Anda di halaman 1dari 11

Sistem dan Struktur Politik

dan Ekonomi Indonesia Masa


Demokrasi Parlementer
Kelompok 5
CREATED XII IPS 2
Struktur
Pembahsan
01 Latar
Perkembangan 02
Politik Masa
belakang Demokrasi
Parlementer

03 Sistem dan pemikiran ekonomi


pada masa demokrasi
parlementer
STRUKTUR
PEMBAHASAN
Pada tahun 1950 - 1959 dalam sejarah Indonesia disebut sebagai sistem Demokrasi
Parlementer yang memperlihatkan semangat belajar berdemokrasi. Oleh karena itu,
sistem pemerintahan yang dibangun mengalami kendala yang mengakibatkan jatuh
bangun kabinet. Periode ini disebut oleh Wilopo, salah seorang perdana menteri di
era tersebut (1952-1953) sebagai zaman pemerintahan partai-partai. Banyaknya
partai-partai dianggap salah satu kendala yang mengakibatkan kabinet atau
pemerintahan tidak berusia panjang dan silih berganti. Ketika pemerintahan republik
Indonesia serikat dibubarkan pada Agustus 1950, RI kembali menjadi Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Perubahan bentuk pemerintahan diikuti pula dengan
perubahan undang-undang dari konstitusi RIS ke UUD sementara 1950. Perubahan
ke UUD sementara ini membawa Indonesia memasuki masa demokrasi liberal. Masa
demokrasi liberal di Indonesia memiliki ciri banyaknya partai politik yang saling
berebut pengaruh untuk memegang tampuk kekuasaan. Hal tersebut membawa
dampak terganggunya stabilitas nasional di berbagai bidang kehidupan.
1.Sistem pemerintahan
Sistem pemerintahan Indonesia sampai dengan tahun 1950-an telah menjalankan
dua sistem pemerintahan yang berbeda yaitu sistem presidensial dan sistem
parlementer. Tidak sampai 1 tahun setelah kemerdekaan sistem pemerintahan
presidensial digantikan dengan sistem pemerintahan parlementer Hal ini ditandai
dengan pembentukan kabinet parlementer pertama pada November 1945 dengan
Syahrir sebagai perdana menteri baru Pada masa Republik Indonesia Serikat
pelaksanaan sistem parlementer dilandasi oleh konstitusi yaitu konstitusi RIS.
Begitu juga pada masa demokrasi liberal pelaksanaan sistem parlementer dilandasi
oleh UUD sementara 1950 atau dikenal dengan konstitusi liberal. Ketika
Indonesia kembali menjadi negara kesatuan UUD yang digunakan sebagai
landasan hukum Republik Indonesia bukan kembali UUD 1945 sebagaimana yang
ditetapkan oleh PPKI pada awal kemerdekaan, namun menggunakan UUD
sementara 1950. Sistem pemerintahan negara menurut UUD sementara 1950
adalah sistem parlementer. Artinya, kabinet disusun menurut perlindungan
kekuatan kepartaian dalam parlemen dan sewaktu-waktu dapat dijatuhkan oleh
wakil partai dalam parlemen. Presiden hanya merupakan lambang kesatuan saja.
Hal ini dinamakan pula demokrasi liberal, sehingga era ini dikenal sebagai zaman
demokrasi liberal. Sistem kabinet masa ini berbeda dengan sistem kabinet RIS
yang dikenal sebagai zaken Kabinet.
Kabinet pada Masa
Demokrasi
Parlementer

1. Kabinet Natsir, mulai 6 September 1950 sampai 21


Maret 19512.
2. Kabinet Sukiman, mulai 27 April 1951 sampai 3
April 19523.
3. Kabinet Wilopo, mulai 3 April 1952 sampai 3 Juni
19534.
4. Kabinet Ali Sastroamijoyo I, mulai 31 Juli 1953
sampai 12 Agustus 19555.
5. Kabinet Burhannudian Harahap, mulai 12 Agustus
1955 sampai 3 Maret 19566.
6. Kabinet Ali Sastroamijoyo II, mulai 20 Maret 1956
sampai 4 Maret 19577.
7. Kabinet Karya atau Kabinet Djuanda, mulai 9 April
1957 sampai 5 Juli 1959
Sistem kepartaian
Partai politik merupakan suatu kelompok
Diantara partai-partai tersebut
terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai tergambar dalam bagan berikut ini:
orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama.
Tujuan dibentuknya partai politik adalah untuk
memperoleh, merebut dan mempertahankan
kekuasaan secara konstitusional. Jadi munculnya
partai politik erat kaitannya dengan kekuasaan.

Gagasan pembentukan partai baru muncul lagi


ketika pemerintah mengeluarkan maklumat
pemerintah pada tanggal 3 November 1945.
Melalui maklumat inilah gagasan pembentukan
partai-partai politik dimunculkan kembali dan
berhasil membentuk partai-partai politik baru.
Pemilihan umum 1955
Pemilihan Umum 1955 merupakan tonggak demokrasi pertama di Indonesia.
Banyak kalangan yang menilai bahwa pemilihan umum 1955 merupakan pemilu
yang paling demokratis yang dilaksanakan di Indonesia.Pemilihan Umum 1955
menghasilkan susunan anggota DPR dengan jumlah anggota sebanyak 250 orang
dan dilantik pada tanggal 24 Maret 1956 oleh Presiden Soekarno. Dewan
konstituante bertugas untuk membuat undang-undang dasar yang tetap, untuk
menggantikan UUD sementara 1950. Dalam sidang Dewan Konstituante muncul
3 usulan dasar negara yang dilangsung oleh partai-partai;pertama, dasar negara
Pancasila diusung antara lain oleh PNI, PKRI, Permai, Parkindo dan Paperki;
kedua, dasar negara Islam diusung antara lain oleh Masyumi, NU dan PSII;
ketiga, dasar negara sosial ekonomi yang diusung oleh Partai Murba dan Partai
Buruh. Ketiga usulan dasar negara ini kemudian mengerucut menjadi dua usulan
Pancasila dan Islam Belanda sosial ekonomi tidak memperoleh dukungan suara
yang mencukupi, hanya sembilan suara.
Sistem ekonomi liberal

Pemerintah Indonesia menanggung beban ekonomi dan keuangan yang cukup


berat dampak dari disepakatinya ketentuan-ketentuan KMB, yaitu
meningkatnya nilai utang Indonesia baik utang luar negeri maupun utang
dalam negeri. Struktur perekonomian yang diwarisi dari penguasa kolonial
Masih berat sebelah, nilai ekspor Indonesia pada saat itu masih sangat
bergantung pada beberapa jenis hasil perkebunan yang nilainya jauh di
bawah produksi pada era sebelum perang Dunia II. Pada era ini pemerintah
mengalami defisit sebesar Rp 5,1 miliar.

Defisit ini sebagian besar hasil dikurangi dengan peminjaman pemerintah dan
kebijakan ekspor impor barang, terutama ketika pecah Perang Korea
Kebijakan yang ditemukan pemerintah untuk menanggulangi permasalahan
tersebut di antaranya adalah melakukan industrialisasi
Pemikiran Ekonomi Nasional
Pemikiran ekonomi pada 1950-an pada umumnya
merupakan upaya mengubah struktur perekonomian Upaya pembangunan ekonomi nasional juga
kolonial menjadi perekonomian nasional. Hambatan diwujudkan melalui Program Pembangunan Rencana 5
yang dihadapi dalam mewujudkan hal tersebut adalah tahun, 1956-1960, yang disiapkan oleh Biro Perancang
sudah berakarnya sistem perekonomian kolonial yang Nasional (BPN) yang dipimpin oleh Djuanda. Program
cukup lama. Warisan ekonomi kolonial membawa Ini pertama kali dijalankan pada masa Kabinet Ali
dampak perekonomian Indonesia banyak didominasi Sastroamidjojo II. Tujuan dari rencana 5 tahun adalah
leh perusahaan asing dan ditopang oleh kelompok etnis mendorong munculnya industri besar, munculnya
China sebagai penggerak perekonomian Indonesia. perusahaan-perusahaan yang melayani kepentingan
Kondisi inilah yang ingin diubah oleh para pemikir umum dan jasa pada sektor publik yang hasilnya
ekonomi nasional di setiap kabinet di era Demokrasi diharapkan mampu mendorong penanaman modal
Parlementer. Upaya membangkitkan perekonomian dalam sektor swasta.
sudah dimulai sejak kabinet pertama di era Demokrasi
Parlementer, Kabinet Natsir.
03. Kesimpulan
a). Salah satu ciri yang tampak pada masa demokrasi parlementer
adalah seringnya terjadi pergantian kabinet, mulai dari kabinet
Natsir, kabinet Sukiman, kabinet wilopo, kabinet Ali
Sastroamidjojo I, kabinet Burhanudin Harahap, kabinet Ali
Sastroamidjojo
b). Penyebab II, dan
utama seringnya kabinet
terjadi Djuanda.
pergantian kabinet pada masa demokrasi parlementer adalah
karena adanya perbedaan kepentingan di antara partai-partai yang tidak pernah dapat terselesaikan
dengan baik pada masa ini sistem kepartaian yang diterapkan memang bersifat multipartai.
b). Penyebab utama seringnya terjadi pergantian kabinet pada
masa demokrasi parlementer adalah karena adanya perbedaan
kepentingan di antara partai-partai yang tidak pernah dapat
terselesaikan dengan baik pada masa ini sistem kepartaian yang
diterapkan memang bersifat multipartai.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai