Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

SEJARAH PERUMUSAN DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA (PANCASILA)

Memasuki awal tahun 1944, kedudukan jepang dalam perang pasifik semakin terdesak,
angkatan laut amerika serikan yang dipimpin oleh Laksamana Nimitz berhasil menduduki posisi
penting di KEPULAUAN MARIANA, TIDIAN dan GUAN yang memberikan kesempatan atau
peluang untuk sekutu melakukan serangangan langsung ke kepulauan jepang. Angkatan darat
Amerika Serikat yang dipimpin oleh Jenderal Douglas Mac Arthur melalui siasat loncat kataknya
berhasil menduduki pantai Irian dan membangun markasnya di Holandia (Jayapura), dari
Holandia ini Mac Arthur mengambil posisi menyerang Filiphina, disisi lain selain kekuatan
angkatan laut sekutu yang berpusat di Biak dan Morotai berhasil menghujani bom pada pusat
pertahanan militer jepang di Maluku, Sulawesi, Surabaya dan Semarang.
Kondisi tersebut menyebabkan jatuhnya pusat pertahanan jepang dan merosotnya
semangat juang tentara jepangkekuatan tentara jepang yang semula ofensif (menyerang)
berubah menjadi defensis (bertahan). Kepada bangsa Indonesia, pemerintah militer jepang
masih tetap menggembar gemborkan (meyakinkan) bahwa jepang akan menang dalam perang
pasifik.
Pada tanggal 18 Juli 1944, Peradana Menteri Hideki Tojo terpaksa mengundurkan diri
dan diganti oleh Perdana Menteri Kaiso Kuniaki. Dalam rangka menarik simpati Bangsa
Indonesia agal lebih meningkatkan bantuan moril maupun materil, m aka dalam siding istimewa
ke-85 Parlemen Jepang (Teikoku Ginkai) pada tanggal 7 September 1944 (ada yang
menyebutkan 1944), Perdana Menteri Kaiso mengumumkan bahwa negera-negara yang ada di
bawah kekuasaan jepang diperkenankan merdeka “kelak dikemudian hari”. Janji kemerdekaan
ini sering disebut dengan istilah Deklarasi Kaiso.
Pada saat itu,, Kaiso dianggap menciptakan perdamaian dengan Sekutu, namun ia tak
bisa menemukan solusi yang akan mententramkan militer Jepang dan Amerika. Sejak saat itu
pemerintah Jepangmemberi kesempatan bada bangsa Indonesia untuk mengibarkan bendera
merah putih berdampingan dengan Hinomaru (bendera Jepang), begitu pula lagu kebangsaan
Indonesia Raya boleh dinyanyikan setelah lagu Kimigayo.
Disatu sisi ada kebebasan, namun disisi lain pemerintah Jepang semakin meningkatkan
jumlah tenaga pemuda untuk pertahanan. Selain dari organisasi pertahanan yang sudah ada
ditambah lagi dengan organisasi lainnya seperti : Barisan Pelajar (Suishintai), Barisan Berani
Mati (Jikakutai) beranggotakan 50.000 orang yang di ilhami Pasukan Kamikaze Jepang yang
jumlahnya 50.000 orang (Pasukan Berani Mati) pada saat penyerangan ke Pearl Harbour.

A. PEMBENTUKAN BPUPKI.
Pada akhir 1944 posisi jepang semakin terjepit dalam perang Asia Timur Raya, dimana
Sekutu berhasil menduduki wilayh-wilayah kekuasaan Jepang, seperti Papua Nugini, Kepulauan
Salomon, Kepulauan Marshal bahkan Kepulauan Sepan yang letaknya sudah sangat berdekatan
dengan Jepang yang berhasil diduduki oleh tentara Amerika Serikat.
Pada bulan Juli 1944 Sekutu kemudian menyerang Ambon, Makassar, Manado, Tarakan,
Balikpapan dan Surabaya, menghadapi situasi yang kristis itu maka pada tanggal 1 Maret 1945
Perintah Pendudukan Jepang di jawa yang dipimpin oleh Panglima Tentara ke- 16 Lethan
Jenderal Kumakici Harada mengumumkan pembentukan Dokuritsu Jumbi Cosakai atau Badan
Usaha Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Tujuan pembentukan badan tersebut adalah menyelidi dan mengumpulkan bahan-
bahan penting tentag ekonomi, politik, dan tata pemerintahan sebagai persiapan untuk
Kemerdekaan Indonesia. Walaupun penyusunan keanggotaan BPUPKI berlangsung lama karena
terjadi tawar-menawar antara Pihak Indoneia dan Jepang, namuun akhirnya BPUPKI berhasil
dilantik pada tanggal 28 Mei 1945 bertepatan dengan hari kelahiran Kaisar Jepang yaitu (Kaisar
Hirohito). Adapun keanggotaan BPUPKI yang terbentuk berjumlah 67 orang dengan ketuanya
DR. K. R. T. Radjiman Widyodiningrat dan R. Suroso ditambah dengan seorang dari
jepang sebagai wakilnya yaitu Ichi Bangase dan ditambah dengan 7 orang anggota dari jepang
yang tidak memiliki hak suara.
Ir. Soekarno yang pada waktu itu juga dicalonkan sebagai ketua namun r. Soekarno
menolah pencalonannya karena ingin memilik dan memperoleh kebebasan yang lebih besar
dalam perdebatannya, karena biasanya peranan ketua sebagai moderator atau pihak penengan
dalam memberikan keputusan tidak mutlak.
Pada tanggal 28 Mei 1945 dilansungkanlah upacara pengresmian BPUPKI yang
bertempat digedung Cuo Sangi In, jln Penjambon Jakarta yang dihadiri oleh palima tentara
jepang wilayah ke – 7 Jenderal Itagaki dan panglima Tentara ke - 16 di jawa Letnan Jenderan
Nagano. BPUPKI mulai melaknsakan tugasnya dengan melakukan persidangan untuk
merumuskan undan-undang dasar bagi Indonesia kelak, hal utama yang dibalas adalah Dasar
Negera bagi Negara Indonesia merdeka.
Selama masa tugasnya BPUPKI hanya melakcanakan siding sebanyak 2 kali, sidang
pertama dilakukan pada tanggal 29 Mei – 01 Juni 1945 di gedung Cuo Sang In Jln penjambong 6
Jakarta yang sekarang dikenal dengan sebutan gedung pancasila. Pada Sidang Pertama DR. K. R.
T. Radjiman Widyodiningrat selaku ketua dalam jadwal pembukaannya menyampaikan masalah
pokok menyangkut Dasar Negera Indonesia yang ingin dibentuk pada tanggal 29 Mei 1945.
Dalam persidangan ada 3 orang yang memberikan pandangan mengenai dasar Negara
Indonesia yaitu : Mr. Mohamad Yamin, Prof. Dr. Supomo dan Ir. Soekarno. Orang pertama yang
memberikan pandangan adalah Mr.. Mohamad Yamin yang dalam pidato singkatnya ia
mengemukakan 5 asas yaitu :
a) Peri kebangsaan
b) Peri kemanusiaan
c) Peri ketuhanan
d) Peri kerakyatan
e) Peri kesejahteraan rakyat.
dan pada tanggal 31 Mei 1945 Prof. Dr Supomo dalam pidatonyaa mengusulkan pula 5 asa yaitu
:
a) Persatuan
b) Kekeluargaan
c) Keseimbangan lahir bathin
d) Musyawarah
e) Keadilan sosial
pada persidangan ke 3 pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno mengusulkan 5 dasar Negara
Indonesia merdeka yaitu :
1) Kebangsaan Indonesia
2) Internasionalisme dan perikemanusiaan
3) Mufakat atau demokrasi
4) Kesejahteraan sosial
5) Ketuhanan yang berkebudayaan
Ke lima asas dari Ir. Soekarno disebut Pancasila yang menurut beliau dapat diperas menjadi tri
sila atau 3 sila yaitu :
1) Sosionalisme
2) Sosiodemograsi
3) Ketuhanan yang berkebudayaan
Bahkan menurut Ir. Soekarno tri sila tersebut diatas masih dapat diperas menjadi eka sila yaitu
SILA GOTONG ROYONG. Meskipun sudah ada tiga usulan tentang dasar Negara, namun sampai
tanggal 1 Juni 1945 sidang BPUPKI belum berhasil mencapai kata sepakat tentang dasar Negara,
maka diputuskan untuk membentuk panitia khusus yang diserahi tugas untuk membahas dan
merumuskan kembali usulan dari anggota, baik lisan maupun tertulis dari hasil sidang pertama.
Panitia khusus ini yang dikenal dengan panitia Sembilan atau panitia kecil yang terdiri dari :
1) Ir. Soekarno (ketua)
2) Drs. Mohamad Hatta (wakil ketua)
3) Kh. Wachid Hasyim (anggota)
4) Abdoel Kahar Musakar (anggota)
5) A. A. Maramis (anggota)
6) Abikoesno Tjokrosoeso (anggota)
7) Abu Salim (anggota)
8) Mrs. Ahmad Soebarjo (anggota)
9) Mrs. Mohamad Yamin (anggota)

Pada tanggal 22 Juni 1945 panitia Sembilan mengadakan pertemua dan dari hasil pertemuan
tersebut merekomendasikan rumusan Negara yang dikenal dengan Piagam Jakarta (Jakarta
Charter) yang berisikan :
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariah islam bagi pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusian yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Setelah piagam jakarat disusun, BPUPKI membentuk panitia percancang undang-undang
dasar, ini merupakan hasil persidangan kedua yang berjalan dari tanggal 10 – 16 Juni 1945
panitia ini diketuai Ir. Soekarno dan beranggotakan 19 orang. Pada siding tanggal 11 Juni 1945
panitia perancang UUD membentuk panitia kecil yang berranggotakan 7 orang yaitu :
1. Prof. Dr. Supomo (Ketua merangkap Anggota)
2. Mr. Wongsonegoro
3. Mr. Ahmad Subarjo
4. A. A. Marimis
5. Mr. R. P. Singgih
6. H. Agus Salim
7. Dr. Sukiman
Tugas panitia kecil adalah menyempurnakan dan menyusun kembali rancangan UUD yang
telah disepakati. Selain panitia kecil diatas adapula panitia penghalus bahasa yang terdiri dari
Pof. Dr. Mr. Supomo, dan Prof. Dr. P. A. A. Hosein Djayaningrat. Tanggal 13 Juni 1945 panitia
perancang UUD yang diketuai oleh Ir. Soekarno mengadakan sidang untuk membahas hasil kerja
panitia kecil perancang UUD.
Pada tanggal 14 Juni 1945 dalam rapat pleno BPUKI menerima laporan panitia perancang
UUD yang dibacakan Ir. Soekarno. Dalam laporan tersebut terdapat 3 masalah pokok yaitu :
1) Pernyataan Indonesia merdeka
2) Pembukaan UUD
3) Batang tubuh UUD
Konsep pernyataan Indonesia merdeka disusun dengan mengambil 3 alinea pertama Piagam
Jakarta. Sedangkan konsep UUD hamper seluruhnya diambil dari alinea ke 4 piagam Jakarta.
Dari hasil rumusan kerja tersebut panitia perancang UUD yang dilaporkan akhirnya diiterima
BPUPKI. Kejadian ini menjadi momentum yang sangat penting karena disinilah masa depan
bangsa dibentuk.
B. PEMBENTUKAN PPKI
Pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan karena dianggap telah dapat
menjalankan tugas dengan baik, yaitu menyusun rangcangan UUD bagi Negara Indonesia
merdeka dan pada tanggal itu pula dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
dengan ketunya yaitu Ir. Soekarno. Tugas PPKI yang pertama ialah meresmikan pembukaan
(preambule) serta batang UUD 1945. Tugas kedua adalah melanjutkan hasil kerja BPUPKI, dalam
rangka mempersipkan pemindahan kekuasaan dari pihak pemerintah pendudukan milter jepang
kepada bangsa Indonesia dan mempersiapan segala sesuatu yang menyangkut masalah
ketatanegaraan bagi Indonesia baru.
PPKI atau dokoritsu jumbi inkai dibentuk dengan beranggotakan 21 orang yang terdiri
dari 12 orang dari jawa, 3 orang dari sumatera, 2 orang dari Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1
orang dari nusa tenggara, 1 orang dari Maluku, dan 1 orang dari tionghoa. Badan ini bertugas
menyiapkan segala sesuatu menyangkut ketatanegaraan menghadapi penyerahan kekuasaan
pemerintahan dari jepang kepada bangsa Indonesia, Ir. Soekarno ditunjuk sebagai ketua dan
wakilnya Drs. Mohamad Hatta. Sebagai penasehat ditunjuk Mr. Ahmad Subarjo dan
sepengetahuan pemerintah jepang, PPKI menambahkan lagi 6 orang yaitu Wiranata Kusumah,
Kihajar Dewantara, Mr. Kasman Singodimejo, Sayuti Melik, Iwa Kusuma sumantri, dan Ahmad
Subarjo.
Badan ini dibentuk untuk menarik simpati golongan-golongan yang ada di Indonesia agar
bersedia membantu jepang dalam perang pasifik yang kedudukannya semakin terdesak
semenjak tahun 1943, meeka juga berjanji memberikan kemerdekaan kepada Indonesia melalui
perjanjian KYOTO, ketika rusia bergabung dengan sekutu dan menyerbu jepang dari Manchuria.
Pemerintah jepang mempercepat kemerdekaan Indonesia yang oleh BPUPKI direncanakan
tanggal 17 September 1945. 3 tokoh PPKI (Soekarno, Hatta, dan Radjiman) diterbangkan ke
Dalath (Saigon) dan bertemu dengan Jenderal Terauchi yang akan merestui pembentukan
negeri boneka.
Tanggal 14 Agustus 1945 ketiganya kembali ke Jakarta dan jepang menghadapi
pemboman amerika serikat di hirosima dan Nagasaki. Golongan tua dan golongan muda
pejuang kemerdekaan terlibat pro dan kontra atars pembomann jepang oleh amerika, golongan
muda melihat jepang sudah hampir mengalami kekalahan, tetapi golongan tua tetap
berpendirian untuk menyerahkan keputusan pada PPKI. Sikap tersebut tidak disetujui oleh
golongan muda dan menganggap PPKI merupakan boneka jepang dan tidak menyetujui
lahirnya proklamasi kemerdekaan dengan cara yang telah dijanjikan oleh Jenderal besar
Terauchi dalam pertemuan di Dalath (Saigon). Golongan muda menghendaki terlaksananya
proklamasi kemerdekaan dengan kekuatan sendiri lepas sama sekali dari pemerintahan jepang.
Menanggapi sikap pemuda yang radikal itu Soekarno Hatta berpendapat bahwa soal
kemerdekaan Indonesia yang datangnya dari pemerintah jepang atau hasil perjuangan bangsa
Indonesia sendiri tidaklah menjadi soal karena jepang sudah kalah. Selanjutnya menghadi
sekutu yang berusaha mengembalikan kekuasaan belanda di Indonesia, oleh sebab itu untuk
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia diperlukan suatu revolusi yang terorganisasi,
mereka ingin memperbincangkan proklamasi kemerdekaan di dalam rapat PPKI, perbedaan
pendapat ini melatarbelakangi penculikan Soekarno Hatta ke renghasdengkolk tanggal 16
Agustus 1945 jam 04.00 WIB.
Tindakan itu diambil berdasarkan keputusan rapat terakhir pemuda pejuang yang
diadakan pada pukul 24.00 WIB menjelang taggal 16 Agustus 1945 di Jln. Cikini 71 Jakarta, selain
dihadiri pemuda-pemuda yang sebelumnya rapat dilembaga bakteriologi, peganggsang timur
Jakarta juga dihadiri oleh Sukarni, Jusuf Kunto, dan dr. Muwardi dari barisan pelopor, serta
Shodanco Singgih dari daidan peta Jakarta syu, mereka bersama chairul shale sepakat
melaksanakan keputusan rapat antara lain : menyingkirkan Seokarno dan Hatta ke luar kota
dengan tujuan menjaukan keduanya dari segala pengaruh jepang.
Shodanco singgih mendapat kepercayaan di renghasdengklok akhirnya Soekarno setuju
mempproklamasikan kemerdekaan tanpa campur tangan pihak jepang, pukul 23.000 WIB
rombongan tiba di Jakarta dan menuju Laksaman Maeda di Jln. Imam Bonjol nomor 1 dan di
tempat tersebut teks proklamasi disusun. Pada tanggal 17 Agustus 1945 tepat pukul 10.00 WIB
Soekarno membacakan pernyataan kemerdekaan Indonesia, bendera merah putih dikibarkan
dan berkumandanglah laggu Indonesia raya. Setelah proglamasi kemerdekaan Indonesia 17
Agustus 1945 fungsi dan peranan PPKI berubah menjadi :
a) Wakil Seluruh Rakyat Indonesia
b) Badan resmi yang berwewenang mengesahkan UUD Negara
c) Badan yang memilih presiden dan wakil presiden
d) Badan pendiri Negara republik Indonesia
e) Badan tertingggi Negara Indonesia

C. PROSES PENETAPAN NEGARA DAN KONSTITUSI NEGARA PADA TANGGAL 18 AGUSTUS 1945
PPKI mengadakan sidang pertama, pada sidang ini PPKI membahas konstitusi negara
Indonesia, presiden dan wakil presiden Indonesia, serta lembaga yang membantu tugas-tugas
presiden di Indonesia. PPKI membahas konstitusi Negara Indonesia dengan menggunakan
naskah piagam Jakarta yang telah disahkan oleh BPUPKI namun sebelum sidang dimulai Bung
Hatta dan beberapa tokoh islam mengadakan pembahasan sendiri untuk mencari penyelesaian
masalah : tujuh kata pada kalimat dengan kewajiban menjalankan syahriah islam bagi pemeluk-
pemeluknya. Tokoh-tokoh islam yang membahas adalah : Ki Bagus Hadikusumo, Kasman
Singodimejo, Kh. Abdul Wachid Hasin, Teuku Moh. Hasan. Mereka pperlu membahas hal
tersebut karena pesan dari pemeluk agama lain dan terutama tokoh—tokoh dari Indonesia
bagian timur merasa keberatan dengan kalimat tersebut, mereka mengancam akan mendirikan
Negara sendiri apabila kalimat tersebut dirubah dalam waktu yang tidak terlalu lama, maka
dicapailah kesepakatan untuk menghilangkan kalimat dengan kewajiban menjalankan syariah
islam bagi pemeluk-pemeluknya dan diganti menjadi ketuhanan yang maha esa. Hal ini
dilakukan untuk menjaga persatuan dan kasatuan bangsa Indonesia, kita harus menghargai nilai
juang para tokoh-tokoh yang sepakat menghilangkan kalimat “dengan kewajiban menjalankan
syariah islam bagi pemeluk-pemeluknya”, para tokoh PPKI memiliki jiwa besar dan memiiliki
nasionalisme yang tinggi, mereka juga mengutamakan kepentingan bangsa dan Negara diatas
kepentingan pribadi dan golongan. Adapun tujuan diadakan pembahasan sendiri tidak pada
forum sidang agar permasalahan cepat dapat terselesaikan, dengan disetujinya perubahan itu
maka segera siding pertama PPKI dibuka.
Perbedaan dan kesepakatan yang muncul dalam sidang PPKI pada sidang pertama PPKI
rancangan UUD hasil kerja BPUPKI dibahas kembali, dan pada pembahasannya terdapat usulan
yang dilontarkan oleh kelompok hata dengan hasil perubahan yang kemudian disepakati sebagai
“PEMBUKAAN” (preambule) dan Batang Tubuh UUD 1945, yang saat ini disebut dengan UUD
1945 adalah pertama kata “Mukadima” yang berasal dari bahasa arab “Mugaddimah” diganti
dengan kata “Pembukaan”. Kedua, anak kalimat “Piagam Jakarta” yang menjadi pembukaan
UUD 1945 diganti dengan “Negara berdasar atas ketuhanan yang maha esa”. Ketiga kalimat
yang menyebutkan “Presiden ialah orang Indonesia asli dan beragama islam” seperti tertulis
dalam pasal 6 ayat 1 diganti dengan mencoret kata-kata “dan beragama islam” (dihapus) Cuma
presiden ialah orang Indonesia asli, keempat terkait dengan perubahan point ke dua maka pasal
29 ayat 1 dari yang semula berbunyi “Negara berdasar atas ketuhanan, dengan kewajiban
menjalankan syariah islam bagi pemeluk-pemeluknya” di hanti menjadi “Negara berdasarkan
atas ketuhanan yang maha esa” sistematika UUD 45 itu terdiri atas hal sebagai berikut :
Pembukaan (mukadima) UUD 1945 terdiri atas 4 alinea. Pada alinea ke empat UUD 1945
tercantum pancasila sebagai dasar Negara yang berbunyi sebagai berikut :
1. Ketuhanan yang maha esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Batang tubuh UUD 1945 terdiri dari 16 Bab dan 37 Pasal, 4 Pasal aturan peralihan dan 2
Pasal Aturan Tambahan. Penjelasan UUD 1945 yang terdiri atas penjelasan umum dan
penjelasan pasal demi pasal, susunan dan rumusan pancasila yang terdapat dalam pembukan
UUD 1945 merupakan perjanjian seluruh bangsa Indonesia oleh karena itu mulai saat itu bangsa
Indonesia membulatkan tekad menjadikan pancasila sebagai dasar Negara kesatuan republik
Indonesia. PPKI juga mengambil beberapa keputusan penting diantaranya yaitu mengesahkan
UUD 1945, memilih Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. Mohamad Hatta sebagai wakil
presiden secara aklamasi atas usul dari Otto Iskandardinata. Membentuk komite nasional untuk
membantu tugas-tugas presiden sebelum DPR/MPR terbentuk.
BAB II
MASA LAHIRNYA PEMAKAIAN ISTILAH PANCASILA

1. Pancasila Di Usulkan Menjadi Dasar Negara


Jepang mengakhiri penjajahan belanda pada tahun 1942 di Indonesia selama kurang
lebih 3/2 abad lamanya, dan pada tahun itu pula mulailah masa penjajahan jepang di
Indonesia. Penjajahan jepang membawah penderitaan lahir dan bathin pada rakyat
Indonesia yang telah menimbulkan kebencian dan sekaligus telah pula memupuk rasa
persatuan dikalangan bangsa Indonesia.
Menjelang akhir tahun 1944 tentara jepang mengalami kekalahan tertus menerus
tterhadap serangan-serangan pihak sekutu, keadaan ini membawa angin segar bagi para
pemimpin bangsa Indonesia yang telah bertahun-tahun lamanya memperjuangankan
kemerdekaan tanah air dan bangsa Indonesia. Pemimpin-pemimpin besar kita mendesak
pemerintah pendudukan jepang agar segera memerdekakan Indonesia, atau setidak-
tidaknya diambil tindakan, langkah-langkah dan usaha kongkrit untuk mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia.
Pemerintah jepang yang telah menyadari bahwa kedudukan mereka semakin terdesak
oleh sekutu, tidak dapat menghindari tuntutan pemimpin-pemimpin kita untuk mewujudkan
Indonesia merdeka, walaupun jepang mengusahakan agar Indonesia merdeka tetap berada
dalam lingkungan asia raya dibawah pimpinan pusat jepang. Pemerintah jepang di Indonesia
mengetahui semangat geloranya kebangsaan didalam dada pemimpin-pemimpin bangsa
Indonesia, oleh karena itulah mereka mulai memperhatikan usul-usul dan desakan-desakan
pemimpin kita.
Untuk menarik hati bangsa Indonesia, maka pada tanggal 7 september 1944 pemerintah
tentara jepang mengeluarkan janji kemerdekaan Indonesia di kemudian hari , pada tanggal 7
september itu pula didalam siding istimewa Teikoku Iin Kai (parlemen jepang) ke – 85 di
Tokyo, perdana menteri Koiso mengumumkan tentang pendirian pemerintah kemaharajaan
jepang, bahwa daerah hindia timur (Indonesia) diperkenankan merdeka kelak dikemudian
hari. Apa yang sebenarnya menyebabkan dikeluarkannya pernyataan tersebut, ialah karena
semakin terjepit anggkatan perang jepang yang mana pada bulan juli 1944 kepulauan
saipan yang terletak strategis jatuh ke tangan amerika dan menimbulkan keguncangan
dalam masyarakat jepang.
Dengan jatuhnya saipan dan dipukul mundurnya angkatan perang dari irian timur,
kepulauan salomon dan marshall oleh angkatan perang sekutu, maka seluruh garis
pertahanan pasifik terancam dan berarti kekalahan jepang telah muncul. Kemudian jepang
mengalami serangan sekutu atas kota-kota Ambon, Makassar, Manado, dan Surabaya
bahkan pula sampai ke Balikpapan, menghadapi situasi yang kritis itu pemerintah jepang di
bawah pimpinan Saiko Syikikan Kumakici Harada. Pada tanggal 1 maret 1945 telah
mengumumkan pembentukan suatu badan yang disebut Badan Penyelidiki Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPPKI) Dokuritsu Jumbi Cosakai. Tindakan itu merupakan langkah-
langkah pertama bagi terpenuhinya janji Koiso tentang kemerdekaan Indonesia di kemudian
hari. Tujuan tersebut ialah memperlajari dan memiliki hal-hal yang penting yang
berhubungan dengan politik, ekonomi, tata pemerintahan dan lain-lain yang dibutuhkan
dalam usaha pebentukan Negara Republik Indonesia.
Pada tanggal 28 Mei 1945 dimulailah upacara pembukaan sidang pertama BPUPKI yang
bertempat di gedung Cuosangi In, jenderal Itagaki (panglima tentara wilayah ke-7 yang
bermarkasa di singapura) dan Letnan Jederal Nagano (paanglima tentara ke-16 di jawa)
mengahadiri sidang tersebut dan pada kesempatan itu pula dilakukan upacara pengibaran
bendera Hiromaru oleh Mr. A.G. Pringo Dikdo yang kemudian disusul dengan pengibaran
sang saka merah putih oleh Toyo Hiko Masura, peristiwa tersebut telah membangkitkan
semangat kemerdekaan.
Badan Penyelidik terdiri atas 2 (dua) bagian yaitu : Bagian Perundingan yang diketua oleh
Dr. Radjiman Widjodiningrat dan Bagian Tata Usaha di ketuai oleh R. P. Soeroso dan
Wakilnya Mr. A. G. Pringo Dikdo. Sepanjang sejarah hidupnya, Badan Penyelidik ini m
enjalani dua masa siding yaitu :
1) Masa Sidang I : Tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945, menetapkan Dasar Negara
Pancasila.
2) Masa Sidang II : Tanggal 10 Juli sampai dengan 16 Juli 1945, menetapkan Rancangan UUD
1945.

Dalam salah satu sidang BPPK pada tanggal 1 Junii 1945 telah diadakan pembicaraan
tentang Dasar-dasar Negara Indonesia Merdeka. Dalam sidang itu salah seorang anggota
BPPK (Ir. Soekarno) mungucapkann sebuah pidato yang pada pokoknya mengusulkan dan
menegaskan Dasar-dasar Negara Indonesia. Dalam pidatonya (tanpa teks) itu mula-mula Ir.
Soekarno menegaskan tentang pentingnya persatuan, baik saat-saat perjuangan bangsa
yang sedang memuncak, maupun setelah kemerdekan nanti. Ditegaskan pula, bahwa
kemerdekaan adalah jembatan emas untuk mencapai tujuan bangsa. Kita tak usah
menunggu sampai orang pandai cukup banyak. Tak usah pula kita menunggu sampai alat-
alat yang diperlukan untuk berdirinya suatu Negara tersedia lengkap. Tetapi kemerdekaan
politik itulah yang lebih dahulu harus dita peroleh ! lainnya dikejar sesudah kemerdekaan
politik itu tercapai.
Dasar Negara, yakin dasar yang diatasnya untuk didirikan Indonesia Merdeka, haruslah
kokoh, kuat, sehingga tidak mudah ditubangkan. Dijelaskan selanjutnya, bahwa dasar
Negara itu hendaknya “jiwa, pikiran-pikiran yang sedalam-dalamnya, hasrat yang sedalam-
dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka yang kekal dan abadi”.
Dasar Negara Indonesia itu hendaknya mencerminkan kepribadian Indonesia dengan sifat-
sifat yang mutlak ke-Indonesianya dan selain itu dapat pula mempersatukan seluruh bangsa
Indonesia yang terdiri atas berbagai suku aliran dan golonggan penduduk.
Berdasarkan alam pikiran tersebut Ir. Soekarno mengemukanan dan sekaligus
mungusulkan lima prinsip (asas) yang sebaik-baiknya dijadikan Dasar Negara Indonesia
Merdeka, yaitu :
a) Kebangsaan Indonesia
b) Internasionalisme atau peri kemanusiaan
c) Mufakat atauu demokrasi
d) Kesejahteraan sosial
e) ketuhanan

Setelah mengusulkan kelima prinsip tersebut, Ir, Soekarno kemudian mengaskan lagi
sebagai Berikut : “Dasar-dasar negara telah saya usulkan. Lima bilangannya. Inikah Panca
Dharma? Bukan! Nam Panca Dharma tidak tepat disini. Dharma berarti kewajiban, sedang
kita membicarakan dasar. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan
petunjuk seorang teman kita ahli bahasa, namanya ialah Pancasila. Sila artinya asas atau
dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan Negara Indonesia yang kekal dan
abadi”
Pancasila menurut tata bahasa, Lima Dasar : Panca berarti lima, sedangkan Sila berarti
dasar kesusilaan. Kelima prinsip dasar yang dinamakan Pancasila, sebenarnya telah ada
didalam jiwa kalbu rakyat Indonesia berabad-abad sebelumnya. Ir. Soekarno pada tanggal 1
Juni 1945 hanyalah sekedar menjadi “perumus” dari perasaan-perasaan yang telah lama
terkandung bisu dalam kalbu rakyat Indonesia. Beliau sekedar menjadi “pengutara” dari
keinginan-keinginan da nisi jiwa bangsa Indonesia turun-temurun, yang telah lama tergugat
pada jiwa Bangsa Indonesia. Bahkan istilah/perkataan “Pancasila” sebagai penanaman
terhadap kelima dasar/prinsip yang dirumuskannya itu diperoleh dari seorang ahli bahasa
(Mr. Muhammad Yamin), seperti yang disinggungnya dalam pidato 1 Juni 1945.
Penjelasan Pancasila yang dikemukakan pada 1 Juni 1945 itu diterima baik oleh BPPK dan
tanggal 1 Juni Prof. A. G. Pringgodigo,SH dianggap sebagai lahirnya pemakaian istilah
Pancasila.

2. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


Proklamasi Kemerdekaan tidaklah diumumkan atas persetujuan balatentara Jepang,
tetapi atas desakan rakyat Indonesia sendiri, yang diwakili oleh para pemuda. Pada tanggal
16 Agustus dini hari, Ir. Soekarno sekeluarga dan Drs. Muhamad Hatta dibawah olehh
beberapa perwira Peta atas prakarsa para pemuda ke Rengaasdengklok, Karawang, yaitu
markas kompi Peta agar kedua pemimppin bangsa itu dapat meneruskan pemimpin
Pemerintah Republik Indonesia dari sana, karena menurut rencananya, rakyat akan
menyerbu kota Jakarta untuk melucuti jepang. Malam harinya para pemimpin ini kembali
kejakarta dan menyelenggarakan rapat PPKI. Namun PPKI dilarang oleh pemerintah
balatentara jepang mengadakan rapat persiapan pengumuman kemerdekaan, karena sejak
tanggal 14 Agustus 1945, Jepang yang telah kalah perang mendapat perintah dari
pemerintahan militer sekutu untuk tetap mempertahankan status quo, dan sama sekali
tidak boleh mengadakan perubahan ketatanegaraan apa pun.
Kenyataa tersebut jelas menunjukan bahwa sejak malam tanggal 16 Agustus itu, semua
janji jepang untuk memerdekakan Indonesia telah batal. Maka sejak saat itu bangsa
Indonesia mengambil keputusan untuk menentukan nasib di tangannya sendiri. Hal ini
membuktikan bahwa kemerdekaan kita bukan hadiah dari jepang. Untuk lebih menunjukan
bahwa PPKI adalah sebuah badan yang bersifat nasional, Ketua PPKI menambahkan jumlah
anggota PPKI dari 21 orang menjadi 27 orang.

a. Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


Teks proklamasi disusun dan ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Muhamad
Hatta atas nama bangsa Indonesia, pada menjeelang dini hari tanggal 17 Agustus 1945,
dan dibacakan oleh Ir. Soekarno pada hari Jumat Tanggal 17 Agustus 1945 di halaman
rumahnya, Jalan Pegangsang Timur No. 56 Jakarta, didahului dengan suatu pedato
singkat. Bunyi pidato singkat dan proklamasi itu sebagai berikut :
“Saya telah meminta saudara-saudara hadir disini untuk menyaksikan peristiwa
mahapenting dalamm sejarah kita. Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia telah
berjuang untuk kemerdekaan tanah air kita. Bahkan telah berates tahun! Gelombang
aksi untuk mencapai kemerdekaan kita itu ada naiknya dan turunnya. Tetapi jiwa kita
tetap menuju kearah cita-cita.
Juga didalam zaman jepang usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak
henti-henti. Didalam zaman jeppang kita tampaknya saja menyandarkan diri kepada
mereka. Tetapi pada hakikatnya, tetap kita menyusun tenaga kita asendiri, tetap kita
percaya kepada kekuatan sendiri. Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengabil
nasib bangsa dan tanah air dalam tangan sendiri.
Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangannya sendiri, akan
mendapat berdiri dengan kuatnya.
Maka kami tadi malam telah mengadakan musyawarah dengan pemuka-pemuka
rakyat Indonesia dari seluruh Indonesia. Pemusyawaratan itu seia-sekata berpendapat,
bahwa sekaranglah datang saatnya untuk menyatakan kemerdekaan kita.
Saudara-saudara! Dengan ini kami menyatakan kebulatan tekad itu. Dengarkanlah
proklamasi kami :

Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang
mengenai pemindahan kekuasaan, dan lain-lain, diselenggarakan dengan cara dan
dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Jakarta, hari 17 bulan 8 tahun 45


Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno – Hatta

Demikianlah saudara-saudara! Kita sekarang telah merdeka! Tidak ada satu ikatan lagi
yang mengikat tanah air kita dnn bangsa kita! Mulai saat ini kitamenyusun Negara kita,
“Negara Merdeka. Negara republik Indonesia Merdeka, kekal dan abadi. Insyya Allah,
Tuhan memberkati kemerdekaan kita”.

b. Masalah pada Pembentukan Pembukaan UUD 1945


Pada tanggal 17 Agustus 1945 petang hari, datanglah “utusan” dari masyarakat
Indonesia Bagian Timur, yang berada dalam wilayah kekuasaan angkatan laut jepang,
menghadap Drs. Muhamad Hatta. Mereka menyatakan bahwa rakyat didaerah itu
sangat berkeberatan terhadap bagian kalimat dalam rancangan Pembukaan Undang-
undang Dasar yang berbunyi “Ketuhanan, denga kewajiban menjalakan syariat islam bagi
pemeluk-pemeluknya”.
Dengan semangat persatuan, keesokan harii menjelang Sidang Panitia Persiapan
Kemerdekan Indonesia tanggal 18 Agustus 1945, hal yang paling pelik ini dapat
diselesaikan oleh Drs. Mohamda Hatta bersama empat orang PPKI, yaitu K. H. Wahid
Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, Mr. Kasman Singodimendjo, dan Mr. Teuku M. Hasan.
Kesemuanya adalah tokoh-tokoh yang beragama islam yang menyetujui dicoretnya tujuh
kata tersebut dan diganti dengan “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Pada tanggal 18 Agustus 1945 tersebut Undang-undang Dasar Republik Indonesia
telah sah ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Dengan
mengesahkan Undang-undang Dasar 1945 tersebut, Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa dan sebagai dasar Negara telahh merupakan perjanjian luhur dari seluruh
bangsa. Dalam sidang ini pula dipilih Presiden dan Wakil Presiden kita yang pertama,
yaitu Ir. Soekarno dan Drs. Mohamad Hatta.

c. Kemerdekaan Beragaman di Indonesia


Rumusan Ketuhan Yang Maha Esa dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945
tersebut telah memberikan sifat khas kepada Negara Kebangsaan Indonesia, yang bukan
merupakan Negara sekuler dan juga bukan merupakan Negara agama. Negara
kebangsaan Indonesia ialah Negara yang mengakui Tuhan Yang Maha Esa menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab, yaitu Negara kebangsaan yang memelihara budi
pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita rakyat yang luhur, yang
berarti bahwa Negara menjunjung tinggi manusia sebagai pribadi dengan segala hak dan
kewajibannya.
Negara tidak memaksa dan tidak memaksakan agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa karena agama dan kepercayaan kepada Tuuhan Yang Maha Esa
pada hakikatnya adalah suatu keyakinan batin yang mencermin dalam hati sanubari dan
tidak dapat dipaksakan. Memang agama dan kepercayaan kepada tuhan Yang Maha Esa
itu sendiri tidak memaksa seseorang untuk memeluk dan menganutnya. Dengan
perkataan lain, Negara menjamin kemerdekaan setiap penduduk untuk memeluk agama
dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaan itu. Dengan perkataan lain,
Negara menjamin kemerdekaan setiap penduduk untuk memeluk agama dan untuk
beribadat menurut agama dan kepercayaan itu. Kebebasan agama dan kebebasan
beragama merupakan salah satu hak asasi yang paling asasi karena langsung
bersumberkan martabat manusia sebagai pribadi dansebagai mahluk ciptaan Tuhan.
Karena itu bukanlah suatu pemberiann Negara, bukan pula pemberian golongan. Hak
dan kebebasan itu merupakan pilihan pribadi masing-masing manusia, yang disertai
dengan tanggung jawab pribadi. Setiap umat beragama dan berkepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa menggali kehidupan spiritualnya dan dalam masing-masing agama
dan kepercayaannya. Negara wajib memelihara budi pekerti yang luhur dari setiap warga
negaranya berdasarkan nilai-niilai Pancasila.

3. Arti Pancasila
Apabila benar-benar kita ingin melaksanakan Undang-undang Dasar 1945 secara murni
dan konsekuen, maka kita tidak saja harus melaksanakan ketentuan-ketentuan yang
tercantum dalam Pasal-pasal dari Batang Tubuh (the body of the constitution) atau isi dari
UUD 1945 itu, tetapi juga ketentuan-ketentuan okok yang termaktub dalam Pembukaan
UUD 1945; karena Pembukaan UUD 1945 (walaupun tidak tercantum dalam satu dokumen
dengan Batang Tubuh UUD 1945, seperti Konstitusi RIS atau UUDS 1950 misalnya), adalah
bagian mutlah yang tidak dapat dipisahkan dari Konstitusi Republik Indonesia Tahun 1945.
Pembukaan dan Batang Tubuh kedua-duanya telah ditetapkan oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945.
Apabila kita berbicara tentang UUD 1945, maka yang dimaksudkan ialah Konstitusi (UUD)
yang disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia tersebut pada tanggal 18
Agustus 1945 yang diumumkan dalam Berita Republik Indonesia Tahun 1946 No. 7, halam
45-48, yang terdiri atas :
1) Pembukaan (preambule), yang meliiputi 4 alinea;
2) Batang Tubuh atau Isi UUD 1945, yang meliputi :
a) 16 Bab
b) 37 Pasal
c) 4 Pasal Aturan Peralihan
d) 2 Ayat Aturan Tambahan
3) Penjelasan (resmi = authentiek) daari UUD 1945

Adapun Pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas 4 bagian (alinea) itu, yang amat penting
ialah bagian/alinea ke-4 yang berbunyi sebagai berikut :
“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang
Dasar Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan
Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”
Dalam penjelasan resmi dari Pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa dalam
Pembukaan UUD 1945 itu terkandung empat pokok pikiran yang berikut :
 Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
berdasarkan atas persatuan;
 Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia;
 Negara Indonesia adalah Negara yang berkedaulatan rakyat dan berdasar atas
kerakyatan dan permusyawaratan/perwakil;
 Negara Indonesia berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.

Khusus bagian/alinea ke-4 dari Pembukaan UUD 1945 adalah merupakan Asas Pokok
Pembukaan Pemerintah Negara Indonesia. Isi bagian keempat dari Pembukaan UUD 1945
ini dapat digolongkan ke dalam 4 hal :
1) Tentang hal tujuan Negara Indonesia, tercantu dalam kalimat “Kemudian dari pada itu
untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang :
- Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpa darah Indonesia;
- Memajukan kesejahteraan rakyat;
- Mencerdaskan kehidupan bangsa;
- Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial;
2) Tentag hal ketentuan diadakannya Undang-undang Dasar 1945 tercantum dalam kalimat
yang berbunyi : maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia”
3) Tentang hal dan bentuk Negara dalam kata-kata : yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat”.
4) Tentang hal dasar falsafah Negara Pancasila.

Adapaun Pembukaan UUD 1945 yang telah disahkan oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945 itu sebagian besar bahan-
bahannya berasal dari Naskah Rancangan Pembukaan UUD yang disusun oleh Panitia
Perumusan (Panitia Kecil), yang terdiri dari 9 orang yang diketuai oleh Ir. Soekarno pada
tanggal 22 Juni 1945 di Jakarta.
Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, yaitu pada tanggl 18 Agustus 1945,
naskah politik yang bersejarah itu dijadikan Rancangan Pembukaan UUD sebagai bahan
pokok dan utama bagi penyusunan/penetapan Pembukaan (preambule) UUD yang akan
ditetapkan itu.
Naskah politik yang bersejarah yang disusun pada tanggal 22 Juni 1945 itu, dikemudian
hari oleh Mr. Muhammad Yamin dalam pidatonya di depan Sidang BPPK pada tanggal 11
Juli 1945 dinamakan “Piagam Jakarta” dan baru beberapa tahun kemudia dimuat dalamm
bukunya yang berjudul Proklamasi dan Konstitusi (1951).
Dalam naskah politik yang disebut Piagam Jakarta 22 Juni 1945 inilah untuk pertama kali
dasar falsafah Negara Pancasila di dicantumkan secara tertulis, setelah diusulkan oleh Ir.
Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945. Adapun panitia Perumus (Panitia Kecil)
yang anggotanya 9 orang yang telah menyusun Piagam Jakarta itu adalah salah satu panitia
kecil dari BPPK yang dibentuk pada tanggal 19 April 1945 dan dilantik pada tanggal 28 Mei
1945.
Antara Pembukaan UUD 1945 dan Rancangan Pembukaan UUD (yang disahkan pada
tanggal 18 Agustus 1945) itu terdapat beberapa perbedaan sebaggai berikut :
(1) a. Dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tercantum perkataan “Undang-undang
Dasar”
b. Dalam aliena IV Rancangan Pembukaan UUD (Piagam Jakarta) tercantum “Hukum
Dasar”.
(2) a. Dalamm Alinea IV Pembukaan UUD 1945 tercantum kalimat “berdasarkan kepada
Ketuhanan Yang Maha Esa”
b. Dalam alinea IV Rancangan Pembukaan UUD 1945 tercantum kalimat “berdasarkan
kepada Ketuhanan, dengan kewajiban menjakan syariah islam bagi pemeluk-
pemeluknya.
(3) a. Dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tercantum kalimat “Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”
b. Dalam alinea IV Rancangan Pembukaan UUD tercantum kalimat : “Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusywaratan perwakilan”

Di atas telah dijelaskan tentang pentingnya Pembukaan Undang-undang Dasar 1945.


Betapa besar arti pentingnya Pembukaan UUD 1945. Betapa besar arti pentingnya
Pembukaan UUD 1945 itu ialah karena pada aliena IV itu tercantum ketentuan pokok yang
bersifat fundamental, yaitu dasar falsafah Negara Republik Indonesia yang dirumuskan
dalam kata-kata berikut : “maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam
satu Undang-undang Dasar Indonesia, yang terbentuk dalam satu Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan pada :
Satu : Ketuhanan Yang Maha Esa
Dua : Kemanusiaan yang adil dan beradab
Tiga : Persatuan Indonesia
Empat : Kerakyatan yang dipimpin olehh hikmat kebijaksanaan dalam pemusyawaratan
/perwakilan
Lima : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Kelima dasar ini tercakup dalam satu nama/istilah yang amat penting bagi kita bangsa
Indonesia, yaitu : Pancasila. Istilah atau perkataan “Pancasila” itu memang tidak tercantum
baik dalam Pembukaan mmaupun Batang Tubuh UUD 1945. Di dalam alinea IV dari
Pembukaan UUD 1945 hanyalah disebutkan, bahwa Negara Republik Indonesia berdasarkan
kepada lima prinsiip atau asas yang tersebut diiatas, tanpa menyebutkan “Pancasila”.
Pancasila sebagai filsafah Negara Republik Indonesia diusulkan oleh anggota BPPK (Ir.
Soekarno) dalam pidatonya di depan Sidang Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan
(BPPK) pada tanggal 1 Ji 1945. Dan dalam pidato tersebut, seperti diatas, Ir. Soekarno
mungusulkan Lima Dasar Negara Indonesia yang sekaligus dinamakannya Pancasila. Panca
berarti lima, sedangkan sila berarti dasar asas kesusilaan.
Kata kembar itu kedua-duanya berasal dari bahasa sansekerta : Panca dan Sila. Dalam
bahasa sansekerta, Pancasila ada dua macam artinya. Pancasila dengan huruf i biasa artinya
: berbatu sendi yang lima (consisting of 5 rocks; aus funf felsen bestehend); Pancasila
dengan huruf i yang panjang bermakna “5 peraturan tingkah laku yang penting”. Kata sila
juga hidup dalam kata kesusilaan dan kadang-kadang juga berarti etika.
Istilah Pancasila dipakai dalam buku nasional Negara Kertagama di zaman keemasan
kerajaan Majapahit karangan pujangga Mpu Prapanca pada pertengahan XIV dalam sarga
XLII untuk menyatakan perintah kesusilaan yang lima. Juga istilah itu dipakai oleh Mpu
Tantular teman Prapanca dalam buku Sutasoma. Istilah Pancasila telah masuk ke dalam
bahasa Indonesia dan mendapat tempat serta arti yang mendalam sebagai istilah
kesusastraan dan sebagai istilah hukum.
Dengan tidak menyebut nama Pancasila, maka sila yang lima ini disebutkan dalam suatu
rangkaian keseluruhan kata Pembukaan Konstitusi 1945. Tempatnya itu adalah allinea IV,
yang berisisintesis dari perjuangan kemerdekaan. Makna dari sila yang lima disusun dalam
lukisan lambang Pancasila Burung Garuda dengan menempatkan Sila Ketuhanan dalam
bentuk bintang segi lima, sehingga sila itu sewajarnya ditempatkan pada nomor satu. Sila
peri kemanusiaan dilukiskan dengan lambang kalung cincin dan persegi atau pria dan
wanita turun-temurun. Sila Peri Kebangsaan, yang berpusat kepada Persatuan Indonesia
dan dilukiskan dalamm lambang pohon beringin yang melindungi bangsa, Sila Peri
Kerakyatan, yang digambarkan dengan tanduk kepala banteng sebagai lambang teaga
rakyat. Sila keadilan sosial yang dilukiskan dengan lambang sandang berupa kapas dan padi.
Perlu kiranya kita mengetahui, bahwa Prof. Mr. Muhammad Yamin pada tanggal
29 Mei 1945 di depan Sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan)
telah pula mengucapkan pidato yang berjudul “Asas dan Dasar Negara Kebangsaan
Republik Indonesia”, yang mengajurkan asas-asas dan dasar-dasar Negara Indonesia, yang
menganjurkan asas-asas dan dasar-dasar Negara Indonesia, yang terdiri atas :
1) Peri Kebangsaan
2) Peri Kemanusiaan
3) Peri Ketuhanan
4) Peri Kerakyatan
5) Kesejahteraan Rakyat (Keadilan Sosial)

Dari uraian diatas dapatlah kiranya kita menarik kesimpulan bahwa Pancasila sebagai
istilah perkataan Sansekerta sudah dikenal di tanah air kita sejak abad XIV. Sedangkan
Pancasila dalam bentuk formalnya sebagai dasar falsafah Negara Republik Indonesia baru
diusulkan pada tanggall 1 Juni 1945; Pancasila resmi serta sah menurut huukum menjadi
dasar falsafah Negara pada tanggal 18 Agustus 1945 pada waktu PPKI mengesahkan
Pembukaan UUD 1945. Alhasil disimpulkan sebagai berikut :
a) Pancasila resmi dan sah menurut hukum menjadi dasar Negara Republik Indonesia pada
tanggal 18 Agustus 1945. Dan kemudian melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan
Ketetapan MPRS No.XX/MPRS/1996 berhubungan dengan Ketetapan No. I/MPR/1988,
No. I/MPR/1993, Pancasila tetap menjadi dasar falsafah Negara Indonesia hingga
sekarang.
b) Pancasila sebagai dasar falsafah Negara diusulkan pada 1 Juni 1945;
c) Pancasila sebagai istilah perkataan Sansekerta sudah dikenal di tanahh air kita sejak
abad XIV;

4. Pancasila Dalam Dokumen-dokumen Sejarah


Pancasila sebagai dasar falsafah Negara Indonesia tercantum (dapat kita temukan) baik
dalam beberapa dokumen historis maupun dalam peraturan perundangan Negara Indonesia
sebagai berikut :
1) Dalam pidato 1 Junii 1945;
2) Dalam alinea IV naskah politik yang bersejarah tanggal 22 Juni 1945, yang kemudian
dijadikan naskah rancangan Pembukaan UUD 1945 (yang dikenal dengan nama Piagam
Jakarta);
3) Dalam alinea IV Pembukaan UUD Proklamasi 1945;
4) Dalam alinea IV Mukadimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat (Konstitusi RIS)
27 Desember 1949;
5) Dalam alinea IV Mukadimah Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia
(UUDS Republik Indonesia) 17 Agustus 1950;
6) Dalam pembentukan (alinea IV) UUD 1945 setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 sampai
sekarang ini.

Adapun perumusan da tata urutan Pancasila yang tercantum dalam dokumen-dokemun


sejarah dan peraturan perundang-undangan Negara tersebut diatas adalah berlainan,
namun dengan inti dan fundamen yang sama seperti terlihat di bawah ini :

1. Pancasila sebagai Dasar Falsafah Negara dalam Pidato 1 Juni 1945


Dalam pidato 1 Juli 1945 untuk pertama kali Pancasila diusulkan menjadi dasar falsafah
Negara Indonesia dengan perumusan dan tata urutan sebagai berikut :
a) Kebangsaan Indonesia
b) Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan
c) Mufakat atau Demokrasi
d) Kesejahteraan Sosial
e) Ketuhanan
2. Pancasila sebagai Dasar Falsafah Negara dalam Naskah Politik yang Bersejarah (Piagam
Jakarta) Tanggal 22 Juni 1945
Untuk melaksanakan tugasnya, Dokuritsu Junbi Coosakai atau Badan Penyelidik
Persiapan Kemerdekaan (BPPK) telah membentuuk beberapa panitia kerja, antara lain :
(1) Panitia Perencanaan UUD yang berhasil menyusun rancangan UUDRepublik
Indonesia;
(2) Panitia kecil (panitia perumus) 9 orang yang berhasil pada tanggal 22 Juni 1945
menyusun sebuah naskah politik yang bersejarah yang dikenal dengan nama Piagam
Jakarta untuk kemudian (pada tanggal 18 Agustus 1945) dijadikan naskah rancangan
Pembukaan UUD 1945.
Dalam naskah politik pada tanggal 22 Juni 1945, untuk pertama kali Pancasila
sebagai falsafah Negara dicantumkan tertulis dalam alinea IV dengan perumusan
dan tata urutan, sebagai berikut :
a) Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya.
b) Kemanusia yang adil dan beradab.
c) Persatuan Indonesia.
d) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat-kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
e) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Pancasila sebagai Dasar Falsafah Negara dalam Pembukaan UUD 1945
Setelah menyelesaikan tugasnya, BPPPK dibubarkan dan sebagaigantinya pada
tanggal 9 Agustus 1945 dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 di Pegangsaan
Timur 56 Jakarta, disaksikan oleh para anggota PPKI.
Keesokan harinya pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidang yang
pertama dan memutuskan :
(1) Mengesahkan dan menetapkan Pembukaan UUD 1945;
(2) Mengesahkan dan menetapkan UUD 1945;
(3) Memilih dan mengangkat Ketua dan Wakil Ketua PPKI (Ir. Soekarno dan Drs.
Mohamad Hatta) masing-masing menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik
Indonesia;
(4) Pekerjaan Presiden untuk sementara waktu dibantu oleh sebuah Komite Nasional
Pusat (KNP).
Kemudian pada tanggal 19 Agustus 1945 PPKI memutuskan : Pembagian wilayah
Indonesia ke dalam 8 Provinsi dan tiap Provinsi dibagi dalam keresidenan-keresidenan;
juga menetapkan departemen-departemen pemerintah.
Dalam alinea IV dari Pembukaan UUD Proklamasi 1945 yang disahkan oleh PPKI pada
tanggal 18 Agustus 1945 itulah Pancasila dicantumkan secara dan sah menurut hukum
sebagai Dasar Falsafah Negara Republik Indonesia dengan perumusan dan tata urutan
sebagai berikut :
a) Ketuhanan Yang Maha Esa
b) Kemanusiaan yang adil dan beradab
c) Persatuan Indonesia
d) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan
e) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

4. Pancasila sebagai Dasar Falsafah Negara dalam Mukadimah konstitusi RIS 1949
Pada tanggal 23 Agustus sampai dengan 2 September 1949 di Kota Den Haag
(Nederland) diadakan Kobferensi Meja Bundar (KMB). Delegasi Republik Indonesia
dipimpin oleh Drs. Muhamad Hatta, delegasi BFO (Bejeenkomst voor Federale Overleg)
dipimpin oleh Sultan Hamid Alkadrie dan DelegasiBelanda dipimpin oleh Van Marseveen.
Adapun tujuan dari KMB ialah untuk menyelesaikan persengketaan antara Indonesia
dan Belanda selekas-lekasnya dengan cara yang adil dan pengakuann kedaulatan yang
nyata, penuh dan tanpa syarat kepada Republik Indonesia Serikat (RIS), salah satu
Keputusan pokok KMB, ialah bahwa Kerajaan Belanda mengakui Kedaulatan Indonesia
sepenuhnya, tanpa syarat dan tidak dapat dicabut kembali, selambat-lambatnya pada
tanggal 30 Desember 1949. Demikianlah pada tanggal 27 Desember 1949 Ratu Juliana
menandatangani Piagam Pengakuan Kedaulatan RIS di Amsterdam.
Bersamaan dengan KMB di kota Den Haag, di kota Scheveningen (Nederland) disusun
konstitusi RIS yang mulai berlaku pada tanggal 27 Desember 1949. Walaupun bentuk
Negara Indonesia telah berubah dari Negara Kesatuan menjadi Negara Serikat dan
Konstitusi RIS telah disusun di Negeri Belanda, jauh dari tanah air kita, namun Pancasila
tetap tercantum sebagai dasar falsafah Negara di dalam alinea IV Mukadimah Konstitusi
RIS 1949 dengan perumusan dan tata urutan sebagai berikut :
a) Ketuhanan Yang Maha Esa
b) Peri Kemanusia
c) Kebangsaan
d) Kerakyatan
e) Keadilan Sosial

5. Pancasila sebagai Dasar Falsafah Negara dalam Mukadimah Undang-Undang Dasar


Sementara Republik Indonesia (UUD RI 1950)

Negara RIS tidak sampai satu tahun umurnya. Semangat persatuan (hasil
gemblengan para pemimpin Indonesia sejak lahirnya Budi Utomo pada tanggal 20 Mei
1908, kemudian dipertegas oleh Sumpah Pemuda pada tanggal 29 Oktober 1928 : (Satu
Nusa, Satu Bangsa , dan Satu Bahasa) meluap-luap.
Semenjak Proklamasi Bangsa Indonesia menghendaki Negara kesatuan (unitarisme).
Bentuk Negara serikat (federalisme) tidaklah sesuai dengan cita-cita kebangsaan dan
jiwa Proklamasi. Oleh karena itu, pengakuan kedaulatan RIS menimbulkan pergolakan di
Negara-negara bagiann RIS (RIS terdiri atas 16 negara bagian, diantaranya Republik
Indonesia sebagai salah satu Negara bagian RIS).
Berdasarkan hasrat dan desakan rakyat Indonesia itulah, pada tanggal 17 Agustus
1950, Presiden Soekarno (Presiden RIS) memproklamasikan terbentuknya Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berarti pembubaran RIS. Pada saat itu juga oleh suatu
panitia yang diketahuioleh Prof. Mr. Dr Soepomo, Konstitusi RIS (196 Pasal) diubah
menjadi UUDS Republik Indonesia 1950 (147 pasal). Perubahan bentuk Negara dan
konstitusi RIS tetap tidak mempengaruhi Pancasila sebagai dasar falsafah Negara.
Pancasila tetap tercantum dalam alinea IV Mukadimah UUDS 1950, dengan pperumusan
dan tata urutan Pancasila dalam mukadimah konstitusi RIS sebagai berikut :
a) Ketuhanan Yang Maha Esa
b) Peri kemanusiaan
c) Kebangsaan
d) Kerakyatan
e) Keadilan sosial

6. Pancasila sebagaii Dasar Falsafah Negara dalam Pembukaan UUD 1945setelah Dekrit
Presiden 5 Juli 1959
UUDS 1950 adalah suatu konstitusi yang bersifat sementara, dan karena itu harus
diganti dengan suatu UUD yang tetap. Berhubungan dengan itu telah dikeluarkan
Undang-Undang No. 7 tahun 1953 tentang Pemilihan Umum untuk memilih anggota—
anggota DPR dan konstituante yang akan menyusun UUD baru.
Pemilihan umum tersebut telah diadakan pada akhir tahun 1955, dan konstituante
yang dibentuk berdasarkan pemiilihan umum tersebut mulai bersidang pada tanggal 10
November 1956. Akan tetapi dalam perjalanan sejarah ketatanegaraan selanjutnya
ternyata konstituante tidak berhasil menetapkan UUD yang baru menggantikan UUDS
1950. Pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden Republik Indonesia mengeluarkan suatu dekrit
(dekrit presiden) yang pada pokoknya berisi pernyataan :
a) Pembubaran konstituante
b) Berlakunya kembali UUD 1945
c) Tidak berlakunya lagi UUDS 1950
d) Akan dibentuknya dalam waktu singkat MPRS dan DPAS.

Dengan berlakunya kembali UUD 1945, dengan sendirinya Pancasila demi hukum
tetap menjadi dasar falsafah Negara dengan perumusan dan tata urutan yang tercantum
dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 sebagai berikut :
a) Ketuhanan Yang Maha Esa.
b) Kemanusiaan yang adil dan beradab
c) Persatuan Indonesia
d) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakil.
e) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Berkenaan dengan perumusan Pancasila dalam berbagai dokumen sejarah, Prof. A.


G. Pringgodigo,SH. Dalam bukunya Sekitar Pancasila mengatakan, bahwa uraian-uraian
mengenai dasar-dasar Negara yang menarik perhatian ialah diucapkan pada
tanggal 29 Mei 1945 oleh Prof. Mr. Dr. Soepomo dan tanggal 1 Juni 1945 oleh Ir.
Soekarno.
Ketiga pembicaraan mengusulkan 5 hal untuk menjadi dasar-dasar Negara merdeka,
tetapi baru Ir. Soekarno yang mengusulkan 5 dasar itu jangan dinamakan Pancha
Dharma tetapi Pancasila. Perumusan-perumusan 5 dasar dari Muhammad Yamin, Prof.
Mr. Dr. Soepomo dan Ir. Soekarno dalam kata-katanya berbeda, tetapi pokok-pokoknya
sama, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa, Peri Kemanusiaan atau Internasionalisme,
Kebangsaan Indonesia atau Persatuan Indonesia, Kerakyatan atau Demograsi dan
Keadilan Sosial. Sebagai pedoman nyata dan jenis untuk menentukan sikap dan kegiatn
hidup kita, MPR telah mengaturnya dengan Tap No. II/MPR/1978 yang kita kenal dengan
P-4 atau Eka Prasetia Pancakarsa.
BAB III
PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN
HIDUP BANGSA INDONESIA

1. Arti Pandangan Hidup Bagi Suatu Bangsa


Hal ini sukar dijawab tanpa mengetahui bahwa bangsa itu mengenal berbagai kelompok
masyarakat manusia yang membentuk suatu bangsa. Kita mengenal bangsa amerika yang
terdiri dari berbagai suku, ras dan asal kebudayaan. Ada yang berasal dari Eropa Barat,
Inggris, Timur Tengah, Jepang dan banyak lagi. Tetapi mereka menyebut diri sebagai bangsa
amerika. Tidak pandang agamanya, asal keturunannya, tempat tinggalnya maupun
pekerjaannya.
Mereka semua mengaku sebagai bangsa amerika dan bersedia membela tanah amerika.
Indonesia pun seperti bangsa amerika juga, terdiri atas berbagai kelompok masyarakat yang
masing-masing berbeda didalam latar belakang budayanya, bahasanya, dan bahkan
daerahnya.
Tetapi sejak tanggal 28 Oktober 1928 kita telah menjadi satu bangsa. Artinya satu
kesatuan dari berbagai ragam latar belakang sosial budaya, agama dan asal keturunan, yang
bertekad untuk membangun satu tatanan hidup berbangsa dan bernegara. Cita-cita kita
sebagai bangsa Indonesia tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, yakni mewujudkan suatu
tata masyarakat yang adil dan makmur materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila. Seperti
halnya keluarga, suatu bangsa yang bertekad mencapai cita-cita bersama memerlukan suatu
pandangan hidup.
Tanpa pandangan hidup, suatu bangsa terombang ambing. Dengan pandangan hidup,
suatu bangsa dapat secara jelas mengetahui arah yang akan dicapai. Dengan pandangan
hidup, suatu bangsa :
1. Akan dengan mudah memandang persoalan-persoalan yang dihadapi.
2. Akan dengan mudah mencari pemecahan masalah-masalah yang dihadapi.
3. Akan memiliki pedoman dan pegangan.
4. Akan membangun dirinya.

Dengan uraian tersebut jelaslah betapa pentingnya suatu pandangan hidup bagi suatu
bangsa. Pertanyaan berikut yang secara wajar akan muncul pada diri kita ialah “Apakah
pandangan hidup itu sesungguhnya?” Seorang dewasa mimilili pandangan hidup adalah
seorang :
1. Yang secara sadar mengetahui cita-citanya.
2. Yang secara sadar memilih bentuk kehidupan yang akan ditempuhnya.
3. Yang tahu nilai-nilai yang dijunjung tinggi.
4. Yang tahu mana yang benar dan mana yang salah, serta melaksanakannya secara jujur.
Bangsa pun demikian pula, sebagai satu kesatuan hidup bersama.

Dengan demikian, pandangan hidup suatu bangsa adalah terkandung dalam :


1). Cita-cita bangsa.
2). Pikiran-pikiran yang mendalam, dan
3). Gagasan mengenaai wujud kehidupan yang baik.

Pandangan hidup suatu bangsa ialah intisari (kristalisasi) dan nilai-nilai yang memiliki
bangsa itu, dan yang diyakini kebenarannya yang berdasarkan pengalaman sejarah, dan
yang telah menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkannya dalam kehidupan
sehari-hari.

2. Pandangan Hidup Bangsa indonesia


Setiap bangsa yang ingin bediri kokoh dan mengetahui dengan jelas kearah mana tujuan
yang ingin dicapai sangat memerlukan pandangan hidup. Dengan pandangan hidup inilah
sesuatu bangsa akan memandang persoalan-persoalan yang dihadapi dan menentukan arah
serta cara bagaimana bangsa itu memecahkan persoalan-persoalan tersebut.
Negara Indonesia memang tergolong muda dalam barisan Negara-negara di dunia.
Tetapi bangsa Indonesia lahir dari sejaah dan kebudayaan yang tua, melalui gemilangnya
Kerajaan Sriwijaya, Majapahit dan Mataram, kemudian mengalami masa penderitaan akibat
penjajahan bangsa lain sepanjang tiga setengah abad, sampai akhirnya bangsa Indonesia
berhasil memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejarah
perjuangan bangsa Indonesia untuk merebut kembali kemerdekaan nasionalnya sama
tuanya dengan sejarah penjajahan itu sendiri.
Pancasila bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945, melainkan telah melalui proses
yang panjang, dimatangkan oleh sejarah perjuangan bangsa kita sendiri, dengan melihat
pengalaman bangsa-bangsa lain, dengan melihat pengalaman bangsa-bangsa lain, dengan
diilhami bangsa kita dan gagasan-gagasan besar bangsa kita. Hal ini tampak dalam sejarah
bahwa meskipun dituangkan dalam rumusan yang agak berbeda, namun dalam tiga buah
Undang-Undang Dasar, yaitu UUD 1945, Mukadimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat
dan Mukadimah Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia (1950), Pancasila
tetap tercantumkan didalamnya. Pancasila yang selalu dikukuhkan dalam kehidupan
konstitusional kita, merupakan bukti sejarah bahwa Pancasila memang selalu dikehendaki
oleh bangsa Indonesia sebagai dasar kerohanian Negara, dikehendaki sebagai dasar Negara.

3. Pancasilan Sebagai Pandangan Hidup Bangsa


Manusia yang diciptakan oleh Tuhan Yang Mahakuasa, dikodratkan secara
mengelompok. Kelompok manusia itu akan selalu mengalami perubahan dan
perkembangan. Perkembangan diri manusia yang mengelompok itu sampai pada suatu
keadaan dimana mereka terjalin hubungan yang kuat dan serasi. Berdasarkan hal ini kita
dapat menyebutkan adanya kelompok suku bangsa Minangkabau, Batak, Jawa, Sunda,
Madura, Minahasa, Bugis, Banjar, dan banyak lagi suku-suku bangsa di tanah air. Semua
suku bangsa itu merupakan modal dasar terbentuknya kesadaran berbangsa dan adanya
bangsa Indonesia yang kita miliki kini adalah bagian dari bangsa itu waktu sekarang ini.
Kelompok-kelompok manusia tersebut dikatakan suku bangsa, karena mempunyai
tujuan hidup. Tujuan hidup kelompok ini akan membedakan mereka dengan kelompok suku
bangsa lain di Nusantara ini. Jadi kita kenal ada pandangan hidup suku Batak, Sunda, Jawa,
Minang dan Bugis serta banyak lagi pandangan hidup suku bangsa Indonesia ini.
Manusia Indonesia yang terikat oleh keyakinan kepada Tuhan Yang Mahakuasa dan
kuatnya tradisi sebagai sumber norma dan nilai kehidupan dalam masyarakat adalah tali
persaam pandangan hidup antara berbagai suku di Indonesia ini. Pandangan hidup kita
bernegara dan berbangsa tersimpul dalam falsafah kita Pancasila. Pancasila memberikan
pancaran dan arah untuk setiap orang Indonesia tentang masa depan yang ditempuhnya.
Inilah pandangan hidup orang Indonesia sebagaimana tertuang dalam kelima sila Pancasila.
BAB IV
PANCASILA SEBAGAI DASAR
NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1. Dasar Negara Republik Indonesia


Pancasila yang dikemukakan dalam Sidang I BPPK pada tanggal 1 Juni 1945 adalah
dikandung maksud dan tujuan dijadikan dasar dari Negara Indonesia Merdeka. Adapun
dasar itu haruslah berupa suatu falsafah yang menyimpulkan kehidupan dan cita-cita bangsa
dan Negara Republik Indonesia Merdeka. Diatas dasar itulah akan didirikan gedung Republik
Indonesia sebagai perwujudan kemerdekaan politik yang menuju kepada kemerdekaan
ekonomi, sosial dan budaya.
Landasar atau dasar itu haruslah kuat dan kokoh agar gedung yang berdiri diatasnya
akan tetap tegak sentosa untuk selama-lamanya. Landasan itu harus pula tahan uji terhadap
serangan-serangan baik dari dalam maupun dari luar.
Sidang BPPK telah menerima secara bulat Pancasila itu sebagai Dasar Negara Indonesia
Merdeka. Dalam keputusan sidang PPKI kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila
tercantum secara resmi dalam Pembukaan UUD RI. Undang-Undang Dasar yang menjadi
sumber ketatanegaraan harus mengandung unsur-unsur pokok yang kuat menjadi yang
menjadi landasan hidup bagi seluruh bangsa dan Negara, agar peraturan dasar itu tahan uji
sepanjang masa.

2. Pancasila Sebagai Dasar Negara Indonesia


Keputusan Sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 menetapkan Undang-Undang
Dasar bagi Negara Republik Indonesia yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus
1945. Undang-Undang Dasar tersebut ialah UUD 1945. Dalam Pembukaan UUD 1945 kita
temukan dasar Negara “Pancasila”. Oleh karena itu, secara yuridis Pancasila sah menjadi
dasar Negara Republik Indonesia.
Akibat hukum dari disahkannya Pancasila sebagai dasar Negara, maka seluruh kehidupan
bernegara dan bermasyarakat haruslah didasari oleh Pancasila. Landasan hukum Pancasila
sebagai dasar Negara memberi akibat hukum dan filosofis; yaitu kehidupan Negara dari
bangsa ini haruslah berpedoman kepada Pancasila.

Halaman 29
3. d

Anda mungkin juga menyukai