”Saya minta lagi kepada Tuan-tuan sekalian, supaya misalnya mengenai hal Undang-Undang
Dasar, sedapat mungkin kita mengikuti garisgaris besar yang telah dirancangkan oleh
Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai dalam sidangnya yang kedua. Perobahan yang penting-penting
saja kita adakan dalam sidang kita sekarang ini. Urusan yang kecil-kecil hendaknya kita ke
sampingkan, agar supaya kita sedapat mungkin pada hari ini pula telah selesai dengan
pekerjaan menyusun Undang-Undang Dasar dan memilih Presiden dan Wakil Presiden.”
Harapan Soekarno di atas mendapatkan tanggapan yang sangat baik dari para anggota PPKI.
Moh. Hatta yang memimpin jalannya pembahasan rancangan Undang-Undang Dasar dapat
menjalankan tugasnya dengan cepat. Proses pembahasan berlangsung dalam suasana yang
penuh rasa kekeluargaan, tanggung jawab, cermat dan teliti, dan saling menghargai
antaranggota. Pembahasan rancangan Undang-Undang Dasar menghasilkan naskah
Pembukaan dan Batang Tubuh. Undang-Undang Dasar ini, dikenal dengan sebutan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Melalui Berita Republik Indonesia
tanggal 15 Februari 1946, Penjelasan Undang-Undang Dasar menjadi bagian dari Undang-
Undang Dasar 1945
Telah kita ketahui bahwa konsitusi merupakan hukum dasar tertulis yang menandai lahirnya
suatu bangsa. Dengan konstitusi, segala sesuatu yang berhubungan dengan negara diatur di
dalamnya. Begitu pula hubungan negara dengan warga negara yang tinggal dan kekuasaan
yang ada.
Konstitusi Indonesia adalah Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yang berlaku sejak 18
Agustus 1945. Artikel ini akan membahas dan mengurai secara jelas sejarah UUD 1945
mulai dari sejarah terbentuknya, sejarah diberlakukannya, penyimpangan terhadap UUD
1945, sampai amandemen UUD 1945 yang diberlakukan sampai sekarang.
Setelah satu bulan lebih pengumuman terbentuknya, barulah tanggal 28 April 1945
diresmikan pengurus BPUPKI dan anggota-anggotanya. Peresmian dilakukan di Gedung Cuo
Sang In, Pejambon atau Gedung Departemen Luar Negeri sekarang. Ketua BPUPKI yang
ditunjuk oleh Jepang adalah dr. Rajiman Widiodiningrat, wakilnya Icibangase, dan
sekretarisnya Soeroso. Jumlah anggota BPUPKI dari seluruh Indonesia adalah 63 orang.
Beberapa anggota BPUPKI antara lain Drs. Muhammad Hatta, KH Wahid Hasyim, Haji
Agus Salim, dan Ir. Sukarno. (Baca juga: Sejarah BUPKI)
Penyusunan UUD 1945
BPUPKI didirikan dengan tujuan mempersiapkan Indonesia yang merdeka. Di antara
persiapan-persiapan tersebut adalah penyusunan rancangan dasar negara dan undang-undang
dasar. Tahapan-tahapan sampai disusunnya rancangan undang-undang dasar untuk Indonesia
merdeka adalah sebagai berikut :
1. Sidang BPUPKI I
BPUPKI selama dibentuk melakukan dua kali persidangan. Persidangan pertama, 29 Mei
sampai 1 Juni 1945. Sidang ini membahas penyusunan dan pembentukan dasar negara. Pada
sidang ini ada tokoh perumusan pancasila Mr. Mohammad Yamin, Soepomo, dan Ir
Soekarno mengajukan usulan yang hampir mirip, yaitu lima dasar negara. Kemudian pada
tanggal 1 Juni, Ir Sukarno menamakan rancangan dasar negaranya sebagai Pancasila.
Sekarang, 1 Juni dikenal sebagai hari lahir Pancasila.
Artikel terkait:
Pembukaan UUD 1945, pembukaan UUD 1945, diambil dari naskah Piagam Jakarta
dengan sedikit penyesuaian bahasa dan perubahan pada dasar negara Indonesia sila
pertama. Sila pertama yang awalnya berbunyi Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, atau usul Drs. Mohammad Hatta diubah menjadi
Ketuhanan Yang Maha Esa. Pembukaan UUD 1945 ini sudah lengkap berisi pernyataan
kemerdekaan Indonesia dan dasar negara Indonesia, Pancasila. Ada 4 alinea dan pokok
pikiran dalam pembukaan UUD 1945.
Batang Tubuh UUD 1945, batang tubuh UUD 1945 ikut disahkan langsung oleh PPKI,
18 Agustus 1945. Batang tubuh ini mengambil dari rancangan undang-undang dasar yang
telah disusun oleh BPUPKI, 17 Juli 1945.
Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan kembali oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
pada sidangnya yang pertama, yaitu 29 Agustus 1945. Dengan demikian, Indonesia sudah
menetapkan Pancasila sebagai dasar negara dan UUD 1945 yang sesuai dengan kepribadian
bangsa.
Artikel terkait:
Sejarah Pancasila
Tugas Mahkamah Konstitusi
Dasar Hukum Otonomi Daerah
Asas Ius Sanguinis
Pelaksanaan UUD 1945
Selama kurun waktu Indonesia merdeka sampai sekarang, sejarah UUD 1945 mengalami
pasang surut. Terjadi penyimpangan-penyimpangan dari masa ke masa, sampai akhirnya
terjadi amandemen UUD 1954 yang kita pakai saat ini. Tahapan atau periode pelaksanaan
UUD 1945 secara berurutan diuraikan dalam tahapan konsitusi yang pernah berlaku di
Indonesia, di bawah ini.
Merubah struktur kekuasaan yang ada pada UUD 1945 agar tidak berpusat pada satu
lembaga negara
Menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
Menyempurnakan pasal-pasal yang belum jelas aturannya
Amandemen UUD 1945 dilakukan sebanyak 4 kali, yaitu tahun 1999, 2000,2001, dan 2002
(dapat dibaca di artikel peridode konstitusi di Indonesia). Perubahan yang terjadi antara lain :
Perubahan terhadap lembaga-lembaga negara dan pembagian kekuasannya.
Lembaga DPA dihapuskan dan adanya lembaga baru, yaitu Mahkamah Konsitusi (MK) dan
Komisi Yudisial (KY).
Pasal-pasal lebih rinci tentang hubungan negara dengan warga negara.
Pasal-pasal lebih rinci temtang pemerintah pusat dan pemerintah daerah
Pasal-pasal lebih rinci tentang pelaksanaan hak asasi manusia di Inodnesia.
Demikian sejarah panjang UUD 1945 mulai dari terbentuknya hingga amandemen UUD
1945. Kita berharap pelaksanaannya pada masa ini tidak lagi banyak terjadi penyimpangan.
Semoga artikel ini bermanfaat.
oleh: Fajar Muhammad Rhydo (Kepala Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM FEUI
2014) Jika kita melihat dari sejarahnya, pemilihan Presiden Republik Indonesia telah
melewati fase – fase dan perubahan – perubahan yang begitu signifikan. Sistem pemilihan
pun terus menerus mengalami pembaharuan seiring kemantapan Indonesia menjadi Negara
demokrasi. Untuk itu marilah sejenak kita melihat proses – proses pemilihan Presiden dari
masa ke masa. Presiden Soekarno selaku Presiden pertama Republik Indonesia terpiilih
melalui musyawarah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 18 Agustus
1945, tepat satu hari setelah beliau menyampaikan Proklamasi Kemerdekaan. Selama
puluhan tahun beliau menjabat sebagai Presiden, tidak pernah ada lagi proses pemilihan
Presiden, bahkan Soekarno pun diangkat sebagai Presiden seumur hidup melalui ketetapan
MPR. Kejatuhan Soekarno pada pertengahan dekade 60an menandai diawalinya masa –
masa kekuasaan Soeharto yang ditunjuk oleh MPR sebagai pemegang mandat jabatan
Presiden dalam Sidang Istimewa MPR. Pada masa – masa berikutnya, pemilihan Presiden
dilakukan dalam forum Sidang Umum MPR. Pemilihan dilakukan dengan cara pemungutan
suara, dan yang mempunyai hak suara untuk memilih Presiden hanyalah anggota MPR.
Dikarenakan mayoritas anggota MPR berasal dari Fraksi Golkar dan ABRI yang merupakan
penyokong utama kekuasaan Soeharto, maka Soeharto pun selalu terpilih secara aklamasi
dalam setiap pemilihan Presiden yang ia ikuti. Selain itu, pada masa tersebut Undang –
Undang Dasar tidak memberikan batasan periode seseorang berhak menjadi Presiden.
Kolaborasi dari dua hal inilah yang membuat kekuasaan Soeharto mencengkram kuat
Republik ini selama puluhan tahun. Kejatuhan Orde Baru ditandai dengan mundurnya “The
Smiling General” Bapak Soeharto pada Mei 1998. Dengan demikian B.J.Habibie selalu wakil
presiden pun mengambil alih jabatan Presiden hingga dilaksanakan pemilihan presiden
selanjutnya. Dan pemilihan Presiden pun dilakukan pada tahun 1999 dengan sistem yang
masih sama pada masa orde baru, yaitu mekanisme voting di lembaga MPR. Hal yang
membuatnya berbeda adalah ketika Fraksi Golkar dan ABRI tidak lagi menjadi fraksi
mayoritas di MPR. Hasilnya, yang mendapat mandate sebagai Presiden selanjutnya adalah
Abdurrhaman Wahid yang berasal dari Partai Kebangkitan Bangsa dan disokong penuh oleh
gabungan partai – partai islam. Kekuasaan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur tidak
berlangsung lama, pergolakan politik membuat beliau terpaksa meninggalkan istana setelah
MPR mencabut mandat yang pernah diberikan kepada beliau sebagai orang nomor satu di
Indonesia. Alhasil, Megawati Soekarnoputri yang kala itu menjabat Wakil Presiden, dilantik
untuk menggantikan Gus Dur sebagai Presiden dan mencatatkan dirinya dalam sejarah
sebagai Presiden wanita pertama Indonesia, sekaligus orang kedua yang pernah menduduki
jabatan Presiden dan Wakil Presiden. Pada masa Megawati menjadi Presiden, dilakukanlah
segala persiapan untuk menciptakan pemilihan Presiden secara langsung oleh seluruh
rakyat Indonesia, tidak lagi melalui sidang umum MPR. Usaha ini berbuah manis ketika
tahun 2004 Indonesia berhasil melaksanakan pemilihan Presiden pertama secara langsung
dengan mekanisme voting oleh ratusan juta jiwa rakyat Indonesia. Susilo Bambang
Yudhoyono pun mencatatkan dirinya dalam sejarah sebagai Presiden Pertama yang dipilih
langsung oleh rakyat. Padahal beliau berkompetisi dengan Presiden Petahana, Megawati
Soekarnoputri. Megawati harus menerima kenyataan pahit bahwa sistem pemilihan yang
berhasil beliau laksanakan pada masanya itu justru membuat beliau harus kehilangan
jabatan Presiden untuk periode selanjutnya. Padahal kala itu SBY diusung oleh Partai
Demokrat yang memiliki kursi sangat sedikit di MPR. Pemilihan Presiden tahun 2004 sangat
menarik untuk diperhatikan. Selain sebagai pemilihan langsung pertama di Indonesia,
ternyata terdapat berbagai macam mekanisme dalam keseluruhan prosesnya. Pertama,
setiap calon Presiden diajukan oleh partai politik ataupun gabungan partai politik (hal ini
masih sama dengan pemilihan tidak langsung di MPR) tapi tidak seluruh partai bisa
mencalonkan. Partai atau gabungan partai yang ingin mengajukan calon presiden harus
mendapatkan minimal 15% Kursi di DPR atau 20% suara nasional pada pemilihan legislatif.
Metode ini dikenal luas dengan nama Presidential Threshold. Maka dari itu, hanya 5 pasang
calon yang muncul dalam pilpres 2004 tersebut, padahal peserta pemilu legislatif sebanyak
24 partai. Kelima pasangan calon tersebut adalah: 1. Wiranto dan Salahuddin Wahid 2.
Megawati Soekarnoputri dan Hasyim Muzadi 3. Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla
4. Amien Rais dan Siswono Yudohusodo 5. Hamzah Haz dan Agum Gumelar Kedua, setiap
calon harus mendapatkan suara 50%+1 agar bisa terpilih sebagai Presiden. Apabila tidak ada
calon yang berhasil maka diadakan pemilihan putara kedua. Dikarenakan tidak ada satupun
dari kelima pasang calon tersebut yang memenuhi syarat suara 50%+1, maka 2 pasang
peraih suara tertinggi harus mengikuti pemiliha putaran kedua. Megawati dan SBY terpaksa
harus beradu lagi dalam putaran kedua. Setelah pemilihan putaran kedua digelar,
didapatlah hasil bahwa SBY terpilih sebagai Presiden dan memaksa Megawati untuk
mengucapkan selamat tinggal pada Istana Merdeka. Pemilihan Presiden tahun 2009 menjadi
pemilihan langsung kedua dalam sejarah Indonesia. tidak banyak hal yang berubah dari
sistem sebelumnya, kecuali Presidential Threshold yang mengalami kenaikan menjadi 20%
kursi DPR dan 25% suara nasional dalam pileg. Kenaikan threshold ini berhasil memangkas
jumlah calon Presiden hanya menjadi 3 orang saja. Ketiga calon Presiden tersebut adalah
Megawati, SBY, dan Jusuf Kalla. Mereka bertiga adalah orang yang sama – sama pernah
menjadi peserta pilpres tahun 2004. Tahun 2009 ini, megawati kembali bertarung dengan
orang yang pernah mendongkelnya dari kursi Presiden. SBY pun bertarung dengan orang
yang pernah menjadi kawan seperjuangannya dalam mendongkel kekuasaan megawati.
Pemilihan presiden 2009 ini bisa dikatakan semacam reuni, akan tetapi dalam keadaan yang
telah banyak berubah. SBY pun keluar sebagai Presiden terpilih dengan kemenangan mutlak
60% suara. Pemilihan presiden tahun 2014 masih tetap menggunakan threshold dengan
besaran yang sama dengan pemilihan sebelumnya. Tidak ada kenaikan threshold akan tetapi
terdapat pengurangan calon presiden menjadi 2 orang saja. Hal ini tentu lebih dikarenakan
dinamika politik, bukan karena sistem yang memaksa untuk menjadi 2 orang saja. Terdapat
pembaharuan dalam sistem keterpilihan presiden pada tahun 2014 ini, yaitu seorang calon
tidak hanya harus mendapat 50%+1 suara, namun juga harus mendapat minimal 20% suara
di 17 provinsi (20% di tiap – tiap provinsi tersebut). Meskipun syarat pertama dipenuhi tapi
syarat kedua tidak, maka pemilihan putaran kedua terpaksa harus digelar. Akan tetapi
dikarenakan hanya terdapat 2 calon Presiden maka dapat dipastikan bahwa pemilihan
hanya akan berlangsung satu putaran saja. Untuk Pemilihan Presiden tahun 2019
mendatang, setiap Partai yang menjadi peserta pemilu legislative dipastikan dapat
mengajukan calon presidennya masing – masing. Hal ini merupakan tindak lanjut dari
dikabulkannya uji materi terhadap UU no 42 tahun 2008 tentang pemilihan Presiden. Oleh
sebab itu, sistem Presidential Threshold hanya akan digunakan terakhir kali pada pilpres
tahun 2014 ini. Pemilihan presiden juga akan dilangsungkan serentak dengan pemilihan
legislatif. Pemilihan Presiden secara langsung oleh rakyat yang telah digelar sebanyak 2 kali
dengan dimenangkan oleh satu orang yang sama sejatinya belum bisa dijadikan tolak ukur
keberhasilan demokrasi one man one vote ini. Jika pada era – era sebelumnya rakyat
Indonesia memilih Presiden melalui wakil – wakil rakyat di MPR, sudah jelas tidak
memberikan efek yang baik bagi Negara. Akan tetapi apakah pokok permasalahannya
berada pada sistem pemilihan ini? Cobalah teman – teman bayangkan dan bandingkan.
Bagaimana mungkin pendapat orang yang berpendidikan dan berpihak pada kepentingan
bangsa disamakan dengan pendapat orang yang tak mengerti apa – apa dan memikirkan diri
sendiri. Orang yang berpikiran baik tentu akan memilih presiden yang memiliki kompetensi
mumpuni, sedangkan orang yang tidak berpendidikan dan miskin, besar kemungkinan
memilih berdasarkan uang yang mereka peroleh dari calon. Intinya, tidak semua orang
memiliki kebijaksanaan dalam memilih pemimpin. Lalu masih pantaskah sistem one man
one vote oleh seluruh rakyat dengan berbagai ketimpangan ini tetap dipakai untuk memilih
pemimpin tertinggi? Sumber: Undang – Undang Republik Indonesia no 23 tahun 2003
Undang – Undang Republik Indonesia no 42 tahun 2008