulai berlaku pada tanggal 27 desember 1949 yang
sebelumnya pada tanggal 14 desember 1949 telah disetujui oleh komite
nasional pusat sebagai badan perwakilan rakyat di republik
Indonesia.Dengan berdirinya Negara republik Indonesia serikat, maka
republik Indonesia hanyalah merupakan salah satu Negara begian dalam
Negara republik Indonesia serikat, dan wilayahnya sesuai dengan pasal 2
Undang-undang dasar republik Indonesia serikat (UUD RIS) adalah
daerah yang disebut dalam persetujuan renville. Undang-undang Dasar
1945 yang semula berlaku untuk seluruh Indonesia maka mulai tanggal 27
desember 1949, hanya berlaku dalam wilaya negara republik Indonesia.
Negara RIS dengan Konstitusi RIS-nya berlangsung sangat pendek
sekali karena memang tidak sesuai dengan jiwa proklamasi kemerdekaan
yang menghendaki negara kesatuan, tidak menginginkan negara dalam
negara, sehingga beberapa negara bagian meleburkan diri lagi dengan
Republik Indonesia. Semangat kebersamaan ini nampak dengan adanya
Penetapan Presiden RIS tentang penggabungan negara-negara bagian ke
Republik Indonesia seperti semula, sehingga hanya negara bagian
Indonesia Timur dan negara bagian Sumatera Timur saja yang belum

4
masuk ke dalam Republik Indonesia yang berpusat di Yogyakarta. Pada
tanggal 19 Mei 1950 disusunlah Piagam Persetujuan antara Pemerintah
RIS yang sekaligus mewakili Negara bagian Indonesia Timur menyatakan
menyetujui membentuk negara kesatuan. Dan tindak lanjut dari Piagam
Persetujuan tersebut terbentuklah Negara Kesatuan dengan berdasar
Undang-Undang Dasar Sementara 1950 tanggal 17 Agustus 1950.3

2.3. Periode Berlakunya UUDS (17 Agustus 1950 s/d 5 Juli 1959)
Perubahan ketatanegaraan dari Negara serikat menjadi Negara
kesatuan berdasar pada Undang-Undang Dasar Sementara 1950 yang di
dalam Pembukaannya memuat dasar negara Pancasila, akan tetapi
pelaksanaan sistem pemerintahannya menggunakan sistem kabinet
parlementer yang tidak cocok dengan jiwa Pancasila, sehingga kabinetnya
jatuh bangun, yang rata-rata umur tiap-tiap kabinet kurang dari satu tahun.4
Memaparkan, dari tahun 1950 sampai tahun 1959 telah terjadi
pergantian kabinet sebanyak 7 kali. Dalam kondisi seperti ini dapat
dipastikan stabilitas nasional sangat terganggu.
Seperti halnya dengan Konstitusi RIS tahun 1949, Undang Undang
Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1950 juga bersifat
sementara, seperti yang ditegaskan dalam pasal 134. Di bawah UUDS
1950 sebagai realisasi dari Pasal 134, Pemilihan umum berhasil
dilaksanakan. Pemilihan umum pertama di Indonesia diadakan pada
tanggal 29 September 1955 untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, dan tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih wakil-wakil rakyat
yang duduk di dalam Dewan Konstituante yang akan membentuk
UndangUndang Dasar baru sebagai pengganti Undang-Undang Dasar
Sementara 1950. Konstituante sebagi Dewan Penyusun UndangUndang
dasar dalam sidangnya sejak tahun 1956 sampai tahun 1959 belum
berhasil membuat undang-undang dasar baru, karena sulitnya mewujudkan
kesepakatan. Pihak-pihak yang berbeda pendapat tidak pernah mencapai
suara dari jumlah anggota Konstituante. Keadaan ini jika diteruskan akan
3
Noor MS Bakry, Pancasila Yuridis Kenegaraan, (Yogyakarta: Penerbit Liberty,2001) 34
4
Noor MS Bakry, Pancasila Yuridis Kenegaraan. (Yogyakarta: Penerbit Liberty), 36

5
menemui jalan buntu yang membahayakan kelangsungan hidup bangsa
dan Negara. Untuk itu Presiden Soekarno mencari jalan keluarnya dengan
mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, yang berisikan:
1. Menetapkan pembubaran Konstituante
2. Menetapkan UUD 1945 berlaku lagi terhitung mulai tanggal penetapan
Dekrit, dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950
3. Menetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya pembentukan MPRS dan
DPAS.
Dekrit ini mendapat dukungan sebagian besar rakyat Indonesia. Yang lebih
penting lagi melalui Dekrit ini terjadi perubahan ketatanegaraan Indonesia, naskah
Undang-Undang Dasar 1945 menjadi berlaku kembali sebagai hukum tetinggi
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

6
DAFTAR PUSTAKA

Bakry, Noor MS. (2001). Pancasila Yuridis Kenegaraan. Yogyakarta: Penerbit


Liberty.
Indonesia, K. K., Kemerdekaan, A., Era, S., & Sartono, K. E. 2009. Kajian
Konstitusi Indonesia dari Awal Kemerdekaan Sampai Era Reformasi (Kus
Eddy Sartono) 93. Jurnal Humanika, 09(1), 93–106.
Miriam, Budiardjo. (2007). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Penerbit Gramedia
Pustaka Utama
Supena, C. C.2020. Tinjauan Historis Tentang Pelaksanaan Dan Perubahan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jurnal
Moderat, 6(4), 683–698.

7
8

Anda mungkin juga menyukai