Anda di halaman 1dari 56

Sistem Politik dan

Ekonomi Indonesia
pada Masa Demokrasi
Liberal
Apa itu Demokrasi Liberal?

Sebuah bentuk pemerintah yang semua


Demokrasi warga negaranya memiliki hak setara, dalam
pengambilan keputusan.

sistem politik yang menganut kebebasan individu.


Demokrasi Secara konstitusional, ini dapat diartikan sebagai
hak-hak individu dari kekuasaan pemerintah. Atau
Liberal dalam pengertian lain demokrasi liberal
merupakan suatu demokrasi yang menempatkan
badan legislatif lebih tinggi dari badan eksekutif.
CIRI CIRI DEMOKRASI LIBERAL

Dalam sistem Masih menerapkan Terjadi suatu Adanya wakil rakyat


Kedaulatan tidak sebuah ideologi perubahan dalam satu di dalam
berkedudukan hanya demokrasi yang periode terhadap pembentukan sistem
pada satu tangan saja terdapat di sistem dewan kementerian di pemerintahan yang
atau dengan kata lain pemerintahannya serta pemerintahan. bertugas melakukan
satu penjabat mengacu kepada UU penjagaan serta
kedaulatan. yang telah ditetapkan. memberi ketetapan
terhadap ketahanan
pemimpin negara.
LATAR BELAKANG DEMOKRASI
LIBERAL
Pada awal kemerdekaan, sistem pemerintahan Indonesia adalah sistem presidensial. Namun, pada 13 November 1945,
pemerintah republik Indonesia mengeluarkan suatu maklumat politik yang memiliki tujuan pengakuan kedaulatan RI
serta tumbuhnya partai politik di Indonesia.
Maklumat tersebut disalahartikan sehingga terjadi perubahan sistem pemerintahan dari yang berupa sistem presidensial
hingga menjadi sistem parlementer yang merupakan cikal bakal dari munculnya demokrasi liberal.
Selama rentang waktu 1945 hingga 1949, pemerintahan Indonesia disibukkan dengan intervensi dari Belanda. Bentuk
negara berubah yang awal negara Indonesia ialah republik kesatuan. Namun ketika terjadi konflik dengan Belanda,
bentuk negara Indonesia menjadi berbentuk federasi.

Sebelum menggunakan demokrasi liberal, konstitusi yang digunakan di Indonesia adalah UUD 1945 kemudian diganti
dengan konstitusi UUD RIS konstitusi ketika Indonesia berbentuk negara perserikatan. kemudian digantikan lagi dengan
UUD Sementara yang diterbitkan tahun 1950. Latar belakang berdirinya demokrasi liberal ialah Indonesia yang saat itu
terbebas dari gangguan Belanda berusaha memperbaiki negaranya. Indonesia kembali pada bentuk kesatuan pada tahun
1950. Demokrasi liberal sendiri merupakan bentuk pemerintahan Indonesia yang dipilih oleh para pendiri negara dengan
mencontoh bentuk pemerintahan di negara barat dirasa sukses menjalankan bentuk pemerintahan tersebut.
Sistem multi partai adalah salah satu varian dari
beberapa sistem kepartaian yang berkembang di dunia
modern saat ini. Sistem multi-partai banyak dipraktikkan
dalam sistem parlementer dibandingkan sistem
presidensial, serta di negara-negara yang Pemilunya
menggunakan sistem proporsional dibandingkan dengan
negara-negara yang menggunakan sistem distrik.

SISTEM MULTI PARTAI


PNI
(Partai Nasional Indonesia)
Sejarah PNI
Partai Nasional Indonesia sendiri menjadi partai politik tertua yang diketuai
oleh Tjipto Mangoenkoesoemo, Sartono, Iskak Tjokroadisurjo, dan
Sunaryo.
Lahirnya PNI sebagai organisasi untuk mengekspreksikan rasa nasionalisme
Indonesia pada masa pra kemerdekaan. Pada 4 Juli 1927, Soekarno,
membentuk sebuah gerakan yang dinamakan Persatuan Nasional Indonesia.
Kemudian pada Mei 1928, terjadi perubahan nama menjadi Partai Nasional
Indonesia. Tujuan adanya organisasi ini adalah kemandirian ekonomi dan
politik untuk kepulauan Indonesia. Pada akhir Desember 1929, PNI
memiliki sebanyak 10.000 anggota. Hal ini kemudian membuat para pihak
berwenang merasa khawatir, sehingga Soekarno dan tujuh pemimpin partai
lainnya ditangkap pada Desember 1929.
Perkembangan PNI
● 1929
PNI dianggap membahayakan Belanda karena
menyebarkan ajaran-ajaran pergerakan
kemerdekaan sehingga Pemerintah Hindia
Belanda mengeluarkan perintah penangkapan.
Perintah tersebut diberikan pada 24 Desember
1929 dan penangkapan baru dilakukan tanggal
29 Desember 1929 terhadap para tokoh PNI di
Yogyakarta. Mereka adalah Soekarno, Gatot
Mangkupraja, Soepriadinata, dan Maskun
● 1930 Sumadiredja.
Para tokoh diadili pada 18 Agustus 1930. Setelahnya mereka dimasukkan ke
penjara Sukamiskin, Bandung.
● 1931
Pimpinan PNI, Soekarno, diganti oleh Sartono. Kemudian Sartono
membubarkan PNI dan membentuk Partindo pada 25 April 1931. Namun, hal
tersebut ditolak oleh Moh. Hatta, sehingga dibentuk kembali PNI-Baru atau
● 1Pendidikan
955 Nasional Indonesia.
PNI memenangkan pemilu 1955
● 1973
PNI bergabung dengan empat peserta pemilu 1971
dan terbentuk Partai Demokrasi Indonesia
● 1999
PNI menjadi peserta pemilu 1999.
● 2002
PNI berubah nama menjadi PNI Marhaenisme
dipimpin oleh Sukmawati Soekarnoputri, anak dari Soekarno.
Masyumi
Sejarah Masyumi
Partai Masyumi adalah partai politik Islam terbesar yang berdiri selama era demokrasi liberal di
Indonesia pada kurun waktu 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959, saat dimana Presiden Soekarno
mendasarkan pemerintahannya berdasarkan UUDS (Undang – Undang Dasar Serikat) 1950.
Secara politis, kedudukan umat Islam di Indonesia pada bulan – bulan pertama setelah proklamasi
kemerdekaan tidak terlalu menggembirakan. Cikal bakal sejarah partai Masyumi berasal dari
MIAI, suatu badan federasi untuk organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam yang dibentuk pada
18-21 September 1937. MIAI mengkoordinasikan berbagai kegiatan serta menyatukan umat Islam
di Indonesia untuk menghadapi berbagai siasat politik Belanda seperti UU perkawinan dan wajib
militer. Tujuan yaitu untuk terlaksananya ajaran dan hukum Islam di dalam kehidupan perorangan,
masyarakat, dan negara RI menuju keridhaan Illahi. Ini dapat diartikan bahwa Masyumi bertujuan
untuk menciptakan Indonesia yang bercorak Islam tetapi dengan memberikan kebebasan penuh
pada golongan lain untuk berbuat dan memperjuangkan aspirasi politik sesuai dengan agama dan
ideologinya masing – masing.Pada 6 Juli 1947 dikeluarkan ideologi partai Masyumi dalam
manifesto politiknya dengan menyebut ideologi Islam dan dikukuhkan dengan Anggaran Dasar
Partai Masyumi pada Muktamar Masyumi ke-6 pada Agustus 1952.
Perkembangan Masyumi
Tahun 1952, NU memutuskan keluar dari Masyumi. NU
sudah merasa tidak nyaman sejak pelaksanaan Muktamar
Masyumi IV di Yogyakarta pada 15-18 Desember 1949.
Salah satu alasan NU hengkang adalah adanya perubahan
Majelis Syuro menjadi badan penasehat, serta kedudukan
wakil NU di jajaran pimpinan partai tidak seimbang
dibandingkan dengan unsur-unsur lainnya. Tanpa NU,
kiprah Masyumi jalan terus. Di Pemilu pertama tahun
1955, Masyumi memperoleh suara terbanyak kedua setelah
Partai Nasional Indonesia (PNI). NU yang juga ambil
bagian dalam pesta demokrasi pertama di Indonesia itu
menempati urutan ketiga, sedangkan Partai Komunis
Indonesia (PKI) berada di posisi keempat. Banyak tokoh
Masyumi yang menempati posisi penting di pemerintahan,
bahkan perdana menteri, seperti Mohammad Natsir (6
September 1950-21 April 1951), Sukiman Wiryosanjoyo
(26 April 1951-1 April 1952), hingga Burhanudin Harahap
Pada sejarah partai Masyumi, tekad untuk
menjadikannya sebagai partai tunggal dalam Islam
membuahkan dua jenis keanggotaan didalam partai
tersebut. Syarat minimal usia 18 tahun untuk anggota
perseorangan. Anggota istimewa Masyumi awalnya
terdiri dari Muhammadiyah, NU, Perikatan Umat
Islamm dan Persatuan Umat Islam. Jumlah anggota
kemudian terus bertambah dan Masyumi tetap
memperluas pengaruhnya dengan mendirikan berbagai
organisasi yang sifatnya otonom seperti Serikat Tani
Islam Indonesia (STII), Serikat Buruh Islam Indonesia
(SBII) yang tujuannya untuk menyaingi keberadaan
Serikat Buruh Komunis dan Serikat Nelayan Islam
Indonesia (SNII), juga pembentukan ranting – ranting
hingga ke pedesaan. Pada 31 Desember 1950,
Masyumi telah tercatat memiliki 237 cabang, 1080
aanak cabang, 4982 ranting dan kurang lebih 10 juta
Nahdlatul Ulama
Sejarah NU
Nahdlatul Ulama adalah organisasi kemasyarakatan dan keagamaan dengan
simbol-simbol yang menjelaskan tujuan dasar dan cita-cita keberadaan suatu
organisasi. Lambang Nahdlatul Ulama diciptakan oleh KH. Ridwan Abdullah
setelah proses kontemplasi dan hasil doa istikharah Sebagai pemimpin Allah
SWT.

Nahdlatul Ulama lahir pada tanggal 31 Januari 1926 sebagai perwakilan ulama
tradisionalis yang mendapat bimbingan ideologis dari Ahlus Sunnah wal jamaah,
yakni tokoh- tokoh seperti K.H. Hasyim Asy’ari, K. H. Wahab Hasbullah dan para
ulama lainnya ketika upaya reformasi mulai meluas. Meskipun terorganisir,
mereka sudah memiliki hubungan yang sangat kuat. Perayaan seperti haul,
peringatan wafatnya seorang kyai, yang kemudian mengumpulkan masyarakat
sekitar, para kyai dan mantan santrinya hingga sekarang masih dilakukan secara
rutin di beberapa wilayah di tanah air.
Perkembangan NU
● Periode Orde Lama – NU memutuskan
menjadi partai politik semata-mata karena
berkonfrontasi dengan Komunis. Kekuatan
komunisme sebagai partai politik membutuhkan
pola yang sama. Nahdlatul Ulama akhirnya
mampu mempertahankan dasar Pancasila
dengan suara lantang.
● Masa Orde Baru – Karena kebijakan pemerintah
yang kuat, posisi NU adalah Ulama, bersama
kelompok Islam lainnya, kembali sebagai
kelompok sosiologis dan religious, kemudian
sepakat untuk membentuk Partai Persatuan
Pembangunan (PPP). Secara sosial merupakan
kepedulian Nafatur Utama dan secara politik
merupakan partai Nahdlatul Ulama.
● Masa Reformasi Pada masa reformasi – Pola
politik NU mulai berubah. NU telah sepakat
untuk kembali ke Khittah. Nahdlatul Ulama
(NU) adalah organisasi yang murni
sosiologis dan religius, menjaga jarak dengan
partai politik yang ada. Oleh karena itu,
Nahdlatul Ulama bukan milik siapa pun,
melainkan milik potensi negara Indonesia.
PKI
(Partai Komunis
Indonesia)
Sejarah PKI
Pada 9 Mei 1914 Henk Sneevliet mendirikan Indische
Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV) atau
Persatuan Sosial Demokrat Hindia Belanda. Keanggotaan
awal ISDV pada dasarnya terdiri atas 85 anggota dari dua
partai sosialis Belanda, yaitu SDAP (Partai Buruh Sosial
Demokratis) dan SDP (Partai Sosial Demokratis), yang
aktif di Hindia Belanda.

Masa-masa itu pulang beberapa anggota ISDV juga


merupakan anggota Sarekat Islam (SI) yang popularitas
sedang melejit. Salah satunya, Semaoen yang pada 1914,
SI Surabaya yang dipimpin H.O.S. Tjokroaminoto.
Tjokroaminoto merupakan guru politik Semaoen.
Semaoen kemudian memimpin SI Semarang dan mengorganisir pemogokan buruh. Ia juga menyatakan
sikap perlawanan terbuka secara politik terhadap pemerintah kolonial Belanda. Sneevliet sendiri
kemudian diusir dari Hindia Belanda oleh pemerintah kolonial Belanda. ISDV kemudian bersalin nama
menjadi Partai Komunis Indonesia pada Mei 1920 di Semarang. Semaoen dan Darsono berperan dalam
pendirian tersebut. Semaoen terpilih sebagai Ketua, Darsono Wakil Ketua, Piet Bergsma sebagai
Sekretaris, dan H.W. Dekker sebagai Bendahara. Adolf Baars, J. Stam, Dengah, C. Kraan, dan Soegono
menjadi komisaris partai. Harry A. Poeze dalam bukunya Tan Malaka : pergulatan menuju republik
1897-1925 menyebutkan Tan Malaka sempat mengusulkan nama Partai Nasional Revolusioner
Indonesia. Menurut Malaka, memakai nama komunis akan membawa kerugian taktis karena bisa muncul
dugaan partai itu adalah alat Rusia. Namun usul tersebut ditolak Semaoen. Tan Malaka sempat pula
menggantikan Semaoen sebagai ketua PKI pada 1921. PKI sempat melancarkan pemberontakan pada
pemerintah kolonial Belanda pada 1926, tapi berhasil dipadamkan. Tokoh dan ribuan anggota PKI
dibuang ke Boven Digul.
● Adapun tujuan utama PKI adalah untuk menantang imperialisme dan kapitalisme pemerintah
Belanda dengan membangun serikat pekerja dan untuk mempromosikan pentingnya kesadaran
politik di antara para petani.
● Tokoh-tokoh PKI
- Henk Sneevliet - Musso - Dipa Nusantara Aidit - Amir Syarifuddin - Semaun - Njoto - Oetomo
Ramelan
Kabinet Natsir
- Setelah pembubaran RIS dan kembali lagi menjadi NKRI
dibentuklah kabinet pertama dengan Mohamad Natsir (Matsumi)
sebagai perdana menterinya
- Kabinet ini bertugas sejak 6 September 1950 - 21 Maret 1951

PROGRAM KERJA
- Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman
negara
- Mencapai konsolidansi susunan pemerintahan
- Menyempurnakan dan memperjuangkan organisasi
angkatan perang
- Pemulihan bekas anggota tentara dan gerilya dalam
masyarakat
Kondisi Ekonomi Masa Demokrasi Liberal
Kondisi ekonomi Indonesia pada masa Demokrasi Liberal memiliki banyak
permasalahan seperti tingginya jumlah mata uang yang beredar dari meningkatnya
biaya hidup. Setelah bubarnya RIS dan kembalinya Indonesia ke bentuk negara
kesatuan, pemerintah mengalami permasalahan ekonomi dan keuangan yang
cukup berat. Permasalahan jangka pendek seperti besarnya jumlah mata uang yang
beredar dan meningkatnya biaya hidup serta permasalahan jangka panjang seperti
pertambahan jumlah penduduk yang pesat, masih ditambah dengan bertambahnya
nilai utang luar negeri maupun dalam negeri sebagai akibat dari ditandatanganinya
persetujuan meja bundar.

Ayam bakar <3


Sistem Ekonomi Gunting
Syafruddin Yang
saba
r yaa

Kebijakan “Gunting Syafruddin” yang merupakan program


pemotongan nilai uang atau sanering. KEbijakan ini
dilakukan oleh Menteri Keuangan Syafruddin Prawiranegara
dengan cara memotong semua uang yang bernilai di atas 2,5
rupiah, hingga nilainya tinggal setengahnya. Tujuan program
ini adalah untuk mengatasi defisit anggaran. Program ini
dapat mengurangi jumlah uang yang beredar dan tidak
merugikan rakyat kecil karena uang 2,5 rupiah pada saat itu
hanya dimiliki oleh kalangan menengah ke atas.
Sistem Ekonomi Gerakan
Benteng
Sistem ekonomi gerakan benteng
Sistem ekonomi gerakan benteng adalah program ekonomi yang dijalankan saat Indonesia masih
menganut sistem parlementer, tepatnya di era Kabinet Natsir.

Gerakan Benteng berlangsung selama tiga tahun (1950-1953) dan berakhir setelah Kabinet Natsir
tak lagi berkuasa. Pencetus dari gerakan ekonomi benteng adalah Soemitro Djojohadikusumo.

Gerakan benteng terdiri dari 2 kebijakan

1. Gerakan benteng mengistimewakan importir pribumi


2. Kebijakan ekonomi dilakukan dengan pemberian kredit modal pada pengusaha yang selama
ini sulit memperoleh pinjaman dari lembaga pendanaan seperti bank.
Sistem Ekonomi Ali Baba
Sistem Ekonomi Ali Baba
Lewat sistem ekonomi ini, pengusaha non-pribumi diharuskan membantu orang pribumi dalam menjalankan
usahanya, dengan cara memberi pelatihan dan memberi kredit kepada mereka.

Istilah Ali Baba sendiri berasal dari kata Ali (untuk pengusaha pribumi) dan Baba (pengusaha non-pribumi).

● Pencetus Sistem Ekonomi Ali Baba

Sistem Ekonomi Ali Baba dicetuskan oleh Mr. Iskaq Cokrohadisuryo saat menjabat sebagai Menteri
Perekonomian masa pemerintahan Kabinet Ali Sostroamidjojo I pada 31 Juli 1953 - 12 Agustus 1955.

● Tujuan Sistem Ekonomi Ali Baba

Tujuan utama diberlakukannya Sistem Ekonomi Ali Baba adalah untuk memajukan pengusaha
pribumi supaya dapat bersaing dengan pengusaha asing
● Pelaksanaan Sistem Ekonomi Ali Baba

Dalam menjalankan kebijakan ini, pemerintah berusaha membantu para pengusaha pribumi dengan cara
memberikan mereka pelatihan.

Selain itu, langkah kerja Sistem Ekonomi Ali Baba adalah dengan memberikan bantuan kredit lunak kepada
para pengusaha pribumi. Tidak hanya kredit, pemerintah juga memberikan lisensi bagi usaha-usaha swasta
nasional.

● Dampak Sistem Ekonomi Ali Baba

Dampak yang dirasakan dari adanya Sistem Ekonomi Ali Baba adalah berkembangnya peranan pengusaha
pribumi untuk memajukan perekonomian Indonesia. Selain itu, bank swasta nasional dan perusahaan
perkapalan swasta nasional juga sudah mulai bertumbuh karena adanya bantuan kredit yang diberikan
pemerintah.

Namun, di balik dampak positif tersebut, ada juga dampak negatif yang mengikuti. Sisi negatif Sistem
Ekonomi Ali Baba adalah adanya penjualan lisensi secara ilegal.
Kabinet Sukiman
- Kabinet ini bertugas sejak 27 April 1951 - 3 April 1952 dengan
Sukiman Wiryosanjoyo sebagai PM
- Memiliki 20 posisi menteri dan merupakan koalisi antara
Masyumi dan PNI serta partai kecil lainnya
PROGRAM KERJA
- Menjamin keamanan dan ketertiban dengan
memaksimalkan alat kekuasaan negara seperti TNI
dan POLRI
- Mempersiapkan PEMILU
- Menjalankan politik luar negeri yang bebas aktif
- Mengusahakan kemakmuran perekonomian rakyat -
> hukum agraria
- Mengusahakan Irian Barat kembali ke RI
Kabinet Wilopo
- Kabinet ini bertugas sejak 3 April 1952 - 3 Juni 1953 dengan Mr.
Wilopo sebagai PM

PROGRAM KERJA
- Menyelenggarakan persiapan PEMILU
- Mengisi dan menyelesaikan penyelenggaraan
otonomi di beberapa daerah
- Melanjutkan usaha regulasi dalam bidang agraria
- Meningkatkan produksi nasional termasuk bahan
makanan untuk rakyat
Kabinet Ali
Sastroamijoyo 1
- Kabinet ini mulai bertugas sejak 30 Juli 1953 - 12 Agustus 1955
- Untuk pertama kali jabatan Wakil PM dipimpin oleh 2 orang
yaitu Wongsonegoro (PIR) dan K.H.Zainul Arifin

PENCAPAIAN
- Kabinet terlama yang pernah memimpin
pemerintahan masa demokrasi liberal
- Berhasil menyelenggarakan KTT-KAA
- KAA adalah konferensi yang mempertemukan
negara di benua Asia dan Afrik
- Merintis nasionalisasi tambang minyak
- Pemberian tanah perkebunan milik asing kepada
rakyat.
Kabinet
Burhanuddin
Harahap
Kabinet Burhanuddin Harahap dibentuk pada 1955 dan berakhir pada 1956.
Salah satu program kerja sekaligus prestasi dari kepemimpinan Perdana
Menteri Burhanuddin adalah diselenggarakannya pemilihan umum (pemilu)
pertama di Tanah Air. Semasa muda, Burhanuddin Harahap turut aktif dalam
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Tercatat ia pernah menjadi bagian
dari Jong Islamieten Bond (JIB), Student Islam Studi Club (SIS), dan
Perhimpunan Pelajar-Pelajar Islam (PPPI). Setelah kemerdekaan, Burhanuddin
kemudian aktif berkarir di Badan Pekerja Komite Nasional Pusat bersama Mr.
Assaat. Karir politiknya dimulai sejak tahun 1946, ketika ia diajak oleh
Prawoto Mangkusasmito untuk masuk ke Partai Masyumi.
Kabinet Burhanuddin Harahap dibentuk pada 1955 dan
berakhir pada 1956. Salah satu program kerja sekaligus
prestasi dari kepemimpinan Perdana Menteri Burhanuddin
adalah diselenggarakannya pemilihan umum (pemilu)
pertama di Tanah Air.
Semasa muda, Burhanuddin Harahap turut aktif dalam
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Tercatat ia pernah
menjadi bagian dari Jong Islamieten Bond (JIB), Student
Islam Studi Club (SIS), dan Perhimpunan Pelajar-Pelajar
Islam (PPPI). Setelah kemerdekaan, Burhanuddin kemudian
aktif berkarir di Badan Pekerja Komite Nasional Pusat
bersama Mr. Assaat. Karir politiknya dimulai sejak tahun
1946, ketika ia diajak oleh Prawoto Mangkusasmito untuk
masuk ke Partai Masyumi.
Program Kerja Kabinet Burhanuddin
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi kabinetnya, Burhanuddin Harahap hanya melengkapi dan menyempurnakan
beberapa hal yang dianggap penting untuk dimasukkan dalam program kerjanya. Di bawah kepemimpinannya sebagai
perdana menteri, Indonesia melangsungkan pemilihan umum yang pertama pada tahun 1955. Selain itu, pada masa
kabinet ini pergerakan ekonomi negara relatif baik. Secara lengkap,

berikut ini program kerja Kabinet Burhanuddin Harahap :


● Mengembalikan kewibawaan (Gezag) moril pemerintah, kepercayaan Angkatan Darat dan masyarakat kepada
Pemerintah.
● Melaksanakan pemilu menurut rencana yang sudah ditetapkan dan menyegerakan terbentuknya Parlemen yang
baru.
● Menyelesaikan perundang-undangan desentralisasi sedapat-dapatnya dalam tahun 1955 .
● Menghilangkan faktor-faktor yang menimbulkan inflasi.
● Memberantas korupsi.
Kejatuhan Kabinet Burhanuddin Harahap

Secara umum, kabinet Burhanuddin Harahap berhasil dalam menuntaskan program-program kerja yang telah
direncanakan dari awal. Salah satunya, Kabinet Burhanuddin mampu menyelenggarakan pemilu pertama dalam
sejarah pada tahun 1955.
Selain itu, situasi sosial politik pada masa kepemimpinannya dapat dikatakan kondusif karena tidak terjadi
perpecahan yang berarti. Situasi ekonomi juga cukup baik, karena kebijakannya yang mengeluarkan UU anti
korupsi mampu mengendalikan situasi ekonomi negara saat itu.

Namun, kejatuhan kabinet Burhanuddin Harahap mulai tampak saat ia memilih jalan berunding untuk dapat
menyelesaikan masalah Irian Barat. Keputusan tersebut berakibat banyaknya gelombang protes dari Soekarno
maupun dari partai-partai.
Pada akhirnya, 2 Maret 1956 saat pelaksanaan sidang keputusan DPR, Burhanuddin Harahap menyatakan akan
menyerahkan mandatnya pada 3 Maret 1956. Pada tanggal 3 Maret 1956 mandat yang diberikan Burhanuddin
Harahap diterima oleh Presiden Soekarno dan Kabinet Burhanuddin Harahap dinyatakan demisioner.
Prestasi Kabinet Ali Sastroamijoyo I
Selama masa pemerintahannya berlangsung, Kabinet Ali Sastroamijoyo I mampu menoreh beberapa prestasi.
Berikut tiga prestasi Kabinet Ali Sastroamijoyo:

1. Merampungkan persiapan pemilu Persiapan pemilu berhasil dirampungkan selama masa pemerintahan
Kabinet Ali Sastroamijoyo I. Pemilu tersebut direncanakan berlangsung pada 29 September 1955.

2. Membaiknya hubungan dengan Cina Pada masa pemerintahan Kabinet Ali Sastroamijoyo I, pemerintah
Indonesia berhasil memperbaiki hubungan dengan Cina.

Selain itu, diperkenalkan sebuah sistem ekonomi baru bernama Ali-Baba oleh Menteri Perekonomian
Iskaq Cokrohadisuryo. Sistem ekonomi tersebut berupa kerja sama antara pengusaha pribumi dengan
pengusaha Tionghoa.

3. Menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika (KAA) Diselenggarakannya KAA pada 1955 merupakan salah
satu prestasi terbaik Kabinet Ali Sastroamijoyo I di bidang politik luar negeri. Konferensi tersebut memiliki
arti penting bagi negara-negara di Asia-Afrika dan memicu peristiwa penting termasuk:
● Australia dan Amerika berusaha menghapuskan politik apartheid di negaranya.
● Indonesia memperoleh dukungan diplomasi dari negara Asia-Afrika dalam usaha untuk
menyatukan Irian Barat di PBB.
Kabinet Ali
Sastroamijoyo
Kabinet Ali Sastroamijoyo I merupakan kabinet keempat yang dibentuk selama masa demokrasi liberal.
Kabinet yang dipimpin oleh Perdana Menteri Ali Sastroamijoyo itu berjalan selama dua tahun, mulai Juli
1953 hingga Agustus 1956. Masa pemerintahannya tersebut merupakan yang terpanjang kedua setelah
kepemimpinan Juanda.

Ali Sastroamijoyo sendiri merupakan satu-satunya tokoh politik yang menjabat selama dua kali di masa
demokrasi liberal. Jabatan keduanya hanya berselang tujuh bulan sejak berakhirnya periode pertama, yaitu
pada periode Kabinet Ali Sastroamijoyo II. Kabinet Ali Sastroamijoyo I menempati kursi pemerintahan
setelah memperoleh dukungan dari banyak partai, termasuk diantaranya Nahdatul Ulama (NU), Partai
Nasional Indonesia (PNI) dan Partai Indonesia Raya (PIR). Selama masa kabinet I berlangsung, Perdana
Menteri Ali menjalankan pemerintahan bersama wakilnya, Wongsonegoro.
Program Kerja Kabinet Ali Sastroamijoyo I

Selama menjabat di pemerintahan, Kabinet Ali Sastroamijoyo memiliki sejumlah


program kerja.
Berikut daftar program kerja di masa pemerintahan Perdana Menteri Ali I:
● Meningkatkan keamanan dan kemakmuran.
● Menyelenggarakan pemilihan umum (pemilu) dengan segera.
● Membebaskan Irian Barat secepatnya.
● Melaksanakan politik bebas-aktif.
● Meninjau kembali persetujuan Konferensi Meja Bundar (KMB).
● Menyelesaikan pertikaian politik.
Prestasi Kabinet Ali Sastroamijoyo I
Selama masa pemerintahannya berlangsung, Kabinet Ali Sastroamijoyo I mampu menoreh beberapa prestasi.
Berikut tiga prestasi Kabinet Ali Sastroamijoyo:

1. Merampungkan persiapan pemilu Persiapan pemilu berhasil dirampungkan selama masa pemerintahan
Kabinet Ali Sastroamijoyo I. Pemilu tersebut direncanakan berlangsung pada 29 September 1955.

2. Membaiknya hubungan dengan Cina Pada masa pemerintahan Kabinet Ali Sastroamijoyo I, pemerintah
Indonesia berhasil memperbaiki hubungan dengan Cina.

Selain itu, diperkenalkan sebuah sistem ekonomi baru bernama Ali-Baba oleh Menteri Perekonomian
Iskaq Cokrohadisuryo. Sistem ekonomi tersebut berupa kerja sama antara pengusaha pribumi dengan
pengusaha Tionghoa.

3. Menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika (KAA) Diselenggarakannya KAA pada 1955 merupakan salah
satu prestasi terbaik Kabinet Ali Sastroamijoyo I di bidang politik luar negeri. Konferensi tersebut memiliki
arti penting bagi negara-negara di Asia-Afrika dan memicu peristiwa penting termasuk:
● Australia dan Amerika berusaha menghapuskan politik apartheid di negaranya.
● Indonesia memperoleh dukungan diplomasi dari negara Asia-Afrika dalam usaha untuk
menyatukan Irian Barat di PBB.
Kejatuhan Kabinet Ali Sastroamijoyo

Meskipun menorehkan sejumlah prestasi, pemerintahan Kabinet Ali Sastroamijoyo I hanya


mampu bertahan selama dua tahun. Ali terpaksa harus mengembalikan mandatnya kepada
presiden Soekarno pada 1955. Hal ini dipicu oleh serangkaian permasalahan yang terjadi selama
masa pemerintahan kabinet, termasuk:
● Konflik antaran PNI dan NU, menyebabkan NU menarik dukungan dan menterinya dari
kabinet.
● Terjadi masalah keamanan akibat pemberontakan DI/TII di Jawa Barat, Sulawesi Selatan,
dan Aceh.
● Terjadi konflik internal antara kabinet dengan TNI-AD.
● Maraknya korupsi dan inflasi menyebabkan kondisi ekonomi memburuk.
Persetujuan Finansial
Ekonomi
Persetujuan Ekonomi Finansial
Pada masa kabinet Burhanuddin Harahap dikirimkan suatu delegasi
ke Jenewa untuk merundingkan masalah finansial-ekonomi anatara
pihak Indonesia dan Belanda, delegasi itu dipimpin oleh Anak
Agung Gede. Pada tanggal 7 Januari 1956 dicapai kesepakatan
sebagai berikut :

1. Persetujuan FINEK hasil KMB dibubarkan


2. Hubungan FINEK dengan Belanda didasarkan hubungan
bilateral
3. Hubungan FINEK didasarkan Undang-Undang Nasional,
artinya tidak boleh diikat oleh perjanjian lain.
RPLT
Rencana Pembangunan Lima Tahun
Pada masa kabinet Ali Sastroamijoyo II, pemerintah
membentuk Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
yang disebut Biro perancangan negara. Ir. Djuanda diangkat
sebagai menteri perancangan nasional. Pada bulan Mei 1956
Biro ini berhasil menyusun Rencana Pembagunan Lima
Tahun (RPLT) yang rencananya akan dilaksanakan pada
1956-1961. Rencana ini disetujui DPR pada tanggal 11
November 1958.
MUNAP
Musyawarah Nasional Pembangunan
Ketegangan antara pusat dan daerah pada masa kabinet
Djuanda untuk sementara waktu diredakan dengan diadakan
Musyawarah Pembangunan Nasional (MUNAP). Ir. Djuanda
memberikan kesempatan kepada MUNAP untuk mengubah
rencana pembangunan yang menyeluruh untuk jangka
panjang. Tetapi, rencana pembangunan ini tidak dapat berjalan
dengan baik karena kesulitan dalam memnentukan prioritas,
dan karena adanya ketegangan politik yang tidak bisa
diredakan akibat pemberontakan PRRI/Permesta. Untuk
memberantas pemberontakan ini dibutuhkan biaya yang sangat
Konsepsi presiden 21
Februari 1957
Konsepsi presiden 21 Februari 1957
Konsepsi Presiden 21 Februari 1957 (atau yang sering
disingkat dengan istilah “Konsepsi Presiden” saja) adalah
sebuah gagasan Soekarno pada masa Indonesia era demokrasi
liberal. Gagasan ini lahir pasca krisis politik yang terjadi
karena keributan antar partai politik di parlemen yang saling
menjatuhkan pemerintahan. Dalam gagasan ini terdapat
sebuah konsep demokrasi terkenal yang diciptakan oleh
Soekarno, yaitu konsep “Demokrasi Terpimpin.”
Konsepsi presiden 21 Februari 1957
Konsepsi Presiden merupakan wujud nyata kekecewaan
Soekarno pada sistem demokrasi liberal yang mengizinkan
banyak partai politik. Keributan yang dihasilkan antar partai
politik ini dapat diredam dengan cara penghilangan partai
politik dan penunjukan kabinet pemerintahan oleh presiden
secara langsung. Dengan konsepsi ini, presiden membentuk
zaaken kabinet atau kabinet yang berisi orang-orang yang
dianggap ahli bekerja di bidangnya saja. Kabinet yang
dibentuk sendiri oleh Soekarno ini bernama Kabinet
Djuanda. Selain itu, Konsepsi Presiden juga mencanangkan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai