Anda di halaman 1dari 8

Sistem Demokrasi Liberal

Latar Belakang
Seiring perjalanannya, Indonesia mengalami banyak perubahan lho. Mulai dari sistem ekonomi,
konstitusi, sampai ke sistem pemerintahan. Setelah kemerdekaan, Indonesia masih mencari
sistem pemerintahan yang dirasa tepat. Nah, salah satu sistem pemerintahan yang pernah
diterapkan adalah demokrasi liberal. Di saat itulah, pemerintah berusaha untuk menata kembali
kehidupan politik dan ekonomi.
Seiring dengan perkembangan politik yang terjadi, demokrasi liberal masuk ke Indonesia. Masa
ini berlangsung pada tahun 1950-1959. Lalu apa sih demokrasi liberal itu? Biar makin enggak
penasaran,
Pengertian Demokrasi Liberal
Merupakan sistem pemerintahan yang menempatkan Presiden sebagai kepala negara, dan
Perdana Menteri sebagai kepala pemerintahan serta pimpinan kabinet. Masa pemerintahan ini
berlangsung sejak tanggal 17 Agustus 1950 hingga 5 Juli 1959. Pada sistem politik demokrasi
liberal, posisi parlemen legislatif berperan kuat untuk memengaruhi kabinet. Bahkan, mereka
bisa lho menjatuhkan kabinet melalui mosi tidak percaya. 
Ciri-Ciri Pemerintahan Demokrasi Liberal
Demokrasi liberal, sesuai namanya memiliki karakteristik yang enggak terlepas dari filosofi
politik liberal dan demokrasi. Ada beberapa ciri khusus yang membedakan politik demokrasi
liberal dengan politik lainnya, seperti:
Adanya pemilihan umum yang bebas, adil, dan teratur.
Terdapat pemisahan kekuasaan antara eksekutif, legislatif, dan yudisial untuk menghindari
pemerintahan yang terlalu terpusat.
Konstitusi menjadi landasan penting bagi negara.
Kepentingan pribadi lebih utama dibandingkan kepentingan negara.
Kelompok masyarakat terpecah menjadi dua yaitu mayoritas dan minoritas.
Terdapat ketidakseimbangan dimana kelompok mayoritas bisa menentukan kebijakan keputusan
sementara kebebasan minoritas terbatas.
Kabinet-Kabinet di Masa Demokrasi Liberal
Setelah reformasi di tahun 1998, Indonesia kerap kali dipimpin oleh beberapa kabinet seperti
Kabinet Gotong Royong dan Indonesia Bersatu. Berbeda halnya selama masa demokrasi liberal
di mana kabinet menggunakan nama perdana menteri mereka. 
Selama kurun waktu 9 tahun terlaksananya demokrasi liberal, tercatat ada 7 kabinet
pemerintahan yang terbentuk. Langsung saja kita simak ulasannya berikut, kuy!
1. Kabinet Natsir (6 September 1950 – 21 Maret 1951)
Ini dia kabinet pertama yang memerintah di era demokrasi liberal yang dipimpin oleh
Mohammad Natsir. Kabinet ini berhasil mencapai perundingan antara Indonesia dengan Belanda
terkait masalah Irian Barat. Sistem ekonomi yang diperkenalkan di masa ini adalah Gerakan
Benteng yang tujuan utamanya adalah memunculkan pengusaha-pengusaha lokal sehingga bisa
bersaing dengan pengusaha nonlokal. Tapi program tersebut tidak berjalan lancar.
Pada masa pemerintahan ini, terjadi banyak pemberontakan misalnya seperti Gerakan Andi Azis,
Gerakan APRA, dan Gerakan Republik Maluku Selatan (RMS). Kabinet Natsir sendiri berakhir
karena adanya mosi tidak percaya yang diajukan PNI di Parlemen Indonesia. Awalnya sih,
Kabinet Natsir masih mengupayakan untuk dilakukan pemilu, tapi ternyata kepemimpinan
mereka harus lebih dulu deh berakhir.
2. Kabinet Sukiman (27 April 1951 – 3 April 1952)
Kabinet ini dipimpin oleh Sukiman Wiryosanjoyo yang merupakan bentuk koalisi antara Partai
Masyumi dengan PNI. Ada beberapa program kerja yang akan dilakukan Kabinet Sukiman di
antaranya:
Menjamin ketentraman dan keamanan.
Mengusahakan kemakmuran rakyat dengan memperbarui hukum agraria.
Mempercepat persiapan pemilu.
Menjalankan politik luar negeri secara bebas aktif serta memasukkan lagi Irian Barat ke wilayah
RI.  
Selain itu, ada beberapa kebijakan yang dibuat oleh Kabinet Sukiman, seperti penetapan
peraturan serikat buruh, standarisasi upah minimum, dan Tunjangan Hari Raya (THR).
Berakhirnya kekuasaan Kabinet Sukiman disebabkan adanya pertentangan dari Masyumi dan
PNI yang berakhir mereka menarik dukungannya dari kabinet ini.
3. Kabinet Wilopo (3 April 1952 – 3 Juni 1953)
Dipimpin oleh Wilopo, kabinet ini mendapat dukungan dari Masyumi, PNI, dan PSI. Dalam
menjalankan pemerintahan, kabinet ini menghadapi berbagai krisis seperti defisit kas negara dan
meningkatnya tensi gangguan keamanan dari gerakan separatis.
Ada beberapa program kerja yang digagas oleh kabinet ini seperti:
Program dalam negeri: menyelenggarakan pemilu, meningkatkan kemakmuran dan pendidikan
rakyat, serta pemulihan keamanan.
Program luar negeri: penyelesaian masalah hubungan antara Indonesia dengan Belanda,
pengembalian Irian Barat ke RI, dan menjalankan politik luar negeri secara bebas aktif.
Salah satu bentuk keberhasilan dari Kabinet Wilopo adalah penyusunan peraturan yang jadi
landasan pemilu di Indonesia. Berakhirnya masa pemerintahan kabinet ini disebabkan adanya
peristiwa 17 Oktober 1952 dan Peristiwa Tanjung Morawa yang memunculkan mosi tidak
percaya dari Serikat Tani Indonesia.
4. Kabinet Ali Sastroamidjojo I (31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955)
Dipimpin oleh Mr. Ali Sastroamijoyo dengan wakilnya yang bernama Wongsonegoro, kabinet
ini merupakan koalisi dari PNI dan NU. Sebutan nama yang akrab didengar untuk kabinet ini
adalah Kabinet Ali-Wongso. Ketika menjalankan fungsinya, kabinet Ali-Wongso
berhasil lho menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika pada tahun 1955 dan merampungkan
persiapan pemilu. Adapun beberapa program dari kabinet ini seperti:
Meningkatkan kemakmuran dan keamanan.
Sesegera mungkin menyelenggarakan pemilu.
Pembebasan irian Barat secepatnya.
Pelaksanaan politik bebas-aktif dan peninjauan kembali persetujuan KMB.
Penyelesaian pertikaian terkait politik.
Sistem ekonomi yang diperkenalkan adalah Ali-Baba yang diusung oleh Mr. Iskaq
Cokrohadisuryo. Sama halnya dengan kabinet sebelumnya, Kabinet Ali-Wongso juga mengalami
kendala ketika berhadapan dengan pemberontakan seperti DI/TII di Sulawesi Selatan, Jawa
Barat, dan Aceh. Berakhirnya kekuasaan Kabinet Ali-Wongso disebabkan adanya keretakan
dengan NU yang membuat mereka menarik dukungannya.
5. Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956)
Kabinet yang dipimpin oleh Burhanuddin Harahap dari Partai Masyumi ini tidak memiliki wakil
dari PNI, sehingga PNI waktu itu bertindak sebagai oposisi. Beberapa program kerja kabinet ini
antara lain:
Pengembalian kepercayaan Angkatan Darat dan masyarakat kepada pemerintah.
Pelaksanaan pemilu sesuai dengan rencana dan mempercepat terbentuknya parlemen baru.
Undang-undang desentralisasi bisa selesai.
Berusaha mengembalikan Irian Barat.
Politik kerja sama Asia-Afrika berdasar politik luar negeri bebas aktif.
Keberhasilan dari Kabinet Burhanuddin yang paling diingat adalah penyelenggaraan pemilu
1955. Quipperian, kabinet ini merupakan satu-satunya kabinet yang tidak dibubarkan karena
mosi tidak percaya dari fraksi partai yang ada. Kabinet ini berhasil menyelenggarakan pemilu,
yang membuat mereka harus menyerahkan kekuasaannya pada pemenang pemilu yaitu PNI.
6. Kabinet Ali Sastroamijoyo II (20 Maret 1956 – 4 Maret 1957)
Karena mendapatkan dukungan dari partai besar di parlemen yaitu NU, PNI, dan Masyumi, Ali
Sastroamijoyo dipercaya untuk kedua kalinya membentuk kabinet. Program pokok dari
pemerintahan kabinet ini adalah Program RPLT (Rencana Pembangunan Lima Tahun) yang
memuat program jangka panjang, seperti:
Pembentukan daerah-daerah otonom dan mempercepat terbentuknya anggota-anggota DPRD.
Menyehatkan perimbangan keuangan negara
Pengembalian Irian Barat
Pembatalan KMB
Pemulihan keamanan dan ketertiban
Menjalankan politik luar negeri yaitu bebas aktif
Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai
Pada masa inilah muncul gelombang anti Cina di masyarakat yang meningkatkan kekacauan di
daerah makin menguat. Lalu timbulnya perpecahan antara Masyumi dan PNI yang
mengakibatkan mundurnya sejumlah menteri dari Partai Masyumi. Hal inilah yang menyebabkan
kabinet jatuh dan menyerahkan mandatnya pada Presiden.
7.  Kabinet Djuanda ( 9 April 1957- 5 Juli 1959)
Kabinet Djuanda dibentuk karena adanya kegagalan konstituante dalam menyusun pengganti
UUDS 1950 dan juga terjadi perebutan kekuasaan antarpartai politiknya. Kabinet ini dipimpin
oleh Ir. Djuanda di mana Presiden Soekarno yang jadi formatur kabinetnya. Inilah alasan
mengapa kabinet ini dikenal dengan Zaken Kabinet atau kabinet yang terdiri dari para menteri
yang ahli di bidangnya.
Kabinet Djuanda memiliki beberapa program kerja yang disebut dengan Panca Karya atau
disebut juga Kabinet Karya. Berikut adalah beberapa agendanya:
Pembentukan Dewan Nasional.
Normalisasi keadaan RI.
Pembatalan KMB.
Perjuangan pengembalian Irian Jaya.
Percepatan proses pembangunan.
Pencapaian kerja Kabinet Djuanda yang paling terkenal adalah pengaturan kembali batas
perairan nasional melalui Deklarasi Djuanda yang salah satu isinya merubah batas lautan kita
dari 3 mil jadi 12 mil. Seiring berjalannya waktu, ada beberapa kendala yang dihadapi kabinet
ini, salah satunya adalah munculnya pemberontakan seperti PRRI/ Permesta yang menghambat
hubungan pusat dengan daerah. Untuk menuntaskan masalah tersebut, Presiden Soekarno
mengeluarkan Dekrit Presiden yang juga menandai berakhirnya kabinet ini.
Pemilu 1955
Sebagai ciri dari bentuk pemerintahan yang demokratis, maka pemilu wajib untuk dilakukan.
Begitupun dengan bangsa kita yang menjalankan pemilu pertama di tahun 1955. Seperti
pembahasan sebelumnya, kalau pemilu sebenarnya sudah disiapkan semenjak masa Kabinet Ali
I, tapi baru bisa dilaksanakan di masa Kabinet Burhanuddin Harahap.
Diketuai oleh Hadikusumo dari PNI, penyelenggaraan pemilu diumumkan pada tanggal 16 April
1955 yang mendorong partai politik untuk meningkatkan kampanye mereka. Pada waktu itu TNI
dan POLRI memiliki hak suara. Oh iya, pemilu dilaksanakan 2 tahap dengan alasan agar bisa
fokus menjalankannya. Adapun tahapannya seperti berikut:
Pada tanggal 29 September 1955 pemilu tahap pertama dilakukan untuk memilih anggota DPR
yang diikuti 29 kandidat baik dari partai politik maupun individu.
Tahap keduanya dilaksanakan tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih anggota Konstituante
yang diikuti 35 kandidat, baik dari partai politik maupun individu.
Pemilu pada masa Demokrasi Liberal merupakan pemilu pertama yang dilakukan oleh Indonesia.
Dilaksanakan pada tahun 1955 tepatnya masa Kabinet Burhanudin Harahap, sehingga pemilu ini
sering disebut dengan pemilu 1955. Pemilu 1955 berjalan relatif lancar dan disebut-sebut sebagai
pemilu paling demokratis. Pemilu tersebut dilaksanakan dalam rangka memilih anggota-anggota
parlemen (DPR) dan Konstituante. Sistem yang digunakan pada Pemilu 1955 adalah perwakilan
proporsional. Artinya setiap daerah pemilih akan mendapatkan jumlah kursi atas dasar jumlah
penduduknya. Hal tersebut dengan ketentuan setiap daerah berhak mendapatkan jatah minimun
enam kursi untuk Konstituante dan tiga kursi untuk parlemen. Berdasarkan sistem perwakilan
proporsional, wilayah Indonesia dibagi dalam 16 daerah pemilihan. Namun dalam
pelaksanaannya hanya 15 karena Irian Barat gagal melaksanakan Pemilu karena daerah tersebut
masih dikuasai oleh Belanda. Dengan demikian, sistem pemilu yang digunakan pada masa
Demokrasi Liberal adalah perwakilan proposional. Artinya setiap daerah pemilih akan
mendapatkan jumlah kursi atas dasar jumlah penduduknya. Untuk Konstituante mendapat
minimum 6 kursi, dan DPR 3 kursi.

Quipperian, Pemilu 1955 berjalan dengan tertib dan tanpa politik uang, lho. Jadi, banyak ahli
yang menyebut kalau Pemilu 1955 merupakan pemilu yang paling demokratis yang pernah
terlaksana di Indonesia. Pemilu ini menghasilkan suara sebagai berikut:

No Nama Partai Persebaran Kursi DPR Persebaran Kursi Konstituant

1. Partai Nasional indonesia (PNI) 57 Kursi 119 kursi

2. Masyumi 57 Kursi 112 kursi

3. Nahdlatul Ulama (NU) 45 Kursi 91 kursi

4. Partai Komunis Indonesia (PKI) 39 Kursi 80 kursi


Tentu saja, Pemilu 1955 juga memiliki kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaannya di
Indonesia. Supaya kamu lebih paham lagi dengan materi perkembangan politik di Indonesia,
berikut adalah kelebihan dan kekurangan terlaksananya Pemilu 1955:
Kelebihan:
Tingkat partisipasi dari rakyat sangat besar dengan 87% dari warga memiliki hak suara. Lebih
dari 37 juta orang memberi suara dari 43 juta pemilih yang terdaftar.
Persentase suaranya terbilang signifikan, karena 80% suara masuk padahal 70% penduduk
Indonesia masih buta huruf waktu itu.
Berjalan secara damai dan tertib serta jauh dari unsur kecurangan dan kejahatan.
Kekurangan:
Krisis ketatanegaraan dari akibat kegagalan Konstituante dalam menyusun konstitusi baru
sehingga mendorong lahirnya Dekrit Presiden di tanggal 5 Juli 1959.
Tak ada parpol yang mendapatkan suara mayoritas mutlak sehingga stabilitas tidak berhasil bagi
pemerintahan dan penyusunan konstitusi baru pengganti UUDS 1950.
Nah, itulah tadi penjelasan mengenai demokrasi liberal, perkembangan politik di Indonesia.
Semoga penyampaian materi di atas bisa memudahkan kamu untuk memahami ya sejarah kita
ya. Oh iya, untuk materi sejarah yang lebih lengkapnya kamu bisa subscribe Quipper Video biar
belajar jadi lebih menyenangkan! Ayo, segera daftarkan diri kamu supaya bisa mendapatkan
pengetahuan menarik lainnya.
Demokrasi liberal (1950-1959) dan ... - OPAC Perpusnashttps://opac.perpusnas.go.id › DetailOpac

Tahun 1950-1959 merupakan masa memanasnya partai-partai politik pada pemerintahan Indonesia. PNI
dan Masyumi merupakan partai yang terkuat dalam DPR (Parlemen).

Bentuk Karya: Bukan fiksi

Judul: Demokrasi liberal (1950-1959) dan de...

Jenis Isi: teks

Catatan: Bibliografi: halaman 119

Kehidupan Politik pada Demokrasi Liberalhttps://sumber.belajar.kemdikbud.go.id › repos › topik2

Berbagai Peristiwa politik yang terjadi pada demokrasi liberal diantaranya : A. Pergantian Kabinet yang
Cepat. Sistem multi partai pada masa demokrasi ...

Anda mengunjungi halaman ini pada 20/10/22.

Sejarah Demokrasi Liberal di Indonesia Serta Pengertian dan ...https://katadata.co.id › Berita › Nasional

15 Des 2021 — Demokrasi liberal adalah macam demokrasi yang menempatkan badan legislatif lebih
tinggi dari badan eksekutif. Salah satu ciri demokrasi ...
Apa Itu Demokrasi Liberal? Ini Sejarah hingga Masa ...https://www.detik.com › detikEdu › DetikPedia

19 Nov 2021 — Demokrasi liberal adalah suatu sistem pemerintahan yang berpedoman pada
kepentingan warga negaranya. Bagaimana sejarah demokrasi liberal di ...

Anda mungkin juga menyukai