Anda di halaman 1dari 15

PERUMUSAN PANCASILA

Sejarah perumusan pancasila tentang pembentukan Pancasila sebagai dasar

negara Indonesia bermula dari pidato yang disampaikan oleh Presiden pertama

Indonesia, Soekarno, pada Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan

Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tanggal 1 Juni 1945. Pada awal sejarah

perumusan pancasila, pemerintah Jepang yang sedang berusaha untuk

memenangkan hati rakyat Indonesia, mendirikan BPUPKI atau dalam bahasa Jepang

disebut Dokuritsu Junbi Cosakai, dengan tujuan untuk mempersiapkan

kemerdekaan bagi Indonesia.

Berdasarkan buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMP

Kelas VII yang ditulis oleh Zaim Uchrowi dan Ruslinawati, BPUPKI didirikan pada

tanggal 29 April 1945. Saat awal berdiri, BPUPKI dipimpin oleh Radjiman

Wedyodiningrat, seorang dokter yang pernah menempuh pendidikan di Belanda,

Inggris, Prancis, dan Amerika Serikat. Setelah dibentuk, BPUPKI yang terdiri dari 69

anggota yang mewakili Indonesia dan Jepang, mengadakan sidang perdana untuk

merancang dasar negara Indonesia.

Sidang pertama tersebut diadakan di Gedung Chuo Sangi-in (sekarang

dikenal sebagai Gedung Pancasila) di Jakarta, pada tanggal 29 Mei hingga 1 Juni

1945. Pada saat sidang, beberapa tokoh mengusulkan gagasan untuk rumusan

pancasila yang dikenal dengan nama Pancasila, di antaranya adalah Moh. Yamin,

Soepomo, dan Soekarno. Ada tiga tokoh nasional bersejarah yang menjadi pengusul

rumusan pancasila, berikut penjelasannya:

Pada tanggal 29 Mei 1945, Moh. Yamin mengusulkan dasar negara secara tertulis

kepada ketua sidang dan juga secara lisan. Usulan lisan tersebut terdiri dari:

1. Peri Kebangsaan.

2. Peri Kemanusiaan

3. Peri Ketuhanan

4. Peri Kerakyatan, dan

5. Kesejahteraan Rakyat

Sedangkan usulan tertulisnya terdiri dari:


1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kebangsaan persatuan Indonesia

3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pada tanggal 31 Mei 1945, Soepomo ikut menyampaikan usulannya. Menurutnya,

negara Indonesia merdeka harus mampu menyatukan semua golongan dan

pandangan individu, serta menyatukan diri dengan berbagai lapisan masyarakat.

Berikut adalah usulannya mengenai dasar negara:

1. Persatuan (Unitarisme)

2. Kekeluargaan

3. Keseimbangan lahir dan batin

4. Musyawarah

5. Keadilan rakyat

Soepomo juga menegaskan bahwa negara Indonesia merdeka tidak boleh

menyatukan dirinya hanya dengan golongan terbesar dalam masyarakat atau

golongan paling kuat (golongan politik atau ekonomi yang paling kuat).

Pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno menyampaikan pidato mengenai dasar

negara Indonesia merdeka. Dalam pidatonya, ia menyampaikan usulan yang

berbentuk Philosophische Grondslag atau Weltanschauung, yaitu fundamen,

filsafat, pikiran, jiwa, dan hasrat yang sedalam-dalamnya demi mendirikan negara

yang kekal abadi. Soekarno memberikan usulan dasar negara dengan sebutan

Panca Dharma. Usulan tersebut kemudian dengan anjuran para ahli bahasa, diubah

namanya menjadi Pancasila. Berikut adalah rumusan dasar negara yang diusulkan

oleh Soekarno:

1. Kebangsaan Indonesia

2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan


3. Mufakat atau Demokrasi

4. Kesejahteraan Sosial

5. Ketuhanan Yang Maha Esa

Gagasan dalam pidato Soekarno menjadi awal mula perumusan Pancasila.

Kemudian Sidang BPUPKI sepakat untuk menggunakan nama Pancasila sebagai

dasar negara Indonesia. Hal ini memicu lahirnya Hari Kelahiran Pancasila yang

diperingati setiap 1 Juni di Indonesia. Setelah penetapan tersebut, Panitia Sembilan

melanjutkan proses perumusan Pancasila. Panitia ini terdiri dari:

 Soekarno (ketua)

 Moh. Hatta (wakil ketua)

 Moh. Yamin

 Achmad Soebardjo,

 A.A Maramis

 Abdul Kahar Muzakir

 Agus Salim

 Abikoesno Tjokrosoejoso

 Abdul Wachid Hasyim.

Pada 22 Juni 1945, Panitia Sembilan menyepakati rumusan Pancasila sebagai

dasar negara Indonesia. Rumusan Pancasila yang disepakati Panitia Sembilan terdiri

dari lima sila, yaitu:

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-

pemeluknya

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan

5. dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Rumusan Pancasila ini kemudian dimasukkan ke dalam naskah mukadimah

atau pembukaan dasar hukum tertulis negara yang diberi nama ‘Piagam Jakarta’
oleh Moh. Yamin. Namun, sebagian kelompok menganggap sila pertama terlalu

bernuansa Islam, sehingga sila pertama diubah menjadi Ketuhanan yang Maha Esa.

Hasil akhir rumusan Pancasila ini kemudian ditetapkan sebagai pembukaan dasar

hukum tertulis negara di Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)

pada 18 Agustus 1945. Pancasila akhirnya menjadi dasar negara Indonesia dengan

lima sila, yaitu:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan,

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Setelah melalui beberapa revisi dan penyesuaian, rumusan Pancasila

akhirnya ditetapkan sebagai pembukaan dasar hukum tertulis negara pada 18

Agustus 1945 dalam Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Pancasila kemudian menjadi dasar negara Indonesia yang diperingati setiap tahun

pada tanggal 1 Juni sebagai Hari Kelahiran Pancasila.

BPUPKI
Pada tanggal 01 Maret 1945, Letnan Jendral Kumakici Harada, pimpinan pemerintah
pendudukan Jepang di Jawa, mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Junbi Cosakai). Pembentukan badan tersebut
bertujuan untuk menyelidiki hal-hal penting menyangkut pembentukan negara Indonesia
merdeka. Pengangkatan pengurus diumumkan pada 29 April 1945. Dr. K.R.T. Radjiman
Wediodiningrat diangkat sebagai ketua (Kaico).
Sementara yang ditunjuk sebagai Ketua Muda (Fuku Kaico) pertama ialah seorang
bernama Icibangase. Kemudian R.P. Suroso diangkat sebagai Kepala Sekretariat dengan
dibantu oleh Toyohito Masuda dan Mr. A.G. Pringgodigdo. BPUPKI dibubarkan pada 7
Agustus 1945 karena tugas-tugasnya telah selesai dilaksanakan. Selama BPUPKI terbentuk,
secara resmi BPUPKI telah melakukan sidang sebanyak dua kali.
Sidang pertama dilaksanakan pada 29 Mei-1 Juni 1945. Kemudian sidang kedua
dilaksanakan pada 10 Juli-17 Juli 1945. Dari dua kali sidang tersebut ada beberapa poin yang
dirumuskan.
Pembentukan BPUPKI oleh Jepang memiliki tujuan berikut ini:
 Menarik simpati rakyat Indonesia untuk membantu Jepang dalam melawan sekutu. Kala
itu, Jepang menjanjikan kemerdekaan dan melaksanakan politik kolonial pada 1 Maret
1945.
 Mempelajari dan menyelidiki sesuatu yang berhubungan dengan pembentukan negara
Indonesia merdeka atau mengenai tata pemerintahan Indonesia merdeka.
 Anggota terdiri dari 62 orang Indonesia, 8 orang istimewa dari Jepang yang tugasnya
mengamati, dan tambahan 6 anggota dari Indonesia. Pembentukan anggota ini ditentukan
oleh Jepang, sementara tambahan enam orang diangkat anggota BPUPKI sendiri.
Berikut beberapa nama Anggota BPUPKI:
 K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat (ketua)
 R.P. Soeroso (Wakil Ketua)
 Ichibangse Yoshio (Wakil Ketua)
 Ir. Soekarno Drs.
 Moh. Hatta
 Mr. Muhammad Yamin
 Mr. Johannes Laturhary
 Mr. R. Hindromartono
 R. Soekardjo Wirjopranoto
 K.H. Ahmad Sanusi
 Agoes Moechsin Dasaad
 Tang Eng Hoa
 Soerachman Tjokroadisoerjo
 RAA. Soemitro Kolopaking Poerbonegoro
 KRMTH. Woerjaningrat
 Mr. Achmad Soebardjo
 Prof. Dr. R. Djenal Asikin Widjajakoesoema
 RM . Abikoesno Tjokrosoejoso
 Parada Harahap
 Mr. RM. Sartono
 KH. Mas Mansoer
 Drs. KRMA. Sosrodiningrat
 Mr. R. Soewandi
 KH. Abdul Wachid Hasjim
 P.F Dahler
 Dr. Sukiman Worjosandjojo
 Mr. KRMT. Wongsonegoro
 R. Oto Iskandar Di Nata
 AR. Baswedan Abdoel Kadir
 Dr. Samsi Sastrowidagdo
 Mr. A.A Maramis
 Mr. R. Samoeddin
 Mr. R. Sastromoeljono
 KH. Abdoel Fatah Hasan
 R. Asikin Natangera
 GPH. Soerjohamidjojo
 Ir. P. Mohammad Noor
 Mr. Mas Besar Martokoesoemo
 Abdoel Kaffar.
Dibentuknya BPUPKI ada beberapa tugas penting yang harus dilakukan untuk
mempersiapkannya kemerdekaan.Tugas utama dari BPUPKI adalah mempelajari dan
menyelidikinya berbagai hal penting yang berkaitan dengan pembentukan sebuah negara.
Sidang BPUPKI digelar dua kali. Sidang pertama dilakukan pada 29 Mei-1 Juni 1945, di
gedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6 Jakarta (sekarang gedung Pancasila). Sidang
dibuka pada tanggal 28 Mei 1945 dan pembahasan dimulai pada tanggal 29 Mei 1945. Ada
tiga puluh tiga pembicara pada sidang pertama yang membahas perumusan dasar negara
Indonesia ini. Adapun tokoh-tokoh yang menyumbangkan pendapat tentang usulan dasar
negara, antara lain: Mr. Mohammad Yamin, Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno.
Setelah bermusyawarah, sidang BPUPKI sepakat menjadikan Pancasila sebagai nama
dasar negara Indonesia. Pada 1 Juni 1945 inilah ditetapkan sebagai hari lahirnya Pancasila.
Namun, hingga akhir sidang pertama BPUPKI belum diperoleh kesepakatan utuh tentang
rumusan dasar negara. Oleh karena itu, akhirnya dibentuk Panitia Sembilan untuk menerima
dan menengahi berbagai masukan.Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan mengadakan
pertemuan dan berhasil menghasilkan rumusan dasar negara yang tertuang dalam hukum
dasar atau yang dikenal dengan Piagam Jakarta (Jakarta Charter):
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sidang kedua BPUPKI digelar pada 10-17 Juli 1945. Pada sidang kedua ini BPUPKI
membahas tentang bentuk negara, wilayah negara, kewarganegaraan, rancangan Undang-
Undang Dasar, ekonomi dan keuangan, pembelaan negara, pendidikan dan pengajaran.
Pada sidang kedua BPUPKI dibentuk Panitia Perancang Undang-Undang Dasar,Panitia
Pembelaan Tanah Air, dan Panitia Ekonomi dan Keuangan. Pada tanggal 14 Juli 1945, sidang
BPUPKI menerima hasil laporan Panitia Perancang UUD yang disampaikan oleh Ir.
Soekarno selaku ketua. Laporan tersebut berisi rancangan UUD, yaitu:
1. Pernyataan mengenai kemerdekaan Indonesia.
2. Pembukaan Undang-Undang Dasar atau preambule.
3. Batang tubuh Undang-Undang Dasar atau isi.
BPUPKI akhirnya resmi dibubarkan pada tanggal 6 Agustus 1945 karena tugasnya dalam
menyusun dasar negara dan UUD telah selesai. Kemudian Ir. Soekarno memutuskan
untuk pergi ke Saigon untuk bertemu dengan Jenderal Besar Terauchi. Saat kembali ke
Indonesia, Ir. Soekarno telah membawa sejumlah perintah yang isinya adalah sebagai
berikut.
 Ir. Soekarno akan diangkat menjadi ketua dari sebuah panitia baru, yakni PPKI bersama Drs.
Moh. Hatta yang akan menjabat sebagai wakil ketua.
 PPKI boleh dioperasikan pada tanggal 19 Agustus 1945.
 Pekerjaan akan diserahkan pada panitia, tidak menuntut pada cepat atau tidaknya proses.

PIAGAM JAKARTA
Piagam Jakarta merupakan sebuah bentuk dari dokumen historis yang menjadi hasil
dari adanya kompromi silang antara pihak Islam dengan pihak kebangsaan atau nasionalis
yang terbentuk di dalam BPUPKI atau Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia serta digunakan untuk menjadi sebuah jembatan pen perbedaan dalam agama
serta negara yang ada. Piagam Jakarta juga sering disebut dengan Jakarta Charter, hal
tersebut dikarenakan Piagam Jakarta merupakan piagam atau sebuah naskah yang disusun
pada rapat Panitia Sembilan atau 9 tokoh Indonesia tepatnya pada tanggal 22 Juni 1945.
Panitia Sembilan yang dibentuk pada 1 Jun 1045. Terbentuk dari sembilan tokoh yang terdiri
dari sebagai berikut.
 Ir. Soekarno sebagai ketua dari Panitia Sembilan
 Drs. Moh. Hatta sebagai wakil ketua dari Panitia Sembilan
 Mr. Achmad Soebardjo sebagai anggota dari Panitia Sembilan
 Mr. Muhammad Yamin sebagai anggota dari Panitia Sembilan
 KH. Wachid Hasyim sebagai anggota dari Panitia Sembilan
 Abdul Kahar Muzakir sebagai anggota dari Panitia Sembilan
 Abikoesno Tjokrosoejoso sebagai anggota dari Panitia Sembilan
 H. Agus Salim sebagai anggota dari Panitia Sembilan
 Mr. A.A. Maramis sebagai anggota dari Panitia Sembilan
Piagam Jakarta ini sendiri disusun karena wilayah Jakarta yang luhur, dan meliputi
lima kota serta satu kabupaten yang terdiri dari Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Timur,
Jakarta Utara, Jakarta Selatan, serta Kepulauan Seribu. Oleh sebab itu, provinsi DKI Jakarta
diwujudkan melalui bentuk dari Piagam Jakarta tersebut serta menetapkan Suwiryo sebagai
gubernur dari provinsi DKI Jakarta yang pertama hingga 1947.
Piagam Jakarta merupakan sebuah hasil yang dikeluarkan dari rapat yang dilakukan
oleh Panitia Sembilan, dalam rangka penyambutan kemerdekaan Republik Indonesia. Isi
Piagam Jakarta secara garis besar sendiri mengenai arah serta tujuan bernegara serta draft
awal dari rumusan dasar negara Indonesia, yang hingga kini dikenal dengan sebutan
Pancasila. Pada proses perumusannya, pengesahan yang harus segera dilakukan tersebut
dihadapi dengan beberapa perdebatan yang terjadi antara golongan nasionalis serta golongan
Islam yang ada di negara Indonesia. Dimana, berdasarkan pendapat golongan nasional
mengenai isi dari Piagam Jakarta tersebut kurang dapat menjadi cerminan dari keragaman
yang ada pada masyarakat Indonesia.
Perubahan pada tepatnya terjadi pada rumusan dasar negara sila yang pertama pada
naskah Piagam Jakarta. Rumusan awal yang berisikan berbagai sila yang tercantum dalam
Pancasila itu sendiri pada awalnya terdapat dalam isi naskah Piagam Jakarta, namun pada
sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau PPKI tepatnya pada tanggal 18
Agustus 1945, dirumuskan bahwa sila pertama yang ada pada Pancasila akan diubah.
Berdasarkan Muhammad Nurudin (2019:153) dalam bukunya yang berjudul
Menggores Tinta di Lembah Hijau, ia menyatakan bahwa latar belakang terjadinya perubahan
rumusan dasar negara pada sila pertama Piagam Jakarta menurut Mohammad Hatta
disebabkan karena beberapa wakil pemeluk agama lain merasa adanya keberatan dengan
rumusan tersebut. Rumusan sila pertama yang ada tersebut memiliki bunyi “Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya”.
Adanya beberapa pihak yang merasa keberatan akan rumusan sila pertama tersebut,
oleh sebab itu terjadi perubahan pada sila pertama menjadi “Ketuhanan yang Maha Esa”
berdasarkan hasil musyawarah yang dilakukan dengan tujuan untuk menjaga bangsa
Indonesia serta menjaga hubungan yang ada antara tokoh pendiri bangsa Indonesia agar tidak
terjadinya perpecahan. Berikut berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan
rumusan dasar negara pada sila pertama di naskah Piagam Jakarta berdasarkan pendapat
Mohammad Hatta, sebagai berikut.
 Faktor yang pertama, rakyat negara Indonesia memiliki latar belakang keagamaan serta
kepercayaan yang beragam dan berbeda antara satu sama lain. Oleh sebab itu, rumusan
yang berbunyi “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluknya” tidak dapat menjadi wakil dari keseluruhan masyarakat yang ada di negara
Indonesia.
 Faktor yang kedua, sebagai tokoh pendiri bangsa Indonesia, beliau menunjukkan usaha
untuk menampung berbagai aspirasi serta pendapat terutama dari perwakilan Indonesia
Timur dimana tempat keberadaan para pemeluk agama lain yang ada di negara
Indonesia.
 Faktor yang ketiga, perubahan yang dilakukan pada rumusan sila pertama Piagam
Jakarta dilakukan dalam rangka mempertahankan keutuhan bangsa Indonesia serta
mengeratkan persatuan serta kesatuan yang dimiliki sebagai bangsa Indonesia.
Isi dari Piagam Jakarta terdiri dari empat alinea yang kemudian menjadi Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945, selain itu Piagam Jakarta juga termasuk ke dalam lima poin yang kemudian salah
satu poinnya yang kemudian diganti menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa” di dalam Pancasila.
Setelah dibacakan pada proklamasi kemerdekaan negara Indonesia pada tanggal 17 Agustus
1945, terjadi perubahan pada isi Piagam Jakarta. Hal ini terjadi di sore hari tepat setelah
pembacaan proklamasi kemerdekaan, dimana Wakil Presiden Indonesia saat itu Mohammad
Hatta didatangi oleh perwakilan atau utusan dari angkatan laut Jepang yang bernama Maeda.
Pada pertemuan tersebut, Maeda menyampaikan bahwa beberapa wakil Protestan
serta Katolik yang berasal dari wilayah yang dikuasai oleh Angkatan Laut Jepang merasa
keberatan terhadap bagian kalimat rumusan dasar negara yang ada di dalam naskah Piagam
Jakarta tersebut.
Kalimat rumusan yang dimaksud pada Piagam Jakarta tersebut memiliki bunyi “... dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.
Dalam menanggapi keberatan dari pihak wakil Protestan serta Katolik tersebut, Mohammad
Hatta mengajak beberapa tokoh seperti Ki Bagus Hadikusumo, K.H. Wahid Hasyim, Mr.
Kasman Singodimedjo, serta Mr. Teuku Mohammad Hasan untuk membuat sebuah rapat
terlebih dahulu sebelum sidang PPKI dimulai.
Pada rapat pendahuluan tersebut, dikeluarkanlah sebuah keputusan untuk
menghilangkan bagian kalimat Piagam Jakarta tersebut serta menggantikannya dengan
kalimat Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal tersebut dilakukan dalam rangka agar tidak
terjadinya perpecahan di antara masyarakat Indonesia yang terdiri dari beragam keyakinan di
dalamnya. Setelah terjadinya perubahan tersebut, nama Piagam Jakarta diubah menjadi
Pembukaan UUD 1945, yang kemudian diresmikan kembali oleh PPKI tepatnya pada tanggal
18 Agustus 1945.

PROKLAMASI
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945
tahun Masehi, atau tanggal 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang, yang dibacakan oleh
Soekarno dengan didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta bertempat di Jalan Pegangsaan
Timur 56, Jakarta Pusat. Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas
kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara
Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia BPUPKI, atau "Dokuritsu Junbi Cosakai", berganti nama menjadi PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa
Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia.
Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga
menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun
dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
Pengibaran bendera pada 17 Agustus 1945. Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan
Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di
sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan
bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan
kepada Indonesia.
Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah
mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang
bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk
kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang
melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan
Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia
dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, berdasarkan tim PPKI.
[1] Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24
Agustus.
Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari
Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan
karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang
telah menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis,
antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan
di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi
kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat
berakibat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap.
Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan
kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi
kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang (sic).
Dikibarkannya bendera Indonesia pada 17 Agustus 1945. Pada tanggal 14 Agustus 1945
Jepang secara resmi menyerah kepada Sekutu di kapal USS Missouri. Tentara dan Angkatan
Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang berjanji akan mengembalikan
kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh
mendengar kabar ini melalui radio BBC.
Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda
mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun
golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan
darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan
muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh
Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian
Jepang. Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh
konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana
Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda
menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat.
Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo.
Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya
di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan
persiapan Proklamasi Kemerdekaan.
Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan
oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat
PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak
muncul. Peserta BPUPKI Dalam perjalanan sejarah menuju kemerdekaan Indonesia, dr.
Radjiman adalah satu-satunya orang yang terlibat secara akif dalam kancah perjuangan
berbangsa dimulai dari munculnya Boedi Utomo sampai pembentukan BPUPKI. Manuvernya
di saat memimpin Budi Utomo yang mengusulkan pembentukan milisi rakyat disetiap daerah
di Indonesia (kesadaran memiliki tentara rakyat) dijawab Belanda dengan kompensasi
membentuk Volksraad dan dr. Radjiman masuk di dalamnya sebagai wakil dari Boedi
Utomo.
Pada sidang BPUPKI pada 29 Mei 1945, ia mengajukan pertanyaan “apa dasar negara
Indonesia jika kelak merdeka?” Pertanyaan ini dijawab oleh Bung Karno dengan Pancasila.
Jawaban dan uraian Bung Karno tentang Pancasila sebagai dasar negara Indonesia ini
kemudian ditulis oleh Radjiman selaku ketua BPUPKI dalam sebuah pengantar penerbitan
buku Pancasila yang pertama tahun 1948 di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten
Ngawi. Terbongkarnya dokumen yang berada di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren,
Kabupaten Ngawi ini menjadi temuan baru dalam sejarah Indonesia yang memaparkan
kembali fakta bahwa Soekarno adalah Bapak Bangsa pencetus Pancasila.
Pada tanggal 9 Agustus 1945 ia membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Saigon dan
Da Lat untuk menemui pimpinan tentara Jepang untuk Asia Timur Raya terkait dengan
pengeboman Hiroshima dan Nagasaki yang menyebabkan Jepang berencana menyerah tanpa
syarat kepada Sekutu, yang akan menciptakan kekosongan kekuasaan di Indonesia. tidak tahu
telah terjadi peristiwa Rengasdengklok. Pada 16 Agustus 1945 terjadi
peristiwa Rengasdengklok, dimana Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta diculik oleh para
pemuda dan dibawa ke Rengasdengklok dengan tujuan agar Ir. Soekarno dan Moh Hatta
tidak terpengaruh oleh Jepang dan segera menyatakan kemerdekaan.
Pada 16 Agustus 1945 pukul 23.00 malam, Ir. Soekarno dan rombongannya tiba di
Jakarta, sehingga perumusan teks proklamasi dilakukan oleh Ir. Soekarno, Moh Hatta dan
Achmad Soebardjo di kediaman Laksamana Muda Maeda Tadashi. Rumusan teks proklamasi
diketik oleh Sayuti Melik dan ditandatangani Ir. Soekarno dan Moh Hatta. Selanjutnya,
bendera merah putih dijahit oleh istri Soekarno yaitu Fatmawati. Pembacaan teks proklamasi
dilakukan pada pukul 10 pagi di rumah Soekarno bertempat di Jl. Pegangsaan Timur No. 56,
Jakarta. Teks proklamasi dibuat dalam 2 bentuk yaitu tulisan tangan yang dibuat oleh Ir.
Soekarno dan versi ketikan dibuat oleh Sayuti Melik. Teks proklamasi dibacakan oleh
Soekarno, didampingi oleh Moh Hatta dan disaksikan sejumlah orang. Upacara pembacaan
teks proklamasi kemerdekaan berakhir pada pukul 11 pagi dan hal tersebut menjadi titik balik
sejarah kemerdekaan Indonesia.

PPKI
Sejarah PPKI terbentuk juga tidak terlepas dari latar belakang Indonesia yang dijajah
oleh bangsa Barat yang membawa penderitaan bagi Indonesia. Beberapa negara yang pernah
menjajah Indonesia di antaranya Spanyol, Portugis, Belanda dan Inggris. PPKI atau Panitian
Persiapan Kemerdekaan Indonesia, merupakan badan yang dibentuk oleh pemerintah
pendudukan Jepang, untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. PPKI dibentuk pada 7
Agustus 1945 setelah BPUPKI dibubarkan karena sudah menyelesaikan tugasnya. Dalam
bahasa Jepang, PPKI dikenal dengan nama Dokuritsu Junbi Inkai. Peran PPKI dalam
mempersiapkan kemerdekaan Indonesia terbilang penting. Pada dasarnya PPKI memiliki
tujuan untuk melanjutkan tujuan BPUPKI yang sudah dibentuk sebelumnya.
PPKI memiliki tugas menyusun dan merancang Undang-Undang Dasar yang
digunakan sebagai konstitusi. Dengan berdirinya PPKI, maka keinginan rakyat Indonesia
untuk merdeka pun semakin kuat. Dengan begitu, proses kemerdekaan Indonesia pun
menjadi lebih terencana dan mantap. Jika sudah berhasil membawa kemerdekaan bagi bangsa
Indonesia, PPKI melanjutkan tugasnya untuk merancang hal yang perlu dilakukan oleh
negara yang baru saja merdeka. Salah satunya mengenai ideologi atau dasar negara.
Pada 18 Agustus 1945, sehari setelah kemerdekaan Indonesia, PPKI menjalankan
tugas yang menghasilkan sejumlah keputusan berikut: PPKI bertugas mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia. Dimulai mempersiapkan waktu pembacaan teks proklamasi,
menyiapkan anggota dan menyusun struktur negara. PPKI bertugas membuat, menyusun dan
mengesahkan UUD sebagai konstitusi untuk mengatur beragam hal terkait sistem
pemerintahan. Memilih dan mengangkat Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Moch. Hatta
sebagai Wakil Presiden Indonesia. Sebelum DPR dan MPRS terbentuk, PPKI memiliki tugas
membentuk Komite Nasional untuk membantu Presiden.
PPKI dibentuk oleh Jenderal Terauchi pada 7 Agustus 1945 di Kota Ho CHi Minh,
Vietnam. Pembentukannya disaksikan langsung oleh Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta
dan Dr. Radjiman Wedyodiningrat. Dalam pertemuan tersebut, Soekarno diangkat menjadi
ketua PPKI dan Mohammad Hatta sebagai wakilnya. Badan ini melibatkan sejumlah anggota
yang berasal dari tokoh nasional di tiap daerah untuk mempersiapkan Kemerdekaan
Indonesia. Secara perinci, anggota BPUPKI terdiri dari 12 orang yang berasal dari Jawa, 1
orang dari Kalimantan, 1 orang dari Nusa Tenggara, 1 orang dari Maluku, 3 orang dari
Sumatera, 2 orang dari Sulawesi, dan 1 orang dari perwakilan Tionghoa. Berbeda dengan
BPUPKI, tujuan PPKI mulai terlepas dari campur tangan Jepang. Proses kemerdekaan
Indonesia menjadi lebih terencana terlepas dari PPKI yang dibentuk oleh pemerintah Jepang.
Bahkan dengan berdirinya PPKI, keinginan rakyat Indonesia untuk merdeka pun semakin
kuat.
Adapun tujuan PPKI yang paling utama yaitu melakukan persiapan kemerdekaan
Indonesia. Tujuan PPKI melanjutkan tugas dari BPUPKI untuk menyegerakan proklamasi
kemerdekaan, melakukan tata negara dan membuat struktur kenegaraan. PPKI melaksanakan
sidang sebanyak tiga kali semenjak dibentuk. Berikut waktu pelaksanaan dan hasil sidang
PPKI:
1. Sidang 18 Agustus 1945 Sidang pertama PPKI dilakukan pada tanggal 18 Agustus 1945
dengan agenda mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945, memilih dan mengangkat Ir.
Soekarno sebagai Presiden Indonesia dan Drs. Mohammad Hatta sebagai Wakilnya.
Dalam sidang tersebut, PPKI juga menetapkan bahwa tugas Presiden sementara dibantu
oleh Komite Nasional Indonesia Pusat, sebelum MPR dan DPR terbentuk.
2. Sidang 19 Agustus 1945 Sidang berikutnya diadakan tanggal 19 Agustus 1945. Dalam
sidang kedua memiliki agenda untuk membentuk 12 Kementerian, 4 Menteri Negara dan
membentuk Pemerintah Daerah Indonesia yang dibagi menjadi 8 provinsi dan dipimpin
oleh seorang Gubernur.
3. Sidang 22 Agustus 1945 Dalam sidang terakhir 22 Agustus 1945 membahas
pembentukan Komite Nasional Indonesia, Partai Nasional Indonesia dan Badan
Keamanan Rakyat. Untuk anggota BKR merupakan himpunan bekas anggota PETA,
Seinendan, Heiho, Keibodan dan lainnya. Selain mengetahui sejarah PPKI terbentuk,
ketahui juga kapan PPKI dibubarkan. Sebagai informasi, PPKI dibubarkan setelah
melaksanakan kemerdekaan dan berhasil mewujudkannya, tepatnya pada tanggal 29
Agustus 1945.
DAFTAR PUSTAKA

Agung. 2023. Sejarah PPKI Terbentuk, Tugas, Tujuan dan Hasil Sidangnya. [diakses pada
tanggal 07 November 2023]. Tersedia:
https://katadata.co.id/agung/lifestyle/64b633262b87d/sejarah-ppki-terbentuk-tugas-
tujuan-dan-hasil-sidangnya
Geniora. 2021. Sejarah Singkat dan Isi Teks Proklamasi. [diakses pada tanggal 07 November
2023. Tersedia: https://www.geniora.com/article/sejarah-singkat-dan-isi-teks-
proklamasi/
Kompas. 2022. PPKI: Sejarah, Tujuan, Peran dan Tugasnya. [diakses pada tanggal 07
November 2023]. Tersedia:
https://www.kompas.com/skola/read/2022/10/10/090000269/ppki--sejarah-tujuan-
peran-dan-tugasnya?page=all
Goverment. 2023. Sejarah Perumusan Pancasila. [diakses pada tanggal 07 November 2023].
Tersedia: https://pasla.jambiprov.go.id/sejarah-perumusan-pancasila/
Gramediablog. 2022. Isi dan Sejarah Perumusan Piagam Jakarta. [diakses pada tanggal 07
November 2023]. Tersedia: https://www.gramedia.com/literasi/piagam-jakarta/

Anda mungkin juga menyukai