• Kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif dikelola oleh satu badan pembantu
presiden yaitu Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Pada tanggal 16
Oktober 1945 dilaksanakan kongres KNIP dengan membentuk badan
perwakilan rakyat. Badan perwakilan rakyat saat itu disebut Badan Pekerja
KNIP yang disingkat BP KNIP.
• Kabinet ini dipimpin oleh Ir. Soekarno dan wakilnya Moh. Hatta. Dengan 21
anggota menteri di 13 bidang. Pada tanggal 11 November 1945, BP KNIP
mengusulkan penyesuaian sistem kabinet kepada Presiden dan Wakil
Presiden. Pada tanggal 14 November dikeluarkan Maklumat Pemerintah 14
November 1945, yang berisi disetujuinya perubahan sistem kabinet dari
presidensial menjadi parlementer. Sehingga berakhirlah masa Kabinet
Presidensial pada tanggal 14 November 1945.
Sesuai dengan Setelah kemerdekaan, Menyadari
Maklumat tokoh komunis yakni terjangan
Tan Malaka mendirikan
pemerintah 14 Persatuan Perjuangan gelombang yang
November 1945, (PP) yang melawan sangat kuat dari
maka Sjahrir ditunjuk kebijakan Pemerintah oposisi, Syahrir
sebagai formatur Sjahrir. PP dengan menyerahkan
kabinet dan segera cepat memiliki banyak mandatnya
kekuatan massa.
membentuk Kabinet Soekarno telah
sebagai Perdana
Sjahrir I. Ia dianggap memindahkan ibu kota Menteri kepada
sebagai orang yang ke Yogyakarta sejak 4 Soekarno pada
tepat untuk menjadi Januari karena situasi 23 Februari dan
pemimpin karena memasuki tahap ‘awas’ secara resmi
oleh kedatangan
dianggap mampu kabinet Sjahrir I
tentara Sekutu dan
menghadapi Belanda diberbagai bubar pada 12
diplomasi dengan daerah, terutama Maret 1946 dalam
negara Barat. Jakarta. rapat pleno KNIP
di Surakarta.
Setelah kabinet Syahrir I runtuh, maka Soekarno meminta pihak oposisi (PP)
untuk membentuk kabinet baru. Namun, PP dinilai tidak dapat membentuk
kabinet baru dan karena tekanan-tekanan dari pihak Sekutu semakin
menguat, Soekarno menunjuk kembali Sutan Syahrir sebagai formatur
kabinet. Alasan yang konkret adalah ketika pihak Sekutu semakin
memberikan gesekan, dan Soekarno tidak ingin pertumpahan darah terjadi
secara massal. Maka pada 13 Maret, Syahrir kembali membentuk kabinet
Syahrir II.