Anda di halaman 1dari 9

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sejatinya memiliki banyak sekali keragaman arsitektur vernakular yang


tersebar di seluruh pulau di indonesia. Namun, keragaman arsitektur vernakular yang tersebar
di banyak daerah di indonesia semakin lama semakin hilang tergerus perkembangan jaman.
Hal ini disebabkan oleh banyak faktor diantaranya, masuknya budaya luar, tuntutan ke arah
yang lebih modern, kejenuhan pola pikir terhadap arsitektur vernakular yang sedang
berkembang, dan lain-lain menjadi faktor punahnya keragaman arsitektur vernakular yang
ada di indonesia. Hingga saat ini hanya ada dibeberapa daerah saja yang masih bertahan.

Arsitektur bali termasuk salah satu arsitektur vernakular yang masih bertahan hingga
saat ini. ciri khas tersendiri yang dimiliki oleh arsitektur bali menjadikan vernakular ini
bertahan hingga saat ini. namun yang menjadi kekhawatiran saat ini adalah masuknya budaya
luar yang bisa membawa pengaruh buruk bagi kelangsuangan arsitektur bali ini. hal ini
tercermin pada daerah kota badung dan denpasar yang sekarang pola pikirnya sudah mulai
tercampur oleh budaya luar.

Sejauh ini bangunan dengan bergaya arsitektur modern telah banyak berdiri di
kawasan badung dan denpasar. Hal ini dikhawatirkan dua kawasan kota ini akan
mempunahkan arsitektur tradisional bali dan menjadi percontohan untuk daerah-daerah lain
yang ada di pulau bali.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh arsitektur modern terhadap gaya arsitektur bangunan rumah


sakit universitas udayana?
2. Apakah pembangunan rumah sakit universitas udayana sudah sesuai dengan
ketentuan PERDA yang berlaku di Bali?
3. Apakah gaya arsitektur yang ada pada bangunan rumah sakit universitas udayana
sesuai bila di terapkan di bali?
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengaruh arsitektur modern terhadap gaya arsitektur bangunan


rumah sakit universitas udayana.
2. Untuk mengetahui apakah pembangunan rumah sakit universitas udayana sudah
sesuai dengan ketentuan PERDA yang berlaku di Bali.
3. Untuk mengetahui apakah gaya arsitektur yang ada pada bangunan rumah sakit
universitas udayana sesuai bila di terapkan di bali.
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Ciri-Ciri Arsitektur Tradisional Bali

Selain dikenal dengan kecantikan pulau dan pantainya, pesona Bali juga kental
dengan ciri khas arsitekturnya yang berbeda dan punya unsur kuat. Hampir semua bangunan
bernuansa Bali memperlihatkan material yang kental dengan nuansa alami dan juga pahatan
yang indah pada pintu.

Tidak heran bila arsitektur Bali sangat digemari oleh seluruh pelosok Indonesia
maupun mancanegara. Melihat keunikan dari arsitektur khas pulau dewata ini, Lamudi akan
memaparkan ciri khas dari bangunan arsitektur di Bali.

1. Harmoni dengan alam

Salah satu unsur yang kental dari arsitektur di Bali adalah konsep arsitektur yang
harmoni dengan lingkungan alam. Arsitektur harmoni ini merupakan karakter dan inheren
sebagai watak dasar arsitektur Bali.

Dengan konsep Tri Hita Karana, arsitektur Bali biasanya terdiri dari 3 unsur
pengubung kerharmonisan yaitu, jiwa, raga dan tenaga. Tiga unsur ini akan menciptakan
keharmonisan hubungan antara lingkungan alam, antar-manusia serta manusia dengan Tuhan.
Biasanya, bangunan tersebut ditandai dengan material yang kental akan nuansa alam seperti
batu-batuan alam ataupun bambu.

2. Adanya ukiran di batu atau patung

Sejak kedatangan kerajaan Majapahit di sekitar abad 15, arsitektur Bali secara umum
mendapatkan pengaruh dari Hindu. Kedatangan Majapahit ini meninggalkan kebudayaan di
Bali berupa teknik pahatan di batu . Karya-karya pahatan dari batu tersebut kemudian
diletakkan di depan rumah dan digunakan sebagai pura atau tempat ibadah orang Hindu.
Seiring perkembangan jaman, selain kehadiran pura kecil di depan rumah, patung juga
menjadi salah satu gaya arsitektur yang indentik dengan Bali.
3. Struktur ruang yang rapi

Gaya arsitektur Bali dibuat dengan konsep Tri Angga yang merupakan konsep
keseimbangan. Tri Angga merupakan pembagian zona atau area dalam perencanaan
arsitektur tradisional Bali, yang memperlihatkan tiga tingkatan yaitu:

Utama atau kepala. Bagian ini diposisikan paling tinggi yang diwujudkan dalam
bentuk atap. Pada arsitektur tradisional, bagian ini menggunakan atap ijuk dan alang-
alang. Namun, seiring perkembangan bagian atap mulai menggunakan bahan modern
seperti, genteng.
Madya atau badan. Bagian tengah dari bangunan ini diwujudukan dalam bentuk
bangunan dinding, jendela dan pintu.
Nista atau kaki merupakan bagian yang terletak di bawah dari sebuah bangunan.
Bagian ini diwujudkan dengan pondasi rumah atau bawah rumah yang digunakan
sebagai penyangga. Biasanya, bagian ini terbuat dari batu bata atau batu gunung.

2.2 PERDA Terkait Pembangunan Di Bali

Berikut adalah beberapa pasal-pasal yang ada dalam PERDA yang mengatur tentang
pembangunan di wilayah Bali.

Pasal 27
1. Setiap orang harus:

a. menjaga dan melestarikan daya tarik wisata; dan

b. membantu terciptanya suasana aman, tertib, bersih, berperilaku santun, dan


menjaga kelestarian lingkungan destinasi pariwisata.

2. Setiap wisatawan harus:

a. menghormati norma agama, adat istiadat, budaya, dan nilai-nilai yang hidup dalam
masyarakat setempat;

b. memelihara dan melestarikan lingkungan;

c. turut serta menjaga ketertiban dan keamanan lingkungan; dan

d. tidak melakukan perbuatan yang melanggar kesusilaan.


3. Setiap pengusaha pariwisata wajib:

a. melestarikan kebudayaan Bali, menjaga dan menghormati norma agama, adat


istiadat, budaya dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat setempat;

b. membangun sarana kepariwisataan dengan langgam arsitektur Bali atau sekurang-


kurangnya diperindah dengan menonjolkan ciri-ciri seni budaya daerah Bali, tata
ruang dan komponen-komponennya;

c. memberikan informasi yang akurat dan bertanggung jawab;

d. memberikan pelayanan yang tidak diskriminatif;

e. memberikan kenyamanan, keramahan, perlindungan keamanan, dan keselamatan


wisatawan;

f. memberikan jaminan asuransi kepada wisatawan dan tenaga kerja yang


melaksanakan kegiatan wisata beresiko tinggi;

g. mengembangkan kemitraan dengan usaha mikro, kecil dan koperasi setempat yang
saling memerlukan, memperkuat, dan menguntungkan;

h. mengutamakan penggunaan produk masyarakat setempat, terutama hasil komoditas


pertanian dan produk dalam negeri;

i. meningkatkan kompetensi tenaga kerja melalui pelatihan, pendidikan dan


sertifikasi;

j. berperan aktif dalam program pemberdayaan masyarakat;

k. mencegah segala bentuk perbuatan yang melanggar kesusilaan dan kegiatan yang
melanggar hukum di lingkungan tempat usahanya;

l. memelihara lingkungan yang sehat, asri dan bersih;

m. memelihara kelestarian lingkungan alam dan budaya;


n. menjaga citra daerah dan masyarakat melalui kegiatan usaha pariwisata yang
bertanggung jawab; dan

o. menerapkan standar usaha dan standar kompetensi sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.

4. Pengelola daya tarik wisata wajib:

a memelihara, mengembangkan dan mempromosikan produk dan daya tarik wisata


berdasarkan falsafah Tri Hita Karana;
b mencegah terjadinya gangguan, pencemaran, dan perusakan daya tarik wisata;dan
c menjamin dan mengutamakan kenyamanan wisatawan.

Pasal 28
1. Setiap orang dilarang merusak sebagian atau seluruh fisik dan non-fisik daya tarik
wisata.
2. Setiap orang dilarang memanfaatkan upacara keagamaan, menggunakan simbol-
simbol keagamaan, benda-benda yang disakralkan, dengan tujuan semata-mata
sebagai daya tarik wisata.
3. Setiap orang dilarang mendirikan bangunan atau benda lainnya yang dapat
menghalangi atau mengganggu pandangan ke arah lanskap atau saujana yang
menjadi daya tarik wisata.

2.3 Pembahasan

2.3.1 Pengaruh Arsittektur Modern

Pada bangunan rumah sakit udayana terdapat beberapa bagian yang mengadopsi gaya
aritektur modern, tepatnya penggunaan material-material serta variasi bentuk masa
bangunannya. Bahan material yang digunakan pada bangunan ini banyak menggunakan dari
bahan yang modern yaitu pemakaian cat dengan warna-warna cerah, penggunaan aluminium
sebagai kusen pintu dan jendela, penggunaan material kaca-kaca yang ada pada pintu dan
jendelanya, dan lain-lain. Bila dilihat dari kejauhan doninansi arsitektur modern lebih kental
pada bangunan ini. lebih jelasnya bisa dilihat pada foto-foto dokumentasi yang dilakukan
oleh penulis sebagai berikut.
Gambar 1: Gambar foto RS. Universitas Udayana tampak dari depan kanopi.

Nampak jika dilihat dari dambar 1 penggunaan finishing pada kolom-kolom bangunan
menggunakan bahan material yang modern. Terlihat juga permainan aluminium sebagai
penambah estetis pada bagian depan ruang-ruang perawatan. Penggunaan bahan-bahan yang
sesuai dengan arsitektur tradisional bali misalnya seperti bata merah expose, permainan
ukiran-ukiran batu dan warna dominan merah tidak nampak pada bagian ini.

Gambar 2: Gambar foto RS. Universitas Udayana dilihat dari sudut arah barat
Dari gambar 2 bisa dilihat lebih dipertegas lagi bahwa dominansi arsitektur modern
lebih terlihat pada bangunan ini. namun pada bagian atap menggunakan atap limas sehingga
pada bagian atap bisa dikatakann sesuai dengan persyaratan bangunan arsitektur bali.

Gambar 3: adalah gambar foto gedung belakang RS. Universitas udayana.

Dari gambar 3 dapat dilihat penggunaan atap berbentuk limas pada bangunan
sehingga sesuai dengan arsitektur bali. Namun jika dilihat pada foto ini arsitektur bali dengan
konsep tri angga ( komposisi bangunan dengan adanya kepala, badan, kaki) kurang begitu
terlihat pada bangunan ini. permainan-permainan kolom yang ada pada bangunan ini lebih
memperlihatkam bangunan modernnya dibandingkan dengan tradisional balinya.

Gambar 4: adalah gambaran interior pada bangunan RS. Universitas Udayana.


Terlihat pada gambar 4, interior pada bangunan rumah sakit ini juga lebih dominan
gaya arsitektur modernnya. Arsitektur tradisional bali pada bagian interior ini tidak terlihat
sama sekali.

Gambar 5: adalah gambar foto RS. Universtas Udayanna tampak dari jalan depan.

Dapat dilihat pada gambar 5, pagar pembatas semua menggunakan gaya arsitektur
tradisional. Yaitu pemakaian batu paras sebagai bahan materialnya dan juga bentuk masa-
masanya yang sudah sesuai dengan aesitektur bali. Pada bagian entrance juga sudah terdapat
candi bentar yang sangat megah sehingga sudah sesuai dengan arsitektur bali.

2.3.2 Kesesuaian Dengan PERDA Yang Berlaku

Pada bangunan rumah sakit universitas udayana secara keseluruhan pembangunannya


sudah sesuai dengan PERDA yang berlaku. Kriteria kesesuaian itu dilandaskan pada adanya
ciri khas arsitektur yang ditonjolkan pada bangunannya, tinggi maksimum bangunan yang
tidak lebih dari 15m.

Anda mungkin juga menyukai