Anda di halaman 1dari 3

TUGAS PANCASILA

NAMA : JHON PETER AZARYA MUNTHE


NIM : 2105022015
KELAS : SI – 2F

Sejarah Lahirnya Pancasila


Pancasila dirumuskan dalam sidang pertama BPUPKI. Sidang pertamanya sendiri dilaksanakan
pada 29 Mei-1 Juni 1945. Dalam sidang BPUPKI pertama, yang dibahas adalah dasar negara Indonesia.
Kemudian, sidang kedua yang dilaksanakan pada 10-17 Juli 1945 membahas tentang rancangan Undang-
Undang Dasar.
Sidang tersebut dilakukan di Gedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6 Jakarta yang sekarang
dikenal dengan sebutan Gedung Pancasila. Pada sidang pertama, para anggota masih belum menemukan
titik terang mengenai dasar negara Indonesia. Kemudian, pada 1 Juni 1945, Soekarno mendapat giliran
untuk menyampaikan gagasannya mengenai dasar negara. Gagasan yang disampaikan Soekarno adalah
mengenai dasar negara Indonesia merdeka, bernama Pancasila. Pidato yang tidak dipersiapkan secara
tertulis tersebut diterima secara aklamasi oleh segenap anggota BPUPKI.
Pembentukan BPUPKI Sebelum Indonesia memiliki pemerintahan dan wakil rakyat, Indonesia
lebih dulu punya Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). BPUPKI
dibentuk oleh Jepang pada 29 April 1945. Dengan kekalahan Jepang dalam Perang Pasifik yang semakin
terlihat, Perdana Menteri Jepang Kuniaki Koiso mengumumkan bahwa Indonesia kelak akan
dimerdekakan. Pengumuman yang dikenal dengan nama Janji Koiso itu disampaikan pada 7 September
1944. Berangkat dari janji itu, Jepang kemudian membentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan (BPUPKI) atau Dokuritsu Junbi Cosakai untuk mempersiapkan kemerdekaan. BPUPKI
resmi dibentuk bertepatan dengan ulang tahun Kaisar Jepang, Kaisar Hirohito. Radjiman Wedyodiningrat
dari golongan nasionalis ditunjuk untuk menjadi ketua BPUPKI.
Ketika akhir sidang pertama, Ketua BPUPKI Dr. K.R.T Radjiman Wedyodiningrat, membentuk
panitia yang berjumlah 8 orang. Panitia kecil ini disebut panitia delapan bertugas menerima usulan dan
mengumpulkan dari para anggota yang akan menghadiri sidang kedua.
Berikut Daftar Anggota Panitia 8 yaitu:
Ir Soekarno
Drs. Moh. Hatta Sutardjo
A Wachid Hasyim
Ki Bagus Hadikoesoemo
Oto Iskandardinata
Moh Yamin
Mr. A.A.Maramis

Panitia kecil mengumpulkan usul yang masuk seperti:


Usul minta Indonesia merdeka selekas-lekasnya.
Usul mengenai dasar negara.
Usul mengenai bentuk dan kepala negara.
Usul mengenai unifikasi dan federasi.
Usul mengenai warga negara.
Usul mengenai daerah.
Usul mengenai soal agama dan negara.
Usul mengenai kenegaraan.
Setelah sidang, panitia delapan mengadakan rapat bersama 38 anggota BPUPKI. Kemudian,
dibentuk satu panitia kecil yang disebut panitia 9. Panitia ini bertugas menyelidiki usul
mengenai rumusan dasar negara. Dalam sidang berlangsung pada 22 Juni 1945, BPUPKI
membentuk panitia kecil beranggotakan 9 orang. Ketua panitia sembilan adalah Ir. Soekarno
dan wakil ketuanya adalah Drs. Mohammad Hatta. Anggota Panitia Sembilan Tokoh panitia
sembilan terdiri dari peserta di sidang BPUPKI, terdiri dari golongan Islam dan golongan
nasionalis. Berikut anggotanya panitia sembilan:
Ir. Soekarno (ketua)
Drs. Mohammad Hatta (Wakil Ketua)
K.H.A. Wahid Hasyim
Kyai Haji Kahar Muzakir
Mr. A.A. Maramis
Abikusno Tjokrosujoso (golongan Islam)
Mr. Achmad Soebardjo (golongan kebangsaan)
H. Agus Salim
Mr. Muhammad. Yamin.

Rapat dilakukan prosedur untuk mencapai Indonesia merdeka. Panitia kecil ini lalu memberi usul
kepada badan penyelidik terkait: Badan penyelidik ini menentukan bentuk negara dan menyusun hukum
dasar. Soal kebangsaan dan keuangan. Memintah pemerintah Tokyo dan BPUPKI segera
menyelenggarakan negara Indonesia merdeka, sesuai hukum dasar yang sudah ditentukan oleh badan
penyelidik dan melantik pemerintah nasional. Tanggal 22 Juni 1945, panitia sembilan mengadakan rapat
di kediaman Ir. Soekarno, di jalan Pegangsaan Timur Nomor 56. Jakarta. Rapat tersebut membahas
tentang rancangan pembukaan undang-undang dasar. Panitia Sembilan menghasilkan rumusan sebagai
tujuan negara Indonesia merdeka. Dari hasil sidang menemukan Piagam Jakarta (Jakarta Charter),
diusulkan oleh Moh. Yamin. Naskah Piagam Jakarta ini kemudian ditandatangani oleh panitia sembilan.
Isi Piagam Jakarta sebagai berikut:
Ketuhanan Yang Maha Esa dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya.
Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Persatuan Indonesia.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sidang yang berlangsung tanggal 18 Agustus 1945, di gedung Kesenian Jakarta. Sidang
menyepakati perubahan kalimat pembukaan UUD. Alinea keempat tentang dasar negara Pancasila, sila
pertama berbunyi “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi para pemeluk-
pemeluknya” diubah menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa”. Perubahan alinea pertama ini untuk menjaga
kepentingan bangsa dan negara, karena Indonesia terdiri dari beragam suku dan agama. Perubahan sila
pertama juga menjunjung toleransi. Berikut isi UUD 1945 yang disahkan oleh PPKI tanggal 18 AGustus
1945:
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Persatuan Indonesia. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai