Anda di halaman 1dari 12

BAHASAN UTAMA

PERUMAHAN BAGI RAKYAT PEKERJA:


PERDEBATAN, TANTANGAN,
DAN IMPLEMENTASI
Yudi Fajar Margono Wahyu 1

Abstract
The description illustrates the importance of housing matter. Not only for the
labors but also for the working people, since a house is not seen only as a room
for private activities, but give important impacts towards the process of assets
accumulation. It is started from home that labors go to work and go back again
in order to do more jobs the following days. A house is the place for the working
people to reproduce and develop.

Perumahan merupakan salah satu jalan, selokan, tersedianya ruang


kebutuhan primer manusia. Peru- untuk aktivitas publik (fasilitas umum
mahan tidak sekadar dalam arti dan fasilitas sosial), dan terjaminnya
bangunan semata, tetapi lebih pada keamanan bagi para penghuni. Per-
tempat yang memungkinkan terja- juangan untuk memperoleh rumah
dinya kehidupan manusia (human yang layak sebaiknya tidak hanya
settlement). Di sana terdapat tempat menjadi perjuangan segelintir orang
untuk menjalankan aktivitas keseha- saja. Perjuangan masalah kesejahte-
rian mulai dari pasar untuk belanja raan telah menjadi perdebatan sengit
kebutuhan sehari-hari, sarana trans- di antara serikat buruh sejak awal
portasi, sarana kesehatan, tersedia- 1920-an di Indonesia.
nya infrastruktur jalan, penerangan

1 Penulis merupakan staf pengajar tidak tetap di Departemen Ilmu Politik FISIP UI untuk mata kuliah
Politik Perkotaan. Kontak bisa melalui email: satukota@yahoo.com

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 10 NO. 2 OKTOBER 2005 59


PERUMAHAN BAGI RAKYAT PEKERJA

Perdebatan dalam Serikat Buruh: perjuangan upah dan perbaikan


Masalah Upah vs Kesejahteraan kondisi di tempat kerja. Persoalan
kesejahteraan belum menjadi prio-
Pada tahun 1920-an dan 1930-an, ritas utama, termasuk mengenai
serikat-serikat buruh di Indonesia pengadaan perumahan pekerja. Ada
telah dengan sengit memperdebatkan federasi serikat buruh yang melihat
hal-hal yang patut dilakukan untuk tanggung jawab pengadaan peru-
meningkatkan kesejahteraan sosial mahan pekerja terletak di tangan
dalam gerakan buruh. Pandangan perusahaan, tetapi ada pula yang
yang paling utama adalah serikat- menyerahkan tanggung jawab terse-
serikat buruh seharusnya tidak hanya but pada negara.
peduli dengan masalah perbaikan
upah dan kondisi kerja para buruh, Peran yang diambil oleh federasi
melainkan juga dengan kesejah- serikat buruh menjadi bermacam-
teraan para anggotanya. Pandangan macam. Federasi serikat buruh yang
ini memperoleh tantangan dengan melihat tanggung jawab pengadaan
adanya pendapat bahwa semangat perumahan terletak di tangan peru-
perjuangan yang ada di antara para sahaan, menyerahkan urusan itu
pekerja tidak boleh ditumpulkan oleh pada pengurus unit kerja (PUK)
adanya tindakan yang hanya mengu- tingkat pabrik sehingga salah satu
rangi kemiskinan tetapi tidak meng- perjuangan utama PUK adalah
hilangkan sebab pokoknya. Pada ma- memasukkan tuntutan kesejahteraan
sa itu, perjuangan dasar serikat buruh dalam Perjanjian Kerja Bersama atau
adalah meningkatkan upah dan kon- Kesepakatan Kerja Bersama dalam
disi kerja, dengan daya tarik tam- negosiasinya dengan perusahaan.
bahan yang penting yaitu layanan Sedangkan federasi serikat buruh
kesejahteraan dengan membentuk yang melihat pengadaan perumahan
koperasi, dana untuk kecelakaan, dan pekerja sebagai tanggung jawab
kesehatan. 2 negara terbagi menjadi dua sikap,
yaitu tidak berupaya sama sekali
Pada masa pasca-Soeharto, serikat- terlibat dalam pengadaan rumah bagi
serikat buruh yang ada di Indonesia anggotanya dan ada pula yang me-
masih juga memfokuskan diri pada mainkan peran dengan mengadakan

2 John Ingleson. 2000. “Sarekat Buruh dan Penyediaan Jaminan Sosial di Jawa Masa Kolonial” dalam
Iskandar P. Nugraha (ed.).2004. Tangan dan Kaki Terikat: Dinamika Buruh, Sarekat Kerja, dan
Perkotaan Masa Kolonial. Jakarta: Komunitas Bambu. Hal. 153-159

60 JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 10 NO. 2 OKTOBER 2005


BAHASAN UTAMA

kerja sama dengan salah satu institusi gratis beserta makanan bagi pendu-
negara. 3 duk yang bekerja maupun tidak
bekerja di sebuah kampung.4 Namun,
Jan Breman mengingatkan bahwa
Perumahan: Tantangan Terhadap terbentuknya massa buruh cadangan
Serikat Buruh dan Rakyat Pekerja tidak bisa dipakai untuk memper-
talikan hubungan dua kelompok
Melalui pemaparan di bawah ini, pekerja yang berbeda kemam-
penulis ingin memperlihatkan bahwa puannya: kelompok yang satu me-
ada ruang yang belum dimanfaatkan merlukan keterampilan khusus se-
serikat buruh dan rakyat pekerja di dangkan kelompok yang lain tidak.
Indonesia. Pengadaan perumahan
bagi buruh mempunyai dua dampak, Bagi Breman, apabila kita memakai
yaitu sebagai tempat reproduksi istilah sektor formal dan informal,
tenaga kerja dan pembangunan maka para pekerja yang lebih terdidik
komunitas. Kerja sama antara buruh dan terampil dalam sektor formal
dengan rakyat pekerja diperlukan merupakan lapisan elite yang kepen-
untuk menghadapi struktur pemba- tingannya semata-mata menjadi
gian kerja yang semakin fleksibel urusan serikat buruh, sedangkan para
(kepentingan modal) dan menya- pekerja tidak tetap yang tidak teror-
tukan kepentingan (melalui tuntutan ganisasi dan berada dalam sektor
fasilitas konsumsi kolektif) kepada informal tidak mampu bersaing
pemerintah daerah/pusat. dengan para buruh elite tersebut.
Akibatnya, massa buruh di dua sektor
Perumahan dapat menjadi sebuah ini berada dalam dua lingkaran ter-
tempat cadangan buruh bagi kelom- pisah dan tidak dapat dikatakan
pok pengusaha. Bagi industri pela- bahwa massa buruh sektor informal
yaran, salah satu cara menghadapi akan menjadi cadangan massa buruh
fluktuasi tenaga kerja adalah dengan yang mengancam pekerja di sektor
menyediakan jaring keamanan formal.
dengan menyediakan perumahan

3 Yudi Fajar M Wahyu. 2004. “Partisipasi Politik Serikat Buruh dalam Politik Perumahan di Indonesia
Periode 1998-2003 Studi Kasus: FSPLEM SPSI, SBSI, FNPBI dan PUK PT Showa FSPMI,” Skripsi
Sarjana Ilmu Politik FISIP UI Depok. Hal. 118-138.
4 John Ingleson. 1988. “Perkotaan di Jawa Selama Masa Depresi Tahun 1930-an”, dalam Iskandar P.
Nugraha (ed).2004. Tangan dan Kaki Terikat: Dinamika Buruh, Sarekat Kerja dan Perkotaan Masa
Kolonial.Jakarta: Komunitas Bambu. Hal. 119.

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 10 NO. 2 OKTOBER 2005 61


PERUMAHAN BAGI RAKYAT PEKERJA

Tekanan yang diberikan Breman ada- diketahui jumlah buruh yang bekerja
lah persoalan keterampilan yang dari rumah rata-rata 12%, bahkan di
dibutuhkan pekerja untuk memasuki Irlandia mencapai 21% dan di Inggris
suatu pekerjaan. Apabila terdapat mencapai 27% dari total pekerja yang
surplus pasar tenaga kerja karena ada di negeri tersebut. 6
kebanyakan pekerjaan tidak memer-
lukan keterampilan, angkatan kerja Pengertian tempat bekerja pada saat
tidak terorganisasi dan langkanya ini seharusnya sudah lebih luas dari
tindakan perlindungan, serta hu- pemahaman umum yaitu pabrik dan
bungan perburuhan yang menjadi kantor menuju rumah. Hal itu menun-
informal, maka, pada tingkat ini, jukkan bahwa proses produksi meng-
pernyataan bahwa adanya cadangan hasilkan barang atau jasa sudah
buruh industri lebih bisa diterima.5 dapat dilakukan di rumah. Jika
kondisinya demikian, maka konse-
Sejak awal tahun 1970, perkem- kuensinya terhadap serikat buruh
bangan industri di dunia semakin adalah segera melakukan kerja sama
kompleks dan turut membuat hu- dengan rakyat pekerja yang berada di
bungan industrial semakin fleksibel. perumahan.
Arah yang terjadi adalah perusahaan
yang dahulu memakai sistem kerja Penulis melihat perumahan sebagai
penuh waktu (buruh tetap) semakin satu lokasi pembentukan komunitas.
bergeser untuk mempekerjakan bu- Perkembangan pembagian kerja yang
ruh paruh waktu, buruh sementara, semakin fleksibel ini berdampak pada
buruh kontrak, dan penggunaan bu- masuknya mekanisme pasar ke ko-
ruh dengan sistem sub-kontrak munitas, salah satunya dengan ada-
(outsourcing). Tempat bekerja pun ti- nya homeworkers. Terdapat perbeda-
dak hanya dilakukan di pabrik, me- an pendapat tentang perkembangan
lainkan sudah merambah ke rumah- dampak proses produksi di komun-
rumah penduduk (homeworkers). Pa- itas. Bagi Francis Fukuyama dan Ro-
da survei tahun 1995 yang dilakukan bert Putnam, modal sosial 7 yang dimi-
di 15 negara anggota Uni Eropa, liki komunitas dapat memberikan

5 Jan Breman. 1996. “Sistem Tenaga Kerja Dualistis: Suatu Kritik terhadap Konsep Sektor Informal”,
dalam Chris Manning dan Tadjuddin Noer Effendi (ed). Urbanisasi, Pengangguran, dan Sektor
Informal di Kota. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hal.168-169.
6 Guy Standing. 1999. Global Labour Flexibility: Seeking Distributive Justice. Great Britain: Macmillan
Press Ltd. Hal. 101-102, 109, 171, 175.
7 Modal sosial merupakan nilai-nilai sosial seperti kejujuran, hubungan timbal balik, dan dijaganya

62 JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 10 NO. 2 OKTOBER 2005


BAHASAN UTAMA

kontribusi positif terhadap keber- Perumahan juga dapat dilihat sebagai


hasilan perekonomian pasar. Semen- tempat berlangsungnya reproduksi
tara bagi André Gorz dan Richard tenaga kerja. Reproduksi tenaga kerja
Sennett, masuknya mekanisme pasar ini meliputi segala aspek yang
justru berdampak buruk pada nilai- memungkinkan munculnya tenaga
nilai yang ada di komunitas. Gorz dan buruh baru (melalui proses repro-
Sennett lebih lanjut berpendapat duksi) dan tempat memulihkan te-
bahwa pada iklim fleksibilitas pasar naga bagi buruh agar bisa bekerja
tenaga kerja saat ini, kepentingan lagi. Menurut Manuel Castells, repro-
pasar dan komunitas tidak dapat du- duksi tenaga kerja tergantung pada
duk berdampingan secara harmonis intervensi negara yang berhubungan
antara satu dengan yang lain. 8 dengan bidang-bidang sosial (non
profit) seperti fasilitas kesehatan,
Gorz mempunyai strategi untuk subsidi untuk perumahan dan trans-
menghadapi iklim fleksibilitas tenaga portasi, serta fasilitas pendidikan,
kerja dengan mengajukan kebijakan pelatihan, dan penelitian. Peran nega-
pengurangan jam kerja bagi buruh. ra, menurut Castells, adalah men-
Jam kerja yang berkurang ini akan jamin berjalannya fungsi-fungsi pen-
didistribusikan pada rakyat pekerja ting guna berlangsungnya akumulasi
yang masih menganggur. Gorz juga modal yang efektif. Pada proses re-
menawarkan kepada pemerintah un- produksi tenaga kerja ini dibutuhkan
tuk menyediakan dana cadangan (se- tindakan konsumsi yang dilakukan
cond cheque) bagi buruh sebagai buruh. Tindakan konsumsi ini bisa
dana tambahan gaji dan jaminan dilakukan secara individual maupun
terhadap segala bentuk kerugian kolektif.
yang dialami buruh akibat pengu-
rangan jam kerja. Melalui pengu- Konsumsi individual bisa berupa be-
rangan jam kerja ini, maka akan se- lanja kebutuhan sehari-hari, pema-
makin terbuka kemungkinan bagi kaian barang-barang kebutuhan pri-
individu untuk terlibat dalam aktivitas badi, makanan, dan pakaian. Kon-
di komunitas yang didasari oleh tin- sumsi kolektif merupakan peng-
dakan sukarela (tidak dibayar). 9 gunaan fasilitas yang memang dibu-

komitmen di antara individu. Modal sosial muncul karena ada kepercayaan (trust) yang terbangun
sebelumnya.
8 Adrian Little. 2002. The Politics of Community. Great Britain: Edinburgh University Press. Hal.102-
103.
9 Ibid. hal.120-121.

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 10 NO. 2 OKTOBER 2005 63


PERUMAHAN BAGI RAKYAT PEKERJA

tuhkan banyak orang seperti: tempat Pada awal berdirinya Orde Baru, pe-
parkir, rumah sakit, infrastruktur merintah memaksakan partai-partai
jalan, sekolah, pasar, dan lain-lain.10
h politik untuk bergabung dengan
Castells menggunakan studi kasus- hanya memperbolehkan 3 partai yang
nya di Prancis pada periode 1941- hidup. Organisasi buruh disatukan
1963 untuk kasus perumahan. Ketika dalam organisasi tunggal pada
itu terjadi percepatan industrialisasi, tanggal 20 Februari 1973 yang
peningkatan konsentrasi buruh di pu- bernama Federasi Buruh Seluruh
sat perkotaan (khususnya Paris), kri- Indonesia. Kebutuhan pemerintah
sis perumahan yang mencapai situasi untuk memasukkan investasi ke
dramatis, yang akibatnya menghan- Indonesia sangat besar, sehingga
tam kondisi buruh dengan amat ke- pemerintah dengan segera memben-
ras. Situasi ini berkembang karena tuk Badan Pertimbangan Penanaman
aksi protes; mulai dari bentuk pendu- Modal yang kemudian menjadi Badan
dukan rumah secara ilegal sampai Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
tuntutan pengadaan rumah secara pada tahun 1973.
sosial di tahun 1947-1951.11
Dalam rangka melaksanakan UU
PMDN (Undang-undang Penanaman
Implikasi Hubungan Modal-Nega- Modal Dalam Negeri) di bidang peru-
ra-Buruh pada Perumahan Peker- mahan, dikeluarkan Surat Keputusan
ja Ketua Badan Koordinasi Penanaman
Modal (BKPM) Nomor 28 Tahun 1974
Pada bagian ini akan dibahas secara tentang Pedoman Penanaman Modal
singkat perkembangan pengadaan Bidang Pembangunan Perumahan be-
perumahan bagi pekerja di Indonesia serta Fasilitasnya, yang antara lain
pada masa orde baru sampai masa menetapkan perbandingan jumlah
pasca-Soeharto. Analisis yang dipakai pembangunan rumah mewah, rumah
adalah mengaitkan tiga hubungan menengah, dan rumah sederhana
utama kekuasaan yaitu kekuatan mo- yaitu 1:3:6, dan luas lantai rumah
dal, negara, dan buruh. sederhana maksimum 70 m2.12

10 Mike Savage dan Alan Warde. 1993. Urban Sociology, Capitalism and Modernity. Hong Kong: The
Macmillan Press. Hal 153-154.
11 Manuel Castells. 1978. City, Class and Power. The Macmillan Press. Hal. 51.
12 Siswono Yudohusodo dan Soearli Salam (editor). 1991. Rumah untuk Seluruh Rakyat. Jakarta:
INKOPPOL. Hal. 114.

64 JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 10 NO. 2 OKTOBER 2005


BAHASAN UTAMA

Pada tahun 1974 didirikan Perusa- naan pembangunan, pembangunan


haan Umum Pembangunan Perumah- fisik dan pembangunan rumah tum-
an Nasional (Perum Perumnas) dan buh, penyediaan dan pengelolaan da-
Bank Tabungan Negara (BTN). BTN na, industri dan pengadaan bahan
ditugaskan oleh Menteri Keuangan bangunan, hingga pengelolaan ling-
sebagai lembaga pembiayaan peru- kungan permukiman.13
mahan yang berfungsi sebagai bank
yang memberikan Kredit Pemilikan Perkembangan investasi dari tahun
Rumah (KPR) bagi rumah sederhana 1990-1992 serta semakin derasnya
yang dibangun oleh Perum Perumnas modal asing mengalir masuk ke ne-
dan developer swasta. Para pengem- gara-negara lain yang menjadi sai-
bang swasta telah disatukan dalam ngan Indonesia, terutama ke Cina dan
organisasi Real Estate Indonesia (REI) Vietnam, sempat menjadi kepriha-
yang dibentuk pada tanggal 11 tinan perencana ekonomi pemerin-
Februari 1972. tah. Keluhan-keluhan kalangan swas-
ta baik dari dalam maupun luar negeri
Baru pada tahun 1987 terdapat pa- agar Indonesia mempunyai iklim in-
yung hukum yang mendukung bahwa vestasi yang lebih baik (berupa infra-
koperasi dapat pula mengadakan struktur, peraturan yang transparan,
perumahan bagi anggotanya melalui prosedur yang sederhana, dan pela-
Surat Keputusan Bersama (SKB) yanan aparat pemerintah terkait), di-
Menteri Koperasi dan Menteri Peru- tanggapi pemerintah dengan diterbit-
mahan Rakyat No.02/SKB/M/X/87 kannya Paket Kebijakan Oktober 1993
dan No.01/SKB/M/10/1987 tentang tentang Tata Niaga Ekspor Impor, Ta-
Penyediaan Perumahan dan Permu- rif, Izin Penanaman Modal, Industri
kiman Melalui Koperasi. Keberadaan Farmasi dan Amdal atau lebih dikenal
SKB ini memberikan kemudahan-ke- dengan nama Pakto '93. Isinya seba-
mudahan agar koperasi mampu me- gian besar menyederhanakan proses
laksanakan pembangunan peru- perizinan dalam membuka usaha in-
mahan mulai dari penyiapan lahan dustri, termasuk perizinan lokasi yang
permukiman, penyusunan perenca- berkaitan dengan penggunaan lahan.14

13 Surat Keputusan Bersama Menteri Koperasi dan Menteri Perumahan Rakyat No.02/SKB/M/X/87
dan No.01/SKB/M/10/1987 tentang Penyediaan Perumahan dan Permukiman Melalui Koperasi,
pasal 1.
14 Andrinof A. Chaniago. 2001. Gagalnya Pembangunan: Kajian Ekonomi Politik terhadap Akar Krisis
Indonesia. Jakarta: LP3ES. Hal. 54-57.

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 10 NO. 2 OKTOBER 2005 65


PERUMAHAN BAGI RAKYAT PEKERJA

Di dalam Pakto '93 tersebut terdapat SK/10/1993 dan Surat Keputusan Ke-
Surat Keputusan Menteri Perindus- tua Badan Koordinasi Penanaman
trian Nomor 230/M/SK/10/1993 ten- Modal (BKPM) Nomor 28 Tahun 1974
tang Perubahan Surat Keputusan (yang menetapkan perbandingan
Menteri Perindustrian Nomor 291/M/ jumlah pembangunan rumah mewah,
SK/10/1989 tentang Tata Cara Peri- rumah menengah, dan rumah seder-
zinan dan Standar Teknis Kawasan In- hana yaitu 1:3:6) menunjukkan relasi
dustri, yang di dalamnya antara lain antara negara-modal-buruh yaitu ke-
mengatur kewajiban perusahaan Ka- pentingan negara untuk mempermu-
wasan Industri untuk mencadangkan dah modal luar negeri masuk telah
tanah Kawasan Industri antara 10%- memberikan efek terhadap diperha-
30% sesuai dengan luasnya untuk tikannya usaha pengadaan peruma-
penyediaan kavling perumahan (dan han buruh.
perumahan bagi pekerja jika luas ka-
wasan industri lebih dari 200 hektar). Pada masa pasca-Soeharto, Ditjen
Binawas Departemen Tenaga Kerja
Dikeluarkannya Surat Keputusan dan Transmigrasi merumuskan se-
Menteri Perindustrian Nomor 230/M/ buah “Konsep Penyelenggaraan Peru-

Tabel 1.
Standar Teknis Penyiapan Kavling Perumahan
bagi Perusahaan Kawasan Industri

Luas Kavling Kavling Kavling Jalan dan Sarana Ruang terbuka


Kawasan Industri Industri Komersial Perumahan Penunjang Lainnya Hijau

10-20 Ha 65%-70% Maks. 10 % Maks. 10% Sesuai kebutuhan Min. 10%

>20-50 Ha 65%-70% Mak.10% Maks.10% Sesuai kebutuhan Min. 10%

>50-100 Ha 60%-70% Maks 12,5 % Maks.15 % Sesuai kebutuhan Min. 10%

>100-200 Ha 50%-70% Maks.15% Maks.20% Sesuai kebutuhan Min. 10%

>200-500 Ha 45%-70% Maks.17,5% 10%-25% Sesuai kebutuhan Min. 10%

>500 Ha 40%-70% Maks.20% 10%-30% Sesuai kebutuhan Min. 10%

Kett. : Kavling perumahan adalah kavling yang disediakan oleh pengelola Kawasan Industri untuk perumahan
pekerja termasuk fasilitas penunjangnya seperti tempat olahraga dan sarana ibadah.
Sumber : Lampiran II SK Menteri Perindustrian Nomor 230/M/SK/10/1993 Tanggal 23 Oktober 1993

66 JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 10 NO. 2 OKTOBER 2005


BAHASAN UTAMA

mahan/Permukiman Sebagai Wujud rapa daerah seperti di Bekasi, Sura-


Dasar Kesejahteraan Pekerja dan baya, Semarang, Batam, dan Medan
Keluarganya.”15 Usaha Depnakertrans dalam bentuk Pencanangan Gerakan
untuk mewujudkan perumahan dan Pembangunan Perumahan Pekerja
permukiman bagi pekerja/buruh per- Perusahaan (Tabel 2). Sosialisasi ini
usahaan terus berlanjut. diikuti dengan kesepakatan-kese-
pakatan antarpelaku terkait untuk

Kesepakatan antara Menakertrans mewujudkan perumahan bagi pekerja

dengan Menkimbangwil tercapai pada perusahaan yang difasilitasi oleh para

tanggal 27 Desember 1999. Hal itu pengusaha dan pemerintah.

ditindaklanjuti dengan penyamaan


persepsi antara Dirjen Binawas Pengadaan perumahan bagi buruh
dengan Dirjen Kimbangwil pada 6 masih dititikberatkan pada pihak
Januari 2000. Kemudian disusul perusahaan. Serikat buruh masih
pertemuan dengan organisasi peker- terus berkutat dalam tuntutan upah
ja/buruh serta perusahaan BUMN dan perbaikan kondisi di tempat kerja
pada tanggal 21 Januari 2000. Proses (pabrik/kantor). Negara mempunyai
ini terus bergulir hingga mengha- peran sangat minimal dalam menga-
silkan Keputusan Bersama Menteri tasi krisis pengadaan perumahan bagi
Tenaga Kerja RI dengan Menteri Per- buruh karena jumlah rumah yang
mukiman dan Pengembangan Wila- mampu disediakan masih sangat
yah RI Nomor Kep-33/MEN/2000 dan sedikit dibandingkan dengan jumlah
Nomor 01/SKB/M/2000 tentang Peru- pekerja yang membutuhkan rumah.
mahan dan Permukiman Pekerja Per- Hingga saat ini terdapat dua lembaga
usahaan, pada tanggal 21 Maret yang membantu pendanaan peruma-
2000. han buruh yaitu PT Jamsostek melalui
penyaluran Pinjaman Uang Muka
Penandatanganan surat keputusan Perumahan (sejak tahun 1997) dan
bersama 16 tanggal 21 Maret 2000 BTN melalui skema kredit KPR Ber-
diikuti langkah sosialisasi kepada rak- subsidi.
yat pekerja dan pengusaha di bebe-

15 Budi Hartati. 1999. “Pokok-pokok Pikiran Rumusan Konsep Penyelenggaraan Perumahan/Permu-


kiman Sebagai Wujud Dasar Kesejahteraan Pekerja dan Keluarganya,” (Jakarta, Ditjen Binawas
Depnakertrans, tidak diterbitkan.)
16 Organisasi pekerja yang tercantum dalam surat keputusan bersama ini adalah: FSPSI, FSPSI
Reformasi, FSBDSI, FSBSI, SP BUN, dan INKOPKAR.

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 10 NO. 2 OKTOBER 2005 67


PERUMAHAN BAGI RAKYAT PEKERJA

Tabel 2
Kegiatan Gerakan Pembangunan Perumahan
Pekerja Perusahaan
No. Lokasi Kegiatan yang Dilakukan Keterangan Tanggal

Jakarta Penandatanganan SKB Tentang Perumahan


1 (di Kantor Departeman No.: Kep-33/MEN/2000 dan Permukiman 21 Maret 2000
Tenaga Kerja) No.01/SKB/M/2000 Pekerja Perusahaan
Bekasi, Jawa Barat Pencanangan Gerakan Penyerahan Sertifikat
2 (Cikarang Baru, Pembangunan Perumahan kepada Perusahaan 23 Juni 2000
KI Jababeka) Pekerja Perusahaan
Surabaya, Jawa Timur Pencanangan Gerakan Penyerahan Sertifikat
3 (KI Rungkut) Pembangunan Perumahan kepada Perusahaan 13 Juli 2000
Pekerja Perusahaan
Semarang Pencanangan Gerakan Penyerahan Sertifikat
4 (Bukit Beringin Lestari, Pembangunan Perumahan kepada Perusahaan 25 Juli 2000
Perum Perumnas) Pekerja Perusahaan
Batam Pencanangan Gerakan Penyerahan Sertifikat
5 (Rusun Tanjung Piayu) Pembangunan Perumahan kepada Perusahaan 29 Juli 2000
(Perum Perumnas dan Otorita Batam) Pekerja Perusahaan
Medan (Kawasan Pencanangan Gerakan Penyerahan Sertifikat
6 Siap Bangun Griya Martubung, Pembangunan Perumahan kepada Perusahaan 5 Juli 2001
Perum Perumnas) Pekerja Perusahaan

Catatan:
Khusus untuk Jababeka telah dikembangkan Rumah Susun Sewa PT. MATTEL dan Rumah Pekerja yang disediakan
pengembang.
Untuk Surabaya telah dikembangkan sertifikasi oleh REI kepada anggotanya untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat.
Untuk Semarang telah diupayakan kerja sama pembangunan perumahan oleh PT. INDOFOOD dan Perum
Perumnas.
Untuk Batam telah dibangun Rumah Susun yang dibangun oleh PT. JAMSOSTEK (penyandang dana) dan Perum
Perumnas.
Sumber: Sambutan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah dalam Rangka Pencanangan Gerakan
Pembangunan Perumahan Pekerja Perusahaan, Medan 5 Juli 2001, (Depkimpraswil, tidak diterbitkan, 2003)

Menentukan Langkah ke Depan cahan yang seharusnya mampu dila-


kukan negara di tingkat nasional.
Uraian di atas menggambarkan pada
kita bahwa pengadaan perumahan Apabila serikat buruh mampu melihat
bagi buruh sangat ditentukan oleh potensi lain dari perumahan yaitu
kepentingan negara dalam menjaga sebagai tempat pembangunan
investasi di Indonesia. Persoalan komunitas bersama rakyat pekerja,
pengadaan perumahan bagi buruh maka tuntutan kebutuhan akan
masih terus dialihkan pada tingkat kondisi perumahan yang layak bukan-
lokal tanpa berupaya melihat peme- lah hal mustahil untuk ditujukan pada
negara. Fungsi perumahan sebagai

68
BAHASAN UTAMA

tempat reproduksi tenaga buruh dan masuknya proses produksi ke


tempat akumulasi modal sudah komunitas, dengan menyatukan
sangat disadari oleh negara dan kepentingan pada ke b u t u h a n
kepentingan modal. konsumsi kolektif. Mungkin hal
tersebut dapat menjadi amunisi
Strategi ke depan serikat buruh yang dalam pembangunan gerakan sosial
bisa dijalankan adalah membangun perkotaan ke depan yang terwujud
pengorganisasian komunitas rakyat dalam perjuangan politik di tingkat
pekerja, sementara menunggu dan lokal.
melihat dampak langsung dari

Daftar Pustaka

Buku

Breeman, Jan. 1996. “Sistem Tenaga Kerja Dualistis: Suatu Kritik Terhadap
Konsep Sektor Informal”, dalam Chris Manning & Tadjuddin Noer Effendi
(peny.). Urbanisasi, Pengangguran, dan Sektor Informal di Kota. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.

Castells, Manuel. 1977. The Urban Question. London: Edward Arnold. Kutipan
diambil dari Mike Savage dan Alan Warde. Urban Sociology, Capitalism
and Modernity. Hal. 153-154. London: Macmillan, 1993.

________. 1978. “Urban Crisis, State Policies and the Crisis of the State: the
French Experience”. City, Class and Power, Chapter 3. London:
Macmillan.

Chaniago, Andrinof A. 2001. Gagalnya Pembangunan: Kajian Ekonomi Politik


terhadap Akar Krisis Indonesia. Jakarta: LP3ES.

Eurostat. 1996. “Labour Force Survey: Result 1995”. Luxemburg: Eurostat,


Table 63. Kutipan diambil dari Guy Standing. Global Labour Flexibility:
Seeking Distributive Justice, hal.109. Great Britain: Macmillan Press
Ltd, 1999.

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 10 NO. 2 OKTOBER 2005 69


PERUMAHAN BAGI RAKYAT PEKERJA

Ingleson, John. 1988. “Perkotaan di Jawa Selama Masa Depresi Tahun 1930-an”,
dalam Iskandar P. Nugraha (peny.). Tangan dan Kaki Terikat: Dinamika
Buruh, Sarekat Kerja dan Perkotaan Masa Kolonial. Jakarta: Komunitas
Bambu. Jakarta: Komunitas Bambu, 2004.

________. 2000. Sarekat Buruh dan Penyediaan Jaminan Sosial di Jawa Masa
Kolonial. dalam Tangan dan Kaki Terikat: Dinamika Buruh, Sarekat Kerja
dan Perkotaan Masa Kolonial, ed. Iskandar P. Nugraha, Jakarta:
Komunitas Bambu, 2004.

Little, Adrian. 2002. The Politics of Community. Great Britain: Edinburgh


University Press.

Standing, Guy. 1999. Global Labour Flexibility: Seeking Distributive Justice.


Great Britain: Macmillan Press Ltd.

Yudosodo, Siswono dan Soearli Salam, ed. 1991. Rumah Untuk Seluruh Rakyat.
Jakarta: INKOPPOL.

Bahan-bahan yang tidak diterbitkan

Hartati, Budi. 1999. Pokok-pokok Pikiran Rumusan Konsep Penyelenggaraan


Perumahan/Permukiman Sebagai Wujud Dasar Kesejahteraan Pekerja
dan Keluarganya, Jakarta: Ditjen Binawas Depnakertrans. Fotokopi.

Pidato oleh Erna Witoelar (Medan 5 Juli 2001). Dalam: Sambutan Menteri
Permukiman dan Prasarana Wilayah dalam Rangka Pencanangan Gerakan
Pembangunan Perumahan Pekerja Perusahaan. Jakarta: Depkimpraswil.

Wahyu, Yudi Fajar M. 2004. Partisipasi Politik Serikat Buruh dalam Politik
Perumahan di Indonesia Periode 1998-2003 Studi Kasus: FSPLEM SPSI,
SBSI, FNPBI dan PUK PT Showa FSPMI. Skripsi Sarjana Ilmu Politik, FISIP
UI.

70

Anda mungkin juga menyukai