Anda di halaman 1dari 20

Kelompok 3 XII MIPA 3

DEMOKRASI LIBERAL
1949 - 1959

Adelia Putri E (01)


Calista Alpharosa L (07)
Christiana Inggrid (09)
Faenda Niza Az zahra (17)
Nuraini Salma (28)
Rachma Audina KA (29)
Pokok
Bahasan
1 Latar Belakang

2 Kondisi Politik Ekonomi

3 Pemilu pertama 1955

4 Dekrit Presiden
Latar
Belakang
Latar Belakang
Setelah dibubarkannya RIS, sejak tahun 1950 RI melaksanakan demokrasi parlementer yang lebih
Liberal dengan mencontoh sistem parlementer barat, dan masa ini disebut Masa demokrasi Liberal.
Indonesia dibagi manjadi 10 Provinsi yang mempunyai otonomi dan berdasarkan Undang–undang Dasar
Sementara tahun 1950. Akibat pelaksanaan konstitusi tersebut, pemerintahan RI dijalankan oleh suatu
dewan menteri (kabinet) yang dipimpin oleh seorang perdana menteri dan bertanggung jawab kepada
parlemen (DPR).
Berawal dari pengakuan kedaulatan, Indonesia memasuki masa demokrasi Liberal. Masa demokrasi
Liberal berlaku antara tahun 1949-1959, ditandai dengan tumbuh suburnya partai politik dan berlakunya
kabinet parlementer. Demokrasi Liberal di Indonesia ditandai oleh prestasi politik dan kemelut politik.
Prestasi politik berupa pemberlakuan system multipartai dan penyelenggaraan pemilu yang demokratis.
Kemelut politik berupa kabinet yang silih berganti dan perdebatan berkepanjangan dalam kontituante.
Latar Belakang
Prestasi politik dan kemelut politik merupakan hal yang terjadi pada masa demokrasi Liberal. Pada
masa itu, untuk pertama kalinya dilaksanakan pemilu I yang dinilai banyak kalangan merupakan
pemilu yang paling demokratis. Begitu juga pada masa itu sering terjadi pergantian kabinet (Matroji,
2002:65).
Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa demokrasi Liberal adalah sebutan bagi masa pemerintahan
Presiden Soekarno yang melindungi hak-hak individu dari kekuasaan pemerintah. Lebih lanjut
Demokrasi liberal (atau Demokrasi konstitusional) adalah sistem politik yang melindungi secara
konstitusional hak-hak individu dari kekuasaan pemerintah. Dalam Demokrasi liberal, keputusan-
keputusan mayoritas (dari proses perwakilan atau langsung) diberlakukan pada sebagian besar
bidang-bidang kebijakan pemerintah yang tunduk pada pembatasan-pembatasan agar keputusan
pemerintah tidak melanggar kemerdekaan dan hak-hak individu.
Latar Belakang
Demokrasi liberal pertama kali dikemukakan pada Abad Pencerahan oleh penggagas teori kontrak
sosial seperti Thomas Hobbes, John Locke, dan JeanJacques Rousseau. Semasa Perang Dingin, istilah
demokrasi liberal bertolak belakang dengan komunisme ala Republik Rakyat. Pada zaman sekarang
Demokrasi konstitusional umumnya dibanding-bandingkan dengan Demokrasi langsung atau
Demokrasi partisipasi. Demokrasi liberal dipakai untuk menjelaskan sistem politik dan Demokrasi
barat di Amerika Serikat, Britania Raya, Kanada. Konstitusi yang dipakai dapat berupa republik
(Amerika Serikat, India, Perancis) atau monarki konstitusional (Britania Raya, Spanyol). Demokrasi
liberal dipakai oleh negara yang menganut sistem Presidensial atau sistem semi Presidensial.

Demokrasi Liberal
Indonesia
Pada tahun 1950, Negara Kesatuan Republik Indonesia mempergunakan Undang Undanf Dasar
Sementara (UUDS) tau juga disebut Undang Undang Dasar 1950. Berdasarkan UUD tersebut
pemerintahan yang dilakukan oleh kabinet sifatnya parlementer, artinya kabinet
bertanggungjawab pada [parlemen. hatuh bangunnya suatu kabinet bergantung pada
dukungan anggota parlemen.
Ciri utama Demokrasi Liberal adalah seringnya berganti kabinet. Hal ini disebabkan karena
jumlah partai yang cukup banyak, tetapi tidak ada partai yang memiliki mayoritas mutlak.
karena sering terjadi pergantian kabinet, rakyat mengalami kesulitan karena adanya
berbagai gangguan keamanan dan beratnya perekonomian yang menimbulkan labilnya
sosial-ekonomi.
KONDISI POLITIK
DEMOKRASI LIBERAL
KONDISI POLITIK

Politik sebagai Panglima merupakan semboyan partai partai pada umumnya,


sehingga
berlomba lombalah para partai politik untuk memperebutkan posisis panglima
ini. Lembaga seperti DPR dan Konstituante hasil PEMILU merupakan forum
utama politik, sehingga persoalan ekonomi kurang mendapat perhatian
KONDISI POLITIK
Periode 1949 -1959 merupakan masa berkiprahnya partai-partai politik pada
pemerintahan Indonesia. Pada masa ini terjadi pergantian kabinet, partaipartai
politik terkuat mengambil alih kekuasaan. Dua partai terkuat pada masa itu
(PNI dan Masyumi) silih berganti memimpin kabinet. Hampir setiap tahun
terjadi pergantian kabinet. Masa pemerintahan kabinet tidak ada yang berumur
panjang, sehingga masing-masing kabinet yang berkuasa tidak dapat
melaksanakan seluruh programnya. Keadaan ini menimbulkan ketidakstabilan
dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan keamanan. Kabinet-kabinet yang
pemah berkuasa setelah penyerahan kedaulatan dari tangan Belanda.

SISTEM PEMERINTAHAN
Kabinet Natsirl Kabinet Sukimanl Kabinet Wilopo

(masyumi) : 1950- 1951 (masyumi) : 1951- 1952 (PNI) : 1952- 1953

Kabinet Ali Sastroamidjojo II Kabinet Burhanudin Harahap Kabinet Ali Sastroamidjojo I


(PNI) : 1956- 1957 (masyumi) : 1955- 1956 (PNI) : 1953- 1955

Kabinet Djuanda
(Zaken Kabinet)

1957 - 1959
Catatan untuk guru: Sewaktu dalam mode Presentasi,
tekan 9 untuk memulai hitung mundur 9 menit.

KONDISI EKONOMI
DEMOKRASI LIBERAL
KONDISI EKONOMIl

Masa ini disebut masa liberal, karena dalam politik maupun sistem ekonominya
menggunakan prinsip-prinsip liberal. Perekonomian diserahkan pada pasar sesuai teori-
teori mazhab klasik yang menyatakan laissez faire laissez passer. Padahal pengusaha
pribumi masih lemah dan belum bisa bersaing dengan pengusaha nonpribumi, terutama
pengusaha Cina. Pada akhirnya sistem ini hanya memperburuk kondisi perekonomian
Indonesia yang baru merdeka. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah
ekonomi, antara lain :
KONDISI EKONOMIl

a) Gunting Syarifuddin, yaitu pemotongan nilai uang (sanering) 20 Maret 1950, untuk
mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkat harga turun.

b) Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu upaya menumbuhkan wiraswastawan pribumi


dan mendorong importir nasional agar bias bersaing dengan perusahaan impor asing
dengan membatasi impor barang tertentu dan memberikan lisensi impornya hanya pada
importir pribumi serta memberikan kredit pada perusahaan-perusahaan pribumi agar
nantinya dapat berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi nasional. Namun usaha ini
gagal, karena sifat pengusaha pribumi yang cenderung konsumtif dan tak bisa bersaing
dengan pengusaha nonpribumi.
KONDISI EKONOMIl
c) Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember 1951 lewat UU
no.24 th 1951 dengan fungsi sebagai bank sentral dan bank sirkulasi.

d) Sistem ekonomi Ali-Baba (kabinet Ali Sastroamijoyo I) yang diprakarsai Mr Iskak


Cokrohadisuryo, yaitu penggalangan kerjasama antara pengusaha cina dan pengusaha
pribumi. Pengusaha non-pribumi diwajibkan memberikan latihan-latihan pada pengusaha
pribumi, dan pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional.
Program ini tidak berjalan dengan baik, karena pengusaha pribumi kurang berpengalaman,
sehingga hanya dijadikan alat untuk mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah.

e) Pembatalan sepihak atas hasil-hasil Konferensi Meja Bundar, termasuk pembubaran Uni
Indonesia-Belanda. Akibatnya banyak pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya
sedangkan pengusaha-pengusaha pribumi belum bisa mengambil alih perusahaan-
perusahaan tersebut.
PEMILU 1 TAHUN 1955
Pemilihan umum
1955 merupkan
pemilu pertama
di Indonesia. Gambar disamping merupkan suasana pemilihan
umum 1955

pemilu ini terselenggara pada masa


pemerintahan Kabinet Burhanuddin Harahap
pada pemilu pertama 39 juta rakyat Indonesia
memberikan suaranya melalui kotak kotak suara
yang telah disediakan PPI. Pemilu 1955 dianggap
berhasil dan menjadi pemilu paling demokratis
yang dilaksanakan di Indonesia.
Pemilihan umum
1955 merupkan
pemilu pertama Pada 31 Mei 1954 pemerintah membentuk Panitia
di Indonesia. Pemilihan Indonesia (PPI) yang diketuai
Hadikusumo dan Rustam Sutam Palindih sebagai
wakil ketua. Selanjutnya PPI secara resmi
dilantik sebagai wakil ketua. Selanjutnya, PPI
secara resmi dilantik Presiden Soekarno pada 28
November 1954. Pelaksaan pemilu pertama
dibagi dalam 16 daerah pemilihan meliputi 208
kabupaten, 2139 kecamatan, dan 43.429 desa.
PPI menetapkan pemilu dilaksanakan 2 tahap,
yaitu pada 29 September 1955 untuk memilih
anggota parlemen (DPR) dan pada 15 Desember
1955 untuk memilih anggota Konstituante
Pemilihan umum
1955 merupkan
pemilu pertama
di Indonesia. Hasil pemilu anggota parlemen (DPR)
diumumkan pada 1 Maret 1956 dengan jumlah
susunan anggota DPR sebanyak 250 kursi. yang
kemudian dilantik Presiden Soekarno pada 24
Maret 1956.
Sementara itu, hasil pemilu anggota
Konstituante diumumkan pada 16 Juli 1956
Halaman
Resource
Guru
Gunakan ikon dan ilustrasi
ini di dalam Presentasi
Canva Anda. Selamat
mendesain!

Anda mungkin juga menyukai