Abstract
The description illustrates the importance of housing matter. Not only for the
labors but also for the working people, since a house is not seen only as a room
for private activities, but give important impacts towards the process of assets
accumulation. It is started from home that labors go to work and go back again
in order to do more jobs the following days. A house is the place for the working
people to reproduce and develop.
1 Penulis merupakan staf pengajar tidak tetap di Departemen Ilmu Politik FISIP UI untuk mata kuliah
Politik Perkotaan. Kontak bisa melalui email: satukota@yahoo.com
2 John Ingleson. 2000. “Sarekat Buruh dan Penyediaan Jaminan Sosial di Jawa Masa Kolonial” dalam
Iskandar P. Nugraha (ed.).2004. Tangan dan Kaki Terikat: Dinamika Buruh, Sarekat Kerja, dan
Perkotaan Masa Kolonial. Jakarta: Komunitas Bambu. Hal. 153-159
kerja sama dengan salah satu institusi gratis beserta makanan bagi pendu-
negara. 3 duk yang bekerja maupun tidak
bekerja di sebuah kampung.4 Namun,
Jan Breman mengingatkan bahwa
Perumahan: Tantangan Terhadap terbentuknya massa buruh cadangan
Serikat Buruh dan Rakyat Pekerja tidak bisa dipakai untuk memper-
talikan hubungan dua kelompok
Melalui pemaparan di bawah ini, pekerja yang berbeda kemam-
penulis ingin memperlihatkan bahwa puannya: kelompok yang satu me-
ada ruang yang belum dimanfaatkan merlukan keterampilan khusus se-
serikat buruh dan rakyat pekerja di dangkan kelompok yang lain tidak.
Indonesia. Pengadaan perumahan
bagi buruh mempunyai dua dampak, Bagi Breman, apabila kita memakai
yaitu sebagai tempat reproduksi istilah sektor formal dan informal,
tenaga kerja dan pembangunan maka para pekerja yang lebih terdidik
komunitas. Kerja sama antara buruh dan terampil dalam sektor formal
dengan rakyat pekerja diperlukan merupakan lapisan elite yang kepen-
untuk menghadapi struktur pemba- tingannya semata-mata menjadi
gian kerja yang semakin fleksibel urusan serikat buruh, sedangkan para
(kepentingan modal) dan menya- pekerja tidak tetap yang tidak teror-
tukan kepentingan (melalui tuntutan ganisasi dan berada dalam sektor
fasilitas konsumsi kolektif) kepada informal tidak mampu bersaing
pemerintah daerah/pusat. dengan para buruh elite tersebut.
Akibatnya, massa buruh di dua sektor
Perumahan dapat menjadi sebuah ini berada dalam dua lingkaran ter-
tempat cadangan buruh bagi kelom- pisah dan tidak dapat dikatakan
pok pengusaha. Bagi industri pela- bahwa massa buruh sektor informal
yaran, salah satu cara menghadapi akan menjadi cadangan massa buruh
fluktuasi tenaga kerja adalah dengan yang mengancam pekerja di sektor
menyediakan jaring keamanan formal.
dengan menyediakan perumahan
3 Yudi Fajar M Wahyu. 2004. “Partisipasi Politik Serikat Buruh dalam Politik Perumahan di Indonesia
Periode 1998-2003 Studi Kasus: FSPLEM SPSI, SBSI, FNPBI dan PUK PT Showa FSPMI,” Skripsi
Sarjana Ilmu Politik FISIP UI Depok. Hal. 118-138.
4 John Ingleson. 1988. “Perkotaan di Jawa Selama Masa Depresi Tahun 1930-an”, dalam Iskandar P.
Nugraha (ed).2004. Tangan dan Kaki Terikat: Dinamika Buruh, Sarekat Kerja dan Perkotaan Masa
Kolonial.Jakarta: Komunitas Bambu. Hal. 119.
Tekanan yang diberikan Breman ada- diketahui jumlah buruh yang bekerja
lah persoalan keterampilan yang dari rumah rata-rata 12%, bahkan di
dibutuhkan pekerja untuk memasuki Irlandia mencapai 21% dan di Inggris
suatu pekerjaan. Apabila terdapat mencapai 27% dari total pekerja yang
surplus pasar tenaga kerja karena ada di negeri tersebut. 6
kebanyakan pekerjaan tidak memer-
lukan keterampilan, angkatan kerja Pengertian tempat bekerja pada saat
tidak terorganisasi dan langkanya ini seharusnya sudah lebih luas dari
tindakan perlindungan, serta hu- pemahaman umum yaitu pabrik dan
bungan perburuhan yang menjadi kantor menuju rumah. Hal itu menun-
informal, maka, pada tingkat ini, jukkan bahwa proses produksi meng-
pernyataan bahwa adanya cadangan hasilkan barang atau jasa sudah
buruh industri lebih bisa diterima.5 dapat dilakukan di rumah. Jika
kondisinya demikian, maka konse-
Sejak awal tahun 1970, perkem- kuensinya terhadap serikat buruh
bangan industri di dunia semakin adalah segera melakukan kerja sama
kompleks dan turut membuat hu- dengan rakyat pekerja yang berada di
bungan industrial semakin fleksibel. perumahan.
Arah yang terjadi adalah perusahaan
yang dahulu memakai sistem kerja Penulis melihat perumahan sebagai
penuh waktu (buruh tetap) semakin satu lokasi pembentukan komunitas.
bergeser untuk mempekerjakan bu- Perkembangan pembagian kerja yang
ruh paruh waktu, buruh sementara, semakin fleksibel ini berdampak pada
buruh kontrak, dan penggunaan bu- masuknya mekanisme pasar ke ko-
ruh dengan sistem sub-kontrak munitas, salah satunya dengan ada-
(outsourcing). Tempat bekerja pun ti- nya homeworkers. Terdapat perbeda-
dak hanya dilakukan di pabrik, me- an pendapat tentang perkembangan
lainkan sudah merambah ke rumah- dampak proses produksi di komun-
rumah penduduk (homeworkers). Pa- itas. Bagi Francis Fukuyama dan Ro-
da survei tahun 1995 yang dilakukan bert Putnam, modal sosial 7 yang dimi-
di 15 negara anggota Uni Eropa, liki komunitas dapat memberikan
5 Jan Breman. 1996. “Sistem Tenaga Kerja Dualistis: Suatu Kritik terhadap Konsep Sektor Informal”,
dalam Chris Manning dan Tadjuddin Noer Effendi (ed). Urbanisasi, Pengangguran, dan Sektor
Informal di Kota. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hal.168-169.
6 Guy Standing. 1999. Global Labour Flexibility: Seeking Distributive Justice. Great Britain: Macmillan
Press Ltd. Hal. 101-102, 109, 171, 175.
7 Modal sosial merupakan nilai-nilai sosial seperti kejujuran, hubungan timbal balik, dan dijaganya
komitmen di antara individu. Modal sosial muncul karena ada kepercayaan (trust) yang terbangun
sebelumnya.
8 Adrian Little. 2002. The Politics of Community. Great Britain: Edinburgh University Press. Hal.102-
103.
9 Ibid. hal.120-121.
tuhkan banyak orang seperti: tempat Pada awal berdirinya Orde Baru, pe-
parkir, rumah sakit, infrastruktur merintah memaksakan partai-partai
jalan, sekolah, pasar, dan lain-lain.10
h politik untuk bergabung dengan
Castells menggunakan studi kasus- hanya memperbolehkan 3 partai yang
nya di Prancis pada periode 1941- hidup. Organisasi buruh disatukan
1963 untuk kasus perumahan. Ketika dalam organisasi tunggal pada
itu terjadi percepatan industrialisasi, tanggal 20 Februari 1973 yang
peningkatan konsentrasi buruh di pu- bernama Federasi Buruh Seluruh
sat perkotaan (khususnya Paris), kri- Indonesia. Kebutuhan pemerintah
sis perumahan yang mencapai situasi untuk memasukkan investasi ke
dramatis, yang akibatnya menghan- Indonesia sangat besar, sehingga
tam kondisi buruh dengan amat ke- pemerintah dengan segera memben-
ras. Situasi ini berkembang karena tuk Badan Pertimbangan Penanaman
aksi protes; mulai dari bentuk pendu- Modal yang kemudian menjadi Badan
dukan rumah secara ilegal sampai Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
tuntutan pengadaan rumah secara pada tahun 1973.
sosial di tahun 1947-1951.11
Dalam rangka melaksanakan UU
PMDN (Undang-undang Penanaman
Implikasi Hubungan Modal-Nega- Modal Dalam Negeri) di bidang peru-
ra-Buruh pada Perumahan Peker- mahan, dikeluarkan Surat Keputusan
ja Ketua Badan Koordinasi Penanaman
Modal (BKPM) Nomor 28 Tahun 1974
Pada bagian ini akan dibahas secara tentang Pedoman Penanaman Modal
singkat perkembangan pengadaan Bidang Pembangunan Perumahan be-
perumahan bagi pekerja di Indonesia serta Fasilitasnya, yang antara lain
pada masa orde baru sampai masa menetapkan perbandingan jumlah
pasca-Soeharto. Analisis yang dipakai pembangunan rumah mewah, rumah
adalah mengaitkan tiga hubungan menengah, dan rumah sederhana
utama kekuasaan yaitu kekuatan mo- yaitu 1:3:6, dan luas lantai rumah
dal, negara, dan buruh. sederhana maksimum 70 m2.12
10 Mike Savage dan Alan Warde. 1993. Urban Sociology, Capitalism and Modernity. Hong Kong: The
Macmillan Press. Hal 153-154.
11 Manuel Castells. 1978. City, Class and Power. The Macmillan Press. Hal. 51.
12 Siswono Yudohusodo dan Soearli Salam (editor). 1991. Rumah untuk Seluruh Rakyat. Jakarta:
INKOPPOL. Hal. 114.
13 Surat Keputusan Bersama Menteri Koperasi dan Menteri Perumahan Rakyat No.02/SKB/M/X/87
dan No.01/SKB/M/10/1987 tentang Penyediaan Perumahan dan Permukiman Melalui Koperasi,
pasal 1.
14 Andrinof A. Chaniago. 2001. Gagalnya Pembangunan: Kajian Ekonomi Politik terhadap Akar Krisis
Indonesia. Jakarta: LP3ES. Hal. 54-57.
Di dalam Pakto '93 tersebut terdapat SK/10/1993 dan Surat Keputusan Ke-
Surat Keputusan Menteri Perindus- tua Badan Koordinasi Penanaman
trian Nomor 230/M/SK/10/1993 ten- Modal (BKPM) Nomor 28 Tahun 1974
tang Perubahan Surat Keputusan (yang menetapkan perbandingan
Menteri Perindustrian Nomor 291/M/ jumlah pembangunan rumah mewah,
SK/10/1989 tentang Tata Cara Peri- rumah menengah, dan rumah seder-
zinan dan Standar Teknis Kawasan In- hana yaitu 1:3:6) menunjukkan relasi
dustri, yang di dalamnya antara lain antara negara-modal-buruh yaitu ke-
mengatur kewajiban perusahaan Ka- pentingan negara untuk mempermu-
wasan Industri untuk mencadangkan dah modal luar negeri masuk telah
tanah Kawasan Industri antara 10%- memberikan efek terhadap diperha-
30% sesuai dengan luasnya untuk tikannya usaha pengadaan peruma-
penyediaan kavling perumahan (dan han buruh.
perumahan bagi pekerja jika luas ka-
wasan industri lebih dari 200 hektar). Pada masa pasca-Soeharto, Ditjen
Binawas Departemen Tenaga Kerja
Dikeluarkannya Surat Keputusan dan Transmigrasi merumuskan se-
Menteri Perindustrian Nomor 230/M/ buah “Konsep Penyelenggaraan Peru-
Tabel 1.
Standar Teknis Penyiapan Kavling Perumahan
bagi Perusahaan Kawasan Industri
Kett. : Kavling perumahan adalah kavling yang disediakan oleh pengelola Kawasan Industri untuk perumahan
pekerja termasuk fasilitas penunjangnya seperti tempat olahraga dan sarana ibadah.
Sumber : Lampiran II SK Menteri Perindustrian Nomor 230/M/SK/10/1993 Tanggal 23 Oktober 1993
Tabel 2
Kegiatan Gerakan Pembangunan Perumahan
Pekerja Perusahaan
No. Lokasi Kegiatan yang Dilakukan Keterangan Tanggal
Catatan:
Khusus untuk Jababeka telah dikembangkan Rumah Susun Sewa PT. MATTEL dan Rumah Pekerja yang disediakan
pengembang.
Untuk Surabaya telah dikembangkan sertifikasi oleh REI kepada anggotanya untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat.
Untuk Semarang telah diupayakan kerja sama pembangunan perumahan oleh PT. INDOFOOD dan Perum
Perumnas.
Untuk Batam telah dibangun Rumah Susun yang dibangun oleh PT. JAMSOSTEK (penyandang dana) dan Perum
Perumnas.
Sumber: Sambutan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah dalam Rangka Pencanangan Gerakan
Pembangunan Perumahan Pekerja Perusahaan, Medan 5 Juli 2001, (Depkimpraswil, tidak diterbitkan, 2003)
68
BAHASAN UTAMA
Daftar Pustaka
Buku
Breeman, Jan. 1996. “Sistem Tenaga Kerja Dualistis: Suatu Kritik Terhadap
Konsep Sektor Informal”, dalam Chris Manning & Tadjuddin Noer Effendi
(peny.). Urbanisasi, Pengangguran, dan Sektor Informal di Kota. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Castells, Manuel. 1977. The Urban Question. London: Edward Arnold. Kutipan
diambil dari Mike Savage dan Alan Warde. Urban Sociology, Capitalism
and Modernity. Hal. 153-154. London: Macmillan, 1993.
________. 1978. “Urban Crisis, State Policies and the Crisis of the State: the
French Experience”. City, Class and Power, Chapter 3. London:
Macmillan.
Ingleson, John. 1988. “Perkotaan di Jawa Selama Masa Depresi Tahun 1930-an”,
dalam Iskandar P. Nugraha (peny.). Tangan dan Kaki Terikat: Dinamika
Buruh, Sarekat Kerja dan Perkotaan Masa Kolonial. Jakarta: Komunitas
Bambu. Jakarta: Komunitas Bambu, 2004.
________. 2000. Sarekat Buruh dan Penyediaan Jaminan Sosial di Jawa Masa
Kolonial. dalam Tangan dan Kaki Terikat: Dinamika Buruh, Sarekat Kerja
dan Perkotaan Masa Kolonial, ed. Iskandar P. Nugraha, Jakarta:
Komunitas Bambu, 2004.
Yudosodo, Siswono dan Soearli Salam, ed. 1991. Rumah Untuk Seluruh Rakyat.
Jakarta: INKOPPOL.
Pidato oleh Erna Witoelar (Medan 5 Juli 2001). Dalam: Sambutan Menteri
Permukiman dan Prasarana Wilayah dalam Rangka Pencanangan Gerakan
Pembangunan Perumahan Pekerja Perusahaan. Jakarta: Depkimpraswil.
Wahyu, Yudi Fajar M. 2004. Partisipasi Politik Serikat Buruh dalam Politik
Perumahan di Indonesia Periode 1998-2003 Studi Kasus: FSPLEM SPSI,
SBSI, FNPBI dan PUK PT Showa FSPMI. Skripsi Sarjana Ilmu Politik, FISIP
UI.
70