Anda di halaman 1dari 9

UPAYA MEMPERSIAPKAN KEMERDEKAAN INDONESIA

A.

Pembentukan BPUPKI
1.

Latar Belakang

Memasuki awal tahun 1944, kedudukan Jepang dalam perang Pasifik


semakin terdesak. Angkatan Laut Amerika Serikat dipimpin Laksamana Nimitz
berhasil menduduki posisi penting di Kepulauan Mariana seperti Saipan, Tidian
dan Guan yang memberi kesempatan untuk Sekutu melakukan serangan langsung
ke Kepulauan Jepang. Sementara posisi Angkatan Darat Amerika Serikat yang
dipimpin oleh Jendral Douglas Mac Arthur melalui siasat loncat kataknya berhasil
pantai Irian dan membangun markasnya di Holandia (Jayapura). Dari Holandia
inilah Mac Arthur akan menyrang Filipina untuk memenuhi janjinya. Di sisi lain
kekuatan Angkatan Laut Sekutu yang berpusa di Biak dan Morotai berhasil
menghujani bom pada pusat pertahanan militer Jepang di Maluku, Sulawesi,
Surabaya dan Semarang. Kondisi tersebut menyebabkan jatuhnya pusat
pertahanan Jepang dan merosotnya semangat juang tentara Jepang. Kekuatan
tentara Jepang yang semula ofensif berubah menjadi defensif (bertahan).
2.

Pengertian dan Tujuan BPUPKI

Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( Dokuritsu


Junbi Cosakai ) adalah sebuah badan yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan
balatentaraJepang pada tanggal 29 April 1945 bertepatan dengan hari ulang
tahun Kaisar Hirohito. Badan ini dibentuk sebagai upaya mendapatkan dukungan
bangsa Indonesia dengan menjanjikan bahwa Jepang akan membantu proses
kemerdekaan Indonesia. BPUPKI diketuai oleh Radjiman Wedyodiningrat dengan
wakil ketua Hibangase Yosio (orang Jepang) dan R.P. Soeroso.
BPUPKI diresmikan pada tanggal 28 Mei 1945 di gedung Cuo Sangi In di
jalan Pejabon, Jakarta. Upacara peresmiannya dihadiri 2 Orang Pejabat Jepang,
Yaitu Jendral Itagaki (panglima Ketujuh yang bermarkas di Singapura)
dan Letnan Jenderal Nagano (panglima Tentara ke enam yang baru). Pada saat
peresmian dikibarkan pula bendera Jepang, Hinomaru oleh Mr. A.G. Pringgo-

digdo yang disusul pengibaran bendera Indonesia, Merah Putih oleh Toyohito
Masuda.
3.

Anggota Anggota BPUPKI

a. KRT Radjiman Wedyodi-ningrat

n. Prof. Dr. P.A.A. Hoesein

(Ketua)
b. R.P. Soeroso (Wakil Ketua)
c. ichibangase Yosio (Wakil Ketua)
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.

- orang Jepang
Ir. Soekarno
Drs. Moh. Hatta
Mr. Muhammad Yamin
Prof. Dr. Mr. Soepomo
KH. Wachid Hasjim
Abdoel Kahar Muzakir
Mr. A.A. Maramis
Abikoesno Tjokrosoejoso
H. Agoes Salim
Mr. Achmad Soebardjo
4.

o.
p.
q.
r.
s.

Djajadiningrat
Ki Bagoes Hadikoesoemo
AR Baswedan
Soekiman
Abdoel Kaffar
R.A.A. Poerbonegoro

t.
u.
v.
w.
x.
y.
z.

Soemitro Kolopaking
KH. Ahmad Sanusi
KH. Abdul Halim
Liem Koen Hian
Tan Eng Hoa
Oey Tiang Tjoe
Oey Tjong Hauw
Drs. Yap Tjwan Bing.

Kegiatan BPUPKI
a. Rapat Pertama

Rapat pertama diadakan di gedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6


Jakarta yang kini dikenal dengan sebutan Gedung Pancasila. Pada zaman
Belanda, gedung tersebut merupakan gedung Volksraad, lembaga DPR pada
zaman kolonial Belanda. Rapat dibuka pada tanggal 28 Mei 1945 dan pembahasan
dimulai keesokan harinya 29 Mei 1945 dengan tema dasar negara. Pada rapat
pertama ini terdapat 3 orang yang mengajukan pendapatnya tentang dasar negara.
Pada tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yamin dalam pidato singkatnya
mengemukakan lima asas yaitu:
1. Peri Kebangsaan

3. Kesejahteraan Rakyat

2. Peri Ke Tuhanan

4. Peri Kemanusiaan

5. Peri Kerakyatan

Pada tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Mr. Soepomo mengusulkan lima asas
yaitu:
1.

persatuan

3.

keadilan sosial

2.

mufakat dan demokrasi

4.

kekeluargaan

5.

musyawarah
Pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno mengusulkan lima asas pula yang

disebut Pancasila yaitu:


a.

kebangsaan Indonesia

b.

internasionalisme

dan

peri

kemanusiaan

c.

mufakat atau demokrasi

d.

kesejahteraan sosial

e.

Ketuhanan yang Maha Esa

Kelima asas dari Soekarno disebut Pancasila yang menurut beliau bilamana
diperlukan dapat diperas menjadi Trisila atau Tiga Sila yaitu:
a.

Sosionasionalisme

b.

Sosiodemokrasi

c.

Ketuhanan yang berkebudayaan


Bahkan masih menurut Soekarno, Trisila tersebut di atas bila diperas

kembali

disebutnya

sebagai

Ekasila

yaitu

merupakan

sila gotong

royong merupakan upaya Soekarnodalam menjelaskan bahwa konsep tersebut


adalah dalam satu-kesatuan. Selanjutnya lima asas tersebut kini dikenal dengan
istilah Pancasila, namun konsep bersikaf kesatuan tersebut pada akhirnya disetujui
dengan urutan serta redaksi yang sedikit berbeda.
Sementara itu, perdebatan terus berlanjut di antara peserta sidang BPUPKI
mengenai penerapan aturan Islam dalam Indonesia yang baru.
b. Rapat Kedua
Rapat kedua berlangsung 10-17 Juli 1945 dengan tema bahasan bentuk
negara, wilayah negara, kewarganegaraan, rancangan Undang-Undang Dasar,
ekonomi dan keuangan, pembelaan negara, pendidikan dan pengajaran. Dalam
rapat ini dibentuk Panitia Perancang Undang-Undang Dasar beranggotakan 19
orang dengan ketua Ir. Soekarno, Panitia Pembelaan Tanah Air dengan ketua
Abikoesno Tjokrosoejoso dan Panitia Ekonomi dan Keuangan diketuai Mohamad
Hatta.
Dengan pemungutan suara, akhirnya ditentukan wilayah Indonesia merdeka
yakni wilayah Hindia Belanda dahulu, ditambah dengan Malaya, Borneo Utara,
Papua, Timor-Portugis, dan pulau-pulau sekitarnya. Pada tanggal 11 Juli 1945

Panitia Perancang UUD membentuk lagi panitia kecil beranggotakan 7 orang


yaitu:
1.

Prof. Dr. Mr. Soepomo (ketua

4.

Mr. A.A. Maramis

merangkap anggota)

5.

Mr. R.P. Singgih

2.

Mr. Wongsonegoro

6.

H. Agus Salim

3.

Mr. Achmad Soebardjo

7.

Dr. Soekiman

Pada tanggal 13 Juli 1945 Panitia Perancang UUD mengadakan sidang


untuk membahas hasil kerja panitia kecil perancang UUD tersebut. Pada tanggal
14 Juli 1945, rapat pleno BPUPKI menerima laporan Panitia Perancang UUD
yang dibacakan oleh Ir. Soekarno. Dalam laporan tersebut tercantum tiga masalah
pokok yaitu: a. pernyataan Indonesia merdeka b. pembukaan UUD c. batang
tubuh UUD. Konsep proklamasi kemerdekaan rencananya akan disusun dengan
mengambil tiga alenia pertama Piagam Jakarta. Sedangkan konsep UndangUndang Dasar hampir seluruhnya diambil dari alinea keempat Piagam Jakarta.
c. Masa Antara Rapat Pertama Dan Kedua
Dalam masa reses (masa istirahat) antara Sidang I BPUPKI dengan Sidang
II BPUPKI, masih belum ditemukan kesepakatan untuk perumusan dasar negara,
sehingga akhirnya dibentuklah panitia kecil untuk menggodok berbagai masukan.
Panitia kecil beranggotakan 9 orang dan dikenal pula sebagai Panitia
Sembilan dengan susunan sebagai berikut:
1.

Ir. Soekarno (ketua)

2.

Drs. Moh. Hatta (wakil ketua)

3.

Mr. Achmad Soebardjo

6.

5.

Kahar

Muzakir

(anggota)
7.

(anggota)
4.

Abdul

Abikoesno Tjokrosoejoso
(anggota)

Mr. Muhammad Yamin

8.

H. Agus Salim (anggota)

(anggota)

9.

Mr. A.A. Maramis

KH. Wachid Hasyim (anggota)

(anggota)

Setelah melakukan kompromi antara 4 orang dari kaum kebangsaan


(nasionalis) dan 4 orang dari pihak Islam, tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan
kembali bertemu dan menghasilkan rumusan dasar negara yang dikenal
dengan Piagam Jakarta (Jakarta Charter) yang berisikan: a. Ketuhanan dengan

kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya b. Kemanusiaan


yang adil dan beradab c. Persatuan Indonesia d. Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan e. Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia
B.

Pembentukan PPKI
1. Latar belakang dan pembentukan PPKI
Pada tanggal 7 Agustus 1945, BPUPKI atau Dokurtsu Junbi Cosakai

dibubarkan oleh Jepang karena dianggap terlalu cepat mewujudkan kehendak


Indonesia merdeka dan mereka menolak adanya keterlibatan pemimpin pendudukan
Jepang dalam persiapan kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal itu pula dibentuk
PPKI atau Dokuritsu Junbi Inkai, dengan anggota berjumlah 21 orang terdiri dari
12 orang dari Jawa, 3 orang dari Sumatra, 2 orang dari Sulawesi, 1 orang dari
Kalimantan, 1 orang dari Nusa Tenggara, 1 orang dari maluku, 1 orang dari
Tionghoa.
2. Susunan Anggota PPKI
Ketua

: Ir Soekarno

Wakil ketua

: Moh Hatta

Penasehat

: Ahmad Subardjo

Anggota

R.A.A Wiranata Kusumah


Ki Hajar Dewantoro
Mr. Kosman singodimejo

Sayuti Melik
Iwa Kusuma Sumantri

3. Tujuan PPKI dan Kegiatannya


Tugas PPKI adalah menyusun rencana kemerdekaan Indonesia yang telah
dihasilkan BPUPKI. PPKI pada dasarnya dibentuk oleh pemerintah pendudukan
Jepang sebagai upaya untuk menarik simpati dari berbagai golongan.
PPKI secara simbolik dilantik oleh Jendral Terouchi dengan mendatangkan
Ir. Soekarno, Drs. M. Hatta dan juga Rajiman Wedyodiningrat (mantan ketua
BPUPKI) ke Saigon pada tanggal 9 Agustus 1945. Dalam pidato pelantikannya
Terauchi menerangkan bahwa cepat atau lambat kemerdekaan bisa diberikan,
tergantung pada cara kerja PPKI. adapun wilayah Indonesia, maka wilayah
Indonesia akan meliputi bekas Hindia Belanda. Bahkan dari hasil pertemuan
tanggal 11 Agustus 1945, rencana kemerdekaan akan diberikan tanggal 24
Agustus 1945.
Setelah pembentukannya PPKI tidak dapat berbuat banyak, karena
kegiatannya terganggu oleh gerakan para pemuda yang berkeinginan agar
pemimpin PPKI yaitu Ir. Soekarno dan Drs. M. Hatta segera memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia khususnya pada tanggal 15 Agustus 1945, setelah para
pemuda mendengar berita kekalahan Jepang atas Sekutu akibat pemboman kota
Hiroshima 6 Agustus 1945 dan Nagasaki 9 Agustus 1945.
PERISTIWA PENTING SEPUTAR PROKLAMASI
1. Peristiwa Rengas Dengklok
Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa dimulai dari "penculikan"
yang dilakukan oleh sejumlah pemuda (a.l. Soekarni, Wikana dan Chaerul
Saleh dari perkumpulan "Menteng 31" terhadap Soekarno dan Hatta. Peristiwa ini
terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.00. WIB, Soekarno dan Hatta
dibawa

ke Rengasdengklok, Karawang,

untuk

kemudian

didesak

agar

mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia,sampai dengan


terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta
serta Mr. Achmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi
akan dilaksanakan.

Menghadapi desakan tersebut, Soekarno dan Hatta tetap tidak berubah


pendirian. Sementara itu di Jakarta, Chairul dan kawan-kawan telah menyusun
rencana untuk merebut kekuasaan. Tetapi apa yang telah direncanakan tidak
berhasil dijalankan karena tidak semua anggota PETA mendukung rencana
tersebut.
2. Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Sekitar pukul 21.00 WIB Soekarno Hatta sudah sampai di Jakarta dan
langsung menuju ke rumah Laksamana Muda Maeda, Jalan Imam Bonjol No. 1
Jakarta untuk menyusun teks proklamasi. Dalam kondisi demikian, peran
Laksamana Maeda cukup penting. Pada saat-saat yang genting, Maeda
menunjukkan kebesaran moralnya, bahwa kemerdekaan merupakan aspirasi
alamiah dan hak dari setiap bangsa, termasuk bangsa Indonesia. Tokoh yang
terlibat dalam perumusan teks proklamasi antara lain, Ir. Soekarno, Mohammad
Hatta dan Ahmad Soebarjo.
3. Pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan
Setelah rumusan teks proklamasi selesai dirumuskan muncul permasalahan,
siapa yang akan menandatangani teks proklamasi? Soekarno mengusulkan agar
semua yang hadir dalam rapat tersebut menandatangani naskah proklamasi
sebagai Wakilwakil Bangsa Indonesia. Usulan Soekarno tidak disetujui para
pemuda sebab sebagian besar yang hadir adalah anggota PPKI, dan PPKI
dianggap sebagai badan bentukan Jepang. Kemudian Sukarni menyarankan agar
Soekarno Hatta yang menandatangani teks proklamasi atas nama bangsa
Indonesia. Saran dan usulan Sukarni diterima. Langkah selanjutnya, Soekarno
minta kepada Sayuti Melik untuk mengetik konsep teks proklamasi dengan
beberapa perubahan, kemudian ditandatangani oleh Soekarno Hatta. Perubahanperubahan tersebut meliputi:
a. Kata tempoh diubah menjadi tempo.
b. Wakil-wakil bangsa Indonesia diubah menjadi Atas nama bangsa
Indonesia.
c. Tulisan Djakarta, 17-8-05 diubah menjadi Djakarta, hari 17 boelan 8
tahun 05.

Naskah hasil ketikan Sayuti Melik merupakan naskah proklamasi yang


autentik. Malam itu juga diputuskan bahwa naskah proklamasi akan dibacakan
pukul 10.00 pagi di Lapangan Ikada, Gambir. Tetapi karena ada kemungkinan
timbul bentrokan dengan pasukan Jepang yang terus berpatroli, akhirnya diubah
di kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Sejak pagi hari
tanggal 17 Agustus 1945 di kediaman Ir. Soekarno Jalan Pegangsaan Timur No.
56 Jakarta telah diadakan berbagai persiapan untuk menyambut Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia. Kurang lebih pukul 09.55 WIB, Drs. Mohammad Hatta
telah datang dan langsung menemui Ir. Soekarno. Sebelum proklamasi
kemerdekaan dibacakan, pukul 10.00 WIB Soekarno menyampaikan pidato yag
intinya adalah sebagai berikut :
- Meski mengalami pasang surut, perjuangan bangsa indonesia untuk mencapai
kemerdekaan tidak pernah berhenti
- Dengan tenaga dan kekuatan sendiri, bangsa indonesia bertekat bulat
menentukan nasib bangsa dan tanah airnya.
Penyebaran proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 di daerah Jakarta
dapat dilakukan secara cepat dan segera menyebar secara luas. Pada hari itu juga,
teks proklamasi telah sampai di tangan Kepala Bagian Radio dari Kantor Domei,
Waidan B. Palenewen. Ia menerima teks proklamasi dari seorang wartawan
Domei yang bernama Syahruddin. Kemudian ia memerintahkan F. Wuz (seorang
markonis), supaya berita proklamasi disiarkan tiga kali berturut-turut. Baru dua
kali F. Wuz melaksanakan tugasnya, masuklah orang Jepang ke ruangan radio
sambil marah-marah, sebab mengetahui berita proklamasi telah tersiar ke luar
melalui udara.
Meskipun orang Jepang tersebut memerintahkan penghentian siaran berita
proklamasi, tetapi Waidan Palenewen tetap meminta F. Wuz untuk terus
menyiarkan. Berita proklamasi kemerdekaan diulangi setiap setengah jam sampai
pukul 16.00 saat siaran berhenti. Akibat dari penyiaran tersebut, pimpinan tentara
Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita dan menyatakan sebagai
kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945 pemancar tersebut disegel oleh Jepang
dan para pegawainya dilarang masuk. Sekalipun pemancar pada kantor Domei

disegel, para pemuda bersama Jusuf Ronodipuro (seorang pembaca berita di


Radio Domei) ternyata membuat pemancar baru dengan bantuan teknisi radio, di
antaranya Sukarman, Sutamto, Susilahardja, dan Suhandar. Mereka mendirikan
pemancar baru di Menteng 31, dengan kode panggilan DJK 1. Dari sinilah
selanjutnya berita proklamasi kemerdekaan disiarkan.
Di samping melalui media massa, berita proklamasi juga disebarkan secara
langsung oleh para utusan daerah yang menghadiri sidang PPKI. Berikut ini para
utusan PPKI yang ikut menyebarkan berita proklamasi.
a. Teuku Mohammad Hassan dari Aceh.
b. Sam Ratulangi dari Sulawesi.
c. Ktut Pudja dari Sunda Kecil (Bali).
d. A. A. Hamidan dari Kalimantan

Anda mungkin juga menyukai