Anda di halaman 1dari 11

Nama : Meivita Putri Utami

Nim: 1401419390

No: 24

Rangkuman dan Glosarium materi 3 dan 4

BAB III

Proses Perumusan dan Pengesahan Pancasila dasar Negara Republik Indonesia

A.Pancasila Dasar Negara Rebuplik Indonesia

Memahami peranan Pancasila di era reformasi, khususnya dalam konteks sebagai dasar negara
dan ideologi nasional, merupakan tuntunan hakiki agar setiap warga negara Indonesia memiliki
pemahaman yang sama, dan akhirnya memiliki persepsi dan sikap yang sama terhadap
kedudukan, peranan dan fungsi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

-Prinsip-prinsip filsafat Pancasila sejak awal kelahirannya diusulkan sebagai Dasar Negara
(Philosofische grondslag, Weltanschauung) Republik Indonesia, yang kemudian diberi status
(kedudukan) yang tegas dan jelas dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945.

-Pancasila dalam pengertiannya yang umum, abstrak atau universal, mempunyai hakekat isi
yang mutlak, bersifat tetap dan tidak berubah. Oleh karena itu untuk merealisasikan
pelaksanaanya memerlukan pengkhususan, dengan cara mentransformasikan pengertian umum,
abstrak atau universal menjadi pengertian yang umum kolektif dan khusus konkrit.

B. Kronologi Perumusan dan Pengesahan Pembukaan UUD 1945 (Pancasila) dan UUD
1945

• Proses perumusan dan pengesahan Pancasila Dasar Negara tidak dapat dipisahkan
dengan proses perumusan dan pengesahan Pembukaan UUD 1945, sebab disampingnya
diciptakan untuk menyongsong lahirnya negara Indonesia yang diproklamasikan pada
tanggal 17 Agustus 1945, Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila merupakan satu
kesatuan yang fundamental.
• Sejarah perumusan dan pengesahan Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila Dasar Negara
secara kronologis sebagai berikut: (Sekretariat Negara RI, 1995:3-503).

1. Tanggal 7 September 1944


Proses perumusan Pembukaan UUD 1945 dimulai sejak Jepang masih menguasai
Indonesia. Menjelang akhir 1944, keadaan bala tentara Jepang mengalami kekalahan
dan mendapatkan tekanan terus-menerus dari Sekutu. Keadaan tersebut menjadi kabar
gembira bagi para pemimpin bangsa yang telah bertahun-tahun memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia, sehingga para pemimpin bangsa Indonesia mendesak
pemerintah Jepang untuk mengambil tindakan, usaha-usaha yang nyata untuk
mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
Karena peristiwa tersebut dan untuk menarik simpati dari bangsa Indonesia, pada
tanggal 7 September 1944 pemerintah Jepang memberikan janji kemerdekaan Indonesia
di kemudian hari yang menurut rencana pada tanggal 24 Agustus 1945
. 2. Tanggal 29 April 1945

Sebagai realisasi janji politik, pada tanggal 29 April 1945 oleh Gunseikan (Kepala
Pemerintah Balatentara Jepang di Jawa) dibentuk suatu badan yang diberi nama Dokuritsu
Zyunbi Coosakai atau Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI) yang
bertugas untuk menyelidiki segala sesuatu mengenai persiapan kemerdekaan Indonesia.
3. Tanggal 28 Mei 1945

BPUPKI dilantik oleh Gunseikan dengan susunan sebagai berikut:


Ketua : Dr. Radjiman Widjodiningrat
Ketua Muda : Raden Panji Soeroso
Ketua Muda : Ichibagase (anggota luar biasa orang Jepang)
Anggota : 60 orang, tidak termasuk Ketua dan Ketua Muda

4.Tanggal 28 Mei s.d. 01 Juni 1945

BPUPK mengadakan dua masa sidang, yaitu:

Sidang 1 (tanggal 28 Mei s.d. 01 Juni 1945)

Dalam sidang 1 BPUPK membicarakan atau mempersiapkan “Rancangan Dasar Negara


Indonesia Merdeka”. Pada kesempatan ini beberapa tokoh-tokoh bangsa Indonesia mengajukan
konsep dasar seperti:

a. Tanggal 29 Mei 1945, Prof. Mr. Moh. Yamin mengajukan usul yang disiapkan secara
tertulis, berjudul: “Azas Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia”.
b. .Tanggal 31 Mei 1945:
1. Prof. Dr. Mr. R. Soepomo di gedung Chuoo In menguraikan teori negara secara yuridis,
berdirinya negara, bentuk negara dan pemerintahan serta hubungan antara negara dengan
agama.
2. Prof. Mr. Moh. Yamin menguraikan tentang daerah Negara Kebangsaan Indonesia,
ditinjau dari segi yuridis, historis, politis, sosiologis dan geografis serta secara
konstitusional .
3. P.F. Dahlan menguraikan masalah golongan bangsa Indonesia peranakan Tionghoa,
India, Arab, dan Eropa yang telah turun-temurun tinggal di Indonesia.
4. Drs. Moh. Hatta menguraikan masalah bentuk negara persekutuan, bentuk negara serikat
dan bentuk negara persatuan.
5. Tanggal 1 Juni 1945
Ir. Soekarno mengajukan usul tentang Konsepsi Dasar Filsafat Negara Indonesia Merdeka,
yang diberi nama Pancasila.
Pada tanggal 1 Juni 1945, sidang BPUPK 1 diakhiri dan dibentuk Panitia Kecil yang terdiri
dari 8 orang anggota (Panitia Delapan) yang diketuai oleh Ir. Soekarno, yang bertugas
untuk memeriksa usul-usul yang masuk, menampung dan melaporkannya kepada sidang
pleno BPUPK yang kedua.
6. Tanggal 22 Juni 1945
Bertempat di gedung kantor Besar Jawa Hookoo Kai (Himpunan Kebaktian Rakyat Jawa)
diadakan rapat gabungan antara:
a.Panitia Delapan
b.Sejumlah anggota Tyuuoo Sangi Ini (Badan Penasehat Pemerintah Pusat Balatentara
Jepang di Jakarta), yang juga merangkap sebagai anggota BPUPKI
c.Sejumlah anggota BPUPKI yang tinggal di Jakarta dan tidak menjadi anggota Tyuuoo
Sangi Ini

Rapat ini membicarakan “ usul-usul dari para anggota tentang prosedur yang harus dilalui
agar upaya lekas mencapai Indonesia Merdeka”. Hasil rapat gabungan ini ialah:
a.Supaya selekas-lekasnya Indonesia Merdeka.
b.Hukum Dasar yang akan dirancang, supaya diberi semacam Preambule (kata
pembukaan atau mukadimah).
c.Menerima usul Ir. Soekarno, agar supaya BPUPKI terus bekerja sampai terwujudnya
suatu Hukum Dasar.
d.Membentuk satu Panitia Kecil Penyelidik Usul-Usul/ Perumus Dasar Negara yang
dituangkan dalam Mukadimah Hukum Dasar yang beranggotakan sembilan orang.

Pada waktu itu juga diadakan pertemuan Panitia Sembilan di Pegangsaan Timur 56 Jakarta,
dalam pertemuan ini disetujui agar para anggota segera menyusun suatu Konsep Rancangan
Mukadimah Hukum Dasar yang akan diajukan ke sidang BPUPK kedua, yang kemudian
konsep ini terkenal dengan dengan sebutan Piagam Jakarta

7. Tanggal 10 s.d. 17 Juli 1945


Sidang BPUPK yang kedua diadakan dengan acara untuk “mempersiapkan Rancangan
Hukum Dasar”. Adapun jalannya sidang sebagai berikut:
a.Tanggal 10 Juli 1945 sidang BPUPK kedua dibuka oleh ketua dan dilanjutkan
dengan pengumuman mengenai penambahan anggota baru berjumlah 6 orang.
Kemudian Ir. Soekarno sebagai Ketua Panitia Kecil melaporkan hasil pekerjaannya.
Keputusan sidang menganjurkan agar Panitia Kecil meneruskan tugasnya menyusun
Rancangan Hukum Dasar.
b. Tanggal 11 Juli 1945, setelah sidang mendengarkan pandangan 20 orang anggota,
dibentuklah Panitia Perancang Hukum Dasar, yang terdiri dari 3 Pantia Kecil sebagai
berikut:
1.Panitia Perancang Hukum Dasar yang diketuai oleh Ir. Soekarno (merangkap
anggota).
2.Panitia Perancang Ekonomi dan Keuangan yang terdiri dari 24 anggota diketuai oleh
Drs. Moh. Hatta merangkap anggota.
3.Panitia Perancang Pembelaan Tanah Air yang diketuai oleh Abikoesno Tjokrosoejoso.

Selain itu juga diputuskan mengenai daerah. Pada tanggal itu juga Panitia Perancang
Hukum Dasar telah mengambil keputusan:.
1.Membentuk Panitia Perancang “Declaration of Human Right” yang diketuai oleh Mr.
Achmad Soebardjo serta Soekiman dan Parada Harahap masing-masing sebagai
anggota.
2.Mengenai unitarisme atau federalisme, segenap anggota setuju uniterisme, kecuali 2
anggota.
3.Mengenai isi Preambule bukan hanya kata-kata, semua anggota setuju.
4.Mengenai pimpinan negara, 10 orang setuju ditangan satu orang, 9 lainnya tidak setuju.
c. Tanggal 13 Juli 1945
Dalam sidangnya, Panitia Kecil Perancang Hukum Dasar berhasil menghimpun usulan
yang penting, yaitu:
1.Kedaulatan dilakukan oleh Badan Permusyawaratan Rakyat yang bersidang 5 tahun
sekali dan sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi.
2.Tugas sehari-hari dilaksanakan oleh Presiden, yang dibantu oleh wakil Presiden, -
menteri yang bertanggung jawab kepadanya dan oleh Dewan
Pertimbangan Agung.
3.Dalam membentuk Undang-Undang, Presiden harus mufakat dengan Dewan
Perwakilan Rakyat.
4.Rancangan Hukum Dasar terdiri dari 15 bab, 43 pasal termasuk 5 pasal Aturan
Peralihan dan satu pasal Aturan Tambahan.
5.Untuk memperbaiki redaksi Rancangan Hukum Dasar tersebut, dibentuklah Panitia
Penghalus Bahasa.

d.Tanggal 14 Juli 1945

Sidang mendengarkan laporan hasil kerja Panitia Perancang Hukum Dasar yang
menyampaikan Rancangan Indonesia Merdeka dan Pembukaan Hukum Dasar
disampaikan oleh ketuanya.

e.Tanggal 15 dan 16 Juli 1945

Sidang dimulai dengan acara pokok membicarakan Rancangan Hukum Dasar, Ir.
Soekarno menyampaikan konsep Rancangan Hukum Dasar dengan penjelasannya dan
disampaikan pula usul Drs. Moh. Hatta tentang hak-hak asasi manusia.

f.Tanggal 16 Juli 1945

Sidang menyetujui dan menerima Rancangan Hukum Dasar yang diajukan oleh Panitia
Perancang Hukum Dasar.

8. Tanggal 9 Agustus 1945

PPKI dibentuk pada tanggal 9 Agustus 1945 dan dalam tempo yang sangat cepat Jepang
telah menyerah kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945.

PPKI merupakan Badan Bentukan Pemerintah Balatentara Jepang tetapi bukan alat Pemerintah
Jepang, sebab:

a. PPKI bekerja sesudah Jepang tidak berkuasa lagi.

b. PPKI bekerja atas dasar keyakinan, pemikiran dan caranya sendiri untuk
mencapai Indonesia Merdeka

c. PPKI merupakan suatu badan perwujudan/perwakilan rakyat Indonesia.

9. Tanggal 17 Agustus 1945

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

10. Tanggal 18 Agustus 1945

Sidang pleno PPKI dimulai dengan acara pokok untuk membahas naskah Rancangan
Hukum Dasar dan pengesahan Undang-Undang Dasar.
C. Pengesahan Pembukaan UUD 1945/ Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia

Sidang pleno PPKI tanggal 18 Agustus 1945 membahas Rancangan Hukum Dasar
(termasuk Rancangan Preambule Hukum Dasar) untuk ditetapkan menjadi Undang-Undang
Dasar (termasuk Pembukaan Undang-Undang Dasar) suatu negara yang telah diproklamasikan
pada tanggal 17 Agustus 1945.

Sidang pleno PPKI mengambil beberapa keputusan sebagai berikut:

1. Mengesahkan UUD Negara Republik Indonesia dengan jalan:

a. Menetapkan Piagam Jakarta dengan beberapa perubahan menjadi Pembukaan UUD


Negara Republik Indonesia.

b. Menetapkan Rancangan Hukum Dasar dengan beberapa perubahan menjadi UUD


Negara Republik Indonesia, yang kemudian dikenal sebagai UUD 1945.

2. Memilih Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.

3. Membentuk Komite Nasional Indonesia, yang kemudian dikenal sebagai Badan


Musyawarah Darurat.

Pengesahan UUD Negara Republik Indonesia didahului dengan pengesahan Pembukaan


UUD Negara Republik Indonesia yang dipimpin langsung oleh Ketua PPKI.

D. Perkembangan Pancasila sebagai Dasar Negara

Semenjak ditetapkan sebagai Dasar Negara oleh PPKI 18 Agustus 1945, Pancasila telah
mengalami perkembangan sesuai dengan pasang naiknya sejarah bangsa Indonesia. Kepentingan
Wibisono (2001) memberikan tahapan perkembangan Pancasila sebagai Dasar Negara dalam
tiga tahap yaitu:

1. 1945-1968 merupakan tahap politis, dimana orientasi pengembangan Pancasila


diarahkan kepada nation and character building. Hal ini sebagai perwujudan keinginan
bangsa Indonesia untuk survival dari berbagai tantangan yang muncul baik dalam
maupun luar negeri.
2. 1969-1994 sebagai tahap pembangunan ekonomi yaitu upaya mengisi kemerdekaan
melalui program-program ekonomi. Orientasi pengembangan Pancasila diarahkan pada
bidang ekonomi, akibatnya cenderung menjadikan ekonomi sebagai ideologi.
3. 1995-2020 merupakan tahap repositioning Pancasila, karena dunia masa kini sedang
dihadapkan kepada gelombang perubahan secara cepat, mendasar,spektakuler, sebagai
implikasi arus globalisasi yang melanda seluruh penjuru dunia, khususnya sekarang ini,
bersamaan arus reformasi yang sedang dilakukan oleh bangsa Indonesia.

Berdasarkan hal tersebut, Koento Wibisono (2001) menyarankan perlunya reposisi Pancasila
sebagai Dasar Negara yang mengandung makna Pancasila harus diletakkan dalam keutuhannya
dengan Pembukaan UUD 1945. Reposisi Pancasila sebagai Dasar Negara harus diarahkan pada
pembinaan dan pengembangan moralitas Pancasila yang disertai penegakan hukum sehingga
dapat dijadikan dasar dan arah untuk mengatasi krisis dan disentegrasi
BAB IV

Pancasila sebagai Nilai Dasar Kehidupan Bangsa dan Negara Republik Indonesia

A. Pengertian Nilai, Moral, dan Norma

1. Nilai dan Nilai Dasar

Kamus purwodarminto, nilai diartikan sebagai:


a) Harga dalam arti takaran.
b) Harga sesuatu
c) Angka kepandaian
d) Kadar, mutu
e) Sifat atau hal-hal agama

➢ Menurut Suyitno
Nilai merupakan sesuatu yang kita alami sebagai ajakan dari panggilan untuk dihadapi.
Nilai mau dilaksanakan dan mendorong kita untuk bertindak. Nilai mengarahkan
perhatian serta minat kita, menarik kita keluar dari kita sendiri ke arah apa yang bernilai.
Nilai berseru kepada tingkah laku dan membangkitkan keaktifan kita. (Suyitno,1984:11-
13)

➢ Menurut Moedjanto
Nilai tidak hanya nampak sebagai nilai bagi seorang saja, melainkan bagi segala umat
manusia. Nilai tampil sebagai sesuatu yang patut dikerjakan dan dilaksanakan oleh
semua orang. Oleh karena itu nilai dapat dikomunikasikan kepada orang lain. (
Moedjanto,1989 :77)

D. Menurut Notonagoro
Nilai merupakan suatu kualitas yang melekat pada suatu hal sehingga halnya
mengandung harga, manfaat atau guna.
Lebih lanjut, Notonagoro membagi nilai menjadi 3 macam yaitu :
a. Nilai material
b. Nilai vital
c. Nilai kerokhanian

E. Max Scheler
Membagi nilai kedalam empat jenis secara hirarkis:
Nilai kenikmatan yang berkaitan dengan sifat biologis seperti enak atau tidak enak
Nilai kehidupan dan yang berkaitan kebutuhan fisik seperti kesejahteraan, kesetahan,
kebugaran, dll.
Nilai kejiwaan yang tidak tergantung pada keadaan jasmani atau lingkungan seperti
keindahan, kebenaran, dll.
Nilai kerokhanian yang berkaitan dengan rasa ketuhanan atau keyakinan manusia, yang
menghasilkan penilaian suci atau tidak sucinya perbuatan manusia.
Nilai memiliki tingkatan tertentu, dan sesuai dengan tingkatan itu ada yang disebut
sebagai nilai dasar (nilai fundamental), nilai instrumental, dan nilai praksis.
• Nilai dasar adalah nilai yang mendasari semua nilai instrumental. Nilai dasar ini
mendasari semua aktivitas kehidupan.
• Nilai instrumental merupakan manivestasi dari nilai dasar, dan nilai berupa pasal-
pasal UUD 1945 dan perundang-undangan.
• Nilai praksis merupakan penjabaran dari instrumental dan nilai praksis ini
berkaitan langsung dengan kehidupan nyata yaitu suatu kehidupan yang penuh
diwarnai oleh pertimbangan-pertimbangan tertentu

2 Norma

Macam norma didalam kehidupan masyarakat:

• Norma adat sopan santun: ialah aturan aturan, kaidah-kaidah yang telah
disepakati sekelompok masyarakat dan pelanggaranya mendapat sanksi adat,karena
melanggar kesopanan adat atau aturan adat.
• Norma hukum: adalah adat suatu kaidah , suatu aturan yang pelaksanaanya dapat
dipaksakan dan pelanggarnya dapat ditindak dengan pasti oleh penguasa yang sah
dalam masyarakat.
• Norma moral atau disebut juga norma sosial: ialah aturan-aturan, kaidah-kaidah
untuk berperilaku baik dan benar yang berlaku universal. Artinya kaidah tersebut
dapat diteri,a oleh manusia diseluruh dunia. Yang mendasari norma moral adalah
hati nurani/hati kecil manusia. Sedangkan pelanggarnya yaitu mendapat sanksi
moral yaitu rasa bersalah, yang bisa berdampak pengucilan dari pelanggar.
• Noma agama: ialah kaidah, aturan, petunjuk yang bersumber dari wahyu tuhan lewat
nabi/rosul. Kaidah ini berisi petunjuk kepada manusia untuk menaati dan
menghindari larangan-Nya.
3 Moral
Secara etmologis kata moral berasal dari kata “mos”. Yang berarti cara, adat
istiadat atau kebiasaan, sedangkan jamaknya adalah “mores”. Kata moral ini
mempunyai arti yang sama dengan kata “etos” (yunani) yang menurunkan kata etika.
Dalam bahasa Arab, moral yang berati budi pekerti sama dengan pengertian akhlak,
sedangkan dalam konsep indonesia moral berarti kesusilaan.

B. Pancasila sebagai nilai dasar dan makna yang terkandung di dalamnya


Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa
1. Nilai ini memberikan kebebasan kepada pemeluk agama keyakinannya, tanpa paksaan,
dan antar umat agama yang berbeda saling menghormati.
2. Nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Mengandung makna kesadaran sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai moral dalam
hidup bersama.
3. Nilai Persatuan Indonesia
Berarti usaha ke arah bersatu dalam kebulatan rakyat untuk membina Nasionalisme
dalam Negara.
4. Nilai Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Bermakna bahwa suatu pemerintahan rakyat dengan cara melalui badan-badan tertentu
yang dalam menetapkan sesuatu peraturan ditempuh dengan jalan musyawarah untuk
mufakat.
5. Nilai Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Makna yang terkandung yaitu suatu tata masyarakat adil dan makmur sejahtera lahiriah
batiniah, yang setiap warga Negara mendapat segala sesuatu yang telah menjadi haknya
C. Pancasila sebagai Sistem Filsafat
1. Filsafat Pancasila sebagai Genetivus Objectivus
Artinya Pancasila dikaji dari perspektif ilmu filsafat, Filsafat Pancasila adalah
cabang filsafat. Hal ini Pancasila dipergunakan sebagai sudut pandang kajian terhadap
segala hal “ada”/”pengada”.
2. Pengertian Sistem dan Sistem Filsafat

“Sistem” dapat didefinisikan sebagai satu keseluruhan yang terdiri dari aneka bagian
yang bersama-sama membentuk satu kesatuan yang utuh. Tiap-tiap bagian mempunyai
tugas dan fungsi yang berbeda dengan bagian yang lain, namun demikian tugas dan
fungsi itu demi kemajuan, memperkuat keseluruhan tersebut. Suatu sistem harus
memenuhi lima persyaratan seperti berikut ini:
• Merupakan satu kesatuan utuh dari unsur-unsurnya
• Bersifat konsisten dan koheren, tidak mengandung kontradiktif
• Ada hubungan antara bagian satu dengan bagian yang lain
• Ada keseimbangan dalam kerja sama
• Semua mengabdi pada tujuan yang satu yaitu tujuan bersama

Sedangkan “filsafat” berasal dari bahasa Yunani philosophia. Philo berarti cinta,
sedangkan shopia berarti kebijaksanaan. Dengan demikian secara etimologis filsafat
berarti cinta akan kebijaksanaan.
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat dari segala sesuatu untuk
memperoleh kebenaran. Filsafat mempertanyakan apa hakekat atau esensi dari sesuatu.
Dengan cara itu jawaban yang akan diberikan berupa kebenaran yang hakiki.
Adapun ciri-ciri berfikir filsafat :
1. Radikal; sampai ke akar persoalan
2. Kritis; tanggap terhadap persoalan yang berkembang
3. Rasional; sejauh dapat dijangkau akal manusia
4. Reflektif; mencerminkan pengalaman pribadi
5. Konseptual; hasil konstruksi pemikiran
6. Koheren; runtut, berurutan
7. Konsisten; berpikir lurus/ tidak berlawanan
8. Sistematis; saling berkaitan
9. Matodis; ada cara untuk memperoleh kebenaran
10. Komprehensif; menyeluruh, dan
11. Bebas dan bertanggungjawab.

Pancasila sebagai sistem filsafat


Berarti bahwa Pancasila merupakan kesatuan pemikiran yang mendasar yang
membawakan kebenaran yang substansial atau hakiki.
Pancasila yang disahkan secara formal di dalam Pembukaan UUD 1945 itu telah
memenuhi syarat sebagai sistem filsafat. Sebagai sistem filsafat, Pancasila yang terdiri
dari lima sila itu merupakan satu keseluruhan yang terdiri dari bagian sila-silanya
merupakan tata rakit yang teratur, dan tata rakit itu sesuai selaras dengan tata rakit
keseluruhan Pancasila.
Dalam konteks aksiologi

Yang membahas tentang manfaat dari nilai. Pancasila sebagai sistem filsafat
secara keseluruhan bulat utuh mengandung nilai manfaat yaitu untuk mempersatukan
bangsa Indonesia yang beraneka ragam suku bangsa ini, mengandung manfaat sebagai
acuan moral bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, mengandung manfaat untuk dijadika cita-cita bersama sebagai ideologi
bangsa dan negara.

Dalam konteks ontologis

yang membahas tentang “ada sebagai yang ada”, yang adanya tidak dapat tidak,
dan hakiki. Artinya keberadaan mutlak nilai-nilai Pancasila itu ada dalam adat istiadat
budaya dan religi bangsa Indonesia sejak dulu kala. Keberadaan mutlak dari sistem
filsafat Pancasila mempunyai kedudukan yang benar-benar kuat tak mudah digoyahkan.
Oleh karena itu menolak Pancasila sebagai sistem filsafat berarti mengingkari nilai-nilai
substansial hakiki yang telah membudaya dalam kehidupan bangsa Indonesia sejak dulu
kala.

Dalam konteks antropologis

Yang membahas tentang kajian “manusia” itu sendiri. Pancasila sebagai sistem
filsafat bertitik tolak pada hakekat kodrat manusia yang “monopluralis” yaitu terdiri dari:
susunan kodrat monodualis jiwa-raga; kedudukan kodrat monodualis makhluk berdiri
sendiri-makhluk Tuhan; sifat kodrat monodualis makhluk individusosial. Hakekat kodrat
manusia yang demikian itu menjadi landasan kehidupan manusia yang baik secara
individu maupun kelompok kebangsaan, yang selalu diarahkan dalam keseimbangan dan
keselarasan.

Dalam konteks epistemologis.

Pancasila sebagai sistem filsafat dimaksudkan bahwa keberadaannya diproses


dengan menggunakan metode tertentu oleh Notonegoro, metode yang dipergunakan
untuk memprose Pancasila itu disebut analitiko sintesa atau induksi. Dimulai dari
pengamatan hal-hal khusus terhadap nilai-nilai adat istiadat-budaya dan religi bangsa
Indonesia. Dari pengamatan khusus itu diperoleh nilai yang sama, dan nilai yang sama
itu dipadatkan menjadi lima (5) sila seperti termuat dalam Pembukaan UUD 1945.
GLOSARIUM

Politis: bersifat politik; bersangkutan dengan politik

Akademis:1. mengenai (bersifat dengan akademi); 2. Bersifat ilmu pengetahuan;


bersifat teori; tanpa arti praktis yang langsung.

Dimensional: 1. Yang berhubungan dengan dimensi; 2. Yang berhubungan


dengan ukuran.

Kontekstual: yang berhubungan dengan konteks

Falsafah: anggapan, gagasan, dan sikap batin yang paling dasar yang dimiliki
oleh orang atau masyarakat, pandangan hudup.

Fundamental: bersifat pokok (dasar),mendasar.

Yudiris: menurut hokum, secara hokum:bantuan – bantuan hokum (diberikan


oleh pengacara kepada klienya di muka pengadilan)

Unitarisme: ajaran (paham, kecenderungan) yang menginginkan bentuk Negara


kesatuan.

Federalisme: sebuah konsep politik dimana sekelompok anggota terkait bersama-


sama melalui perjanjian ( latin :feodus, perjanjian) dengan kepala perwakilan
pemerintah. Federalism juga digunakan untuk menggambarkan suatu system
pemerintahan dimana kedaulatan secara konstitusional dibagi antara
pemerintahan pusat dan pemerintahan unit politik konstituen. (seperti Negara
bagian atau provinsi). Federalisme adalah system berdasarkan aturan demokratis
dan lembaga-lembaga dimana kekuasaan untuk memerintah dibagi antara
pemerintahan pusan tadn pemerintah provinsi / Negara bagian.

Imperatif: bersifat memerintah atau memberi komando; mempunyai hak memberi


komando, bersifat mengharuskan.

Trasenden: merupakan cara berpikir tentang hal-hal yang melampaui apa yang
terlihat, yang dapat ditemukan alam semesta. Contohnya, pemikiran yang
mempelajari sifat tuhan yang dianggap begitu jauh, bergerak dan mustahil
dipahami manusia.

Manivestasi :perwujudan sebagai suatu pernyataan perasaan atau pendapat

Resultante: yang dihasilkan, yang diakibatkan.

Supremasi: kekuasaan tertinggi( teratas)

Koheren: berhubungan; bersangkut paut.

Kontradiktif: bersifat kontradiksi, bertentangan, berlawanan.

Ontologis/ antologi: merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan
berasal dari Yunani.

Epistemologi: berasal dari bahasa Yunani yaitu episteme yang artinya


pengetahuan dan logos arinya kata, pikiran, dan tentang ilmu pengetahuan.
Monopluralis: adalah suatu paham yang mengakui bahwa bangsa Idonedisia
terdiri dari berbagai unsur beraneka ragam, seperti suku, adat dan budaya,
agama, namun semuanya menjadi satu kesatuan.

Monodualis: manusia sebagai makhluk monodualisme yaitu manusia sebagai


makhluk idividu dan makhluk sosial.

Esensi: hakikat; inti; hal pokok.

Subtansi:1. watak yang sebenarnya dari sesuatu; isi; pokok; inti 2. Unsur; zat 3.
Kekayaan;harta

Anda mungkin juga menyukai