Pembahasan Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa berkaitan
dengan kedudukan Pancasila sebagai Ideologi Kebangsaan, sebelum diangkat secara resmi atau dilakukan”penuangan konstitusional” sebagai dasar filsafat negara oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Pancaila sebagai ideologi kebangsaan adalah status ketika para pendiri bangsa tengah mencari, memperjuangkan, dan berusaha merumuskan ideologi apa yang kiranya tepat untuk Indonesia merdeka di kemudian hari. Proses itu berlangsung sejak Sidang BPUPK pertama, rapat Panitia Sembilan, sidang BPUPK kedua sampai sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945 yang menetapkan Pembukaan dan UUD Negara Republik Indonesia. Pancasila telah berproses dalam sejarah Indonesia sejak awal kemerdekaan bahkan sampai saat ini. Dinamika yang terus berlangsung selama ini, juga telah menjadikan Pancasila memiliki keragaman status sampai perbedaan pemahaman di antara warga bangsa. Namun demikian, sampai saat ini Pancasila tetap diterima sebagai konsensus bersama bangsa dalam posisinya sebagai dasar filsafat negara sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Melalui pembahasan ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami arus sejarah bangsa Indonesia, terutama terkait dengan sejarah perumusan Pancasila sampai dinamikanya di saat ini, meliputi : 1. Dinamika Pancasila pada era awal Kemerdekan; 2. Dinamika Pancasila pada era Orde Lama; 3. Dinamika Pancasila pada era Orde Baru; 4. Dinamika Pancasila pada era Reformasi. DINAMIKA PANCASILA PADA ERA KEMERDEKAAN Penjelasan dinamika Pancasila pada era kemerdekaan mulai dari proses perumusan Pancasila hingga penetapan Pancasila sebagai dasar negara, meliputi: 1. Proses Perumusan Pancasila Menjelang Kemerdekaan; 2. Penetapan Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara; 3. Dinamika Pancasila pada awal Kemerdekaan. PROSES PERUMUSAN PANCASILA MENJELANG KEMERDEKAAN
Pancasila sudah ada sejak zaman dahulu, jauh sebelum
Indonesia merdeka. Pancasila produk sejarah ketika bangsa Indonesia berproses mendirikan Negara Indonesia. Proses Sejarah Indonesia merdeka: a. Pembentukan BPUPK: - Sidang Pertama; - Masa Reses; - Sidang Kedua. b. Pembentukan PPKI. Mendekati akhir tahun 1944, Jepang menderita kekalahan melawan sekutu. Pada tgl 7 September 1944 untuk mendapatkan simpati & dukungan bangsa Indonesia, PM Kaiso di muka sidang parlemen Jepang menjanjikan memberikan kemerdekaan pada akhir Agustus 1945. Pada tgl 1 Maret 1945 diumumkan pembentukan Dokuritsu Zyunbi Tyoosaki atau BPUPK. Pada tgl 29 April 1945 dibentuk BPUPK & diumumkan Nama Ketua dan wakil ketua serta para anggota : Ketua (Kaicoo) : dr. KRT Radjiman Wedyodiningrat Ketua Muda : Ichibangase Yosio (seorang anggota luar biasa) Ketua Muda : RP Soeroso (merangkap kepala) Tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945 sidang pertama BPUPK, membahas tentang rancangan dasar negara Indonesia yang akan dibentuk. Tanggal 1 Juni 1945 dalam pidato sidang BPUPK, Ir Soekarno secara eksplisit menyebut istilah Pantja Sila sebagai nama dasar negara yang hendak didirikan. Pidato Ir. Soekarno tanggal 1 Juni 1945, yang di kemudian hari dikenal dengan pidato “Lahirnya Pancasila”. Pantja Sila berisi lima gagasan, prinsip, dan ide bersifat filosofis, yang menurut Ir. Soekarno sebagai philosophische grondslag daripada bangunan negara Indonesia merdeka. Kelima prinsip tersebut adalah: ➢ Kebangsaan Indonesia atau nasionalisme ➢ Perikemanusiaan atau internasionalisme ➢ Mufakat atau demokrasi ➢ Kesejahteraan Sosial ➢ Ketuhanan yang berkebudayaan Sidang pertama BPUPK selesai dan terjadi reses. Saat masa reses BPUPK mengadakan rapat untuk merumuskan hasil- hasil Sidang pertama BPUPK. Agenda semula membahas prosedur agar bangsa Indonesia secepat mungkin merdeka, namun ketika membicarakan perihal hubungan antara negara dan agama menghadapi masalah. Akhirnya rapat membentuk panitia kecil berjumlah 9 orang (Panitia Sembilan), untuk menjembatani perbedaan pendapat antara golongan nasionalis dan Islam perihal hubungan negara dengan agama. Rapat mengupayakan adanya kompromi antara kedua belah pihak mengenai rumusan dasar negara bagi negara Indonesia. Tanggal 22 Juni 1945, panitia kecil berhasil merumuskan suatu bentuk kompromi antara pihak kebangsaan dan Islam. Kesepakatan bersama dicantumlan dalam suatu naskah mengenai rancangan pembukaan hukum dasar negara. Hasil rumusan tersebut dikenal dengan nama Piagam Jakarja atau Jakarta Charter. Piagam Jakarta terdiri atas 4 alinea. Adapun rumusan dasar negara terdapat pada alinea IV, yang berbunyi sebagai berikut : “… maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu hukum dasar Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia, yang berkedaulatan rakyat, dengan berdasar kepada : ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, ………dst Piagam Jakarta merupakan “gentlement agrement” pertama para The Founding Fathers perihal dasar negara.
Sidang BPUPK kedua tanggal 10-17 Juli 1945
rancangan rumusan Piagam Jakarta hasil Panitia Sembilan disetujui oleh peserta sidang untuk menjadi rancangan pembukaan hukum dasar negara/UUD negara Indonesia. PENETAPAN PANCASILA SEBAGAI DASAR FISAFAT NEGARA
Setelah Sidang kedua, BPUPK dibubarkan.
Tanggal 12 Agustus 1945 didirikan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), dengan Ketua : Ir. Soekarno dan Wakil Ketua: . Drs. Mohammad Hatta PPKI bentukan Jepang semula berjumlah 21 orang ( Jawa 12, Sumatra 3, Sulawesi 2, Kalimanta, Nusa Tenggara, Maluku, Golongan Tionghoa masing-masing 1. Atas inisiatif Ir. Soekarno, keanggotaan ditambah 6 orang menjadi 27 orang. Tanggal 18 Agustus 1945 PPKI bersidang dan menghasilkan keputusan penting: a. Pengesahan pembukaan dan hukum dasar negara sebagai konstitusi RI. Selanjutnya dikenal dengan nama UUD 1945 yang didalamnya memuat dasar negara. b. Penetapan presiden dan wakil presiden RI, yaitu : Ir. Soekarno dam Drs. Mohammad Hatta. c. Pembentukan Komite Naional Indonesia Pusat (KNIP). Dengan ditetapkannya Pembukaan UUD Negara Indonesia oleh PPKI, dasar negara mengalami penuangan konstitusional, yakni 5 dasar atau prinsip. Melalui interprestasi historis, kelima prinsip dasar tersebut dinamakan Pancasila. Berdasar sejarah perumusan dan penetapan Pancasila dapat dikatakan Pancasila merupakan bagian tidak terpisahkan dari proses berbangsa dan bernegara Indonesia. Pancasila berdasar rumusan konstitusioanl merupakan dan berkedudukan sebagai “dasar negara” Indonesia. Pernyataan demikian berdasar pada anak kalimat “maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu UUD Negara Indonesia, yang berbentuk dalam suatu susunan Negara RI yang berkedaulatan rakyat dengan berdast kepada ……..” Pancasila sebagai dasar negara yang sering disebut dasar falsafah negara, digunakan sebagai dasar mengatur penyelenggaraan negara. Kedudukan dan fungsi pokok Pancasila sebagai dasar negara adalah pengertian Pancasila yang bersifat yuridis- ketatanegaraan (Darji Darmidiharjo, 1981)
Pancasila sebagaimana terdapat dalam Pembukaan
UUD 1945 merupakan asas kerohanian negara yang mempunyai kedudukan istimewa di antara unsur-unsur pokok kaidah fundamental negara (Notonagoro, 1981) DINAMIKA PANCASILA PADA AWAL KEMERDEKAAN
Pada masa-masa awal kemerdekaan, tidak banyak lagi
membicarakan Psncasila. Pancasila mulai dikenal kembali, setelah terbitnya buku bertajuk Lahirnya Pancasila, Bung Karno Menggemleng Dasar Negara tahun 1947. Isi buku tersebut merupakan pidato Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945. Pada tahun 1949 terjadi perubahan konstitusi yakni dari UUD RI yang dietapkan tanggal 18 Agustus 1945 menjadi Konstitusi RIS. Bagian mukadimah Konstitusi RIS 1949 memuat dasar negara dengan rumusan sbb.: a. Ketuhanan Yang Maha Esa b. Perikemanusiaan c. Kebangsaan d. Kerakyatan e. Keadilan sosial ➢ Lima prinsip ini berbeda rumusannya dengan rumusan yang terdapat dalam bagian Pembukaan UUD yang ditetapakan tahun 1945. Pada tahun 1950, terjadi perubahan bentuk negara, yakni dari negara RIS menjadi negara kesatuan. Perubahan bentuk negara ini diikuti dengan pemberlakuan konsitusi baru yakni UUD Sementara 1950 Bagian mukadimah UUDS 1950 memuat lima prinsip: a. Ketuhanan Yang Maha Esa b. Perikemanusiaan c. Kebangsaan d. Kerakyatan e. Keadilan sosial Pada tanggal 5 Juli 1959 terjadi Dekrit Presiden yang isinya memberlakukan kembali UUD NRI yang ditetapkan PPKI tanggal 18 Agustus 1945 sebagai UUD negara menggantikan UUDS 1950. UUD yang diberlakukan ini selanjutnya dikenal luas dengan nama “ UUD 1945”. Lima prinsip dasar negara pada akhirnya kembali pada rumusan semula sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Pada periode 1945-1959, selain pidato 1 Juni 1945, muncul kembali pemikiran tentang Pancasila oleh Ir. Soekarno pada Kursus Pancasila tahun 1958 di Istana. Dikemukakan makna atau hakikat dari masing-masing sila Pancasila yang menurutnya tetap berisi lima hal, yakni kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan dan ketuhanan. Menurut Ir. Soekarno, meski urutannya berubah, tetapi isinya tetaplah sama. Pada periode 1945-1959 juga terjadi perdebatan mengenai Pancasila sebagai dasar negara, terutama di sidang-sidang Konstituante antara tahun 1957-1959, Pancasila diperdebatkan keberadaannya oleh para anggota sidang. Konstituante adalah lembaga negara yang dibentuk dengan tujuan menyusun UUD baru sebagai pengganti dari UUDS 1950. Periode ini ditandai dengan memuncak & meluasnya konflik ideologii secara eksplisit dalam sidang Majelis Konstituante. Ideologi yang ditawarkan. Diusulkan dan diperdebatkan adalah ideologi barat modern sekuler, idologi islam dan ideologi kebangsaan. Konstituante tidak mampu memenuhi kuorum pada pemungutan suara bagi para anggotanya, dianggap tidak mampu mengambil keputusan guna menyusun UUD baru. Menghadapi krisis dan kemacetan yang terjadi, dengan mendapat dukungan parpol, kaum intelektual dan Angkatan Darat, maka Ir.Soekarno mengeluarkan dekrit tanggal 5 Juli 1959. Isi dekrit adalah: - membubarkan Konstituante - berlakunya kembali UUD 1945 - pembentukan MPRS