Anda di halaman 1dari 20

NAMA ANGGOTA KELOMPOK

1. SELLA JUANA
2. FATDILA
3. KHOIRUL ROFIQ ANGGA
SAPUTRA
4. FAIZ FAZALDI
5. DARLIS
PERKEMBANGAN POLITIK MASA
DEMOKRASI LIBERAL
03

DEMOKRASI LIBERAL
Demokrasi liberal merupakan sebutan lain dari sistem demokrasi parlementer yang
pernah berlaku di Indonesia. Sistem ini dijalankan di Indonesia pada tahun 1950-1959.

Periode demokrasi liberal dimulai setelah Indonesia kembali menjadi Negara


Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dari semula bernama Republik Indonesia
Serikat (RIS). Pembentukan RIS berdasarkan persetujuan di Konferensi Meja Bundar
yang kemudian dibatalkan secara sepihak oleh pemerintah Indonesia.
04
KEBIJAKAN DEMOKRASI LIBERAL

1. Gunting Sjafrudin ( Sanering atau pemotongan nilai mata uang)


2. Gerakan benteng yg dicanangkan Prof. Soemitro Djojohadikusumo
3. Sistem Ali Baba yang dicanangkan Mr Iskaq Tjakraadisoerjo
4. Persetujuan Finansial Ekonomi
5. Nasionalisasi De Javasche Bank
6. Musyawarah Nasional Pembangunan
SISTEM PEMERINTAHAN PADA MASA
05

DEMOKRASI LIBERAL

sistem pemerintahan pada masa demokrasi liberal dilandasi oleh UUD


Sementara 1950 (UUDS 1950) sebagai konstitusi tertinggi. Berdasar ketentuan
dalam UUDS 1950, sistem pemerintahan Indonesia dijalankan dengan sistem
Sistem parlementer berarti kabinet pemerintahan disusun berdasarkan
perimbangan kekuatan kepartaian dalam parlemen. Maka itu, ia sewaktu-
waktu dapat dijatuhkan oleh wakil-wakil partai dalam parlemen.
Dalam sistem parlementer, presiden hanya menjadi lambang kesatuan saja.
Penerapan sistem ini pada dasarnya bertujuan untuk mengakomodir
kebebasan berpendapat dari rakyat yang diwakili oleh partai di parlemen.
06
Akan tetapi, dalam perjalannya sistem ini seolah menjadi buah simalakama, karena kebebasan
berpendapat yang bertujuan mewujudkan kestabilan politik tidak sesuai dengan kenyataan. Saat
itu, situasi politik tidak stabil sebab sering kali terjadi pergantian kabinet yang begitu cepat.
Salah satu sebabnya adalah perbedaan kepentingan di antara partai-partai yang ada. Perbedaan
di antara partai-partai tersebut tidak pernah dapat terselesaikan dengan baik sehingga dari tahun
1950 sampai tahun 1959 terjadi pergantian kabinet sebanyak tujuh kali.

Adapun kabinet-kabinet pada masa demokrasi liberal, yakni sebagai berikut:


Kabinet Natsir (Masyumi) 1950-1951;
Kabinet Sukiman (Masyumi) 1951-1952;
Kabinet Wilopo (PNI) 1952-1953;
Kabinet Ali Sastroamijoyo I (PNI) 1953-1955;
Kabinet Burhanuddin Harahap (Masyumi) 1955-1956;
Kabinet Ali Sastroamijoyo II (PNI) 1956-1957;
Kabinet Djuanda (Zaken Kabinet) 1957-1959.
1. Kabinet Natsir ( 1950-1951)
07 Ketika menyusun kabinetnya, Natsir bermaksud menyusun kabinet dengan
melibatkan sebanyak mungkin partai agar kabinetnya mencerminkan sifat
nasional dan mendapat dukungan parlemen yang besar. Namun pada
kenyataannya, Natsir kesulitan membentuk kabinet seperti yang diinginkan,
terutama kesulitan dalam menepatkan orang orang PNI dalam kabinet. Sehingga
kabinet Natsir yang terbentuk pada 6 september 1950, tidak melibatkan PNI
didalamnya PNI menjadi oposisi bersama PKI dan Murba.

2. Kabinet Sukiman 1951-1952


Dalam kabinet ini jelas menunjukan bahwa partai-partailah yang memegang
pemerintahan. Mulai dari menyusun program, portopolio, komposisi personalia,
pelaksanaan dan tanggung jawab serta cara penyelesaaian masalah sepenuhnya
terletak ditangan partai. Partai-partai yang ada pada waktu itu belum nampak
menonjolkan ideologi masing masing, perhatiannya masih ditunjukan pada
pemecahan masalah-masalah praktis yang dihadapi.
08 3. Kabinet wilopo (1950-1951)
Kabinet ini mendapat dukungan yang lebih luas dibandingkan dengan kabinet
sebelumnya, yaitu dengan masuknya PSI dan PSII dalam pemerintahan. Dengan
adanya hubungan politik baru ini, praktis berakhirlah aksi aksi pemogokan yang
banyak terjadi pada masa pemerintahan kabinet sukiman.
Kabinet ini memiliki tugas pokok menjalankan persiapan pemilihan umum
untuk memilih anggota parlemen dan anggota konstituante. Namun sebelum
tugas ini dapat diselesaikan, kabinet ini harus meletakkan jabatannya. Fatktor
yang menyebabkannya antaralain peristiwa 17 oktober 1952.

4. Kabinet Ali sastroamidjojo I ( 1953-1955)


Masa bakti Kabinet Ali Sastroamidjojo 1 dibentuk 31 Juli 1953 hingga 24 Juli 1955.
Sesuai namanya, kabinet ini dipimpin oleh Ali Sastroamidjojo dari Partai
Nasionalis Indonesia (PNI) dengan wakil Wongsonegoro dari Partai Indonesia
Raya (PIR). Oleh karena itu, kabinet ini disebut juga dengan Kabinet Ali
Sastroamidjojo-Wongsonegoro.
09 5. Kabinet Burhanuddin harahap (1955-1956)
Kabinet Burhanuddin Harahap dibentuk pada 1955 dan berakhir pada 1956. Salah
satu program kerja sekaligus prestasi dari kepemimpinan Perdana Menteri
Burhanuddin adalah diselenggarakannya pemilihan umum (pemilu) pertama di
Tanah Air.

6. Kabinet Ali sastroamijoyo II (1956-1957)


bertugas mulai 24 Maret 1956. Dipimpin oleh Ali Sastroamidjojo sebagai Perdana
Menteri sekaligus sebagai Menteri Pertahanan ad interim didampingi
Mohammad Roem dan K.H Idham Chalid sebagai Waperdam (Wakil perdana
menteri).
Kabinet ini dibentuk lewat Keputusan Presiden Nomor 85 tahun 1956 ini
merupakan kabinet koalisi tiga partai yang meraih suara terbanyak dalam
Pemilu 1955. Sebanyak 24 orang masuk dalam kabinet pengganti Kabinet
Burhanudin Harahap ini.
10
7. Kabinet Djuanda ( 1957-1959)
Kabinet Djuanda atau Kabinet Karya bertugas pada 9 April 1957 sampai 10 Juli
1959.
Dipimpin oleh Ir. H. Djuanda Kartawijaya dan tiga wakilnya, Mr. Hardi, Idham
Chalid, dan dr. Leimana, kabinet ini dikenal sebagai Zaken Kabinet.
Zaken Kabinet adalah kabinet yang jajarannya tidak diisi oleh partai politik
tertentu, melainkan diisi oleh para tokoh yang ahli dalam bidangnya.
11 SISTEM KEPARTAIAN YG BERLAKU DIINDONESIA
PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL

Sistem kepartaian yang berlaku di Indonesia pada masa Demokrasi liberal


adalah sistem Multipartai. Dasar hukum dari sistem kepartaian adalah
maklumat pemerintah 3 November 1945. Melalui sistem ini, interaksi antara
partai-partai di Indonesia mengalami dinamika yang sangat dinamis pada masa
demokrasi liberal. Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+ Berlakunya
sistem multipartai berdampak pada meningkatnya jumlah partai politik di
Indonesia. Politisi dari kalangan sipil banyak membentuk partai politik dengan
ideologi dan pandangan kenegaraan yang bermacam-macam. Dilansir dari situs
resmi Komisi Pemilihan Umum Kota Medan, jumlah partai politik pada masa
akhir Demokrasi Liberal (1955) tercatat lebih dari 28 partai.
12
Dari banyaknya partai di Indonesia pada masa itu terdapat 4 partai besar yang
mendapatkan perhatian besar dari kalangan rakyat yaitu:

1.Partai Nasional Indonesia (PNI)


salah satu organisasi pergerakan nasional PNI (Partai Nasional Indonesia) PNI
(Partai Nasional Indonesia) adalah partai yang berideologi nasionalis dengan
basis utama kalangan pegawai kantor dan elit dalam birokrasi. PNI memiliki
popularitas besar di kalangan muslim abangan daerah pedesaan Jawa. Partai ini
kerap dihubungkan dengan sosok Soekarno, padahal pada masa Demokrasi
Liberal Sokarno tidak menjadi angota partai politik manapun. PNI mendapatkan
peringkat 1 pada Pemilu 1955 dengan 22,32 persen suara.
13 2. Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia)
Partai Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) berdiri pada 7 November
1945. Dalam buku Sejarah Modern Indonesia 1200-2004 (2005) karya M.C
Ricklefs, Masyumi mewakili kepentingan-kepentingan politik Islam dan
dianggap sebgai partai besar di negara ini. Baca juga: Sejarah Pemilu 1955 di
Indonesia Masyumi memiliki permasalahan dalam organisasi internal partai
sehingga menimbulkan perpecahan antara golongan Islam modernis dan
tradisionalis. Masyumi pecah menjadi 2 kubu pada tahun 1952, satu kubu
dipimpin oleh Sukiman dan kubu lainnya dipimpin oleh Natsir. Masyumi
memperoleh peringkat 2 pada Pemilu 1955 dengan 20,92 persen suara.

3. PKI(Partai Komunis Indonesia)


berdiri pada 7 November 1945. Partai ini pernah melakuan pemberontakan di
Madiun tahun 1948, namun masih diperbolehkan untuk berpolitik pada masa
Demokrasi Liberal.
14
4. Partai NU (Nahdlatul Ulama)
Partai NU (Nahdlatul Ulama) merupakan pecahan dari Masyumi pada tahun 1952.
Partai ini didirikan oleh tokoh-tokoh Masyumi yang memiliki ideologi Islam
tradisionalis. Partai NU memiliki basis masa dari kalangan Islam mayoritas di
Jawa. Pada Pemilu 1955, NU berhasil mendapatkan peringkat 3 dengan perolehan
18,41 persen suara. Keberhasilan NU pada Pemilu 1955 sangat mengejutkan,
bahkan bagi kalangan internal partai NU sendiri. Partai ini sempat mengambil
orang non partai untuk duduk di kursi parlemen.
15 DAMPAK BANYAKNYA PARTAI POLITIK

Dampak positif
1. kemantapan infrastruktur politik
2. kemantapan suprastruktur politik
3. Pimpinan Nasional yang Kuat dan Berwibawa
4. Pemerintah yang Bersih, Efektif dan Efesien
5. Kesadaran Politik, Disiplin Nasional dan Dinamika Sosial

Dampak Negatif
1. Sistem pemerintahan yang tidak stabil,
2. Mudah terprovokasi
3. Tingkat kepercayaan rakyat terhadap pemerintah menurun
4. Penderitaan bagi rakyat
16 SEJARAH PEMILU 1955

Jadi, berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1953, pemilu tahun 1955 itu
dilaksanakan dalam rangka memilih anggota-anggota parlemen (DPR) dan
Konstituante. Konstituante sendiri adalah lembaga yang memiliki tugas dan
wewenang untuk melakukan perubahan terhadap konstitusi negara.
Sistem yang digunakan pada Pemilu 1955 adalah sistem perwakilan proporsional.
Berdasarkan sistem ini, wilayah Indonesia dibagi menjadi 16 daerah pemilihan.
Tapi, pada akhirnya, daerah ke-16 Indonesia yaitu Irian Barat gagal
melaksanakan pemilu karena pada saat itu, daerah tersebut masih dikuasai oleh
Belanda.
Pada pemilu 1955, terdapat 260 jumlah kursi DPR yang diperebutkan.
Sedangkan untuk kursi kostituante, jumlahnya dua kali lipat lebih banyak yaitu
sebanyak 520 kursi ditambah dengan 14 wakil golongan minoritas yang diangkat
pemerintah.

17 Pelaksanaan Pemilu 1955


Sebelum Pemilu 1955 dilaksanakan, pastinya ada proses pendaftaran terlebih dahulu
ya, teman-teman! Proses pendaftaran ini bertujuan agar seluruh warga dapat memiliki
hak suara yang sah sebagai pemilih. Proses pendaftaran ini dilaksanakan sejak bulan
Mei 1954 dan selesai pada bulan November 1954.

pelaksanaan Pemilu 1955 sendiri dibagi menjadi dua tahap nih! Pembagian ini
dilakukan berdasarkan tujuannya, yaitu:
•Tahap pertama merupakan pemilu untuk memilih anggota DPR. Tahap ini
diselenggarakan pada tanggal 29 September 1955 dengan diikuti oleh 29 partai politik
dan individu.
•Tahap kedua merupakan pemilu untuk memilih anggota Konstituante. Tahap ini
diselenggarakan pada tanggal 15 Desember 1955.

18

Potret pelaksanaan pemili tahun 1955


19
Penyelenggaraan pemilu 1955

Penyelenggaraan pemilu 1955 menelan biaya sebesar


Rp. 479.891.729,00. Total biaya tersebut digunakan untuk kebutuhan perlengkapan
teknis seperti pembuatan kotak suara dan honorarium panitia penyelenggara . Jumlah
ini dinilai terlalu mahal mengingat lambatnya umit unit kerja panitia pemilu saat itu
Selain untuk memilih anggota DPR dan Konstituante, pemilu juga diadakan untuk
memilih anggota DPRD. Tapi, pemilu untuk memilih anggota DPRD dilaksanakan dua
tahun setelahnya, yaitu pada tahun 1957. Pemilu untuk memilih anggota DPRD
dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama berlangsung pada bulan Juni 1957 untuk
wilayah Indonesia bagian barat. Sedangkan tahap kedua berlangsung pada bulan Juli
1957 untuk wilayah Indonesia bagian timur.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai