Anda di halaman 1dari 4

BAB II TEORI

2.3 Unsur Kebudayaan


 Sistem dan Organisasi Kemasyarakatan

Organisasi sosial merupakan sekelompok masyarakat yang anggotanya merasa satu


dengan sesamanya. Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial meliputi kekerabatan,
asosiasi, sistem kenegaraan, sistem kesatuan hidup dan perkumpulan.

Sistem kemasyarakatan merupakan sistem yang muncul karena kesadaran manusia


bahwa diciptakan sebagai yang paling sempurna namu tetap memiliki kekurangan atau
kelemahan dan kelebihan masing-masing antar individu sehingga untuk berorganisasi
dan bersatu karena pada dasarnya manusia bukanlah makhluk yang individualis maka
mereka saling membutuhkan satu sama lain agar bisa berkembang.

Unsur budaya ini merupakan usaha antropologi untuk memahami bagaimana


manusia membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok sosial. Menurut
Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan
aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan dimana dia
hidup dan bergaul sehari-hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah
kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia
akan digolongkan kedalam tingkatan-tingkatan lokalitas geografis untuk membentuk
organisasi sosial dalam kehidupannya.

Kekerabatan berkaitan dengan pengertian tentang perkawinan dalam suatu


masyarakat karena perkawinan merupakan inti atau dasar pembentukan suatu
komuntaas atau organisasi sosial.

Dalam kehidupan masyarakat biasanya diatur oleh suatu aturan atau adat istiadat
tentang kesatuan dalam suatu lingkup. Sistem kekerabatan sangat berpengaruh terhadap
contoh hidup rukun pada kehidupan manusia. Walaupun sekarang kekerabatan sudah
semakin berkurang, akan tetapi masih ada beberapa daerah yang menganut sistem
kekerabatan tersebut yaitu Afrika, Asia, Oseania dan juga Amerika Latin.

Macam-macam kekerabatan menurut L.H. Morgan antara lain :


 Garis Keturunan Ibu (matrilineal)
 Garis Parental
 Alternered

Sumber:
- https://sahabatnesia.com/unsu-kebudayaan-universal/
- gallanandhika.blogspot.co.id/2015/10/pengertian-kebudayaan-dan-7-unsur.html?
- Buku Sekolah Elektronik Antroplogi (Siany L, dan Atiek Catur B)
- https://materiips.com/unsur-unsur-budaya/amp
2.4 Wujud Arsitektur
2.4.1 Wujud Arsitektur Sebagai Manifestasi Nilai-Nilai Budaya Manusia
Arsitektur adalah bagian dari kebudayaan dan nilai-nilai budaya tersebut akan
terungkap dan terejawantah didalam hasil karya arsitektural. Arsitektur adalah manifestasi dari
nilai-nilai budaya, baik nilai-nilai budaya perseorangan maupun kelompok masyarakat.
Orientasi nilai-nilai budaya ini menurut Clyde Kluckhon ditentukan oleh lima masalah dasar
dalam kehidupan manusia. Kelima masalah dasar tersebut adalah:
 Hakekat hidup
 Hakekat karya
 Persepsi manusia tentang waktu
 Pandangan manusia terhadap alam
 Persepsi manusia tentang sesamanya.
Kelima masalah dasar ini banyak bertautan dengan masalah lingkungan baik lingkungan
alami maupun lingkungan lingkungan fisik terbangun dan lingkungan sosial.
Kebudayaan tidak akan pernah terlepas dari perkembangan kehidupan anak manusia.
Kehidupan akan berkembang dan bergeser sesuai dengan seluruh aspek dan nilai didalam
kehidupan itu sendiri. Hal ini tentu saja menjadikan kebudayaan manusia sebagai suatu yang
dapat bergeser dan berubah. Harus disadari kebudayaan tidaklah bersifat statis atau kaku dan
akan selalu berubah.
Sesungguhnya, perubahan-perubahan kebudayaan pada suatu masyarakat tertentu akan
dipengaruhi oleh komunikasi antara masyarakat tersebut dengan masyarakat lainnya dan
tingkat komunikasi ini banyak ditentukan oleh tingkat teknologi yang dimiliki oleh setiap
mayarakat tersebut. Mungkin teknologi ini akan merupakan penyebab utama terhadap utama
terhadap terjadinya perubahan-perubahan sosial budaya. Perkembangna perubahan pesat di
bidang teknologi pada umumnya akan menggerakkan perubahan-perubahan budaya.
2.4.2 Wujud Arsitektur Sebagai Manifestasi Hubungan Manusia dengan Lingkungan
Pandangan-pandangan manusia tentang alam ini pada hakekatnya akan memberikan
pengaruh yang sangat besar bagi perwujudan dan perwujudan hasil karyanya, termasuk hasil
karya arsitektural. Pandangan-pandangan mengenai perwujudan dan perwujudan hasil karya
arsitektural atau bangunan yang berkaitan dengan sikap terhadap lingkungan dari para arsitek
didalam masa arsitektur modern secara jelas mengungkapkan bahwa sikap dan orientasi
manusia terhadap alam akan termanifestasikan kedalam hasil karya arsitekturalnya.
Ketergantungan terhadap alamnya yang menjadi orientasi nilai didalam masyarakat
yang dinamakan oleh Toffler sebagai masyarakat agraris akan memanifestasi kedalam wujud-
wujud arsitektural yang sangat tergantung pada karakter-karakter alam. Mungkin, ciri ini
mempunyai kemiripan dengan ciri-ciri hasil karya arsitektural yang berorientasikan pada
keselarasan dengan alam yang muncul pada tahapan pancaindustri.
Keselarasan dengan alam yang menjadi orientasi nilai budaya masa masyarakat
pancaindustri cenderung mendorong manusia untuk mencari pertautan dengan lingkungannya.
Namun, berbeda dengan dampak dari pandangan yang berorientasikan pada ketergantungan
manusia terhadap alam seperti yang terjadi pada masa masyarakat agraris, nilai-nilai yang
berorientasikan pada keselarasan ini cenderung tidak terpaku pada kekuatan-kekuatan yang
berada diluar dirinya. Kekuatan alam ini tidak lagi menjadi sumber ketakutan bagi manusia.
Manusia telah berupaya untuk mencari keserasian dengan alam dengan alam. Kekuatan-
kekuatan alam tidak lagi dikaitkan dengan kekuatan-kekuatan supranatural. Alam tidak lagi
menjadi dogma didalam perwujudan hasil karya arsitektural. Alam merupakan faktor-faktor
yang harus dipertimbangkan bagi usaha-usaha pemanfaatannya dan penyerasian arsitektur
dengannya maupun penyelamatannya.
2.4.3 Wujud Arsitektur Sebagai Pemeran-Serta di Dalam Pemenuhan Kebutuhan Manusia
Konsepsi tentang kebutuhan manusia sesunguhnya merupakan suatu konsepsi yang
sangat kompleks. Didalam pernyataan “kebutuhan” mengandung berbagai macam nilai yang
hidup di dalam diri manusia. Nilai-nilai ini akan berkembang sesuai dengan dinamika
kehidupan manusia.
Jika arsitektur akan berperan serta didalam pemenuhan kebutuhan manusia, maka
arsitektur bukan hany menyangkut masalah fungsionalitas saja. Hasil-hasil karya arsitektural
bukan hanya diperuntukkan sebagai wadah kegiatan manusia belaka, tidak hanya sebagai
sarana pemenuhan kebutuhan fisiologik. Tampaknya perwujudan arsitektur harus melalui
penelaahan terhdapa seluruh aspek manusiawi secara utuh dan tidak berlaku umum. Hal ini
mengisyaratkan bahwa penelaahan tersebut harus dilakukan secara lengkap, terpadu dan
terpilah-pilah. Penelaahan ini tidak berkaitan dengan masalah fisiologik dan fungsionalitas,
melainkan harus mencakup semua kebutuhan lainnya mulai dari aspek fisiologik manusia
sampai aspek aktualisasi diri manusia. Dengan melalui penelaahan ini maka akan terwujud
arsitektur yang unik dan sesuai dengan keunikan kasus serta keunikan manusianya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perwujudan arsitkturan arsitektur tidak
hanya menyangkut aspek-aspek fungsional saja, melainkan menyangkut seluruh aspek
kebutuhan didalam kehidupan manusia. Arsiektur yang mengandung nilai-nilai manusiawi.
Sumber:
 Christian, F, 1992, Wujud Arsitektur Sebagai Ungkapan Makna Sosial Budaya Manusia,
Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
BAB III BAHASAN OBJEK
3.1 Pengaruh Unsur Kebudayaan pada Wujud Pura Dalem
 Sistem dan Organisasi Kemasyarakatan

Anda mungkin juga menyukai