Ekonomi Indonesia
pada Masa Demokrasi
Liberal
Apa itu Demokrasi Liberal?
Sebelum menggunakan demokrasi liberal, konstitusi yang digunakan di Indonesia adalah UUD 1945 kemudian diganti
dengan konstitusi UUD RIS konstitusi ketika Indonesia berbentuk negara perserikatan. kemudian digantikan lagi dengan
UUD Sementara yang diterbitkan tahun 1950. Latar belakang berdirinya demokrasi liberal ialah Indonesia yang saat itu
terbebas dari gangguan Belanda berusaha memperbaiki negaranya. Indonesia kembali pada bentuk kesatuan pada tahun
1950. Demokrasi liberal sendiri merupakan bentuk pemerintahan Indonesia yang dipilih oleh para pendiri negara dengan
mencontoh bentuk pemerintahan di negara barat dirasa sukses menjalankan bentuk pemerintahan tersebut.
Sistem multi partai adalah salah satu varian dari
beberapa sistem kepartaian yang berkembang di dunia
modern saat ini. Sistem multi-partai banyak dipraktikkan
dalam sistem parlementer dibandingkan sistem
presidensial, serta di negara-negara yang Pemilunya
menggunakan sistem proporsional dibandingkan dengan
negara-negara yang menggunakan sistem distrik.
Nahdlatul Ulama lahir pada tanggal 31 Januari 1926 sebagai perwakilan ulama
tradisionalis yang mendapat bimbingan ideologis dari Ahlus Sunnah wal jamaah,
yakni tokoh- tokoh seperti K.H. Hasyim Asy’ari, K. H. Wahab Hasbullah dan para
ulama lainnya ketika upaya reformasi mulai meluas. Meskipun terorganisir,
mereka sudah memiliki hubungan yang sangat kuat. Perayaan seperti haul,
peringatan wafatnya seorang kyai, yang kemudian mengumpulkan masyarakat
sekitar, para kyai dan mantan santrinya hingga sekarang masih dilakukan secara
rutin di beberapa wilayah di tanah air.
Perkembangan NU
● Periode Orde Lama – NU memutuskan
menjadi partai politik semata-mata karena
berkonfrontasi dengan Komunis. Kekuatan
komunisme sebagai partai politik membutuhkan
pola yang sama. Nahdlatul Ulama akhirnya
mampu mempertahankan dasar Pancasila
dengan suara lantang.
● Masa Orde Baru – Karena kebijakan pemerintah
yang kuat, posisi NU adalah Ulama, bersama
kelompok Islam lainnya, kembali sebagai
kelompok sosiologis dan religious, kemudian
sepakat untuk membentuk Partai Persatuan
Pembangunan (PPP). Secara sosial merupakan
kepedulian Nafatur Utama dan secara politik
merupakan partai Nahdlatul Ulama.
● Masa Reformasi Pada masa reformasi – Pola
politik NU mulai berubah. NU telah sepakat
untuk kembali ke Khittah. Nahdlatul Ulama
(NU) adalah organisasi yang murni
sosiologis dan religius, menjaga jarak dengan
partai politik yang ada. Oleh karena itu,
Nahdlatul Ulama bukan milik siapa pun,
melainkan milik potensi negara Indonesia.
PKI
(Partai Komunis
Indonesia)
Sejarah PKI
Pada 9 Mei 1914 Henk Sneevliet mendirikan Indische
Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV) atau
Persatuan Sosial Demokrat Hindia Belanda. Keanggotaan
awal ISDV pada dasarnya terdiri atas 85 anggota dari dua
partai sosialis Belanda, yaitu SDAP (Partai Buruh Sosial
Demokratis) dan SDP (Partai Sosial Demokratis), yang
aktif di Hindia Belanda.
PROGRAM KERJA
- Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman
negara
- Mencapai konsolidansi susunan pemerintahan
- Menyempurnakan dan memperjuangkan organisasi
angkatan perang
- Pemulihan bekas anggota tentara dan gerilya dalam
masyarakat
Kondisi Ekonomi Masa Demokrasi Liberal
Kondisi ekonomi Indonesia pada masa Demokrasi Liberal memiliki banyak
permasalahan seperti tingginya jumlah mata uang yang beredar dari meningkatnya
biaya hidup. Setelah bubarnya RIS dan kembalinya Indonesia ke bentuk negara
kesatuan, pemerintah mengalami permasalahan ekonomi dan keuangan yang
cukup berat. Permasalahan jangka pendek seperti besarnya jumlah mata uang yang
beredar dan meningkatnya biaya hidup serta permasalahan jangka panjang seperti
pertambahan jumlah penduduk yang pesat, masih ditambah dengan bertambahnya
nilai utang luar negeri maupun dalam negeri sebagai akibat dari ditandatanganinya
persetujuan meja bundar.
Gerakan Benteng berlangsung selama tiga tahun (1950-1953) dan berakhir setelah Kabinet Natsir
tak lagi berkuasa. Pencetus dari gerakan ekonomi benteng adalah Soemitro Djojohadikusumo.
Istilah Ali Baba sendiri berasal dari kata Ali (untuk pengusaha pribumi) dan Baba (pengusaha non-pribumi).
Sistem Ekonomi Ali Baba dicetuskan oleh Mr. Iskaq Cokrohadisuryo saat menjabat sebagai Menteri
Perekonomian masa pemerintahan Kabinet Ali Sostroamidjojo I pada 31 Juli 1953 - 12 Agustus 1955.
Tujuan utama diberlakukannya Sistem Ekonomi Ali Baba adalah untuk memajukan pengusaha
pribumi supaya dapat bersaing dengan pengusaha asing
● Pelaksanaan Sistem Ekonomi Ali Baba
Dalam menjalankan kebijakan ini, pemerintah berusaha membantu para pengusaha pribumi dengan cara
memberikan mereka pelatihan.
Selain itu, langkah kerja Sistem Ekonomi Ali Baba adalah dengan memberikan bantuan kredit lunak kepada
para pengusaha pribumi. Tidak hanya kredit, pemerintah juga memberikan lisensi bagi usaha-usaha swasta
nasional.
Dampak yang dirasakan dari adanya Sistem Ekonomi Ali Baba adalah berkembangnya peranan pengusaha
pribumi untuk memajukan perekonomian Indonesia. Selain itu, bank swasta nasional dan perusahaan
perkapalan swasta nasional juga sudah mulai bertumbuh karena adanya bantuan kredit yang diberikan
pemerintah.
Namun, di balik dampak positif tersebut, ada juga dampak negatif yang mengikuti. Sisi negatif Sistem
Ekonomi Ali Baba adalah adanya penjualan lisensi secara ilegal.
Kabinet Sukiman
- Kabinet ini bertugas sejak 27 April 1951 - 3 April 1952 dengan
Sukiman Wiryosanjoyo sebagai PM
- Memiliki 20 posisi menteri dan merupakan koalisi antara
Masyumi dan PNI serta partai kecil lainnya
PROGRAM KERJA
- Menjamin keamanan dan ketertiban dengan
memaksimalkan alat kekuasaan negara seperti TNI
dan POLRI
- Mempersiapkan PEMILU
- Menjalankan politik luar negeri yang bebas aktif
- Mengusahakan kemakmuran perekonomian rakyat -
> hukum agraria
- Mengusahakan Irian Barat kembali ke RI
Kabinet Wilopo
- Kabinet ini bertugas sejak 3 April 1952 - 3 Juni 1953 dengan Mr.
Wilopo sebagai PM
PROGRAM KERJA
- Menyelenggarakan persiapan PEMILU
- Mengisi dan menyelesaikan penyelenggaraan
otonomi di beberapa daerah
- Melanjutkan usaha regulasi dalam bidang agraria
- Meningkatkan produksi nasional termasuk bahan
makanan untuk rakyat
Kabinet Ali
Sastroamijoyo 1
- Kabinet ini mulai bertugas sejak 30 Juli 1953 - 12 Agustus 1955
- Untuk pertama kali jabatan Wakil PM dipimpin oleh 2 orang
yaitu Wongsonegoro (PIR) dan K.H.Zainul Arifin
PENCAPAIAN
- Kabinet terlama yang pernah memimpin
pemerintahan masa demokrasi liberal
- Berhasil menyelenggarakan KTT-KAA
- KAA adalah konferensi yang mempertemukan
negara di benua Asia dan Afrik
- Merintis nasionalisasi tambang minyak
- Pemberian tanah perkebunan milik asing kepada
rakyat.
Kabinet
Burhanuddin
Harahap
Kabinet Burhanuddin Harahap dibentuk pada 1955 dan berakhir pada 1956.
Salah satu program kerja sekaligus prestasi dari kepemimpinan Perdana
Menteri Burhanuddin adalah diselenggarakannya pemilihan umum (pemilu)
pertama di Tanah Air. Semasa muda, Burhanuddin Harahap turut aktif dalam
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Tercatat ia pernah menjadi bagian
dari Jong Islamieten Bond (JIB), Student Islam Studi Club (SIS), dan
Perhimpunan Pelajar-Pelajar Islam (PPPI). Setelah kemerdekaan, Burhanuddin
kemudian aktif berkarir di Badan Pekerja Komite Nasional Pusat bersama Mr.
Assaat. Karir politiknya dimulai sejak tahun 1946, ketika ia diajak oleh
Prawoto Mangkusasmito untuk masuk ke Partai Masyumi.
Kabinet Burhanuddin Harahap dibentuk pada 1955 dan
berakhir pada 1956. Salah satu program kerja sekaligus
prestasi dari kepemimpinan Perdana Menteri Burhanuddin
adalah diselenggarakannya pemilihan umum (pemilu)
pertama di Tanah Air.
Semasa muda, Burhanuddin Harahap turut aktif dalam
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Tercatat ia pernah
menjadi bagian dari Jong Islamieten Bond (JIB), Student
Islam Studi Club (SIS), dan Perhimpunan Pelajar-Pelajar
Islam (PPPI). Setelah kemerdekaan, Burhanuddin kemudian
aktif berkarir di Badan Pekerja Komite Nasional Pusat
bersama Mr. Assaat. Karir politiknya dimulai sejak tahun
1946, ketika ia diajak oleh Prawoto Mangkusasmito untuk
masuk ke Partai Masyumi.
Program Kerja Kabinet Burhanuddin
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi kabinetnya, Burhanuddin Harahap hanya melengkapi dan menyempurnakan
beberapa hal yang dianggap penting untuk dimasukkan dalam program kerjanya. Di bawah kepemimpinannya sebagai
perdana menteri, Indonesia melangsungkan pemilihan umum yang pertama pada tahun 1955. Selain itu, pada masa
kabinet ini pergerakan ekonomi negara relatif baik. Secara lengkap,
Secara umum, kabinet Burhanuddin Harahap berhasil dalam menuntaskan program-program kerja yang telah
direncanakan dari awal. Salah satunya, Kabinet Burhanuddin mampu menyelenggarakan pemilu pertama dalam
sejarah pada tahun 1955.
Selain itu, situasi sosial politik pada masa kepemimpinannya dapat dikatakan kondusif karena tidak terjadi
perpecahan yang berarti. Situasi ekonomi juga cukup baik, karena kebijakannya yang mengeluarkan UU anti
korupsi mampu mengendalikan situasi ekonomi negara saat itu.
Namun, kejatuhan kabinet Burhanuddin Harahap mulai tampak saat ia memilih jalan berunding untuk dapat
menyelesaikan masalah Irian Barat. Keputusan tersebut berakibat banyaknya gelombang protes dari Soekarno
maupun dari partai-partai.
Pada akhirnya, 2 Maret 1956 saat pelaksanaan sidang keputusan DPR, Burhanuddin Harahap menyatakan akan
menyerahkan mandatnya pada 3 Maret 1956. Pada tanggal 3 Maret 1956 mandat yang diberikan Burhanuddin
Harahap diterima oleh Presiden Soekarno dan Kabinet Burhanuddin Harahap dinyatakan demisioner.
Prestasi Kabinet Ali Sastroamijoyo I
Selama masa pemerintahannya berlangsung, Kabinet Ali Sastroamijoyo I mampu menoreh beberapa prestasi.
Berikut tiga prestasi Kabinet Ali Sastroamijoyo:
1. Merampungkan persiapan pemilu Persiapan pemilu berhasil dirampungkan selama masa pemerintahan
Kabinet Ali Sastroamijoyo I. Pemilu tersebut direncanakan berlangsung pada 29 September 1955.
2. Membaiknya hubungan dengan Cina Pada masa pemerintahan Kabinet Ali Sastroamijoyo I, pemerintah
Indonesia berhasil memperbaiki hubungan dengan Cina.
Selain itu, diperkenalkan sebuah sistem ekonomi baru bernama Ali-Baba oleh Menteri Perekonomian
Iskaq Cokrohadisuryo. Sistem ekonomi tersebut berupa kerja sama antara pengusaha pribumi dengan
pengusaha Tionghoa.
3. Menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika (KAA) Diselenggarakannya KAA pada 1955 merupakan salah
satu prestasi terbaik Kabinet Ali Sastroamijoyo I di bidang politik luar negeri. Konferensi tersebut memiliki
arti penting bagi negara-negara di Asia-Afrika dan memicu peristiwa penting termasuk:
● Australia dan Amerika berusaha menghapuskan politik apartheid di negaranya.
● Indonesia memperoleh dukungan diplomasi dari negara Asia-Afrika dalam usaha untuk
menyatukan Irian Barat di PBB.
Kabinet Ali
Sastroamijoyo
Kabinet Ali Sastroamijoyo I merupakan kabinet keempat yang dibentuk selama masa demokrasi liberal.
Kabinet yang dipimpin oleh Perdana Menteri Ali Sastroamijoyo itu berjalan selama dua tahun, mulai Juli
1953 hingga Agustus 1956. Masa pemerintahannya tersebut merupakan yang terpanjang kedua setelah
kepemimpinan Juanda.
Ali Sastroamijoyo sendiri merupakan satu-satunya tokoh politik yang menjabat selama dua kali di masa
demokrasi liberal. Jabatan keduanya hanya berselang tujuh bulan sejak berakhirnya periode pertama, yaitu
pada periode Kabinet Ali Sastroamijoyo II. Kabinet Ali Sastroamijoyo I menempati kursi pemerintahan
setelah memperoleh dukungan dari banyak partai, termasuk diantaranya Nahdatul Ulama (NU), Partai
Nasional Indonesia (PNI) dan Partai Indonesia Raya (PIR). Selama masa kabinet I berlangsung, Perdana
Menteri Ali menjalankan pemerintahan bersama wakilnya, Wongsonegoro.
Program Kerja Kabinet Ali Sastroamijoyo I
1. Merampungkan persiapan pemilu Persiapan pemilu berhasil dirampungkan selama masa pemerintahan
Kabinet Ali Sastroamijoyo I. Pemilu tersebut direncanakan berlangsung pada 29 September 1955.
2. Membaiknya hubungan dengan Cina Pada masa pemerintahan Kabinet Ali Sastroamijoyo I, pemerintah
Indonesia berhasil memperbaiki hubungan dengan Cina.
Selain itu, diperkenalkan sebuah sistem ekonomi baru bernama Ali-Baba oleh Menteri Perekonomian
Iskaq Cokrohadisuryo. Sistem ekonomi tersebut berupa kerja sama antara pengusaha pribumi dengan
pengusaha Tionghoa.
3. Menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika (KAA) Diselenggarakannya KAA pada 1955 merupakan salah
satu prestasi terbaik Kabinet Ali Sastroamijoyo I di bidang politik luar negeri. Konferensi tersebut memiliki
arti penting bagi negara-negara di Asia-Afrika dan memicu peristiwa penting termasuk:
● Australia dan Amerika berusaha menghapuskan politik apartheid di negaranya.
● Indonesia memperoleh dukungan diplomasi dari negara Asia-Afrika dalam usaha untuk
menyatukan Irian Barat di PBB.
Kejatuhan Kabinet Ali Sastroamijoyo