Anda di halaman 1dari 4

PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA

A. Pembentukan BPUPKI dan Persiapan Kemerdekaan Indonesia


Memasuki tahun 1944, posisi Jepang dalam Perang Asia Pasifik mulai terdesak. Dalam kondisi
demikian, Jepang beruusaha menarik simpati rakyat Indonesia. Melalui Perdana Menteri Kuniaki
Kaiso, Jepang menjanjikan kemerdekaan banasa Indonesia di kemudian hari. Pada.
Pemerintah militer Jepang di Jawa di bawah pimpinan Saiko Syikiki Kumakici Harada
membentuk Badan Penyelidik Usaha-Usa Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau
Dokurit, Junbi Cosakai.

BPUPKI diketuai oleh dr. K.R.T. Rajiman Wedyodiningn Wakil Ketua BPUPKI dijabat oleh
Icibangase (orang Jepang) dan R. P. Suroso. BPUPKI beranggotakan 60 orang ditambah orang
Jepang tanpa hak suara. Di luar anggota BPUPKI, dibentuk sebuah Badan Tata Usaha yang
dipimpin oleh R.P. Suroso dengan wakil Abdul Gafar Pringgodigdo dan Masuda (orang Jepang).
Anggota BPUPKI dilantik pada tanggal 29 Mei 1945. Setelah pelantikan, BPUPKI mengadakan
sidang yang berlang sung dalam dua tahap.

1. Sidang Pertama BPUPKI (29 Mei-1 Juni 1945)

Sidang pertama BPUPKI diadakan di gedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6 Jakarta
(sekarang Gedung Pancasila). Sidang pertama BPUPKI membahas masalah asas dan dasar negara
Indonesia merdeka. Pada sidang pertama itu terdapat tiga tokoh yang mengajukan pendapatnya
tentang dasar nega Ketiga tokoh tersebut adalah Mr. Muhammad Yamin, Prof. Mr. Supomo, dan
IR. Sukarno.

Pada tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yamin menyampaikan rancangan yang berisi lima
asas dasar negara Indonesia sebagai berikut.
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. PeriKetuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Sosial

Pada tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Mr. Supomo mengemukakan pendapat tentang dasar negara
Indonesia merdeka yang berisi lima asas sebagai berikut.
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan Lahir Batin
4. Musyawarah
5. Keadilan Rakyat

Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Sukarno tampil mengemukakan pendapatnya tentang falsafah
negara Indonesia yang juga terdiri atas lima asas.
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan Yang Maha Esa
atas saran seorang ahli bahasa, ke lima asas itu diberi nama Pancasila oleh Soekamo.

Dalam masa sidang pertama ini belum ada kata sepakat mengenai dasar negara Indonesia. Setelah
Ir. Sukarno mengemukakan pendapatnya, BPUPKI menutup sidang pertamanya. Setelah itu,
BPUPKI memasuki masa istirahat (reses) selama lebih dari satu bulan. Sebelum memasuki masa
istirahat, BPUPKI membentuk panitia kecil yang dikenal sebagai Panitia Sembilan yang diketuai
oleh Ir. Sukamo. Panitia Sembilan beranggotakan Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. A.A.
Maramis, Abikusno Cokrosuyoso, Abdul Kahar Muzakir, Haji Agus Salim, Mr. Ahmad Subarjo,
K.H.A. Wakhid Hasyim dan Mr. Muh. Yamin. Panitia ini bertugas mengolah hasil usul dan
konsep yang dikemukakan oleh para anggota BPUPKI mengenai dasar negara. Pada tanggal 22
Juni 1945, Ir. Sukarno melaporkan hasil kerja Panitia Sembilan kepada BPUPKI. Hasil kerja
Panitia Sembilan dikenal dengan nama Piagam Jakarta (Jakarta Charter) sesuai dengan nama
yang diberikan oleh Mr. Muh. Yamin. Menurut piagam Jakarta, dasar negara Indonesia merdeka
adalah sebagai berikut.

1
1. Ketuhanan dengan Kewajiban Menjalankan Syari'at Islam bagi Pemeluk-pemeluknya.
2. (menurut dasar) Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. (serta dengan mewujudkan suatu) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

2. Masa Persidangan Kedua BPUPKI (10-17 Juli 1945)

Sidang kedua BPUPKI membahas rancangan Undang-Undang Dasar (UUD) beserta


pembukaannya. Pada sidangnya yang kedua, BPUPKI membentuk tiga panitia, yaitu
a. Panitia Perancang UUD yang diketuai oleh Ir. Sukamo;
b. Panitia Pembela Tanah Air yang diketuai oleh Abikusno;
c. Panitia Keuangan dan Perekonomian yang diketuai oleh Moh. Hatta.

Dalam sidang kedua ini, Panitia Perancang UUD sepakat untuk menyetujui isi Piagam Jakarta
sebagai inti pembukaan UUD. Selanjutnya, Panitia Perancang UUD membentuk panitia kecil
yang beranggotakan tujuh orang dan diketuai oleh Prof. Dr. Mr. Supomo. Panitia ini bertugas
untuk membentuk batang tubuh UUD.

Pada tanggal 13 Juli 1945, Panitia Perancang UUD mengadakan sidang untuk membahas hasil
kerja panitia kecil perancang batang tubuh UUD. Pada tanggal 14 Juli 1945, sidang BPUPKI
menerima laporan Panitia Perancang UUD yang dibacakan oleh Ir. Sukarno. Dalam laporan
tersebut tercantum tiga masalah pokok,yaitu
a. pernyataan Indonesia merdeka;
b. pembukaan UUD;
c. batang tubuh UUD.

Setelah rancangan UUD berhasil disusun, pada tanggal 7 Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan.

B. Pembentukan PPKI dan Pernyataan Kemerdekaan Indonesia

Pada tanggal 6 Agustus 1945, Kota Hiroshima dibom atom oleh Sekutu (Amerika Serikat). Pada
tanggal 7 Agustus 1945, Jepang mengumumkan pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Junbi Iinkai. PPKI dibentuk untuk menggantikan BPUPKI yang
telah dibubarkan. PPKI diketuai oleh Ir. Sukamo, sedangkan wakil ketua dijabat oleh Drs. Moh.
Hatta. Pada awalnya, PPKI beranggotakan 21 orang, kemudian ditambah 6 orang. Dengan
penambahan jumlah anggota ini menunjukkan bahwa PPKI adalah lembaga milik dan bentukan
bangsa Indonesia.

Pada tanggal 9 Agustus 1945, Kota Nagasaki dibom atom oleh pasukan Sekutu (Amerika Serikat)
sehingga Jepang makin terdesak. Pada tanggal 9 Agustus 1945, Jenderal Besar Terauchi
memanggil Ir. Sukamo, Drs. Mohammad Hatta, dan dr. Rajiman Wedyodiningrat agar datang ke
markas besamya di Dalat (Vietnam). Dalam pertemuan tersebut, Jenderal Besar Terauchi
menyatakan bahwa pemerintah Jepang memutuskan akan memberikan kemerdekaan kepada
bangsa Indonesia. Pada tanggal 15 Agustus 1945, akhirnya Jepang menyerah tanpa syarat kepada
Sekutu.

C. Perbedaan Perspektif Antara Golongan Tua dan Golongan Muda ten-tang Proklamasi

Salah seorang pemuda bernama Sutan Syahrir mengetahui berita kekalahan Jepang. Ia kemudian
menemui Bung Karno dan Bung Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Pada tanggal 15 Agustus 1945, Bung Karno dan Bung Hatta memperoleh kepastian bahwa
Jepang benar-benar telah menyerah. Dengan demikian, terjadilah kekosongan kekuasaan atau
vacum of power di Indonesia. Pihak Jepang yang berkuasa telah menyerah, sedangkan pihak
Sekutu belum sampai ke Indonesia. Kekosongan kekuasaan ini dimanfaatkan bangsa Indonesia
untuk memproklamasikan kemerdekaan. Namun, pada saat itu terjadi perbedaan perspektif antara
golongan muda dan golongan tua mengenai pernyataan kemerdekaan.

Pada tanggal 15 Agustus 1945, para pemuda mengadakan rapat di Lembaga Bak-teriologi di
Jalan Pegangsaan Timur. Rapat dipimpin oleh Chaerul Saleh. Rapat memutuskan bahwa

2
kemerdekaan Indonesia harus segera dikumandangkan. Para pemuda sepakat agar Bung Karrno
dan Bung Hatta segera menyatakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Hasil keputusan rapat
disampaikan kepada Bung Karno oleh Darwis dan Wikana. Pemuda menghendaki agar
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dinyatakan pada tanggal 16 Agustus 1945. Akan tetapi,
golongan tua yang diwakili oleh Bung Karno dan Bung Hatta tidak menyetujui usul para pemuda.
Golongan tua menganggap bahwa proklamasi kemerdekaan perlu dibicarakan dahulu dalam rapat
PPKI.

Dengan demikian, usaha para pemuda untuk membujuk golongan tua agar segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia gagal. Hal inilah yang kemudian menjadi latar
belakang terjadinya peristiwa Rengasdengklok.

D. Peristiwa Rengasdengklok

Peristiwa Rengasdengklok terjadi pada tanggal 16 Agustus pukul 04.00 WIB. Pe-nstiwa
Rengasdengklok adalah peristiwa yang bertujuan untuk mengamankan Bung Karno dan Bung
Hatta ke Rengasdengklok yang dilakukan oleh para pemuda. Tujuan pengamanan tersebut adalah
agar Bung Karno dan Bung Hatta terbebas dari pengaruh Jepang dan mengetahui dukungan
Tentara Peta yang bermarkas di Kerawang. Tugas pengamanan terhadap Bung Karno dan Bung
Hatta dilaksanakan oleh Sukarni dan Jusuf Kunto.

Para pemuda mengamankan Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok. Di


Rengasdengklok, Bung Karno dan Bung Hatta ditempatkan di asrama tentara Peta pimpinan
Shodanco Subeno. Sesampainya di Rengasdengklok, para pemuda bermaksud nendesak Bung
Karno dan Bung Hatta agar segera menyatakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Akan tetapi,
usaha para pemuda tetap menemui kegagalan. Bung Karno dan Bung Hatta tetap tidak bersedia
memproklamasikan kemerdekaan pada hari itu juga.

Akhirnya, dalam suatu pembicaraan pribadi dengan Singgih, Bung Karno bersedia melaksanakan
proklamasi segera setelah kembali ke Jakarta. Pada hari itu juga, Mr. Ahmad Subarjo, Jusuf
Kunto, dan Sudiro menjemput Bung Karno dan Bung Hatta di Rengasdengklok. Ahmad Subarjo
memberi jaminan bahwa keesokan harinya selambat-lambatnya pukul 12.00 WIB, Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia akan dikumandangkan. Pada malam hari itu juga, Bung Karno dan Bung
Hatta kemlbali ke Jakarta.

3. Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Sebelum menyusun teks proklamasi, Bung Karno dan Bung Hatta menemui Mayor Jenderal
Nishimura untuk menjajaki sikapnya tentang rencana Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Akan
tetapi, Nishimura tidak berani mengizinkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia karena takut
disalahkan oleh Sekutu. Selanjutnya, para tokoh Indonesia memutuskan bahwa Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia harus tetap dilaksanakan dan lepas dari pengaruh Jepang.

Perumusan teks proklamasi kemerdekaan berlangsung di kediaman Laksamana Maeda di Jalan


Imam Bonjol No. 1 Jakarta. Perumusan teks proklamasi dilakukan oleh Bung Karno, Bung Hatta,
dan Ahmad Subarjo.

Dalam kesempatan itu, Ahmad Subarjo menyampaikan kalimat yang berbunyi, "Kami bangsa
Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia"

Kemudian Bung Hatta menambahkannya dengan kalimat yang berbunyi, "Hal-hal yang
mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain, diselenggarakan dengan cara saksama dan
dalam tempo yang sesingkat-singkatnya." Kata-kata tersebut ditulis tangan oleh Bung Karno
dalam sebuah kertas.

Setelah konsep (klad) teks proklamasi jadi, timbul persoalan tentang siapakah yang akan
menandatangani teks proklamasi. Sukarni kemudian mengusulkan agar teks proklamasi
ditandatangani oleh Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia. Setelah itu, konsep
teks proklamasi diserahkan kepada Sayuti Melik untuk diketik. Pada saat mengetik, Sayuti Melik
mengadakan beberapa perubahan sebagai berikut.
a. Kata "tempoh" diubah menjadi "tempo".
b. Kalimat "wakil-wakil” bangsa Indonesia" diubah menjadi "Atas nama bangsa Indonesia".
c. Penulisan tanggal juga diubah menjadi "Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen '05". Tahun 05

3
adalah tahun Sumera (tahun kelahiran kaisar pertama Jepang), yaitu tahun 2605 yang
sama dengan tahun 1945 Masehi.

Setelah selesai diketik, teks proklamasi ditandatangani oleh Bung Karno dan Bung Hatta.

4. Pernyataan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Pernyataan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan di halaman rumah Bung Karno di


Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta (sekarang menjadi Jl. Proklamasi) pada pagi hari pukul 10.00
WIB. Susunan acara pada saat upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia adalah sebagai
berikut.

a. Pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.


b. Pengibaran bendera Merah Putih.
c. Sambutan Wali Kota Suwiryo dan dr. Muwardi.

Teks proklamasi dibacakan oleh Bung Karno dengan didampingi oleh Bung Hatta. Setelah
pembacaan teks proklamasi, acara dilanjutkan dengan pengibaran bendera Merah Putih yang
dijahit sendiri oleh Ibu Fatmawati. Pengibaran bendera Merah Putih dilakukan oleh S. Suhud dan
Latief Hendraningrat. Seusai pengibaran bendera Merah Putih, acara dilanjutkan dengan
sambutan dari Wali Kota Suwiryo dan dr. Muwardi.

Setelah upacara proklamasi kemerdekaan, para pemuda dan pers menyebarluaskan berita bahagia
tersebut. Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia disebarluaskan ke seluruh pelosok Indonesia
dan dunia intemasional. Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia disebarluaskan melalui
Domei. Domei adalah Kantor Berita Jepang. Selain itu, berita Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia juga disebarluaskan melalui surat kabar. Surat kabar yang pertama kali
menyebarluaskan berita tersebut adalah surat kabar Soeara Asia di Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai