Anda di halaman 1dari 28

A.

Masa kemerdekaan (1945-1950)

1.Proklamasi kemerdekaan

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada hari Jumat, 17 Agustus


1945 tahun Masehi, atau tanggal 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang, yang
dibacakan oleh Soekarno dengan didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta
bertempat di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.

a. Persiapan kemerdekaan Indonesia

Menjelang akhir tahun 1944, posisi jepang dalam perang Asia Pasifik semakin
terdesak. Satu demi satu daerah jajahannya jatuh ke tangan pasukan sekutu. Untuk
menghadapi sekutu, jepang mencari dukungan kepada bangsa-bangsa yang di
duduki dengan memberikan janji kemerdekaan. Pada tanggal 7 September 1944
perdana Mentri Jendral Kurniaki Koiso menjanjikan kemerdekaan kepada Indonesia.
Janji ini dikemukakan di depan Parlemen Jepang, dengan tujuan untuk menarik
simpati Indonesia. Sebagai pembuktianya, ia mengizinkan pengibaran bendera
merah putih di kantor-kantor, terapi harus berdampingan dengan bendera Jepang.

1. Pembentukan Badan Penyelidikan Usaha persiapan Kemerdekaan Indonesia


(BPUPKI)

Berkaitan dengan janji yang telah dikemukakan oleh pihak Jepang pada, pada
1 Maret 1945, diumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan BPUPKI. BPUPKI terdiri atas 63 orang yang diketuai Dr. K.R.T
Radjiman Wedyodiningrat. Dalam aktivitasnya, BPUPKI mengadakan sidang
sebanyak 2 kali sidang pertama diadakan pada 29 Mei-1Juni 1945 dan sidang
kedua kedua dilaksanakan pada 10-17 Juli 1945.

a).sidang pertama BPUPKI

Hal pertama yang dibahas dalam sidang pertama BPUPKI adalah tentang
rumusan Dasar Negara Indonesia yaitu Pancasila.Seperti yang sudah diketahui
BPUPKI adalah organisasi yang didirikan oleh Jepang yang berdiri pada tanggal 1
Maret 1945. BPUPKI adalah Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (Dokuritsu Junbi Cosakai). Organisasi ini beranggotakan 64 orang di
bawah pimpinan dr. KRT Radjiman Wediodiningrat. BPUPKI mengadakan dua kali
pertemuan. Pada sidang pertama tanggal 29 Mei-1 Juni 1945. Pada sidang pertama
ini, BPUPKI membahas tentang rumusan dasar negara Indonesia. Dalam sesi
tersebut terdapat gagasan yang disampaikan oleh tiga tokoh nasional yaitu Bapak

1
Mohammad Yamin, Prof. dr. Soepomo, Instansi Ir Soekarno.Untuk melanjutkan
persidangan yang belum selesai, dibentuklah Panitia Sembilan yang beranggotakan
sembilan orang di bawah pimpinan Ir. Soekarno, Panitia Sembilan akan bertanding
pada masa reses, yaitu 2 Juni – 9 Juni 1945. Pada masa reses, terjadi perdebatan
antara kelompok nasionalis dan kelompok pembela syariat Islam. Akhirnya,
rumusan dasar negara Indonesia disepakati. Hasil kesepakatan itu disebut Piagam
Jakarta atau Piagam Piagam. Dalam pertemuan kedua tanggal 10 Juli - 16 Juli,
BPUPKI membahas konsep dasar hukum yang terdiri dari pembukaan dan batang
tubuh (pasal). Panitia kecil BPUPKI yang membahas rancangan Pembukaan UUD
1945 dengan suara bulat menyetujui rancangan yang dibuat oleh Panitia Sembilan.

b). Sidang kedua BPUPKI

Sidang kedua membahas rencana Undang-Undang Dasar (UUD). Sidang ini juga
membicarakan bentuk negara.Mengenai bentuk negara, mayoritas peserta sidang
setuju dengan bentuk Republik. Selanjutnya BPUPKI membentuk panitia kecil yang
beranggotakan 19 orang untuk mempercepat kerja sidang. Panitia ini bernama
panitia perancang UUD yang diketuai Ir. Soekarno. Panitia ini menyepakati piagam
Jakarta dijadikan sebagai inti pembukaan UUD. Panitia perancang UUD juga
membentuk panitia lebih kecil beranggotakan 7 orang yang diketuai oleh Soepomo
untuk merumuskan batang tubuh UUD.

Pada tanggal 14 Juli 1945 panitia perancang UUD yang diketuai Soekarno
melaporkan hasil kerja panitia yaitu:

• Pernyataan Indonesia merdeka

• Pembukaan Undang-Undang Dasar

• Batang tubuh UUD

Dengan demikian, panitia perancang UUD telah selesai melaksanakan tugasnya.


Pada tanggal 16 Juli 1945, BPUPKI menerima dengan bulat naskah Undang-Undang
Dasar yang dibentuk panitia perancang UUD.

2. Persiapan Kemerdekaan Indonesia dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu


Junbi Inkai. PPKI memiliki tugas yaitu melanjutkan hasil pekerjaan dari BPUPKI
setelah BPUPKI dibubarkan oleh Jepang pada tanggal 7 agustus 1945. PPKI
awalnya memiliki 21 anggota, namun pada akhirnya Pembentukan Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) .PPKI adalah singkatan dari Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Panitia tanpa sepengetahuan Jepang PPKI

2
menambahkan 6 orang anggota lagi. PPKI diresmikan pada tanggal 9 Agustus 1945
di Kota Ho CHi Minh, Vietnam oleh Jenderal Terauchi. Peresmian tersebut dihadiri
oleh Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta dan Dr. radjiman Wedyodiningrat.PPKI
dibentuk untuk menarik simpati golongan atau tokoh-tokoh di Indonesia supaya
bersedia untuk membantu Jepang dalam perang Pasifik pada tahun 1943. Pada
saat itu Jepang menjanjikan untuk memberi kemerdekaan kepada Indonesia
melalui Perjanjian Kyoto.

b. Peristiwa Rengadesbengklok

Latar Belakang Peristiwa Rengasdengklok .Peristiwa Rengasdengklok merupakan


aksi penculikan terhadap Soekarno dan Mohammad Hatta yang dilakukan oleh
sekelompok pemuda. Beberapa pemuda yang terlibat dalam penculikan ini antara
lain Sukarni, Wikana, dan Chaerul Saleh. Mereka semua merupakan anggota dari
perkumpulan "Menteng 31". Jiwa kepahlawanan mereka tergerak setelah berdiskusi
dengan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka yang tergabung dalam gerakan bawah
tanah. Pada 16 Agustus 1945, Soekarno bersama dengan Fatmawati dan Guntur
Soekarnoputra yang saat itu berusia 9 bulan, serta Mohammad Hatta, dibawa ke
Rengasdengklok oleh Shodanco Singgih, seorang anggota PETA, dan sejumlah
pemuda lainnya. Di Rengasdengklok, Karawang, para pemuda mendesak Soekarno
dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Republik
Indonesia.vSoekarno dan Hatta menolak tuntutan tersebut. Sebelumnya, telah ada
kesepakatan antara golongan tua (Soekarno, Hatta, dan Mr. Achmad Soebardjo)
dengan golongan muda, mengenai waktu yang tepat untuk melaksanakan
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Namun, para pemuda tetap
mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera mempercepat proklamasi
kemerdekaan. Meskipun menghadapi desakan, Soekarno dan Hatta tetap tidak
mengubah pendiriannya. Chairul Saleh dan teman-temannya yang berada di Jakarta
kemudian menyusun rencana untuk merebut kekuasaan. Namun, rencana yang
mereka susun tidak berhasil karena tidak semua anggota PETA mendukungnya.
Tujuan para pemuda membawa Soekarno dan Hatta sebenarnya memiliki maksud
yang baik, yaitu agar Soekarno dan Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Berita
yang menyebutkan bahwa Jepang akan menyerah kepada sekutu telah terdengar.
Meskipun demikian, para pemuda terus berusaha meyakinkan Soekarno dengan
mengatakan bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang Indonesia, termasuk
golongan muda, telah siap untuk melawan Jepang apapun risikonya. Peristiwa
Rengasdengklok adalah momen bersejarah di mana tokoh organisasi berhasil
meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu-buru dalam memproklamasikan
kemerdekaan. Sebelumnya, Bung Karno dan Bung Hatta merencanakan bahwa

3
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia akan diumumkan pada Jumat, 17
Agustus 1945, di Lapangan Ikada (kini Monas), atau di rumah Bung Karno di Jalan
Pegangsaan Timur No. 56 Namun, akhirnya diputuskan untuk membacakan
proklamasi di rumah Bung Karno. Keputusan ini diambil karena ada pengumuman
acara lain di Lapangan Ikada, dan tentara Jepang berjaga-jaga untuk mencegah
potensi kericuhan di sana, termasuk saat pembacaan naskah proklamasi. Oleh
karena itu, rumah Bung Karno menjadi lokasi yang lebih aman dan sesuai.
Sebelumnya, Bung Karno dan Bung Hatta bersama-sama menyusun teks
proklamasi di Rengasdengklok. Teks tersebut disusun di rumah seorang Tionghoa,
yaitu Djiaw Kie Siong. Pada tanggal 16 Agustus 1945, bendera merah putih, sebagai
bendera pusaka Indonesia, sudah dikibarkan oleh para pejuang Indonesia di
Rengasdengklok sebagai persiapan menjelang proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia. Sementara itu para pemuda di Jakarta belum mendapatkan kabar terkini
dari Rengasdengklok. Jusuf Kunto dikirim untuk berunding dengan para pemuda di
Jakarta, tetapi ia hanya berhasil bertemu dengan Wikana dan Mr. Achmad
Soebardjo. Mereka berdua berangkat ke Rengasdengklok untuk menjemput
Soekarno, Mohammad Hatta, Fatmawati, dan Guntur. Sesampainya di
Rengasdengklok, Achmad Soebardjo mengajak Bung Karno dan Bung Hatta untuk
segera kembali ke Jakarta guna membacakan proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia. Pembacaan proklamasi tersebut kemudian dilakukan di Jalan
Pegangsaan Timur No. 56, yaitu di rumah Bung Karno. Pada tengah malam tanggal
16 Agustus, rombongan dari Rengasdengklok tiba di Jakarta untuk melanjutkan
peristiwa penting berikutnya. Hasil Peristiwa Rengasdengklok Pada tanggal 17
Agustus 1945 pukul 10.00 WIB.

d. Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945

Peristiwa bersejarah mencapai puncaknya ketika pernyataan proklamasi


kemerdekaan Republik Indonesia secara resmi dikumandangkan.Teks proklamasi
ini disusun oleh sejumlah tokoh besar, termasuk Soekarno, Mohammad Hatta,
Achmad Soebardjo, Sudiro, dan Sayuti Melik. Dalam penyusunan teks proklamasi ini
Sayuti Melik memiliki peranan penting. Ia bertugas mengetik naskah menggunakan
mesin tik yang diambil dari kantor perwakilan angkatan laut Jerman, milik Mayor
(Laut) Dr. Hermann Kandeler. Golongan pemuda juga turut serta dalam perundingan
penyusunan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia. Konsep teks proklamasi itu
sendiri ditulis oleh Soekarno, yang dijuluki sebagai proklamator kemerdekaan
Republik Indonesia karena ia menjadi orang yang menulis dan membacakan teks
proklamasi. Pada 17 Agustus 1945, acara pembacaan proklamasi dimulai di
kediaman Soekarno, yaitu di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, pukul 10.00.

4
Soekarno membacakan teks proklamasi dengan pidato singkat dan tidak
menggunakan naskah tertulis. Acara ini dihadiri oleh beberapa tokoh penting
seperti Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani, dan Trimurti. Setelah pidato
singkat dan pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia oleh
Soekarno selesai, bendera merah putih yang dijahit oleh Fatmawati mulai dikibarkan.
Sambutan juga disampaikan oleh Soewirjo, yang saat itu menjabat sebagai wakil
walikota Jakarta, serta sambutan dari Moewardi selaku pemimpin Barisan Pelopor.
Bendera pusaka yang dikibarkan pada saat itu, kini disimpan di Museum Tugu
Monumen Nasional. Bendera merah putih tersebut tetap menjadi bendera bangsa
Indonesia hingga saat ini, untuk mewakili semangat dan kemerdekaan negara
Indonesia. Peristiwa ini menjadi tonggak sejarah yang mengukuhkan kemerdekaan
Republik Indonesia, sebuah momen bersejarah yang diabadikan dan dirayakan
setiap tahun pada tanggal 17 Agustus.

e.Sambutan Rakyat Terhadap Proklamasi Kemerdekaan

Puncak perjuangan bangsa dalam merebut kemerdekaan dari tangan penjajah


adalah dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945. Sebagian besar Rakyat Indonesia dapat dengan cepat menanggapi
hakikat dari makna proklamasi itu. Namun demikian, ada juga yang menanggapi
kemerdekaan itu adalah bebas dari segala-galanya, sehingga mereka berusaha
melawan kekuatan yang selama ini membelenggunya. Sikap inilah yang pada
gilirannya memunculkan perlawanan-perlawanan baik terhadap tentara Jepang
maupun kepada penguasa pribumi yang pada zaman kolonial Belanda maupun
Jepang yang berpihak kepada penjajah.

1. Rapat Raksasa di lapangan Ikada

Peristiwa Rapat Raksasa di Lapangan Ikada berlangsung pada 19 September


1945. Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta) sekarang menjadi lokasi berdirinya
Monumen Nasional (Monas).Dalam rapat itu, untuk pertama kalinya, terjadi
pertemuan antara rakyat dengan pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Presiden
Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, dan sejumlah menteri.

Meski pertemuan tersebut berjalan sangat singkat, Rapat Raksasa di Lapangan


Ikada mampu menggerakkan roda revolusi di awal kemerdekaan Indonesia yang
sangat tidak terasa di ibu kota. Penggagas Rapat Raksasa di Lapangan Ikada Rapat
Raksasa di Lapangan Ikada dipelopori oleh para pemuda yang tergabung dalam
Komite Van Aksi. Komite Van Aksi, yang juga memotori berbagai gerakan pemuda

5
di Jakarta, bermarkas di Jalan Menteng 31. Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta)
sekarang menjadi lokasi berdirinya Monumen Nasional (Monas). Dalam rapat itu,
untuk pertama kalinya, terjadi pertemuan antara rakyat dengan pemerintah
Indonesia yang diwakili oleh Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta,
dan sejumlah menteri. Meski pertemuan tersebut berjalan sangat singkat, Rapat
Raksasa di Lapangan Ikada mampu menggerakkan roda revolusi di awal
kemerdekaan Indonesia yang sangat tidak terasa di ibu kota. Penggagas Rapat
Raksasa di Lapangan Ikada Rapat Raksasa di Lapangan Ikada dipelopori oleh para
pemuda yang tergabung dalam Komite Van Aksi. Komite Van Aksi, yang juga
memotori berbagai gerakan pemuda di Jakarta, bermarkas di Jalan Menteng 31.
Para pemuda inilah yang menggalang kekuatan rakyat dan menginisiasi Rapat
Raksasa Ikada. Mereka meyakinkan para pemimpin negara, seperti Presiden
Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, dan para menteri, yang
memperhitungkan berbagai kemungkinan tidak terduga. Kemungkinan yang
dimaksud adalah reaksi pihak Jepang yang dapat merugikan perjuangan Indonesia.
Oleh karena itu, perwakilan pemerintah mengadakan rapat kabinet pada 19
September di rumah Soekarno. Namun, karena tidak kunjung mencapai
kesepakatan, sidang kabinet dilanjutkan di Jalan Lapangan Banteng Barat, yang
dihadiri juga oleh perwakilan Komite Van Aksi. Berkat perjuangan Komite Van Aksi,
rapat raksasa disetujui untuk diselenggarakan.

2. Tanggapan di Berbagai Daerah terhadap Proklamasi

Berita proklamasi segera menyebar ke berbagai daerah di Indonesia. Pekik


merdeka mewarnai salam masyarakat Indonesia di setiap gang, pasar, lembaga
pendidikan, dan berbagai tempat umum lainya. Rasa syukur atas kemerdekaan
dilakukan dengan berbagai cara. Doa syukur berkumandang di tempat-tempat
ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya. Rasa syukur terhadap
kemerdekaan bukan hanya diucapkan dengan lisan, tetapi juga dibuktikan dengan
perbuatan. Semangat kemerdekaan telah membakar keberanian rakyat Indonesia di
berbagai daerah.

2. Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pada saat proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17


Agustus 1945, Indonesia belum memiliki kepala pemerintahan dan sistem
administrasi wilayah yang jelas. Setelah proklamasi kemerdekaan, segera di bentuk
kelengkapan pemerintahan dengan tujuan agar pembangunan dapat berlangsung
dengan baik. Para pemimpin segera membentuk lembaga pemerintahan. PPKI
segera menyelanggarakan rapat-rapat yang menghasilkan beberapa keputusan

6
penting sebagai berikut.

A. Pengesahan UUD 1945

Rapat PPKI berangedakan untuk menyepakati pembukaan dan UUD Negara


Republik Indonesia. Piagam Jakarta yang dibuat oleh BPUPKI menjadi rancangan
awal, dan dengan sedikit perubahan disahkan menjadi UUD yang terdiri atas
pembukaan,batang tubuh yang terdiri 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan dan 2 ayat
aturan tambahan disertai dengan penjelasan. Dengan demikian, Indonesia memiliki
landasan hukum yang kuat dalam hidup bernegara dengan menentukan arahnya
sendiri.

B. Pemilihan presiden dan wakil presiden

Soekarno dan Hatta ditetapkan sebagai presiden dan wakil presiden pertama
Republik Indonesia secara aklamasi dalam musyawarah untuk mufakat. Lagu
kebangsaan Indonesia Raya mengiringi penetapan presiden dan wakil presiden
terpilih.

C. Pembagian wilayah Indonesia

Rapat PPKI tanggal 19 Agustus 1945 memutuskan pembagian wilayah


Indonesia menjadi delapan provinsi diseluruh bekas jajahan Hindia Belanda.
Kedelapan provinsi tersebut adalah Sumatera, Jawa Barat, Jawa tengah, Jawa
Timur, Sunda kecil, Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan

D. Pembentukan kementerian

Mr. Ahmad Subarjo melaporkan hasil rapat panitia kecil yang di pimpin olehnya.
Hasil rapat panitia kecil mengajukan adanya 13 kementrian. Pada 2 September
1945, dibentuk susunan kabinet RI yang pertama. Kabinet ini merupakan kabinet
presidensial yang bertanggung jawab kepada presiden. Anggotanya diangkat dan
diberhentikan oleh presiden. Tugasnya membantu presiden dalam menjalankan
roda pemerintahan sesuai amanat UUD 1945. Selain itu, diangkat pula empat
pejabat negara yang mengepalai beberapa lembaga negara, antara lain:
Kusumahatmaja (mahkamah agung), Gatot tarunamiharja ( jaksa agung), A.G
Pringgodigdo (sekretaris negara), dan Sukarjo wiryopranoto (juru bicara negara).

Adapun susunan kabinet RI yang pertama tersebut adalah sebagai berikut.

7
e. Pembentukan Komite nasional pusat (KNIP)

Tanggal 22 Agustus 1945 PPKI kembali menyelenggarakan rapat


pembentukan KNIP(Komite nasional Indonesia pusat) yang akan menggantikan PPKI.
Soekarno dan Hatta mengangkat 135 orang anggota KNIP yang mencerminkan
keadaan masyarakat Indonesia. Seluruh anggota PPKI kecuali Soekarno dan Hatta
menjadi anggota KNIP yang kemudian dilantik pada tanggal 29 Agustus 1945. Tugas
dan wewenang KNIP adalah menjalankan pungsi pengawasan dan berhak ikut serta
dalam menerapkan garis-garis besar haluan negara (GBHN)

F. Membentuk kekuatan pertahanan dan keamanan

Pada tanggal 23 Agustus, presiden Soekarno mengesahkan secara resmi


Badan Keamanan Rakyat(BKR) sebagai badan kepolisian yang bertugas menjaga
keamanan. Sebagian besar anggota BKR terdiri dari mantan anggota PETA, KNIL, dan
Heiho. Pada tanggal 5 Oktober berdirilah TKR (Tentara Keamanan Rakyat). Supriyadi
(Tokoh perlawanan tentara PETA terhadap jepang di Blitar) terpilih sebagai pimpinan
TKR. Atas dasar maklumat itu, Oerip sumihardjo segera membentuk Markas Besar
TKR yangdipusatkan di Yogyakarta.

3. Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan

Setelah memproklamasikan kemerdekaanya pada 17 Agustus 1945, bangsa


Indonesia masih harus menghadapi Belanda yang ingin mengembalikan kekuasaannya
atas Indonesia. Dalam mempertahankan kemerdekaannya, bangsa Indonesia

8
melakukan berbagai upaya. Bangasa Indonesia dalam mempertahankan
kemerdekaannya dilakukan dengan 2 cara, yaitu cara diplomasi dan cara perjuangan
fisik (perjuangan bersenjata).

a. Perjuangan fisik

1). Insiden hotel yamato

Insiden Hotel Yamato adalah peristiwa perobekan warna biru pada


bendera Belanda yang berkibar di Hotel Yamato (kini Hotel Majapahit) pada
tanggal 19 September 1945 di hotel Yamato, Surabaya. Insiden ini diawali oleh
tindakan beberapa orang Belanda yang mengibarkan bendera Belanda (merah-
putih-biru) di tiang bendera Hotel Yamato. Tindakan tersebut menimbulkan
kemarahan rakyat Surabaya. Mereka mendatangi hotel itu dan berusaha
menurunkan bendera tersebut. Akhirnya, bendera Belanda berhasil diturunkan
dan bagian bendera yang berwarna biru dirobek. Kemudian bendera dikibarkan
kembali sebagai bendera Indonesia (merah-putih). Pengibaran bendera Merah
putih diiringi dengan pekikan merdeka berulang kali.

2). Pertempuran Surabaya

Setelah terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, penggantinya, Mayor


Jenderal Robert Mansergh mengeluarkan ultimatum yang menyebutkan bahwa
semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan
meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan
mengangkat tangan di atas. Batas ultimatum adalah jam 6.00 pagi pada
tanggal 10 November 1945. Ultimatum tersebut kemudian dianggap sebagai
penghinaan bagi para pejuang dan rakyat yang telah membentuk banyak badan-
badan perjuangan / milisi. Ultimatum tersebut ditolak oleh pihak Indonesia
dengan alasan bahwa Republik Indonesia waktu itu sudah berdiri, dan TKR
(Tentara Keamanan Rakyat) juga telah dibentuk sebagai pasukan negara. Selain
itu, banyak organisasi perjuangan bersenjata yang telah dibentuk masyarakat,
termasuk di kalangan pemuda, mahasiswa dan pelajar yang menentang
masuknya kembali pemerintahan Belanda yang memboncengi kehadiran
tentara Inggris di Indonesia. Pada 10 November pagi, tentara Inggris mulai
melancarkan serangan. Pasukan sekutu mendapatkan perlawanan dari
pasukan dan milisi Indonesia. Selain Bung Tomo terdapat pula tokoh-tokoh
berpengaruh lain dalam menggerakkan rakyat Surabaya pada masa itu,
beberapa datang dari latar belakang agama seperti KH. Hasyim Asy'ari, KH.
Wahab Hasbullah, KH. Abdul Karim serta kyai-kyai pesantren lainnya juga

9
mengerahkan santri-santri mereka dan masyarakat sipil sebagai milisi
perlawanan (pada waktu itu masyarakat tidak begitu patuh kepada
pemerintahan tetapi mereka lebih patuh dan taat kepada para kyai/ulama)
sehingga perlawanan pihak Indonesia berlangsung alot, dari hari ke hari, hingga
dari minggu ke minggu lainnya. Perlawanan rakyat yang pada awalnya
dilakukan secara spontan dan tidak terkoordinasi, makin hari makin teratur.
Pertempuran ini mencapai waktu sekitar tiga minggu.

Bung Tomo bernama asli Soetomo. Ia lahir di Surabaya pada 3 Oktober 1920.
Bung Tomo dikenal sebagai orator yang mampu membangkitkan semangat
rakyat Surabaya untuk berjuang melawan sekutu. Bung Tomo merupakan
pemimpin BPRI pada pertempuran 10 November 1945. Bung Tomo memiliki
pikiran dan pandangan-pandangan yang kritis sehingga dianggap
membahayakan stabilitas nasional. Bung Tomo ditangkap pada 1978 dan
meninggal pada 7 Oktober 1981. Bung Tomo dimakamkan di Ngagel,
Surabaya.

10
3). Pertempuran lima hari disemarang

Pertempuran Lima Hari adalah adalah bentrokan antara pasukan Jepang


dari Tentara Keenambelas dan pasukan Indonesia yang terdiri dari personil
Badan Keamanan Rakyat dan pemuda pada bulan Oktober 1945 di kota
Semarang, Jawa Tengah. Pertempuran ini dianggap sebagai bentrokan besar
pertama yang melibatkan militer Indonesia.Dengan menyerahnya Jepang, pihak
berwenang Indonesia berusaha untuk menyita senjata Jepang untuk
mengantisipasi kembalinya Belanda. Ketegangan meningkat setelah garnisun
Semarang menolak untuk menyerahkan senjata mereka, dan setelah sebuah
insiden yang memicu pembantaian warga sipil Jepang, pertempuran pun pecah
antara pasukan Jepang dan Indonesia.

Kronologi

Pada 1 Maret 1942, tentara Jepang mendarat di Pulau Jawa, dan tujuh hari
kemudian, tepatnya, 8 Maret, pemerintah kolonial Belanda menyerah tanpa
syarat kepada Jepang. Sejak itu, Indonesia diduduki oleh Jepang Tiga tahun
kemudian, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu setelah dijatuhkannya
bom atom (oleh Amerika Serikat) di Hiroshima dan Nagasaki. Peristiwa itu
terjadi pada 6 dan 9 Agustus 1945 Mengisi kekosongan tersebut, Indonesia
kemudian memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Hal
pertama yang menyulut kemarahan para pemuda Indonesia adalah ketika
pemuda Indonesia memindahkan tawanan Jepang dari Cepiring ke Bulu, dan di
tengah jalan mereka kabur dan bergabung dengan pasukan Kidō Butai dibawah
pimpinan Jendral Nakamura dan Mayor Kido. Pada saat itu pasukan Kidō Butai
berjumlah 2000 orang. Selain itu, pasukan ini terkenal karena keberaniannya,
dan untuk maksud mencari perlindungan mereka bergabung bersama pasukan
Kidō Butai di Jatingaleh. Setelah kaburnya tawanan Jepang, pada Minggu, 14
Oktober 1945, pukul 6.30 WIB, pemuda-pemuda rumah sakit mendapat
instruksi untuk mencegat dan memeriksa mobil Jepang yang lewat di depan RS
Purusara. Mereka menyita sedan milik Kempetai dan merampas senjata
mereka. Sore harinya, para pemuda ikut aktif mencari tentara Jepang dan
kemudian menjebloskannya ke Penjara Bulu. Sekitar pukul 18.00 WIB, pasukan
Jepang bersenjata lengkap melancarkan serangan mendadak sekaligus
melucuti delapan anggota polisi istimewa yang waktu itu sedang menjaga
sumber air minum bagi warga Kota Semarang Reservoir Siranda di Candilama.
Kedelapan anggota Polisi Istimewa itu disiksa dan dibawa ke markas Kidō Butai
di Jatingaleh. Sore itu tersiar kabar tentara Jepang menebarkan racun ke dalam

11
reservoir itu. Rakyat pun menjadi gelisah. Cadangan air di Candi, desa Wungkal,
waktu itu adalah satu-satunya sumber mata air di kota Semarang. Sebagai
kepala RS Purusara (sekarang RSUP Dr. Kariadi) Dokter Kariadi berniat
memastikan kabar tersebut. Selepas Magrib, ada telepon dari pimpinan Rumah
Sakit Purusara, yang memberitahukan agar dr. Kariadi, Kepala Laboratorium
Purusara segera memeriksa Reservoir Siranda karena berita Jepang
menebarkan racun itu.Dokter Kariadi kemudian dengan cepat memutuskan
harus segera pergi ke sana. Suasana sangat berbahaya karena tentara Jepang
telah melakukan serangan di beberapa tempat termasuk di jalan menuju ke
Reservoir Siranda. Isteri dr. Kariadi, drg. Soenarti mencoba mencegah suaminya
pergi mengingat keadaan yang sangat genting itu. Namun dr. Kariadi
berpendapat lain, ia harus menyelidiki kebenaran desas-desus itu karena
menyangkut nyawa ribuan warga Semarang. Akhirnya drg. Soenarti tidak bisa
berbuat apa-apa. Ternyata dalam perjalanan menuju Reservoir Siranda itu,
mobil yang ditumpangi dr. Kariadi dicegat tentara Jepang di Jalan Pandanaran.
Bersama tentara pelajar yang menyopiri mobil yang ditumpanginya, dr. Kariadi
ditembak secara keji. Ia sempat dibawa ke rumah sakit sekitar pukul 23.30 WIB.
Ketika tiba di kamar bedah, keadaan dr. Kariadi sudah sangat gawat. Nyawa
dokter muda itu tidak dapat diselamatkan. Ia gugur dalam usia 40 tahun satu
bulan.

Tokoh-tokoh yang terlibat

Mengenai pertempuran lima hari di Semarang ini, ada beberapa tokoh yang
terlibat adalah sbb: dr. Kariadi, dokter yang akan mengecek cadangan air
minum di daerah Candi yang kabarnya telah diracuni oleh Jepang. Ia juga
merupakan Kepala Laboratorium Dinas Pusat Purusara. Mr. Wongsonegoro,
Gubernur Jawa Tengah yang sempat ditahan oleh Jepang. Dr. Sukaryo dan
Sudanco Mirza Sidharta, tokoh Indonesia yang ditangkap oleh Jepang bersama
Mr. Wongsonegoro. Mayor Kido (Pemimpin Kidō Butai), pimpinan Batalion Kidō
Butai yang berpusat di Jatingaleh. drg. Soenarti, Istri dr. Kariadi Kasman
Singodimejo, perwakilan .perundingan gencatan senjata dari Indonesia.

4). Bandung lautan api

Peristiwa Bandung Lautan Api adalah peristiwa kebakaran besar yang


terjadi di Bandung, provinsi Jawa Barat, Indonesia pada 24 Maret 1946. Sekitar
200.000 penduduk Bandung membakar kediaman mereka sendiri dalam
peristiwa tersebut [1], kemudian meninggalkan kota menuju pegunungan di
daerah selatan Bandung. Hal ini dilakukan untuk mencegah tentara Sekutu yang

12
dapat menggunakan kota Bandung sebagai markas strategis militer dalam
Perang Kemerdekaan Indonesia. Pembumi-hangusan Bandung tersebut
dianggap merupakan strategi yang tepat dalam Perang Kemerdekaan Indonesia
karena kekuatan TRI dan milisi rakyat tidak sebanding dengan kekuatan pihak
Sekutu dan NICA yang berjumlah besar. Setelah peristiwa tersebut, TRI
bersama milisi rakyat melakukan perlawanan secara gerilya dari luar Bandung.
Peristiwa ini menginspirasi Ismail Marzuki beserta para pejuang Indonesia saat
itu untuk mengubah dua baris terakhir dari lirik lagu Halo, Halo Bandung
menjadi lebih patriotis dan membakar semangat perjuangan. Beberapa tahun
kemudian, lagu Halo, Halo Bandung menjadi kenangan akan emosi yang para
pejuang kemerdekaan Republik Indonesia alami saat itu, menunggu untuk
kembali ke kota tercinta mereka yang telah menjadi lautan api.

5). Pertempuran Ambarawa

Pertempuran Ambarawa adalah pertempuran yang terjadi antara Indonesia


dengan tentara Inggris Peristiwa ini terjadi antara 20 Oktober sampai 15
Desember 1945 di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Pertempuran Ambarawa dimulai saat pasukan Sekutu dan NICA atau
Pemerintahan Sipil Hindia Belanda mulai mempersenjatai tawanan perang
Belanda di Ambarawa dan Magelang. Hal ini kemudian memicu kemarahan
pada penduduk setempat. Hubungan pun semakin runyam saat Sekutu mulai
melucuti senjata anggota Angkatan darat Indonesia Latar Belakang Peristiwa
Pertempuran Ambarawa dimulai saat terjadi insiden di Magelang. Pada 20
Oktober 1945, Brigade Artileri dari Divisi India ke-23 atau militer Inggris
mendarat di Semarang yang dipimpin oleh Brigadir Bethell. Oleh pihak Republik
Indonesia, Bethell diperkenankan untuk mengurus pelucutan pasukan Jepang.
Ia juga diperbolehkan untuk melakukan evakuasi 19.000 interniran Sekutu (APW)
yang berada di Kamp Banyu Biru Ambarawa dan Magelang. Tetapi, ternyata
mereka diboncengi oleh orang-orang NICA (Netherland Indies Civil
Administration) atau Pemerintahan Sipil Hindia Belanda. Mereka kemudian
mempersenjatai para tawanan Jepang. Pada 26 Oktober 1945, insiden ini pecah
di Magelang. Pertempuran pun berlanjut antara Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
dengan tentara Inggris. Pertempuran sempat berhenti setelah kedatangan
Presiden Soekarno dan Brigadir Bethell di Magelang pada 2 November 1945.
Mereka pun mengadakan perundingan untuk melakukan gencatan senjata.
Melalui perundingan tersebut tercapai sebuah kesepakatan, antara lain: Pihak
Inggris akan tetap menempatkan pasukannya di Magelang untuk melakukan
kewajibannya melindungi dan mengurus evakuasi APW. Jalan raya Magelang-

13
Ambarawa terbuka bagi lalu lintas Indonesia dan Inggris. Inggris tidak akan
mengakui aktivitas NICA dalam badan-badan yang berada di bawah
kekuasaannya. Sayangnya, pihak Inggris mengingkari perjanjian
tersebut.Kesempatan dan kelemahan yang ada dalam pasal tersebut
dipergunakan Inggris untuk menambah jumlah pasukannya yang berada di
Magelang. Puncak Pertempuran Pada 20 November 1945, di Ambarawa pecah
pertempuran antara TKR di bawah pimpinan Mayor Sumarto dan pasukan
Inggris.

6). Pertempuran Medan area

Pertempuran Medan Area adalah perlawanan rakyat terhadap Sekutu dan


Nederlandsch Indische Civiele Administratie (NICA) yang terjadi di Medan,
Sumatra Utara pada 1945. Pertempuran ini berawal ketika Sekutu mendarat di
Kota Medan pada 9 Oktober 1945 di bawah pimpinan Brigadir Jenderal T.E.D
Kelly. Kedatangan tentara Sekutu tersebut bertujuan mengambil alih
pemerintahan. Hal itu memicu munculnya perlawanan rakyat di Kota Medan.
Rakyat dan para pejuang di Sumatra Utara, khususnya Medan tidak tinggal diam
melihat hal tersebut. Maka terjadilah konflik bersenjata yang kemudian dikenal
sebagai Pertempuran Medan Area. Pertempuran ini terjadi tidak lama setelah
Hari Kemerdekaan Indonesia. Rakyat Medan baru mendengar kabar proklamasi
kemerdekaan Indonesia sepuluh hari setelah teks tersebut dibacakan, seperti
dikutip dari buku Cerita Perang Kemerdekaan Indonesia (2015). Berita tersebut
disampaikan pada 27 Agustus 1945 oleh Gubernur Sumatra, Teuku Moh.
Hassan. Rakyat Medan menyambut gembira dan mereka membentuk Barisan
Pemuda Indonesia. Sementara itu, tiga hari sebelumnya yakni pada 24 Agustus
1945, pemerintah Kerajaan Inggris dan Kerajaan Belanda telah menyepakati
Civil Affairs Agreement. Dalam persetujuan ini disebutkan bahwa panglima
tentara pendudukan Inggris di Indonesia akan memegang kekuasaan atas
nama Pemerintah Belanda.Kemudian Tentara Inggris yang diboncengi NICA
pimpinan Brigen T.E.D Kelly mendarat di Medan pada 9 Oktober 1945 dan
melaksanakan Civil Affairs Agreement.

Kronologi Pertempuran Medan Area Pada awalnya, pemerintah Indonesia di


Sumatra Utara menerima baik kedatangan pasukan Inggris yang berkaitan
dengan tugasnya membebaskan tawanan perang Belanda. Namun pada 13
Oktober 1945, salah seorang tentara NICA penghuni hotel di Jalan Bali
merampas dan menginjak-injak lencana merah putih yang dipakai pemuda
Indonesia. Dari sanalah peristiwa pertempuran ini dimulai. Para pemuda

14
menyerang gedung pemerintahan yang dikuasai Sekutu. Pertempuran ini
kemudian menjalar ke beberapa kota lainnya, seperti Pematang Siantar dan
Brastagi. Banyaknya insiden yang terjadi membuat Sekutu pada 18 Oktober
1945 mengultimatum rakyat agar menyerahkan senjata kepada Sekutu. Pada 1
Desember 1945, Tentara Sekutu memasang papan bertuliskan Fixed
Boundaries Medan Areas di pinggiran Medan untuk menunjukkan daerah
kekuasaan mereka. Sejak itulah istilah Medan Area menjadi terkenal.
Selanjutnya pada 10 Desember 1945, Sekutu melancarkan operasi militer besar
-besaran terhadap para pejuang Indonesia dengan mengikutsertakan pesawat
tempurnya. Pada April 1946, Sekutu berhasil menguasai Kota Medan, Tentara
Inggris kemudian mendesak pemerintah Indonesia di Medan untuk keluar dari
Medan. Kemudian pada 10 Agustus 1946 di Tebing Tinggi, diadakan pertemuan
para komandan pasukan yang berjuang di Medan Area. Dalam pertemuan
tersebut, terbentuklah Komando Resimen Laskar Rakyat untuk memperkuat
perlawanan di Kota Medan. Di bawah komando ini, Perjuangan di Medan Area
kembali bangkit. Komando ini terus memberikan perlawanan kepada pihak
Sekutu di wilayah Kota Medan. Pertempuran Medan Area berakhir tepatnya
pada 15 Februari 1947 pukul 24.00 setelah diperintahkan oleh Komite Teknik
Gencatan Senjata untuk penghentian kontak senjata. Kemudian, para Panitia
Teknik gencatan senjata juga melakukan perundingan untuk menetapkan garis-
garis demarkasi yang definitif untuk Medan Area. Dalam perundingan yang
kemudian berakhir pada tanggal 10 Maret 1947 itu, ditetapkanlah garis
demarkasi yang melingkari kota Medan serta daerah koridor Medan Belawan.
Dampak Pertempuran Medan Area Pertempuran yang berlangsung sengit
selama hampir dua tahun ini mengakibatkan sejumlah korban berjatuhan. Para
pejuang membalas serangan tersebut sehingga mengakibatkan bentrokan di
seluruh kota. Insiden Pertempuran Medan Area yang terjadi sejak 13 Oktober
1945 hingga April 1946 telah memakan banyak korban jiwa. Terdapat tujuh
orang pemuda gugur, tujuh orang NICA tewas, dan 96 orang NICA lainnya
mengalami luka-luka. Selain itu, beberapa daerah Kota Medan juga hancur
karena menjadi area pertempuran antara pihak Indonesia dengan Sekutu dan
NICA.

7). Pertempuran Puputan Margarana

Pertempuran Puputan margarana merupakan salah satu pertempuran


antara Indonesia dan Belanda yang terjadi pada tanggal 20 November 1945.
Pertempuran ini diawali dengan kedatangan pasukan Belanda berjumlah sekitar
2000 tentara disertai tokoh-tokoh yang bersedia bekerja sama dengan Belanda

15
di Bali. Kedatangan Belanda ke Bali bertujuan untuk membantu pendirian
sebuah negara boneka yang diberi nama Negara Indonesia Timur. Belanda
kemudian membujuk Letkol I Gusti Rai untuk bergabung. Namun, bujukan
tersebut di tolak. Pada 18 November 194, I Gusti Ngurah Rai menyerang
kedudukan Belanda di daerah Tabanan. Satu detasemen polisi lengkap dengan
senjatanya berhasil dilumpuhkan. Untuk mengahadapi pasukan Ngurah Rai,
Belanda mengerahkan seluruh pasukan yang berada di Bali dan Lombok .
Dalam pertempuran ini, pasukan Ngurah Rai melakukan "Puputan" atau perang
habis-habisan. Mereka bertekad tidak akan mundur sampai titik darah
penghabisan. Pertempuran berakhir dengan gugurnya Letkol I Gusti Ngurah Rai
bersama 96 orang anggota pasukan nya. Adapun dipihak Belanda, diperkirakan
sebanyak 400 tentara Belanda tewas dalam pertempuran ini. Untuk mengenang
peristiwa ini, didirikan Tugu pahlawan taman Pujaan Bangsa di daerah bekas
medan pertempuran.

8). Serangan umum 1 Maret 1949

Penyebab utama terjadinya serangan umum dilatarbelakangi oleh


propaganda Belanda ke dunia internasional yang mengklaim bahwa Indonesia
sudah hancur. Tak hanya itu, kelompok Belanda juga mengatakan bahwa
pasukan tentara Indonesia tidak ada yang tersisa meski negaranya sudah
merdeka. Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah serangan yang terjadi pada
tanggal 1 Maret 1949 di Yogyakarta. Serangan ini telah dipersiapkan oleh
jajaran tertinggi militer di wilayah Divisi III/GM III dengan mengikutsertakan
pimpinan pemerintah sipil setempat berdasarkan instruksi dari Panglima Divisi
III, Kol. Bambang Sugeng. Serangan ini bertujuan untuk membuktikan kepada
dunia internasional bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian
Negara Republik indonesia masih ada dan cukup kuat, dengan harapan dapat
memperkuat posisi Indonesia dalam perundingan yang sedang berlangsung di
Dewan Keamanan PBB. Perundingan tersebut memiliki tujuan utama untuk
mematahkan moral pasukan Belanda serta membuktikan pada dunia
internasional bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih mempunyai
kekuatan untuk mengadakan perlawanan. Soeharto pada waktu itu menjabat
sebagai Komandan Brigade X/Wehrkreis III turut serta sebagai pelaksana
lapangan di wilayah Yogyakarta. Akibat Dari pihak Belanda, tercatat 6 orang
tewas, dan di antaranya adalah 3 orang anggota polisi; selain itu 14 orang
mendapat luka-luka. Segera setelah pasukan Belanda melumpuhkan serangan
terebut, keadaan di dalam kota menjadi tenteram kembali. Kesibukan lalu-lintas
dan pasar kembali seperti biasa, malam harinya dan hari-hari berikutnya

16
keadaan tetap tenteram. Pada hari Selasa siang pukul 12.00 Jenderal Meier
(Komandan teritorial merangkap komandan pasukan di Jawa Tengah), Dr.
Angent (Teritoriaal Bestuurs-Adviseur), Kolonel van Langen (komandan
pasukan di Yogyakarta) dan Residen Stock (Bestuurs-Adviseur untuk
Yogyakarta) telah mengunjungi kraton guna membicarakan keadaan dengan Sri
Sultan. Dalam serangan terhadap Yogyakarta, pihak Indonesia mencatat korban
sebagai berikut: 300 prajurit tewas (Sebagian besar para pejuang berani mati),
53 anggota polisi tewas, rakyat yang tewas tidak dapat dihitung dengan pasti.

b. Perjuangan diplomasi

Melalui perjuangan diplomasi, bangsa Indonesia berupaya menunjukan


kepada dunia internasional bahwa kemerdekaan dan kedaulatan yang telah di raih
bangasa Indonesia pantas untuk di bela dan di pertahankan. Selain itu, bangsa
Indonesia berusaha menunjukan sikap dan itikad baik dalam menyelesaikan
perselisihan dengan Belanda. Berikut ini adalah beberapa upaya diplomasi yang di
lakukan oleh bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaannya.

1). Perundingan Linggajati

Perundingan Linggajati adalah perundingan antara Indonesia dan Belanda


yang di lakukan di Linggajati, Kuningan, Jawa Barat. Kuningan Linggajati
dilaksanakan pada tanggal 10 November 1946. Perundingan ini menghasilkan
beberapa kesepakatan yang ditandatangani secara resmi oleh kedua negara pada
tanggal 25 Maret 1947. Informasi mengenai pengendingan Linggajati dapat kamu
amati pada berikut.

Delegasi

Indonesia sutan Syahrir (ketua delegasi)

Belanda Wim schermerhorn (ketua delegasi)

Inggris Lord Killearn (mediator perundingan)

Kesepakatan

• belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia, yaitu Sumatra,


Jawa, dan Madura.

• Belanda harus meninggalkan wilayah Republik Indonesia paling lambat tanggal


1 Januari 1949.

17
• Republik Indonesia dan Belanda sepakat membentuk negara Republik Indonesia
Serikat (RIS), dimana salah satu negara bagianya adalah Republik Indonesia.

• Dalam bentuk RIS Indonesia harus tergabung dalam commonwealth/


persemakmuran Indonesia-Belanda dengan ratu Belanda sebagai ketuanya.

Dampak bagi Indonesia

• Republik Indonesia mendapat pengakuan kedaulatan dari beberapa negara,


diantaranya Inggris, Amerika Serikat, Mesir, Lebanon, suriah, Afghanistan,
Myanmar, Yaman, Saudi Arabia, dan Uni Soviet

• Muncul pihak yang mendukung dan menolak hasil perundingan di kalangan


rakyat Indonesia. Sebagian rakyat Indonesia menganggap hasil perundingan
merugikan Indonesia.

Meskipun persetujuan Linggajati telah ditandatangani, hubungan Indonesia-


belanda tidak bertambah baik. Perbedaan penafsiran mengenai beberapa pasal
persetujuan menjadi perselisihan. Penafsiran itu misalnya, sebelum RIS terbentuk.
Belanda menganggap bahwa Belanda berdaulat atas wilayah Indonesia,
sementara Indonesia menganggap bahwa Indonesia yang berdaulat sebelum RIS
terbentuk.

Belanda tetap kukuh terhadap penafsiran tersebut. Kekukuhan Belanda ini


diperlihatkan dengan melakukan penyerangan secara tiba-tiba terhadap daerah-
daerah yang menjadi wilayah RI sesuai hasil Perjanjian Linggajati pada 21 Juli
1947. Peristiwa ini dikenal sebagai Agresi militer Belanda I.

Pada Agresi militer ini, Belanda berhasil menguasai Jawa Barat, sebagian Jawa
tengah sebelah Utara, sebagian Jawa timur, Madura, dan sebagian Sumatra timur.
Untuk menghadapi Belanda, pasukan TNI melancarkan taktik gerilya. Dengan
taktik gerilya, ruang gerak pasukan Belanda berhasil dibatasi. Gerakan pasukan
Belanda hanya berada di kota-kota besar jalan-jalan raya, sedangkan diluar kota
kekuasaan berada di tangan pasukan TNI

2). Perundingan Renville

Agresi militer Belanda I mendapat reaksi dari dunia internasional, khususnya


dalam forum PBB. Dalam rangka usaha penyelesaian damai, maka dewan
keamanan PBB membentuk komisi tiga Negara (KTN). Negara-negara anggota
KTN yaitu Australia (pilihan Indonesia) diwakili oleh Richard Kirby, Belgia (pilihan
Belanda) diwakili oleh Paul Van zeeland, Amerika Serikat (pilihan Indonesia dan

18
Belanda) diwakili oleh Paul Van Zeeland, Amerika Serikat (pilihan Indonesia dan
Belanda) diwakili oleh Frank porter Graham. KTN kemudian mengusulkan sebuah
perundingan yang diselenggarakan di atas kapal Angkatan laut Amerika Serikat
yang bernama USS Renville yang berlabuh di teluk Jakarta. Perundingan ini
dikenal dengan nama perundingan Renville.

Delegasi

Indonesi Amir syarifuddin Harahap (Ketua delegasi)

Belanda Abdul Kadir widjojoatmodjo (ketua delegasi)

KTN •Frank porter Graham

•Richard Kirby (mediator perundingan)

Kesepakatan

• penggentin tembak-menembak

• Belanda hanya mengakui Jawa tengah, Yogyakarta, dan Sumatra sebagai bagian
wilayah Republik Indonesia

• disetujuinya sebuah garis demarkasi yang memisahkan wilayah Indonesia dan


daerah pendudukan Belanda

• TNI harus ditarik mundur dari daerah daerah pendudukan Belanda.

• Belanda bebas membentuk negara negara federal di daerah daerah yang


didudukinya dengan melalui masa peralihan terlebih dahulu.

Dampak bagi Indonesia

Wilayah Indonesia menjadi sempit dan dikelilingi oleh wilayah wilayah yang
dikuasai Belanda.

Kesepakatan yang dicapai pada perundingan Renville ternyata juga diingkari


oleh Belanda. Pada tanggal 19 Desember 1948, Belanda melancarkan Agresi
Militer Il. Belanda berhasil menduduki ibu kota RI, Yogyakarta. Para pemimpin
Indonesia seperti Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta ditangkap dan
diasingkan ke Bangka. Sebelum Yogyakarta jatuh, Pemerintah RI telah
membentuk pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Sumatra Barat.
PDRI ini dijalankan oleh Mr. Syarifuddin prawinegara. Selain itu, dibentuk pula
komando perang Gerilya yang dipimpin jenderal Sudirman. Pasukan Indonesia

19
yang sebelumnya ditarik dari daerah pendudukan Belanda diinstruksikan kembali
ke daerah masing-masing untuk melaksanakan perang secara gerilya. Selama
Agresi Militer II, Belanda selalu mempropagandakan bahwa setelah ditangkapnya
pemimpin-pemimpin RI, maka pemerintah RI sudah tidak ada. Akan tetapi,
propaganda Belanda tersebut dapat digagalkan oleh PDRI. PDRI menunjukan
kepada dunia internasional bahwa pemerintah Indonesia masih berlangsung.

3). Perundingan Roem-Royen

Untuk mengatasi agresi militer Belanda, PBB mengadakan sidang pada


tanggal 22 Desember 1948 dan menghasilkan sebuah resolusi yang isinya
mendesak supaya permusuhan antara Indonesia dan Belanda segera dihentikan
dan pemimpin Indonesia yang ditahan segera dibebaskan. KTN ditugaskan untuk
mengawasi pelaksana resolusi tersebut. Untuk meluaskan wewenangnya, maka
KTN diubah namanya menjadi UNCI (United Nations Commision for Indonesia)
yang diketuai oleh Merle cochran. Atas inisiatif UNCI, pada tanggal 14 April 1949
diadakan perundingan Republik Indonesia dan Belanda. Perundingan ini diadakan
di Hotel Des indes, jakarta.

Delegasi

Indonesia Mr. Moh. Roem (ketua delegasi)

Belanda Dr. J. H. Van Royen (ketua delegasi)

UNCI Merle cochran (mediator perundingan)

Kesepakatan

Pihak Indonesia menyatakan kesedihan untuk:

• Menghentikan perang Gerilya

• Bekerja sama dalam mengembalikan perdamaian dan menjaga ketertiban dan


keamanan

• Turut serta dalam konferensi meja bundar di Den haag.

Pihak Belanda menyatakan kesediaan untuk:

• Menyetujui kembalinya pemerintah Republik Indonesia ke yogyakarta

• Menjamin penghentian gerakan militer dan membebaskan semua tahanan


politik

20
• Tidak akan mendirikan negara-negara yang ada di daerah yang dikuasai oleh
Republik Indonesia sebelum 19 Desember 1948

• Berusaha dengan sesungguh-sungguhnya supaya KMB segera diadakan


sesudah pemerintah Republik kembali ke Yogyakarta.

Dampak bagi Indonesia

Pemerintah Republik Indonesia kembali ke Yogyakarta

4). Konferensi meja bundar

Konferensi meja bundar (KMB) adalah sebuah pertemuan yang dilaksanakan


di Den Haag, Belanda, dari 23 Agustus sampai 2 November 1949. Konferensi
meja bundar merupakan tindak lanjut dari perundingan- perundingan sebelumnya.
Konferensi ini merupakan titik terang bagi bangsa Indonesia dalam upaya
mempertahankan kemerdekaannya.

Delegasi

Indonesia Drs. Moh Hatta (ketua delegasi)

Belanda J.H. Can maarseveen

BFO (Bijeenkomst Voor Federaal Overleg) BFO adalah suatu badan yang
merupakan kumpulan-kumpulan negara-negara bagian bentukan Belanda.

Sultan Hamid II (ketua delegasi)

UNCI Chritchley (ketua delegasi)

Kesepakatan

• Belanda mengakui RIS sebagai negara yang merdeka dan berdaulat

• pengakuan kedaulatan dilakukan selambat-lambatnya tanggal 30 Desember


1949

• Masalah irian Barat akan diadakan perundingan lagi dalam 1 tahun setelah
pengakuan kedaulatan RIS.

• Antara RIS dan kerajaan Belanda akan diadakan hubungan uni Indonesia-
Belanda yang diketuai Belanda

• RIS harus membayar semua utang Belanda sejak tahun 1942

21
Dampak bagi Indonesia

• Belanda mengakui kemerdekaan Republik Indonesia Serikat

• konflik dengan Belanda dapat diakhiri dan pembangunan dapat dimulai

• Irian Barat belum bisa diserahkan kepada Republik Indonesia

• Negara Indonesia berubah bentuk menjadi negara serikat yang tidak sesuai
dengan cita-cita proklamasi

Sebagaimana kesepakatan yang diperoleh pada konferensi meja bundar, pada


tanggal 27 Desember 1949 pemerintah Belanda menyerahkan kedaulatan atas
Republik Indonesia Serikat. Penyerahan dan sekaligus pengakuan kedaulatan
tersebut dilakukan di dua tempat, yaitu di Belanda dan di Indonesia. Di Belanda,
penyerahan kedaulatan dilakukan oleh Ratu juliana kepada kepala delegasi RIS
Drs. Moh Hatta. Adapun di jakarta, penyerahan kedaulatan dilakukan A.H.J Lovink
kepada wakil pemerintah RIS, Sri Sultan hamengkubowono IX. Penyerahan
kedaulatan ini menandakan berakhirnya masa penjajaha Belanda di Indonesia
secara formal.

4. Perkembangan politik Indonesia pada masa kemerdekaan

a. Republik Indonesia Serikat

Sesuai hasil kesepakatan konferensi meja Bundar, bentuk negara Republik


indonesia berubah menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS) Republik Indonesia
serikat (RIS) Republik Indonesia Serikat (RIS) lahir atas hasil konferensi Meja
Bundar (KMB) yang dilaksanakan di Den Haag pada tanggal 2 November 1949.
Pada saat itu RIS terbagi kedalam 7 negara bagian dan 9 satuan kenegaraan yang
kemudian memisahkan masing-masing kekuasaan daerah. Namun, RIS yang
berbentuk negara federal memecah belah persatuan bangsa. Pada Januari 1950
muncullah gagasan untuk pembubaran RIS. Pembubaran RIS diawali konferensi
bersama pada tanggal 13 Mei 1950. Kemudian konferensi kedua dilaksanakan pada
tanggal 19 Mei 1950 yang menyetujui pembubaran RIS dan pembentukan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang sesuai dengan proklamasi kemerdekaan
Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945.

b. Kembali menjadi negara Kesatuan Republik Indonesia

Setelah pengakuan kedaulatan RIS, tuntutan bergabung dengan negara RIS semakin
luas. Tuntutan semacam ini memang dibenarkan oleh konstitusi RIS pada pasal 43

22
dan 44. Penggabungan antara negara atau daerah dimungkinkan karena kehendak
rakyat. Maka, pada 8 Maret 1950 pemerintah RIS dengan persetujuan DPR dan
Senat RIS mengeluarkan Undang-undang Darurat No. 11 Tahun 1950 tentang Tata
Cara Perubahan Susunan Kenegaraan RIS. Setelah dikeluarkan UU Darurat No. 11
itu, maka negara-negara bagian atau daerah otonom seperti Jawa Timur, Jawa
Tengah dan Madura bergabung dengan RI di Yogayakarta. Karena semakin banyak
negara-negara bagian atau daerah yang bergabung dengan RI, maka sejak 22 April
1950, negara RIS hanya tinggal tiga yaitu Republik Indonesia, Negara Sumatera
Timur dan Negara Indonesia Timur. Perdana Menteri Republik Indonesia RIS, Moh
Hatta mengadakan pertemuan dengan Sukawati (NIT) dan Mansur (Negara
Sumatera Timur). Mereka sepakat membentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).

c. Gangguan keamanan

1). Pemberontakan PKI madiun 1945

Pemberontakan PKI Madiun terjadi pada 18 September 1948 yang bertujuan untuk
menggulingkan pemerintahan Indonesia dan mengganti landasan negara. Tokoh
yang ada dibelakang gerakan pemberontakan PKI Madiun adalah Amir Sjarifuddin
dan Muso. Tujuan Pemberontakan PKI Madiun ini adalah selain berusaha
menggulingkan pemerintah Indonesia, pemberontakan PKI di Madiun juga memiliki
tujuan-tujuan lain. Berikut tujuan pemberontakan PKI Madiun.

• Membentuk negara Republik Indonesia Soviet

• Mengganti dasar negara Pancasila dengan Komunisme

• Mengajak petani dan buruh untuk melakukan pemberontakan

2). Pemberontakan DI/TII ( Darul islam/Tentara Islam Indonesia)

Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) merupakan konflik


politik pertama yang terjadi di Indonesia pasca kemerdekaan. Gerakan ini
menginginkan Indonesia berdiri sebagai negara islam. Diketahui gerakan ini dimulai
oleh Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo sekitar tahun 1948-1949 di Jawa barat.
Sejak saat itu, pemberontakan menyebar ke berbagai daerah lain yakni Jawa
Tengah, Aceh, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan

a). Jawa Barat

Pemberentokan DI/TII di Jawa Barat dipimpin oleh S.M. Kartosuwiryo yang

23
memiliki cita-cita mendirikan Negara Islam Indonesia. Cita-citanya membentuk
Negara Islam Indonesia (NII) diwujudkan melalui proklamasi yang di kumandangkan
pada tanggal 7 Agustus 1949 di Desa Cisayong, Jawa Barat. Untuk mengatasi
pemberontakan yang di lakukan oleh Kartosuwiryo, Pasukan TNI dan rakyat
menggunakan Operasi Pagar Betis di Gunung Geber.

Akhirnya, pada tanggal 4 1963 kantosuwiryo berhasil di tangkap

b). Sulawesi Selatan

Pemberontakan DI/TII di sulawesi selatan dipimpin oleh kahar muzakar.

Pemberontakan ini disebabkan oleh Kahar Muzakar yang menempatkan laskar-


laskar rakyat Sulawesi Selatan ke dalam lingkungan APRIS (angkatan perang
Republik Indonesia serikat). Selain itu, berkeinginan untuk menjadi pemimpin dan
anggota APRIS. Pada tanggal 17 Agustus 1951. Kahar Muzakar bersama dengan
pasukannya melarikan diri kehutan pada tahun 1952 ia mengumumkan bahwa
Sulawesi Selatan menjadi bagian dari negara islam indonesia pimpinan
Kartosuwiryo di jawa barat. Penumpasan terhadap pemberontakan yang dilakukan
oleh kahar Muzakar mengalami kesulitan sebab tempat persembunyian mereka
berada di hutan yang ada di daerah pegunungan. Akan tetapi, pada bulan februari
1965 berhasil ditumpas oleh TNI.

c). Aceh

Pemberontakan DI/TII di aceh dipimpin oleh daud Beureuh yang merupakan


mantan gubernur aceh. Pemberontakan ini disebabkan oleh status aceh yang
semula nenjadi daerah istimewa diturunkan menjadi daerah karesidenan di bawah
provinsi Sumatra Utara. Kebijakan pemerintah tersebut ditentang oleh daud beureuh
sehingga pada tanggal 21 September 1953 ia mengeluarkan maklumat tentang
Aceh ke dalam negara islam indonesia pimpinan Kartosuwiryo pemerintah Republik
Indonesia memberantas pemberantas pemberontakan di Aceh dengan operasi
militer dan musyawarah dengan rakyat Aceh, sehingga pada tanggal 17-28
Desember 1962 diselenggarakan musyawarah kerukunan rakyat Aceh dan melalui
musyawarah tersebut maka berhasil dicapai penyelesaian secara damai.

d). Kalimantan Selatan

Pemberontakan DI/TII di Kalimantan selatan dipimpin oleh ibnu Hajar yang


menamakan gerakannya dengan sebutan kesatuan rakyat yang tertindas. Pada
tahun 1945, Ibnu Hajar secara resmi bergabung dengan Negara Islam indonesia dan

24
di tunjuk sebagai panglima tertinggi Tll (tentara islam indonesia) pada tahun 1963,
pemerintah indonesia berhasil menumpas pemberontakan ini, Ibnu Hajar dan anaka
buahnya berhasil ditangkap.

5. Perkembangan ekonomi Indonesia pada masa kemerdekaan

Pada masa kemerdekaan keadaan ekonomi bangsa Indonesia masih belum stabil.
Hal ini disebabkan oleh masalah-masalah ekonomi yang terjadi saat itu. Masalah-
masalah tersebut antara lain sbg berikut

a. Permasalahan inflasi

Beberapa bulan setelah proklamasi kemerdekaan, bangsa Indonesia mengalami


inflasi yang terlalu tinggi (hiperinflasi ). Inflasi terjadi karena mata uang Jepang
beredar secara tak terkendali. Pada saat itu, pemerintah tidak dapat menyatakan
mata uang Jepang tidak berlaku karena belum memiliki mata uang sendiri sebagai
penggantinya. Kas Negara pun kosong, pajak dan bea masuk sangat kecil. Untuk
mengatasi masalah ini, pemerintah mengambil kebijakan berlakunya mata uang De
javasche bank , mata uang pemerintah Hindia Belanda dan mata uang pendudukan
Jepang.

b. Blokade laut

Blokade laut yang dilakukan oleh Belanda dimulai pada bulan November 1945.
Blokade ini menutup pintu keluar masuk perdagangan Indonesia. Akibatnya, barang-
barang dagangan milik Indonesia tidak dapat diekspor, dan Indonesia tidak dapat
memperoleh barang-barang impor yang sangat di butuhkan. Tujuan Belanda
melakukan blokade ini adalah untuk meruntuhkan perekonomian Indonesia. Dalam
rangka menghadapi blokade laut ini, pemerintah melakukan berbagai upaya,
diantaranya sebagai berikut.

1). Melaksanakan program pinjaman nasional

Program pinjaman nasional dilaksanakan oleh menteri keuangan Ir. Surachman


dengan persetujuan dari badan pekerja komite nasional Indonesia pusat (BP-KNIP).
Pinjaman yang direncanakan sebanyak 1 miliar rupiah dan dibagi atas dua tahap.
Pinjaman akan dibayar kembali selambat-lambatnya dalam waktu 40 tahun. Pada
bulan juli 1946, seluruh penduduk Jawa dan Madura diharuskan menyetorkan
sejumlah uang kepada bank tabungan pos dan rumah-rumah pegadaian.
Pelaksanaan pinjaman ini dinilai sukses. Kesuksesan merupakan bukti dukungan
rakyat terhadap negara. Tanpa dukungan dan kesadaran rakyat yang tinggi, dapat

25
dipastikan negara akan mengalami kebangkrutan.

2). Melakukan diplomasi ke india

Pada tahun 1946, Indonesia membantu pemerintah India yang tengah


mengahadapi bahaya kelaparan dengan mengirimkan beras seberat 500.000 ton.
Sebagai imbalannya, pemerintah India menjanjikan akan mengirimkan bahan
pakaian yang sangat dibutuhkan oleh rakyat Indonesia. Selain bersifat ekonomis,
pengiriman bantuan ke India bersifat politis karena India merupakan negara Asia
yang paling aktif mendukung perjuangan diplomatik dalam rangka solidaritas
negara-negara Asia.

3). Mengadakan hubungan dagang langsung ke luar negeri

Usaha mengadakan hubungan dagang ke luar negeri itu dirintis olehBanking and
Tranding Coperation BTC), suatu badan perdagangan semi pemerintah. BTC
berhasil mengadakan kontak dengan perusahaan swasta Amerika Serikat. Dalam
transaksi pertama, pihak Amerika Serikat bersedia membeli barang-barang ekspor
seperti gula, teh , dan karet.

Usaha lain untuk mengadakan hubungan dagang langsung ke luar negeri juga
dilakukan melalui sumatra. Tujuan utamanya adalah Singapura dan Malaya. Usaha
ini dilakukan dengan perahu layar dan kapal motor cepat. Pelaksanan penembusan
blokade dilakukan oleh angkatan laut Republik Indonesia dengan bantuan dari
pemerintah daerah penghasil barang-barang ekspor. Melalui upaya ini, Indonesi
berhasil menjual barang-barang ekspor dan memperoleh barang-barang impor yang
di butuhkan.

Diplomasi Beras

Sebagai bangsa yang pernah mengalami penjajahan bangsa asing, antara India dan
Indonesia terjalin rasa senasib dan sependeritaan. Perasaan ini makin diperkuat lagi
karena keduanya sama-sama anti penjajahan. Pada masa-masa sulit, pemerintah
Indonesia pernah mengirim bantuan berupa 500.000 ton padi pada India yang sedang
mengalami bahaya kelaparan. Hal ini merupakan hasil kesepakatan antara PM. Syahrir
dengan wakil pemerintah India, K.L.. Punjabi tanggal 18 Mei 1946. Sebaliknya India
kemudian mengirim bantuan obat-obatan untuk Indonesia. Penyerahan beras
dilaksanakan pada tanggal 20Agustus 1946 di Probolinggo, Jawa Timur. Sedangkan
pengangkutannya ke India dilakukan oleh kapal laut yang disediakan pemerintah India

26
sendiri. "Diplomasi Beras" ini menjadikan Indonesia makin mendapat simpat dunia.

6. Kehidupan Masyarakat Indonesia pada Masa Kemerdekaan

Kemerdekaan telah membawa perubahan yang sangat besar terhadap kehidupan


masyarakat Indonesia. Perubahan-perubahan tersebut adalah sebagai berikut.

a. Kehidupan Sosial

Sebelum kemerdekaan, telah terjadi diskriminasi rasial dengan membagi- bagi kelas
-kelas masyarakat. Saat itu, masyarakat Indonesia didominasi oleh warga Eropa
dan Jepang, sebagian besar warga pribumi hanyalah masyarakat rendahan yang
menjadi pekerja bagi para bangsawan dan penguasa. Setelah Indonesia merdeka,
segala bentuk diskriminasi rasial dihapuskan dan semua warga Indonesia
dinyatakan memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam segala bidang.

b. Pendidikan

Pada masa penjajahan, kesempatan memperolah pendidikan bagi anak- anak


Indonesia sangat terbatas. Dari sejumlah anak-anak usia sekolah, hanya sebagian
kecil saja yang sempat menikmati sekolah. Akibatnya, sebagian besar penduduk
Indonesia masih buta huruf. Oleh karena itu, segera setelah Proklamasi
Kemerdekaan, pemerintah mengangkat Ki Hajar Dewantara sebagai Menteri
Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan (PP dan K). Ki Hajar Dewantara menjabat
jabatan ini hanya selama 3 bulan. Kemudian, jabatan Menteri PP dan K dijabat oleh
Mr. T.S.G. Mulia yang hanya menjahat selama 5 bulan. Selanjutnya, jabatan Menteri
PP dan K dijabat oleh Mohammad Syafei. Kemudian, ia digantikan oleh Mr. Suwandi.
Pada masa jabatan Mr. Suwandi, dibentuk Panitia Penyelidik Pengajaran Republik
Indonesia yang bertugas untuk meneliti dan merumuskan masalah pengajaran
setelah kemerdekaan. Setelah menyelesaikan tugasnya, panitia ini menyampaikan
saran-saran kepada pemerintah. Kemudian, disusunlah dasar struktur dan sistem
pendidikan di Indonesia. Tujuan umum pendidikan di Indonesia merdeka adalah
mendidik anak-anak menjadi warga negara yang berguna, yang diharapkan kelak
dapat memberikan pengetahuannya kepada negara. Dengan kata lain, tujuan
pendidikan pada masa itu lebih menekankan pada penanaman semangat
patriotisme. Pendidikan pada awal Kemerdekaan terbagi atas 4 tingkatan, yaitu
pendidikan rendah, pendidikan menengah pertama, pendidikan menengah atas, dan
pendidikan tinggi. Pada akhir tahun 1949, tercatat 24.775 buah sekolah rendah di
seluruh Indonesia. Untuk pendidikan tinggi, sudah ada sekolah tinggi dan akademi

27
di beberapa kota seperti Jakarta, Klaten, Surakarta dan Yogyakarta. Selain itu, ada
pula universitas seperti Universitas Gadjah Mada.

c. Kebudayaan

Dalam bidang kesenian, banyak muncul lagu yang bertemakan nasionalisme yang
diciptakan oleh para komponis seperti Cornel Simajuntak, Kusbini, dan Ismail
Marzuki. Lagu-lagu tersebut antara lain, Bagimu negeri, Halo-Halo Bandung,
Selendang Sutra, dan Maju Tak Gentar.

28

Anda mungkin juga menyukai