Nim: 1401419390
No: 24
BAB III
Memahami peranan Pancasila di era reformasi, khususnya dalam konteks sebagai dasar negara
dan ideologi nasional, merupakan tuntunan hakiki agar setiap warga negara Indonesia memiliki
pemahaman yang sama, dan akhirnya memiliki persepsi dan sikap yang sama terhadap
kedudukan, peranan dan fungsi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
-Prinsip-prinsip filsafat Pancasila sejak awal kelahirannya diusulkan sebagai Dasar Negara
(Philosofische grondslag, Weltanschauung) Republik Indonesia, yang kemudian diberi status
(kedudukan) yang tegas dan jelas dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945.
-Pancasila dalam pengertiannya yang umum, abstrak atau universal, mempunyai hakekat isi
yang mutlak, bersifat tetap dan tidak berubah. Oleh karena itu untuk merealisasikan
pelaksanaanya memerlukan pengkhususan, dengan cara mentransformasikan pengertian umum,
abstrak atau universal menjadi pengertian yang umum kolektif dan khusus konkrit.
B. Kronologi Perumusan dan Pengesahan Pembukaan UUD 1945 (Pancasila) dan UUD
1945
• Proses perumusan dan pengesahan Pancasila Dasar Negara tidak dapat dipisahkan
dengan proses perumusan dan pengesahan Pembukaan UUD 1945, sebab disampingnya
diciptakan untuk menyongsong lahirnya negara Indonesia yang diproklamasikan pada
tanggal 17 Agustus 1945, Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila merupakan satu
kesatuan yang fundamental.
• Sejarah perumusan dan pengesahan Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila Dasar Negara
secara kronologis sebagai berikut: (Sekretariat Negara RI, 1995:3-503).
Sebagai realisasi janji politik, pada tanggal 29 April 1945 oleh Gunseikan (Kepala
Pemerintah Balatentara Jepang di Jawa) dibentuk suatu badan yang diberi nama Dokuritsu
Zyunbi Coosakai atau Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI) yang
bertugas untuk menyelidiki segala sesuatu mengenai persiapan kemerdekaan Indonesia.
3. Tanggal 28 Mei 1945
a. Tanggal 29 Mei 1945, Prof. Mr. Moh. Yamin mengajukan usul yang disiapkan secara
tertulis, berjudul: “Azas Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia”.
b. .Tanggal 31 Mei 1945:
1. Prof. Dr. Mr. R. Soepomo di gedung Chuoo In menguraikan teori negara secara yuridis,
berdirinya negara, bentuk negara dan pemerintahan serta hubungan antara negara dengan
agama.
2. Prof. Mr. Moh. Yamin menguraikan tentang daerah Negara Kebangsaan Indonesia,
ditinjau dari segi yuridis, historis, politis, sosiologis dan geografis serta secara
konstitusional .
3. P.F. Dahlan menguraikan masalah golongan bangsa Indonesia peranakan Tionghoa,
India, Arab, dan Eropa yang telah turun-temurun tinggal di Indonesia.
4. Drs. Moh. Hatta menguraikan masalah bentuk negara persekutuan, bentuk negara serikat
dan bentuk negara persatuan.
5. Tanggal 1 Juni 1945
Ir. Soekarno mengajukan usul tentang Konsepsi Dasar Filsafat Negara Indonesia Merdeka,
yang diberi nama Pancasila.
Pada tanggal 1 Juni 1945, sidang BPUPK 1 diakhiri dan dibentuk Panitia Kecil yang terdiri
dari 8 orang anggota (Panitia Delapan) yang diketuai oleh Ir. Soekarno, yang bertugas
untuk memeriksa usul-usul yang masuk, menampung dan melaporkannya kepada sidang
pleno BPUPK yang kedua.
6. Tanggal 22 Juni 1945
Bertempat di gedung kantor Besar Jawa Hookoo Kai (Himpunan Kebaktian Rakyat Jawa)
diadakan rapat gabungan antara:
a.Panitia Delapan
b.Sejumlah anggota Tyuuoo Sangi Ini (Badan Penasehat Pemerintah Pusat Balatentara
Jepang di Jakarta), yang juga merangkap sebagai anggota BPUPKI
c.Sejumlah anggota BPUPKI yang tinggal di Jakarta dan tidak menjadi anggota Tyuuoo
Sangi Ini
Rapat ini membicarakan “ usul-usul dari para anggota tentang prosedur yang harus dilalui
agar upaya lekas mencapai Indonesia Merdeka”. Hasil rapat gabungan ini ialah:
a.Supaya selekas-lekasnya Indonesia Merdeka.
b.Hukum Dasar yang akan dirancang, supaya diberi semacam Preambule (kata
pembukaan atau mukadimah).
c.Menerima usul Ir. Soekarno, agar supaya BPUPKI terus bekerja sampai terwujudnya
suatu Hukum Dasar.
d.Membentuk satu Panitia Kecil Penyelidik Usul-Usul/ Perumus Dasar Negara yang
dituangkan dalam Mukadimah Hukum Dasar yang beranggotakan sembilan orang.
Pada waktu itu juga diadakan pertemuan Panitia Sembilan di Pegangsaan Timur 56 Jakarta,
dalam pertemuan ini disetujui agar para anggota segera menyusun suatu Konsep Rancangan
Mukadimah Hukum Dasar yang akan diajukan ke sidang BPUPK kedua, yang kemudian
konsep ini terkenal dengan dengan sebutan Piagam Jakarta
Selain itu juga diputuskan mengenai daerah. Pada tanggal itu juga Panitia Perancang
Hukum Dasar telah mengambil keputusan:.
1.Membentuk Panitia Perancang “Declaration of Human Right” yang diketuai oleh Mr.
Achmad Soebardjo serta Soekiman dan Parada Harahap masing-masing sebagai
anggota.
2.Mengenai unitarisme atau federalisme, segenap anggota setuju uniterisme, kecuali 2
anggota.
3.Mengenai isi Preambule bukan hanya kata-kata, semua anggota setuju.
4.Mengenai pimpinan negara, 10 orang setuju ditangan satu orang, 9 lainnya tidak setuju.
c. Tanggal 13 Juli 1945
Dalam sidangnya, Panitia Kecil Perancang Hukum Dasar berhasil menghimpun usulan
yang penting, yaitu:
1.Kedaulatan dilakukan oleh Badan Permusyawaratan Rakyat yang bersidang 5 tahun
sekali dan sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi.
2.Tugas sehari-hari dilaksanakan oleh Presiden, yang dibantu oleh wakil Presiden, -
menteri yang bertanggung jawab kepadanya dan oleh Dewan
Pertimbangan Agung.
3.Dalam membentuk Undang-Undang, Presiden harus mufakat dengan Dewan
Perwakilan Rakyat.
4.Rancangan Hukum Dasar terdiri dari 15 bab, 43 pasal termasuk 5 pasal Aturan
Peralihan dan satu pasal Aturan Tambahan.
5.Untuk memperbaiki redaksi Rancangan Hukum Dasar tersebut, dibentuklah Panitia
Penghalus Bahasa.
Sidang mendengarkan laporan hasil kerja Panitia Perancang Hukum Dasar yang
menyampaikan Rancangan Indonesia Merdeka dan Pembukaan Hukum Dasar
disampaikan oleh ketuanya.
Sidang dimulai dengan acara pokok membicarakan Rancangan Hukum Dasar, Ir.
Soekarno menyampaikan konsep Rancangan Hukum Dasar dengan penjelasannya dan
disampaikan pula usul Drs. Moh. Hatta tentang hak-hak asasi manusia.
Sidang menyetujui dan menerima Rancangan Hukum Dasar yang diajukan oleh Panitia
Perancang Hukum Dasar.
PPKI dibentuk pada tanggal 9 Agustus 1945 dan dalam tempo yang sangat cepat Jepang
telah menyerah kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945.
PPKI merupakan Badan Bentukan Pemerintah Balatentara Jepang tetapi bukan alat Pemerintah
Jepang, sebab:
b. PPKI bekerja atas dasar keyakinan, pemikiran dan caranya sendiri untuk
mencapai Indonesia Merdeka
Sidang pleno PPKI dimulai dengan acara pokok untuk membahas naskah Rancangan
Hukum Dasar dan pengesahan Undang-Undang Dasar.
C. Pengesahan Pembukaan UUD 1945/ Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia
Sidang pleno PPKI tanggal 18 Agustus 1945 membahas Rancangan Hukum Dasar
(termasuk Rancangan Preambule Hukum Dasar) untuk ditetapkan menjadi Undang-Undang
Dasar (termasuk Pembukaan Undang-Undang Dasar) suatu negara yang telah diproklamasikan
pada tanggal 17 Agustus 1945.
Semenjak ditetapkan sebagai Dasar Negara oleh PPKI 18 Agustus 1945, Pancasila telah
mengalami perkembangan sesuai dengan pasang naiknya sejarah bangsa Indonesia. Kepentingan
Wibisono (2001) memberikan tahapan perkembangan Pancasila sebagai Dasar Negara dalam
tiga tahap yaitu:
Berdasarkan hal tersebut, Koento Wibisono (2001) menyarankan perlunya reposisi Pancasila
sebagai Dasar Negara yang mengandung makna Pancasila harus diletakkan dalam keutuhannya
dengan Pembukaan UUD 1945. Reposisi Pancasila sebagai Dasar Negara harus diarahkan pada
pembinaan dan pengembangan moralitas Pancasila yang disertai penegakan hukum sehingga
dapat dijadikan dasar dan arah untuk mengatasi krisis dan disentegrasi
BAB IV
Pancasila sebagai Nilai Dasar Kehidupan Bangsa dan Negara Republik Indonesia
➢ Menurut Suyitno
Nilai merupakan sesuatu yang kita alami sebagai ajakan dari panggilan untuk dihadapi.
Nilai mau dilaksanakan dan mendorong kita untuk bertindak. Nilai mengarahkan
perhatian serta minat kita, menarik kita keluar dari kita sendiri ke arah apa yang bernilai.
Nilai berseru kepada tingkah laku dan membangkitkan keaktifan kita. (Suyitno,1984:11-
13)
➢ Menurut Moedjanto
Nilai tidak hanya nampak sebagai nilai bagi seorang saja, melainkan bagi segala umat
manusia. Nilai tampil sebagai sesuatu yang patut dikerjakan dan dilaksanakan oleh
semua orang. Oleh karena itu nilai dapat dikomunikasikan kepada orang lain. (
Moedjanto,1989 :77)
D. Menurut Notonagoro
Nilai merupakan suatu kualitas yang melekat pada suatu hal sehingga halnya
mengandung harga, manfaat atau guna.
Lebih lanjut, Notonagoro membagi nilai menjadi 3 macam yaitu :
a. Nilai material
b. Nilai vital
c. Nilai kerokhanian
E. Max Scheler
Membagi nilai kedalam empat jenis secara hirarkis:
Nilai kenikmatan yang berkaitan dengan sifat biologis seperti enak atau tidak enak
Nilai kehidupan dan yang berkaitan kebutuhan fisik seperti kesejahteraan, kesetahan,
kebugaran, dll.
Nilai kejiwaan yang tidak tergantung pada keadaan jasmani atau lingkungan seperti
keindahan, kebenaran, dll.
Nilai kerokhanian yang berkaitan dengan rasa ketuhanan atau keyakinan manusia, yang
menghasilkan penilaian suci atau tidak sucinya perbuatan manusia.
Nilai memiliki tingkatan tertentu, dan sesuai dengan tingkatan itu ada yang disebut
sebagai nilai dasar (nilai fundamental), nilai instrumental, dan nilai praksis.
• Nilai dasar adalah nilai yang mendasari semua nilai instrumental. Nilai dasar ini
mendasari semua aktivitas kehidupan.
• Nilai instrumental merupakan manivestasi dari nilai dasar, dan nilai berupa pasal-
pasal UUD 1945 dan perundang-undangan.
• Nilai praksis merupakan penjabaran dari instrumental dan nilai praksis ini
berkaitan langsung dengan kehidupan nyata yaitu suatu kehidupan yang penuh
diwarnai oleh pertimbangan-pertimbangan tertentu
2 Norma
• Norma adat sopan santun: ialah aturan aturan, kaidah-kaidah yang telah
disepakati sekelompok masyarakat dan pelanggaranya mendapat sanksi adat,karena
melanggar kesopanan adat atau aturan adat.
• Norma hukum: adalah adat suatu kaidah , suatu aturan yang pelaksanaanya dapat
dipaksakan dan pelanggarnya dapat ditindak dengan pasti oleh penguasa yang sah
dalam masyarakat.
• Norma moral atau disebut juga norma sosial: ialah aturan-aturan, kaidah-kaidah
untuk berperilaku baik dan benar yang berlaku universal. Artinya kaidah tersebut
dapat diteri,a oleh manusia diseluruh dunia. Yang mendasari norma moral adalah
hati nurani/hati kecil manusia. Sedangkan pelanggarnya yaitu mendapat sanksi
moral yaitu rasa bersalah, yang bisa berdampak pengucilan dari pelanggar.
• Noma agama: ialah kaidah, aturan, petunjuk yang bersumber dari wahyu tuhan lewat
nabi/rosul. Kaidah ini berisi petunjuk kepada manusia untuk menaati dan
menghindari larangan-Nya.
3 Moral
Secara etmologis kata moral berasal dari kata “mos”. Yang berarti cara, adat
istiadat atau kebiasaan, sedangkan jamaknya adalah “mores”. Kata moral ini
mempunyai arti yang sama dengan kata “etos” (yunani) yang menurunkan kata etika.
Dalam bahasa Arab, moral yang berati budi pekerti sama dengan pengertian akhlak,
sedangkan dalam konsep indonesia moral berarti kesusilaan.
“Sistem” dapat didefinisikan sebagai satu keseluruhan yang terdiri dari aneka bagian
yang bersama-sama membentuk satu kesatuan yang utuh. Tiap-tiap bagian mempunyai
tugas dan fungsi yang berbeda dengan bagian yang lain, namun demikian tugas dan
fungsi itu demi kemajuan, memperkuat keseluruhan tersebut. Suatu sistem harus
memenuhi lima persyaratan seperti berikut ini:
• Merupakan satu kesatuan utuh dari unsur-unsurnya
• Bersifat konsisten dan koheren, tidak mengandung kontradiktif
• Ada hubungan antara bagian satu dengan bagian yang lain
• Ada keseimbangan dalam kerja sama
• Semua mengabdi pada tujuan yang satu yaitu tujuan bersama
Sedangkan “filsafat” berasal dari bahasa Yunani philosophia. Philo berarti cinta,
sedangkan shopia berarti kebijaksanaan. Dengan demikian secara etimologis filsafat
berarti cinta akan kebijaksanaan.
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat dari segala sesuatu untuk
memperoleh kebenaran. Filsafat mempertanyakan apa hakekat atau esensi dari sesuatu.
Dengan cara itu jawaban yang akan diberikan berupa kebenaran yang hakiki.
Adapun ciri-ciri berfikir filsafat :
1. Radikal; sampai ke akar persoalan
2. Kritis; tanggap terhadap persoalan yang berkembang
3. Rasional; sejauh dapat dijangkau akal manusia
4. Reflektif; mencerminkan pengalaman pribadi
5. Konseptual; hasil konstruksi pemikiran
6. Koheren; runtut, berurutan
7. Konsisten; berpikir lurus/ tidak berlawanan
8. Sistematis; saling berkaitan
9. Matodis; ada cara untuk memperoleh kebenaran
10. Komprehensif; menyeluruh, dan
11. Bebas dan bertanggungjawab.
Yang membahas tentang manfaat dari nilai. Pancasila sebagai sistem filsafat
secara keseluruhan bulat utuh mengandung nilai manfaat yaitu untuk mempersatukan
bangsa Indonesia yang beraneka ragam suku bangsa ini, mengandung manfaat sebagai
acuan moral bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, mengandung manfaat untuk dijadika cita-cita bersama sebagai ideologi
bangsa dan negara.
yang membahas tentang “ada sebagai yang ada”, yang adanya tidak dapat tidak,
dan hakiki. Artinya keberadaan mutlak nilai-nilai Pancasila itu ada dalam adat istiadat
budaya dan religi bangsa Indonesia sejak dulu kala. Keberadaan mutlak dari sistem
filsafat Pancasila mempunyai kedudukan yang benar-benar kuat tak mudah digoyahkan.
Oleh karena itu menolak Pancasila sebagai sistem filsafat berarti mengingkari nilai-nilai
substansial hakiki yang telah membudaya dalam kehidupan bangsa Indonesia sejak dulu
kala.
Yang membahas tentang kajian “manusia” itu sendiri. Pancasila sebagai sistem
filsafat bertitik tolak pada hakekat kodrat manusia yang “monopluralis” yaitu terdiri dari:
susunan kodrat monodualis jiwa-raga; kedudukan kodrat monodualis makhluk berdiri
sendiri-makhluk Tuhan; sifat kodrat monodualis makhluk individusosial. Hakekat kodrat
manusia yang demikian itu menjadi landasan kehidupan manusia yang baik secara
individu maupun kelompok kebangsaan, yang selalu diarahkan dalam keseimbangan dan
keselarasan.
Falsafah: anggapan, gagasan, dan sikap batin yang paling dasar yang dimiliki
oleh orang atau masyarakat, pandangan hudup.
Trasenden: merupakan cara berpikir tentang hal-hal yang melampaui apa yang
terlihat, yang dapat ditemukan alam semesta. Contohnya, pemikiran yang
mempelajari sifat tuhan yang dianggap begitu jauh, bergerak dan mustahil
dipahami manusia.
Ontologis/ antologi: merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan
berasal dari Yunani.
Subtansi:1. watak yang sebenarnya dari sesuatu; isi; pokok; inti 2. Unsur; zat 3.
Kekayaan;harta