Anda di halaman 1dari 8

Kondisi sosial Indonesia masa kepemimpinan Presiden Soekarno setelah proklamasi

kemerdekaan Indonesia menganut Demokrasi Terpimpin yang kemudian berganti menjadi


Demokrasi Parlementer dan setelah itu beralh kembali ke Demokrasi Terpimpin, hal ini
membuat pada masa Demokrasi Parlementer sering berganti - ganti kabinet yang menyebabkan
kebijakan yang diambil tidak memcapai dan karena tidak sesusai dengan Pancasila maka
kembalilah ke Demokrasi Terpimpin.Pada masa demokrasi Terpimpin, Indoneia masih
mengalami kekacauan dalam politik dan sering terjadinya pertentangan

Setelah kegagalan Indonesia mneganut sistem Parlementer akibat dari ketidak sesuaian dengan
UUD dan Pancasila, Indonesia kembali ke Demokrasi Terpimpin yang dihasilkan atas Dekrit
Presiden 5 Juli 1959.

Kemudian Presiden Soekarno segera membentuk Kabinet Djuanda dengan program Tri Program.
Isi dari Tri Program :

1. Maalah yang ada yakni sandang dan pangan


2. Keamanan di dalam negeri.
3. Masalah Irian Barat.

Tetapi dalam perjalanan Demokrasi Terpimpin, terdapat penyimpangan yang mana Presiden
Soekarno adalah Presiden yang menjabat seumur hidup. Serta pada saat itu pembentukan MPRS
yakni Majelis Permusyaearatan Sementara dan DPAS yakni Dewan Pertiimbangan Agung
Sementara dibuat langusng oleh Presiden tanpa melalui pemilu.

1. Masa Demokrasi Parlementer di Indonesia (1950-1959)

Demokrasi Liberal atau Demokrasi Parlementer merupakan sebuah istilah yang


digunakan untuk menggambarkan sistem pemerintahan yang digunakan oleh Indonesia pada
kurun waktu tahun 1950-1959. Pada masa ini Indonesia menggunakan UUD 1950 Sementara
dan sistem pemerintahan Parlementer. Artinya Kabinet bertanggungjawab kepada parlemen
(DPR) bukan kepada Presiden. Kabinet dipimpin oleh seorang Perdana Menteri, sementara itu
Presiden hanya berfungsi sebagai kepala negara saja.
Pada zaman Demokrasi Liberal (Parlementer) ini, kabinet-kabinet yang mengelola
pemerintahan sehari-hari tidak berumur panjang, karena di tengah jalan dijatuhkan oleh Mosi
Tidak Percaya partai-partai politik yang ada di Parlemen (DPR). Berikut beberapa kabinet yang
pernah memerintah dalam kurun waktu tahun 1950-1959 tersebut.

1. Kabinet Natsir.

Kabinet ini mempunyai program utama mengembalikan Irian Barat ke pangkuan Ibu Pertiwi,
namun masih gagal. Oleh karena dianggap gagal, muncul mosi tidak percaya dari Parlemen,
hingga kabinet ini jatuh dan mengembalikan mandat kepada Presiden Soekarno.

2. Kabinet Sukiman.

Setelah Kabinet Natsir jatuh, Soekarno menunjuk Sukiman Wirjosanjojo untuk membentuk
kabinet baru, untuk kemudian kabinet ini sering disebut Kabinet Sukiman. Kabinet ini juga pada
akhirnya jatuh karena Kabinet ini dianggap menodai kebijakan politk luar negeri bebas aktif
dengan cara menerima bantuan militer dan ekonomi dari Amerika Serikat yang disebut MSA
(Mutual Security Act). AKhinrya kabinet ini jatuh dan Sukiman mengembalikan mandat kepada
Soekarno.

3. KAbinet Wilopo

Setelah kabinet Sukiman jatuh, SOekarno menunjuk Wilopo membentuk kabinet baru. Kabinet
ini menghadapi situasi ekonomi negara yang sangat sulit. JUga banyaknya pemberontakan di
Sumatera dan Sulawesi. Namun yang paling pelik adalah soal peristiwa Tanjung Morawa. Di
mana aparat keamanan dengan kekerasan mengusir petani yang menggarap tanah perusahaan
DPV di Tanjung MOrawa, 5 orang petani tewas. Akibat peristiwa ini, muncul mosi tidak percaya
dan kabinetnya jatuh.

4. Kabinet Ali Satroamijoyo I

Akhirnya Soekarno menunjuk Ali Sastroamijoyo membentuk kabinet baru. Pada masa ini terjadi
pemberontakan DI/TII di Jawa Barat, Sulawesi Selatan dan Aceh. NAmun pada masa ini pula
Indonesia berhasil menyelenggarakan event internasional yaitu Konfrensi Asia Afrika di
Bandung.
Pada masa pemerintahan Kabinet ini juga dikenal kebijakan ekonomi Ali-Baba yang berarti
pengusaha non pribumi (baba) membantu pengusaha pribumi (Ali) supaya mampu bresaing,
dengan cara diberikan pelatihan2 menjadi staf. Intinya pemerintah berharap pengusaha pribumi
bekerjasam dengan pengusaha non pribumi. Sebagai imbalannya pemerintah memberi lisensi dan
bantuan kredit kepada pengusaha non pribumi. Tapi pada akhirnya program ini gagal karena
pengusaha pribumi hanya dijadikan alat untuk mendapat bantuan kredit dari pemerintah.
Kabinet ini jatuh karena persoalan pergantian kepemimpinan di lingkungan TNI AD, dan juga
karena dianggap tidak mampu mengelola ekonomi Indonesia. Akhirnya Ali mengembalikan
mandate kepada Soekarno.

5. Kabinet Burhanudin Harahap.

Pada masa pemerintahan kabinet ini diselenggarakan Pemilihan Umum pertama sejak Indonesia
merdeka. Pemilu dilakukan sebanyak 2 kali. 29 September 1955 untuk memilih anggota DPR,
dan 15 Desember 1955 untuk memilih anggota Dewan Konstituante. Konstituante adalah badan
independen yang akan membentuk UUD baru menggantikan UUD 1950 Sementara yg
digunakan selama masa Demokasi Liberal. PNI,MASYUMI, NU dan PKI menjadi 4 besar
pemenang Pemilu ini. Kabinet ini dianggap berhasil melakukan tugasnya menyelenggarkan
pemilu. Karena itu perlu dibentuk kabinet baru, karena tugasnya sudah selesai.

6. Kabinet Ali II

Ali Sastroamijoyo, yang juga Ketua PNI, pemenang Pemilu 1955, kembali dipercaya Bung
Karno membentuk Kabinet baru, Kabinet ini jatuh karena adalah karena terjadinya perpecahan
antara Partai Masyumi dan PNI. Masyumi sebagai parpol pemenang suara terbanyak kedua
setelah PNI mendapat posisi 5 menteri dalma kabinet Ali II. Karena kabinet ini adalah koalisi
antara PNI, Masyumi dan NU, namun pada perkembangannya terjadi pecah kongsi antara PNI
dan Masyumi yang membuat Masyumi menarik dukuangannya. Selain itu juga banyak
pembeontakan dan tuntutan dari daerah terhadap pemerintah pusat . Akhirnya Ali menyerahkan
mandat kepada Presiden.
7. Kabinet Juanda.

Ini merupakan kabinet terakhir di masa Demokrasi Liberal. Kabinet ini disebut juga kabinet
ZAKEN (Ahli) karena mayoritas diisi menteri-menteri dari kalangan professional bukan anggota
partai. Kabinet ini mempunyai tugas utama menyelesaikan persoalan pemberontakan di
daerah. Hingga dilakukan MUNAS (Musyawarah pembangunan nasional) untuk mendengarkan
usulan atau aspirasi dari daerah. Namun upaya ini gagal, bahkan pada masa kabinet ini juga
terjadi upaya pembunuhan terhadap Presiden Soekarno. Peristiwa in terjadi pada saat Soekarno
sedang menjemput anak2nya di Perguruan Cikini, Jakarta Pusat. Namun pada saat kabinet ini
pulalah Indonesia berhasil memberikan sumbangan kepada dunia internasional tentang hukum
perbatasan laut antar negara yang dikenal dengan DEKLARASI JUANDA. Yaitu bagaimana
cara mengukur wilayah laut suatu negara dari daratannya.

1. Demokrasi Terpimpin. (1959-1967)

Demokrasi Terpimpin adalah sebutan untuk zaman di mana Indonesia berada di bawah
kekuasaan Presiden Soekarno sejak Juli 1959 hingga 1967. Pak, bukankah Soekarno menjadi
presiden sejak tahun 1945? Mengapa zaman Demokrasi Terpimpin mulai dihitung sejak tahun
1959?. Zaman Demokrasi Terpimpin juga merupakan istilah ketika Indonesia dipimpin oleh
Soekarno sebagai Kepala Negara sekaligus Kepala Pemerintahan. Sedangkan mulai bulan
November 1945-Juli 1959 Soekarno hanya sebagai Kepala Negara, tanpa wewenang apapun
dalam jalannya pemerintahan sehari-hari atau lembaga eksekutif.

 Situasi PolitIk Demokrasi Liberal

Sejak 17 Agustus 1950, Indonesia menganut sistem Demokrasi Liberal atau Demokrasi
Parlementer. Di mana pemerintahan sehari-hari dipimpin oleh seorang Perdana Menteri. Sejak
tahun 1950-1959 sudah ada sekitar 7 perdana menteri yang hampir setiap tahun berganti karena
berbagai persoalan. Sebut saja, Natsir, Ali Sastroamijoyo, hingga Djuanda. Selain itu, sesuai
hasil pemilu 1955, dibentuklah Dewan Konstituante. Dewan Konstituante hampir
merampungkan tugasnya membuat UUD baru, namun mereka terpecah ketika menentukan dasar
negara yang akan dicantumkan di UUD tersebut. Terdapat 3 arus besar dasar negara
dalamKonstituante yaitu pendukung dasar negara Islam, Pancasila dan Sosial Ekonomi, akhirnya
lembaga ini tidak pernah mencapai kesepakatan tentang dasar negara tersebut.
Melihat situasi politik yang sangat tidak stabil inilah, Soekarno menawarkan sebuah konsepsi
untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Intinya konsepsi Soekarno ini menginginkan sistem
demokrasi liberal perlu diganti dengan sistem demokrasi terpimpin, sederhananya demokrasi
yang memungkinan partisipasi aktif dari masyarakat lewat partai politik harus “dipimpin” dan
diatur oleh negara. Hal ini tentu mendapat penentangan dari tokoh-tokoh politik. Namun
tampaknya militer mendukung ide Soekarno ini.
Situasi politik pada akhir Demokrasi Liberal (1959) yang semakin tidak menentu, ditambah
pemberontakan dewan militer di daerah (PRRI/Permesta) membuat Soekarno mengeluarkan
sebuah Dekrit pada tanggal 5 juli 1959 yang isinya :

 Pembubaran Konstituante
 Tidak berlakunya UUD 1950 (Sementara) dan berlakunya kembali UUD 1945.
 Pembentukan MPRS dan DPAS

Dekrit ini langsung mendapat dukungan dari militer. Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal AH.
Nasution bahkan memerintahkan kepada seluruh jajarannya untuk melaksanakan dan
mengamankan Dekrit tersebut, bahkan Mahkamah Agung juga menguatkan dekrit ini.
Dengan diterbitkannya Dekrit tersebut, berakhirlah masa Demokrasi Liberal di
Indonesia. Digantikan oleh sistem Demokrasi Terpimpin. UUD 1950 (Sementara) tidak
digunakan lagi, Indonesia kembali menggunakan UUD 1945. Dengan digunakannya kembali
UUD 1945, Indonesia masuk ke sistem Presidensial di mana Presiden Soekarno bertindak
sebagai Kepala Pemerintahan sekaligus Kepala Negara. Indonesia memasuki zaman di mana
kekuasaan Soekarno sangat besar.
Setelah Dekrit dikeluarkan Kabinet Juanda dibubarkan, kemudian diganti Kabinet Kerja. Setelah
kabinet baru dibentuk, dibentuk pula Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
(MPRS). Anggotanya ditunjuk dan dipilih oleh presiden. MPRS diketuai oleh Chaerul Saleh
dengan tugas menetapkan GBHN (Garis Besar Haluan Negara). Kemudian dibentuk pula DPAS
(Dewan Pertimbangan Agung ) yang nantinya mengusulkan Pidato Presiden berjudul “Penemuan
Kembali Revolusi Kita” (yang dibacakan sebagai pertanggungjawaban atas dikeluarkannya
Dekrit tahun 1959) menjadi Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
Setelah itu dibentuk pula Front Nasional yaitu sebuah organisasi massa yang memperjuangkan
cita-cita proklamasi dan UUD 1945. Front ini diberi tugas untuk 1. menyelesaikan revolusi
Indonesia, 2. melaksanakan pembangunan nasional dan 3. mengembalikan Irian Barat ke
pangkuan Indonesia. Demikian beberapa lembaga negara yang dibentuk pada masa-masa awal
Demokrasi Terpimpin.

Kebijakan Soekarno pada zaman Demokrasi Terpimpin.

1. Integrasi Irian Barat.

Konfrensi Meja Bundar mengatakan bahwa masalah Papua akan dibicarakan setahun kemudian
atau tepatnya 1950. Namun setelah setahun berlalu, Belanda belum juga memberikan Irian Barat
kepada Indonesia. Pada zaman Demokrasi Liberal (1950-1959) pemerintah Indonesia sudah
berkali-kali melakukan diplomasi terkait dengan hal tersebut. Selain diplomasi Indonesia juga
melancarkan serangkaian konfrontasi ekonomi dan politik.
Konfrontasi ekonomi pada tahun 1957 dilakukan dengan cara

1. Melakukan mogok buruh di perusahaan Belanda,


2. Melarang penerbangan Belanda
3. Memboikot kepentingan-kepentingan Belanda di Indonesia.

Bahkan setahun berikutnya keluar UUD Nasionalisasi terhadap perusahan-perusaan Belanda di


Indonesia, namun mereka tetap tidak bergeming. Indonesia akhirnya menambahkan kofrontasi
politik dengan cara memutuskan hubungan diplomatik dengan Belanda. Namun cara-cara di atas
belum juga berhasil. Belanda masih menunda untuk mengembalikan Irian Barat ke Indonesia.
Pada tahun 1960, Soekarno memutuskan untuk menghentikan cara-cara diplomasi. Soekarno
mengutus Jenderal AH Nasution untuk meminta bantuan senjata dari Amerika Serikat. Namun
permintaan tersebut ditolak. Akibatnya mata Indonesia beralih ke Uni Soviet. Kali ini
pendekatan berhasil, Indonesia berhasil mendapatkan bantuan dengan total US$ 400 juta dalam
bentuk peralatan militer. Adanya persediaan militer ini akhirnya membawa Indonesia kepada
konfrontasi total. Militer Indonesia juga dikerahkan di bawah Komando Mandala yang dipimpin
oleh Mayor Jenderal Soeharto. Sukarno juga memberikan pidato yang diberi judul TRIKORA
untuk memberikan semangat terhadap upaya penyatuan kembali Irian Barat ke Indoensia :

 Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan Belanda.


 Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat, tanah air Indonesia.
 Bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan
tanah air dan bangsa.

Pada perkembangan selanjutnya Belanda ditekan oleh Amerika Serikat melalui diplomatnya
Elsworth Bunker bahkan Jaksa Agung Robert Kennedy saudara Presiden Amerika Serikat kala
itu John F Kennedy. Hal ini dilakukan semata-mata agar Indonesia tidak terlalu jauh melenceng
ke blok Timur (komunisme). Buahnya diadakanlah pertemuan Belanda Indonesia dan
disepakatilah sebuah perjanjian yaitu Perjanjian New York yaitu :

1. Kekuasaan sementara di Irian Barat diserahkan kpd UNTEA (United Nation Temporary
Authority)
2. Akan diadakan PEPERA (penentuan pendapat rakyat/Referendum) sebelum tahun 1969.

Namun sayang dalam pertempuran antara Indonesia dan Belanda dalam kasus Irian Barat, Kapal
Perang Indonesia Macan Tutul karam dan tenggelam menewaskan tentara Indonesia yang
dipimpin oleh Komodore Yos Sudarso.

2. Konfrontasi dengan Malaysia.

Pada tahun 1961, muncul keinginan negara-negara bekas jajahan Inggris di Malaya,
SIngapura dan Kalimantan Utara untuk bergabung dalam sebuah Federasi Melaysia. Indonesia di
bawah Presiden Soekarno merasa tidak nyaman dengan keadaan ini. Soekarno merasa bahwa
keinginan tersebut bukanlah lahir dari rakyat di sana, melainkan strategi Inggris untuk bisa
menguasai Asia Tenggara lagi
Bung Karno semakin marah, dia memutuskan untuk melakukan konfrontasi terhadap
Malaysia. Slogan Ganyang Malaysia saban hari biasa didengar pada masa-masa itu. Soekarno
memutuskan untuk membentuk Komando Mandala Siaga di bawah pimpinan Laksamana Udara
Omar Dhani. Soekarno juga menyerukan perintah yang dikenal sebgai Dwikora

 Perhebat ketahanan Revolusi Indonesia


 Bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Sabah, Serawak dan Brunai
untuk membubarkan negara boneka Malaysia.

Anda mungkin juga menyukai