Anda di halaman 1dari 4

Perkembangan Politik Indonesia pada Masa Demokrasi Liberal

unsplash

Baca Juga: Perkembangan Politik Republik Indonesia Serikat pada Masa


Kemerdekaan

Indonesia sendiri sampai tahun 1950an sudah menjalankan dua sistem pemerintahan,
yaitu sistem parlementer dan presidensial.

Pergantian sistem pemerintahan demokrasi ke liberal di mulai pada November 1945


dengan ditunjuknya Syahrir sebagai perdana menteri Indonesia saat itu.

Nah, Pada masa demokrasi liberal pelaksanaan sistem parlementernya dilandasi oleh
UUD Sementara 1950 atau dikenal dengan Konstitusi Liberal.

Yuk, kita simak penjelan mengenai perkembangan politik yang terjadi di Indonesia
pada masa demokrasi liberal berikut ini!

“Masa demokrasi liberal dimulai pada tahun 1949 dan berakhir pada 1959 saat
pimpinan dipegang oleh Presiden Soekarno.”

Sistem Pemerintahan

Demokrasi liberal merupakan sistem pemerintahan di mana kabinet disusun menurut


perimbangan kekuatan kepartaian dalam parlemen.

Ciri yang terlihat pada masa demokrasi liberal di Indonesia yaitu sering terjadinya
pergantian kabinet.

Seringnya pergantian kabinet ini disebabkan oleh adanya perbedaan kepentingan


partai-partai yang ada.

Nah, perbedaan di antara partai-partai ini tidak bisa diselesaikan dengan baik sehingga
pada masa ini terjadi tujuh kali pergantian kabinet dalam kurun 9 tahun.

Kabinet-kabinet yang terbentuk umumnya memiliki program dan tujuan yang sama,
yaitu tentang keamanan, kemakmuran, dan Irian Barat.

Akan tetapi, yang membedakan tiap kabinet yaitu penekanan terhadap fokus utama
kabinet, seperti saat Masyumi meminta kabinet lebih menekankan pada
penyempurnaan pimpinan TNI.
O iya, pada tahun 1955 saat masa demokrasi liberal ini terjadi pemilihan umum
pertama di Indonesia.

“Sistem pemerintahan pada masa demokrasi liberal ini diisi oleh kabinet yang
berdasarkan kekuatan partai.”

Sistem Kepartaian

Partai politik adalah suatu kelompok terorganisir yang di mana para anggotanya
memiliki orientasi, cita-cita, dan nilai-nilai yang sama.

Nah, tujuan dari dibentuknya partai-partai politik ini yaitu untuk memperolerh,
mempertahankan, dan merebut kekuasaan secara konstitusional.

Setelah prokmasi kemerdekaan, pemerintah Indonesia memerlukan adanya parlemen


yang berfungsi sebagai perwakilan rakyat yang sesuai dengan UUD 1945.

Parlemen yang dimaksud di sini yaitu, MPR dan DPR serta partai politik, maka pada
23 Agustus 1945 Soekarno mengumumkan berdirinya Partai Nasional Indonesia.

Baca Juga: Perjuangan-Perjuangan Diplomasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia

Berdiri Pantai Nasional Indonesia atau PNI ini awalnya diinginkan Soekarno sebagai
pantai tunggal di Indonesia, akan tetapi bermunculan gagasan mengenai pembentukan
pantai baru.

Pada 3 November 1945 pemerintah Indonesia mengeluarkan maklumat yang menjadi


gagasan awal terbentuknya partai-partai politik di Indonesia.

Pada tahun 1945 pasca proklamasi kemerdekaan, berdiri 10 partai di Indonesia, yang
di antaranya Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi), Pantai Nasional
Indonesia (PNI), dan Pantai Sosialis Indonesia (PSI).

O iya, pada masa demokrasi liberal ini, sistem kepartaian yang di anut adalah sistem
multi partai.

“Pembentukan partai politik bertujuan untuk mengukur kekuatan perjuangan


Indonesa.”

Pemilihan Umum 1955

Adjarian, seperti yang sudah dijelaskan sebelum, pada masa demokrasi liberal ini
terjadi pemilihan umum pertama pada tahun 1955.
Pelaksanaan pemilihan umum 1955 bertujuan untuk memilih wakil-wakil rakyat yang
akan duduk di parlemen dan dewan konstituante.

Pemilihan umum 1955 ini diikuti oleh partai-partai politik dan juga kelompok
perorangan.

Pelaksanaan pemilihan umum pertama ini dibagi ke dalam 16 daerah pemilihan yang
terdiri dari 208 kabupaten, 2139 kecamatan, dan 42.429 desa.

Baca Juga: Mengenal Sejarah sebagai Peristiwa, Materi Sejarah Kelas 10 SMA

O iya, pemilihan umum 1955 ini dilaksanakan dalam 2 tahap, di mana tahap pertama
untuk memilih anggota parlemen pada 29 September 1955.

Sementara itu, tahap kedua berlangsung pada 15 Desember 1955 untuk memilih
anggota dewan konstituante.

Pemilihan umum 1955 ini menjadi tonggak demokrasi pertama yang terjadi di negara
Indonesia, dan adanya pemilihan umum menjadi tanda telah berjalannya demokrasi di
masyarakat.

Nah, Adjarian itu tadi beberapa perkembangan politik Indonesia pada masa demokrasi
liberal yang salah satunya menggelar pemilihan umum pertama tahun 1955.

Sistem Pemerintahan pada Masa Demokrasi Liberal Mengutip dari buku Sejarah
Indonesia Kelas 12 karya Abdurakhman, dkk (2018: 52),
sistem pemerintahan pada masa demokrasi liberal dilandasi oleh UUD Sementara
1950 (UUDS 1950) sebagai konstitusi tertinggi. Berdasar ketentuan dalam UUDS
1950, sistem pemerintahan Indonesia dijalankan dengan sistem parlementer. Sistem
parlementer berarti kabinet pemerintahan disusun berdasarkan perimbangan kekuatan
kepartaian dalam parlemen. Maka itu, ia sewaktu-waktu dapat dijatuhkan oleh wakil-
wakil partai dalam parlemen. Dalam sistem parlementer, presiden hanya menjadi
lambang kesatuan saja. Penerapan sistem ini pada dasarnya bertujuan untuk
mengakomodir kebebasan berpendapat dari rakyat yang diwakili oleh partai di
parlemen. Baca juga: Pemilu 1955: Antusiasme Warga, Kisruh Partai, dan Lemahnya
Kabinet Sejarah Kabinet Sukiman: Susunan, Program & Penyebab Jatuhnya Akan
tetapi, dalam perjalannya sistem ini seolah menjadi buah simalakama, karena
kebebasan berpendapat yang bertujuan mewujudkan kestabilan politik tidak sesuai
dengan kenyataan. Saat itu, situasi politik tidak stabil sebab sering kali terjadi
pergantian kabinet yang begitu cepat. Salah satu sebabnya adalah perbedaan
kepentingan di antara partai-partai yang ada. Perbedaan di antara partai-partai tersebut
tidak pernah dapat terselesaikan dengan baik sehingga dari tahun 1950 sampai tahun
1959 terjadi pergantian kabinet sebanyak tujuh kali. Adapun kabinet-kabinet pada
masa demokrasi liberal, yakni sebagai berikut: Kabinet Natsir (Masyumi) 1950-1951;
Kabinet Sukiman (Masyumi) 1951-1952; Kabinet Wilopo (PNI) 1952-1953; Kabinet
Ali Sastroamijoyo I (PNI) 1953-1955; Kabinet Burhanuddin Harahap (Masyumi)
1955-1956; Kabinet Ali Sastroamijoyo II (PNI) 1956-1957; Kabinet Djuanda (Zaken
Kabinet) 1957-1959. Sistem Kepartaian pada Masa Demokrasi Liberal Menurut Carl
J. Friedrich yang dikutip dalam karya Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik
(2008: 403), partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil
dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi
pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini, memberikan pada anggota
partainya kemanfaatan yang bersifat idiil serta materiil. Menurut Abdurakhman, dkk
dalam Sejarah Indonesia Kelas 12 (2018:66), sistem kepartaian di Indonesia pada era
demokrasi liberal ialah sistem multipartai. Pembentukan banyak partai, menurut
Mohammad Hatta, bertujuan buat mengukur kekuatan perjuangan Indonesia dan
untuk mempermudah meminta tanggung jawab kepada pemimpin-pemimpin barisan
perjuangan. Akan tetapi, partai-partai politik kala itu gemar saling bersaing dengan
cara mencari kesalahan dan menjatuhkan. Akibatnya, pada era ini sering terjadi
pergantian pemerintahan. Saat banyak kabinet tidak berumur panjang, program-
programnya tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini kemudian
menyebabkan terjadinya ketidakstabilan, baik di bidang politik, sosial, ekonomi,
hingga keamanan. Meski demikian, pada masa demokrasi liberal, pernah berlangsung
pemilu pertama di Indonesia, yakni pada tahun 1955. Pemilu yang diikuti oleh 29
partai politik, dan digelar untuk memilih anggota DPR serta Dewan Konstituante ini,
disebut-sebut sebagai pemilihan umum paling demokratis dalam sejarah Indonesia.

Baca selengkapnya di artikel "Sejarah Politik Masa Demokrasi Liberal: Pemerintahan


dan Kepartaian", https://tirto.id/gntU

Anda mungkin juga menyukai