Anda di halaman 1dari 16

MASA DEMOKRASI PARLEMENTER (1950-1959)

1.PERKEMBANGAN POLITIK

a.Sistem pemerintahan
Pada masa Demokrasi Parlementer undang-undang yang digunakan sebagai
landasan hukum negara adalah UUD Sementara 1950. Sistem pemerintahan negara
menurut UUD Sementara 1950 adalah sistem parlementer Artinya, Kabinet disusun
menurut perimbangan kekuatan kepartaian dalam parlemen. Presiden hanya
merupakan lambang kesatuan saja. Dalam sistem ini parlemen sangat berkuasa.Jika
kabinet dipandang tidak mampu menjalankan tugas, maka parlemen segera
membubarkannya Sistem parlementer disebut juga sebagai sistem Demokrasi
Liberal.

Sistem kabinet yang digunakan pada masa Demokrasi Parlementer adalah Zaken
Kabinet. Zaken kabinet adalah suatu kabinet yang para menterinya dipilih atau
berasal dari tokoh-tokoh yang ahli di bidangnya, tanpa mempertimbang- kan latar
belakang partainya.

Masa Demokrasi Parlementer di Indonesia memiliki ciri banyaknya partai politik yang
saling berebut pengaruh untuk memegang tampuk kekuasaan. Hal tersebut
menyebabkan seringnya pergantian kabinet.

b.Sistem kepartaian
Sistem kepartaian yang dianut pada masa ini adalah sistem multi partai, yaitu suatu
sistem kepartaian yang memiliki banyak partai politik. Partai-partai tersebut adalah:

Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi)

Partai Nasional Indonesia (PNI)

Partai Sosialis Indonesia (PSI)

Partai Komunis Indonesia (PKI)

Partai Buruh Indonesia (PBI)

Partai Rakyat Jelata (PRJ)

1
Partai Kristen Indonesia (Parkindo)

Partai Rakyat Sosialis (PRS)

Persatuan Marhaen Indonesia (Permai)

Partai Katolik Republik Indonesia (PKRI)

Banyaknya partai politik yang ikut serta dalam pemerintahan menyebabkan


munculnya persaingan antarpartai.

Partai-partai politik yang ada cenderung memperjuangkan kepentingan golongan


daripada kepentingan nasional. Partai-partai yang ada saling bersaing, saling
mencari kesalahan dan saling menjatuhkan.Partai-partai politik yang tidak
memegang jabatan dalam kabinet dan tidak memegang peranan penting dalam
parlemen sering melakukan oposisi yang kurang sehat dan berusaha menjatuhkan
partai politikyang memerintah.

Hal inilah yang menyebabkan sering terjadinya pergantian kabinet. Kabinet tidak
berumur panjang sehingga program-programnya tidak bisa berjalan sebagaimana
mestinya dan menyebabkan stabilitas politik, sosial ekonomi, serta keamanan
terganggu.

c.Pemilu 1955
Pada tahun 1955 diselenggarakan pemilihan umum (Pemilu) pertama di Indonesia.
Pemilu pertama ini merupakan tonggak demokrasi pertama di Indonesia.

Keberhasilan penyelenggaraan Pemilu tahun 1955 menandakan telah berjalannya


demokrasi di kalangan rakyat. Rakyat telah menggunakan hak pilihnya untuk
memilih wakil-wakil mereka.

d.Gangguan keamanan

Pemilu tahun 1955 berhasil diselenggarakan dengan lancar, tetapi ternyang tidak
dapat memenuhi harapan rakyat yang menghendaki pemerintah yang stabil. Para
wakil rakyat terpilih hanya memperjuangkan partainya masikan masing sehingga
pergantian kabinet terus saja terjadi dan mengakibatkan keadaan politik dan
kemanan menjadi tidak stabil. Hal ini menyebakan munculnya berbagai pergolakan
di berbagai daerah. Dalam perkembangannya, pergolakan-pergolakan itu
mengarah pada gerakan pemberontakan yang berniat memisahkan diri dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Berikut ini beberapa gerakan pemberontakan yang

2
terjadi pada masa Demokrasi Parlementer

Masa Demokrasi Parlementer di Indonesia berlangsung dari tahun 1950 hingga


1959. Pada masa ini, Indonesia menganut sistem pemerintahan parlementer, di
mana presiden hanya sebagai kepala negara dan pemerintahan dijalankan oleh
kabinet yang dipimpin oleh perdana menteri.

Salah satu permasalahan yang dihadapi Indonesia pada masa Demokrasi


Parlementer adalah gangguan keamanan. Gangguan keamanan ini terjadi di
berbagai daerah di Indonesia, baik di wilayah barat maupun timur.

Faktor-faktor Penyebab Gangguan Keamanan

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan keamanan pada


masa Demokrasi Parlementer, antara lain:

•Faktor politik

Gangguan keamanan pada masa Demokrasi Parlementer dilatarbelakangi oleh


faktor politik, yaitu persaingan antarpartai politik yang sangat ketat. Persaingan ini
menimbulkan konflik dan perpecahan di antara partai-partai politik, sehingga
mengganggu stabilitas politik dan keamanan negara.

•Faktor ekonomi

Faktor ekonomi juga menjadi salah satu penyebab terjadinya gangguan keamanan.
Pada masa Demokrasi Parlementer, Indonesia mengalami berbagai masalah
ekonomi, seperti inflasi yang tinggi, pengangguran yang meningkat, dan kemiskinan
yang merajalela. Hal ini menimbulkan kekecewaan dan ketidakpuasan masyarakat,
sehingga mudah tersulut untuk melakukan tindakan-tindakan yang mengganggu
keamanan.

•Faktor sosial

Faktor sosial juga turut berperan dalam terjadinya gangguan keamanan. Pada masa
Demokrasi Parlementer, Indonesia masih menghadapi berbagai masalah sosial,
seperti kebodohan, keterbelakangan, dan kesenjangan sosial. Hal ini menimbulkan
ketidakpuasan masyarakat, sehingga mudah tersulut untuk melakukan tindakan-
tindakan yang mengganggu keamanan.

3
Jenis-jenis Gangguan Keamanan

Gangguan keamanan yang terjadi pada masa Demokrasi Parlementer dapat


dikelompokkan menjadi beberapa jenis, antara lain:

•Pemberontakan

Pemberontakan adalah bentuk gangguan keamanan yang paling serius.


Pemberontakan biasanya dilakukan oleh kelompok-kelompok bersenjata yang ingin
menggulingkan pemerintah yang sah. Pemberontakan yang terjadi pada masa
Demokrasi Parlementer antara lain:

•Peristiwa-peristiwa kekerasan

Selain pemberontakan, pada masa Demokrasi Parlementer juga terjadi berbagai


peristiwa kekerasan, seperti:

Dampak Gangguan Keamanan

Gangguan keamanan yang terjadi pada masa Demokrasi Parlementer menimbulkan


berbagai dampak negatif, antara lain:

•Menimbulkan korban jiwa dan harta benda

Gangguan keamanan menyebabkan banyak korban jiwa dan harta benda. Ribuan
orang meninggal dan luka-luka, serta banyak bangunan dan fasilitas umum yang
rusak.

•Mengganggu stabilitas politik dan keamanan

Gangguan keamanan mengganggu stabilitas politik dan keamanan negara. Hal ini
membuat pemerintah sulit menjalankan pemerintahan dan pembangunan.

•Memperburuk citra Indonesia di dunia internasional

Gangguan keamanan juga memperburuk citra Indonesia di dunia internasional. Hal


ini membuat Indonesia dipandang sebagai negara yang tidak stabil dan tidak aman.

Upaya Penanganan Gangguan Keamanan

Pemerintah Indonesia melakukan berbagai upaya untuk menangani gangguan


keamanan yang terjadi pada masa Demokrasi Parlementer. Upaya-upaya tersebut
antara lain:

4
•Mengirim pasukan militer

Pemerintah mengirim pasukan militer untuk menumpas pemberontakan dan


peristiwa-peristiwa kekerasan.

•Melakukan dialog dan negosiasi

Pemerintah juga melakukan dialog dan negosiasi dengan kelompok-kelompok


bersenjata yang melakukan pemberontakan.

•Melakukan reformasi politik

Pemerintah melakukan reformasi politik untuk memperkuat stabilitas politik dan


keamanan negara.Upaya-upaya tersebut membuahkan hasil, sehingga gangguan
keamanan yang terjadi pada masa Demokrasi Parlementer dapat dikendalikan.

1) PEMBERONTAKAN ANGKATAN PERANG RATU ADIL (APRA)

Gerakan APRA dipimpin oleh Kapten Raymond Westerling: Gerakan ins didasari
oleh adanya kepercayaan rakyat akan datangnya seorang ratu adil yang akan
membawa mereka ke suasana aman dan tenteram serta memerintah dengan adil
dan bijaksana. Tujuan gerakan APRA adalah untuk mempertahankan bentuk negara
federal di Indonesia dan memiliki tentara tersendiri pada negara bagian RIS. Pada
tanggal 23 Januan 1950, pasukan APRA menyerang Kota Bandung serta melakukan
pembantaian dan pembunuhan terhadap anggota TNI. APRA tidak mau bergabung
dengan Indonesia dan memilih tetap. mempertahankan status quo karena jika
bergabung dengan Indonesia mereka akan kehilangan hak istimenya.
Pemberontakan APRA berhasil ditumpas melalui operasi militer yang dilakukan oleh
Pasukan Siliwangi.

2). Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)

Pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan) dipimpin oleh Mr. Dr. Christian
Robert Steven Soumokil yang menolak terhadap pembentukan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Mereka ingin merdeka dan melepaskan diri dan wilayah
Republik Indonesia karena menganggap Maluku memiliki kekuatan secara ekonomi,
politik, dan geografis untuk berdiri sendiri Yang menjadi penyebab utama munculnya
Gerakan Republik Maluku Selatan (RMS) adalah masalah pemerataan jatah
pembangunan daerah yang dirasakan sangat kecil, tidak sehunding dengan daerah

5
di Jawa. Puniberoonikan mi dapat diatasi melalui ekspedisi militer yang dipimpin
olch Kalemad Al Kawilarang (Panglima Tentara dan Teritorium Indonesia Timur)

3). Pemberontakan Andi Azis

Peristiwa pemberontakan Andi Azuz terjadi pada 5 April 1950 Peristiwa ini berawal
dari tuntutan Kapten Andi Aziz dan pasakanmya terhadap pemerintali Indonesia agar
hanya mereka yang dijadikan sebagai pasukan kemasan untuk mengamankan
situasi di Makassat. Pada saat itu, di Makassar sering terjadi bentrokan antara
kelompok propersatuan dengan kelompok pro-negata federal. Menurut Andi Azis,
hanya tentara APRIS dari KNIL yang bertanggung jawab atas keamanan di Makassar.
Tuntutan itu tidak dipenuhi dan pemerintah Republik Indonesia tetap mendatangkan
INI sebagai pasikan keamanan Ketika TNI benar-benar didatangkan ke Sulawesi
Selatan, hal im menyulut ketidakpuasan di kalangan pasukan Andi Aziz. Pasukan
Andi Aziz kanadian bereaksi dengan mendududa beberapa tempat penting di
Makassar, seperti pos pos militer, kantor telekomunikasi, lapungan terbang, serta
menahan Leman Kolonel A.J. Mokoginta yang menjahat sebagai Panglima Tentara
Teritorium Indonesia Timur.

Pemerintah RI memerintahkan Audi Azis untuk menghentikan pergerakan- nya dan


mengultimatum agar datang ke Jakarta dalam wakto 4-24 jam untuk
mempertanggungjawabkan tindakannya. Namun Andi Aziz ternyata terlambat
melapor, sementara pasukannya telah berontak. Andi Aziz pun segera ditangkap
setibanya di Jakarta dari Makassar. Pasukannya yang meroberontak akhirnya
menyerah dan ditangkap oleh pasukan militer RI di bawah pimpinan Kolonel A.E.
Kawidarang

4). Pemberontakan PRRI dan Permesta

Pemberontakan PRRI Permesta terjadi di Sumatra dan Sulawesi yang disebabkan


oleh adanya hubungan yang kurang harmonis antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Hal itu dikarenakan jatah keuangan yang diberikan oleh
pemerintah pusat tidak sesual anggaran yang diusulkan. Hal tersebut menimbulkan
dampak ketidakpercayaan terhadap pemerintah pusat. Selanjutnya dibentuk
gerakan dewan yaitu,

a). Dewan Banteng di Sumatera Barat dipimpin oleh Lerkel Ahmad Husein.

6
b). Dewan Gajah di Sumatera Utara dipimpin oleh Latkal Sinubolon.

c). Dewan Garuda di Sumatera Selatan Letkol Barlian

d) Dewan Mangubi di Sulawesi Utara dipimpin oleh Letkol Ventje Sumual.

Puncak pemberontakan ini terjadi pada tanggal 10 Februari 1958, Kotua Dewan
Banteng mengeluarkan ultimatuni kepada pemerintah pusat. Isi ultimatum tersebut
adalah menyatakan haliwa Kabinet Djuanda harus mengundurkan diri dalam waktu 5
-24 jam. Setelah menerima ultimatum tersebut, pemerintah pusat bertindak tegas
dengan cara memberhentikan Letkol Achmad Husen secara tidak hormat. Oleh
karena ultumatamnya ditolak pemerintah, pada 15 Februari 1958, Letkol Ahmad
Husein mengumumican berdirinya PRR) kemudian diikuti oleh pengumuman
Permesta pada 17 Februari 1958 di Sulawesi. Untuk menumpas pemberontakan
PRRI Permesta, pemerintah melancarkan operasi militer. Pada 29 Mei 1961, Ahmad
Husein dan tokoh-tokoh PRRI lainya akhirnya menyerah.

Renungkan

Pemberontakan APRA, Andi Aziz, RMS, dan PRRI Permesta merupakan batu ujian
bagi ideologi nasional Pancasila. Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan
kekompakan TNI bersama rakyat setia kepada Pancasila dan UUD 1945, maka
pemerintah berhasil mengatasinya.

e. Konferensi Asia Afrika (KAA) dan Deklarasi Djuanda

Pada masa Demokrasi Parlementer, Indonesia mengalami banyak gangguan


stabilitas politik dan keamanan. Meski demikian, pemerintah pada masa Demokrasi
Parlementer mampu mewujudkan beberapa keberhasilan yang membanggakan, di
antaranya adalah Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) dan Deklarasi
Djuanda

7
1). Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA)

Konferensi Asia Afrika (KAA) diselenggarakan pada tanggal 18-24 April 1955 di
Bandung. Konferensi ini dihadiri olch 29 negara. Sidang berlangsung selama satu
minggu dan menghasilkan sepuluh prinsip yang dikenal dengan Dasasila Bandung

Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) membawa keuntungan bagi


Indonesia, pamor Indonesia sebagai negara yang baru merdeka naik karena
kemampuannya menyelenggarakan konferensi tingkat internasional Keuntungan
lainnya adalah dukungan bagi pembebasan Irian Harat yang saat itu masih diduduki
Belanda.

Konferensi Asia Afrika (KAA) juga berpengaruh terhadap dunia internasional. Setelah
berakhirnya KAA, beberapa negara di Asia dan Afrika milai memperjuangkan
nasihnya untuk mencapai keroerdekaan dan kedudukan sebagai negara berdaulat
penuh. Selain mu, KAA menjadi awal lahirnya cepanisasi Gerakan Non-Blok

23. Deklarasi Djuanda

Sebelum Deklarasi Djuanda, Indonesia masih menggunakan peraturan kolomal


terkait dengan batas wilayah. Dalam peraturan itu disebutkan bahwa laut teritorial
Indonesia lebharnya hanya 3 mil diukur dari garis air rendah dari pada pulau-pulau
dan bagian pulau yang merupakan bagian dari wilayah daratan Indonesia

Batas 3 mil ini menyebabkan adanya laut-laut bebas yang memisahkan pulau-pulau
di Indonesia. Hal ini menyebabkan kapal-kapal asing bebos mengarungi lautan
tersebut tanpa hambatan. Kondisi ini akan menyulitkan Indonesia dalam melakukan
pengawasan wilayah Indonesia. Melihat kondisi inilah kemudian pemerintahan
Kabinet Djuanda mendeklarasikan hukum teritorial. Deklarasi tersebut kemudian
dikenal sebagai Deklarasi Djuanda.

Penetapan Deklarasi Djuanda dilakukan dalam Konvensi Hukum Laut III PBB Tahun
1982 (United Nations Comvention On The Law of The Sea UNCLOS 1982).
Pengakuan atas Deklarasi Djuanda menyebabkan luas wilayah Republik Indonesia
meluas hingga 2,5 kali lipat dari 2.027.087 km² menjadi 5.193.250 km².

8
2. PERKEMBANGAN EKONOMI

Pada masa demokrasi parmelenter, bangsa Indonesia menghadapi


permasalahan ekonomi. Permasalahan yang dihadapi pemerintah Indonesia pada
saat itu mencakup permasalahan jangka pendek dan permasalahan jangka pendek
dan permasalahan jangka panjang. Permasalahan jangka pendek yang di hadapi
pemerintah Indonesia saat itu adalah tinggi nya jumlah uang yang beredar dan
meningkatnya biaya hidup. Permasalahan jangka panjang yang di hadapi
pemerintah adalah pertambahan jumlah penduduk dan tingkat kesejahteraan yang
rendah. Untuk memperbaiki kondisi ekonomi, pemerintah melakukan berbagai
upaya.

A. Gunting Syafruddin

Dalam rangka mengurangi jumlah yang yang berbeda dan mengatasi defisit
anggaran, pada tanggal 20 maret 1950,mentri keuangan, syafrudin Prawiranegara,
mengambil kebijakan memotong semua uang yang bernilai Rp 2,50 keatas hingga
nilainya tinggal setengahnya melalui kebijakan ini, jumlah uang yang beredar dapat
di kurangi.

B. SISTEM EKONOMI GERAKAN BENTENG

Sistem ekonomi gerakan benteng merupakan usaha pemerintah untuk


mengubah stuktur ekonomi kolonial menjadi stuktur ekonomi nasional. Stuktur
ekonomi kolonial membawa dampak perekonomian Indonesia banyak di dominasi
oleh perusahaan asing dan di topang oleh kelompok etnik Tionghoa sebagai
penggerak perekonomian Indonesia. Kondisi inilah yang ingin di ubah melalui sistem
ekonomi gerak benteng.

1). Menumbuhkan kelas pengusaha di kalangan bangsa Indonesia. Para pengusaha


Indonesia yang bermodal lemah diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam
pembangunan ekonomi sosial.

2). Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu dibimbing dan di berikan
bantuan kredit.

3). Para pengusaha pribumi di harapkan secara bertahap akan berkembang menjadi
maju.

Gerakan benteng di mulai pada bulan April 1950.Hasilnya selama 3 tahun ( 1950-
1953 ) kurang lebih 700 perusahaan bangsa Indonesia menerima bantuan kredit dari
program ini. Tetapi, tujuan program ini tidak dapat tercapai dengan baik dan

9
mengakibatkan beban keuangan pemerintah semakin besar. Tidak dapat tercapai
tujuan gerakan banteng antara lain di sebabkan oleh hal hal berikut.

1).para penguassaha Pribumi tidak dapat bersaing dengan penguasa non pribumi
dalam kerangka sistem ekonomi liberal.

2). Para pengusaha pribumi memiliki mental yang cenderung konsuntif.

3). Para pengusaha pribumi sangat bergantung pada pemerintah

4). Para pengusaha kurang mandiri untuk mengembangkan usahanya

5). Para penguaaha ingin cepat mendapatkan keuntungan besar dan menikmati
cara hidup mewah.

6). Para pengusaha menyalahgunakan kebijakan dengan mencari keuntungan


secara cepat dari kredit yang mereka peroleh.

C. NASIONALISASI PERUSAHAAN ASING

Nasionalisasi perusahaan asing dilakukan dengan pencabut hak milik Belanda atau
asing yang kemudian di ambil alih atau ditetapkan status nya sebagai milik
pemerintah Republik Indonesia. Nasionalisasi yang di lakukan pemerintah terbagi
dalam dua tahap. Tahap pertama yaitu tahap pengambilalihan, penyitaan, dan
penguasaan. Tahan kedua yaitu tahap pengambil kebijakan yang pasti, yakni
perusahaan-perusahaan yang di ambil alih itu kemudian dinasionalisasi kan.

D. FINANSIAL EKONOMI ( FINEK)

Pada masa kabinet baharnuddin harahap, Indonesia mengirim deligasi ke Belanda


untuk merundingkan masalah finansial ekonomi ( FINEK). Perundingan ini di lakukan
pada tanggal 7 Januari 1956. Rancangan persetujuan Finek yang di ajukan
Indonesia terhadap pemerintah Belanda.

1). Pembatalan persetujuan Finek hasim KMB

2). Hubungan Finek Indonesia-belanda didasarkan atas hubungan bilateral.

3). Hubungan Finek di dasarian atas undang-undang nasional. Tidak boleh diikat
oleh perjanjian lain.

Namun usul Indonesia ini tidak di Terima oleh pemerintah Belanda. Sehingga

10
pemerintah Indonesia secara sepihak melaksanakan rancangan Finek nya dengan
membubarkan Uni Indonesia-belanda pada tanggal 13 Februari 1956 dengan tujuan
melepaskan diri dari ikatan ekonomi dengan Belanda.. Dampak dari pelaksanaan
Finek ini, banyak penguasa Belanda yang menjual perusahaannya, sedangkan
pengusaha pribumi belum mampu mengambil alih perusahaan Belanda tersebut.

E. RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN ( RPLT)

Pada masa kabinet ali sastroamijoyo II, pemerintah menyusun rencana


pembangunan lima tahun yang rencananya akan di laksanakan antara tahun 1956-
1961. Rencana ini tidak berjalan dengan baik di sebabkan oleh hal-hal berikut.

1). Depresi perekonomian di Amerika Serikat dan Eropa Barat pada akhir tahun
1957 dan awal 1958 mengakibatkan ekspor dan pendapatan negara merosot.

2). Perjuangan pembebasan Irian barat dengan melakukan nasionalisasi


perusahaan-perusahaan Belanda dan indonesia menimbulkan gejolak ekonomi.

3). Adanya ketegangan anatara pusat dan daerah sehingga banyak daerah yang
melaksanakan kebijakan ekonomi nya masing-masing.

3.KEHIDUPAN MASYARAKAT INDONESIA PADA MASA DEMOKRASI


PARLEMENTER

Masa Demokrasi Parlementer disebut pula masa Demokrasi Liberal karena sistem
politik dan ekonomi yang berlaku menggunakan prinsip-prinsip liberal. Masa ini
berlangsung mulai 17 Agustus 1950 sampai 6 Juli 1959. Baca berita tanpa iklan.
Gabung Kompas.com+ Pada zaman Demokrasi Liberal (Parlementer) ini, kabinet-
kabinet yang mengelola pemerintahan sehari-hari tidak berumur panjang, karena di
tengah jalan dijatuhkan oleh Mosi Tidak Percaya partai-partai politik yang ada di
Parlemen (DPR). Baca juga: Sistem Pemerintahan Parlementer: Pengertian, Ciri-Ciri,
Kelebihan, dan Kekurangannya Beberapa kabinet yang pernah memerintah dalam
kurun waktu tahun 1950-1959 tersebut adalah: Kabinet Natsir Kabinet Sukiman
Kabinet Wilopo Kabinet Ali Satroamijoyo I Kabinet Ali II Kabinet Juanda

Akhirnya Soekarno menunjuk Ali Sastroamijoyo membentuk kabinet baru. Pada


masa ini terjadi pemberontakan DI/TII di Jawa Barat, Sulawesi Selatan dan Aceh.
Namun, pada masa ini pula Indonesia berhasil menyelenggarakan event
internasional yaitu Konferensi Asia Afrika di Bandung. Pada masa pemerintahan
Kabinet ini juga dikenal kebijakan ekonomi Ali-Baba yang berarti pengusaha non

11
pribumi (baba) membantu pengusaha pribumi (Ali) supaya mampu bresaing,
dengan cara diberikan pelatihan2 menjadi staf. Intinya pemerintah berharap
pengusaha pribumi bekerjasam dengan pengusaha non pribumi. Sebagai
imbalannya pemerintah memberi lisensi dan bantuan kredit kepada pengusaha non
pribumi. Baca juga: Mutual Security Act, Penyebab Kejatuhan Kabinet Sukiman
Tetapi pada akhirnya program ini gagal karena pengusaha pribumi hanya dijadikan
alat untuk mendapat bantuan kredit dari pemerintah. Kabinet ini jatuh karena
persoalan pergantian kepemimpinan di lingkungan TNI AD, dan juga karena
dianggap tidak mampu mengelola ekonomi Indonesia. Akhirnya Ali mengembalikan
mandate kepada Soekarno. Kabinet Burhanudin Harahap Pada masa pemerintahan
kabinet ini diselenggarakan Pemilihan Umum pertama sejak Indonesia merdeka.
Pemilu dilakukan sebanyak 2 kali. 29 September 1955 untuk memilih anggota DPR,
dan 15 Desember 1955 untuk memilih anggota Dewan Konstituante. Konstituante
adalah badan independen yang akan membentuk UUD baru menggantikan UUD
1950 Sementara yang digunakan selama masa Demokasi Liberal. PNI, MASYUMI,
NU dan PKI menjadi 4 besar pemenang Pemilu ini. Kabinet ini dianggap berhasil
melakukan tugasnya menyelenggarkan pemilu. Karena itu perlu dibentuk kabinet
baru, karena tugasnya sudah selesai. Baca juga: Latar Belakang Terbentuknya UUD
Sementara 1950 Kabinet Ali II Ali Sastroamijoyo, yang juga Ketua PNI, pemenang
Pemilu 1955, kembali dipercaya Bung Karno membentuk Kabinet baru, Kabinet ini
jatuh karena adalah karena terjadinya perpecahan antara Partai Masyumi dan PNI.
Masyumi sebagai parpol pemenang suara terbanyak kedua setelah PNI mendapat
posisi 5 menteri dalam kabinet Ali II. Karena kabinet ini adalah koalisi antara PNI,
Masyumi dan NU, namun pada perkembangannya terjadi pecah kongsi antara PNI
dan Masyumi yang membuat Masyumi menarik dukuangannya. Selain itu juga
banyak pemberontakan dan tuntutan dari daerah terhadap pemerintah pusat.
Akhirnya Ali menyerahkan mandat kepada Presiden. Baca juga: Kabinet
Pemerintahan Indonesia dari Masa ke Masa Kabinet Juanda Ini merupakan kabinet
terakhir pada masa Demokrasi Liberal. Kabinet ini disebut juga kabinet ZAKEN (Ahli)
karena mayoritas diisi menteri-menteri dari kalangan professional bukan anggota
partai. Kabinet ini mempunyai tugas utama menyelesaikan persoalan
pemberontakan di daerah. Hingga dilakukan MUNAS (Musyawarah pembangunan
nasional) untuk mendengarkan usulan atau aspirasi dari daerah. Namun upaya ini
gagal, bahkan pada masa kabinet ini juga terjadi upaya pembunuhan terhadap
Presiden Soekarno. Peristiwa in terjadi pada saat Soekarno sedang menjemput
anak2nya di Perguruan Cikini, Jakarta Pusat. Namun, pada saat kabinet ini pulalah
Indonesia berhasil memberikan sumbangan kepada dunia internasional tentang
hukum perbatasan laut antarnegara yang dikenal dengan DEKLARASI JUANDA.

12
Yaitu, cara mengukur wilayah laut suatu negara dari daratannya. Baca juga:
Deklarasi Djuanda: Isi, Tujuan, dan Dampaknya Dan pada masa ini terjadi sejumlah
peristiwa penting, seperti: Konferensi Asia–Afrika di Bandung Pemilihan umum
pertama di Indonesia dan pemilihan Konstituante Periode ketidakstabilan politik yang
berkepanjangan, dengan tidak ada kabinet yang bertahan selama dua tahun.

Masa Demokrasi Parlementer di Indonesia berlangsung dari tahun 1950 hingga


1959. Pada masa ini, Indonesia menganut sistem pemerintahan parlementer, di
mana parlemen memiliki kekuasaan yang dominan. Hal ini menyebabkan kehidupan
masyarakat Indonesia pada masa itu banyak dipengaruhi oleh gejolak politik dan
permasalahan ekonomi.

Kehidupan Politik

Pada masa Demokrasi Parlementer, Indonesia mengalami banyak pergantian


kabinet. Dalam kurun waktu 10 tahun, terdapat 10 kabinet yang bergantian
memimpin pemerintahan. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan pendapat di
antara partai-partai politik yang ada di parlemen. Akibatnya, kabinet-kabinet yang
terbentuk sering kali tidak stabil dan tidak memiliki masa jabatan yang panjang.

Perbedaan pendapat di antara partai-partai politik juga sering kali menimbulkan


konflik politik. Konflik politik ini bahkan sempat menyebabkan terjadinya kudeta
militer pada tahun 1958. Kudeta ini gagal, tetapi menyebabkan situasi politik di
Indonesia semakin tidak stabil.

Kehidupan Ekonomi

Pada masa Demokrasi Parlementer, Indonesia juga mengalami berbagai


permasalahan ekonomi. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:

Perang kemerdekaan yang baru berakhir menyebabkan perekonomian Indonesia


masih dalam tahap pemulihan.

13
Indonesia masih tergolong sebagai negara berkembang dengan sumber daya alam
yang terbatas.

Indonesia mengalami kesulitan untuk mendapatkan bantuan ekonomi dari negara-


negara lain.

Permasalahan ekonomi ini menyebabkan kehidupan masyarakat Indonesia pada


masa itu menjadi sulit. Banyak masyarakat yang hidup dalam kemiskinan dan
kelaparan. Selain itu, inflasi juga meningkat tajam, sehingga harga-harga kebutuhan
pokok menjadi sangat mahal.

Kehidupan Sosial

Pada masa Demokrasi Parlementer, kehidupan sosial masyarakat Indonesia juga


mengalami berbagai perubahan. Salah satu perubahan yang paling menonjol adalah
meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan. Hal ini terlihat
dari meningkatnya jumlah anak-anak yang bersekolah.

Selain itu, pada masa ini juga muncul berbagai organisasi sosial dan budaya baru.
Organisasi-organisasi ini berperan penting dalam meningkatkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial.

Kesimpulan

Kehidupan masyarakat Indonesia pada masa Demokrasi Parlementer banyak


dipengaruhi oleh gejolak politik dan permasalahan ekonomi. Perbedaan pendapat di
antara partai-partai politik menyebabkan stabilitas politik menjadi terganggu.
Sementara itu, permasalahan ekonomi menyebabkan kehidupan masyarakat
menjadi sulit.

Meskipun demikian, pada masa ini juga terjadi berbagai perubahan positif dalam
kehidupan masyarakat Indonesia, seperti meningkatnya kesadaran akan pentingnya
pendidikan.

Artikel Lainnya:

14
Kehidupan Masyarakat Pada Masa Demokrasi Parlementer

Jelaskan Kehidupan Masyarakat Indonesia Pada Masa…

Perkembangan Ekonomi Pada Masa Demokrasi Parlementer

Pemerintah Indonesia Pada Masa Demokrasi Parlementer"

Perkembangan Ekonomi Indonesia Pada Masa Demokrasi…

"kehidupan Masyarakat Indonesia Pada Masa…

Kehidupan Sosial Masyarakat Indonesia Pada Masa…

Partai-partai pada masa demokrasi liberal lebih…

Deskripsikan Gangguan Keamanan Pada Masa Demokrasi…

Kehidupan Masyarakat Indonesia Pada Masa Demokrasi…

Sistem pemerintahan yang dianut Negara Kesatuan Republik Indonesia telah melalui
sejarah panjang. Sejak proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 hingga saat
ini, Indonesia telah mengalami beberapa perubahan sistem. Sebelum
diberlakukannya sistem pemerintahan presidensial saat ini, Indonesia pernah berada
di masa demokrasi parlementer. Sejarah demokrasi parlementer di Indonesia
berjalan sejak awal kemerdekaan hingga 5 Juli 1959. Latar Belakang Demokrasi
Parlementer di Indonesia Latar belakang demokrasi parlementer di Indonesia, yang
juga dikenal sebagai demokrasi liberal, ialah jatuhnya Kabinet Presidensial Pertama
pada 14 November 1945. Jatuhnya kabinet ini disebabkan oleh keluarnya Maklumat
Wakil Presiden No. X/1945 pada 16 Oktober 1945, yang diikuti oleh Maklumat
Pemerintah tertanggal 3 November 1945. Maklumat Pemerintah tersebut berisi
seruan untuk mendirikan partai politik di Indonesia, sekaligus menandai titik mula
menuju sistem politik yang lebih pluralistik dan demokratis. Sebagai kelanjutan dari
Maklumat Pemerintah, Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP)
mengumumkan perubahan itu melalui laporan pertanggungjawaban Menteri kepada
Parlemen. Dalam hal ini, Parlemen adalah Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Usulan BPKNIP itu lantas disetujui oleh Presiden Soekarno pada 14 November 1945.
Sejak itulah sejarah demokrasi parlementer dimulai. Sistem pemerintahan di
Indonesia berubah secara otomatis dari sistem presidensial lalu memasuki masa
demokrasi parlementer. Tokoh-tokoh Indonesia yang memercayai dibutuhkannya
demokrasi parlementer di Indonesia di antaranya Mohammad Hatta dan Sutan
Syahrir. Menurut mereka, sistem pemerintahan tersebut mampu menciptakan partai

15
politik yang bisa beradu pendapat dalam parlemen serta dapat menciptakan wujud
demokrasi sesungguhnya, yakni dari rakyat, bagi rakyat, dan untuk rakyat.
Mohammad Hatta, dalam Demokrasi Kita, Pikiran-Pikiran Tentang Demokrasi dan
Kedaulatan Rakyat (2008:122) menambahkan, Indonesia berbentuk republik
berlandaskan kedaulatan rakyat. Kelebihan sistem pemerintahan parlementer
adalah munculnya partai politik baru yang bebas berpendapat dan mengkritik
pemerintahan, sebagaimana ditulis oleh Ahmad Muslih, dkk., dalam Ilmu
Pengetahuan Sosial (2015:96). Namun, seiring waktu, demokrasi parlementer
melahirkan dampak negatif. Kekurangan sistem demokrasi parlementer yang nyata
terlihat setelah beberapa tahun adalah menimbulkan persaingan tidak sehat.

Sejarah demokrasi parlementer di Indonesia dapat ditelusuri sejak 1950, ketika


Natsir terpilih sebagai perdana menteri, dengan menganut Undang-Undang Dasar
Sementara (UUDS) 1950. Masa demokrasi parlementer berlanjut hingga sembilan
tahun kemudian. Berikut ini sejarah demokrasi parlementer di Indonesia sejak masa
pemerintahan Kabinet Natsir hingga Kabinet Djuanda: 1. Kabinet Natsir (September
1950-Maret 1951) Sejarah politik masa demokrasi liberal bermula sejak negara
dipimpin Kabinet Natsir. Kabinet ini berupaya sekuat tenaga melibatkan semua
partai yang ada di parlemen. Namun, Mohamad Natsir selaku perdana menteri
ternyata kesulitan memberikan posisi kepada partai politik yang berseberangan.
Natsir adalah tokoh Masyumi, partai Islam yang amat kuat saat itu. Usahanya untuk
merangkul Partai Nasional Indonesia (PNI) selalu saja kandas. Remy Madinier dalam
Islam and Politics in Indonesia: The Masyumi Party Between Democracy and
Integralism (2015) menyebutkan, PNI memang kerap berseberangan pandangan
dengan Masyumi. PNI bahkan melakukan tuntutan terhadap Peraturan Pemerintah
No. 39 Tahun 1950 yang dikeluarkan Natsir. Sebagian besar parlemen berpihak
kepada PNI sehingga akhirnya Natsir mengundurkan diri dari jabatannya.

16

Anda mungkin juga menyukai