Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep dan Urgensi Pancasila dalam Arus Sejarah Bangsa Indonesia


Pancasila pada hakikatnya merupakan Philosofische Grondslag dan
Weltanschauung. Pancasila dikatakan sebagai dasar filsafat negara (Philosofische
Grondslag) karena mengandung unsur-unsur alasan filosofis berdirinya suatu
negara. Setiap produk hukum di Indonesia harus berdasarkan nilai Pancasila.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa (Weltanschauung) mengandung unsur-
unsur sebagai berikut: nilai-nilai agama, budaya, dan adat istiadat.

1. Periode Pengumpulan Pancasila


BPUPKI merupakan cikal bakal terbentuknya Pancasila. Dr. Radjiman
Widyodiningrat, selaku ketua BPUPKI, mengajukan suatu masalah khususnya
yang akan dibahas pada sidang tersebut. Tiga orang pembicara yaitu: Mohammad
Yamin, Dr. Soepomo dan Ir. Soekarno. Pada tanggal 1 Juni 1945, di dalam sidang
tersebut Ir. Soekarno berpidato secara lisan mengenai calon rumusan dasar negara
Indonesia. Kemudian untuk memberikan nama “Pancasila” yang artinya lima
dasar, hal ini menurut Soekarno atas saran dari salah seorang temannya yaitu
seorang ahli Bahasa yang tidak disebutkan namanya. Awalnya sila pertama pada
Pancasila memiliki perbedaan bunyi dari pancasila sekarang tetapi, atas
perundingan yang terjadi dan pertimbangan lainya untuk mencapai persatuan dan
kesatuan akhirnya sila pertama pancasila berbunyi “Ketuhanan yang Maha Esa”
Proses perumusan dasar negara berlangsung dalam sidang-sidang Dokuritzu
Zyunbi Tyoosakai (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan,
selanjutnya disebut BPUPKI) yang dilanjutkan dalam sidang-sidang Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
2. Periode Perumusan Pancasila
Hal terpenting yang mengemukakan dalam sidang BPUPKI kedua pada 10 -
16 Juli 1945 adalah disetujuinya naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang
kemudian dikenal dengan nama Piagam Jakarta atau Jakarta Charter. Piagam
Jakarta itu merupakan naskah awal pernyataan kemerdekaan Indonesia. Pada
alinea keempat Piagam Jakarta itulah terdapat
rumusan Pancasila sebagai berikut.
1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang dijuluki “Piagam Jakarta”
ini di kemudian hari dijadikan “Pembukaan” UUD 1945, dengan sejumlah
perubahan di sana-sini. Periode perumusan pancasila dimulai dari diadakannya
sidang BPUPKI. BPUPKI mengadakan sidang sebanyak dua kali yaitu pada
tanggal 29 Mei-1 Juni 1945 dan sidang keduanya pada tanggal 10 - 16 Juni 1945.
Sidang pertama digunakan untuk merunfingkan isi dari dasar negara yang dimana
di usulkan oleh tiga orang tokoh yaitu Mohammad Yamin, Dr. Soepomo dan Ir.
Soekarno. Sedangkan siding kedua BPUPKI membahas mengenai pengesahan
dasar negara dengan nama yang dikenal piagam jakarta.

3. Periode Pengesahan Pancasila


Karena adanya kekosongan kekuasaan di Indonesia akhirnya golongan muda
mendesak Soekarno untuk memerdekakan Indonesia. Setelah peristiwa diculiknya
Soekano dan Moh. Hatta akhirnya Soekarno menulis naskah proklamasi di rumah
Laksamana Tadashi Maeda dan keesokan harinya naskah tersebut dibacakan oleh
Soekarno. Isi dari teks proklamasi adalah sebagai berikut
PROKLAMASI
Kami Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal
yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain, diselenggarakan dengan cara
saksama dan dalam tempo yang sesingkat- singkatnya.
Jakarta, 17 Agustus 1945

atas nama bangsa Indonesia


Soekarno-Hatta

Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, yakni 18 Agustus 1945,


PPKI bersidang untuk menentukan dan menegaskan posisi bangsa Indonesia dari
semula bangsa terjajah menjadi bangsa yang merdeka. PPKI yang semula
merupakan badan buatan pemerintah Jepang, sejak saat itu dianggap mandiri
sebagai badan nasional. Atas prakarsa Soekarno, anggota PPKI ditambah 6 orang
lagi, dengan maksud agar lebih mewakili seluruh komponen bangsa Indonesia.
Mereka adalah Wiranatakusumah, Ki Hajar Dewantara, Kasman Singodimejo,
Sayuti Melik, Iwa Koesoema Soemantri, perangkat dan kelengkapan
kehidupan bernegara, seperti: dasar negara, Undang-Undang Dasar,
pemimpin negara, dan perangkat pendukung lainnya. Putusan-putusan
penting yang dihasilkan mencakup hal-hal berikut:
a. Mengesahkan Undang-Undang Dasar Negara (UUD ‘45) yang terdiri
atas Pembukaan dan Batang Tubuh. Naskah Pembukaan berasal
dari Piagam Jakarta dengan sejumlah perubahan. Batang Tubuh juga berasal
dari rancangan BPUPKI dengan sejumlah perubahan pula.
b. Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama (Soekarno dan
Hatta).
c. Membentuk KNIP yang anggota intinya adalah mantan anggota PPKI
ditambah tokoh-tokoh masyarakat dari banyak golongan. Komite ini dilantik
29 Agustus 1945 dengan ketua Mr. Kasman Singodimejo
Rumusan Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut:
1. Ketuhanan yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

B. Alasan Diperlukannya Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa


Indonesia

a. Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia


Budaya dapat membentuk identitas suatu bangsa melalui proses inkulturasi
dan akulturasi. Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia merupakan
konsekuensi dari proses inkulturasi dan akulturasi tersebut. As’ad Ali
dalam buku Negara Pancasila; Jalan Kemaslahatan Berbangsa mengatakan bahwa
Pancasila sebagai identitas kultural dapat ditelusuri dari kehidupan agama yang
berlaku dalam masyarakat Indonesia.

b. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia


Pancasila disebut juga sebagai kepribadian bangsa Indonesia, artinya nilai-
nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan
diwujudkan dalam sikap mental dan tingkah laku serta amal perbuatan.K
epribadian itu mengacu pada sesuatu yang unik dan khas karena tidak ada pribadi
yang benar-benar sama. Setiap pribadi mencerminkan keadaan atau halnya
sendiri.
c. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia
Artinya nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan,
dan keadilan diyakini kebenarannya, kebaikannya, keindahannya, dan
kegunaannya oleh bangsa Indonesia dan menjadikan sebagai pedoman
bermasyarakat. Pancasila sebagai pandangan hidup berarti nilai-nilai
pancasila melekat dalam kehidupan masyarakat dan dijadikan norma
dalam bersikap dan bertindak.

d. Pancasila sebagai jiwa bangsa


Pancasila lahir bersamaan dengan lahirnya bangsa Indonesia. Pancasila telah
ada sejak dahulu kala bersama dengan adanya bangsa Indonesia

e. Pancasila sebagai perjanjian luhur


Nilai – nilai sebagai jiwa bangsa dan kepribadian bangsa yang disepakati oleh
para pendiri Indonesia. Kesepakatan para pendiri negara tentang
pancasila sebagai dasar negara merupakan bukti bahwa pilihan yang
diambil pada waktu itu merupakan sesuatu yang tepat.

C. Perkembangan Pancasila dalam Sejarah Bangsa Indonesia


Sebuah negara pada hakikatnya dibangun berdasarkan suatu landasan yang
kemudian dijadikan dasar negara. Tanpa disadari nilai – nilai luhur
Pancasila sudah mulai terbentuk sejak masa kerajaan-kerajaan di Indonesia.
Sebelum adanya Pancasila sebagai dasar negara pada saat ini,
Pancasila mengalami perkembangan dalam penerapannya di setiap era sejarah
yang telah dilalui bangsa Indonesia. Ada beberapa sejarah yang tercatat,
diantaranya:
• Sejarah Pancasila pada Era Pra Kemerdekaan
• Sejarah Pancasila pada Era Kemerdekaan
• Sejarah Pancasila Pada Era Orde Lama
• Sejarah Pancasila pada Era Orde Baru
• Sejarah Pancasila pada Era Reformasi
Sejarah Pancasila pada Era Pra Kemerdekaan
Pada tanggal 1 Maret 1945, dibentuk Badan Penyelidikan Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang diketuai oleh Dr. Kanjeng
Raden
Tumenggung (K. R. T) Radjiman Widyodiningrat. Dalam pembukaan pidato
pada sidang pertama Radjiman Widyodiningrat melontarkan pertanyaan "Apa
dasar negara kita dan mau dibentuk apa?". Untuk merumuskan
Pancasila
sebagai dasar negara, terdapat usulan-usulan pribadi yang dikemukakan dalam
sidang BPUPKI yaitu Muhammad Yamin, Soekarno, dan Soepomo. Sidang
pertama dilaksanakan pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1945 untuk merumuskan
falsafah dasar negara untuk negara Indonesia.
Pada tanggal 29 Mei 1945, Muhammad Yamin mengemukakan 5 asas
bagi negara Indonesia yaitu: Sila pertama "Kebangsaan", sila kedua
"Kemanusiaan", sila ketiga "Ketuhanan", sila keempat "Kerakyatan", dan sila
kelima "Kesejahteraan Rakyat".

ada tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Soepomo mengemukakan 3 asas


teori-teori bagi negara Indonesia yaitu: Sila pertama "Teori Negara
Perseorangan (Individualis)", sila kedua "Paham Negara Kelas (Class
Theory)", dan sila ketiga "Paham Negara Integralistik".
Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir Soekarno mengemukakan 5 prinsip dasar
Negara yaitu: Sila pertama "Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)", sila
kedua "Internasionalisme (Peri kemanusiaan)", sila ketiga "Mufakat
(Demokarasi)", sila keempat "Kesejahteraan Sosial", dan sila kelima
"Ketuhanan yang Maha Esa.

Sejarah Pancasila pada Era Kemerdekaan


Selepas perumusan dasar negara Indonesia yang dilaksanakan tanggal
29 Mei-1 Juni 1945, dibentuk panitia kecil (9 orang) untuk
merumuskan
gagasan-gagasan tentang dasar-dasar negara yang dilontarkan oleh 3 pembicara
pada persidangan pertama. Pada tanggal 22 Juni 1945, rumusan hasil Panitia 9
itu diserahkan ke BPUPKI dan diberi nama "Piagam Jakarta". Naskah Piagam
Jakarta ditulis dengan menggunakan ejaan Republik dan ditandatangani oleh
Ir.Soekarno, Moh. Hatta, A. A. Maramis, Abdul Kahar, H. Agus Salim, Achmad
Subardjo, Abikoesno, K. H. Wahid Hasjim, dan Muhammad Yamin. Namun,
ada perdebatan terkait sila pertama pada Piagam Jakarta. Oleh karena
itu,
dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 18 Agustus
1945, diputuskan untuk melakukan perubahan pada sila pertama dari
yang
ditulis dalam Piagam Jakarta.

Hingga kemudian, rumusan Pancasila versi 18 Agustus 1945 itu


menjadi seperti yang dikenal saat ini, yaitu:
1. Ketuhanan yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sejarah Pancasila pada Era Orde Lama


Masa setelah kemerdekaan RI (1945-1950), sejak Soekarno dan
Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945,
yang terjadi setelahnya adalah hiruk-pikuk politik dan keamanan seiring
masuknya kembali Belanda ke wilayah Indonesia. Pada masa awal
pemerintahan Soekarno pula Pancasila dibentuk dan digodok. Tak hanya dasar
negara, bentuk pemerintahan juga birokrasi di dalamnya juga
dirumuskan.
Pembentukan negara Indonesia ini diwarnai silang pendapat dan perdebatan
panjang. Selain harus menghadapi Belanda di berbagai front pertempuran
maupun meja perundingan, masa pemerintahan usai kemerdekaan RI kala itu
juga terjadi gejolak internal. Ada rasa ketidakpercayaan dari sejumlah golongan
tertentu terhadap pemerintahan Soekarno-Hatta.

Masa setelah pengakuan kedaulatan (1950-1959), setelah melalui


rangkaian perundingan dan polemik bersenjata yang dituntaskan dengan
Konferensi Meja Bundar (KMB), Belanda akhirnya mengakui kedaulatan
Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdiri sendiri pada 27 Desember
1949. Menjadi negara yang berdaulat justru membuat pemerintahan Soekarno
tidak stabil lantaran banyak munculnya masalah internal, baik dari
kabinet
maupun ancaman dis-integrasi bangsa. Dalam kurun waktu 9 tahun,
yakni
1950-1959, pemerintahan Indonesia (kala itu bernama Republik
Indonesia Serikat atau RIS) mengalami 7 kali perombakan kabinet. Di berbagai
wilayah,
pada periode ini muncul gerakan-gerakan yang mengancam keutuhan negara.
Sebut saja pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA), Andi Azis,
Republik Maluku Selatan (RMS), Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta), dan
lain-lain. Pada masa ini pula militer mulai menjadi fraksi yang kuat dalam
perpolitikan Indonesia dan berperan besar dalam proses transisi pemerintahan
dari orde lama ke orde baru yang dipimpin oleh Soeharto.

Masa akhir Orde Lama (1959-1966), periode ini diwarnai dengan


sistem Demokrasi Terpimpin oleh Soekarno. Masa Demokrasi Terpimpin juga
menjadi akhir Orde Lama usai terjadinya peristiwa Gerakan 30
September
(G30S) 1965. Soekarno mengubah sistem politik Indonesia menjadi Demokrasi
Terpimpin melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Akibatnya, sistem perpolitikan
dan pemerintahan negara bertumpu kepada Soekarno selaku presiden.
Demokrasi Terpimpin sejatinya merupakan konsep untuk membentuk ulang
sistem pemerintahan yang kacau. Dengan menjadikan presiden sebagai titik
sentral pemerintahan, Soekarno berharap dapat mencipta ulang stabilitas politik
Indonesia waktu itu. Namun, yang terjadi justru sebaliknya, pelaksanaan
Demokrasi Terpimpin telah menyeleweng dari ketentuan UUD 1945.
Pada
pelaksanaan Demokrasi Terpimpin, justru terjadi pelanggaran terhadap UUD
1945 dan pemerintah cenderung menjadi sentralistik. Hal ini
dikarenakan
terpusat hanya kepada presiden yang membuat kedudukan presiden sangat kuat
dan berkuasa, terlebih setelah mundurnya Hatta dari posisi wakil presiden sejak
1956. Kedudukan Pancasila pada masa Orde Lama kembali terancam dengan
terjadinya peristiwa G30S 1965 yang melibatkan orang-orang PKI dan
sebagian militer sebagai pelakunya. Tragedi G30S 1965 sekaligus
menjadi
awal dari akhir rezim Orde Lama pimpinan Soekarno yang kemudian
digantikan era Orde Baru sejak 1966.

Sejarah Pancasila pada Era Orde Baru


Pancasila sebagai dasar negara Indonesia juga diterapkan pada masa
Orde Baru sejak 1966-1998, ketika Soeharto menjadi Presiden RI. Lima bunyi
Pancasila juga dijadikan sebagai landasan negara selama rezim Orba kendati
sempat terjadi polemik dalam sejarahnya. Pemerintah Orde Baru mempunyai
visi utama dengan menjalankan nilai-nilai Pancasila dan UUD RI
dalam
kehidupan masyarakat serta bernegara. Upaya penerapan Pancasila di rezim ini
salah satunya adalah penyederhanaan partai politik. Partai politik dibatasi dan
hanya berjumlah tiga, meliputi Partai Demokrasi Indonesia (PDI), Partai
Persatuan Pembangunan (PPP), dan Golkar. Bukan hanya itu, rezim Orde Baru
mewajibkan Pancasila sebagai asas tunggal. Oleh sebab itu, baik organisasi
masyarakat hingga partai politik harus menjadikan Pancasila sebagai pedoman
utama dalam menjalankan kegiatannya.

Penerapan Pancasila juga terjadi dalam bidang sosial politik. Militer


juga ikut terlibat demi menjaga keutuhan Pancasila yang merupakan
dasar
negara Indonesia. Pada akhirnya, kegiatan bebas yang seharusnya
diperbolehkan menjadi lebih dibatasi. Atas nama Pancasila sebagai falsafah dan
dasar negara, kata Soeharto, maka ABRI (militer) dan Golkar harus bersatu,
terutama dalam menjalankan pemerintahan yang kuat dari segala
ancaman.
Selain itu, tidak jarang dilakukan pembreidelan surat kabar hingga majalah
kala itu. Ada juga peristiwa penangkapan aktivis karena mengkritik
pemerintahan Soeharto pada masa Orde Baru. Penerapan Pancasila sebagai
asas tunggal pada era Orde Baru dengan segala dampaknya menuai
kritik.
Beberapa kalangan menyebut Soeharto telah menyalahgunakan Pancasila
untuk kepentingan sendiri dan kelompoknya.

Sejarah Pancasila pada Era Reformasi


Pancasila merupakan dasar negara Indonesia sebagai ideologi yang
dipegang teguh dalam menjalankan kehidupan bernegara. Penerapan Pancasila
pun berkembang sesuai dengan kemajuan zaman, termasuk masa Reformasi
1998 sampai sekarang. Penerapan Pancasila sebelum Reformasi 1998
mengalami berbagai cobaan, semisal munculnya berbagai pemberontakan di
era Orde Lama, atau upaya penyalahgunaan Pancasila atas nama kekuasaan
pada rezim Orde Baru. Di era Reformasi 1998, seiring lengsernya Soeharto
dari kursi kepresidenan dan selanjutnya, penerapan Pancasila juga
terhalangbanyak godaan. Berakhirnya Orde Baru membuka pintu gerbang
kebebasan
bagi rakyat Indonesia, nyaris di semua lini kehidupan.

Penerapan Pancasila kini mendapatkan tantangan dari kondisi


masyarakat Indonesia yang benar-benar mendapat kebebasan. Di satu
sisi,
adanya kebebasan merupakan hal yang positif, semisal dengan
munculnya
kreativitas dari anak-anak bangsa. Namun, ada juga beberapa sisi negatifnya.
Sebagai contoh adalah terjadinya pergaulan bebas, cara interaksi yang
tak
beretika, penyalahgunaan narkoba dan minuman keras, anarkisme-vandalisme,
konflik horizontal, serta hal-hal lain yang dapat mengancam keutuhan bangsa.
Penerapan Pancasila di era digital, seperti dikutip dari laman
resmi Lembaga Ketahanan Nasional RI Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni, M. P.
mengatakan, “Pancasila merupakan ideologi terbuka”. Sebagai ideologi terbuka,
Pancasila
bisa memadukan beberapa nilai baru dalam kehidupan bernegara.
Namun,
kendati sifatnya terbuka, Pancasila harus dijaga kemurniannya agar
tidak
terancam oleh ideologi-ideologi lain. Kedatangan ideologi lain tidak terlepas
dari perkembangan teknologi informasi, seperti berbagai platform sosial media
(sosmed), merebaknya media online, dan lain-lain. Oleh karena itu, penerapan
Pancasila sebaiknya memanfaatkan teknologi agar menarik perhatian generasi
muda serta masyarakat untuk lebih bisa memaknai dan mengamalkannya.

Mempraktikkan nilai-nilai Pancasila dan penerapan nilai-nilai Pancasila


juga diajarkan melalui pendidikan sekolah. Salah satunya lewat mata pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PKN) agar generasi muda tidak
melupakan Pancasila. Melalui mata pelajaran PKN dengan kurikulum terbaru,
Pancasila bukan hanya diajarkan melalui teori, namun juga praktik di
kehidupan nyata sehari-hari. Pancasila selalu diterapkan sesuai dengan
perkembangan zaman. Di masa reformasi hingga saat ini, masyarakat tetap
dapat menjalankan nilai-nilai Pancasila dengan memaksimalkan hasil
kemajuan teknologi informasi. Oleh karena itu, cita-cita dari nilai asli
masyarakat Indonesia dapat terus berkembang agar masyarakat dapat mencapai
keadilan dan kemakmuran sejalan dengan Pancasila dan UUD 1945.

PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila merupakan nilai-nilai luhur yang menjadi dasar negara
Indonesia sekaligus menjadi pedoman hidup dan identitas diri bangsa
Indonesia, yang mana kedudukan Pancasila sebagai dasar negara
Indonesia
telah dilegalkan oleh Instruksi Presiden Nomor 12/1968. Kedudukan Pancasila
sebagai dasar negara Indonesia memiliki arti bahwa segala peraturan negara
harus sesuai dan tidak boleh bertentangan dengan Pancasila.
Pancasila terbentuk melalui proses sejarah yang panjang dan bertahap,
mulai dari proses pengumpulan sila-sila Pancasila, proses perumusan
Pancasila, hingga proses pengesahan Pancasila. Pancasila merupakan
buah
pikiran, musyawarah, dan mufakat yang dilakukan para tokoh penting pada
masa perjuangan kemerdekaan yang dirumuskan melalui sidang BPUPKI, pada
tanggal 29 Mei-1 Juni 1945.
Adapun alasan diperlukannya Pancasila dalam kajian sejarah bangsa
Indonesia adalah karena Pancasila merupakan identitas dan jiwa bangsa, serta
mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia. Pancasila juga merupakan
pandangan hidup bangsa Indonesia, yang artinya semua nilai-nilai Pancasila
tersebut dijadikan pedoman hidup yang melekat dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

B. Saran
Proses sejarah pembentukan Pancasila sebagai dasar negara serta
identitas bangsa Indonesia melalui berbagai tahapan yang panjang dan tidak
instan. Oleh karenanya, penulis berpesan kepada generasi muda penerus
bangsa supaya senantiasa memahami, mengimplementasikan, dan
mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai aspek kehidupan, sehingga
Pancasila akan selalu hidup dan melekat sebagai jati diri bangsa Indonesia di
masa sekarang maupun nanti di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Wisnu. 2021. Kedudukan Pancasila Sebagai Dasar Negara & Pandangan
Hidup Bangsa. https://wisnuadi.com/kedudukan-pancasila-sebagai-dasar-
negara/, diakses pada 17 September 2021.
Dream.co.id. 2020. Makna dan Arti Penting Pancasila Sebagai Dasar Negara.
https://m.dream.co.id/your-story/makna-dan-arti-penting-pancasila-
sebagai-dasar-negara-200722m.html, diakses pada 17 September 2021.
Kompasiana. 2019. Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia.
https://www.kompasiana.com/pancasila-dalam-kajian-sejarah-bangsa-
indonesia, diakses pada 17 September 2021.
Kompasiana. 2019. Pancasila di Era Pra Kemerdekaan dan Era Kemerdekaan.
https://www.kompasiana.com/pancasila-di-era-pra-kemerdekaan-dan-era-
kemerdekaan, diakses pada 17 September 2021.
Nurwadani, P, dkk. 2016. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian
Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia.
Sandila Putri, Laura. 2021. Pancasila dalam Arus Sejarah Bangsa
Indonesia.
file:///C:/Users/riymay/Downloads/makalah%20periode%20pengusulan
%20pancasila%20laura%20sandila%2020220056.pdf, diakses pada 16
September 2021.
Tirto.id. 2021. Sejarah dan Penerapan Pancasila Masa Orde Lama Soekarno
1959-1966. https://tirto.id/sejarah-dan-penerapan-pancasila-masa-orde-
lama-soekarno-1959-1966, diakses pada 17 September 2021
Tirto.id. 2021. Sejarah dan Penerapan Pancasila Masa Orde Baru
Soeharto
1966-1998. https://tirto.id/sejarah-dan-penerapan-pancasila-masa-orde-
baru-soeharto-1966-1998, diakses pada 17 September 2021.
Tirto.id. 2021. Sejarah Penerapan Pancasila Masa Reformasi 1998
Sampai
Sekarang. https://tirto.id/sejarah-penerapan-pancasila-masa-reformasi-
1998-sampai-sekarang, diakses pada 17 September 2021.

Anda mungkin juga menyukai