Anda di halaman 1dari 33

PEMBENTUKAN BPUPKI dan PPKI

Jepang selalu menderita kekalahan dalam Perang Asia Pasifik. Di Indonesia terus
berkobar perlawanan yang dilakukan rakyat maupun tentara PETA. Keadaan di
Negeri Jepang semakin buruk, moral masyarakat menurun. Hal–hal yang tidak
menguntungkan menyebabkan jatuhnya Kabinet  Tojo  pada tanggal 17 Juli 1944 dan
digantikan oleh Jenderal Kuniaki Koiso. Pada tanggal 7 September 1944 di dalam
Sidang Istimewa Parlemen Jepang di Tokyo, Perdana Menteri  Koiso mengumumkan
bahwa Daerah Hindia Timur (Indonesia) diperkenankan merdeka  kelak di kemudian
hari.

Pada akhir tahun 1944 Pulau Saipan direbut oleh Sekutu. Angkatan perang Jepang
dipukul mundur oleh angkatan perang Amerika Serikat dari Papua Nugini, Kepulauan
Solomon, dan Kepulauan Marshall, maka seluruh garis pertahanan Jepang di Pasifik
mulai hancur berarti kekalahan Jepang di ambang pintu. Sekutu terus menyerbu
kota-kota di Indonesia seperti Ambon, Makasar, Manado, dan Surabaya. Akhirnya
tentara Sekutu mendarat di kota penghasil minyak yakni Tarakan dan Balikpapan.
LANJUTAN

Menghadapi situasi yang gawat tersebut, Pemerintah Pendudukan Jepang di Jawa di


bawah pimpinan  Letnan Jenderal Kumakici Harada   berusaha meyakinkan bangsa
Indonesia tentang janji kemerdekaan. Pada tanggal 1 Maret 1945 diumumkan
pembentukan  Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) atau dalam bahasa Jepangnya  Dokuritsu Junbi Cosakai.
Maksud dan tujuan dibentuknya BPUPKI ialah untuk mempelajari dan menyelidiki hal-
hal penting berkaitan dengan segala sesuatu yang menyangkut pembentukan Negara
Indonesia merdeka.

BPUPKI diketuai oleh Dr. K.R.T. Radjiman Wediodiningrat. Ia dibantu 2 orang ketua
muda yaitu seorang Jepang Shucokan Cirebon bernama Icibangase dan R.P. Suroso
sebagai kepala sekretariat dengan dibantu oleh Toyohito Masuda  dan Mr. A.G.
Pringgodigdo.
Anggota BPUPKI ada 60 orang termasuk 4 orang golongan Arab serta golongan
peranakan Belanda dan terdapat pula 7 orang Jepang dalam pengurus istimewa yakni
tanpa hak suara, sehingga seluruhnya berjumlah 63 orang.
BPUPKI ini dilantik pada tanggal 28 Mei 1945 di gedung Cuo Sangi In dihadiri oleh
seluruh anggota BPUPKI .
Setelah anggota BPUPKI dilantik, kemudian mulai bersidang. Dalam hal ini tugas
BPUPKI adalah menyusun Dasar dan Konstitusi untuk negara Indonesia yang akan
didirikan. BPUPKI mulai bersidang tanggal 29 Mei 1945.
Sidang BPUPKI berlangsung dua tahap yaitu sidang pertama tanggal 29 Mei – 1 Juni
1945. Sedangkan sidang kedua berlangsung dari tanggal 19 Juni – 17 Juli 1945.

1.    Sidang Pertama BPUPKI (29 Mei – 1 Juni 1945)


Sidang pertama diadakan di gedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6 Jakarta yang
kini dikenal dengan sebutan Gedung Pancasila.
Pada zaman Belanda, gedung tersebut merupakan gedung Volksraad, lembaga DPR
pada jaman kolonial Belanda.
Sidang dibuka pada tanggal 28 Mei 1945 dan pembahasan dimulai keesokan harinya
29 Mei 1945 dengan tema Dasar Negara.
Pada sidang pertama ini terdapat 3 orang yang dianggap berkompeten mengajukan
pendapatnya tentang Dasar Negara.
Pada tgl 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yamin dalam pidato singkatnya mengemukakan
lima asas yaitu:
1.    peri kebangsaan
2.    peri ke Tuhanan
3.    kesejahteraan rakyat
4.    peri kemanusiaan
5.    peri kerakyatan
Pada tgl 31 Mei 1945, Prof. Dr. Mr. Soepomo mengusulkan lima asas yaitu :
1.    persatuan
2.    mufakat dan demokrasi
3.    keadilan sosial
4.    kekeluargaan
5.    musyawarah
Pada tgl 1 Juni 1945, Soekarno mengusulkan lima asas pula yang disebut Pancasila yaitu:
1.    kebangsaan Indonesia
2.     internasionalisme dan peri kemanusiaan
3.     mufakat atau demokrasi
4.     kesejahteraan sosial
5.     Ketuhanan yang berkebudayaan
Kelima asas dari Soekarno disebut Pancasila yang menurut beliau
bilamana diperlukan dapat diperas menjadi Trisila atau Tiga Sila yaitu:
a. Sosionasionalisme
b. Sosiodemokrasi
c. Ketuhanan yang berkebudayaan
Bahkan masih menurut Soekarno, Trisila tersebut di atas bila diperas
kembali disebutnya sebagai Ekasila yaitu merupakan sila gotong royong
merupakan upaya Soekarno dalam menjelaskan bahwa konsep tersebut
adalah dalam satu-kesatuan.
Selanjutnya lima asas tersebut kini dikenal dengan istilah Pancasila,
namun konsep kesatuan tersebut pada akhirnya disetujui dengan
urutan serta redaksi yang sedikit berbeda.
Sementara itu, perdebatan terus berlanjut di antara peserta sidang
BPUPKI mengenai penerapan aturan Islam dalam Indonesia yang baru.
Masa antara Sidang Pertama dan Kedua
Sampai akhir sidang pertama, masih belum ditemukan kesepakatan untuk perumusan
Dasar Negara, sehingga akhirnya dibentuklah panitia kecil untuk menggodok berbagai
masukan. Panitia kecil beranggotakan 9 orang dan dikenal pula sebagai Panitia
Sembilan dengan susunan sebagai berikut:
1.    Ir. Soekarno (ketua) 2.    Drs. Moh. Hatta (wakil ketua)
3.    Mr. Achmad Soebardjo (anggota) 4.    Mr. Muhammad Yamin (anggota)
5.    KH. Wachid Hasyim (anggota) 6.    Abdul Kahar Muzakir (anggota)
7.    Abikoesno Tjokrosoejoso (anggota) 8.    H. Agus Salim (anggota)
9.    Mr. A.A. Maramis (anggota)

Setelah melakukan kompromi antara 4 orang dari kaum kebangsaan (nasionalis) dan 4
orang dari pihak Islam, tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan kembali bertemu dan
menghasilkan Piagam Jakarta (Jakarta Charter) yang di dalamnya terdapat rumusan
dasar negara yang berisikan:
1.     Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya
2.     Kemanusiaan yang adil dan beradab 3.     Persatuan Indonesia
4.     Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan 5.     Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Sidang Kedua berlangsung 10-17 Juli 1945 dengan tema bahasan Bentuk Negara,
Wilayah Negara, Kewarganegaraan, Rancangan Undang-Undang Dasar, ekonomi dan
keuangan, pembelaan negara, pendidikan dan pengajaran.
Dalam sidang ini dibentuk Panitia Perancang Undang-Undang Dasar beranggotakan 19
orang dengan ketua   Ir. Soekarno, Panitia Pembelaan Tanah Air dengan ketua
Abikoesno Tjokrosoejoso dan Panitia Ekonomi dan Keuangan diketuai Mohamad
Hatta.
Dengan pemungutan suara, akhirnya ditentukan Wilayah Indonesia Merdeka yakni
wilayah Hindia Belanda dahulu, ditambah dengan Malaya, Borneo Utara, Papua,
Timor-Portugis, dan pulau-pulau sekitarnya.

Pada tanggal 11 Juli 1945 Panitia Perancang UUD membentuk lagi panitia kecil
beranggotakan 7 orang yaitu:
1.    Prof. Dr. Mr. Soepomo (ketua merangkap anggota)
2.    Mr. Wongsonegoro
3.    Mr. Achmad Soebardjo
4.    Mr. A.A. Maramis
5.    Mr. R.P. Singgih
6.    H. Agus Salim
7.    Dr. Soekiman
Pada tanggal 13 Juli 1945 Panitia Perancang UUD mengadakan sidang untuk
membahas hasil kerja panitia kecil perancang UUD tersebut.
Pada tanggal 14 Juli 1945, sidang pleno BPUPKI menerima laporan Panitia Perancang
UUD yang dibacakan oleh Ir. Soekarno.
Dalam laporan tersebut tercantum tiga masalah pokok yaitu: a. Pernyataan Indonesia
Merdeka b. Pembukaan UUD c. Batang Tubuh UUD.
Konsep Proklamasi Kemerdekaan rencananya akan disusun dengan mengambil tiga
alinea pertama Piagam Jakarta. Sedangkan konsep Undang-Undang Dasar hampir
seluruhnya diambil dari alinea keempat Piagam Jakarta.

C.    Pembentukkan PPKI  dan Perannya Dalam Proses Kemerdekaan


PPKI dibentuk tanggal  7 Agustus 1945 yang beranggotakan 21 orang. Wakil Pulau Jawa
berjumlah 12 orang yakni :
1. Ir. Soekarno                                             7. Suryohamijoyo
2. Drs. Moh. Hatta                                      8. M. Sutarjo Kartohadikusumo
3. Dr. Radjiman Wediodiningrat                9. Prof. Mr.Dr.Supomo
4. Oto Iskandardinata                                 10. Abdulkadir
5. Wachid Hasyim                                      11. Poeroebojo
6. Ki Bagus Hadikusumo                            12. R.P. Suroso
Adapun yang  mewakili Sumatera ada 3 orang yakni Dr. Amir, Mr. Teuku  Moh. Hasan
dan Mr. Abdul Abas. Sedangkan yang mewakili Sulawesi ada 2 orang yaitu Dr. Ratu
Langie dan Andi Pangeran.
Untuk daerah-daerah lain seperti Kalimantan, Sunda Kecil (Nusa Tenggara), Maluku dan
golongan Cina masing-masing diwakili 1 orang yaitu : A.A. Hamidan, Mr. Gusti Ktut
Puja, Mr. J. Latuharhary, dan Drs. Yap Chuan Bing.
Ketua PPKI adalah Ir. Soekarno dan wakil ketua PPKI adalah Drs. Mohammad Hatta.
Sedangkan sebagai penasihatnya Mr. Ahmad Subardjo.
Mereka yang diangkat menjadi anggota PPKI terdiri atas tokoh-tokoh nasionalis di
berbagai daerah.

Pembentukan PPKI ini langsung ditangani oleh Marsekal Terauci. Panglima Tertinggi
Bala Tentara Jepang di Asia Tenggara yang berkedudukan di  Dalath (Vietnam).
Pada tanggal 9 Agustus 1945 Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan Dr. Radjiman
Wediodiningrat dipanggi menghadap Terauchi.
Dalam pertemuan tanggal 12 Agustus 1945 kepada para pemimpin bangsa kita,
Marsekal Terauci menyampaikan hal-hal berikut :
1.    Pemerintah Jepang memutuskan  untuk kemerdekaan Indonesia.
2.    Untuk pelaksanaan kemerdekaan telah dibentuk PPKI.
3.    Pelaksanaan kemerdekaan segera setelah persiapan selesai dan berangsur-angsur
dimulai dari Pulau Jawa  kemudian pulau-pulau lain.
4.    Wilayah Indonesia akan meliputi seluruh bekas wilayah Hindia Belanda.
Para pemimpin dalam perjalanan pulang ke tanah air singgah dulu di Singapura. 
Mereka bertemu 3 pemimpin PPKI yang mewakili Sumatera yakni Dr. Amir, Mr. Teuku Moh.
Hasan dan Mr. Abdul Abas. Dari wakil Sumatera tersebut, mereka  mendengar kabar bahwa
Jepang semakin kalah. Pada tanggal 15 Agustus 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu tanpa
syarat. Hal ini diumumkan Tenno Heika melalui radio.
Sutan Syahrir yang mendengar berita menyerahnya Jepang kepada Sekutu segera mendesak
Bung Karno agar segera dilaksanakan proklamasi tanpa harus menunggu janji Jepang.
Namun Bung Karno belum menerima maksud Sutan Syahrir tersebut dengan alasan belum
mengadakan pertemuan dengan anggota-anggota PPKI yang lain. Di samping itu terlebih
dahulu Bung Karno akan mencoba dulu mencek kebenaran berita kekalahan Jepang tersebut.
Sutan Syahrir kemudian menemui para pemuda seperti Sukarni, BM. Diah, Sayuti Melik dan
lain-lain.
Pada tanggal 15 Agustus 1945 pukul 20.00 WIB para pemuda mengadakan rapat yang
dipimpin oleh Chaerul Saleh. Rapat berlangsung di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi
di Pegangsaan Timur, Jakarta.
Mereka yang hadir selain Chaerul Saleh adalah Djohar Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto,
Margono, Wikana, dan Alamsyah.
Dalam rapat tersebut diputuskan tentang tuntutan golongan pemuda yang menegaskan
bahwa kemerdekaan adalah hak rakyat Indonesia sendiri, segala ikatan, hubungan dan janji
kemerdekaan harus diputus dan perlunya berunding dengan Ir. Soekarno dan Mohammad
Hatta agar kelompok pemuda diikut sertakan dalam menyatakan proklamasi.
Pada tanggal 15 Agustus 1945 pukul 22.00 WIB, Wikana dan Darwis mewakili dari
para pemuda menemui Bung Karno. Mereka berdua mendesak Bung Karno agar
segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada keesokan harinya.
Akhirnya terjadilah perdebatan. Perbedaan tersebut sampai mengarah pada
pemaksaan dari golongan muda terhadap golongan tua. Akan tetapi kedua
golongan tersebut bertujuan demi mencapai kemerdekaan Indonesia.
Sementara itu  PPKI yang dibentuk oleh Jepang namun hingga Jepang menyerah
kepada Sekutu, PPKI belum pernah bersidang.
PPKI baru mengadakan sidang pada tanggal 18 Agustus 1945 yakni setelah
Proklamasi Kemerdekaan. Dalam sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945 tersebut
anggota PPKI ditambah 6 orang oleh pihak Indonesia lepas dari pengendalian
Jepang.
Dengan demikian dapat dianggap bahwa PPKI telah diambil alih oleh rakyat
Indonesia dari pihak Jepang.
Dengan tambahan anggota tersebut, PPKI dianggap sebagai wakil dari seluruh
bangsa Indonesia. Adapun 6 orang baru PPKI itu adalah Mr. Ahmad Subarjo, Sayuti
Melik, Ki Hajar Dewantoro, Iwa Kusumasumantri, Mr. Kasman Singodimejo, dan
Wiranatakusumah.
Dalam sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945 itulah Pembukaan beserta
Batang Tubuh Undang-undang Dasar 1945 disyahkan oleh PPKI.
Pembukaan UUD 1945 yang disyahkan diambil dari Piagam  Jakarta
dengan perubahan atas pesan dari tokoh-tokoh Kristen dari Indonesia
bagian timur setelah berkonsultasi dengan pemuka-pemuka Islam.
Dengan demikian rumusan  Pancasila Dasar Negara   yang otentik adalah
rumusan PPKI tanggal 18 Agustus 1945 yaitu:
1.    Ketuhanan Yang Maha Esa;
2.    Kemanusiaan yang adil dan Beradab;
3.    Persatuan Indonesia;
4.    Kerakyataan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawarat- an/perwakilan;
5.    Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
PANCASILA SEBAGAI HASIL KESEPAKATAN SELURUH BANGSA MENJADI
SANGAT MONUMENTAL KARENA KELOMPOK-KELOMPOK YANG
MEMPUNYAI PERBEDAAN IDEOLOGI YANG BERSANDARKAN SENTIMEN
PRIMORDIAL SEPAKAT LEBIH MENGUTAMAKAN KEPENTINGAN UMUM, DAN
MENGESAMPINGKAN KEPENTINGAN SEMPIT MEREKA. OLEH KARENA ITU
BANGSA INDONESIA SUDAH SEHARUSNYA MENGEMBANGKAN DAN
MELAKSANAKAN NILAI-NILAI TERSEBUT SEBAGAI DASAR KEHIDUPAN
BERBANGSA DAN BERNEGARA UNTUK MEWUJUDKAN CITA-CITA BERSAMA.

DALAM TATARAN IDE, PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI YANG


MEMPERSATUKAN SELURUH ELEMEN BANGSA DALAM MEWUJUDKAN
CITA-CITA SUDAH FINAL DAN SANGAT IDEAL.
NAMUN SAYANGNYA DALAM SEJARAH PERJALANAN BANGSA, SEJAK
KEMERDEKAAN HINGGA KINI, PELAKSANAAN PANCASILA MENGALAMI
BERBAGAI HAMBATAN, MENGAPA ?
MELALUI SEJARAH PERJALANAN BANGSA, MUDAH
DITELUSURI BETAPA DAHSYATNYA GODAAN KEKUASAAN
SEHINGGA MENGATUR TATANAN KEKUASAAN YANG
BERADAB MENJADI SANGAT RUMIT. MULAI DARI REJIM
YANG DISEBUT ORDE LAMA, ORDE BARU SERTA ORDE
REFORMASI.

PADA AWALNYA REJIM-REJIM SELALU BERETORIKA BERTEKAD


MELAKSANAKAN PANCASILA SECARA MURNI DAN KONSEKWEN. NAMUN
DALAM PERJALANANNYA MASING-MASING REJIM TERSEBUT TUMBANG
DENGAN MENYEDIHKAN KARENA MEMANIPULASI PANCASILA UNTUK
KEPENTINGAN KEKUASAAN, LALU BAGAIMANA DENGAN ORDE
REFORMASI ?
FENOMENA MASA AWAL ERA REFORMASI, DALAM MELAKUKAN
KOREKSI TERHADAP TATANAN LAMA, UNGKAPAN DAN DISKURSUS
PUBLIK MENGENAI PANCASILA MENCAPAI TITIK SANGAT RENDAH.
SEAKAN PANCASILA MENJADI “MOMOK” SETELAH SEKIAN PULUH
TAHUN DIDENGUNGKAN TETAPI MENGHASILKAN PEMERINTAHAN
YANG OTORITARIAN DAN MENINDAS RAKYAT. (J.Kristiadi, Pancasila,
Kekuasaan dan Dinamika Demokratisasi Di Indonesia, Diklat Kemendagri, 25 Juni 2014).

BANYAK KALANGAN MENYATAKAN BAHWA PARA ELIT DI INDONESIA


ERA REFORMASI, TERUTAMA ELIT POLITIK, “MALU-MALU” MENYEBUT
PANCASILA. PANCASILA SEAKAN SUDAH DILUPAKAN. MEREKA LEBIH
GANDRUNG KEPADA “IDEOLOGI” KEBEBASAN.
OLEH SEBAB ITU, PENATAAN KEKUASAAN PADA ERA REFORMASI
“IDEOLOGI” TERSEBUT DIGUNAKAN UNTUK MEMBANGUN TERTIB
POLITIK YANG LEBIH MEMBERIKAN KELELUASAAN KEPADA KEKUATAN
MASYARAKAT, CIVIL SOCIETY.
KEBEBASAN SEBAGAI “IDEOLOGI” TELAH MENGANCAM KEBEBASAN ITU
SENDIRI. BAHKAN ATAS NAMA KEBEBASAN ORANG DAPAT BERPERILAKU
YANG BERTENTANGAN DENGAN NILAI-NILAI LUHUR PANCASILA SEAKAN-
AKAN HANYA MENJADI MONUMEN MATI AKIBAT DARI PRAKTEK-
PRAKTEK POLITIK DAN PERILAKU PARA PEMIMPIN YANG MUNAFIK.

KEBEBASAN JUGA DIPRAKTEKKAN SECARA EKSESIF OLEH SEMENTARA


MEDIA YANG TIDAK MELAYANI KEPENTINGAN PUBLIK, MELAINKAN
MENGABDI KEPADA KEPENTINGAN MODAL SERTA POLITIK JANGKA
PENDEK.

DALAM BIDANG POLITIK, GEJALA YANG MENGKHAWATIRKAN ADALAH


NIAT SESAT DARI MEREKA YANG MASUK GELANGGANG POLITIK ADALAH
NAFSU INGIN MEMPEROLEH KEDUDUKAN.
JAUH DARI SIKAP MULIA UNTUK MEMPERJUANGKAN SUATU CITA-CITA
YANG BERKAITAN DENGAN PENINGKATKAN HARKAT DAN MARTABAT
RAKYAT.
KERUSAKAN TATANAN POLITIK DIAWALI DENGAN NIAT YANG SESAT, BERANGAN-
ANGAN BERKUASA, MEMBURU KEKAYAAN, MEMBANGUN DINASTI POLITIK, BUKAN
IKTIKAD LUHUR MENGABDIKAN DIRI KEPADA MASYARAKAT.
TERJUN KE DUNIA POLITIK BUKAN KARENA PANGGILAN HIDUP SEHINGGA BERANI ME-
WAKAF-KAN DIRI UNTUK BANGSA, MELAINKAN MENJADI PEMBURU KEKUASAAN DAN
KENIKMATAN.

SESAT NIAT MENYUBURKAN KORUPSI POLITIK DALAM BENTUK PENYALAHGUNAAN


KEKUASAAN YANG MERAJALELA. PRODUK LEGISLASI DITENGARAI MENJADI ARENA
PERDAGANGAN KEPENTINGAN POLITIK YANG PRAGMATIK DAN OPORTUNISTIK.
AKIBATNYA NEGARA TIDAK MEMPUNYAI KEBIJAKAN PERUNDANG-UNDANGAN
SEBAGAI INFRASTRUKTUR KEBIJAKAN POLITIK GUNA MEWUJUDKAN MASYARAKAT
YANG DICITA-CITAKAN. PROSES PENYUSUNAN REGULASI DARI PEMBUATAN UNDANG-
UNDANG SAMPAI DENGAN PERATURAN DAERAH, DITENGARAI SARAT DENGAN
TRANSAKSI POLITIK KEPENTINGAN GOLONGAN, AKIBATNYA PRODUKNYA MENJADI
HAL YANG MENYESATKAN.

PARA POLITISI, KARENA KIBLATNYA ADALAH KEPENTINGAN KEKUASAAN SERTA JANJI-


JANJI KOSONG, TELAH MENGAKIBATKAN RAKYAT KEHILANGAN ORIENTASI. CAKRAWALA
HIDUP TELAH SEDEMIKIAN KABUR SEHINGGA POLITIK YANG SEHARUSNYA MULIA,
TETAPI PRAKTEKNYA SERINGKALI MENJADI TINDAKAN YANG TERKUTUK.
HIPEREALITAS TELAH MENYERUAK KEDALAM TUBUH NEGARA DAN BANGSA.
SESUAI DENGAN KARAKTERNYA, HIPEREALITAS MENCIPTAKAN KEPALSUAN
BERBAUR DENGAN ORISINALITAS, MASA LALU BERBAUR MASA KINI, FAKTA
BERSILANG SENGKARUT DENGAN REKAYASA, SYMBOL, GAMBAR, KATA-KATA
MELEBUR DENGAN KENYATAAN, DUSTA BERSENYAWA DENGAN KEBENARAN.
PRINSIP-PRINSIP KEBENARAN, KEPALSUAN, KEASLIAN, ISU, REALITAS
MAMBAUR MENJADI SATU SEHINGGA SEBAGIAN MASYARAKAT MENJADI
BINGUNG MANA YANG BENAR MANA YANG LAKNAT.

AKIBATNYA, KEBEBASAN DAN DEMOKRASI YANG MERUPAKAN TANDA DAN


SARANA MENUJU BANGSA YANG SEJAHTERA SERTA MEMBERIKAN SINAR
TERANG YANG MENUNTUN BANGSA INDONESIA KE PERADABAN YANG LEBIH
TINGGI, DALAM WAKTU YANG HAMPIR BERSAMAAN MUNCUL ‘TANDA-
TANDA ZAMAN’ MENUJU ‘ABAD’ KEGELAPAN. TERJADI GERHANA
PERADABAN. SINAR YANG MEMANCAR DARI NILAI-NILAI LUHUR BANGSA
TERHALANG OLEH POLITIK TRANSAKSIONAL, TERUTAMA ‘MONEY POLITICS’,
YANG MELEKAT DALAM PROSES POLITIK, BAIK REKRUTMEN MAUPUN DALAM
MENYUSUN REGULASI DI TINGKAT PUSAT DAN DAERAH.
Dr. H. Syamsul Arief R., MS. ,
Kepemimpinan dan Etika, Kemendagri, 24
Juni 2014)
TURUN
TURUN
IDEOLOGI
IDEOLOGI MAKNAPS.
MAKNA PS.

ANCAMAN
ANCAMAN
POLITIK DISINTEGRASI
DISINTEGRASI
POLITIK

SENJANG
SENJANG
NASIONAL
NASIONAL KAYAMISKIN
KAYA MISKINdan
dan
EKONOMI
EKONOMI KORUPSI
KORUPSI

LEMAHNYA
LEMAHNYA
SOSBUD
SOSBUD GAKHUM
GAKHUM

HUBUNGAN
HUBUNGAN
HANKAM
HANKAM TNIPOLRI
POLRI
TNI

BAGAIMANAKAH PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA, PANDANGAN HIDUP, DAN


IDEOLOGI BANGSA, MERESPON FENOMENA TSB ?
KESENJANGAN KAYA MISKIN
Merujuk laporan Bank Dunia pada 15 diungkapkan sebanyak 74 % tanah di
Indonesia dikuasai oleh 0,2 % penduduk. Salah satunya penguasaan 5 juta
hektar tanah oleh pengusaha Sinar Mas kata Komisioner Komnas HAM, Hafid
Abbas,
Hal senada Yusril Ihza Mahendra menegaskan bahwa distribusi tanah yang
tak adil bisa menjadi bom waktu di kemudian hari yaitu “0,2 persen orang
Indonesia menguasai 74 % tanah di Indonesia melalui konglomerasi, PT ini PT
itu, real estate, pertambangan, perkebunan sawit, HPH. Ini hanya menunggu
bom waktu, apalagi yang 0,2 % itu maaf-maaf kalau pakai bahasa lama itu
non pribumi,”
Ekonom senior Rizal Ramli menyatakan 80 % wakyat Indonesia masih miskin,
belum merasakan makna kemerdekaan dan melimpahnya kekayaan sumber
daya alam. Sebab kekayaan sumber daya alam hanya dikuasai oleh 20 %
penduduk Indonesia.

(http://www.aktual.com/komnas-ham-negara-harus-ambil-tanah-dikuasai-konglomerat/)
INGAT
Faktor Ancaman
Runtuhnya Negara

1.1. DISINTEGRASI
DISINTEGRASIDIDIKALANGAN
KALANGANELIT
ELITDAN
DANKEKUASAAN
KEKUASAAN
2.2. KRISIS
KRISISEKONOMI
EKONOMIYGYGBERKELANJUTAN
BERKELANJUTAN
3.3. KONFLIK
KONFLIKANTARA
ANTARASUKU/AGAMA
SUKU/AGAMA
4.4. DEMORALISASI
DEMORALISASITENTARA
TENTARA
5.5. INTERVENSI
INTERVENSIASING
ASING
PANCASILA MERESPON FENOMENA REFORMASI

MEMADAIKAH DENGAN SOSIALISASI DAN INTERNALISASI NILAI-NILAI


PANCASILA SEBAGAIMANA YANG DIKATAKAN OLEH PROF. DR. ERMAYA, SH.
MH. MS. (LEMHANAS) BHW PANCASILA MERUPAKAN KETERPADUAN DARI
DIRI MANUSIA SEBAGAI MAHLUK INDIVIDU YANG TIDAK DAPAT DIPISAHKAN
DENGAN DIRINYA SEBAGAI MAHLUK SOSIAL, YANG MENJADIKAN
PANCASILA BERBEDA DENGAN LIBERALISME, KAPITALISME DAN BERBEDA
DENGAN KOMUNISME. (Prof. Dr. Ermaya, SH. MH. MS, Internalisasi dan Aktualisasi
Nilai-Nilai Pancasila, Diklat Kemendagri, 24 Juni 2014).

KETERKAITAN MANUSIA SEBAGAI MAHLUK INDIVIDU DALAM PANCASILA,


MENCERMINKAN ASAS HIDUP YANG BERPANGKAL PADA TINGKAT
HUBUNGAN KODRAT KEMANUSIAAN YAITU HUBUNGAN MANUSIA DENGAN
TUHAN (SILA KESATU), HUBUNGAN MANUSIA DENGAN MANUSIA (SILA
KEDUA), DAN HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALAM SEKITAR LINGKUNGAN
(SILA KETIGA). KETIGA HUBUNGAN ITU MERUPAKAN AZAS HIDUP, KARENA
KETIGANYA ADALAH PRASYARAT UNTUK SESEORANG ADA DAN HIDUP.
SELANJUTNYA MANUSIA SEBAGAI MAHLUK SOSIAL DALAM PANCASILA,
MENCERMINKAN HUBUNGAN KODRATI DALAM DINAMIKA KEHIDUPAN YAITU
HUBUNGAN MANUSIA DENGAN BERBAGAI PERBEDAAN DAN PERMASALAHAN
YANG HARUS DIPECAHKAN DAN DISELESAIKAN SECARA DEMOKRATIS (SILA KE
EMPAT), DAN HUBUNGAN MANUSIA DENGAN KEKHALIFAHAN ATAU
KEPEMIMPINAN, MENGHARUSKAN PERAN PEMIMIPIN YANG “ADIL” DALAM
BERBAGAI PENGAMBILAN KEPUTUSAN (SILA KELIMA).

Terdapat tiga nilai yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan dalam Pancasila
yaitu:
1. Nilai Spritual Pancasila. Merupakan nilai yang melekat pada diri manusia
Indonesia dalam dimensi pemikiran idealis yang dijadikan sebagai nilai dasar
Pancasila yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945.
2. Nilai Material Pancasila. Merupakan kongkritisasi dari nilai-nilai spiritual Pancasila
sebagai nilai Instrumental, dalam dimensi pemikiran fleksibilitas, yang dirumuskan
dalam berbagai norma / peraturan perUndang-Undangan.
3. Nilai Vital Pancasila. Merupakan ketaatan atau kepatuhan terhadap norma
(peraturan/per-UU-an), sebagai nilai praksis dalam dimensi pemikiran
realitas, yang tercermin dalam perbuatan atau perilaku (etika dan moral).
Harapan sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai Pancasila adalah terlahir
manusia Pancasila (Pemimpin) yang beriman dan bertaqwa (sila 1),
bermoral dan berakhlak mulia (sila 2), mengutamakan kepentingan umum
dari pada kepentingan pribadi atau golongan (sila 3), serta mampu dan
mau memecahkan / menyelesaikan masalah secara demokratis (sila 4),
mampu dan mau mengambil keputusan yang seadil-adilnya tanpa
keberpihakan (sila 5).

Benar yang diwanti-wantikan Prof. Soepomo, salah seorang perumus


Konstitusi, yang diutamakan adalah kualitas manusianya, pesannya
seperti yang dikutip Yudi Latif :
“Paduka Tuan Ketua, yang sangat penting dalam pemerintahan dan
dalam hidup bernegara, ialah semangat para penyelenggara negara,
semangat para pemimpin pemerintahan. Meskipun kita membikin
undang-undang menurut kata-kata bersifat kekeluargaan, apabila
semangat para penyelenggara negara, pemimpin pemerintahan itu
bersifat perseorangan, undang-undang dasar tadi tidak ada artinya dalam
praktek”.
Pesan tersebut memberi dasar bahwa sosialisasi dan internalisasi nilai-
nilai Pancasila adalah penting guna melahirkan manusia2 Pancasila.
Namun harus diingat bahwa menekankan peran sentral manusia untuk
menata kekuasaan yang beradab, perlu memperhatikan petuah dan dalil
klasik populer dari Lord Acton : ‘Power tends to corrupt, absolute power
corrupts absolutely’ . Sejarah bangsa ini telah memberi pelajaran yang
sangat berharga yang berujung dengan tragis dan memprihatinkan.

Sinergi dengan hal tersebut dengan menimbang perilaku kekuasaan


yang cenderung liar, korup dan dzolim, maka harus ‘dipagari dan
dikerangkeng’ dalam struktur bangunan kekuasaan sedemikian rupa
sehingga terjadi keseimbangan kekuatan di dalam komponen-
komponen struktur tersebut, agar mereka satu dengan lainnya dapat
saling mengontrol (checks and balances mechanism). Montesquieu
mengatakan kekuasaan hanya dapat dilawan dengan kekuasaan,
karenanya terlahir pemikiran pemisahan kekuasaan antara legislatif,
eksekutif dan judikatif.
Pada tingkat masyarakat, perlu pendidikan politik untuk bisa
memahami, mengkritisi dan berfikir alternatif terhadap kebijakan
negara. Harapannya ketika memasuki gelanggang politik akan menjadi
kader yang kapabel, akuntable, punya komitmen, kepekaan serta
ketrampilan menterjemahkan ideologi kebijakan partai, melakukan
lobi, diskusi, meyakinkan lawan politiknya, berdebat dan sebagainya.
Intinya tidak sesat niat, tetapi adalah panggilan tugas untuk
kepentingan masyarakat bangsa dan negara.

Dalam demokrasi, partai memiliki posisi yang strategis. Tetapi di tubuh


partai, sejumlah kadernya bermasalah. Diantara penyebabnya karena
partai belum mampu mandiri secara finansial. Pada titik ini perlu
desakan dan tekanan untuk terbukanya pendanaan partai. Tanpa
kejujuran dalam keterbukaan pendanaan partai, maka gurita korupsi
akan terus terjadi.
FISIK
FISIK TUMBUH
TUMBUH
IDEOLOGI
IDEOLOGI WASBANG
WASBANG

TETAPTEGAK
TETAP TEGAK
POLITIK NKRI
NKRI
POLITIK

TERATASISENJANG
TERATASI SENJANG
KAYA MISKIN &
KAYA MISKIN &
EKONOMI
EKONOMI
RAKYAT SEJAHTERA
RAKYAT SEJAHTERA

INDONESIA BARU GAKHUM&&


GAKHUM
SOSBUD
SOSBUD ADIL
ADIL

SINERGIS
SINERGIS
HANKAM
HANKAM TNIPOLRI
TNI POLRI&&KUAT
KUAT
A. Sistem & Institusi Kenegaraan, Kemasyarakatan
HASIL
HASIL YG
YG semakin mapan
DIHARAPKAN
DIHARAPKAN
SECARA
SECARA KUALITATIF
KUALITATIF B. Praktek kehidupan berbangsa sesuai cita-cita
Proklamasi 1945
C. Indonesia dapat tampil dalam percaturan global
secara terhormat, kontributif dan berdaya saing.
D. Indonesia makin maju, mandiri, aman, adil dan
makmur.

INDONESIA BARU

E. Pilar kehidupan bangsa makin tegak, dalam segala


sendi kehidupan bangsa,yaitu persatuan, keadilan,
kesejahteraan rakyat, Hak Azasi Manusia, suksesi
kekuasaan dengan nyaman & damai rendah
Korupsi, demokrasi, moral keagamaan, toleransi,
hukum tegak adil, tertib aman dan stabil.
Sila Pertama, Ketuhanan yang Maha Esa :
• 1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketaqwaanya
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
• 2. Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
• 3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara
pemeluk agama dan pengamat kepercayaan yang berbeda-beda terhadap
Tuhan Yang Maha esa.
• 4. Membina kerukunan hidup diantara sesama umat beragama dan
berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
• 5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah
masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang
Maha Esa yang dipercayai dan diyakininya.
• 6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan
ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
• 7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa kepada orang lain.
Sila Kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
• 8. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
• 9. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi
setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama,
kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan
sebagainya.
• 10. Mengembangkan sikap saling mencintai sesuatu manusia.
• 11. Mengembangkan sikap tenggang rasa dan tepu selira.
• 12. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
• 13. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
• 14. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
• 15. Berani membela kebenaran dan keadilan.
• 16. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat
manusia.
• 17. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama
dengan bangsa lain.
Sila Ketiga, Persatuan Indonesia
• 18. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai
kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi atau golongan.
• 19. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan
bangsa, apabila diperlukan.
• 20. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
• 21. Mengembangkan rasa kebangsaan berkembangsaan dan
bertanah air Indonesia.
• 22. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian, abadi dan keadilan sosial.
• 23. Mengembangkan peraturan Indonesia atas dasar Bhinneka
Tunggal Ika.
• 24. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa
Sila Keempat, Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebiksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan
• 25. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
• 26. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
• 27. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
• 28. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
• 29. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
• 30. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
• 31. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi
atau golongan.
• 32. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
• 33. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai
kebenaran dan keadilan, mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama.
• 34. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
permusyawaratan.
Sila Kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
• 35. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.
• 36. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
• 37. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
• 38. Menghormati hak orang lain.
• 39. Suka memberikan pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
• 40. Tidak menggunakan hak milik untuk tanda-tanda yang bersifatpemerasan
terhadap orang lain.
• 41. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya
hidup mewah.
• 42. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang berkepentingan dengan
atau merugikan kepentingan umum.
• 43. Suka bekerja keras.
• 44. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
• 45. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata
dan keadilan sosial.

Anda mungkin juga menyukai