Anda di halaman 1dari 7

Nama : Mirda Amir

NIM : C30120081

Kelas : AK3

Tugas Kedua Pancasila


1. Jelaskan secara kronologis sejarah perumusan dasar Negara Indonesia (pancasila) ?

Keterlibatan Jepang dalam perang dunia ke 2 membawa sejarah baru dalam kehidupan
bangsa Indonesia yang di jajah Belanda ratusan tahun lamanya. Hal ini disebabkan
bersamaan dengan masuknya tentara Jepang tahun 1942 di Nusantara, maka berakhir pula
suatu sistem penjajahan bangsa Eropa dan kemudian digantikan dengan penjajahan baru
yang secara khusus diharapkan dapat membantu mereka yang terlibat perang.
Menjelang akhir tahun 1944 bala tentara Jepang secara terus menerus menderita
kekalahan perang dari sekutu. Hal ini kemudian membawa perubahan baru bagi pemerintah
Jepang di Tokyo dengan janji kemerdekaan yang di umumkan Perdana Mentri Kaiso tanggal
7 september 1944 dalam sidang istimewa Parlemen Jepang (Teikoku Gikai) ke 85. Janji
tersebut kemudian diumumkan oleh Jenderal Kumakhichi Haroda tanggal 1 maret 1945
yang merencanakan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI).
Sebagai realisasi janji tersebut pada tanggal  29 April 1945 kepala pemerintahan Jepang
untuk Jawa (Gunseikan) membentuk BPUPKI dengan Anggota sebanyak 60 orang yang
merupakan wakill atau mencerminkan suku/golongan yang tersebar di wilaya Indonesia.
BPUPKI diketuai oleh DR Radjiman Wedyodiningrat sedangkan wakil ketua R.P Suroso dan
Penjabat yang mewakili pemerintahan Jepang “Tuan Hchibangase”. Dalam melaksanakan
tugasnya di bentuk beberapa panitia kecil, antara lain panitia sembilan dan panitia
perancang UUD. Inilah langkah awal dalam sejarah perumusan pancasila sebagai dasar
negara. Secara ringkas proses perumusan tersebut adalah sebagai berikut.
a.      Sidang BPUPKI I : Pada sesi pertama persidangan BPUPKI yang dilaksanakan pada
29 Mei - 1 Juni 1945 beberapa anggota BPUPKI diminta untuk menyampaikan usulan
mengenai bahan-bahan konstitusi dan rancangan “blue print” Negara Republik Indonesia
yang akan didirikan. Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr. Muh Yamin menyampaikan usul dasar
negara dihadapan sidang pleno BPUPKI baik dalam pidato maupun secara tertulis yang
disampaikan kepada BPUPKI.
     Mr . Soepomo, pada tanggal 31 Mei 1945 antara lain dalam pidatonya
menyampaikan usulan lima dasar  negara, yaitu sebagai berikut :
1.      Paham Negara Kesatuan
2.      Perhubungan Negara  dengan Agama
3.      Sistem Badan Permusyawaratan
4.      Sosialisasi Negara
5.      Hubungan antar Bangsa
  Selain Muh Yamin, beberapa anggota BPUPKI juga menyampaikan usul dasar
negara, diantaranya adalah Ir. Soekarno . Usul ini disampaikan pada 1 Juni 1945 yang
kemudian dikenal sebagai hari lahir Pancasila. Usul Sukarno sebenarnya tidak hanya satu
melainkan tiga buah usulan calon dasar negara yaitu lima prinsip, tiga prinsip, dan satu
prinsip. Sukarno pula-lah yang mengemukakan dan menggunakan istilah “Pancasila”
(secara harfiah berarti lima dasar) pada rumusannya ini atas saran seorang ahli bahasa
(Muhammad Yamin) yang duduk di sebelah Sukarno. Oleh karena itu rumusan Sukarno
di atas disebut dengan Pancasila, Trisila, dan Ekasila.
     Usulan-usulan blue print Negara Indonesia telah dikemukakan anggota-anggota
BPUPKI pada sesi pertama yang berakhir tanggal 1 Juni 1945. Selama reses antara 2 Juni – 9
Juli 1945, delapan orang anggota BPUPKI ditunjuk sebagai panitia kecil yang bertugas untuk
menampung dan menyelaraskan usul-usul anggota BPUPKI yang telah masuk. Pada 22 Juni
1945 panitia kecil tersebut mengadakan pertemuan dengan 38 anggota BPUPKI dalam rapat
informal. Rapat tersebut memutuskan membentuk suatu panitia kecil berbeda (kemudian
dikenal dengan sebutan "Panitia Sembilan") yang bertugas untuk menyelaraskan mengenai
hubungan Negara dan Agama.
Dalam menentukan hubungan negara dan agama anggota BPUPKI terbelah antara
golongan Islam yang menghendaki bentuk teokrasi Islam dengan golongan Kebangsaan
yang menghendaki bentuk negara sekuler dimana negara sama sekali tidak diperbolehkan
bergerak di bidang agama. Persetujuan di antara dua golongan yang dilakukan oleh Panitia
Sembilan tercantum dalam sebuah dokumen “Rancangan Pembukaan Hukum Dasar”.
Dokumen ini pula yang disebut Piagam Jakarta (Jakarta Charter) oleh Mr. Muh Yamin.
Adapun rumusan rancangan dasar negara terdapat di akhir paragraf keempat dari dokumen
“Rancangan Pembukaan Hukum Dasar” (paragraf 1-3 berisi rancangan pernyataan
kemerdekaan/proklamasi/declaration of independence). Rumusan ini merupakan rumusan
pertama sebagai hasil kesepakatan para "Pendiri Bangsa".
1.      Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
2.      Kemanusiaan yang adil dan beradab
3.      Persatuan Indonesia
4.      Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam  permusyawaratan
perwakilan
5.      Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
   Sidang BPUPKI II : Pada sesi kedua persidangan BPUPKI yang berlangsung pada 10-
17 Juli 1945, dokumen “Rancangan Pembukaan Hukum Dasar” (baca Piagam Jakarta)
dibahas kembali secara resmi dalam rapat pleno tanggal 10 dan 14 Juli 1945. Dokumen
“Rancangan Pembukaan Hukum Dasar” tersebut dipecah dan diperluas menjadi dua buah
dokumen berbeda yaitu Declaration of Independence (berasal dari paragraf 1-3 yang
diperluas menjadi 12 paragraf) dan Pembukaan (berasal dari paragraf 4 tanpa perluasan
sedikitpun). Rumusan yang diterima oleh rapat pleno BPUPKI tanggal 14 Juli 1945 hanya
sedikit berbeda dengan rumusan Piagam Jakarta yaitu dengan menghilangkan kata “serta”
dalam sub anak kalimat terakhir. Rumusan rancangan dasar negara hasil sidang BPUPKI,
yang merupakan rumusan resmi pertama, jarang dikenal oleh masyarakat luas.
1.      Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
2.      Menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
3.      Persatuan Indonesia
4.      Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat-kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5.      Dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
       PPKI : Menyerahnya Kekaisaran Jepang yang mendadak dan diikuti dengan
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diumumkan sendiri oleh Bangsa Indonesia (lebih
awal dari kesepakatan semula dengan Tentara Angkatan Darat XVI Jepang) menimbulkan
situasi darurat yang harus segera diselesaikan. Sore hari tanggal 17 Agustus 1945, wakil-
wakil dari Indonesia daerah Kaigun (Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan
Kalimantan), diantaranya A. A. Maramis, Mr., menemui Sukarno menyatakan keberatan
dengan rumusan “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”
untuk ikut disahkan menjadi bagian dasar negara. Untuk menjaga integrasi bangsa yang
baru diproklamasikan, Sukarno segera menghubungi Hatta dan berdua menemui wakil-
wakil golongan Islam. Semula, wakil golongan Islam, diantaranya Teuku Moh Hasan , Mr.
Kasman Singodimedjo dan Ki Bagus Hadikusumo, keberatan dengan usul penghapusan itu.
Setelah diadakan konsultasi mendalam akhirnya mereka menyetujui penggantian rumusan
“Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”
dengan rumusan “Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai sebuah “emergency exit” yang hanya
bersifat sementara dan demi keutuhan Indonesia.
Pagi harinya tanggal 18 Agustus 1945 usul penghilangan rumusan “dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dikemukakan dalam rapat pleno
PPKI. Selain itu dalam rapat pleno terdapat usulan untuk menghilangkan frasa “menurut
dasar” dari Ki Bagus Hadikusumo. Rumusan dasar negara yang terdapat dalam paragraf
keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar ini merupakan rumusan resmi kedua dan
nantinya akan dipakai oleh bangsa Indonesia hingga kini. UUD inilah yang nantinya dikenal
dengan UUD 1945.
Dalam sidang PPKI memberi rumusan Pancasila sebagai berikut :
1.      Ketuhanan Yang Maha Esa
2.      Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3.      Persatuan Indonesia
4.      Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan
/perwakilan
5.      Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia
2. Pada hakekatnya pancasila mempunyai 2 fungsi utama yaitu sebagai dasar Negara dan
sebagai pandangan hidup bangsa. Jelaskan apa yang di maksud pancasila sebagai dasar
Negara dan pancasila sebagai pandangan hidup bangsa?
Pancasila sebagai dasar negara
Pancasila sebagai dasar negara, berarti Pancasila dijadikan pedoman dalam bertingkah
laku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pembukaan UUD 1945 alinea
ke-4 menegaskan, bangsa Indonesia memiliki dasar dan pedoman dalam berbangsa dan
bernegara yaitu Pancasila. Pancasila sebagai dasar negara mendasari pasal-pasal dalam UUD
1945. Serta menjadi cita-cita hukum yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.

Pancasila sebagai pandangan hidup

1. Pancasila dianggap memiliki nilai-nilai kehidupan paling baik. Pancasila dijadikan


dasar dan motivasi dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Semua sila dari Pancasila tidak dapat
dilaksanakan secara terpisah-pisah karena Pancasila merupakan satu kesatuan yang
utuh dan saling berkaitan. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa adalah sila pertama dan utama
yang mendasari keempat sila lainnya.

3. Selain merupakan ideology tertutup, pancasila merupakan ideology terbuka. Jelaskan apa
yang di maksud dengan pancasila sebagai ideology tertutup dan juga apa yang di maksud
dengan pancasila sebagai ideology terbuka?

Jawab :
Ideologi Tertutup
Pengertian: Ideologi tertutup adalah ideologi yang bersifat mutlak. Dengan kata lain
bahwa Ideologi tertutup merupakan ajaran atau pandangan dunia atau filsafat yang
menentukan tujuan-tujuan dan norma-norma politik dan sosial, yang ditasbihkan sebagai
kebenaran yang tidak boleh dipersoalkan lagi, melainkan harus diterima sebagai sesuatu yang
sudah jadi dan harus dipatuhi.

Ideologi Terbuka
Pengertian: Ideologi terbuka adalah ideologi yang tidak dimutlakkan. Dapat diartikan
juga bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil
dari kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakatnya sendiri. Ideologi terbuka merupakan
ideologi yang dapat berinteraksi dengan perkembangan zaman dan adanya dinamika secara
internal.
4. Pada hakekatnya pancasila ialah sebagai filsafat bangsa, jelaskan apa yang di maksud
dengan pancasila sebagai filsafat bangsa?

Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat

Filsafat Pancasila merupakan sistem ialah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling
memiliki keterkaitan, keterikatan dan  saling bekerjasama untuk suatu tujuan tertentu dan
secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh yang dinamakan sebuah kesatuan
organis. Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada dasarnya menggunakan beberapa
pendekatan untuk menyelami nilai-nilai pokok yang mendasarinya, beberapa penjelasannya
sebagai berikut:

1. Dengan menggunakan pendekatan secara deduktif yakni dengan mencari hakikat serta
menganalisis isi dari Pancasila itu sendiri dan menyusunnya secara sistematis menjadi
suatu keutuhan pandangan yang komprehensif.
2. Dengan menggunakan pendekatan secara induktif yaitu dengan mengamati gejala-
gejala yang timbul dalam kehidupan sosial dan budaya pada masyarakat kemudian
merefleksikannya lantas menarik arti serta makna yang hakiki dari gejala-gejala yang
timbul tersebut.

Pancasila sebagai filsafat mengandung sebuah pandangan, konsep-konsep kebenaran


dan cara berpikir yang menjadikan Pancasila sebagai ideologi nasional bangsa Indonesia.
Pancasila memiliki fungsi dasar negara bagi suatu negara yang sesungguhnya ditujukan bukan
hanya untuk bangsa Indonesia nammun juga pada kehidupan manusia secara menyeluruh.
Didalam Pancasila yang terdiri dari lima sila yang pada hakikatnya merupakan sebuah sistem
filsafat.

5. Perbuatan perbuatan apa saja yang harus di lakukan  untuk  melaksanakan sila ketuhanan
yang maha esa dan sila kemanusian yang adil  dan beradab dalam perilaku sehari hari?

Berikut penerapan sila ke-1 dalam kehidupan sehari – harinya :

1. Percaya serta Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama serta
kepercayaan masing – masing.
2. Hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dan para penganut
kepercayaan walaupun berbeda-beda.
3. Saling menghormati kebebasan dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agama serta
kepercayaan masing – masing.
4. Jangan memaksakan suatu agama atau kepercayaan terhadap orang lain.
5. Mempunyai sikap toleransi antar umat beragama lain.
6. Tidak bersikap rasis terhadap pemeluk agama yang berbeda kepercayaan.
7. Menyayangi binatang, merawat tumbuh – tumbuhan, serta selalu menjaga kebersihan
dan lainnya. 

Nilai Pancasila Ke 5

Dan yang terakhir sila ke-5 yaitu “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”
dimana terkandung nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Pada hal ini perlu diperhatikan
beberapa aspek berikut ini, antara lain :

1. Perlakuan yang adil di berbagai bidang kehidupan terutama pada bidang politik,
ekonomi dan sosial budaya
2. Perwujudan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
3. Keseimbangan antara hak dan kewajiban seseorang, serta menghormati hak milik orang
lain
4. Cita – cita masyarakat yang adil dan makmur serta merata material spiritual bagi seluruh
rakyat Indonesia
5. Cinta akan kemajuan dan pelaksanaan pembangunan demi kemajuan negara.

Hubungan Proklamasi dan Pembukaan UUD 1945


Dikutip dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, pembukaan UUD
1945 juga merupakan perincian cita-cita luhur proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Proklamasi Kemerdekaan merupakan suatu "Proclamation of Independence", sedangkan
Pembukaan UUD 1945 adalah "Declaration of Independence". Pembukaan UUD 1945 adalah
pernyataan kemerdekaan yang mengandung cita-cita luhur dari pada proklamasi kemerdekaan.
Mengubah pembukaan UUD 1945 berarti pembubaran Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).
Pembukaan UUD 1945 adalah deklarasi kemerdekaan Indonesia yang memuat cita-cita
luhur dari proklamasi kemerdekaan Indonesia. Proklamasi tidak akan mempunyai arti tanpa
deklarasi sebab tujuan proklamasi menjadi semata-mata hanya kemerdekaan. Sebaliknya,
deklarasi baru mempunyai arti dengan adanya proklamasi yang melahirkan kemerdekaan
sebagai sumber hukum terbentuknya NKRI.
Perjuangan bukan hasil angkatan 45 saja, tetapi didahului para pejuang sebelumnya.
Perjuangan ialah proses estafet yang berkesinambungan. Keadaan ini didukung dalam alinea
kedua Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi "...Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan
Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa
mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur".

Anda mungkin juga menyukai