INDONESIA
PADA MASA BERLAKUNYA UUDS 1950
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Konstitusi
Semesrter VI, Non-Reguler
Dosen : H.E Hidayat,SH.,MH
TASIKMALAYA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada waktu berlakunya Konstitusi Republik Indonesia Serikat dan
Undang-Undang Dasar Sementara penyelenggaraan pemerintahan negara
menganut
sistem
pemerintahan
Kabinet
Parlementer
(Sistem
Pertanggungjawaban Menteri).
Berdasarkan maklumat pemerintah tanggal 3 November 1945, maka
timbullah partai-partai politik yang jumlahnya sangat banyak, yakni 28
partai. Pemilu thn. 1955 diadakan 2 kali yaitu :
1. Pemilu I, tanggal 19 September 1955 untuk memilih anggota
parlementer (DPR).
2. Pemilu II, tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih anggota
konstituante.
Sistem Kabinet Parlementer pada masa berlakunya Konstitusi
Republik Indonesia Serikat belum berjalan sebagaimana mestinya, sebab
belum terbentuk Dewan Perwakilan Rakyat hasil pemilihan umum,
sedangkan pada waktu berlakunya Undang-Undang Dasar Sementara,
Sistem Kabinet Parlementer baru berjalan sebagaimana mestinya, setelah
terbentuk Dewan Perwakilan Rakyat berdasarkan pemilihan umum tahun
1955 tersebut
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistematika UUDS 1950 ?
2. Bagaimana bentuk negara pada masa UUDS 1950 ?
3. Bagaimana bentuk pemerintahan pada masa UUDS 1950 ?
4. Bagaimana sistem pemerintahan pada masa UUDS 1950 ?
5.
C.
Tujuan
Tujuan dari makalah yang kami buat ini adalah agar mahasiswa dan
mahasiswi serta instansi lain dapat :
1.
2.
3.
4.
5.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistematika UUDS 1950
UUDS
1950
merupakan
undang-undang
sementara
setelah
sebelumnya terdapat UUD RIS, atau UUDS 1950 merupakan undangundang transisi masa peralihan dari UUD RIS menuju pemberlakuan
kembali UUD 1945.
Sistematika UUDS 1950, adalah sebagai berikut:
a.
1945 ).
b. Batang Tubuh, terdiri dari enam bab, dan 146 pasal.
Dalam UUDS 1950 tidak terdapat bagian penjelasan.
Dalam mukaddimah UUDS 1950 teradapat rumusan dan sistematika
dasar Negara Pancasila yang sama dengan yang tercantum dalam konstitusi
RIS, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa;
2. Peri Kemanusiaan;
3. Kebangsaan;
4. Kerakyatan;
5. Keadilan Sosial
B. Bentuk Negara
Bentuk negara yang dikehendaki oleh UUDS tahun 1950 ialah negara
kesatuan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dalam mukaddimah alinea IV
UUDS 1950 yang berbunyi: Kemerdekaan kami itu dalam suatu piagam
negara yang berbentuk republik kesatuan, Selain itu, diperkuat dalam
Pasal 1 Ayat (1) UUDS 1950 yang menyebutkan:Republik Indonesia yang
merdeka dan berdaulat ialah suatu negara hukum yang demokratis dan
berbentuk kesatuan
Ciri negara kesatuan adalah tidak ada negara dalam negara dan
pemerintah pusat mempunyai kedaulatan ke luar dan ke dalam dengan
sistem desentralisasi. Hal ini sesuai amanat Pasal 131 Ayat (1) UUDS 1950
yang menyatakan bahwa :Pembagian daerah Indonesia atas daerah
besar dan daerah kecil yang berhak mengurus rumah tangganya sendiri
(otonomi), dan bentuk susunan pemerintahan ditetapkan dengan undangundang, dengan memandang dan mengingat dasae permusyawaratan dan
dasar perwakilan dalam sistem pemerintahan negara
C. Bentuk Pemerintahan
Bentuk pemerintahan adalah republik sesuai dengan Mukadimah
alinea IV dan Pasal 1 Ayat (1) UUDS 1950. Bentuk pemerintahan yang
a.
Kabinet Wilopo didukung oleh PNI, Masyumi, dan PSI. Prioritas utama
program kerjanya adalah peningkatan kesejahteraan umum. Peristiwa
penting yang terjadi semasa pemerintahannya adalah peristiwa 17 Oktober
1952 dan peristiwa Tanjung Morawa. Peristiwa 17 Oktober 1952, yaitu
tuntutan rakyat yang didukung oleh Angkatan Darat yang dipimpin
Nasution, agar DPR Sementara dibubarkan diganti dengan parlemen baru.
Sedang Peristiwa Tanjung Morawa (Sumatra Timur) mencakup persoalan
perkebunan asing di Tanjung Morawa yang diperebutkan dengan rakyat
yang mengakibatkan beberapa petani tewas.
4. Kabinet Ali Sastroamijoyo I ( 30 Juli 1953-12 Agustus 1955 )
Kabinet ini dikenal dengan Kabinet Ali Wongso (Ali Sastroamijoyo dan
Wongsonegoro). Prestasi yang dicapai adalah terlaksananya Konferensi di
Bandung 18-24 April 1955.
5. Kabinet Burhanudin Harahap ( 12 Agustus 1955 24 Maret 1956 )
Kabinet ini dipimpin oleh Burhanudin Harahap dengan inti Masyumi.
Keberhasilan yang diraih adalah menyelenggarakan pemilu pertama tahun
1955. Karena terjadi mutasi di beberapa kementerian, maka pada tanggal 3
Maret 1956 Burhanudin Harahap menyerahkan mandatnya.
6. Kabinet Ali Sastroamijoyo II ( 24 Maret 1956 9 April 1957 )
Program Kabinet Ali II disebut Rencana Lima Tahun. Program ini memuat
masalah jangka panjang, misalnya perjuangan mengembalikan Irian Barat.
Muncul semangat anti- Cina dan kekacauan di daerah-daerah sehingga
menyebabkan kabinet goyah. Akhirnya pada Maret 1957, Ali Sastroamijoyo
menyerahkan mandatnya.
7.
presiden ).
2. Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat ( Pasal 83 Ayar 1 ).
3. Kekuasaan legislatif dipegang oleh pemerintah bersama DPR ( Pasal 89 ),
dan DPR berhak mengajukan usul perubahan undang-undang ( Pasal 90
Ayat 2 ).
4. DPR dapat memaksa kabinet atau masing-masing menteri meletakkan
jabatannya dan sebagai imbalannya presiden berhak membubarkan DPR
( Pasal 69 Ayat 2, Pasal 83, dan Pasal 84 ).
5. Perdana menteri diangkat oleh presiden ( Seharusnya oleh Parlemen )
dengan membentuk formatur melalui keputusan presiden, begitu juga
6.
tahun,
namun
lembaga
ini
masih
belum
berhasil
tersebut adalah adanya pertentangan pendapat diantara partaipartai politik di badan konstituante dan juga di DPR serta di
badan-badan pemerintahan.
Pada tanggal 22 April 1959 Presiden Soekarno menyampaikan
amanat yang berisi anjuran untuk kembali ke UUD 1945. Pada
dasarnya saran untuk kembali kepada UUD 1945 tersebut dapat
diterima oleh para anggota Konstituante, tetapi dengan pandangan
yang berbeda-beda.
Oleh karena tidak memperoleh kata sepakat, maka diadakan
pemungutan suara. Sekalipun sudah tiga kali diadakan pemungutan
suara, ternyata jumlah suara yang mendukung anjuran Presiden
tersebut belum memenuhi persyaratan yaitu 2/3 suara dari jumlah
anggota yang hadir.
Kegagalan Konstituante untuk menetapkan rancangan UUD membuat
keadaan politik dalam negeri Indonesia berada dalam ancaman. Ancaman
yang dapat membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam situasi
ini, dengan situasi tersebut pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno
membacakan dekritnya, yang dikenal dengan Dekrit 5 Juli 1959.
Isi Dekrit 5 Juli 1959 adalah:
1. Membubarkan Konstutuante.
2. Memberlakukan kembali Undang-Undang Dasar 1945 bagi segenap bangsa
dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan tidak berlakunya lagi UUD
3.
merupakan
suatu
struktur
yang
tidak
menopang
suatu
menganggap
bahwa
keadaan
ketatanegaraan
Indonesia
4.
1.
Ternyata UUD 1945 tidak dilaksanakan secara murni dan konsekuen. UUD
1945 yang harusnya menjadi dasar hukum konstitusional penyelenggaraan
2.
3.
F. Komentar
Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pemerintahan Parlementer
1. Kelebihan :
a. Pembuatan kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi
penyesuaian pendapat antara eksekutif dan legislatif.
b. Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik
c.
jelas.
Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga
besar di parlemen dan partai, serta anggota kabinet pun dapat menguasai
parlemen.
d. Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif.
e. Sistem multipartai berdampak pada mendominasinya kepentingan partai
politik, sehingga timbul berbagai pemberontakan yang mempengaruhi
stabilitas politik.
f. Tidak terdapat partai yang menang mayoritas sehingga mempengaruhi
g.
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
UUDS
1950
merupakan
undang-undang
sementara
setelah
sebelumnya terdapat UUD RIS, atau UUDS 1950 merupakan undangundang transisi masa peralihan dari UUD RIS menuju pemberlakuan
kembali UUD 1945.
sebagai berikut :
Presiden dan wakil presiden.
Menteri-menteri.
Dewan Perwakilan Rakyat.
Mahkamah Agung.
Dewan Pengawas Keuangan
Dalam kurun waktu tahun 1950 s/d 1959. Berikut kabinet-kabinet yang
pernah ada pada waktu itu.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1. Membubarkan Konstutuante.
2. Memberlakukan kembali Undang-Undang Dasar 1945 bagi segenap bangsa
dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan tidak berlakunya lagi UUD
sementara tahun 1950.
3.
1. Kelebihan :
a. Pembuatan kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi
penyesuaian pendapat antara eksekutif dan legislatif.
b. Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik
c.
jelas.
Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga
parlemen.
d. Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif.
e. Sistem multipartai berdampak pada mendominasinya kepentingan partai
politik, sehingga timbul berbagai pemberontakan yang mempengaruhi
f.
stabilitas politik.
Tidak terdapat partai yang menang mayoritas sehingga mempengaruhi
g.
TOP
1 komentar:
Anonim mengatakan...
good
23 Oktober 2013 16.30
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Subscribe to: Poskan Komentar (Atom)
kaleng
RSS Feed
Yahoo
YouTube
judul lagu
Zivilia Band - Aisitheru
clock
Blogger news
Blogroll
Diberdayakan oleh Blogger.
Fans
twitter
Template by:
text