Anda di halaman 1dari 100

ISSN 2087-636X

JURNAL DIALOG
PENANGGULANGAN
BENCANA
Volume 9, Nomor 1, Tahun 2018

TERBITAN BERKALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA

Jurnal Dialog Jakarta ISSN


Vol. 9 No. 1 Hal. 1 - 88
Penanggulangan Bencana Juni 2018 2087-636X
ISSN 2087-636X
JURNAL DIALOG
PENANGGULANGAN
BENCANA
Volume 9, Nomor 1, Tahun 2018

Jurnal Dialog Jakarta ISSN


Penanggulangan Bencana Vol. 9 No. 1 Hal. 1 - 88 Juni 2018 2087-636X
JURNAL DIALOG PENANGGULANGAN BENCANA

Terbit 2 Kali setahun, mulai Oktober 2010

ISSN: 2087 636X

Volume 9, Nomor 1, Juni 2018

Pembina:
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Penasihat:
Sekretaris Utama BNPB

Pemimpin/Penanggung Jawab Redaksi:


Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB

Ketua Dewan Penyunting:


DR. Sutopo Purwo Nugroho, M.Si, APU
Hidrologi dan Pengurangan Risiko Bencana

Anggota Dewan Penyunting:


DR. Sugimin Pranoto, M. Eng / Teknik Sipil dan Lingkungan
Ir. Sugeng Tri Utomo, DESS / Pengurangan Risiko Bencana
DR. Rudy Pramono / Sosiologi Bencana
Ir. B. Wisnu Widjaja, M.Sc / Geologi dan Kesiapsiagaan Bencana
DR. Ir. Agus Wibowo / Database & GIS

Mitra Bestari:
Prof. DR. rer. nat. Junun Sartohadi, MSc
Prof. DR. Edvin Aldrian, MSc
DR. Tri Handoko Seto, M.Si

Pelaksana Redaksi:
Teguh Harjito, Dian Oktiari,
Suprapto, Ainun Rosyida, Nurul Maulidhini,
Ratih Nurmasari, Theopilus Yanuarto,
Andri Cipto Utomo, Ignatius Toto Satrio

Alamat Redaksi:
Pusat Data Informasi dan Humas
Badan Nasional Penanggulangan Bencana
GRAHA BNPB Jl. Pramuka Kav. 38 Jakarta Timur 13120 Indonesia
Telp. 021-29827793 & Fax. 021-21281200,
Email : Redaksijurnal@bnpb.go.id
Foto Cover :
Gempa Banjarnegara. (Dok. BNPB)
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya, sehingga
penerbitan Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Volume 9 Nomor 1 pada bulan Juni 2018 ini
dapat diselesaikan.

Upaya penanggulangan bencana terus berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu


pengetahuan dan peradaban manusia. Ilmu pengetahuan senantiasa memberikan pemahaman
dan wawasan kepada masyarakat akan pentingnya kesadaran dan kesiapsiagaan dalam
menghadapi bencana. Melalui jurnal ilmiah ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
dan kesadaran masyarakat Indonesia menuju bangsa yang tanggap, tangkas dan tangguh
menghadapi bencana.

Materi jurnal dalam edisi ini, menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan seluruh fase
kebencanaan. Kearifan lokal Smong masyarakat Pulau Simeulue dalam kesiapsiagaan bencana
12 tahun pascatsunami. Materi berikutnya menyampaikan hal mengenai aspek hidrometeorologi
dalam menumbuhkan budaya sadar bencana di Indonesia. Pengurangan risiko bencana
gempabumi pada komunitas sekolah dasar di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.
Evaluasi outcome implementasi program penanggulangan bencana banjir Kabupaten Aceh
Barat.

Pada jurnal edisi kali ini juga menyajikan peran institusi dalam upaya penanggulangan bencana
di lingkungan sekolah (studi kasus Sekolah Islam Al-Fajar Kota Bekasi). Pemetaan risiko multi
bencana Kota Balikpapan. Rasionalitas dan kearifan lokal dalam pemberitaan siaga darurat
Gunung Agung. Dan terakhir membahas tentang pemanfaatan data kependudukan dalam
penanggulangan bencana (Studi: Siaga Bencana Gunung Agung, Karangasem, Bali).

Bagi para tim redaksi Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana serta pihak yang turut membantu
dalam edisi kali ini, kami mengucapkan terima kasih.

Tim Penyusun

i
JURNAL DIALOG PENANGGULANGAN BENCANA
Volume 9, No. 1, Juni 2018

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................. i


Daftar Isi ............................................................................................................................ ii

Kearifan Lokal Smong Masyarakat Pulau Simeulue dalam Kesiapsiagaan Bencana 12


Tahun Pascatsunami
Rasli Hasan Sari, Taqwaddin Husin, Syamsidik ............................................................ 1-8

Aspek Hidrometeorologi dalam Menumbuhkan Budaya Sadar Bencana di Indonesia


Yeli Sarvina ...................................................................................................................... 9-17

Pengurangan Risiko Bencana Gempabumi pada Komunitas Sekolah Dasar di Kecamatan


Lembang Kabupaten Bandung Barat
Yuliana Masitoh ............................................................................................................... 18-29

Evaluasi Outcome Implementasi Program Penanggulangan Bencana Banjir Kabupaten


Aceh Barat
Zurayna Sari, S.T., M.URP ............................................................................................... 30-39

Peran Istitusi Pendidikan dalam Upaya Penanggulangan Bencana di Lingkungan


Sekolah (Studi Kasus Sekolah Islam Al-Fajar Kota Bekasi)
Rizkia Nurinayanti ........................................................................................................... 40-51

Pemetaan Risiko Multi Bencana Kota Balikpapan


Putri Sari Ariyati, Teuku Faisal Fathani, Wahyu Wilopo .............................................. 52-65

Rasionalitas dan Kearifan Lokal dalam Pemberitaan Siaga Darurat Gunung Agung
Andri Cipto Utomo ........................................................................................................... 66-81

Pemanfaatan Data Kependudukan dalam Penanggulangan Bencana (Studi: Siaga


Bencana Gunung Agung, Karangasem, Bali)
Suprapto, Ratih Nurmasari, Ainun Rosyida .................................................................. 82-88

ii
KEARIFAN LOKAL SMONG MASYARAKAT PULAU SIMEULUE DALAM
KESIAPSIAGAAN BENCANA 12 TAHUN PASCATSUNAMI

Rasli Hasan Sari1, Taqwaddin Husin2, Syamsidik3


Magister Ilmu Kebencanaan Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh1
Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Banda Aceh2
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Banda Aceh3

E-mail: rasly.atjeh@gmail.com, taqwaddin_husein@yahoo.com, syamsidik@tdmrc.org

Abstract

The research about Simeulue island local wisdom Smong in disaster preparedness after 12
years of tsunami was conducted. The research aims to know how Simelue people preserved local
wisdom Smong and the effort that have been made by Simelue people to preserved the value of
nandong and nafi-nafi. This research using descriptive methods with qualitative approach and
snowball sampling technique. The data collected by in-depth interview, observing and document
review. The result shown that 1) After 12 years of tsunami Simelue island people still preserved
local wisdom Smong. Simelue people obtained the knowledge about tsunami preparedness by
the combination between traditional and contemporary. 2) Simeulue island people still preserved
the values of nandong and nafi-nafi thorugh education and internalization. Simeulue people also
build art class, discussion and documentation to preserved the local widom. The recomendation
to Local Government of Simelue to initiate he preservation of cultural values of nandong in the
artistic competitions.

Keywords : Local wisdom Smong, preparedness, knowledge management.

1. PENDAHULUAN masyarakat di Pulau Simeulue, yang terletak


di sebelah barat Pulau Sumatera, untuk
Wilayah Pulau Simeulue, tahun 1907 memprediksi datangnya tsunami. Informasi
pernah dilanda oleh gempabumi disusul ini diturunkan lintas generasi setelah tsunami
tsunami yang bahkan mempunyai tinggi 1907 (Meyers and Watson, 2008). Dampak
gelombang yang dua kali lebih besar dari tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 dan
yang terjadi tahun 2004 (Natawidjaja, 2015). 28 Maret 2005 di Pulau Simeulue Provinsi
Gempabumi tahun 1907 di Pulau Simeulue Aceh-Indonesia, hanya menewaskan 7 orang
mempunyai mekanisme serupa dengan (McAdoo et al., 2006). Smong merupakan
yang terjadi di Pulau Pagai, Mentawai pada salah satu kearifan lokal rakyat Pulau
bulan September 2010 yaitu walaupun Simeulue-Aceh dalam menghadapi bencana
magnitudonya tidak terlalu besar namun tsunami. Peringatan tentang cara menghadapi
pergerakan patahan yang terjadi sangat besar bahaya tsunami mereka lantunkan dalam
sehingga membangkitkan tsunami yang jauh syair lagu yang lazim diperdengarkan saat
di atas perkiraan (Hill et al., 2012). menidurkan anak-anaknya (Husin, 2016).
Salah satu pengetahuan lokal yang Siswadi, dkk (2011) mengartikan
menjadi dikenal setelah tsunami Samudra kearifan lokal sebagai pengetahuan,
Hindia tahun 2004 adalah kearifan lokal smong, kecerdasan dan kebijakan setempat. Merujuk
serangkaian fenomena alam yang dipelajari pada pandangan Diposaptono dan Budiman
melalui lagu dan cerita yang membantu (2005), menyebutkan bahwa smong sebagai

Kearifan Lokal Smong... (Rasli Hasan Sari, Taqwaddin Husin, Syamsidik) 1


kekuatan budaya menjadi faktualitas yang Dikuatkan oleh pendapat Patton
perlu disosialisasikan dan diinternalisasikan (2002) yang menyebutkan bahwa melalui
melalui suatu wahana sistemik berupa tulisan teknik snowball, subjek dipilih berdasarkan
ilmiah. Disebutkan oleh Ardelt (2004) bahwa rekomendasi orang ke orang yang sesuai
sesuatu kearifan tidak dapat dilepaskan dari dengan penelitian untuk diwawancarai. Suyanto
penghayatnya karena selalu dimengerti pada (2005), menyebutkan bahwa Informan Kunci
tataran eksperiensial. Penghayatan nilai-nilai yaitu seorang yang mengetahui dan memiliki
suatu kearifan lokal dapat menjadi kesadaran berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam
yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku. penelitian; Informan Utama yaitu mereka yang
Kemampuan untuk memanfaatkan terlibat secara langsung dalam interaksi sosial
unsur positif dari sesuatu pengetahuan yang sedang diteliti; dan Informan Tambahan
baru, sangat ditentukan oleh sejauh mana yaitu mereka yang dapat memberikan informasi
penghayatan dan penguasaan terhadap nilai- walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi
nilai kearifan lokal yang dimiliki oleh suatu sosial yang sedang diteliti.
komunitas masyarakat. Sebelum kejadian
tsunami 2004, sebagian besar Masyarakat 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pulau Simeulue tidak mengenal istilah
”tsunami”. Sebelumnya, istilah lain oleh 3.1. Penghayatan Masyarakat Pulau
masyarakat setempat gunakan disebut dengan Simeulue Terhadap Kearifan Lokal
“smong”. Keduanya memiliki tujuan yang Smong 12 Tahun Pascatsunami
sama akan tetapi konsep penyelenggaraan
berbeda. Diketahui lahir konsep baru dalam Berdasarkan hasil wawancara
kurun waktu 12 tahun terakhir ini di tengah mendalam di lapangan tentang penghayatan
kehidupan sosial Masyarakat Pulau Simeulue kearifan lokal smong 12 tahun pascatsunami,
terkait kesiapsiagaan bencana, maka tujuan penulis memperoleh jawaban yang sama. Para
penelitian ini adalah: informan menjelaskan bahwa “masyarakat
1. Mengetahui penghayatan masyarakat Pulau Simeulue masih menghayati kearifan
Pulau Simeulue terhadap kearifan lokal lokal smong”. Penghayatan kearifan lokal
smong 12 tahun pascatsunami. smong esensinya bagaimana memahami
2. Mengetahui upaya masyarakat dalam tanda-tanda alam di sekitar mereka dan mampu
melestarikan nilai budaya nandong dan menyesuaikan diri dengan lingkungan.
nafi-nafi. Pemahaman pratanda smong dapat
terdeteksi melalui beberapa gejala alam yakni:
2. METODE PENELITIAN Pertama, gempabumi yang kuat disusul air laut
surut dengan kecepatan tinggi sampai ikan-
Penelitian ini menggunakan metode ikan menggelepar di pantai. Jika terlihat air
deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan laut menjadi kering maka para orang dewasa
teknik snowball sampling. Penelitian ini berupaya menghimbau sanak saudara mereka untuk lari
untuk melakukan deskripsi mengenai kearifan ke bukit seperti kalimat berikut:
lokal smong yang dimiliki oleh Masyarakat
Pulau Simeulue dalam kesiapsiagaan bencana “Tanau naek mek delok/
12 tahun pascatsunami. Subjek penelitian tolong semua naik ke bukit,
meliputi: informan kunci; informan utama; Karano oek asen ngangia kering/
dan informan tambahan. Pengumpulan data karena air laut sudah kering,
dilakukan dengan cara wawancara mendalam, Mungkin akan naek smong/
observasi, dan telaah dokumen. Penelitian mungkin akan datang tsunami”.
dilaksanakan di Kabupaten Simeulue (wilayah
studi pada Kecamatan Teupah Barat), Provinsi (Himbauan di atas adalah penuturan informan
Aceh. kunci saat proses wawancara).

2 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 1-8
Arahan tersebut dipatuhi oleh seluruh pinggir laut tiba-tiba melarikan diri ke arah
komunitas masyarakat Simeulue, mereka hutan. Pengetahuan ini berdasarkan kesaksian
hanya membawa perlengkapan seadanya untuk penyintas bencana gempabumi dan tsunami
kebutuhan di lokasi pengungsian. Hal demikian tahun 2004. Salah satu jenis hewan ternak
terpaksa mereka lakukan karena waktu masyarakat pada pinggiran pantai Simeulue
evakuasi cukup singkat, berkisar pada lima dapat dilihat pada Gambar 1.
sampai delapan menit. Pengalaman tsunami
2004, bagi mereka keselamatan jiwa yang
utama, sementara harta benda masih dapat
dicari. Pelengkapan yang dibawa masyarakat
saat evakuasi pada umumnya seperti dokumen
penting, perhiasan, dan perlengkapan pribadi.
Kedua, air sungai mengering. Bentuk
sungai yang bermuara ke laut membuat air
sungai menjadi susut karena daya tarik air
laut yang surut. Rasa kekeluargaan dan
kebersamaan masyarakat Simeulue jika
terdapat sesuatu yang dapat mengancam jiwa Gambar 1.
Hewan Ternak Jenis Kerbau di Pesisir
mereka, maka dapat dibuktikan melalui upaya Pantai Pulau Simeulue.
berbagi informasi satu sama lain. Ketika ada
warga mereka yang menyaksikan air sungai Usaha-usaha yang dilakukan
surut secara tiba-tiba, maka yang bersangkutan masyarakat adalah segera menyelamatkan
segera memberikan informasi kejadian tersebut diri menuju titik evakuasi yang telah mereka
kepada kerabatnya dan bersama-sama segera tentukan, salah satunya ke Gunung Sibao.
melakukan evakuasi ke tempat yang lebih Gunung Sibao adalah gunung tertinggi di Pulau
aman. Simeulue, diyakini sebagai tempat yang aman
Ketiga, air sumur tiba-tiba menyusut. menyelamatkan diri dari tsunami. Peringatan
Air sumur di Pulau Simeulue umumnya sudah sederhana menghimbau masyarakat menjauhi
dapat ditemukan pada kedalaman dua meter pinggiran laut dilakukan melalui pesan berantai
dari permukaan sumur. Dengan demikian, berupa teriakan “smong” oleh satu sama lain
mereka dapat mengamati jika air sumur dan proses evakuasi ini dipandu oleh Tetua
mengalami penyusutan. Setiap anggota Desa.
keluarga yang menyaksikan kejadian tersebut Penghayatan kearifan lokal smong
memberitahukan kepada yang lain. yang diwariskan turun temurun secara lisan
Keempat, angin dingin berhembus dari sejak setelah gempabumi/tsunami tahun 1907
arah laut hingga penampakan gelombang kemudian mengamalkannya pada gempabumi/
raksasa disertai suara gemuruh yang sangat tsunami tahun 2004, telah memotivasi
keras. Pada tanda ini, menunjukkan tsunami budayawan dan sastrawan Simeulue
sedang menghampiri daratan dan waktu mengaplikasikan jalur yang sama yaitu melalui
evakuasi tergolong singkat karena tidak lebih budaya bertutur. Mereka juga meriwayatkan
dari satu menit gelombang raksasa tersebut pengalaman gempabumi dan tsunami traumatik
telah sampai ke daratan. pada tahun 2004 melalui syair lagu. Syair
Pengetahuan masyarakat Pulau lagu tersebut aslinya menggunakan bahasa
Simeulue akan terjadi smong tidak terbatas Simeulue;
pada gejala alam saja namun dapat pula
ditandai dengan perubahan perilaku pada “Aher tahön duo ribu ampek
hewan ternak. Salah satu tandanya adalah (Akhir tahun dua ribu empat)
sesaat setelah gempabumi, gerombolan Akduon mesa singa mangilla
kerbau; sapi; dan kambing yang berada di (Tidak ada yang mengetahui)

Kearifan Lokal Smong... (Rasli Hasan Sari, Taqwaddin Husin, Syamsidik) 3


Pekeranta rusuh masarek maka segera mencapai tempat setinggi mungkin
(Pikiran kita kalut semua) dari pinggir pantai. Hal demikian dilakukan
Aceh fulawan nitimpo musibah. karena tidak ada yang tahu ketinggian tsunami
(Aceh emas ditimpa musibah) akan mencapai daratan, sehingga semakin
tinggi tempat berlari maka semakin berkurang
Sumeneng bano tandone linon pula risiko yang ditimbulkan. Syair lagu yang
(Senyap alam tandanya gempa) dikemas dalam bentuk seni pertunjukan ini,
Huru-hara ata bak kampöng menghasilkan pesan-pesan moral yang lebih
(Huru hara orang dalam desa) dapat dihayati oleh masyarakat setempat. Syair
Mataöt ata mangida smong lagu tersebut telah diketahui oleh sebagian
(Takut akan datang tsunami) masyarakat Simeulue.
Bakdö nga tantu bano humoddöng Syair lagu yang memuat pesan dan
(Tidak tentu arah berlarian). nasehat, bertujuan untuk mengingatkan
keselamatan jiwa komunitas mereka jika
Huru-hara ata bak kampöng sewaktu-waktu gempabumi dan tsunami terjadi
(Huru-hara orang dalam desa) periode ulang. Kontekstualisasi kearifan ini
Mataöt ata smong ne malli menjadi salah satu usaha masyarakat agar nilai-
(Takut orang tsunami besar) nilai tradisi tetap terjaga di Simeulue. Nilai-nilai
Molongang tantu bano humoddöng kearifan lokal smong dalam tatanan kehidupan
(Sudah tentu tempat berlari) masyarakat Simeulue ditransformasi lintas
Delok sibau rok Tanggo Basi generasi melalui syair lagu yang terintegrasi
(Gunung Sibao di Tangga Besi)”. dalam kesenian lokal berupa nandong dan juga
cerita rakyat berupa nafi-nafi. Sebagai suatu
(Syair tersebut diperoleh saat proses kearifan lokal yang sudah tumbuh berakar
wawancara dengan informan kunci) dalam kehidupan masyarakat, maka pelajaran
Bait-bait di atas merupakan contoh sajak atas nilai-nilai tersebut mampu dihayati dan
yang menggambarkan pesan berkaitan dengan selanjutnya diamalkan.
pengalaman peristiwa smong atau tsunami Syair smong tahun 1907 dengan 2004
yang terjadi pada Tanggal 26 Desember 2004 pada dasarnya memiliki tujuan yang sama
di Pulau Simeulue. Syair tersebut diciptakan yaitu nasehat kepada masyarakat untuk
oleh para tokoh budaya di Pulau Simeulue menyelamatkan diri jika terjadi tsunami. Meski
yang isinya merefleksikan tiga pelajaran pokok. demikian, terdapat beberapa perbedaan
Paragraf pertama, menceritakan jika ditinjau dari segi bahasa. Sebagaimana
bagaimana trauma mendalam yang masyarakat pengakuan para informan yang menjelaskan
Simeulue rasakan pada akhir tahun 2004, karena bahwa syair smong tahun 1907 memiliki
guncangan bumi yang kuat dan gelombang kalimat yang tergolong tinggi. Artinya, dipahami
air laut menyapu daratan. Paragraf berikutnya dari konteks agama, kandungan syair tersebut
mengandung pelajaran tentang tanda-tanda seakan-akan melampaui kuasa Sang Pencipta.
alam sesaat sebelum gempabumi terjadi. Berupa Dalam agama kepercayaan mereka bahwa
keheningan/kehampaan pada lingkungan alam Tuhan adalah Yang Maha Segalanya. Beberapa
seperti tidak ada suara gesekan angin pada potongan syair tsunami tahun 1907 yang
pepohonan. Senyap, tidak ada kicauan burung bait-bait di dalamnya menurut para informan
maupun suara hewan di sekitar. mengandung bahasa yang tergolong tinggi,
Paragraf ketiga, menyampaikan perintah seperti berikut:
arah evakuasi masyarakat yang telah ditentukan
jika tsunami terjadi. Gunung Sibao, pada syair di “Smong dumek-dumek mo
atas adalah gunung tertinggi yang ada di Pulau Tsunami air mandimu
Simeulue. Memaknai perintah tersebut dapat Linon uwak-uwak mo
diambil pesan bahwa jika terjadi smong/tsunami, Gempa ayunanmu

4 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 1-8
El’aik keudang-keudangmo berdasarkan atas kemauan dan minat. Hanya
Petir gendang-gendangmu terdapat dua sanggar seni nandong yang telah
Kilek suluh-suluhmo berbadan hukum di Simeulue, yaitu sanggar
Halilintar lampumu seni nandong “Maredem Maso” dan “Anak
Anga linon ne malli, oek suruik sahuli Sibok”. Pengetahuan smong juga disebarkan
Jika datang gempa kuat disusul air yang dalam komunitas Masyarakat Pulau Simeulue
surut melalui cerita rakyat yang disebut “nafi-nafi”,
Miheya mihawali fano metinggi. seperti pernyataan informan berikut:
Segera cari tempat dataran yang tinggi,
agar selamat”. “…….awal timbolne nafi-nafi karano
inangerea bahae enga media-media
(Dikutip dari buku “Kapita Selekta Hukum informasi uwik televisi, handphone. Jadi,
Adat Aceh dan Qanun Wali Nanggroe” Karya ditransfer ilmu daya melalui nafi-nafi.
Taqwaddin Husin, 2016:200). Uwingi marösiuk mömbönea dapekmaro
nisuritokan mek penerusne singa
meisekamön. Sahinggo soere akduonia
mötöik.
(…..awal munculnya nafi-nafi karena
dahulu belum ada media-media informasi
seperti televisi dan handphone. Jadi, nenek
moyang kita mentransfer ilmu mereka
melalui nafi-nafi. Demikian nanti cucu
mereka dapat juga diceritakan kepada
penerusnya ke depan. Sehingga ini “nafi-
nafi” tidak akan terputus)”.

Mulai dari kelompok terkecil, setiap


Kepala Keluarga mendiseminasi tanda-tanda
dan cara menyelamatkan diri kepada anak-
anak mereka manakalah terjadi gempabumi
Gambar 2. Nek Rukiyah (116 Tahun). Saksi Hidup pada dan tsunami, sebagaimana mereka pernah
Gempabumi dan Tsunami Tahun 1907 dan
mendapatkan pengetahuan yang sama dari
2004. Salah Seorang Informan Penelitian.
garis keturunan sebelumnya. Namun Demikian,
diseminasi nafi-nafi pada sebelumnya diketahui
3.2. Upaya Masyarakat Dalam Melestarikan dilakukan oleh para orang tua kepada anak-
Nilai Budaya Nandong dan Nafi-Nafi anak mereka pada waktu senggang, seperti
saat istirahat di sawah; di kebun; dan saat
Upaya yang dilakukan Masyarakat sedang menidurkan anak, pada akhir-akhir
Pulau Simeulue untuk melestarikan nandong ini (12 tahun pascatsunami) sudah jarang
adalah melalui kaderisasi. Bentuk-bentuk dilakukan. Hal demikian dipicu oleh tersedianya
yang dilakukan yaitu mengajarkan dan media perangkat telekomunikasi. Para orang
melatih kesenian nandong kepada generasi tua tidak harus kesempitan waktu hanya untuk
muda melalui sanggar seni. Latihan nandong menceritakan pengalaman bencana alam
dilakukan satu kali dalam satu minggu. kepada anak-anaknya. Kemudahan para orang
Diikuti oleh peserta didik tingkat Sekolah tua mengajarkan kepada anak-anak mereka
Dasar, setiap sanggar diikuti oleh 10 sampai tentang pengetahuan terhadap bencana,
dengan 15 orang. Para orang tua tidak khususnya gempabumi/tsunami melalui
memaksakan kepada anak-anak mereka untuk program televisi dan internet membuat mereka
belajar nandong, karena kesenian nandong dapat melakukan aktivitas yang lain.

Kearifan Lokal Smong... (Rasli Hasan Sari, Taqwaddin Husin, Syamsidik) 5


lokal di Pulau Simeulue. Penggunaan kata
smong terdapat pula pada media penyiaran
jenis Radio. Salah satu stasiun radio di
Simeulue memberikan dengan nama “Smong
FM”. Bahkan salah seorang anak yang lahir
pada saat gempabumi dan tsunami 2004,
diberikan nama oleh orang tuanya yaitu
Putra Smong. Kata “smong” telah menjadi
salah satu simbol di Pulau Simeulue. Bentuk-
bentuk inovasi di atas merupakan hasil kreasi
pengetahuan yang secara tidak langsung
Gambar 3.
Masyarakat Pulau Simeulue Sedang
Menampilkan Kesenian Nandong Saat menjadi media diseminasi pengetahuan
Acara Pernikahan. smong kepada lapisan masyarakat.

Temuan di lapangan lainnya terkait
diseminasi nafi-nafi pada Masyarakat Pulau
Simeulue, peneliti memperoleh jawaban dari
para informan bahwa sosialisasi kesiapsiagaan
bencana tsunami melalui nafi-nafi dapat
juga dilakukan pada tempat-tempat umum/
keramaian. Salah satunya di warung kopi,
para orang tua dan/atau remaja ketika sedang
bersantai di warung kopi, di sela-sela itu satu
sama lain bercerita tentang pengalaman pribadi
masing-masing saat gempabumi/tsunami
pada 12 tahun lalu. Pengalaman mereka
umumnya beragam, namun tidak terlepas dari
konteks pengetahuan bagaimana pratanda Gambar 4. Nama Smong Pada Salah Satu Usaha
yang mendahului gempabumi/tsunami, upaya Warga Pulau Simeulue.
mereka sehingga dapat selamat, sampai pada
cerita pengalaman bertahan hidup saat berada 3.3. Kombinasi Pengetahuan Masyarakat
di lokasi pengungsian. Meskipun knowledge Dalam Kesiapsiagaan Bencana
sharing berlangsung di warung kopi dan Tsunami
bersifat ringan, namun bentuk tersebut salah
satu cara efektif untuk mendiseminasi tentang Kesiapsiagaan adalah serangkaian
pengetahuan gempabumi/tsunami. kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
Hasil observasi di lapangan, sosialisasi bencana melalui pengorganisasian serta
kearifan lokal smong juga tidak terbatas melalui langkah yang tepat guna dan berdaya
melalui syair lagu dan cerita rakyat, akan tetapi guna (Adlina dkk, 2014). Hasil penelitian
dapat pula melalui dunia bisnis. Beberapa di lapangan menunjukkan bahwa selain
pengusaha di Simeulue menamakan usaha kesiapsiagaan menghadapi tsunami dalam
mereka berkaitan dengan smong. Jenis- konsep kearifan lokal, masyarakat mendapat
jenis usaha tersebut diantaranya: 1) Smong pengetahuan baru dalam konsep yang berbeda
Grafika. Usaha sablon milik salah seorang kendatipun memiliki tujuan yang sama. Konsep
warga Simeulue yang berada di pusat Kota tersebut yakni pengetahuan kesiapsiagaan
Sinabang. Berikutnya salah satu perusahaan bencana sebagaimana yang tertuang
bidang media dan pemberitaan bernama dalam penyelenggaraan sistem nasional
“Smongonline.com”, salah satu portal media penanggulangan bencana Indonesia.

6 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 1-8
tempatan dalam ketangguhan menghadapi
bencana.

Gambar 6. Rambu Jalur Evakuasi Tsunami Pada Salah


Gambar 5.
Alarm Gempabumi, Pada Salah Satu Satu Desa/Gampong di Pulau Simeulue
Sekolah Dasar di Pulau Simeulue Terbuat yang Dirancang oleh Pemerintah Daerah
dari Bahan Sederhana. Setempat.

Pengetahuan terkini yang didapatkan 4. KESIMPULAN


Masyarakat Pulau Simeulue dalam
kesiapsiagaan bencana melalui Pemerintah Berdasarkan hasil penelitian dan
Daerah setempat berupa: pelatihan dan simulasi; pembahasan di atas, dapat disimpulkan
pembentukan Komunitas Pengurangan sebagai berikut:
Risiko Bencana pada tingkat Kecamatan; 1. Masyarakat Pulau Simeulue 12 tahun
pemasangan jalur evakuasi; pemetaan risiko; pascatsunami masih menghayati
dan pemberitahu dini gempabumi dari material kearifan lokal smong. Masyarakat
sederhana. Bentuk-bentuk pengetahuan di atas Pulau Simeulue memperoleh kombinasi
adalah hal yang baru diketahui oleh masyarakat pengetahuan tentang kesiapsiagaan
Pulau Simeulue sejak 12 tahun terakhir ini. menghadapi tsunami yaitu pertautan
Sebelumnya, masyarakat hanya mendapat antara kesiapsiagaan secara tradisional
pengetahuan melalui cerita dan nasehat dari dan kontemporer.
para orang tua terdahulu. Dengan demikian, 2. Masyarakat Pulau Simeulue masih
12 tahun pascatsunami, mereka memperoleh melestarikan nilai budaya nandong
kombinasi pengetahuan tentang kesiapsiagaan dan nafi-nafi melalui upaya-upaya
menghadapi tsunami yaitu perpaduan antara edukasi dan internalisasi. Bentuk-bentuk
kesiapsiagaan secara tradisional (lama) dan dilakukan berupa mendirikan sanggar
kontemporer (baru). seni, dokumentasi, dan diskusi.
Para informan menjelaskan bahwa
pengetahuan kontemporer yang mereka DAFTAR PUSTAKA
peroleh tentang kesiapsiagaan menghadapi
bencana tsunami adalah nilai tambah dalam Adlina, N., Agussabti, dan Hermansyah.
mengurangi dampak yang ditimbulkan. 2014. Kesiapsiagaan Masyarakat
Sinergitas antara konsep pengetahuan lokal Dalam Menghadapi Situasi Bencana
dengan pengetahuan pada masa sekarang Gunungapi Seulawah Agam di Wilayah
tentang kesiapsiagaan menghadapi tsunami Kecamatan Saree Kabupaten Aceh
sebagai aset pengetahuan. Antara keduanya Besar. Jurnal Ilmu Kebencanaan (JIKA)
tidak saling melemahkan, sebaliknya dapat Pascasarjana Universitas Syiah Kuala.
meningkatkan kepercayaan diri masyarakat 1 (1), 17-25.

Kearifan Lokal Smong... (Rasli Hasan Sari, Taqwaddin Husin, Syamsidik) 7


Ardelt, M. 2004. Wisdom as Expert Knowledge Meyers, K. and P. Watson. 2008. “Legend,
System: A Critical Review of A Ritual and Architecture on the Ring
Contemporary Operationalization of an of Fire.” In Indigenous Knowledge for
Ancient Concept. Human Development. Disaster Risk Reduction: Good Practices
47 (5), 257-285. and Lessons Learned from Experiences
Diposaptono, S. dan Budiman. 2005. Tsunami. in the Asia-Pacific Region, edited by R.
Buku Ilmiah Populer. Bogor. Shaw, N. Uy, J. Baumwoll. Bangkok:
Hill, E. M., J. C. Borrero., Z. H. Huang., Q. United Nations International Strategy for
Qiu., P. Banerjee., D. H. Natawidjaja., P. Disaster Reduction (UNISDR) Asia and
Eloseguie., H. M. Fritz., B. W. Suwargadi., Pacific.
I. R. Pranantyo., L. Li., K. A. Macpherson., Natawidjaja, D. H. 2015. Siklus Mega-Tsunami
F. Skanavis., C. E. Synolakis, and K. di Wilayah Aceh-Andaman Dalam
Sieh. 2012. The 2010 Mw 7.8 Mentawai Konteks Sejarah. Pusat Penelitian
Earthquake: Very Shallow Source of A Geoteknologi LIPI. Journal RISET
Rare Tsunami Earthquake Determined Geologi dan Pertambangan. 25 (1), 49-
from Tsunami Field Survey and Near- 62.
Field GPS Data. Journal of Geophysical Patton, M.Q. 2002. Qualitative Research &
Research. 117 (B06402), 1-21. Evaluation Methods (3rd ed). Sage
Husin, T. 2016. Kapita Selekta Hukum Adat Publications. USA.
Aceh dan Qanun Wali Nanggroe. Edisi Siswadi., T. Taruna, dan H. Purnaweni. 2011.
Revisi. Bandar Publishing. Banda Aceh. Kearifan Lokal Dalam Melestariakan
McAdoo, B. G., L. Dengler., G. Prasetya, and V. Mata Air. Program Studi Ilmu Lingkungan
Titov. 2006. How an Oral History Saved Program Pascasarjana UNDIP. Jurnal
Thousands on Indonesia’s Simeulue Lingkungan. 9 (2), 63-68.
Island During the December 2004 and Suyanto, B. 2005. Metode Penelitian Sosial:
March 2005 tsunamis. Earthquake Berbagai Alternatif Pendekatan. Prenada
Spectra. 22 (3), 661-669. Media. Jakarta.

8 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 1-8
ASPEK HIDROMETEOROLOGI DALAM MENUMBUHKAN
BUDAYA SADAR BENCANA DI INDONESIA

Yeli Sarvina
Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Jl. Tentara Pelajar No. 1a Cimanggu, Bogor 16111

E-mail: ysvina@yahoo.com

Abstract

Hydrometeorology disaster is the main disaster that occurred in the world and also in
Indonesia. The intensity and frequency of these disasters continues to increase. It has caused
damage, casualties and economic losses. One of the triggers of hydrometeorology disaster is
hydrometeorological condition such as climate and weather that deviate from normal condition.
This paper discusses the importance of several aspects of hydrometeorology in developing disaster
awareness and disaster management such as understanding climate and weather characteristics,
climate and weather forecasting, real time control (RTC) or monitoring of hydrometeorological
conditions and early warning system. This is literature study and case study. Indonesia’s climate
and weather are influenced by many factors, causing high climate variability. A good understanding
of climate and weather patterns will make people aware to alteration in a system. That means
the disaster awareness getting better. Utilization of climate and weather forecasts should still be
improved, especially rainfall and wind spreed extremes. RTCs are important on potential disaster
monitoring. In the future, by smartphone technology development, communities can be involved in
monitoring hydrometeorological conditions. Hydrometeorological aspects; understanding climate
and weather conditions, climate and weather forecasts and monitoring (RTC) are important inputs
in early warning systems. A well-functioning early warning system can reduce damage and losses.
It indicates that hydrometeorological aspect is very important in disaster management and to build
disaster awareness.

Keywords : Hydrometeorology, climate, weather, ekstrem, RTC, early warning system, disaster
awareness.

1. PENDAHULUAN dan biologi (Jayawardena, 2015). Dari


ketiga jenis bencana tersebut, bencana
1.1. Latar Belakang hidrometeorologi adalah bencana yang sering
terjadi, tak hanya di Indonesia tapi juga secara
Emergency Events Database (EM-DAT) global. Bencana hidrometeorologi adalah
melaporkan selama kurun waktu 1994-2013 bencana yang dipicu oleh kondisi hidrologi,
terdapat 6873 kejadian bencana alam yang meteorologi dan klimatologi. Beberapa contoh
terjadi di dunia. Bencana ini setidaknya telah bencana hidrometeorologi adalah banjir,
memberikan dampak buruk terhadap 218 kekeringan, tanah longsor, badai, topan, puting
juta penduduk dunia dimana jumlah korban beliung dan kebakaran hutan.
meninggal 1,35 juta orang atau sekitar 68 000 Gambar 1 menunjukkan perkembangan
orang per tahun (CRED, 2013). jumlah bencana dunia selama tiga dasawarwa.
Secara umum, ada tiga jenis bencana Kejadian bencana secara global terus
alam yaitu bencana geologi, hidrometeorologi meningkat dan hampir 76% diantaranya

Aspek Hidrometeorologo dalam Menumbuhkan... (Yeli Sarvina) 9


adalah bencana hidrometeorologi. Sedangkan Diperlukan berbagai upaya untuk
berdasarkan jenis bencananya, banjir (43%) menanggulangi berbagai kejadian bencana di
dan badai (28%) adalah dua bencana dengan Indonesia baik dalam bentuk pembangunan
tingkat kejadian tertinggi (Gambar 2). infrastruktur maupun berbagai upaya mitigasi
(non-infrastructure). Sadisun (2008) menyatakan
bahwa salah satu strategi penanggulangan
bencana adalah dengan melakukan mitigasi
secara rutin dan berkelanjutan. Mengingat
bencana utama di Indonesia adalah bencana
hidrometeorologi, maka aspek hidrometeorologi
memegang peranan yang sangat penting dalam
penanggulangan bencana di Indonesia. Ini
merupakan salah satu upaya non-infrastruktur
yang harus terus dilakukan. Pemahaman
Gambar 1. Tren Bencana Global. Sumber: BNPB, 2015.
yang baik terhadap aspek hidrometeorologi
diharapkan dapat meningkatkan budaya sadar
bencana masyarakat Indonesia.

2. TUJUAN

Tulisan ini bertujuan memaparkan


beberapa aspek hidrometeorologi dalam
menumbuhkan budaya sadar bencana di
Indonesia. Budaya sadar bencana sangat
penting dalam mewujudkan masyarakat
Gambar 2. Jumlah dan Persentase Kejadian Bencana yang tangguh bencana. Beberapa aspek
Alam di Dunia Dalam Kurun Waktu 1994- hidrometeorologi yang dipaparkan adalah
2013.
pemahaman karakteristik iklim dan cuaca,
Sumber: CRED, 2015.
pemanfaatan prakiraan iklim dan cuaca, Real
Tren kejadian bencana di Indonesia Time Control (RTC) atau pemantauan kondisi
disajikan pada Gambar 3. Jumlah bencana yang hidrometeorologi serta sistem peringatan dini
terjadi di Indonesia pun terus meningkat. Tercatat (early warning system).
hampir 85% bencana yang terjadi di Indonesia
adalah bencana hidrometeorologi dimana banjir 3. METODE
dan puting beliung adalah dua bencana utama
yang paling sering terjadi (BNPB, 2016). Metode yang dikembangkan dalam
tulisan ini adalah studi literatur dan untuk
bagian tertentu dilengkapi dengan studi kasus.
Salah satu studi kasus yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kejadian banjir bandang
yang terjadi di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa
Barat pada bulan September tahun 2016.

Aspek Hidrometeorologi Penanggulangan


Bencana

a. Pemahaman Kondisi Iklim dan Cuaca


Indonesia adalah negara kepulauan
Gambar 3. Tren Kejadian Bencana Indonesia Tahun
2002-2015. Sumber: BNPB, 2016. yang diapit oleh dua samudera besar yaitu

10 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 9-17
Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. F. Sistem peredaran angin yaitu: angin
Kondisi ini menyebabkan karakteristik iklim pasat, angin meridional, dan angin lokal.
wilayah Indonesia sangat dinamis dan beragam. G. Keragaman topografi.
Pramudia, et al., (2012) menyatakan bahwa
keberagamaan ikim di Indonesia disebabkan Keseluruhan komponen di atas
oleh posisi dan status atmosfer Indonesia antara menyebabkan variabilitas dan keberagaman
lain: iklim Indonesia sangat tinggi. Badan
A. Indonesia memiliki sehingga memiliki Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
suhu yang hangat sepanjang tahun, pun membagi wilayah Indonesia dalam zona
dimana rata-rata suhu permukaan di musim (ZOM). Keberadaan ZOM ini adalah
ketinggian nol (garis pantai) umumnya salah bukti lain yang menunjukkan bahwa
>250 C. Ini disebabkan oleh posisi karakter iklim dan cuaca wilayah Indonesia
Indonesia yang berada di garis equator. sangat beragam. Sejak tahun 2011, BMKG
Kondisi ini sangat potensial untuk selalu membagi Indonesia menjadi 342 ZOM,
terjadi penguapan yang tinggi. dimana sebelumnya hanya 220 ZOM (BMKG,
B. Indonesia memiliki iklim maritim. 2011). Adapun sebaran ZOM perpulau adalah
Hal ini disebabkan oleh komposisi Sumatera 54 ZOM, Jawa 150 ZOM, Bali 15
wilayah Indonesia yang terdiri dari 75% ZOM, Nusa Tenggara Barat 21 ZOM, Nusa
lautan dan 25% daratan. Iklim maritim Tenggara Timur 23 ZOM, Kalimantan 22 ZOM,
sangat dipengaruhi oleh kondisi suhu Sulawesi 42 ZOM, Kepulauan Maluku 9 ZOM,
permukaan laut di perairan yang cepat Papua 6 ZOM dan 9 wilayah non ZOM. Wilayah
berubah dan sangat fluktuatif. non ZOM memiliki pola hujan berkebalikan
C. Indonesia merupakan kawasan dengan zona musim pada umumnya. (BMKG,
pertemuan udara antar tropika (Inter- 2014).
Tropical Convergence Zone). Kawasan Untuk meningkatkan pemahaman
ini merupakan pertemuan massa udara akan karakteristik hidrometeorologi dalam
dari belahan bumi utara dan belahan menumbuhkan kesadaran bencana
bumi selatan, pada titik pertemuan maka karakteristik iklim dan cuaca harus
selalu terjadi pengangkatan udara yang diterjemahkan dalam informasi bencana yang
mengakibatkan banyak terbentuk awan. lebih operasional dan mudah dipahami. Salah
D. Kondisi anomali suhu permukaan laut di satu upaya nyata yang dapat dilakukan adalah
Samudera Pasifik ekuator. Kondisi suhu dengan menghasilkan peta-peta tematik rawan
permukaan laut digambarkan dengan bencana, seperti peta rawan banjir, longsor,
SST. Fenomena yang diakibatkan oleh kekeringan dan berbagai bencana lainnya.
anomali suhu di wilayah ini adalah El- Oleh karenanya perlu disusun peta
Nino dan La-Nina atau disebut juga rawan bencana baik secara spasial maupun
ENSO (El-Nino Southern Oscilation). temporal. Dinamika kerawanan suatu wilayah
Fenomena ini saat ini banyak terhadap bencana baik secara spasial maupun
menarik perhatian ilmuan karena temporal akan tergambar serta dapat diketahui
dampaknya yang semakin terasa pada pula kapan dan di mana bencana tertentu sering
berbagai bidang kehidupan termasuk terjadi. Saat ini, peta kerawanan suatu wilayah
terhadap kejadian berbagai bencana terhadap bencana sudah banyak dikembangkan
hidrometeorologi di Indonesia. oleh berbagai lembaga penelitian. BMKG
E. Kondisi anomali suhu permukaan laut di bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan
kawasan Lautan Hindia sebelah barat Umum/Perumahan Rakyat (Kemen PUPR)
(perairan sebelah timur Madagaskar dan Badan Informasi Geospasial (BIG) telah
Afrika) dan kawasan Lautan Hindia mengeluarkan peta potensi banjir level provinsi
sebelah timur (perairan sebelah barat seperti yang ditampilkan pada gambar 4. Untuk
Sumatera). mendapatkan informasi yang lebih detail,

Aspek Hidrometeorologo dalam Menumbuhkan... (Yeli Sarvina) 11


pemerintah daerah dan pihak terkait diharapkan sadar bencana dan tentumenjadi bagian
dapat mendetailkan informasi ini. yang tidak bisa dilepaskan dengan upaya
penanggulangan bencana. Hal ini harus terus
dikomunikasikan kepada masyarakat luas
melalui berbagai media komunikasi yang ada.

b. Prediksi Cuaca dan Iklim Ekstrem


Cuaca dan iklim ekstrem merupakan salah
satu pemicu utama bencana hidrometeorologi.
Oleh karenanya pengembangan aspek prediksi
cuaca dan iklim ekstrem sangat penting
dalam mengurangi risiko bencana. Sains
atmosfer terus berkembang dengan berbagai
pendekatan. Keakuratan sistem prediksi cuaca
Gambar 4. Peta Potensi Banjir Bulan September 2016
dirasakan semakin membaik. Informasi prediksi
Untuk Wilayah Jawa Barat. cuaca yang tepat juga harus diikuti oleh sistem
Sumber: http://www.bmkg.go.id/BMKG_ informasi dan komunikasi yang baik pula.
Pusat/Informasi_Iklim/Potensi_Banjir.bmkg. Sehingga informasi prediksi ini dapat diterima
oleh semua pihak, terutama pihak yang akan
Informasi tingkat kerawanan dan potensi terdampak bencana.
bencana ini harus terus dikomunikasikan Kajian dan analisis kejadian iklim ekstrem
kepada masyarakat terutama pada wilayah harus dilakukan secara tepat. Mengingat
yang memiliki tingkat kerawanan dan potensi kejadian iklim ekstrem membawa kerugian
bencana yang tinggi. Masyarakat yang terpaksa yang signifikan pada umat manusia. Heim Jr.
bermukim pada wilayah rawan dan memiliki (2015) menjelaskan isu-isu lain yang relevan
potensi bencana yang tinggi harus diingatkan dengan iklim ekstrem, yaitu :
untuk waspada dan diajarkan bagaimana cara A. Diperlukannya komunikasi yang lebih baik
evakuasi bencana. Jika memungkinkan harus antara semua pihak yang terkait dengan
di relokasi pemantauan iklim ekstrem, pengambil
Informasi dari data historis yang kebijakan dan pihak-pihak lain yang
menunjukkan periode dimana iklim menggunakan informasi iklim ekstrem.
ekstrem dengan frekuensi kejadian yang B. Perlu adanya koordinasi jaringan
tinggi dapat pula dikomunikasikan kepada pengamatan antar wilayah.
masyarakat sehingga masyarakat dapat lebih C. Pengamatan parameter iklim dan cuaca
mempersiapkan diri dengan meningkatkan saja tidaklah cukup. Perlu adanya
kewaspadaan pada periode tersebut. Sebagai pemantauan dampak dari kejadian iklim
contoh berdasarkan data dari BMKG dari tahun dan cuaca secara sistematik dengan data
1975-2015, curah hujan ekstrem di wilayah dan sistem pengamatan.
Jabodetabek, intensitas dan frekuensi kejadian Dua parameter cuaca yang sangat
tertinggi terjadi pada bulan Februari oleh penting untuk mengetahui potensi bencana
karenanya masyarakat dapat meningkatkan hidrometeorologi di Indonesia adalah curah
kewaspadaan terhadap cuaca bulan Februari hujan dan angin. BMKG telah mengembangkan
tersebut. Masyarakat mulai diingatkan untuk informasi potensi hujan lebat (hujan ekstrem)
siaga pada bulan ini bila intensitas curah hujan menggunakan satelit Himawari 8. Peta potensi
mulai meningkat. curah hujan dari satelit Himawari ditunjukkan
Secara umum, pemahaman karakteristik pada gambar 5. Hasil kajian Pahlevi dan
iklim dan cuaca suatu tempat serta informasi Zulfiani (2016) melaporkan bahwa data dari
historis kejadian bencana adalah bagian satelit Himawari dapat menggambarkan kondisi
penting dalam upaya menumbuhkan budaya atmosfer yaitu hujan ekstrem pada kejadian

12 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 9-17
banjir bandang di Garut, September 2016 lalu. Curah hujan
Ini menunjukkan bahwa prediksi curah hujan No Stasiun
(mm)
ekstrem dari satelit ini dapat digunakan untuk 4 Dayeuh Manggung 73
peringatan dini bencana hidrometeorologi di
5 Perkebunan Cisaruni Cikajang 110
Indonesia.
6 Perkebunan Papandayan 255
7 Leles 37.6
8 Cisurupan 44.8
9 Telagasari Kadungora 9
10 Bayongbong 140
Sumber: Pramudia dan Syahbuddin, 2016).

International Research Institute (IRI)


yang berada di bawah University of Columbia,
6 hari sebelummya sudah menginformasikan
prediksi curah hujan di wilayah Asia Tenggara
hingga Australia dan New Zealand (http://
Gambar 5. Potensi Curah Hujan dari Satelit Himawari.
Diunduh pada Tanggal 10 Juli 2017: http:// iridl.ldeo.columbia.edu/maproom/Agriculture/
satelit.bmkg.go.id/BMKG/. IFAD/FIC). Dalam informasinya IRI Columbia
menggambarkan bahwa pada periode 16-
Studi Kasus Pentingnya Prediksi Iklim 21 September 2016 wilayah selatan Jawa
Ekstrik Untuk Penanggulangan Bencana Barat diprediksi akan mengalami curah hujan
Contoh kasus pentingnya prediksi cuaca sangat lebat hingga ekstrem. Wilayah sekitar
ekstrem untuk mengurangi dampak bencana Kabupaten Garut, diprediksi akan mengalami
adalah pada kejadian banjir bandang aliran curah hujan lebat hingga sangat lebat selama
Sungai Cimanuk di Garut pada bulan September periode 16-21 September 2016 dengan
tahun 2016. Kejadian banjir bandang tersebut intensitas 150-200 mm/hari. Jika dibandingkan
telah menyebabkan 34 orang meninggal dunia terhadap rata-rata curah hujan periode
dan 19 orang hilang (BNPB, 2016). Salah satu 1985-2012 (curah hujan normalnya) prediksi
pemicu banjir bandang tersebut adalah curah curah hujan periode 16-21 September 2016
hujan ekstrem. Data curah hujan selama 24 tersebut memiliki perbandingan sekitar 100-
jam di sekitar Kabupaten Garut yang terukur 250% terhadap normalnya sedangkan wilayah
pada 21 September 2016 pagi disajikan pada selatan yang merupakan hulu Sungai Cimanuk,
Tabel 1. Curah hujan lebat terjadi di Singajaya, curah hujan diprediksi berada pada kisaran
Daeyuh Manggung, dan Malangbong (50-100 200-250% terhadap curah hujan normalnya.
mm) sedangkan curah hujan sangat lebat terjadi Kemajuan bidang ilmu atmosfer dan
di Perkebunan Cisaruni Cikajang (100-150 mm) sistem informasi telah membuat prakiraan cuaca
dan curah hujan ekstrem terjadi di Perkebunan dan iklim semakin berkembang. Ketepatan
Papandayan (> 150 mm). Kesemua stasiun ini prakiraan cuaca saat ini sudah semakin baik.
berada pada hulu Sungai Cimanuk. Curah hujan ekstrem yang terjadi di bagian
selatan Garut ini telah diprediksi sebelumnya
Tabel 1. Curah Hujan Beberapa Stasiun di Garut
pada Tanggal 20 September 2016. dan informasi prakiraan peningkatan curah
hujan tersebut sudah dipublikasikan oleh
Curah hujan
No. Stasiun lembaga internasional. Sudah selayaknya
(mm)
informasi ini menjadi perhatian bagi
1 Banyuresmi 37 berbagai pihak yang berkepentingan dan
2 Malangbong 67 segera menyampaikan informasi ini kepada
3 Singajaya 91 masyarakat yang sekiranya akan terdampak

Aspek Hidrometeorologo dalam Menumbuhkan... (Yeli Sarvina) 13


bencana. Jika informasi ini sempat menjadi dikembangkan oleh beberapa lembaga
perhatian kita, maka kerugian dan dampak dari pemerintah. Beberapa diantaranya yaitu :
bencana ini tentu dapat ditanggulangi. 1. Pemantauan tinggi muka air yaitu
Kedepan, pemanfaatan prakiraan cuaca Tinggi Muka Air Online (http://www.
ekstrem ini harus terus ditingkatkan. Untuk poskobanjirjkt.net/)
wilayah yang sudah dibangun sistem peringatan 2. Pemantauan potensi banjir: SIJampang
dini bencananya, prediksi cuaca dan iklim (http://tisda.bppt.go.id/banjir/)
ekstrem ini menjadi informasi penting. Sistem 3. Pemantauan hotspot Lapan (http://
peringatan dini harus difungsikan sehingga modis-catalog.lapan.go.id/monitoring/
berbagai dampak buruk dapat ditanggulangi. hotspot/index)
4. Pemantauan kondisi pertanaman padi :
c. Real Time Control Standing Crop dan CCTV Pertanaman
Real Time Control (RTC) adalah (http://katam.litbang.pertanian.go.id/)
pemantauan suatu sistem secara near real time. 5. Cuaca online (AWS Online BMKG:
Kontrol secara sederhana diartikan sebagai http://202.90.199.132/aws-new/current-
kemampuan untuk memanipulasi suatu sistem. data)
Jika ada ganguan atau reaksi pada suatu RTC adalah komponen penting dalam
sistem maka sistem itu bisa melakukan reaksi penanggulangan bencana karena RTC
baik secara otomatis maupun secara semi menunjukkan kondisi terkini dari suatu sistem
otomatis. pemantauan. Jika terdapat nilai-nilai yang tidak
Secara sederhana RTC dapat dibagi normal maka hal ini bisa menjadi indikasi awal
dalam dua bagian yaitu fully controlled dan adanya penyimpangan dari sistem tersebut
semi controlled. Fully controled adalah sistem sehingga perlu menjadi perhatian.
RTC yang sudah mampu memanipulasi Seiring dengan kemajuan teknologi
sistem secara otomatis. Seperti contoh pintu- smartphone, saat ini negara-negara maju telah
pintu air darurat terbuka secara otomatis bila mengembangkan sistem pemantauan data
tinggi permukaan air sudah melewati ambang yang melibatkan masyarakat melalui media
batas tertentu. Sedangkan sistem semi smartphone. Alfonso et al., (2015) menyebutkan
controlled hanya bersifat pemantauan dengan bahwa saat ini setiap 5 orang penduduk dunia
menampilkan informasi terkini. Tindakan untuk memililki smartphone. Hal ini merupakan
mengontrol sistem dilakukan secara manual potensi besar untuk melibatkan masyarakat
oleh pihak-pihak yang telah ditunjuk. Seperti dalam sistem pemantauan (RTC). Dalam
RTC pemantauan titik api di Indonesia. Jika bidang meteorologi misalnya Alfonso et al.,
RTC ini telah menampilkan informasi titik api (2015) telah mengembangkan konsep “citizens
di suatu wilayah jumlahnya terus meningkat, as rainfall sensors”. Melalui sistem atau aplikasi
potensi kebakaran lahan semakin besar maka yang sudah dikembangkan, masyarakat dapat
harus dilakukan berbagai tindakan antisipasi menyampaikan data kejadian hujan melalui
agar kebakaran lahan dapat ditanggulangi text atau gambar. Beberapa sistem lain yang
seperti melalui pembuatan hujan buatan dan sudah dikembangkan dengan konsep ini
berbagai kegiatan antisipatif lainnya. adalah SKYWARN (nws.noaa.gov/skywarn)
Dalam pemantauan sistem yang yang dan CoCoRaHS (cocorahs.org) di America and
sangat luas di lapangan, RTC dengan kontrol WatchWeb, WaterWatch, Water Monitoring
penuh sangat sulit diterapkan. Pada umumnya Young Portal dan Adopt-a-river. Sedangkan
RTC hanya bersifat pemantauan. RTC untuk Yong et al., (2011) dan van Overloop et al.,
pemantauan potensi bencana dalam cakupan (2013) telah mengembangkan aplikasi peran
wilayah yang luas biasanya menggunakan aktif masyarakat untuk pemantauan kondisi
citra satelit. Beberapa pengamatan near real hidrologi.
time yang dapat digunakan untuk informasi RTC yang melibatkan masyarakat di
penanggulangan bencana di Indonesia sudah masa yang akan datang sangat berpotensi

14 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 9-17
dikembangkan sebagai salah satu bentuk Kota Semarang. Iglesias, et al., (2015) telah
peran aktif masyarakat dalam penanggulangan peringatan dini banjir bandang (flash flood)
bencana. Hal ini juga diharapkan menjadi salah di Semarang Jawa Tengah. Dua komponen
satu media untuk meningkatkan budaya sadar penting dalam pengembangan sistem
bencana. peringatan dini di Kota Semarang ini adalah
pengembangan model karakteristik banjir dan
d. Sistem Peringatan Dini Bencana pengembangan komunitas.
(Early Warning System) Tiga tahap untuk pemodelan karakteristik banjir:
Peringatan dini bencana adalah salah satu 1. Pengembangan model konversi
cara yang dapat digunakan untuk mengurangi curah hujan ke debit sungai dengan
dampak bencana pada saat bencana terjadi menggunakan HEC-HMS.
(flood event managament). Sistem peringatan 2. Pemodelan tinggi muka air dengan HEC-
dini ini dikembangkan dengan menggunakan RAS.
beberapa kemajuan bidang ilmu terkait seperti 3. Analisis fungsi prakiraan banjir dengan
meteorologi, hidrologi, dan sistem informasi analisis statistik.
sehingga dapat memprakirakan besarnya Pengembangan komunitas dilakukan
bencana yang akan terjadi beberapa waktu ke dalam bentuk pelatihan untuk masyarakat di
depan. Perbedaan waktu memberi peringatan sekitar daerah aliran sungai. Adapun materi
dan waktu terjadinya bencana dapat digunakan pelatihan yang diberikan adalah manajemen
untuk evakuasi masyarakat yang diperkirakan bencana, mengenali banjir dari tinggi muka air,
akan terdampak. pertolongan pertama dan strategi evakuasi.
Sistem peringatan dini membutuhkan Sedangkan untuk Kota Jakarta telah
data real time sehingga dapat memprakirakan dikembangkan Jakarta Flood Early Warning
apa yang akan terjadi ke depan. RTC sangat System (J-FEWS). J-FEWS mengintegrasikan
penting dalam peringatan dini bencana. Ada berbagai model yang sudah dikonfigurasikan
beberapa tahap yang dapat dilakukan untuk dalam Toolbox Delft-FEWS (Ginting dan
mencapai peringatan dini yang efektif. Tahapan- Putuhena, 2014) .
tahapan tersebut yaitu detection, forecasting, Namun sampai saat ini belum ada studi
warning dan dissemination, dan response komprehensif yang mengkaji dan mengevaluasi
(Werner and Kwadijk, 2005). bagaimana kinerja dan keberlanjutan dari
Sedangkan menurut WMO (2010) sistem peringatan dini yang sudah dibangun.
sistem peringatan dini yang lengkap dan efektif Evaluasi dari sistem peringatan dini yang sudah
mencakup 4 hal yaitu pengetahuan tentang dibangun ini sangat penting untuk mengetahui
risiko bencana yang akan dihadapi masyarakat apakah sistem yang dibangun sudah berjalan
(Risk Knowledge), penyediaan pelayanan sebagai mana mestinya. Jika belum perlu
peringatan melalui kegiatan monitoring diidentifikasi permasalahanya. Jika sudah
(Monitoring and warning system), diseminasi berjalan dengan baik sistem tersebut dapat
dan penyebarluasan peringatan yang mudah diterapkan dan dikembangkan di tempat lain.
dimengerti (dissemination and comunication)
dan kemampuan masyarakat merespons
dan bertindak cepat (response). Aspek-aspek 4. KESIMPULAN DAN SARAN
hidrometeorologi yang sudah dibahas di atas
terlihat jelas sangat penting dalam membangun Pemahaman aspek hidrometeorologi
sistem peringatan dini yaitu pemahaman yang lebih baik merupakan faktor penting
karakteristik hidrometeorogi, pemantauan dalam membangun budaya sadar bencana
(RTC) dan prakiraan. yang lebih baik. Aspek hidrometeorologi seperti
Beberapa sistem peringatan dini karakteristik cuaca dan iklim, prakiraan cuaca
bencana telah dikembangkan di Indonesia dan iklim ekstrem, pemantauan (RTC) yang
seperti peringatan dini banjir di kota Jakarta dan baik adalah input penting untuk membangun

Aspek Hidrometeorologo dalam Menumbuhkan... (Yeli Sarvina) 15


sistem peringatan dini. Sistem peringatan dini Centre for Research on The Epidemiology of
yang berfungsi dengan baik diharapkan dapat Disaster (CRED). Human Cost of Natural
mengurangi dampak kerugian bencana. Hal Disaster 2015, a Global Perspective.
ini menunjukkan dalam penanggulangan dan Ginting, S. dan Putuhena, W.M., 2014. Sistem
membangun budaya sadar bencana aspek Peringatan Dini Banjir Jakarta. Jurnal
hidrometeorologi sangat penting. Sumber Daya Air, Vol. 10 No. 1, Mei
Pemanfaatan prakiraan cuaca untuk 2014: 71-84.
bencana masih perlu di tingkat. Informasi yang Heim Jr, Richard R. 2015. An Overview of
sudah tersedia oleh pihak yang terkait perlu Weather dan Climate Extreme - Product
dianalisis dan diseminasikan dengan cepat. and Trend. Journal Weather and Climate
Indonesia sudah mengembangkan beberapa Extreme 10 (2015) 1-9.
sistem peringatan bencana sepertti peringatan Iglesias, G., Rahayuni, D., dan Sari, D.
dini banjir, perigatan dini kebakaran hutan dll. 2015. Flood Eearly Warning System
Kinerja dari peringatan dini yang sudah ada as A Climate Resilience Measure in
perlu dievaluasi. Indonesia. Asian Disaster Managemet
News Volume 21. APDC.
DAFTAR PUSTAKA IPCC Intergovernmental Panel on Climate
Change, 2001. Climate Change
Alfonso, L., Carlos, J., dan Casrellanos, G.P. 2001; The Scientific Basis. IPCC
2015. Allowing Citizens to Effortlessly Third Assessment Report. Cambridge
Become Rainfall Sensors. E-proceedings University Press, Cambridge UK.
of The 36th IAHR World Congress 28 Jayawardena, A.W. 2015. Hydro-Meteorological
June - 3 July, 2015, The Hague, the Disasters: Causes, Effects and Mitigation
Netherlands. Measures With Special Reference
BMKG. 2011. Pemutakhiran Zona Musim to Early Warning With Data Driven
(Zom). Tersedia pada: http://data. Approaches of Forecasting. IUTAM
bmkg.go.id/share/Dokumen/pmh%20 Symposium on the Dynamics of Extreme
2011_2012%20bmkg_edit%2012%20 Events Influenced by Climate Change
sep11%20baru.pdf [diunduh 29 (2013).
September 2016]. Maarif, Saiful. 2012. Penanggulangan bencana
BMKG. 2014. Prakiraaan Musim Hujan di Indonesia. Jakarta. Badan Nasional
Indonesia 2014.205. Jakarta. Penanggulangan bencana. Jakarta.
BNPB. 2016. 34 Tewas dan 19 Hilang Akibat Merz, B. et al. 2014. The Extreme Flood in June
Banjir Bandang Garut. Info Bencana 2013 in Germany. La Houille Blanche,
Edisi September 2016. n° 1, 2014, p. 5-10. DOI 10.1051/
BNPB. 2016. Evaluasi Penanggulangan lhb/2014001.
Bencana 2015 dan Prediksi Bencana Pahlevi, A.R., Zulfiani, A. 2016. Analisis
2016. Tersedia pada: https://www. Kondisi Atmosfer Saat Terjadinya
humanitarianresponse.info/system/ Banjir Bandang di Garut (Studi Kasus
files/documents/files/disaster_ Tanggal 20 September 2016). Diunduh
evaluation_2015_prediction_2016_ pada tanggal 11 Juli 2017 http://
bnpb.pdf [Diunduh 7 September 2017] eoffice.bmkg.go.id/Dokumen/Artikel/
BNPB. 2015. Relevansi Bencana Artikel_20161013152134_nuhsbp_
Hidrometeorologi dan Kerusakan DAS Analisis-Kondisi-Atmosfer-Saat-
di Indonesia. Tersedia pada : http://www. Terjadinya-Banjir-Bandang-Di-Garut-
forda-mof.org/files/ppt_pak_sutopo.pdf 20-September-2016-.pdf#viewer.
[diunduh 7 September 2017] action=download.

16 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 9-17
Pramudia dan Syahbuddin. 2016. Analisis Werner, M G F., Schellekens, J and Kwadijk,
Banjir Bandang Garut 20-21 September JCJ. 2005. Flood Early Warning Systems
2016. Buletin Iklim Pertanian Edisi for Hydrological (sub) Catchments. In
Oktober 2016. Encyclopedia of Hydrological Sciences
Pramudia, A., Estiningtyas, W., Susanti, vol 1, Editors: Anderson, MG and
E., dan Suciantini. 2013. Fenomena McDonnell, J J, John Wiley & Sons Ltd.
dan Perubahan Iklim Indonesia Serta Zhang, X., Alexander, L., Hegerl, G.C., Jones,
Pemanfaatannya Informasi Iklim untuk P., Tank, A.K., Peterson, T.C., Trewin, B.,
Kalender Pertanian. Bagian dalam buku Zwiers, F.W., 2011. Indices for Monitoring
Kalender Tanam Terpadu Penelitian, Changes in Extremes Based on Daily
Pengkajian, Pengembangan dan Temperature and Precipitation Data.
Penerapan. IAARD Press. WIREs Clim. Chang. 2, 851–870. http://
Sadisun, I. A., 2009. Pemahaman dx.doi.org/10.1002/wcc.147.
Karakteristik Bencana: Aspek Zurich Insurance Company. 2014. Risk
Fundamental Dalam Upaya Mitigasi Nexus; Central European Floods 2013:
dan Penanganan Tanggap Darurat a retrospective, Zurich Insurance
Bencana. Conference paper. Tersedia Company Ltd.
pada: https://www.researchgate.net/ Van Overloop, P. J. dan M. Vierstra. 2013. The
publication/264309395_Pemahaman_ Mobile Tracker. Hydrolink, Special Issue
karakteristik_bencana_Aspek_ in Hydroinformatics, IAHR. 4
fundamental_dalam_upaya_mitigasi_ Yong, L., P. Piyawongwisal, S. Handa, Y. Liang,
dan_penanganan_tanggap_darurat_ X. Yan and A. Samuel. 2011. Going
bencana. [diunduh 10 Juli 2017] Beyond Citizen Data Collection with
Thieken, A. H., S. Kienzler, H. Kreibich, C. Mapster: A Mobile+Cloud Real-Time
Kuhlicke, M. Kunz, B. Mühr, M. Müller, Citizen Science Experiment. e-Science
A. Otto, T. Petrow, S. Pisi, and K. Workshops (eScienceW), 2011 IEEE
Schröter. 2016. Review of The Flood Seventh International Conference.
Risk Management System in Germany
After The Major Flood in 2013. Ecology
and Society 21(2):51. http://dx.doi.
org/10.5751/ES-08547-210251.

Aspek Hidrometeorologo dalam Menumbuhkan... (Yeli Sarvina) 17


PENGURANGAN RISIKO BENCANA GEMPABUMI PADA KOMUNITAS
SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN LEMBANG
KABUPATEN BANDUNG BARAT

Yuliana Masitoh
Departemen Pendidikan Geografi, FPIPS UPI
Jl. Dr. Setiabudi No. 229 Bandung 40381

E-mail: yulianamasitoh92@gmail.com

Abstract

Lembang sub-district has a high potential for earthquake due to its geographical location
which is traversed by Lembang Fracture or Fault. Therefore, it is important to teach Disaster Risk
Reduction to the School Communities. The purpose of this research is to discover the level of an
Earthquake Disaster Risk Reduction at the Elementary School Communities in Lembang sub-
district. This research used Descriptive Survey methodology and Stratified Random Sampling as
the sampling technique. From 50 elementary schools in Lembang sub-district, the research found
that in average 46 elementary schools are considered to have a low level of Earthquake Risk
Reduction and the other four schools are considered to have an intermediate level. It means that
the local Elementary School Communities already have a good awareness of the possibility of an
earthquake. The actions that the school has undertaken in Disaster Risk Reduction are including
practicing simulation for the school community and providing information regarding Disaster Risk
Reduction within every extracurricular in every school.

Keywords : Earthquake disaster, disaster reduction, elementary school.

1. PENDAHULUAN pandang geologis daerah Lembang merupakan


daerah yang rawan bencana. Daerah Lembang
1.1. Latar Belakang diapit oleh gunungapi yaitu Tangkuban Parahu
dan Patahan Lembang (Elsa, 2010).
Gempabumi adalah peristiwa bergetarnya Patahan Lembang merupakan sesar
bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi normal dengan bagian utaranya relatif lebih
yang secara tiba-tiba. Biasanya hal ini terjadi turun sedalam 450 meter. Secara morfologi
pada tumbukan antar lempeng bumi, aktivitas Patahan Lembang merupakan gawir sesar
gunungapi, patahan aktif atau runtuhan batuan. (fault scrap) dengan dinding gawir menghadap
Gempabumi yang diakibatkan oleh aktivitas ke arah utara yang memiliki panjang sekitar 22
gunungapi dan runtuhan batuan relatif kecil jika km. Menurut Meilano (2009) dalam Marlyiono
dibandingkan dengan gempa yang berasal dari (2013) menyatakan bahwa patahan Lembang
pergerakan lempeng dan patahan aktif. merupakan patahan yang masih aktif dengan
Jawa Barat memiliki potensi bencana dominan tipe strike slip, hal ini dibuktikan
gempabumi yang sangat besar salah satunya dengan masih adanya pergeseran patahan
di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung walaupun sangat kecil sekali yaitu sekitar 2-4
Barat. Lembang merupakan daerah yang mm dalam setiap tahun.
memiliki sentra petanian, perternakan, dan Menurut para peneliti dari Lembaga
pariwisata. Akan tetapi, jika dilihat dari sudut Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), bersama

18 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 18-29
JICA dan Kementerian Riset dan Teknologi of Indonesia that is prone to disaster (Laskunary
memastikan patahan Lembang dalam keadaan dan Khoirunisa, 2014).
aktif dampak pergeseran sesar Lembang Upaya Pengurangan Risiko Bencana
diprediksi akan menyebabkan longsor dan (PRB) merupakan salah satu hal yang penting
gempa dengan kekuatan sekitar 6-7 SR. Hal dan harus disosialisasikan pada setiap
ini dapat mengancam masyarakat yang berada kalangan masyarakat salah satunya di sekolah.
di sekitaran sesar, selain itu pergerakan sesar Peserta didik merupakan salah satu yang paling
Lembang juga mengancam Kota Bandung, cepat dalam memadukan pengetahuan baru
Cimahi, Kabupaten Bandung dan Kabupaten dalam kehidupan sehari-hari, selain itu mereka
Bandung Barat (LIPI, 2006). menjadi sumber pengetahuan bagi keluarga dan
Program Pengurangan Risiko Bencana masyarakat sekitarnya dalam berperilaku. Oleh
(PRB) gempabumi sudah tercantum pada The karena itu, dalam menerapkan pencegahan
Hyogo Framework For Action (HFA) yang sudah bencana menjadi salah satu fokus di sekolah
menjadi prioritas program pendidikan untuk dengan cara memberdayakan para peserta
membangun budaya selamat dan tangguh didik dan semua komponen warga yang berada
sekolah. Kemudian dilanjutkan oleh kerangka di lingkungan sekolah untuk memahami tanda-
kerja The Sendai Framework for Disaster tanda peringatan bencana dan langkah-langkah
Risk Reduction 2015-2030 (SFFDRR), yang yang harus dilakukan untuk mengurangi risiko
sama-sama memiliki tujuan untuk membangun dan mencegah bencana. Jadi bagaimana
kesiapsiagaan bencana untuk respons yang upaya Pengurangan Risiko Bencana haruslah
lebih efektif dan build back better pada saat menjadi bagian dari materi yang harus diberikan
pemulihan pascabencana pada komunitas dalam dunia pendidikan.
sekolah serta meningkatkan pemahaman Pendidikan kebencanaan di sekolah
mengenai PRB pada warga sekolah agar dasar dapat membantu peserta didik
dapat menjadi sekolah yang tangguh bencana dalam memberikan peranan penting dalam
(Supriyono, 2014). penyelamatan hidup dan perlindungan anggota
Anak-anak adalah kelompok yang masyarakat pada saat terjadi bencana.
paling rentan selama kejadian bencana, Memberikan pendidikan tentang risiko bencana
terutama yang sedang bersekolah pada saat ke dalam kurikulum sekolah sangat membantu
berlangsungnya kejadian. Pada saat bencana, dalam membangun kesadaran akan isu
gedung sekolah hancur, mengurangi usia tersebut di lingkungan masyarakat (Supriyono,
hidup murid sekolah dan guru yang sangat 2014).
berharga dan terganggunya hak memperoleh Pendidikan merupakan wahana yang
pendidikan sebagai dampak bencana. Maka efektif untuk membangun perilaku peserta
dari itu diadakan kampanye Pendidikan tentang didik dalam menghadapi bencana. Dengan
Risiko Bencana dan Keselamatan di Sekolah mempunyai pengetahuan, pemahaman,
yang dikoordinir oleh UN/ISDR (United Nations/ kesiapsiagaan dan keterampilan untuk
International Strategy or Disaster Reduction) mencegah bencana secara efektif yang
hingga penghujung tahun 2007 dengan didasari dapat diinformasikan, disosialisasikan melalui
berbagai pertimbangan. pendidikan sekolah kepada warga sekolah.
Sekolah sebagai tempat menimba ilmu Pengetahuan yang dimiliki peserta didik dapat
para generasi muda merupakan tempat tinggal memengaruhi sikap dan kepedulian untuk siap
kedua para siswa setelah rumah terutama dan siaga dalam mengantisipasi bencana.
untuk memahami dan mempelajari potensi
bencana yang terdapat di sekitar lingkungan 1.2 . Tujuan
tempat tinggal siswa, the school was the first
place for students to learn. Disaster mitigation Berdasarkan latar belakang masalah di
education needs as early as possible to be atas, tujuan dari penelitian ini dimaksudkan
taught to students remember the potential area untuk:

Pengurangan Risiko Bencana Gempabumi... (Yuliana Masitoh) 19


a. Mengidentifikasi tingkat Risiko Bencana dalam zona rawan menengah dan warna
pada komunitas sekolah terhadap hijau menunjukkan zona rawan rendah.
bencana gempabumi. Kemudian sampel yang akan diambil
b. Mengidentifikasi upaya apa yang yaitu sampel sekolah yang berada pada
dilakukan pihak sekolah dalam zona yang berwarna kuning dikarenakan
meningkatkan Pengurangan Risiko jumlah sekolah lebih banyak pada zona
Bencana pada peserta didik terhadap tersebut dan akan dijadikan sampel.
bencana gempabumi. b. Sampel Warga Sekolah
Yang dimaksud dengan sampel warga
2. METODOLOGI sekolah dalam penelitian ini adalah
Peserta Didik, Guru, dan Kepala Sekolah.
2.1 . Tempat dan Waktu Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan adalah Stratified Random
Tempat penelitian berlokasi di wilayah Sampling. Mila (2010) metode pemilihan
administratif Kecamatan Lembang Kabupaten sampel dengan cara membagi populasi ke
Bandung Barat. Adapun batas wilayah dalam kelompok-kelompok yang homogen
administratif Kecamatan Lembang yaitu: yang disebut strata, dan kemudian sampel
Sebelah Barat : Kecamatan Parongpong. diambil secara acak dari tiap strata.
Sebelah Utara : Kecamatan Subang. Data yang digunakan dalam penelitian ini
Selebah Timur : Kabupaten Bandung. sebagian besar menggunakan data sekunder
Sebelah Selatan : Kota Bandung dan yang diperoleh dari beberapa instansi,
Kabupaten Bandung. kemudian untuk memastikan apakah data yang
Kecamatan Lembang Kabupaten sudah didapatkan sesuai dengan keadaan
Bandung Barat Provinsi Jawa Barat yang sebenarnya di lapangan. Penentuan jumlah
berada pada koordinat 06º 43’ 12” sampai sampel pada komunitas sekolah menggunakan
dengan 52º 48’ LS dan 107º 33’ 36” sampai rumus Slovin. Populasi yang digunakan dalam
dengan 107º 45’ 36” BT dengan luas mencapai menentukan ukuran sampel pada metode
9.585 Ha. Kecamatan ini merupakan bagian Slovin adalah jumlah peserta didik sebanyak
paling timur dari Kabupaten Bandung Barat. 18.848 orang, tenaga pengajar/guru sebanyak
Kecamata Lembang merupakan salah satu 419 orang, dan kepala sekolah sebanyak 60
kecamatan dari 4 kecamatan yang terlewati orang.
oleh jalur Patahan Lembang. Oleh Karena itu Slovin mengemukakan bahwa rumus
kecamatan ini termasuk ke dalam kecamatan jumlah pengambilan sampel adalah:
yang rawan terhadap bencana gempabumi
yang diakibatkan oleh bergesernya patahan N
tersebut. Waktu penelitian dilaksanakan pada n=
(1 + N.e²)
tanggal 19 September sampai dengan 14 Keterangan:
November 2016. n : Ukuran sampel
N : Ukuran populasi
2.2 . Sampel Penelitian e : Tingkat kesalahan pengambilan
sampel yang masih bisa ditolelir
Pada penelitian ini peneliti mengambil Jumlah sampel
sampel terdiri dari : 18.848
a. Sampel Wilayah n= =
1 + 18.848(0,1)2
Sampel wilayah yang diambil pada
penelitian ini ditentukan oleh zonasi yang 99,99 dibulatkan menjadi 100 peserta didik
terlihat pada Gambar 2. Di mana pada Jumlah sampel yang telah diketahui
gambar tersebut menunjukkan dua warna sebanyak 100 Pesrta Didik, 50 Guru dan 50
yaitu warna kuning yang termasuk ke kepala sekolah dari setiap sekolah yang sudah

20 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 18-29
dijadikan sampel yaitu terdapat 50 SD Negeri Maka perhitungannya dalam mengambil
di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung sampel peserta didik, guru dan kepala sekolah
Barat. adalah sebagai berikut:
Pada pembagiannya menurut Sugiyono
(Setio 2013 : 26) menggunakan rumus sebagai SDN 1 Cibodas:
berikut:
N1 287
n1= xn x 100 = 1.57 dibulatkan menjadi 2
N 18848
Keterangan:
n : Jumlah sampel seluruhnya Untuk melihat sampel pada setiap
n1 : Jumlah sampel menurut stratum sekolahnya disajikan pada Tabel 1 dan untuk
N : Jumlah populasi seluruhnya melihat peta persebaran sekolahnya terdapat
N1 : Jumlah populasi menurut stratum pada Gambar 2.
Tabel 1. Jumlah Sampel Peserta Didik, Guru dan Kepala Sekolah
di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.
Jumlah Sampel Jumlah Sampel Jumlah Sampel
No Nama Sekolah
Peserta Didik Guru Kepala Sekolah
1. SDN 1 Cibodas 2 1 1
2. SDN 1 Cibogo 1 1 1
3. SDN 1 Cikidang 2 1 1
4. SDN 1 Cilumber 2 1 1
5. SDN 1 Gudangkahuripan 2 1 1
6. SDN 1 Jayagiri 3 1 1
7. SDN 1 Kayuambon 3 1 1
8. SDN 1 Langensari 2 1 1
9. SDN 1 Lembang 2 1 1
10. SDN 1 Pagerwangi 2 1 1
11. SDN 1 Suntenjaya 2 1 1
12. SDN 10 Lembang 2 1 1
13. SDN 11 Lembang 3 1 1
14. SDN 12 Lembang 2 1 1
15. SDN 2 Cibodas 2 1 1
16. SDN 2 Wangunsari 2 1 1
17. SDN 2 Gudangkahuripan 1 1 1
18. SDN 2 Jayagiri 3 1 1
19. SDN 2 Kayuambon 3 1 1
20. SDN 2 Langensari 2 1 1
21. SDN 2 Lembang 2 1 1
22. SDN 2 Padasuka 2 1 1
23. SDN 2 Pagerwangi 2 1 1
24. SDN 2 Suntenjaya 1 1 1
25. SDN 3 Cibodas 3 1 1
26. SDN 3 Cibogo 1 1 1
27. SDN 3 Cikidang 2 1 1

Pengurangan Risiko Bencana Gempabumi... (Yuliana Masitoh) 21


Jumlah Sampel Jumlah Sampel Jumlah Sampel
No Nama Sekolah
Peserta Didik Guru Kepala Sekolah
28. SDN 3 Gudangkahirupan 1 1 1
29. SDN 3 Lembang 2 1 1
30. SDN 4 Cibodas 2 1 1
31. SDN 5 Cikidang 1 1 1
32. SDN 6 Cibogo 2 1 1
33. SDN 6 Cikidang 2 1 1
34. SDN 7 Cibogo 2 1 1
35. SDN 7 Lembang 3 1 1
36. SDN Banyuhirip 2 1 1
37. SDN Barulaksana 2 1 1
38. SDN Buahbatu 2 1 1
39. SDN Bukannagara 2 1 1
40. SDN Cibeunying 1 1 1
41. SDN Ciburial 2 1 1
42. SDN Citrasari 3 1 1
43. SDN Inpres Cikahirupan 2 1 1
44. SDN Inpres Lembang 1 1 1
45. SDN Manoko 2 1 1
46. SDN Merdeka 2 1 1
47. SDN Pancasila 3 1 1
48. SDN Pasiripis 1 1 1
49. SDN Pasirwangi 2 1 1
50. SDN Sukajaya 2 1 1
Jumlah 100 50 50
Sumber: Hasil Penelitian, 2016.

Gambar 1. Peta Administratif Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.


Sumber: Basemap Administratif 2014, Peta RBI Lembar Lembang
dan Cimahi, Basemap Sungai 2012.

22 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 18-29
Gambar 2. Peta Sampel Persebaran Sekolah Dasar Kecamatan Lembang
Kabupaten Bandung Barat.
Sumber: Peta RBI Lembar Lembang dan Cimahi dan Peta Zona
Rawan Gempabumi Daerah Lembang Badan Geologi Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

2.3 . Teknik Pengumpulan dan Analisis • Angket


Data Angket dilakukan pada stakeholder
utama, yaitu: siswa, guru dan kepala
2.3.1. Teknik Pengumpulan Data sekolah.
• Studi Literatur
Teknik pengumpulan data yang Studi literatur pada penelitian ini
digunakan pada penelitian ini meliputi: menggunakan data yang diperoleh dari
• Observasi publikasi karya tulis ilmiah berupa buku,
Dengan melakukan metode ini maka artikel, jurnal, dan laporan penelitian
peneliti dapat mengetahui dan melihat terdahulu yang menunjang terhadap hasil
secara langsung kondisi di lapangan, kajian pengurangan risiko bencana pada
bukan hanya berdasarkan informasi komunitas sekolah dasar di Kecamatan
dari narasumber saja melalui kegiatan Lembang.
pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap fenomena yang Data-data komunitas sekolah maupun jenis
ada pada objek yang diteliti. Seperti bangunan sekolah bersumber dari data
bagaimana kondisi bangunan sekolah sekunder yang telah dilakukan pengukuran
apakah sudah sesuai dengan panduan sebelumnya. Indikator yang digunakan
bangunan sekolah tahan gempa atau dalam penelitian ini yaitu kurikulum, kesiapan
belum dan fasilitas keamanan pada komunitas sekolah, dan kondisi sekolah.
sekolah. Data yang dikumpulkan dalam penelitian
• Wawancara ini didapat melalui observasi langsung ke
Wawancara ini dilakukan pada wakil- lokasi penelitian guna mengamati objek secara
wakil stakeholder utama (Kepala langsung di lapangan, selain melakukan
sekolah). Mengenai kebijakan yang observasi juga dilakukan wawancara. Untuk
diterapkan di sekolah terkait dengan melengkapi data penelitian digunakan teknik
Pengurangan Risiko Bencana studi literatur dan studi dokumentasi kepada
Gempabumi. dinas yang terkait dengan penelitian ini.

Pengurangan Risiko Bencana Gempabumi... (Yuliana Masitoh) 23


2.3.2. Teknik Analisis Data 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini, menggunakan teknik 3.1 . Laporan Penelitian


analisisi statistik deskriptif pendekatan kuantitatif
fokus tujuan memaparkan data hasil penamaan • Tingkat Pengurangan Risiko Bencana
tanpa diadakan pengujian. Dalam hal ini, data Gempabumi di Sekolah Dasar
pengamatan ditata dalam tabulasi frekuensi Kecamatan Lembang.
dan tabel-tabel (Rianto Adi, dalam Gangsar Edi Sekolah Dasar yang diteliti peneliti
2015:64). Dengan tabel tersebut maka akan adalah Sekolah Dasar Negeri yang berada
dihasilkan gambaran secara deskriptif mengenai di Kecamatan Lembang berjumlah 50 SD.
upaya pengurangan risiko bencana gempabumi Berdasarkan data yang telah diperoleh dapat
yang dilakukan oleh komunitas sekolah dasar di disimpulkan bahwa tingkat pengurangan
Kecamatan Lembang. risiko bencana, berikut merupakan tabel
Gambaran mengenai risiko diperoleh nilai rekapitulasi dari seluruh indikator pada
dari asumsi bahwa nilai skoring pengurangan Pengurangan Risiko Bencana Gempabumi
risiko bencana gempabumi yang dibagi menjadi pada komunitas sekolah dasar yang berada
3 parameter, yaitu tinggi, sedang, rendah. Nilai di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung
skor tersebut diperoleh dari pemberian skor pada Barat yang sudah didapatkan oleh peneliti.
instrumen. Kemudian dari nilai skor tersebut Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan
dicari nilai yang terendah dan yang tertinggi. bahwa perhitungan tingkat pengurangan risiko
Menurut Sutrisno Hadi 2000:12 (dalam bencana gempabumi pada komunitas Sekolah
Edi, Gangsar 2015: 65). Skor yang sudah Dasar (SD) dilakukan dengan cara menghitung
didapat pada Petunjuk Teknis Penerapan jumlah skor yang dihasilkan dari angket,
Sekolah/Madrasah Aman dari Bencana (SMAB) kemudian dimasukkan ke dalam parameter
hasil Penelitian, 2016 digunakan untuk mencari yang telah dibuat untuk mengetahui hasilnya.
skor interval dengan menggunakan rumus: Hasil yang telah didapat menunjukkan bahwa
pada indikator kebijakan sekolah memiliki
Jarak Pengukuran (R) nilai 19,62 yang termasuk ke dalam klasifikasi
i=
Jumlah Interval sedang atau rendah.

Keterangan: Tabel 3. Rekapitulasi Pengurangan Risiko Bencana


i = Lebar interval Gempabumi di Kecamatan Lembang
R = Nilai tertinggi dikurangi dengan nilai Kabupaten Bandung Barat.
terendah (118-0) NO Indikator Nilai Klasifikasi
= 1 Kebijakan 19,62 SEDANG
3
sekolah
= 39
2 PRB pada 27,41 RENDAH
Hasil perhitungan diperoleh dari nilai peserta didik
interval yang digunakan untuk menentukan 3 PRB pada Guru 16.96 RENDAH
nilai pada setiap kategori.
4 Kondisi fisik 25,38 SEDANG
Tabel 2. Kriteria Nilai Interval pada Tingkat bangunan
Pengurangan Risiko Bencana. Sekolah
Interval Skor Keterangan JUMLAH 89,69 RENDAH
0-39 Tinggi Sumber: Hasil Penelitian, 2016.
40-79 Sedang
80-118 Rendah Kategori Cukup Baik. Kemudian PRB
Sumber: Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana pada peserta didik memiliki nilai 27,41 termasuk
No. 2 Th. 2012 dan Hasil Penelitian, 2016. ke dalam klasifikasi Rendah atau kategori Baik.

24 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 18-29
PRB pada Guru 16,96 termasuk ke dalam di Kecamatan Lembang dapat dipengaruhi oleh
klasifikasi Rendah atau kategori Baik. Dan pada beberapa faktor yaitu:
kondisi fisik bangunan Sekolah memiliki nilai
25,38 termasuk ke dalam klasifikasi Sedang a. Kebijakan Sekolah Mengenai PRB
atau kategori yang Cukup Baik. Setiap sekolah sebaiknya memiliki
Tingkat pengurangan risiko bencana kebijakan yang berhubungan dengan adanya
gempabumi pada komunitas sekolah dasar dari Pengurangan Risiko Bencana yang dapat
segi kebijakan, kesiapan, dan segi bangunan membantu meningkatkan kewaspadaan untuk
sekolah termasuk ke dalam kategori rendah atau warga sekolah agar dapat mengurangi dampak
sudah baik. Terdapat peta tingkat pengurangan apabila terjadi bencana gempabumi. Sekolah
risiko bencana yang menunjukkan bahwa dasar yang berada di Kecamatan Lembang
terdapat 4 sekolah yang masuk ke dalam tersebut memiliki kebijakan mengenai
klasifikasi Sedang atau Kurang Baik atau Pengurangan Risiko Bencana.
Sedang. Kebijakan tersebut merupakan kebijakan
Berikut merupakan gambaran yang diadopsi langsung dari Kementerian
persebaran sekolah yang sudah termasuk Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)
ke dalam sekolah yang termasuk ke dalam tahun 2010 menerbitkan surat edaran (SE) No.
kategori Sedang atau Sudah Baik dan Cukup 70a/SE/MPN/2010 (dalam Kurniawan 2016:4)
Baik dapat dilihat dalam Gambar 3. tentang Pengarusutamaan Pengurangan

Gambar 3. Peta Tingkat Pengurangan Risiko Bencana Gempabumi Kecamatan Lembang.


Sumber: Basemap Administratif 2014, Peta RBI Lembar Lembang dan Cimahi,
Basemap Sungai 2012. Peta Zonasi Rawan Gempabumi Daerah Lembang.

3.2 . Artikel Ulasan Risiko Bencana (PRB) di sekolah, sekaligus


ikut berkomitmen pada kampanye global ‘Satu
• Tingkat Pengurangan Risiko Bencana Juta Sekolah dan Rumah Sakit Aman’. SE
Gempabumi di Sekolah Dasar tersebut ditujukan kepada para Gubernur dan
Kecamatan Lembang Bupati/Walikota di seluruh Indonesia untuk
Untuk mengetahui tingkat pengurangan memperhatikan tiga poin penting yakni: (1)
risiko bencana gempabumi pada sekolah dasar perlunya penyelenggaraan penanggulangan

Pengurangan Risiko Bencana Gempabumi... (Yuliana Masitoh) 25


bencana di sekolah; (2) pelaksanaan strategi sekali dalam menyampaikan materi di sekolah.
pengarustamaan PRB di sekolah dilakukan Tidak lepas dari kedekatan dengan peserta
baik secara struktural dan non-struktural didik di sekolah yang mengakibatkan setiap apa
guna mewujudkan budaya kesiapsiagaan yang diajarkan guru dapat diterima dan ditaati
dan Penerapan Sekolah/Madrasah Aman oleh siswa di sekolah. Sehingga tidak heran
dari Bencana keselamatan di sekolah; dan nilai yang didapat pada tingkat PRB peserta
(3) surat edaran ini adalah pedoman untuk didik nilainya sudah baik dikarenakan gurunya
melaksanakan strategi pengarustumaan PRB sudah memiliki pengetahuan dalam materi
di sekolah”. mengenai PRB. Hasil dari pengetahuan, sikap,
Kebijakan sekolah terkait bencana dan tindakan pada guru dan staf TU mengenai
memiliki indikator adanya kebijakan atau PRB juga termasuk ke dalam kategori yang
kesepakatan dan peraturan sekolah yang baik.
mendukung upaya pengurangan risiko bencana Kemampuan siswa dalam memahami
dan tersedianya akses bagi seluruh komponen potensi bencana yang terdapat di sekitar
sekolah terhadap informasi, pengetahuan dan tempat tinggalnya (local area) sangat penting,
pelatihan untuk meningkatkan kapasitas dalam pengetahuan dan keterampilan tersebut
hal PRB di setiap sekolah (Siti dan Nanda, menjadi informasi yang sangat membantu
2016). apabila terjadi sebuah bencana sebagai
antisipasi dini melalui sikap dan nilai-nilai yang
b. Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan mendorong peserta didik untuk bertindak pro-
Komunitas Sekolah Mengenai PRB sosial, bertanggung jawab dan responsif ketika
Mengukur Tingkat Pengurangan keluarga dan komunitasnya terancam (Selby
Risko bencana yang di dalamnya temasuk dan Kagawa, 2012).
menjadikan sekolah yang siaga akan bencana
yang dapat diukur dengan dimilikinya c. Kondisi Sekolah Dasar Di Kecamatan
perencanaan penanggulangan bencana Lembang
(sebelum, saat, dan sesudah bencana), Sekolah yang lebih aman diperlukan
ketersediaan logistik, keamanan dan untuk melindungi hidup anak-anak selama
kenyamanaan di lingkungan pendidikan, terjadinya bencana. Konsep keselamatan
infrastruktur, serta sistem kedaruratan, yang sekolah tidak dibatasi hanya untuk mencegah
didukung oleh pengetahuan mengenai dan runtuhnya gedung sekolah saat bencana dan
kemampuan kesiapsiagaan, prosedur tetap keselamatan guru dan siswa, tetapi lebih luas
(standard operational procedure), dan sistem lagi untuk mencapai tujuan yang lebih besar
peringatan dini. Kemampuan tersebut untuk (Indriasari, 2017).
mentransformasikan pengetahuan dan praktik Selain pengintegrasian pendidikan
penanggulangan bencana dan pengurangan risiko bencana dalam kurikulum sekolah di
risiko bencana kepada seluruh warga sekolah wilayah atau negara yang memiliki kerentanan
sebagai salah satu konstituen lembaga bencana, juga ikut mengkampanyekan agar
pendidikan (Konsorsium Pendidikan Bencana, sekolah memiliki konstruksi dan gedung
2009:10). sekolah yang aman dan tangguh terhadap
Komunitas sekolah terdiri dari Peserta bencana (LIPI_UNESCO/ISDR, 2006). Maka
Didik, Guru dan Staf TU, serta Kepala Sekolah. dari itu pihak sekolah harus memperhatikan
Hasil dari pengetahuan, sikap, dan tindakan kondisi fisik bangunan sekolah.
pada peserta didik mengenai PRB yang Semua bangunan Sekolah Dasar yang
didapatkan mendekati nilai sempurna. Hampir ada di Kecamatan Lembang sudah menjadi
seluruh peserta didik memiliki pengetahuan dan bangunan permanen. Dan memiliki struktur
memahami serta apa yang telah disampaikan bangunan yang sudah cukup kuat. Namun dari
guru mengenai materi PRB. segi desain kelas masih ada beberapa tembok
Dalam hal ini guru berperan penting sekolah dan atap yang agak-agak retak,

26 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 18-29
sehingga apabila suatu saat terjadi bencana menghadapi bencana secara cepat dan
gempa akan mudah hancur. tepat guna. Dengan demikian, seluruh warga
Hasil dari temuan di lapangan sesuai sekolah menjadi target sasaran utama, agar
dengan Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun mampu bertindak ketika terjadinya bencana
2008 tentang Penyelenggaran Bencana, Pasal (Notoadmojo, 2007).
20 menyatakan bahwa adanya pengaturan Upaya yang di lakukan sekolah dalam
pembangunan, pembangunan infrastruktur, Pengurangan Risiko Bencana pada komunitas
dan tata bangunan, wajib menerapkan aturan Sekolah Dasar di Kecamatan Lembang yaitu,
standar teknis bangunan yang ditetapkan setiap sekolah melakukan simulasi atau gladi
oleh instansi/lembaga berwenang. Adanya evakuasi untuk guru dan peserta didik sekitar
sarana dan prasarana yang mendukung seperti satu tahun sekali yang dipandu oleh BPBD.
bangunan sekolah yang berstandar sekolah Selain itu kadang ada beberapa sekolah yang
aman bencana, peraturan/kebijakan sekolah sudah ada pembekalan langsung atau berada
atau SOP tentang kesiapsiagaan bencana, di bawah bimbingan atau pelatihan langsung
komunitas yang tangguh bencana. oleh Observatorium Bosscha seperti di SDN
Sarana dan prasarana sekolah yang Pancasila dan SDN Merdeka. Lokasi sekolah
ada sangatlah rentan terhadap bencana, tersebut berdekatan dengan Bosscha sehingga
selain infrastruktur bangunan sekolah, tak selalu mendapatkan bantuan atau pelatihan
dapat dibayangkan apabila kejadian bencana mengenai bencana gempabumi. Bukan hanya
terjadi pada saat jam pembelajaran di sekolah dari pemerintah terkait kadang ada komunitas
(Sunarhadi, 2013). Jadi kesimpulannya komunitas khusus atau mahasiswa yang
adalah tingkat pengurangan risiko bencana memberikan penyuluhan dan melakukan
gempabumi pada komunitas sekolah dasar simulasi juga kepada warga sekolah mengenai
yang berjumlah 50 sekolah dasar negeri di PRB.
Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung
Barat kategorikan Rendah atau Sudah Baik 4. KESIMPULAN DAN SARAN
meskipun masih ada 4 sekolah yang masih
memiliki kekurangan dalam segi struktur 4.1 . Kesimpulan
bangunan dan desain kelas yang aman sesuai
dengan panduan bangunan tahan gempa. Tingkat pengurangan risiko bencana
gempabumi pada komunitas sekolah dasar dari
d. Upaya Komunitas Sekolah Dalam segi kebijakan, kesiapan, dan segi bangunan
Pengurangan Risiko Bencana sekolah termasuk ke dalam kategori rendah
Gempabumi. atau sudah baik meskipun masih ada beberapa
Tindakan merupakan mekanisme sekolah yang memiliki kekurangan pada segi
suatu pengamatan yang muncul dari persepsi stuktur bangunan yang aman dan sesuai
sehingga ada respons untuk mewujudkan suatu dengan panduan bangunan tahan gempa.
tindakan. Dasar dari setiap sikap dan tindakan Dan terdapat peta tingkat pengurangan risiko
manusia adalah adanya persepsi, pengetahuan bencana yang menunjukkan bahwa terdapat
dan keterampilan yang dimilikinya. Kemampuan 4 sekolah yang masuk ke dalam klasifikasi
komunitas sekolah dalam memprediksi potensi sedang atau kurang baik.
bencana berawal dari perilaku atau tindakan Upaya Pengurangan Risiko Bencana
berhubungan dengan terbentuk atau punahnya yang dilakukan komunitas Sekolah Dasar di
suatu kebiasaan (Kiernan dkk, 2005). Kecamatan Lembang yaitu, setiap sekolah
Dasar dari setiap sikap dan tindakan melakukan simulasi atau gladi evakuasi untuk
manusia adalah adanya persepsi, pengetahuan guru dan peserta didik sekitar satu tahun
dan keterampilan yang dimilikinya. Sekolah sekali yang dipandu oleh BPBD. Selain itu ada
Siaga Bencana bertujuan untuk membangun beberapa sekolah yang sudah mendapatkan
kemampuan seluruh warga sekolah dalam pembekalan langsung atau berada di bawah

Pengurangan Risiko Bencana Gempabumi... (Yuliana Masitoh) 27


bimbingan atau pelatihan yang dipegang yang memiliki ketahanan gempa yang
langsung oleh Observatorium Bosscha seperti baik, membuat peta rawan gempabumi
sekolah SDN Pancasila dan SDN Merdeka. di setiap sekolah dan mengagendakan
Lokasi sekolah tersebut yang berdekatan simulasi menghadapi bencana
dengan Bosscha sehingga selalu mendapatkan gempabumi yang dilaksanakan
bantuan atau pelatihan mengenai bencana oleh seluruh sekolah yang berada
gempabumi. Bukan hanya dari pemerintah di Kecamatan Lembang Kabupaten
terkait kadang ada komunitas komunitas khusus Bandung Barat dalam rangka
atau mahasiswa yang memberikan penyuluhan upaya pengurangan risiko bencana
dan melakukan simulasi juga kepada warga gempabumi.
sekolah mengenai PRB. • Terhadap bidang pendidikan, kajian hasil
penelitian ini dapat dijadikan sebagai
4.2 . Saran bahan ajar dalam kegiatan pembelajaran
pendidikan mitigasi bencana pada
Adapun beberapa rekomendasi yang tingkatan Sekolah Dasar, Menengah
dapat penulis sampaikan pada bagian ini dan Atas, tujuannya agar sumber daya
setelah melakukan penelitian mengenai manusia yang akan datang mampu
Pengurangan Risiko Bencana gempabumi di untuk lebih siap lagi dalam menghadapi
Kecamatan Lembang yaitu meliputi: bencana dan dapat menekan korban jiwa
• Kepada pihak Sekolah Dasar yang ditimbulkan, khususnya mengenai
di Kecamatan Lembang dapat bencana gempabumi.
meningkatkan peranannya dalam rangka
upaya pengurangan risiko bencana di UCAPAN TERIMA KASIH
sekolah. Kemudan mengadakan fasilitas
mengenai mitigasi bencana seperti Penelitian ini dapat terselesaikan atas
rambu-rambu jalur penyelamatan diri bantuan dari berbagai pihak yang senantiasa
apabila terjadi bencana gempabumi dan selalu memberikan kemudahan dan kelancaran
memberikan materi PRB kepada seluruh sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
siswa jangan hanya kepada kelas 4, ini. Oleh karena itu, penulis dalam kesempatan
5 dan 6 saja tetapi diterapkan pada ini ingin menyampaikan ucapan terimakasih
peserta didik kelas 1,2 dan 3 meskipun kepada :
dalam kurikulum belum mendapatkan • Badan Kesatuan Bangsa Politik dan
materi kebencanaan. Serta guru dapat Perlindungan Masyarakat Kabupaten
menyisipkan lebih banyak lagi materi Bandung Barat.
PRB dalam melaksanakan pembelajaran • Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung
di kelas. Selain itu sebaiknya di setiap Barat.
sekolah memiliki ekstrakurikuler khusus • Seluruh Sekolah Dasar Kecamatan
mengenai PRB agar peserta didik dapat Lembang Kabupaten Bandung Barat.
meningkatkan pemahaman PRB. • BPBD Kabupaten Bandung Barat.
• Kepada instansi terkait seperti
Pihak Dinas Pendidikan, Badan DAFTAR PUSTAKA
Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) dan Dinas Pekerjaan Umum Anonim, Undang-undang Nomor 24 Tahun
Kabupaten Bandung Barat dapat 2007. Tentang Penanggulangan
mengadakan program-program Bencana.
penyuluhan mengenai mitigasi bencana Anonim, (2016) The Sendai Framework for
gempabumi, memberikan penyuluhan Disaster Risk Reduction 2015-2030
mengenai panduan bangunan sekolah (SFFDRR).

28 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 18-29
Azizah dan Khoirunisa (2016). Kesiapan Mc. Kiernan, E, dan Hammond, K.R, dan
Madrasan Ibtidaiyah Muhammadiyah Figueredo, A. J, 2006. A Brunswikian
Sebagai Sekolah Siaga Bencana di Evolutionary Developmental Theory of
Kecamatan Gomdangrejo Karanganyar. Preparedness and Plasticity, Arizona :
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Elsevier Inc.
Carter, W. Nick. (1992). Disaster Management: Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan
A Disaster Manager’s Handbook, Manila: dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka
Asian Develovment Bank. Cipta.
Edi, Gangsar (2015). Kesiapsiagaan Masyarakat Selby dan Kagawa. 2012. Disaster Risk
di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III Reduction in School Curricula. Unicef.
Desa Balerante Kecamatan Kemalang Sistiowati, Siti dan Khoirunisa, Nanda
Kabupaten Klaten Menghadapi Bencana (2016). Kesiapan Madrasah Ibtidaiyah
Erupsi Gunung Merapi. Skripsi sarjana Muhhamadiyah Sebagai Sekolah Siaga
pada Universitas Yogyakarta. Bencana di Kecamatan Gondangrejo
Indriasari, Fika (2017). Kesiapsiagaan Karanganyar. Universitas Muhhamdiyah
Komunitas Sekolah Dasar Inklusi Dalam Surakarta.
Menghadapi Bencana Gempabumi di Surat Edaran Mendiknas No. 70a/SE/
Yogyakarta. Akademi Keperawatan MPN/2010
Notokusumo Yogyakarta. Supriyono, Primus (2014). Seri Pendidikan
Kementerian Pendidikan Nasional (2010) Pengurangan Risiko Bencana
Pedoman Teknis Bangunan Tahan Gempabumi. Yogyakarta: C.V ANDI
Gempa. Offset
Konsorium Pendidikan Bencana 2009, Notulen Sunarhadi, Amin dan Teguh Setyawan. 2012.
Rapat KPB: Sekolah Siaga Bencana, 17 Melek Geografi SMA 7 Surakarta dan
Desember 2009. MA Al Islam di Kecamatan Serengan
Kurniawan, Lilik. (2016). Penguatan Dalam Mengenal Bencana Banjir dan
Kelembagaan Bidang Pengurangan Lingkungan. Seminar Nasional Geografi,
Risiko Bencana. Jakarta. BNPB. Fakultas Geografi, 19 Juni 2014.
LIPI UNESCO/ISDR. (2006). Kajian Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Surakarta.
Mengantisipasi Bencana Gempa dan Susanti, Adelila, dkk. 2016. Hubungan
Tsunami. Lembaga Ilmu Pengetahuan Kebijakan, Sarana dan Prasarana
Indonesia (LIPI). Jakarta. Dengan Kesiapsiagaan Komunitas
Marlyono, Setio Galih (2013). Perbandingan Sekolah Siaga Bencana Banda Aceh.
Tingkat Kesiapsiagaan Siswa SD, SMP, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
dan SMA Dalam Menghadapi Bencana Negeri Medan, Sumatera Utara
Tsunami di Kecamatan Pangandaran Undang-Undang Republik Indonesia No. 21
Kabupaten Ciamis. Skripsi Sarjana pada Tahun 2008. Tentang Penanggulangan
FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan. Bencana Indonesia

Pengurangan Risiko Bencana Gempabumi... (Yuliana Masitoh) 29


EVALUASI OUTCOME IMPLEMENTASI PROGRAM PENANGGULANGAN
BENCANA BANJIR KABUPATEN ACEH BARAT

Zurayna Sari, S.T., M.URP.


Alumnus Magister Perencanaan Kota dan Daerah Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

E-mail: sarizurayna@gmail.com

Abstract

Aceh Barat regency is a high potential area for the threat of flood disaster. Thus, the
government prepares disaster management plans (RPB) for 2012-2017, one of which contains the
focus of programs and activities of the flood disaster protection community consists of 7 programs
and 20 activities. Since 2012, the program has experienced many obstacles in implementation.
Flood disaster management program have not been able to provide the output and outcome that
should happen from any such program. The purpose of this research is to evaluate the outcome of
flood disaster management program implementation in Aceh Barat regency.The research method
used is deductive qualitative. Data collection methods used was document search, observation
and interview. The method of data analysis is analytical descriptive technique that uses verification
of the theory and empirical data obtained. The research findings from the outcome evaluation of
flood disaster management program implementation in Aceh Barat regency are considered not
yet fulfilled. Inadequate output of flood disaster management program implementation resulted
in the outcome of flood disaster management program implementation in Aceh Barat regency
has not been achieved. This is caused by immaturity in planning, budget constraints, lack of
capacity of implementing agencies and equipment, and lack of coordination and socialization
among implementing agencies.

Keywords : Evaluation, flood, program, outcome.

1. PENDAHULUAN Kabupaten Aceh Barat mempunyai Daerah


Aliran Sungai (DAS) yakni Woyla dan Meurebo
1.1. Latar Belakang yang tersebar di Kabupaten Aceh Barat. Banjir di
Kabupaten Aceh Barat telah terjadi sejak tahun
Kabupaten Aceh Barat merupakan daerah 1978.
dengan kondisi alam yang sangat beragam Banjir di Kabupaten Aceh Barat
sehingga menjadikan daerah ini sebagai disebabkan oleh daerah aliran sungai yang
salah satu daerah berpotensi tinggi terhadap sebagian besar tidak mampu lagi manampung
ancaman bencana, khususnya bencana alam debit air sehingga terjadi luapan air yang
seperti banjir. Banjir adalah tergenangnya suatu menggenangi daerah sepanjang sungai, adanya
tempat akibat meluapnya air yang melebihi peningkatan curah hujan akibat perubahan
kapasitas pembuangan air di suatu wilayah dan iklim, adanya alih fungsi lahan hutan yang tidak
menimbulkan kerugian fisik, sosial dan ekonomi terkontrol, pemanfaatan daerah aliran sungai
(Rahayu, 2009). Hampir seluruh wilayah sebagai kawasan budidaya, dan berkurangnya
Kabupaten Aceh Barat pernah mengalami banjir, daerah resapan dan daerah terbuka hijau di
yang disebabkan oleh keadaan fisiografi yang kawasan permukiman maupun perkotaan.
memiliki banyak sungai besar dan sebagian Bencana banjir ini menimbulkan dampak seperti
besar wilayah Kabupaten Aceh Barat landai. timbulnya korban jiwa, kerugian harta benda,

30 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 30-39
terjadinya gangguan kesehatan, kerusakan pemerintah untuk menyusun Rencana
prasarana dan sarana, terjadinya krisis pangan, Penanggulangan Bencana (RPB) tahun 2012-
dan terhentinya aktivitas perekonomian warga. 2017 yang merupakan sebuah dokumen resmi
yang memuat data dan informasi tentang risiko
bencana yang ada pada suatu daerah dalam
waktu tertentu dan rencana pemerintah daerah
serta para pemangku kepentingan terkait
setempat untuk mengurangi risiko bencana
tersebut melalui program-program dan kegiatan
pembangunan fisik maupun non fisik serta
pengalokasian anggarannya. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007,
rencana penanggulangan bencana ini juga
merupakan kewajiban Pemerintah Daerah untuk
menyelenggarakan penanggulangan bencana di
daerahnya guna mempersiapkan perencanaan
Gambar 1. Kondisi Kabupaten Aceh Barat Saat Banjir.
Sumber: Hasil Observasi Lapangan, 2017. yang terpadu dan terkoordinasi sehingga dapat
menurunkan risiko bencana serta meningkatkan
kinerja dan kemitraan antar lembaga instansi.
Setiap rencana yang dihasilkan dalam rencana
penanggulangan bencana ini merupakan
program dan kegiatan yang memuat upaya
pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap
darurat dan pemulihan dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana.
Ada 13 fokus penanggulangan bencana
yang terdapat dalam rencana penanggulangan
bencana tersebut, salah satunya adalah
fokus program dan kegiatan perlindungan
masyarakat bencana banjir. Fokus program dan
Gambar 2. Kondisi Kabupaten Aceh Barat Saat Banjir. kegiatan perlindungan masyarakat bencana
Sumber: Hasil Observasi Lapangan, 2017. banjir terdapat 7 program dan 20 kegiatan.
Program dan kegiatan tersebut dilaksanakan
oleh pelaku penanggulangan bencana yang
multi stakeholder dari tahun 2012 hingga 2017.
Howleyt dan Ramesh (1995) menyatakan
bahwa implementasi program adalah proses
pelaksanaan program-program atau kebijakan-
kebijakan yang merupakan sebuah upaya
realisasi dari rencana ke dalam praktek.
Implementasi program penanggulangan
bencana banjir ini diharapkan dapat mencapai
tujuan yang ditetapkan sebelumnya serta
memberikan hasil yang diharapkan dari
Gambar 3. Peta Risiko Banjir Kabupaten Aceh Barat. keluarnya program tersebut.
Sumber: BPBD Aceh Barat, 2017. Dalam perjalanannya sejak tahun
2012, program penanggulangan bencana
Kondisi Kabupaten Aceh Barat yang banjir mengalami banyak hambatan pada
sering dilanda bencana banjir, mengharuskan tahapan implementasinya, seperti kurangnya

Evaluasi Outcome Implementasi Program... (Zurayna Sari, S.T., M.URP.) 31


kesiapsiagaan petugas dan peralatan dalam
menghadapi penanggulangan bencana
banjir, terbatasnya pemahaman masyarakat
tentang penanggulangan bencana banjir,
para pengungsi mengeluhkan bantuan yang
minim, serta petugas penolong belum mampu
mengevakuasi masyarakat yang di perdalaman
dikarenakan sarana prasarana yang kurang
memadai. Banyaknya permasalahan yang
terjadi hingga saat ini, program penanggulangan
bencana banjir belum mampu memberikan
output maupun outcome yang seharusnya
terjadi dari setiap program tersebut. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian.
Salah satu upaya untuk membantu
memberikan informasi mengenai keberhasilan 2.2. Sampling dan Analisis Sampel
atau kegagalan pelaksanaan program
penanggulangan bencana banjir di Kabupaten Penelitian ini menggunakan metode
Aceh Barat adalah dengan mengevaluasi penelitian deduktif kualitatif yang merupakan
outcome program penanggulangan bencana metode dimana peneliti sebagai alat untuk
banjir yang sudah dilakukan selama ini. mendapatkan data yang mendalam dari
berbagai program dan kegiatan, kejadian,
1.2 . Tujuan proses maupun aktivitas penanggulangan
bencana banjir Kabupaten Aceh. Kemudian,
Tujuan penelitian ini adalah setalah data dan informasi yang diperoleh
mengevaluasi outcome implementasi program kemudian diolah dan dianalisis secara
penanggulangan bencana banjir di Kabupaten komprehensif untuk semua variabel. Penyajian
Aceh Barat. hasilnya disampaikan dalam bentuk kualitatif
naratif.
2. METODOLOGI Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini terbagi dalam
2.1 . Tempat dan Waktu Penelitian dua cara memperoleh data yaitu data primer
dan data sekunder.
Lokasi penelitian dilaksanakan di Metode pengumpulan data primer
Kabupaten Aceh Barat yang terdiri dari 12 dilakukan melalui observasi dan wawancara.
kecamatan seperti yang ditunjukkan pada Observasi adalah pengamatan secara
Gambar 1 yaitu, Kecamatan Johan Pahlawan, langsung ke objek penelitian untuk melihat
Kecamatan Samatiga, Kecamatan Bubon, dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan,
Kecamatan Arongan Lambalek, Kecamatan 2004). Peneliti melakukan observasi secara
Woyla, Kecamatan Woyla Barat, Kecamatan langsung sebagai suatu pengamatan yang
Woyla Timur, Kecamatan Kaway XVI, mendalam terhadap kejadian di lokasi penelitian
Kecamatan Meureubo, Kecamatan Pante seperti sarana dan prasarana pendukung
Ceureumeun, Kecamatan Sungai Mas, dan penanggulangan bencana banjir, infrastruktur/
Kecamatan Panton Reu. Pemilihan lokasi fisik bangunan yang telah dibangun atau yang
penelitian dilakukan dengan pertimbangan sedang dilaksanakan di lokasi banjir untuk
bahwa pelaksanaan program penanggulangan menanggulangi bencana banjir, kegiatan-
bencana banjir dilaksanakan di seluruh kegiatan penanggulangan bencana banjir, dan
kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Barat. orang-orang yang terkait dalam pelaksanaan
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari kegiatan penanggulangan bencana banjir.
hingga Oktober 2017. Dalam observasi ini, peneliti hanya berperan

32 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 30-39
sebagai evaluator dan tidak berperan penuh analitik yaitu pemaparan secara komprehensif,
terhadap program penanggulangan bencana baik secara historis, hasil wawancara, hasil
banjir Kabupaten Aceh Barat, serta program pengamatan dan kemudian dianalisis secara
yang diteliti telah dilakukan di masa lalu. mendalam dan kritis (Nugroho, 2013). Analisis
Untuk wawancara dilakukan dengan deskriptif analitik dilakukan dengan mengupas
menggunakan pendekatan in-depth interview teori yang diperoleh dengan memadukan
yaitu wawancara secara mendalam dengan kondisi yang ada, menyerap berbagai
menggunakan pedoman wawancara sebagai pandangan dan pola laku dan terkait dengan
alat bantu, dan seiring dengan wawancara nilai. Adapun hasil analisis deskriptif analitik
akan muncul pertanyaan lainnya. Narasumber adalah evaluasi outcome implementasi program
dalam penelitian ini adalah pemangku penanggulangan banjir Kabupaten Aceh Barat.
kepentingan di lingkungan instansi Kabupaten Pada analisis deskriptif analitik juga dilakukan
Aceh Barat yang merupakan pelaksanaan teknik kutipan hasil wawancara mendalam.
program penanggulangan bencana banjir Sebelumnya, perlu dilakukan uji
dan masyarakat dari seluruh kecamatan yang keabsahan data dengan tujuan untuk
secara langsung merasakan dampak dari memastikan kevalidan, reliabilitas dan
program penanggulangan bencana banjir. objektif data yang didapatkan, sehingga hasil
Teknik pengambilan sampel pada wawancara penelitian dapat dipertanggungjawabkan
dilakukan dengan teknik purposive sampling. secara ilmiah. Uji keabsahan data yang
Teknik ini digunakan dalam memilih sampel dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
secara khusus berdasarkan tujuan penelitian metode triangulasi. Triangulasi adalah
(Sugiyono, 2011). Wawancara dilakukan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan
guna mencari penguat dalam pembuktian membandingkan dengan data yang diperoleh
evaluasi outcome implementasi program dari berbagai sumber, berbagai cara dan
penanggulangan bencana banjir di Kabupten berbagai waktu (Sugiyono, 2011). Pada
Aceh Barat penelitian ini, penulis menggunakan triangulasi
Sedangkan sumber data sekunder adalah sumber yang dilakukan dengan cara mengecek
sumber yang tidak langsung memberikan data data yang diperoleh beberapa sumber yaitu
kepada pengumpul data, misalnya lewat orang wawancara, observasi langsung di lapangan
lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2014). dan data sekunder. Adapun untuk mencapai
Pengumpulan data sekunder berasal dari rangkaian proses analisa data tersebut dengan
dokumen, data statistik, peta-peta tematik dan kepercayaan informasi yang digunakan, maka
data relevan lainnya yang digunakan untuk ditempuh langkah yaitu, membandingkan data
menjelaskan mengenai proses implementasi hasil pengamatan dengan hasil wawancara
program penanggulangan bencana banjir serta membandingkan hasil wawancara dengan
Kabupaten Aceh Barat, kemudian diolah dan isi suatu dokumen yang berkaitan.
dianalisa terkait dengan evaluasi outcome
implementasi program penanggulangan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
bencana banjir Kabupaten Aceh Barat. Selain
itu data sekunder dapat menjadi bahan rujukan 3.1 . Laporan Penelitian
pengembangan wawancara secara mendalam.
Setelah data yang didapat dari hasil Tujuan dari evaluasi outcome
observasi, wawancara dan data sekunder implementasi program penanggulangan
kemudian disintesakan untuk mendapat bencana banjir untuk menilai kesesuaian dan
informasi yang fokus untuk dianalisa. Metode ketepatan atas hasil program dengan target
analisis data yang digunakan dalam penelitian program dan mengetahui sejauh mana capaian
ini adalah teknik deskriptif analitik yang output dari berbagai kegiatan dalam program
menggunakan verifikasi dari teori dan data yang telah selesai dilaksanakan. Outcome
empirik yang diperoleh. Pendekatan deskriptif mencerminkan berfungsinya keluaran (output)

Evaluasi Outcome Implementasi Program... (Zurayna Sari, S.T., M.URP.) 33


berbagai kegiatan pada jangka menengah.
Kondisi outcome yang diharapkan akan dicapai
bila keluaran (output) dapat diselesaikan tepat
waktu, tepat lokasi dan tepat sasaran serta
berfungsi dengan optimal. Penilaian outcome
ini juga berdasarkan hasil observasi dan
wawancara dengan pemangku kepentingan
dan masyarakat. Hasil dari evaluasi outcome
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
penyempurnaan program mendatang. Gambar 5. Kegiatan Normalisasi Sungai di Kecamatan
Hasil (outcome) yang diharapkan dengan Pante Ceuremen.
Sumber: BPBD Aceh Barat, 2017.
adanya program dan kegiatan penanggulangan
bencana banjir adalah teratasinya masalah
banjir di Kabupaten Aceh Barat dan tercapainya
tujuan utama penanggulangan bencana
Kabupaten Aceh Barat. Adapun tujuan utama
tersebut adalah:
1. Menjamin terselenggaranya upaya
penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu, terkoordinasi,
profesional dan menyeluruh dengan
pendekatan pengurangan risiko Gambar 6.
Kegiatan Kajian Cepat Bencana Banjir.
bencana. Sumber: BPBD Aceh Barat, 2017.
2. Memberikan perlindungan kepada
masyarakat dari setiap risiko bencana
dengan membangun partisipasi dan
kemitraan komunitas.
3. Menciptakan rasa damai dalam
kehidupan bermasyarakat dari ancaman
bencana.
4. Meningkatkan kapasitas masyarakat
dan pemerintah dalam menghadapi
bencana.
5. Membangun budaya aman dari Gambar 7.
Kegiatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar
risiko bencana pada setiap jenjang Pangan.
pemerintahan dan masyarakat. Sumber: BPBD Aceh Barat, 2017.
6. Berkembangnya budaya aman di tingkat
komunitas dengan pemanfaatan jalur
pendidikan dan riset kebencanaan
secara terukur dan berkesinambungan.
Program penanggulangan bencana
banjir yang telah dilaksanakan adalah program
pembangunan infrastruktur, program gladi,
simulasi sistem peringatan dini dan evakuasi,
program tanggap darurat, serta program
rehabilitasi dan rekonstruksi. Hanya 4 program
dari 7 program yang telah terlaksana dari tahun Gambar 8.
Kegiatan Pemulihan Darurat Fungsi
2012 hingga 2016. Berikut beberapa contoh Prasarana dan Sarana Kritis.
kegiatan dari 4 program yang telah terlaksana. Sumber: BPBD Aceh Barat, 2017.

34 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 30-39
tetapi setiap tahapan yang kita tangani
sudah ada manfaatnya, seperti untuk
penanganan di titik A itu langsung
dirasakan full manfaatnya.’’ (Amran Yunus
- Kabid Pengairan Dinas Cipta Karya, hasil
wawancara tanggal 12 Januari 2017)

Adapun manfaat yang dirasakan saat ini


dan harapan masyarakat untuk ke depannya
menurut masyarakat adalah kelancaran akses
Gambar 9.
Kegiatan Pengkajian Kerusakan dan
jalan, karena pemerintah telah memperbaiki
Kerugian. ruas jalan dan jembatan yang rusak. Selain
Sumber: BPBD Aceh Barat, 2017. itu, masyarakat mengharapkan pemerintah
segera menanggulangi bencana banjir dan
Namun, keluaran (output) dari memperbaiki jalan, jembatan dan sekolah yang
pelaksanaan program-program tersebut belum rusak akibat bencana banjir. Karena sarana
maksimal. Karena masih terdapat banyak dan prasarana tersebut belum diperbaiki
kegiatan dari program-program tersebut hingga saat ini. Selain itu, masyarakat
yang belum terlaksana. Hanya program mengharapkan pemerintah meninggikan jalan
tanggap darurat yang telah terlaksana seluruh agar banjir tidak masuk ke desa-desa mereka.
kegiatannya. Keluaran (output) yang belum Hal tersebut merupakan salah satu solusi
maksimal mengakibatkan hasil (outcome) yang mereka harapkan untuk menanggulangi
program penanggulangan bencana banjir bencana banjir.
belum tercapai. Berdasarkan hasil wawancara
dengan instansi terkait menjelaskan bahwa “Sementara manfaat yang kami rasakan
hingga saat ini pelaksanaan program adalah kelancaran akses jalan, karena
penanggulangan bencana banjir hanya setelah banjir kemarin ada beberapa ruas
menghasilkan output dari beberapa program jalan dan jembatan yang rusak dan kini
saja, sedangkan untuk manfaatnya belum telah diperbaiki. Kemarin pemerintah
sesuai dengan yang diharapkan karena baru memperbaiki jembatan yang putus
program yang dilaksanakan selama ini bersifat tersebut. Meskipun perbaikannya baru
sementara. dimulai jauh hari dari awal rusaknya,
sekarang jembatannya sudah bisa
“Dari secara outputnya terlaksana, dilalui. Kami berharap pemerintah segera
tetapi kalau tujuan secara programnya mengatasi banjir, memperbaiki jalan,
belum, karena selama ini lebih kepada jembatan dan sekolah yang terkena
hasilnya saja, hanya secara manfaat banjir lainnya.’’ (Mahyuddin - Masyarakat
mungkin masih kurang juga. Selama Gampong Suak Tring Kecamatan Woyla,
ini yang dilakukan masih sifatnya hasil wawancara tanggal 15 Februari 2017)
penanganan sementara. Ada kesesuaian
antara hasil program dengan dampak yang Hal ini juga dibuktikan dengan hasil
diharapkan, tapi belum seratus persen.’’ survei lapangan yang menggambarkan
(Abdul Wahab - Kabid Perencanaan kondisi jembatan di Kecamatan Woyla yang
Pembangunan Sarana Prasarana Bappeda, telah diperbaiki setelah terjadinya bencana
hasil wawancara tanggal 10 Januari 2017). banjir. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 10.
“Untuk manfaat seluruhnya belum karena
kita belum mengendalikan semuanya,

Evaluasi Outcome Implementasi Program... (Zurayna Sari, S.T., M.URP.) 35


bencana banjir lainnya yang belum terlaksana.
Tidak maksimalnya realisasi keluaran (output)
program disebabkan oleh keterbatasan
dalam anggaran. Keterbatasan anggaran ini
merupakan faktor utama yang memengaruhi
pelaksanaan program. Keterbatasan anggaran
ini disebabkan oleh kecilnya sumber dana yang
tersedia.

“Kalau kita lihat RPB ini untuk


melaksanakan kegiatan ini itu butuh dan 35
miliar, sementara kita per tahunnya hanya
4,8 itu. Sementara pendanaan kita yang
didalam ini sudah angka real uangnya.
Ini sudah termasuk dalam personil, gaji
personil, biaya alat berat, biaya operasional
kendaraan dinas, mobilisasi kebencanaan,
artinya untuk implementasi perencanaan
yang telah disusun, dengan pagu anggaran
kabupaten, itu sangat sangat tidak
memungkinkan, memang diperencanaan
ini perlu ini perlu itu, bayangan uangnya
Gambar 10. Kondisi Jembatan di Kecamatan Woyla. seberapa, kemudian dicantumkanlah di
Sumber: Hasil Observasi Lapangan, 2017. RPB, tapi setelah itu tidak semua program
tersebut dilaksanakan karena terhambat
“Keinginan kami disini mungkin untuk dana.’’ (Dermawan - Kasubag Program Dan
penanggulangan bencana banjir ini kami Pelaporan BPBD, hasil wawancara tanggal
meminta untuk meninggikan jalan, supaya 5 Januari 2017).
air tidak gampang masuk ke desa kami.’’
(Irmadi - Geuchik Gampong Pasie Mesjid Hasil wawancara menjelaskan bahwa
Kecamatan Meureubo, hasil wawancara untuk melaksanakan seluruh program dan
tanggal 7 Februari 2017) kegiatan yang direncanakan dalam dokumen
Rencana Penanggulangan Bencana
Berdasarkan penjelasan di atas membutuhkan dana yang besar, sementara
menunjukkan bahwa terdapat manfaat langsung dana yang tersedia tidak mencukupi untuk
seperti kelancaran akses transportasi akibat melaksanakan seluruh program dan kegiatan
dari pelaksanaan program tanggap darurat. tersebut. Selain itu, terdapat ketidakmatangan
Selain itu, masyarakat juga mengharapkan dalam perencanaan dengan memasukkan
pemerintah segera mengatasi permasalahan program dan kegiatan yang dianggap perlu
banjir dan memperbaiki sarana dan prasarana dengan asumsi biaya tertentu meskipun para
agar dapat mengendalikan banjir. pemangku kepentingan telah mengetahui
Di samping itu, meskipun beberapa kemampuan anggaran daerah. Sehingga,
program tersebut telah dilaksanakan program dan kegiatan yang direncanakan
tetapi pelaksanaan tersebut hanya bersifat tersebut menjadi belum terlaksana karena
sementara dan tujuannya belum tercapai terhambat dana yang tersedia. Selain
sepenuhnya. Manfaat yang diberikan dari faktor dana dan ketidakmatangan dalam
pelaksanaan program dan kegiatan tersebut perencanaan, ada juga faktor lainnya seperti
juga belum maksimal dikarenakan masih minimnya kemampuan instansi pelaksana dan
banyak program dan kegiatan penanggulangan peralatan, serta kurangnya koordinasi antar

36 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 30-39
intansi pelaksana. Keterpaduan dan koordinasi untuk berpartisipasi kalau ada anggaran
yang baik antar instansi pelaksana maupun desa membersihkan yang lingkungan
masyarakat dapat memengaruhi pelaksanaan desa masing-masing dengan cara gotong
program dan kegiatan penanggulangan royong.’’ (Muhammad Amin – Camat
bencana banjir. Kecamatan Samatiga, hasil wawancara
tanggal 14 Februari 2017)
“Kita memang mengharapkan spot
dananya, kemudian sinergilah artinya Berdasarkan dari hasil wawancara
saling terpadu dalam penanganan banjir, dengan instansi terkait maupun masyarakat
baik itu dengan masyarakatnya dengan Kabupaten Aceh Barat serta hasil analisis
instansi terkaitnya, kalau membahas menjelaskan bahwa pelaksanaan program
masalah pengendalian banjir banyak penanggulangan bencana banjir hanya sebatas
unsur-unsur yang terlibat di dalamnya, menghasilkan beberapa output program saja.
baik di kehutanannya, blhk, butuh Outcome yang diharapkan belum tercapai
keterpaduannya, kita coba bangun dikarenakan masih banyak program yang
koordinasi yang baik terutama pada saat belum terlaksana. Hal tersebut dikarenakan
banjir ataupun pascabanjir, apa-apa yang perlunya dana yang besar, memerlukan
jadi tanggung jawab kita, kita yang tangani kematangan dalam perencanaan serta
dan kemudian yang menjadi tanggung keterpaduan dan koordinasi yang baik antar
jawab BPBD mereka yang laksanakan.’’ instansi pelaksana serta masyarakat agar dapat
(Amran Yunus - Kabid Pengairan Dinas mengendalikan banjir agar tidak melenceng
Cipta Karya, hasil wawancara tanggal 12 dari rencana yang telah disusun. Selain itu,
Januari 2017) masyarakat juga mengharapkan pemerintah
segera memperbaiki sarana dan prasarana
Pernyataan di atas menjelaskan yang rusak akibat banjir dan menyarankan
bahwa pemangku kepentingan memang gotong royong dalam melaksanakan program
mengharapkan dana untuk melaksanakan penanggulangan banjir.
program dan kegiatan penanggulangan Pada prinsipnya, hasil dari program
bencana banjir, tetapi selain itu juga diperlukan dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah
keterpaduan dan koordinasi yang baik antar direncanakan. Program yang berjalan baik
sesama instansi maupun dengan masyarakat akan mencapai tujuan yang diharapkan dan
pada saat terjadi banjir maupun setelah dapat memberikan manfaat yang lebih bagi
banjir, agar setiap pihak dapat melaksanakan masyarakat yang ada di sekitar maupun di
tugas sesuai dengan tanggung jawabnya. Di luarnya. Hasil (outcome) yang diharapkan
samping itu, adapun saran masyarakat untuk akan dicapai bila pelaksanaan program dapat
ke depannya adalah pemerintah melaksanakan diselesaikan tepat waktu, tepat lokasi dan
permohonan mereka seperti perbaikan jalan, tepat sasaran serta berfungsi dengan optimal.
pembersihan sungai dan menanggulangi Namun, hal ini belum dapat terwujud karena
bencana banjir segera mungkin. Selain itu, program yang seharusnya direncanakan
masyarakat menyarankan agar seluruh sebelumnya belum terlaksana semuanya
masyarakat di Kabupaten Aceh Barat ikut dan mengakibatkan output yang diharapkan
berpartasipasi seperti gotong royong dalam hal juga belum tercapai dan tidak berfungsi
menanggulangi bencana banjir. dengan optimal. Output yang tidak mecapai
target program penanggulangan bencana
“Kami ingin ke depannya agar permohonan banjir tersebut mengakibatkan outcome yang
yang sudah kami ajukan ke pemerintah diharapkan juga tidak bisa maksimal dan tidak
seperti perbaikan jalan, pembersihan memberikan manfaat terhadap masyarakat di
sungai agar air hujan menjadi lancar dan Kabupaten Aceh Barat.
tidak terjadi banjir. Kami juga sarankan

Evaluasi Outcome Implementasi Program... (Zurayna Sari, S.T., M.URP.) 37


Tabel 1. Evaluasi Outcome Implementasi Program Penanggulangan Bencana Banjir
Kabupaten Aceh Barat.

Outcome Yang
Diharapkan Dari Pembahasan Keterangan Hasil
Program
1. Pelaksanaan program Hasil (Outcome) yang
penanggulangan diharapkan dari pelaksanaan
bencana banjir hanya program penanggulangan
menghasilkan beberapa bencana banjir belum
output program saja, tercapai. Pelaksanaan dari
sedangkan untuk beberapa program hingga
manfaatnya belum sesuai saat ini hanya menghasilkan
dengan yang diharapkan beberapa output program
Teratasinya masalah
karena program yang saja. Manfaat yang diberikan
banjir di Kabupaten
dilaksanakan selama ini dari pelaksanaan program dan
Aceh Barat dan
bersifat sementara. kegiatan tersebut juga belum
tercapainya
maksimal dikarenakan masih Belum Terpenuhi
tujuan utama
2. Faktor dana, banyak program yang belum
penanggulangan
ketidakmatangan dalam terlaksana.
bencana Kabupaten
perencanaan, minimnya Output yang tidak mecapai
Aceh Barat
kemampuan instansi tujuan penanggulangan
pelaksana dan peralatan, bencana tersebut
serta kurangnya mengakibatkan outcome
koordinasi antar intansi yang diharapkan juga tidak
pelaksana memengaruhi bisa maksimal dan tidak
pelaksanaan program. memberikan manfaat yang
lebih terhadap masyarakat di
Kabupaten Aceh Barat.
Sumber: Hasil Penelitian, 2017.

3.2 . Artikel Ulasan dari pelaksanaan program-program tersebut


belum maksimal. Karena masih terdapat banyak
Hasil penelitian mengenai kegiatan dari program-program tersebut yang
evaluasi outcome implementasi program belum terlaksana. Keluaran (output) yang belum
penanggulangan bencana banjir dinilai belum maksimal dan belum terealisasi serta belum
memenuhi atau belum tercapai. Akdon (2007) mencapai tujuan program penanggulangan
menjelaskan bahwa evaluasi outcome adalah bencana banjir mengakibatkan hasil (outcome)
segala sesuatu yang berfungsinya keluaran program penanggulangan bencana banjir
(output) kegiatan pada jangka menengah yang belum tercapai dan manfaat yang diberikan
mempunyai efek langsung. Namun, pernyataan juga belum maksimal.
tersebut berbanding terbalik dengan hasil
evaluasi outcome implementasi program 4. KESIMPULAN DAN SARAN
penanggulangan bencana banjir Kabupaten
Aceh Barat. Program penanggulangan becana Evaluasi outcome implementasi
banjir yang telah dilaksanakan adalah program program penanggulangan bencana banjir
pembangunan infrastruktur, program gladi, di Kabupaten Aceh Barat yang dinilai dari
simulasi sistem peringatan dini dan evakuasi, berfungsinya keluaran (output) kegiatan
program tanggap darurat, serta program serta berdasarkan hasil wawancara dengan
rehabilitasi dan rekonstruksi. Hanya 4 program pemangku kepentingan dan masyarakat belum
dari 7 program yang telah terlaksana dari tahun memenuhi. Belum memenuhinya outcome
2012 hingga 2016. Namun, keluaran (output) yang diharapkan karena tidak maksimalnya

38 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 30-39
output yang dihasilkan dari implementasi DAFTAR PUSTAKA
program penanggulangan bencana banjir
di Kabupaten Aceh Barat. Selain itu, juga Howlett, Michael and M. Ramesh. (1995).
disebabkan oleh program dan kegiatan yang Studying Public Policy: Policy Cycles
sudah direncanakan sebelumnya banyak yang and Policy Subsystem. Oxford:
tidak terealisasi. Perencanaan program yang Oxford University Press. Nugroho, R.
tidak matang mengakibatkan pelaksanaan (2013). Metode Penelitian Kebijakan.
program menjadi lemah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Anggaran, koordinasi dan sosialisasi Pemerintah Kabupaten Aceh Barat. (2012).
antar intansi, kemampuan instansi pelaksana Rencana Penanggulangan Bencana
dalam mengakomodir program, sarana dan Kabupaten Aceh Barat Tahun 2012-
prasarana yang memadai untuk pelaksanaan 2016. Meulaboh: Pemerintah Kabupaten
program dan kegiatan, serta kematangan Aceh Barat.
dalam perencanaan merupakan hal yang Rahayu, dkk. (2009). Pedoman Kesiapsiaagaan
penting dan menentukan dalam pelaksanaan Menghadapi Bencana Alam. Jakarta:
program penanggulangan bencana banjir agar Binarupa Aksara.
output dan outcome dapat tercapai sesuai Riduwan. (2004). Metode Riset. Jakarta:
dengan yang diharapkan. Rineka Cipta
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif,
UCAPAN TERIMAKASIH Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV.
ALFABETA.
Penulis mengucapkan terima kasih Sugiyono. (2014). Metode Penelitian
yang sebesar-besarnya kepada Bapak Ir. Manajemen (2 ed.). Bandung: CV.
Agam Marsoyo, M.Sc., Ph.D, dan Ibu Dr. Ir. ALFABETA.
Dwita Hadi Rahmi, M.A., dari Prodi Magister Pemerintah Republik Indonesia, (2007). Undang
Perencanaan Kota dan Daerah UGM atas Undang No. 24 tentang Penanggulangan
waktu, arahan, dan bimbingan yang telah Bencana.
diberikan selama penelitian, kedua orang tua
dan keluarga besar yang selalu mendukung
serta mendoakan keberhasilan penulis, serta
pemerintah dan seluruh masyarakat Kabupaten
Aceh Barat yang telah banyak membantu dalam
memberikan data dan informasi penunjang
penelitian.

Evaluasi Outcome Implementasi Program... (Zurayna Sari, S.T., M.URP.) 39


PERAN INSTITUSI PENDIDIKAN DALAM UPAYA PENANGGULANGAN
BENCANA DI LINGKUNGAN SEKOLAH
(STUDI KASUS SEKOLAH ISLAM AL-FAJAR KOTA BEKASI)

Rizkia Nurinayanti

E-mail: rizkia.nurinayanti@gmail.com

Abstract

Indonesia is one of the countries that have high disaster vulnerability, especially for
hydrometrological disaster (flood, landslide, and tornado). Based on disaster data from
National Disaster Management Agency (BNPB) in the last 10 years, hydrometrological
disaster is the most frequent disaster in Indonesia (Data Disaster Information Indonesia,
2018). This condition is influenced by the position of Indonesia which is on the equator, so it
becomes a country that experienced two seasons with high rainfall. This is worsened by the
pace of development, especially in urban areas that are less concerned about the carrying
capacity of the environment. Al-Fajar Islamic School is one of the schools located in Jatiasih
sub-district, Bekasi city with the threat of high flood disaster. Based on historical records, the
largest disaster events occurred in 2002, 2004, 2014 with a height of 1.5 meters and caused
considerable losses. This research was conducted with the aim to find out the picture of
disaster occurrence at Al-Fajar Islamic School, the various negative impacts caused by the
disaster, and disaster management efforts that have been done by the school. By knowing
that, the researcher is able to give recommendation of disaster mitigation form in accordance
with the needs of Al-Fajar Islamic School, without eliminating their potential either in the form
of experience, knowledge, or local wisdom of the school people as the party that is facing
directly with the hazard.

Keywords : Flood, disaster management, Sekolah Islam Al-Fajar Kota Bekasi.

1. PENDAHULUAN Indonesia, 2018). Kondisi ini dipengaruhi


oleh dua fakor, yaitu: Pertama faktor alam:
1.1. Latar Belakang dipengaruhi oleh posisi Indonesia yang berada
di belahan Khatulistiwa, sehingga menjadi
Indonesia merupakan salah satu negara negara yang mengalami 2 musim. Kedua faktor
yang rawan bencana, hal ini disebabkan manusia: dipengaruhi oleh perilaku manusia
karena secara geografis posisi Indonesia yang menyebabkan daya dukung lingkungan
berada pada jalur cincin api (ring of fire) dan semakin menurun (pembangunan infrastruktur
merupakan pertemuan dari 3 lempeng bumi tanpa memperhatikan Amdal, perilaku terhadap
(lempeng Eurasia, Pasifik, dan Indoaustralia). sungai dan DAS, penggunaan lahan yang tidak
Berdasarkan data kejadian bencana dari Badan sesuai, dan lain-lain).
Nasional Penanggulangan Bencna (BNPB), Sepanjang sejarah kejadian bencana di
dalam kurun waktu 10 tahun terakhir bencana Indonesia, kejadian bencana yang terjadi di
hidrometrologi (banjir, longsor, puting beliung, Indonesia mempunyai periode pengulangan
kekeringan) merupakan bencana yang paling di setiap tahunnya, dengan besaran dan
sering terjadi di Indonesia (Data Indeks Bencana luasan yang berbeda-beda. Sudah tidak

40 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 40-51
asing di telinga kita berita yang mengabarkan banjir di hulu kedua sungai tersebut, maka arus
tentang kejadian bencana banjir, longsor, dan dari kedua sungai tersebut akan bertemu, dan
kebakaran yang terjadi di berbagai wilayah di menyebabkan kenaikan muka air yang cepat
Indonesia. Pada dasarnya, berbagai kejadian dan tidak terduga. Ketika kondisi ini terjadi,
tersebut tidak akan berpengaruh apa-apa jika maka banjir di lingkungan Sekolah Al-Fajar
tidak menimbukan kerugian baik dari sisi korban sudah tidak dapat dihindari lagi. Ditambah lagi,
jiwa, harta benda, kerusakan lingkungan, dan akses jalan penghubung dari sekolah menuju
juga dampak psikologis. Namun hal ini akan jalan raya hanya ada satu, di mana ketika
berbeda apabila kejadian tersebut memberikan banjir sudah datang maka jembatan tersebut
dampak negatif baik bagi manusia, lingkungan, tidak bisa dilewati, karena terendam air dengan
dan juga sosial ekonomi masyarakat. Oleh ketinggian hampir 1.5 meter. Kondisi ini tentu
sebab itu, yang perlu kita upayakan dala sangat berbahaya, mengingat sekolah ini terdiri
setiap kejadian bencana adalah mengurangi dari TK, SD, SMP, dan SMA. Di mana siswa TK
risiko ataupun dampak negatif dari bencana dan SD masih sangat butuh pengawasan orang
tersebut seminimal mungkin. Dalam konteks dewasa, terutama ketika terjadi kejadian banjir.
kajian risiko bencana, kita tidak bisa banyak Berdasarkan kondisi tersebut, maka
mengelola ancaman bencana yang ada di peneliti ingin membahas evidence based
sekitar kita. Karena ancaman bencana tersebut management bencana banjir di Sekolah Islam
bersifat given, walaupun ada beberapa faktor Al-Fajar. Pembahasan tersebut meliputi sejarah
yang bisa kita kelola. Dalam konteks kajian dan gambaran kejadian bencana, baseline
risiko bencana, yang paling penting untuk kita data kerugian akibat bencana, dan upaya
kelola adalah risiko ataupun dampak negatif yang penanggulangan bencana yang sudah
yang bisa diakibatkan oleh bencana tersebut. dilakukan oleh pihak sekolah, terutama sekolah
Dengan mengelola risiko bencana, kita bisa dasar.
menekan kerugian ataupun dampak negatif
yang bisa diakibatkan oleh bencana tersebut. 2. METODOLOGI
Salah satu strategi yang bisa dilakukan
untuk menekan risiko akibat bencana, Dalam penelitian ini metode yang akan
terutama di lingkungan sekolah adalah dengan digunakan adalah kualitatif murni, dimana
mengupayakan pendidikan tangguh bencana penelitian akan menggunakan observasi
yang dikelompokkan menjadi 3 komponen, dan wawancara sebagai alat utama dalam
yaitu: infrastruktur sekolah aman, manajemen mengambil data. Menurut Bogdan dan
bencana di sekolah, pendidikan pencegahan Taylor (dalam Moleong, 2007), metodologi
dan pengurangan risiko bencana di sekolah. kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
Upaya pengurangan risiko bencana di sekolah menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
ini hendaknya melibatkan seluruh unsur di tertulis maupun lisan dari orang-orang dan
dalam dan di luar sekolah, termasuk stakeholder perilaku yang diamati. Secara lebih spesifik,
yang berkaitan langsung dengan kegiatan pendekatan kualitatif yang digunakan adalah
pengurangan risiko bencana di sekolah. Hal ini penelitian studi kasus. Suatu penelitian dapat
menjadi penting, karena sekolah merupakan disebut sebagai penelitian studi kasus apabila
satu bagian dari ekosistem lingkungan social proses penelitian yang dilakukan secara
yang lebih besar. mendalam dan menyeluruh terhadap kasus
Sekolah Islam Al-Fajar merupakan salah yang diteliti, serta mengikuti struktur studi
satu sekolah yang berada di Kelurahan Jatirasa kasus seperti yang dikemukakan oleh Lincoln
Kecamatan Jatiasih Kota Bekasi dengan dan Guba (dalam Heigham dan Croker, 2009),
ancaman bencana banjir yang cukup tinggi. yaitu permasalahan, konteks, isu, dan pelajaran
Sekolah ini dikelilingi oleh pertemuan dua yang dapat diambil. Studi kasus merupakan
sungai besar, yaitu Sungai Cikeas dan Sungai pengujian secara rinci terhadap satu latar
Cileungsi. Di mana ketika terjadi hujan deras dan atau satu orang subjek atau satu tempat

Peran Institusi Pendidikan... (Rizkia Nurinayanti) 41


penyimpanan dokumen atau satu peristiwa 3. Mengalami/menjadi saksi langsung
tertentu (Bogdan dan Bikien, 1982). kejadian banjir besar di Sekolah Islam
Al-Fajar Bekasi.
2.1. Tempat dan Waktu Penelitian Berdasarkan kriteria tersebut, peneliti
menentukan dua orang informan yang
Lokasi penelitian ini terletak di Sekolah dilibatkan dalam penelitian ini, antara lain:
Islam Al-Fajar, Kelurahan Jatirasa Kecamatan 1. Kepala Sekolah Dasar Islam Al-Fajar,
Jatiasih, Kota Bekasi. Penelitian dilakukan hal ini dikarenakan posisi kepala sekolah
pada bulan Maret-April tahun 2017, dengan sebagai pengambil kebijakan tertinggi
melakukan beberapa kali kunjungan ke dalam upaya penanggulangan bencana
lokasi sekolah. Selama proses pelaksanaan di Sekolah Islam Al-Fajar. Kepala
penelitian, peneliti melakukan penelitian sekolah juga tahu segala bentuk sejarah
lapangan dengan melakukan observasi, kejadian bencana, kerugian materi, dan
wawancara, dan membuat catatan lapangan. segala data pendukung yang dibutuhkan
peneliti.
2.2. Sampling dan Analisis Sampel 2. Guru sekaligus relawan PMI Kota
Bekasi, hal ini karena beliau menjadi
Penelitian ini menggunakan metode saksi langsung kejadian banjir besar di
pengambilan sampel purposive sampling. Sekolah Islam Al-Fajar Bekasi. Selain
Adapun penjelasan dari metode purposive itu pengalamannya sebagai relawan
sampling adalah metode pengambilan subjek di PMI Kota Bekasi, memberikan
bertujuan. Pengambilan sampel yang dilakukan pengalaman dan pengetahuan dasar
secara sengaja, bukan dengan cara acak ilmu kebencanaan.
(random). Maksudnya, peneliti menentukan
sendiri sampel yang akan diambil, dengan 2.3. Alat Penelitian
berbagai pertimbangan tertentu. Menurut
Creswell (2006), prosedur pengambilan Penelitian ini merupakan penelitian
data melalui purposive sampling merupakan kualitatif maka metode pengumpulan data
prosedur pengambilan data yang paling tepat yang akan digunakan dalam penelitian ini
dalam metode penelitian kualitatif, karena adalah dengan menggunakan observasi dan
hal ini akan dapat menjawab dengan baik wawancara mendalam (indepth interview).
pertanyaan-pertanyaan penelitian. Menurut Berikut penjelasan dari masing-masing
Miles dan Huberman (dalam Cresswell, metode tersebut:
2006) parameter dalam melakukan informan a. Wawancara
harus mempertimbangkan beberapa aspek, Wawancara adalah percakapan dengan
antara lain: lokasi di mana peneliti melakukan maksud tertentu, dimana percakapan
penelitian, siapa yang akan diobservasi tersebut dilakukan oleh dua pihak,
dan diwawancara, dan bagaimana proses yaitu pewawancara (interviewer)
pengembangan secara alamiah. dan yang diwawancara (interviewee)
Dalam penelitian ini, peneliti (Moleong, 2002). Dalam penelitian
menentukan beberapa karakter informan yang ini, peneliti melakukan wawancara
akan dijadikan subjek dalam penelitian ini, formal dan non formal dengan subjek
antara lain: penelitian. Wawancara non formal
1. Civitas akademika Sekolah Islam Al- dilakukan untuk memperkaya data yang
Fajar Bekasi. didapatkan peneliti dan wawancara
2. Mempunyai pengetahuan tentang formal dilakukan dengan menggunakan
sejarah banjir di Sekolah Islam Al-Fajar panduan wawancara yang sudah dibuat
Bekasi. sebelumnya oleh peneliti.

42 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 40-51
b. Observasi.
Metode observasi dilakukan baik
selama wawancara berlangsung
ataupun ketika tidak sedang
wawancara. Metode ini digunakan
untuk membantu peneliti mengingat dan
mengecek kembali peristiwa atau hasil
wawancara (Moleong, 2001). Selain itu
observasi juga dilakukan oleh peneliti
selama berada di lokasi penelitian,
untuk merekam berbagai fenomena Gambar 1. Banjir di Sekolah Al-Fajar Tahun 2014.
menarik yang muncul selama penelitian
dilakukan. Lokasi dengan kondisi banjir terparah
adalah jembatan penghubung antara sekolah
2.4. Metode Analisis Data Al-Fajar dengan jalan umum. Jembatan ini
merupakan satu-satunya akses keluar dan
Sedangkan untuk analisis data peneliti masuk menuju Sekolah Islam Al-Fajar. Kondisi
menggunakan metode pengkodean (coding) banjir yang cukup parah di lokasi ini tentu sangat
untuk melakukan analisis terhadap hasil berisiko bagi siswa yang akan mengakses jalan
pengumpulan data di lapangan, berupa ini, apalagi siswa TK dan SD. Tinggi muka
observasi dan wawancara. air menyebabkan batasan antara jembatan
dan sungai menjadi tidak nampak, sehingga
3. HASIL DAN PEMBAHASAN semakin memperbesar risiko tenggelam ketika
melewati jembatan tersebut saat terjadi banjir.
3.1. Laporan Penelitian Berikut adalah gambar jembatan saat terkena
banjir.
3.1.1.
Gambaran Wilayah dan Ancaman
Bencana Sekolah Islam Al-Fajar

Sekolah Islam Al-Fajar terletak di Jl.


Swatantra V No. 1 Villa Nusa Indah Raya,
Jatiasih, Kota Bekasi. Sekolah ini terdiri dari
sekolah TK, SD, SMP, dan SMA, dengan
jumlah siswa SD yang jumlahnya paling
banyak dibandingkan dengan yang lainnya.
Posisi sekolah ini dikelilingi oleh dua sungai
besar, yaitu Sungai Cileungsi dan Sungai
Cikeas. Sekolah Islam Al-Fajar merupakan Gambar 2. Banjir yang Menutupi Jembatan Penghubung
sekolah dengan ancaman bencana banjir yang Sekolah Al-Fajar Dengan Jalan Umum.
cukup besar. Jenis banjir yang berpotensi
datang adalah banjir kiriman. Apabila terjadi
hujan deras di hulu Sungai Cikeas dan Sungai 3.1.2. Sejarah Kerugian Akibat Bencana
Cileungsi, maka sudah tidak bisa dihindari lagi,
banjir pasti akan mendatangi Sekolah Al-Fajar. Kejadian bencana banjir yang di Sekolah
Berdasarkan sejarah kejadian bencana Islam Al-Fajar, tentu saja membawa dampak
di Sekolah Islam Al-Fajar, banjir besar pernah negatif baik bagi siswa, guru, dan seluruh warga
terjadi di Sekolah Islam Al-Fajar pada tahun sekolah. Dampak negatif tersebut meliputi dari
2002, 2004, dan 2014. Ketinggian air mencapai aspek fisik, materi, dan penurunan kualitas
1-1.5 meter. kegiatan belajar mengajar.

Peran Institusi Pendidikan... (Rizkia Nurinayanti) 43


Adapun beberapa kategori dampak peneliti, secara umum jumlah siswa yang
negatif akibat banjir di Sekolah Islam Al-Fajar masuk setelah kejadian bencana adalah
adalah sebagai berikut: sebanyak 80% dari total jumlah siswa. Ada
beberapa faktor yang menyebabkan cukup
a. Gangguan Kualitas Pendidikan banyaknya siswa yang tidak masuk pada saat
Terjadinya banjir di lingkungan sekolah, itu, antara lain:
sudah pasti akan berpengaruh dengan kualitas • Rumah siswa mengalami kejadian banjir
pendidikan siswa. Hal ini disebabkan karena yang lebih arah dari sekolah mereka,
banjir yang terjadi di lingkungan sekolah, sedikit sehingga saat banjir di sekolah sudah
banyak pasti akan memberikan gangguan pada surut dan aktivitas belajar mengajar di
infrasruktur dan alat pendukung kegiatan belajar sekolah mulai aktif, siswa belum bisa
mengajar baik di kelas maupun di luar kelas. mengikuti kegiatan belajar mengajar
Kondisi ini juga terjadi di Sekolah Islam karena rumah mereka masih terendam
Al-Fajar Bekasi. Kejadian banjir yang terjadi banjir.
di sekolah telah mengganggu proses kegiatan • Rumah siswa, terutama yang berada di
belajar mengajar. Adapun data gangguan dekat lingkungan sekolah mengalami
kegiatan belajar mengajar akibat banjir adalah banjir yang sama dengan di sekolah
sebagai berikut: mereka. Pada saat banjir di sekolah
mereka surut, secara umum banjir
di rumah mereka juga surut. Namun
Penurunan kejadian banjir yang tidak diantisipasi
Kualitas KBM
telah merusak beberapa kelengkapan
sekolah mereka, antara lain seragam,
sepatu, buku, dan tas. Siswa cenderung
Jumlah Jam Jumlah Siswa enggan untuk masuk sekolah dengan
Pelajaran yang yang Masuk
Hilang Akibat Sekolah Setelah kondisi kelengkapan sekolah yang
Banjir Bencana
mereka punya tidak berada dalam
kondisi yang baik.

6 Jam 7 Sesi/ 7 Jam


Pelajaran Tidak 80%
b. Kerugian Materi
Tidak Efektif
Efektif Secara materi, kerugian yang
diakibatkan oleh kejadian banjir di Sekolah
Gambar 3.
Bagan Penurunan Kualitas KBM Islam Al-Fajar ini cukup besar. Hal ini
Pascabanjir. dipengaruhi oleh ketinggian air pada saat
banjir, dan kedatangan banjir yang cepat serta
Berdasarkan bagan di atas, bisa tidak terprediksi. Sebagian besar kejadian
diambil kesimpulan bahwa kejadian banjir banjir yang terjadi di Sekolah Islam Al-Fajar
di lingkungan Sekolah Islam Al-Fajar sedikit adalah banjir kiriman, di mana pada saat terjadi
banyak memengaruhi kualitas aktivitas belajar banjir cuaca di lingkungan sekolah cerah dan
mengajar di sekolah. Berdasarkan data yang tidak ada tanda-tanda banjir. Informasi terkait
didapatkan, kejadian banjir yang terjadi pada ancaman kedatangan banjir yang disampaikan
pagi hari, bisa menghapus waktu belajar efektif kepada pihak guru, tidak dapat direspons
selama 6 jam, atau jika dikonversi ke dalam dengan cepat dan seragam oleh semua
sesi pelajaran, terdapat 7 sesi pelajaran yang guru, karena belum ada SOP kedaruratan di
hilang. Sedangkan dari sisi kehadiran siswa, lingkungan sekolah. Hal ini menyebabkan
secara umum setelah terjadi banjir, tidak ketidaksiapan pihak sekolah dalam merespons
semua siswa masuk ke sekolah dan langsung bencana banjir, dan menyebabkan banyak
mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan kerusakan sarana-prasarana sekolah akibat
aktif. Berdasarkan data yang didapatkan oleh kejadian tersebut.

44 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 40-51
Adapun data jumlah kerugian materi sekitas Rp. 80.000, jika dikalikan 150 maka
akibat bencana banjir di Sekolah Islam Al-Fajar jumlah kerugian akibat kerusakan kendaraan
adalah sebagai berikut: bermotor ini bisa mencapai 12 juta. Urutan
terakhir yang menyumbangkan kerugian dari
sisi materi adalah kerusakan sarana dan
prasarana sekolah. Berbeda dengaan sarana
dan prasarana kelas, sarana dan prasarana
sekolah adalah segala sarana yang ada di luar
kelas yang mengalami kerusakan, meliputi
tong sampah sekolah, kebun pembelajaran,
dan apotek hidup. Jika dijumlahkan, rata-rata
kerugian yang dialami pihak sekolah setiap
mengalami kejadian banjir besar bisa mencapai
Rp. 100.000.000,00. Berikut adalah rincian
kerugian dari sisi materi yang dialami Sekolah
Islam Al-Fajar pascaterjadinya banjir besar.

Tabel 1. Bagan Rincian Kerugian Materi


Akibat Banjir.
Jenis Harga Total
No Jumlah
Elektronik satuan Kerugian
Mesin 200
1 200 juta
Fotokopi juta
2 PC 8 juta 8 juta
Gambar 4. Kerugian Materi Akibat Banjir. Sarpras
Kelas
Berdasarkan data di atas, secara umum 3 Meja Kursi 5.7 juta 10 kelas 57 juta
jumlah kerugian paling tinggi disumbangkan 300
oleh barang-barang elektronik. Barang 4 Lemari 10 kelas 3 juta
ribu
elektronik antara lain mesin fotokopi, perangkat 400
pc/computer, pesawat telepon, dan lain-lain 5 Loker 10 kelas 4 juta
ribu
yang notabene mempunyai nilai ekonomi cukup
Sarpras
tinggi. Sedangkan urutan selanjutnya disusul Sekolah
oleh sarana kelas. Yang dimaksud dengan
200
sarana kelas adalah segala peralatan penunjang 6 Tong sampah
ribu
12 biji 2.4 juta
kegiatan belajar mengajar yang ada di dalam
Kebun
kelas, meliputi meja dan kursi siswa, almari, loker, 7
pembelajaran
3 juta 3 juta
dan lain-lain. Urutan ketiga yang menyumbang
8 Apotek hidup 2 juta 2 juta
kerugian materi terbesar pascakejadian banjir
di Sekolah Islam Al-Fajar adalah kerusakan Kerusakan
9 80 ribu 150 12 juta
kendaraan
kendaraan bermotor. Ketinggian muka air
akibat banjir yang cukup tinggi, menyebabkan
banyak motor guru dan karyawan sekolah yang c. Kerusakan Aset Strategis
terendam air. Kondisi tersebut menyebabkan Kejadian banjir besar di Sekolah Islam Al-
banyak kendaraan motor tersebut mengalami Fajar tidak hanya menimbulkan kerugian materi
kerusakan. Secara kuantitatif, ada 150 unit namun juga rusaknya aset strategis sekolah
motor yang mengalami kerusakan akibat berupa arsip dan buku-buku pelajaran siswa.
banjir. Jika dihitung kerugiannya, setiap Mayoritas aset strategis sekolah disimpan di
satu unit motor membutuhkan biaya servis sekolah dalam material kertas, sehingga ketika

Peran Institusi Pendidikan... (Rizkia Nurinayanti) 45


terjadi banjir, hampir seluruh aset tersebut terhadap keselamatan mereka. Berikut adalah
mengalami kerusakan. Dari seluruh aset yang data jumlah siswa yang harus dievakuasi akibat
mengalami kerusakan, hanya 25 persen yang kejadian banjir.
bisa diperbaiki, sedangkan sisanya tidak bisa
dipertahankan. Berikut adalah rincian data
kerusakan aset strategis sekolah sebelum dan
sesudah terjadi bencana banjir.

Gambar 6. Data Perbandingan Siswa yang Dievakuasi


Saat Banjir.

Selain banyaknya siswa yang harus


dievakuasi saat kejadian banjir, bentuk kerugian
non materi lain akibat banjr di Sekolah Al-Fajar
adalah lamanya waktu tunggu proses evakuasi
siswa dari tempat evakuasi sementara menuju
tempat evakuasi akhir. Tempat evakuasi
Gambar 5. Data Kerusakan Arsip Sebelum dan sementara yang digunakan oleh sekolah pihak
Setelah Banjir.
Sekolah Al-Fajar adalah lantai dua masjid utama
sekolah. Di sini sebanyak 200 siswa dievakuasi.
d. Kerugian Non-Materi Namun keberadaan masjid ini masih di dalam
Definisi operasional dari kerugian materi lingkungan sekolah yang terendam banjir,
dalam penelitian ini adalah segala bentuk sehingga menyebabkan posisi siswa yang
ketidaknormalan kondisi yang harus dialami dievakuasi di sini terkunci dari akses luar dan
warga sekolah akibat kejadian banjir yang kesulitan mendapatkan pertolongan (baik
dialami oleh Sekolah Islam Al-Fajar. Bentuk berupa makanan, minuman, dan kebutuhan lain
kerugian non-materi yang pertama adalah selama evakuasi). Berikut adalah gambar posisi
banyaknya siswa yang harus mengungsi akibat siswa saat di tempat evakuasi sementara.
kejadian banjir. Dari 900 orang siswa Sekolah
Islam Al-Fajar, ada 200 siswa yang harus
dievakuasi di masjid sekolah dalam jangka
waktu yang cukup lama. Hal ini terjadi karena
ketidaktahuan orangtua murid akan kejadian
banjir di sekolah, sehingga orang tua murid
terlambat melakukan penjemputan siswa. Di
sisi lain kecepatan kenaikan muka air di sekitar
sekolah sangat cepat, sehingga ketika orang tua
murid datang, tidak mampu menembus masuk
ke dalam sekolah, begitupun siswa-siswi juga
tidak bisa berjalan ke luar lingkungan sekolah, Gambar 7. Siswa Terjebak di TES Menunggu
karena tingginya muka air sangat berisiko Pertolongan dari PMI.

46 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 40-51
Proses yang dibutuhkan siswa siswi membersihkan sisa-sisa banjir dengan waktu
berada di tempat evakuasi sementara ini tambahan kerja yang cukup lama, yaitu antara
cukup lama. Hal ini disebabkan, untuk bisa 5-6 jam untuk membersihkan ruangan dan 12
keluar dari lokasi ini harus menunggu air jam untuk membersihkan seluruh lingkungan
sampai surut. Bantuan perahu karet yang sekolah. Kedatangan banjir yang tidak bisa
datang dari PMI dirasa kurang signifikan, diprediksi membuat waktu kerja OB juga tidak
karena jumlahnya hanya satu sedangkan satu bisa diprediksi. Apabila banjir datang di malam
perahu hanya mampu mengangkut 4-5 siswa hari, otomatis OB harus segera membersihkan
dengan persiapan dan waktu tempuh sekitar seluruh lingkungan sekolah, sesaat setelah
10-15 menit. Dengan begitu bisa dihitung, banjir surut walaupun itu harus dilakukan
untuk bisa mengangkut 200 siswa dibutuhkan sepanjang malam. Hal ini dilakukan untuk
waktu efektif sekitar 7 jam (di luar risiko adanya menekan potensi kerugian yang lebih banyak
hambatan selama proses pengangkutan). lagi, yaitu berupa terganggunya kegiatan
Sedangkan proses penurunan muka air hingga belajar mengajar siswa akibat sekolah belum
surut dan aman untuk dilewati sekitar 3-4 jam. siap untuk menjadi tempat belajar siswa akibat
Dengan kondisi seperti ini, tentu bantuan satu kejadian banjir di hari sebelumnya.
buah perahu dari PMI dirasa kurang signifikan.
Berikut adalah perbandingan waktu tunggu 3.1.3.
Upaya Penanggulangan Bencana
dari saat terjadi banjir, proses evakuasi, hingga Sekolah Islam Al-Fajar
pemindahan siswa menuju tempat evakuasi
akhir. Posisi Sekolah Islam Al-Fajar yang
berada di sekeliling dua sungai besar, menjadi
faktor utama tingginya ancaman bencana banjir
di sekolah ini. Berdasarkan sejarah kejadian
bencana, memang derasnya air dari hulu sungai
yang selama ini menyebabkan terjadinya banjir
di lingkungan Sekolah Islam Al-Fajar.
Kondisi ini sudah disadari oleh pihak
sekolah dan pengalaman-pengalaman kejadian
banjir di tahun-tahun sebelumnya menjadi
pelajaran berharga bagi pihak sekolah untuk
melakukan aksi konkret guna menurunkan
risiko bencana banjir di lingkungan sekolah
mereka. Upaya penanggulangan bencana
tersebut meliputi: kebijakan penanggulangan
bencana dari pihak sekolah, adanya upaya
peringatan dini ancaman bencana banjir, serta
penentuan Tempat Evakuasi Sementara dan
Tempat Evakuasi Akhir. Berikut penjelasan dari
masing-masing bentuk upaya penanggulangan
bencana tersebut:

a. Kebijakan Penanggulangan Bencana.


Gambar 8.
Perbandingan Waktu Evakuasi dan Upaya kebijakan penanggulangan
Penurunan Muka Air Saat Banjir. bencana di lingkungan Sekolah Islam Al-Fajar
didasarkan pada pengalaman kejadian banjir
Bentuk kerugian lain akibat kejadian yang pernah dialami sebelumnya. Dengan
banjir ini adalah banyaknya jumlah OB pengalaman kejadian banjir sebelumnya,
(office boy) yang harus dikerahkan untuk dan besarnya kerugian yang diakibatkan

Peran Institusi Pendidikan... (Rizkia Nurinayanti) 47


oleh banjir, membuat pihak sekolah berusaha badan sungai. Apabila sudah mulai terlihat
membuat inovasi dengan menentukan peningkatan kenaikan muka air pada titik
beberapa kebijakan baru, salah satunya adalah tertentu, maka satpam akan memberikan
optimalisasi infrastruktur sekolah. pemberitahuan kepada para guru untuk segera
Sekolah Dasar Islam Al-Fajar mempunyai mengevakuasi atau memulangkan siswa-siswi
gedung dengan tiga lantai, dimana di lantai jika memang diperlukan.
1 terdiri dari 10 ruangan, dan salah satunya Selain menggunakan pengamatan
adalah ruang guru serta kepala sekolah. Setiap peningkatan kenaikan muka air di sungai,
terjadi banjir di sekolah ini, 10 ruangan di lantai bentuk peringatan dini yang lain adalah dengan
dasar yang menjadi korban keganasan air. bergabung dalam grup media sosial Komunitas
Banyak arsip penting, peralatan elektronik, dan Peduli Cikeas Cileungsi. Dalam grup di media
sarana kelas yang rusak akibat banjir. Posisi sosial ini, selalu diperbahurui informasi tentang
ruang guru dan ruang kepala sekolah di lantai kondisi kenaikan muka air di wilayah hulu
dasar juga meningkatkan risiko kerugian akibat sungai. Apabila sudah terjadi peningkatan muka
banjir, terutama kerugian materi dan kerusakan air atau bahkan banjir di wilayah hulu sungai,
aset berupa arsip-arsip penting. maka satpam akan memberikan informasi
Dengan pengalaman kejadian banjir kepada pihak sekolah untuk segera mengambil
sebelumnya yang sudah banyak menimbulkan tindakan, bisa dalam bentuk memulangkan
kerugian materi, maka pihak sekolah membuat siswa atau memindahkan siswa ke tempat
beberapa kebijakan, antara lain: Menempatkan evakuasi.
peralatan elektronik pada posisi yang lebih Upaya peringatan dini yang sudah dibuat
tinggi daripada potensi kenaikan muka air oleh pihak sekolah, pada dasarnya sudah
(berdasarkan sejarah kejadian bencana), serta cukup baik. Sayangnya, upaya peringatan dini
menempatkan arsip-arsip penting di lantai 2 ini belum tersistem dan belum dipahami oleh
sekolah. Ruang guru dan kepala sekolah tidak semua warga sekolah. Belum ada Standar
dipindah ke lantai 2, namun dengan adanya Operasioanl Prosedur yang dipahami dan
kebijakan tersebut, peluang kerugian akibat disepakati oleh seluruh warga sekolah. Semua
banjir bisa semakin ditekan. hanya berjalan secara alamiah. Akibatnya,
ketika ada informasi peringatan dini bencana,
b. Upaya Pembuatan Sistem Peringatan informasi tersebut tidak dipahami dengan baik
Dini oleh semua guru, sehingga ada beberapa
Peringatan dini adalah serangkaian guru yang tidak segera mengambil tindakan
kegiatan pemberian peringatan sesegera untuk memulangkan siswa dan memberikan
mungkin kepada masyarakat tentang informasi kepada orang tua siswa. Kondisi ini
kemungkinan terjadinya (ancaman) bencana menyebabkan banyak siswa terjebak dalam
pada suatu tempat oleh lembaga yang banjir dan harus menunggu di tempat evakuasi
berwenang (UU 24/2007 Pasal 1 Ayat 8). sementara dalam waktu cukup lama tanpa
Dalam hal ini, upaya peringatan dini sudah persiapan logistik yang cukup memadai.
dilakukan oleh pihak Sekolah Islam Al-Fajar
dengan melibatkan beberapa pihak yang c. Penentuan Tempat Evakuasi
berwenang untuk melakukan pemantauan Sementara dan Tempat Evakuasi
peningkatan muka air Sungai Cikeas dan Akhir.
Cileungsi (Komunitas Peduli Cikeas Cileungsi). Pengertian evakuasi menurut Kamus
Bentuk peringatan dini yang dilakukan Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bermakna
oleh pihak sekolah adalah dengan memberikan pengungsian atau pemindahan penduduk dari
pemberian tanda berupa pemberian warna daerah-daerah berbahaya ke daerah aman.
di badan sungai untuk ketinggian tertentu. Sedangkan pengertian umum dari tempat
Satuan pengamanan (satpam) sekolah yang evakuasi adalah ruang perlindungan berupa
diberikan tugas untuk melakukan pemantauan bangunan dan/atau lahan terbuka dengan

48 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 40-51
perlengkapan untuk menampung warga Dalam upaya penyelamatan ini, ada
masyarakat terdampak becana (penyintas) beberapa tempat yang disepakati oleh guru
selama kondisi darurat (Panduan Teknis untuk dijadikan tempat evakuasi sementara
Fasilitator Destana, 2017). Tempat evakuasi dan tempat evakuasi akhir. Tempat evakuasi
sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu Tempat sementara adalah lantai 2 masjid sekolah. Di
Evakuasi Sementara (TES) dan Tempat tempat ini, siswa akan aman dari ancaman
Evakuasi Akhir (TEA). Makna dari Tempat banjir, karena posisi lantai 2 masjid yang cukup
Evakuasi Sementara (TES) adalah perlindungan tinggi. Namun, tempat ini dianggap kurang
penyintas yang bersifat sementara karena ada memadai karena masih sulit diakses oleh pihak
potensi peningkatan intensitas ancaman dan/ luar saat terjadi banjir. Termasuk pemenuhan
atau sumber daya yang tersedia terbatas. kebutuhan makan minum bagi siswa yang
Sedangkan makna dari Tempat Evakuasi Akhir berada di lokasi ini juga sulit untuk dipenuhi,
(TEA) adalah tempat perlindungan penyintas kecuali ada bantuan dari luar yang disampaikan
yang bersifat permanen dengan sumber daya dengan menggunakan perahu. Sedangkan
lebih memadai dan aman dari segala bentuk tempat evakuasi akhir adalah daerah yang
ancaman. masuk dalam wilayah kabupaten Bogor,
Berdasarkan sejarah kejadian bencana tepatnya di Kecamatan Gunung Putri. Wilayah
banjir di Sekolah Islam Al-Fajar, pada saat ini merupakan wilayah perkampungan dengan
kejadian banjir besar ketinggian muka air bisa posisi yang cukup tinggi, sehingga bebas dari
mencapai 1.5 meter, dengan posisi banjir banjir. Di sekolah ini siswa akan berkumpul
terdalam berada pada jalan keluar/ jembatan dengan ditemani oleh guru, untuk selanjutnya
penghubung antara lingkungan sekolah dijemput satu persatu oleh orangtua. Ketika
dengan jalan raya. Tingginya muka air pada sudah berada di lokasi ini, maka posisi siswa
saat banjir besar, tentu saja sangat berbahaya dan siswi sudah berada dalam kondisi aman dari
bagi siswa, terutama siswa SD yang secara ancaman bencana banjir.
umum tinggi mereka tidak sampai 1,5 meter.
Jika tidak berhati-hati, peluang adanya korban 4. KESIMPULAN DAN SARAN
akibat banjir sangatlah besar.
Memahami tingginya risiko akibat kejadian Berdasarkan hasil penelitian tersebut
banjir besar ini, pihak sekolah mengambil dapat disimpulkan bahwa:
kebijakan untuk segera memulangkan siswa 1. Sekolah Islam Al-Fajar adalah sekolah
ketika ada potensi banjir. Namun belum dengan ancaman bencana banjir yang
adanya sistem peringatan dini dan sistem cukup tinggi. Faktor penyebab utamanya
informasi yang baku dan rapih, menyebabkan adalah posisi Sekolah Islam Al-Fajar yang
banyaknya siswa yang terjebak pada saat dikelilingi oleh dua sungai besar, yaitu
banjir datang. Faktor yang memengaruhi Sungai Cikeas dan Sungai Cileungsi.
antara lain: perbedaan pemahaman dalam 2. Kerugian akibat kejadian bencana banjir
menerima informasi dari masing-masing guru di Sekolah Islam Al-Fajar cukup tinggi,
menyebabkan perbedaan penentuan kebijakan terutama kerugian materi. Kerugian
untuk segera memulangkan siswa saat akan materi yang harus dialami oleh pihak
terjadi banjir. Faktor kedua adalah pemberian Sekolah Islam Al-Fajar setiap terjadi banjir
informasi dan penerimaan informasi yang besar rata-rata hampir mencapai Rp.
terlambat dari pihak sekolah kepada orang 100.000.000,00. Penyumbang kerugian
tua siswa, sehingga ada beberapa siswa yang tertinggi adalah kerusakan barang
terlambat dijemput. Ketika orang tua mereka elektronik, dilanjutkan dengan kerusakan
menjemput, jembatan penghubung sudah tidak sarana prasarana kelas, dan terakhir
bisa dilewati, sehingga mau tidak mau siswa kerusakan sarana prasarana sekolah
yang terjebak harus diselamatkan di tempat serta kendaraan bermotor yang dialami
yang dianggap aman. oleh warga Sekolah Islam Al-Fajar.

Peran Institusi Pendidikan... (Rizkia Nurinayanti) 49


3. Sudah ada upaya penanggulangan dilakukan dalam berbagai bentuk, antara
bencana banjir yang dilakukan oleh lain:
pihak Sekolah Islam Al-Fajar, hanya saja 1. Pembentukan tim siaga bencana di
bentuk kebijakan masih bersifat alamiah, lingkungan sekolah.
berdasarkan pengalaman, dan belum Tim siaga bencana sangat diperlukan
terstruktur rapi dalam bentuk standar sebagai tim inti dalam upaya
operasional prosedur yang dipahami dan pengurangan risiko bencana di sekolah.
mengikat seluruh warga Sekolah Islam Al- Tim ini bertugas untuk menjadi komander
Fajar. atau pemimpin kegiatan penanggulangan
Berdasarkan berbagai kesimpulan bencana, saat terjadi kondisi darurat.
tersebut, beberapa usulan kebijakan yang bisa Selain itu, tim ini juga bertugas untuk
dilakukan untuk menurunkan risiko bencana menyampaikan informasi serta membuat
banjir di Sekolah Islam Al-Fajar, antara lain: dan melaksanakan rencana aksi
penurunan risiko bencana di sekolah,
a. Peningkatan pengetahuan dan tidak hanya pada saat ancaman sudah
kapasitas penanggulangan bencana dekat, namun juga pada saat kondisi
bagi seluruh warga sekolah yang bisa normal.
dilakukan dengan beberapa cara, 2. Pembuatan Standard Operasional
antara lain: Prosedur (SOP) penanggulangan
1. Pelatihan bencana.
Pelatihan dalam bentuk pelaksanaan Standar operasional penanggulangan
sekolah siaga bencana dengan bencana, tidak hanya sekedar standar
mendatangkan narasumber serta operasional kedaruratan, yang berisi
fasilitator yang kompeten dirasa penting tentang pembagian tugas, peran, serta
untuk memberikan pengetahuan, langkah-langkah strategis yang bisa
wawasan, dan strategi pengurangan risiko diambil saat kondisi darurat. Standar
bencana kepada seluruh warga sekolah. Operasional Prosedur (SOP) juga
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan meliputi pembuatan sistem peringatan
kapasitas dan kesiapsiagaan warga dini yang terintegrasi dengan pihak yang
sekolah dalam menghadapi ancaman berkaitan yaitu sekolah, lingkungan
bencana banjir. sekitar (warga masyarakat), serta pihak
2. Simulasi rutin yang berkaitan (komunitas peduli Cikeas
Simulasi penanganan bencana banjir di Cileungsi). Hendaknya semua SOP yang
sekolah juga perlu dilakukan, sebagai dibuat ini disahkan oleh kepala sekolah
bentuk dari aktivasi rencana kontijensi agar memiliki kekuatan hukum, serta
di lingkungan sekolah. Melalui simulasi dipahami dan mampu diaplikasikan oleh
rutin, warga sekolah akan terlatih seluruh warga sekolah.
dan terbiasa dalam mengantisipasi
ancaman bencana banjir. Selain itu c. Optimalisasi infrastruktur yang
simulasi rutin juga diperlukan untuk dimiliki oleh sekolah untuk
memperbaiki rencana kontijensi yang menurunkan risiko bencana.
dibuat sebelumnya, melalui masukan- Salah satu kapasitas yang dimiliki oleh
masukan yang didapatkan pada saat Sekolah Islam Al-Fajar adalah bangunan
proses simulasi. sekolah yang kokoh dan terdiri dari tiga
lantai. Kapasitas dari segi infrastruktur
b. Pembuatan kebijakan penanggulangan ini hendaknya bisa dimanfaatkan dengan
bencana yang dipahami dan mengikat baik oleh pihak sekolah. Dengan cara
seluruh warga sekolah. menjadikan ruang yang lebih atas sebagai
Kebijakan penanggulangan bencana bisa tempat untuk menyimpan berkas-berkas

50 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 40-51
yang dianggap penting serta menyimpan DAFTAR PUSTAKA
saran pendukung sekolah yang
mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi Creswell. J. W. (2006). Qualitative Inquiry &
(alat elektronik, perpustakaan, dan lain- Research Design: Choosing Among Five
lain). Approach. California: Sage Publications.
Creswell. J. W. (2008). Research Design
UCAPAN TERIMAKASIH Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed, Edisi Ketiga. Bandung: Pustaka
Terimakasih yang sebesar-besarnya Pelajar,.
penulis ucapkan kepada semua pihak yang Data Indeks Bencana Indonesia. 2018.
membantu penulis untuk menyelesaikan Ellys L. P. (2013). Qualitative Research
penelitian dalam jurnal ini. Pihak-pihak yang Methodology in Communication. Jakarta:
telah berjasa tersebut antara lain: Lentera Ilmu Cendekia.
1. Bapak Suranto, selaku Kepala Sekolah Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Research.
Dasar Islam Al-Fajar Kota Bekasi. Andi: Yogyakarta.
2. Bapak Panca, selaku pengajar Sekolah Modul Pendidikan Tangguh Bencana (2017).
Menengah Atas Islam Al-Fajar Kota Mewujudkan Pendidikan Tangguh
Bekasi. Bencana di Indonesia. Sekretarian
3. Bapak Ahadiyat, selaku Direktur Sekolah Nasional SPAB.
Tinggi Teknologi Terpadu Nurul Fikri yang Moleong, J. Lexi. (2005). Metodologi Penelitian
telah memberikan arahan dan masukan Kualitatif. Bandung: Penerbit Remaja
dalam proses pengambilan data. Rosda Karya.
4. Aqil Wilda Arief, suami dan teman diskusi Panduan Teknis Fasilitator Destana. 2017.
yang banyak memberikan masukan Undang-Undang Republik Indonesia No. 24
kepada penulis untuk perbaikan tulisan Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
ini. Bencana.
5. (Alm.) Hauzan, Haazim, Hazkia, dan John, S. Shaughnessy., Eugene, B.
seluruh keluarga tercinta yang telah Zechmeister., Jeanne S. Zechmeister.
memberi dukungan moral dan materi (2007). Metodologi Penelitian Psikologi.
selama penulis menyelesaikan tulisan Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
ini. Moleong, J. Lexi. (2005). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: Penerbit Remaja
Rosda Karya.

Peran Institusi Pendidikan... (Rizkia Nurinayanti) 51


PEMETAAN RISIKO MULTI BENCANA KOTA BALIKPAPAN

Putri Sari Ariyati1, Teuku Faisal Fathani2, Wahyu Wilopo3


1
Magister Teknik Pengelolaan Bencana Alam, Fakultas Teknik,Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta, Indonesia
2
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
3
Department Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

E-mail: putrieluph22@gmail.com

Abstract

Balikpapan is one of the cities in East Kalimantan Province that is prone to natural
disasters that cause damage and loss to the community. It takes disaster mitigation efforts to
reduce the impact that occurs by creating a multi-disaster risk map with ArcMap 10.3 software.
Parameters for flood susceptibility maps are Topographic Wetness Index (TWI), permeability
index, roughness index and Normalized Difference Vegetation Index (NDVI). The landslide
susceptibility map is determined by slope, geology formation, elevation, distance from the river,
land use, and rainfall intensity. The susceptibility map of forest and land fires is determined by
rainfall intensity, forest type and coal seam availability. Disaster vulnerability is determined by
economic, social, environmental and physical vulnerabilities. Capacity is determined by the
availability of disaster-prone villages and early warning tools. Risk analysis is performed by
an analysis of overlapping between susceptibility, vulnerability, and capacity maps. Based on
the analysis of multi disaster risk analysis is divided into 3 (three) classes which are: low risk
(43.97%), medium risk (39.71%) and high risk (16.32%). Multi-disaster risk zonation information
in Balikpapan is expected to be an input for Balikpapan City Government in disaster mitigation
efforts.

Keywords : ArcMap 10.3, capacity, multi disaster, risk, susceptibility, vulnerability.

1. PENDAHULUAN merupakan bencana yang paling sering


terjadi yaitu 28 kali (20%), kemudian banjir
1.1. Latar Belakang 88 kali (63%) dan tanah longsor 24 kali(17%).
Salah satu cara pengurangan risiko bencana
Menurut Indeks Risiko Bencana adalah dengan upaya mitigasi yaitu dengan
Indonesia 2013, Kalimantan Timur melakukan pemetaan tingkat kerentanan,
merupakan provinsi dengan risiko tinggi kerawanan dan risiko multi-bencana berupa
terhadap ancaman bencana antara lain banjir, tanah longsor dan kebakaran hutan
banjir, kebakaran pemukiman, kekeringan, dan lahan. Pemetaan tersebut digunakan
cuaca ekstrem dan longsor. Sedangkan Kota untuk mengetahui sebaran lokasi bencana
Balikpapan sendiri termasuk dalam kategori dan luas wilayah risiko bencana. Informasi
risiko tinggi di antara kota dan kabupaten ini dapat menjadi masukan bagi Pemerintah
lain di Provinsi Kalimantan Timur. Menurut Kota Balikpapan dalam mengambil
data BPBD Kota Balikpapan jumlah kejadian keputusan tentang penyusunan rencana
bencana tahun 2016, dari total 140 kejadian tata ruang wilayah di Kota Balikpapan dalam
bencana, kebakaran hutan dan lahan pembangunan infrastruktur.

52 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 52-65
1.2 . Gambaran Umum Wilayah Penelitian Tabel 1. Skor Dan Bobot Kerawanan Banjir.
Parameter Skor Bobot
Lokasi penelitian adalah Kota
Topographic 2,89 – 5,95 1 0,584
Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur dan Wetness Index 5,95 – 7,43 1,5
secara geografis terletak pada koordinat (TWI)
antara 1,0° LS - 1,5° LS dan 116,5° BT - 7,43 – 9,17 2
117,0° BT dengan luas wilayah darat sekitar 9,17 – 11,79 2,5
50.330 Ha. Kota Balikpapan terdiri dari 6 11,79 – 25,14 3
(enam) Kecamatan dan 34 (tiga puluh empat) Tingkat Permeabilitas 0,248
Kelurahan. Secara umum Kota Balikpapan Permeabilitas Cepat (Alluvium,
memiliki kontur wilayah yang umumnya Formasi
1
berbukit (85%) dengan ketinggian antara 0 Balikpapan,
sampai dengan 140 meter di atas permukaan Formasi Pulau
Balang)
laut (mdpl).
Permeabilitas
Sedang (Formasi 2
1.3. Analisis Risiko
Kp Baru)

Pendekatan untuk melakukan penilaian Tingkat Sangat Tinggi 1 0,103
Kekasaran Sedang 2
risiko, mengacu pada Perka BNPB No. 02 Lahan
Tahun 2012 (Persamaan 1) yang menyebutkan Rendah 3
bahwa penilaian risiko bencana merupakan Normalized 0,36 s/d 1,00 0,065
1
hubungan antara tingkat kerawanan (hazard), Difference (kehijauan tinggi)
tingkat kerentanan (vulnerability) suatu wilayah Vegetation 0,25 s/d 0,35
dan kapasitas yang dapat memberikan Index (NDVI) 1,5
(kehijauan sedang)
ancaman kerugian bagi manusia, harta benda, 0,15 s/d 0,25
kelangsungan hidup dan lingkungan. 2
(kehijauan rendah)

H×V -0,03 s/d 0,15


(1)
R= (kehijauan sangat 2,5
C rendah)
Dimana : -1,00 s/d -0,03
R = Risiko (lahan tidak 3
H = Hazard/kerawanan bervegetasi)
V = Vulnerability/kerentanan
Salah satu faktor kondisi banjir adalah
Topographic Wetness Index (TWI). TWI yang
2. METODOLOGI PENELITIAN dikembangkan oleh Beven and Kirby (1979)
merupakan data turunan yang didapatkan
2.1. Banjir dari Digital Elevation Model (DEM) yang
dan digunakan untuk menggambarkan efek
Banjir merupakan bencana alam yang topografi pada distribusi kelembaban tanah di
paling umum terjadi dan menyebabkan suatu daerah (Kafira, dkk, 2015). TWI dapat
dampak serius dan kerugian ekonomi yang dituliskan dengan Persamaan (2):
besar.
Perhitungan tingkat kerawanan banjir TWI = ln
(2)
tanβ ( α )
menggunakan parameter kerawanan banjir
mengacu Kafira, dkk (2005) yaitu Topographic Dimana α adalah akumulasi aliran pada
Wetness Index (TWI), tingkat permeabilitas (m2) dan β adalah kemiringan lereng (radian).
dan tingkat kekasaran lahan yang ditampilkan Perhitungan TWI dilakukan dengan
pada Tabel 1. perangkat lunak ArcMap 10.3 dengan

Pemetaan Risiko Multi... (Putri Sari Ariyati, Teuku Faisal Fathani, Wahyu Wilopo) 53
menghitung akumulasi aliran (flow accumulation) Balikpapan dan Formasi Pulau Balang karena
yang didapatkan dari hasil analisis flow direction. merupakan endapan sedimen batu pasir dan
Flow direction merupakan hasil analisis dari peta permeabilitas sedang berada pada Formasi
DEM. Hasil olah data ditunjukkan pada Gambar Kampung Baru dengan komposisi batu
1 dengan rentang nilai TWI dari 2,89 s/d 25,14. lempung pasiran, pasir kuarsa, batulanau,
Kawasan dengan tingkat kebasahan yang sisipan batubara, napal, batugamping dan
tinggi sehingga rentan terhadap bencana banjir lignit.
ditunjukkan dengan nilai TWI yang tinggi. Tingkat kekasaran lahan merupakan
faktor penting untuk mengetahui infiltrasi air ke
dalam tanah dengan baik atau justru melimpas
dan menggenang. Tingkat kekasaran lahan
diolah dari data tutupan lahan disajikan pada
Gambar 3. Tingkat kekasaran tinggi yaitu
kawasan hutan; tingkat kekasaran sedang
yaitu kawasan perkebunan dan pertanian; dan
tingkat kekasaran rendah yaitu kawasan pantai,
tubuh air, pemukiman dan perdagangan.

Gambar 1. Peta Topographic Wetness Index.

Tingkat permeabilitas adalah parameter


lain yang digunakan untuk menyusun peta rawan
banjir. Permeabilitas adalah kemampuan fluida
(air) untuk mengalir melalui medium berpori
(tanah) (Bowles, 1991). Infiltrasi berbanding
lurus dengan permeabilitas. Semakin besar
nilai permeabilitas tanah maka semakin
Gambar 2. Peta Tingkat Permeabilitas.
besar infiltrasi. Menurut Das (1985) koefisien
permeabilitas tergantung pada beberapa faktor Indeks vegetasi atau Normalized
yaitu kekentalan cairan, distribusi ukuran pori, Difference Vegetation Index (NDVI) adalah
distribusi ukuran butir, angka pori, kekasaran indeks yang menggambarkan tingkat kehijauan
permukaan butiran tanah dan derajat kejenuhan suatu tanaman. NDVI sangat berhubungan
tanah. Secara umum semakin kecil partikel dengan aktivitas footosintesis pada tumbuhan
tanah, semakin kecil ukuran pori maka semakin yang berasal dari refleksi citra satelit (Ahmed,
rendah koefisien permeabilitasnya (Craig, 2017). Persamaan spektrum indeks NDVI oleh
1974). Tingkat permeabilitas tidak diukur secara Rouse, et al (1973) ditampilkan di bawah ini:
kuantitatif berdasarkan hasil laboratorium
tetapi menggunakan asumsi dan diolah dari NDVI= (NIR-R)/(NIR+R) (3)
data formasi geologi disajikan pada Gambar 2.
Tingkat permeabilitas Kota Balikpapan dibagi Keterangan:
menjadi 2 (dua) yaitu permeabilitas sedang NIR (Near Infrared) adalah band spektral
dan permeabilitas cepat. Tingkat permeabilitas inframerah dan R (Red) merah band spektral
cepat berada pada Endapan Alluvium, Formasi merah.

54 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 52-65
Penentuan kelas NDVI mengikuti Parameter Skor Bobot
Peraturan Menteri Kehutanan Republik
Geologi Formasi Pulau 0,241
Indonesia Nomor: P.12/Menhut-II/2012 tentang Balang
1
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri
Formasi
Kehutanan Nomor P.32/Menhut-II/2009 Balikpapan
2
tentang Tata Cara Penyusunan Rencana
Formasi Kampung
Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan Daerah Baru
2.5
Aliran Sungai. Semakin rapat vegetasi yang
Alluvium 3
ada maka aliran permukaan dapat dikurangi
karena air yang jatuh terlebih dulu terserap Elevasi 0 – 500 m 1 0,082
oleh penutupan vegetasi. Hasil olah data NDVI 500 – 2000 m 2
ditampilkan pada Gambar 4. > 2000 m 3
Jarak Dari >30 m 1 0,057
Sungai <30 m 3
Penggunaan Hutan 1 0,135
Lahan Pantai 1
Perkebunan 2
Pertanian 2
Tubuh Air (sungai
waduk, tambak 3
perikanan)
Pemukiman 3
Curah Hujan <1000 mm/tahun 1 0,135
1000 - 2500 mm/
2
tahun
>2500 mm/tahun 3
Gambar 3. Peta Kekasaran Lahan.

2.2 . Tanah Longsor

Parameter yang digunakan dalam


penentuan tingkat kerawanan tanah longsor
adalah kelerengan, geologi, elevasi, jarak dari
sungai, penggunaan lahan dan curah hujan
(Tauhid, 2017) yang dtampilkan pada Tabel 2.
Nilai skor menggambarkan tingkat kepekaan
terhadap parameter dan bobot menunjukkan
tingkat pengaruh masing-masing parameter
terhadap kerawanan tanah longsor.
Tabel 2. Skor dan Bobot Kerawanan Tanah Longsor.
Parameter Skor Bobot
Kelerengan < 10° 0 0,351
Gambar 4. Peta NDVI.
10° - 20° 1
20° - 40° 2
> 40° 3

Pemetaan Risiko Multi... (Putri Sari Ariyati, Teuku Faisal Fathani, Wahyu Wilopo) 55
Gambar 5. Peta Kemiringan Lereng. Gambar 8. Peta Jarak dari Sungai.

Gambar 9. Peta Curah Hujan.


Gambar 6. Peta Formasi Geologi.

Gambar 7. Peta Elevasi. Gambar 10. Peta Penggunaan Lahan.

56 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 52-65
Klasifikasi jarak dari sungai mengacu Parameter Skor Bobot
pada Permen PUPR No. 28/PRT/M/2015
Curah Hujan >2500 mm/tahun 1 0,3
tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai
dan Garis Sempadan Danau yaitu garis 1000-2500 mm/
2
tahun
sempadan pada sungai tidak bertanggul di
dalam kawasan perkotaan adalah paling <1000 mm/tahun 3
sedikit berjarak 30 (tiga puluh) meter dari tepi Keterdapatan Tidak Ada 1 0,3
kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur Lapisan
Batubara Ada 3
sungai. Semakin dekat jarak sungai maka
semakin rawan tanah longsor. Peta curah hujan
berdasarkan data dari 7 (tujuh) stasiun hujan Parameter jenis hutan didapatkan dari
dan diolah dengan polygon thiessen. Klasifikasi peta tataguna lahan disajikan pada Gambar
curah hujan berdasarkan Permen PU No. 22 11.
Tahun 2007 yaitu curah hujan sedang 1000
s/d 2500 mm/tahun dan curah hujan tinggi
>2500 mm/tahun yang disajikan pada Gambar
9. Berdasarkan peta penggunaan lahan dari
Bappeda Kota Balikpapan, penggunaan lahan
Kota Balikpapan terdiri dari hutan, pemukiman,
perdagangan, tubuh air, perkebunan, pertanian,
dan pantai. Skor dan bobot masing-masing
kelas penggunaan lahan dapat dilihat di Tabel
2 dengan skor kerawanan paling besar oleh
penggunaan lahan untuk pemukiman dan tubuh
air (sungai dan waduk). Peta penggunaan
lahan dapat dilihat pada Gambar 10.

2.3. Kebakaran Hutan dan Lahan

Kebakaran hutan dan lahan di wilayah Gambar 11. Peta Jenis Hutan.
Kalimantan Timur khususnya Kota Balikpapan
merupakan bencana alam yang kerap terjadi Batu bara dalam tanah membuat
selain banjir dan tanah longsor. Parameter kawasan menjadi rawan terhadap bencana
yang digunakan untuk menentukan tingkat kebakaran hutan dan lahan. Dalam peta
kerawanan kebakaran hutan dan lahan stratigrafi lembar Kota Balikpapan disebutkan
mengacu pada Peraturan Kepala BNPB No. adanya lapisan batu bara pada Formasi
2 Tahun 2012 dengan modifikasi parameter Kampung Baru, Formasi Pulau Balang dan
terkait ketersediaan data lapangan sesuai Formasi Balikpapan disajikan pada Gambar
Tabel 3. 12. Lapisan batubara di wilayah yang
mengalami erosi tanah dapat menimbulkan
Tabel 3. Skor dan Bobot Kerawanan Kebakaran Hutan
api secara spontan. Di musim kemarau,
dan Lahan.
kebakaran batubara dapat menimbulkan
Parameter Skor Bobot kebakaran hutan. (Kuenzer, 2012).
Kelerengan Hutan 1 0,4
Lahan Perkebunan 2
Padang rumput
kering dan belukar, 3
pertanian

Pemetaan Risiko Multi... (Putri Sari Ariyati, Teuku Faisal Fathani, Wahyu Wilopo) 57
Bobot
Parameter Skor
BL* H*
2. Kerentanan Ekonomi 0,25 0,2
Pertanian < 25 ha 1 0,333 0,333
25-75 ha 2
> 75 ha 3
Perkebunan < 25 ha 1 0,333 0,333
25-75 ha 2
> 75 ha 3
Tambak < 25 ha 1 0,333 0,333
25-75 ha 2
> 75 ha 3
Gambar 12. Peta Keterdapatan Lapisan Batu Bara.
3. Kerentanan Fisik 0,25 0,1

2.4 . Peta Kerentanan Tidak ada Fasilitas Umum /


1
Fasilitas Kritis

Kerentanan menggabungkan data dari Ada Fasilitas Umum /


3
Fasilitas Kritis
ancaman dengan aset yang terpapar untuk
dianalisis dan dihitung potensi kerusakan 4. Kerentanan Lingkungan 0,1 0,4
terhadap bencana yang akan datang. (Sopheap, Hutan < 20 ha 1 0,45 0,45
2007). Peraturan Kepala BNPB No. 02 Tahun Lindung 20-50 ha 2
2012 menyebutkan bahwa aset yang terpapar > 50 ha 3
termasuk kehidupan manusia, wilayah ekonomi,
Hutan Alam < 25 ha 1 0,45 0,45
stuktur fisik dan lingkungan. Lebih lanjut
25-75 ha 2
disebutkan bahwa tiap aset memiliki sensivitas
sendiri yang bervariasi per bencana dengan > 75 ha 3
indikator informasi komposisi paparan seperti Hutan < 10 ha 1 0,1 0,1
kepadatan penduduk, rasio jenis kelamin, rasio Bakau 10-30 ha 2
kemiskinan, rasio orang cacat dan rasio kelompok > 30 ha 3
umur). Perhitungan tingkat kerentanan dibuat
dengan menggunakan parameter kerentanan *)BL= Bencana banjir dan tanah longsor
bencana yang disebutkan dalam Peraturan **)H=Bencana kebakaran hutan dan lahan
Kepala BNPB No. 2 Tahun 2012 sesuai Tabel. 4
dengan perubahan karena ketersediaan data.
Tabel 4. Skor dan Pembobotan Parameter Kerentanan
Bencana.

Bobot
Parameter Skor
BL* H*
1. Kerentanan Sosial 0,4 0,3
Kepadatan < 500 1 0,6 0,6
Penduduk 500 - 1000 2
(jiwa/km2)
> 1000 3
Kelompok < 20 % 1 0,4 0,4
Rentan 20 - 40 % 2
> 40 % 3 Gambar 13. Peta Kerentanan Sosial.

58 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 52-65
2.5. Peta Kapasitas

Parameter penilaian tingkat kapasitas


sesuai dengan Perka BNPB No. 2 Tahun 2012
sesuai Persamaan 4:
Kapasitas = skor kelembagaan
penanggulangan bencana + skor peringatan
dini dan kajian risiko bencana + skor pendidikan
kebencanaan + skor pengurangan faktor risiko
dasar + skor pembangunan kesiapsiagaan pada
seluruh lini (4)
Menurut data dari Dinas Sosial Kota
Balikpapan, kampung tangguh bencana berada
di Kelurahan Teritip Kecamatan Balikpapan
Timur dan Kelurahan Karang Joang Kecamatan
Gambar 14. Peta Kerentanan Ekonomi. Balikpapan Utara. Kampung siaga bencana
menjadi penanggulangan bencana yang pertama
dan utama di wilayah tersebut. Alat peringatan
dini dipasang di 2 (dua) titik di Kelurahan Graha
Indah Kecamatan Balikpapan Utara. Pada
penelitian ini diasumsikan perhitungan kapasitas
dengan parameter alat peringatan dini dan
kampung tangguh bencana dapat mencakup
wilayah kelurahan tersebut. Hasil olah data
kapasitas disajikan pada Gambar 17.

Gambar 15. Peta Kerentanan Fisik.

Gambar 17. Peta Kapasitas.

2.6. Risiko Multi Bencana

Proses Skoring Risiko Multi Bencana


didapatkan secara proporsional dari data
kejadian multi bencana banjir, tanah longsor dan
kebakaran hutan dan lahan tahun 2015 hingga
2017 disajikan pada Tabel 5.
Gambar 16. Peta Kerentanan Lingkungan.

Pemetaan Risiko Multi... (Putri Sari Ariyati, Teuku Faisal Fathani, Wahyu Wilopo) 59
Tabel 5. Skor dan Bobot Risiko Multi Bencana.

Rasio
Tahun Jumlah
Bencana Kejadian
Kejadian Kejadian
Bencana
Banjir 2015 33 173 0,430
2016 88
2017 52
Longsor 2015 42 122 0,304
2016 24
2017 56
Kebakaran 2015 79 107 0,266
Hutan dan 2016 28
Lahan
2017 0
Jumlah 402 1,00 Gambar 18. Peta Rawan Banjir.
Risiko Multi Bencana = (0,43 × indeks risiko
Sebaran kelas kerawanan banjir Kota
banjir) + (0,304 × indeks risiko tanah longsor) +
(0,266 × indeks risiko kebakaran hutan dan lahan) Balikpapan disajikan pada Gambar 18. Secara
(5) umum klasifikasi kelas tingkat kerawanan banjir
Kota Balikpapan dibagi menjadi 3 kelas yaitu
3. HASIL kelas kerawanan rendah (32,52%), kerawanan
sedang (47,98%) dan kerawanan tinggi
3.1. Analisis Kerawanan (19,51%).

Tingkat kerawanan bencana ditentukan 3.3 . Kerawanan Bencana Tanah Longsor


dengan mengklasifikasi Susceptibility Index
(SI) untuk menentukan tingkat ancaman Peta kerawanan tanah longsor
(hazard) dan zonasi peta kerawanan bencana didapatkan dari proses overlay parameter
yang mengacu pada Sopheap (2007) dengan tanah longsor setelah diberi bobot dan skor
Persamaan 6: seperti disebutkan dalam Tabel 2.
n
SI= (Ws,i x Ss,i )
(6)S
i=1

Keterangan :
SI = Indeks kerawanan (Susceptibility Index)
Wv,i = nilai bobot dari parameter kerentanan
ke i
Sv,i = nilai skor dari sub kelas parameter
kerentanan ke i

3.2. Kerawanan Bencana Banjir

Peta kerawanan banjir didapatkan


dari proses overlay intersect pada aplikasi
perangkat lunak ArcMap 10.3 parameter banjir
Gambar 19. Peta Rawan Tanah Longsor.
setelah diberi bobot dan skor seperti disebutkan
dalam Tabel 1.

60 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 52-65
Sebaran kelas kerawanan tanah longsor Keterangan :
Kota Balikpapan disajikan pada Gambar 19. VI = Indeks kerentanan (Vulnerability Index)
Klasifikasi kelas tingkat kerawanan tanah Wv,i = nilai bobot dari parameter kerawanan
longsor dibagi menjadi 3 (tiga) kelas yaitu ke i
kelas kerawanan rendah (41,01%) kerawanan Sv,i = nilai skor dari sub kelas parameter
sedang (48,87%) dan kerawanan tinggi kerawanan ke i
(10,12%). Peta tingkat kerentanan merupakan
gabungan dari parameter tingkat kerentanan
3.4
. Kerawanan Bencana Kebakaran berdasarkan skor dan bobot masing-masing
Hutan dan Lahan parameter kerentanan terhadap bencana.
Hasil penggabungan tersebut disajikan pada
Peta kerawanan tanah longsor Gambar 21 dan Gambar 22.
didapatkan dari proses overlay parameter
tanah longsor setelah diberi bobot dan skor
seperti disebutkan dalam Tabel 3. Sebaran
kelas kerawanan kebakaran hutan dan lahan
Kota Balikpapan disajikan pada Gambar 20.
Klasifikasi kelas tingkat kerawanan kebakaran
hutan dan lahan dibagi menjadi 3 kelas yaitu
kerawanan rendah (49,85%), kerawanan
sedang (43,56%) dan kerawanan tinggi
(6,59%).

Gambar 21. Peta Tingkat Kerentanan Banjir dan Tanah


Longsor.

Gambar 20. Peta Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan.

3.5 . Kerentanan Multi-Bencana

Tingkat kerentanan bencana ditentukan


dengan menghitung Vulnerability Index (VI)
yang mengacu pada Leang Sopheap (2007)
dengan Persamaan 5 berikut :
n
VI= (Wv,i x Sv,i )
Gambar 22. Peta Tingkat Kerentanan Kebakaran Hutan

i=1
S
(7) dan Lahan.

Pemetaan Risiko Multi... (Putri Sari Ariyati, Teuku Faisal Fathani, Wahyu Wilopo) 61
3.6. Risiko Banjir 3.7 . Risiko Tanah Longsor

Peta risiko banjir didapatkan dari Peta tingkat risiko tanah longsor
parameter tingkat kerentanan banjir, tingkat diperoleh dari metode overlay intersect pada
kerawanan banjir dan peta kapasitas sesuai perangkat lunak ArcMap 10.3 dari peta tingkat
perhitungan dari persamaan (3). Sebaran kerentanan, kerawanan tanah longsor dan peta
kelas kerawanan risiko banjir Kota Balikpapan kapasitas. Peta risiko tanah longsor dibagi
disajikan pada Gambar 23. Secara umum menjadi 3 (tiga) kelas dengan natural breaks
klasifikasi kelas tingkat risiko banjir Kota ditampilkan pada Gambar 25.
Balikpapan dibagi menjadi 3 (tiga) dengan
metode Natural Breaks kelas yaitu kelas risiko
rendah (51,71%), risiko sedang (37,33%) dan
risiko tinggi (10,96%) dengan luas wilayah
risiko banjir sesuai kelas risiko disajikan dalam
Gambar 24.

Gambar 25. Peta Risiko Tanah Longsor.

Secara umum klasifikasi kelas tingkat


risiko tanah longsor Kota Balikpapan dibagi
menjadi 3 (tiga) kelas yaitu kelas risiko rendah
(66,51%), risiko sedang (23,41%), dan risiko
tinggi (10,08%) dengan luas wilayah risiko
Gambar 23. Peta Risiko Banjir. tanah longsor sesuai kelas risiko disajikan
dalam Gambar 26.

Gambar 24. Luas Wilayah Kelas Risiko Banjir Kota Gambar 26. Luas Wilayah Kelas Risiko Tanah Longsor
Balikpapan. Kota Balikpapan.

62 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 52-65
3.8 . Risiko Kebakaran Hutan dan Lahan 3.9. Peta Multi Risiko

Peta tingkat risiko kebakaran hutan dan Peta multi risiko didapatkan dari proses
lahan diperoleh dari metode overlay intersect perhitungan raster sesuai dengan persamaan
pada perangkat lunak ArcMap 10.3 dari peta (4) dengan kelas risiko masing-masing bencana
tingkat kerentanan, kerawanan kebakaran dari 1 (satu) rendah sampai dengan 3 (tinggi)
hutan dan lahan dan peta kapasitas. Peta risiko ditampilkan pada Gambar 29. Secara umum
dibagi menjadi 5 (lima) kelas dengan natural klasifikasi kelas tingkat risiko multi bencana
breaks ditampilkan pada Gambar 27. dibagi menjadi 3 kelas yaitu kelas risiko rendah
(43,97%), risiko sedang (39,71%) dan risiko
tinggi (16,32%) dengan luas wilayah risiko
disajikan dalam Gambar 30.

Gambar 27. Peta Risiko Kebakaran Hutan dan Lahan.

Secara umum klasifikasi kelas tingkat


risiko kebakaran hutan dan lahan dibagi Gambar 29.
Peta Risiko Multi Bencana Kota
menjadi 3 kelas yaitu kelas risiko rendah Balikpapan.
(49,10%), risiko sedang (25,52%) dan risiko
tinggi (25,38%) dengan luas wilayah risiko
disajikan dalam Gambar 28.

Gambar 30. Persentase Luas Wilayah Kelas Risiko


Multi Bencana Per Kecamatan.
Gambar 28. Luas Wilayah Kelas Risiko Kebakaran
Hutan dan Lahan Kota Balikpapan.

Pemetaan Risiko Multi... (Putri Sari Ariyati, Teuku Faisal Fathani, Wahyu Wilopo) 63
4. Kesimpulan dan Saran risiko masing-masing bencana dengan
bobot sesuai dengan rasio kejadian
4.1. Kesimpulan bencana dan menghasilkan sebagian
besar wilayah Kota Balikpapan termasuk
Dari peneliltian yang dilakukan di wilayah dalam kelas risiko rendah. Wilayah risiko
Kota Balikpapan diperoleh kesimpulan sebagai tinggi pada peta risiko multi bencana
berikut : berada pada Kecamatan Balikpapan
1. Peta risiko banjir Kota balikpapan Selatan, Tengah dan Kota.
merupakan hasil overlay peta rawan
banjir berdasarkan parameter 4.2. Saran
Topographic Wetness Index (TWI),
tingkat permeabilitas, tingkat kekasaran Berdasarkan proses, analisis dan hasil
lahan dan Normalized Difference pada penelitian ini, penulis dapat memberikan
Vegetation Index (NDVI) dengan peta saran dan rekomendasi untuk penelitian
kerentanan dan peta kapasitas. Zona berikutnya antara lain sebagai berikut.
risiko tinggi bencana banjir paling 1. Peta kerawanan, kerentanan, kapasitas
luas berada pada wilayah Kecamatan dan risiko sangat dipengaruhi oleh
Balikpapan Selatan. pemilihan parameter-parameter
2. Peta risiko tanah longsor Kota balikpapan sehingga perlu dilakukan penelitian lebih
merupakan hasil overlay peta kerawanan detail pada pengaruh masing-masing
dipengaruhi oleh kemiringan lereng, parameter.
formasi geologi, elevasi, jarak dari 2. Kedetailan sumber data pada parameter
sungai, penggunaan lahan dan curah sangat berpengaruh terhadap hasil peta.
hujan dengan peta kerentanan dan 3. Penentuan bobot dan skor pada
peta kapasitas. Kecamatan Balikpapan penyusunan peta kerawanan dan peta
Kota, Tengah dan Selatan merupakan risiko menggunakan data kejadian
wilayah dengan sebagian besar berada bencana pada wilayah penelitian
pada kelas kerawanan sedang dan tinggi sehingga bobot dan skor untuk penelitian
karena wilayah tersebut didominasi untuk selanjutnya dapat disesuaikan dengan
pemukiman dan merupakan daerah wilayah masing-masing penelitian.
berbukit. 4. Perlu penelitian lebih detail untuk
3. Parameter penyusun peta risiko membuat peta kerawanan, kerentanan,
kebakaran hutan dan lahan Kota kapasitas dan risiko pada penelitian ini
Balikpapan adalah peta kerawanan dengan skala kecamatan atau kelurahan.
berdasarkan jenis hutan, curah hujan dan 5. Peta kerawanan, kerentanan, kapasitas
keterdapatan lapisan batubara dengan dan risiko bersifat dinamis sehingga
peta kerentanan dan peta kapasitas diharapkan peta-peta tersebut dapat
yang menghasilkan zona risiko tinggi diperbaharui setiap beberapa tahun.
berada pada Kawasan Hutan Lindung 6. Hasil peta kerawanan, kerentanan,
Sungai Wain pada sebagian wilayah kapasitas dan risiko menjadi bahan
Kecamatan Balikpapan Barat dan Utara pertimbangan penyusunan Rencana
serta Kawasan Hutan Lindung Sungai Tata Ruang Wilayah (RTRW) di Kota
Manggar di Kecamatan Balikpapan Balikpapan dalam merencanakan tata
Timur. ruang yang memperhitungkan risiko
4. Peta risiko multi bencana merupakan bencana.
hasil tumpang susun (overlay) dari peta

64 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 52-65
DAFTAR PUSTAKA Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik,
UGM.
______, 2 0 1 2 . Peraturan Daerah Kota Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Balikpapan Nomor 12 Tahun 2012 Rakyat, 2015. Peraturan Menteri
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Pekerjaan Umum dan Perumahan
Kota Balikpapan Tahun 2012–2032, Rakyat Republik Indonesia Nomor 28/
Balikpapan: s.n. PRT/M/2015 Tentang Penetapan Garis
Ahmed, Kazi R., Akter, Simu, 2017. Analysis of Sempadan Sungai dan Garis Sempadan
Landcover Change in Southwest Bengal Danau, Jakarta: s.n.
Delta Due to Floods by Ndvi, Ndwi and Kuenzer, C. S. G. B., 2012. Geomorphology
K-Means Cluster With Landsat Multi- of Coal Seam Fires. Geomorphology,
Spectral Surfacere Flectance Satellite Volume 138, p. 209–222.
Data. Remote Sensing Applications: Republik Indonesia, 2007. Undang-Undang
Society and Environment Journal, Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007
Volume 8, p. 168-181 Tentang Penanggulangan Bencana,
Amhar, F. D. M., 2007. Sebuah Kajian Atas Jakarta: s.n.
Peta-Peta Multi Bencana, Banda Aceh: Rouse J.W., Haas R.H., Schell J.A., Deering D.W.,
Bakosurtanal. 1973. Monitoring Vegetation Systems in the
BNPB, 2012. Peraturan Kepala BNPB No. 02 Great Plains with ERTS. In: Proceedings
Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum of the Third ERTS Symposium, NASA SP-
Pengkajian Risiko Bencana, s.l.: s.n. 351 I, pp. 309–317.
Bowles, J. E., 1991. Sifat-Sifat Fisis dan Sopheap, L., 2007. Landslide Risk Assessment
Geoteknis Tanah. Jakarta: Erlangga. at Piyungan, Patuk Area, Yogyakarta
BPS Kota Balikpapan, 2017. Kota Balikpapan Special Province, Indonesia. Yogyakarta.:
Dalam Angka, Balikpapan: BPS Kota UGM.
Balikpapan. Tauhid, C., 2017. Kajian Risiko Bencana
Craig, R., 1974. Soil Mechanics. Canada: Van Untuk Mendukung Perencanaan Tata
Nostrand Reinhod Ltd. Ruang dan Wilayah Kabupaten Klaten.
Das, B. M., 1985. Mekanika Tanah (Prinsip- Yogyakarta.: UGM.
Prinsip Rekayasa Geoteknis). Jakarta: Whitehouse, A. E. & Asep A.S. Mulyana, 2004.
Erlangga. Coal Fires in Indonesia. International
Deb, S. K. & El-Kadi, A. I., 2009. Susceptibility Journal of Coal Geology, Issue 59, pp.
Assessment of Shallow Landslides on 91-97.
Oahu, Hawaii, Under Extreme-Rainfall Winarti, W., 2017. Kajian Risiko Bencana Untuk
Events. Geomorphology, 108 (3-4), pp. Mendukung Perencanaan Tata Ruang
219-233. dan Wilayah Kabupaten Tasikmalaya.
Departemen Pekerjaan Umum, 2007. Yogyakarta: UGM.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Wu, Z., He, H., Yang, J. & Liang, Y., 2015.
No. 22/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Defining Fire Environment Zones in
Penataan Ruang Kawasan Rawan Theboreal Forests of Northeastern
Bencana Longsor, Jakarta: s.n. China. Sci. Total Environ., Issue 518, pp.
Kafira, V. e. a., 2015. Flood Susceptibility 106-116.
Assessment Using G.I.S. An Example You, W., Lin, L., Wua, L. & Ji, Z., 2017.
from Kassandra Peninsula, Halkidiki,. Geographical Information System-Based
Greece, Geographical Information Forest Fire Risk Assessment Integrating
Science. National Forest Inventory Data and
Karnawati, D., 2005. Bencana Alam Gerakan Analysis of Its Spatiotemporal Variability.
Massa Tanah di Indonesia dan Upaya Ecological Indicator, Issue 77, pp. 176-
Penanggulangannya. Yogyakarta: 184.

Pemetaan Risiko Multi... (Putri Sari Ariyati, Teuku Faisal Fathani, Wahyu Wilopo) 65
RASIONALITAS DAN KEARIFAN LOKAL
DALAM PEMBERITAAN SIAGA DARURAT GUNUNG AGUNG

Andri Cipto Utomo


Pranata Humas BNPB dan Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Jurnalistik IISIP Jakarta

E-mail: andri.utomo@bnpb.go.id

Abstract

Fungsi media massa sebagai mediasi pemberi informasi dan menyaring apa yang harus
disampaikan kepada masyarakat atau tidak, memengaruhi masyarakat sebagai pembacanya untuk
mengambil suatu keputusan. Sesuai rekomendasi pemerintah untuk menjauhi radius berbahaya
yang dari puncak Gunung Agung dipandang dari sudut rasionalitas. Namun, ada beberapa orang
yang tidak memperdulikannya dan lebih percaya kepada kearifan lokal setempat. Isu bencana
Gunung Agung akan meletus menimbulkan dugaan, isu prediksi dan perkiraan masyarakat lebih
memercayai tetua adat setempat. Hal ini yang menantang bagi masyarakat, khususnya warga
setempat untuk memercayai rasionalitas atau berdasarkan kearifan lokal. Intinya isi media massa
inilah yang nantinya mendasari respons dan sikap masyarakat terhadap berbagai objek sosial.
Informasi yang salah dari media massa akan memunculkan gambaran yang salah pula terhadap
objek sosial itu. Karenanya media massa dituntut menyampaikan informasi secara akurat dan
berkualitas.

Keywords : Rasionalitas, kearifan lokal, pemberitaan, siaga darurat, Gunung Agung.

1. PENDAHULUAN yang ditimbulkannya atau objektivitas


beritanya yang diragukan, maka dewasa ini
1.1. Latar Belakang muncul pengertian yang lebih baik terhadap
media massa. Media massa seharusnya
Media massa sebagai pembuat memposisikan diri dalam memberikan berita
dan penyebar makna (meaning) atas yang rasionalitas dan irasionalitas agar tidak
peristiwa yang terjadi dengan kehidupan mensesatkan pembaca atau khalayak dalam
kemasyarakatan memiliki kepentingan dan mendapatkan informasi.
fungsi untuk menyampaikan pesan kepada Media massa memiliki fungsi mendidik,
masyarakat. McLuhan bersama Quentin mengawasi, menghibur dan memberi
Fiore menyatakan bahwa media pada setiap pengaruh. Sesuai dengan peran dan fungsi
zamannya menjadi esensi masyarakat. Lebih dari media massa, maka media komunikasi ini
jauh McLuhan mengemukakan adanya empat merupakan salah satu yang paling dominan
era atau zaman (epoch) dalam sejarah media, memberikan pengaruh dalam mengkonstruksi
yaitu kesukuan (tribal), tulisan (literate), cetak realitas kehidupan.
(print), dan elektronik. Hukum media terdiri Menurut JW School, modernisasi adalah
atas empat hukum media, yaitu penguatan, transformasi, perubahan dalam masyarakat
ketertinggalan, penemuan, dan pembalikan. dalam segala aspeknya. Teori modernisasi
Pesan media dan faktor yang menggambarkan proses transformasi dari
berpengaruh. Jika pada masa lalu, media masyarakat tradisional ke masyarakat modern
massa cenderung disalahkan karena efek atau mundur.

66 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 66-81
Menurut Robert Cooper dan Gibson memungkinkan kiasan refleksif terhadap apa
Burrell dalam buku Modernism, Postmodernism yang tetap tidak disebutkan’ (Habermas 1972:
and Organizational Analysis: An Introduction, 168).
modernisme adalah saat ketika manusia Ini menetapkan bahasa biasa, yang
menemukan dirinya sendiri; Saat dia tidak berawal dari aktivitas spontan dunia kehidupan
lagi melihat dirinya sebagai cerminan Tuhan bersama, melawan bahasa instrumental-
atau alam. Sumber sejarahnya terletak kalkulatif sistem terorganisir. Tersembunyi
pada filsafat pencerahan abad kedelapan namun tetap aktif dalam bahasa sehari-
belas yang memilih alasan sebagai atribut hari adalah tipuan ‘alami’ yang berbicara
manusia tertinggi. Alasannya, menurut Kant, kepada kita dengan naluri insting dari nubuat
adalah saat kita memikirkan diri kita sendiri kuno, sehingga membimbing karya komunal
dan berhenti bergantung pada otoritas kita. Nasib kontemporer dari ‘rasionalitas
eksternal untuk mengambil keputusan bagi komunikatif’ ini telah menjadi penindasannya
kita; Dengan demikian, hal itu menyiratkan oleh diskursus modernisme sistemik.
perasaan kritis dimana kita memiliki keduanya Bagi Habermas, wacana dunia
untuk mengembangkan kekuatan kita dalam kehidupan biasa adalah dasar dari modernisme
diskriminasi rasional dan memiliki keberanian kritisnya dan melalui ‘bahasa masyarakat’, kita
untuk mengungkapkannya bila sesuai. dapat menolak perasaan pencerahan yang
Modernisme sistemik saat ini dipandang hilang yang pertama kali diungkapkan. Terlebih
sebagai bentuk akal yang dominan, sekarang lagi, kebutuhan akan alasan kritis semacam itu
lebih sering dinyatakan sebagai ‘rasionalitas sekarang lebih mendesak daripada sebelumnya
instrumental’. Hal ini ditunjukkan dengan baik karena kolonisasi dunia hidup dengan alasan
dalam tesis Bell (1974) bahwa masyarakat sistemik.
modern (atau pascaindustri) berbeda dari Terlepas dari perbedaan antara
masyarakat sebelumnya dalam mengandalkan bentuk modernisme sistemik dan kritis, yang
pengetahuan yang pada dasarnya teoritis. membungkuk pada mekanisasi tatanan sosial;
Dalam konteks ini, rasionalitas adalah yang lain, pada pembebasan dunia kehidupan-
tindakan yang dapat menghasilkan hasil mereka berbagi kepercayaan akan dunia
yang diinginkan, dengan beberapa alternatif yang logis dan bermakna secara intrinsik
bersaing. Bell menunjukkan dorongan untuk yang dibentuk oleh alasan atau landasan
menentukan dan menetapkan fondasi dalam perusahaan yang universal. Ini mengambil dua
modernisme sistemik dalam saran bahwa bentuk: (1) wacana itu mencerminkan alasan
‘kemajuan’ sosial dimotivasi oleh pencarian dan ketertiban yang sudah ‘ada di dunia’, dan
manusia untuk ‘bahasa umum dan satu (2) bahwa ada agen berpikir, subjek, yang
kesatuan pengetahuan, untuk satu set prinsip dapat membuat dirinya sadar akan tatanan luar
pertama, dalam epistemologi pembelajaran, ini.
akan mendasari mode pengalaman dan Dalam kasus modernisme sistemik,
kategori penalaran dan membentuk subjek rasional adalah sistem itu sendiri yang
seperangkat kebenaran yang tidak biasa‘ (Bell bekerja sesuai dengan wacana cybernetic
1974: 265). tentang ‘kontrol dan komunikasi pada hewan
Modernisme kritis bertentangan dengan dan mesin’ (Wiener 1948); Wacana ini memiliki
monolitisme cybernetic seperti modernisme hukum tersendiri yang bisa ditemukan melalui
sistemik. Eksponen utamanya dalam sains penerapan teknik ilmiah dan matematis. Dalam
sosial kontemporer adalah Jurgen Habermas konteks ini, akal merupakan hak istimewa dari
yang proyeknya telah merebut kembali sistem yang berbeda dari bagian-bagiannya.
semangat rasionalisme tercerahkan untuk Untuk modernisme kritis, subjek berpikir adalah
modernisme akhir. Sekali lagi, wacana adalah individu manusia atau, lebih tepatnya, jaringan
objek analisis. Bagi Habermas, bahasa individu yang berinteraksi, melalui akal sehat
adalah media akal: ‘Semua bahasa biasa wacana biasa, dapat mencapai ‘konsensus

Rasionalitas dan Kearifan Lokal... (Andri Cipto Utomo) 67


universal’ tentang pengalaman manusia. pemerintah dan ahli gunungapi serta tokoh
Dengan demikian ada praduga kesatuan yang masyarakat memberikan informasi yang baik,
melegitimasi. benar dan akurat dalam edukasi bencana
Ancaman erupsi terhadap keselamatan kepada khalayak. Serta rasionalitas dan
masyarakat yang bermukim di sekitar Gunung kearifan lokal pemberitaan bencana Gunung
Agung, harus segera dievakuasi dari tempat Agung di media massa.
tinggalnya yang dinyatakan tidak aman oleh
Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana dan 2. METODOLOGI
Geologi (PVMBG) berdasarkan penentuan zona
Kawasan Rawan Bencana (KRB). Dikarenakan Metode yang digunakan adalah kualitatif,
minimnya pengetahuan masyarakat tentang sebagai prosedur penelitian yang memilah
ancaman yang akan dihadapi. Persoalan konteks pemberitaan media massa antara
lainnya, adalah nilai agama, budaya, adat rasionalitas dan kearifan lokal. Kesepakatan
istiadat atau disebut kearifan lokal yang melekat para imuwan mengenai ontologi membentuk
pada sebagian besar pengungsi, menjadi latar belakang bagi cara mereka berteori dan
tantangan tersendiri untuk ‘ditangani’ karena diadaptasi untuk ilmu sosial. Ontologi adalah
tidak jarang bertentangan dengan rekomendasi studi mengenai sesuatu yang ada dan tidak
dari Pemerintah. ada, atau dengan kata lain, mempelajari
Masyarakat merasa tetap aman dan tidak mengenai realitas. Definisi ini menekankan
memedulikan kawasan rawan bencana jika ide bahwa ontologi memberikan kita suatu
sudah melaksanakan ritual agama. “Banyak cara pandang terhadap dunia dan pada apa
warga sini yang kembali ke atas karena yang membentuknya karakteristik-karakteristik
keluarganya mau menikah di pura keluarga. pentingnya. Ontologi disebut sebagai filsafat
Harus nikah di sana, di puranya dan para pertama karena tidak mungkin berfilsafat hingga
tetangga yang membantu juga ke sana” tutur sifat dari realitas ditentukan.
Suteja, salah seorang pengungsi di Pos Ulakan, Rasionalitas dan kearifan lokal dalam
Karangasem (20/10) yang menunjukkan lokasi pemberitaan Siaga Darurat Gunung Agung.
Pura yang berada di dalam radius 12 Km. Metodologi yang digunakan dalam penelitian
Di pos pengungsian lainnya yakni Pasar ini adalah metode penelitian kualitatif. Menurut
Sinduwati (28/10) Ibu Wayan juga berkata “Nanti Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2011)
kalau upacara Galungan ataupun keagamaan, metode kualitatif adalah sebagai prosedur
kami mau ke atas, sembahyang sebentar, nanti penelitian yang menghasilkan data deskriptif
turun lagi ke sini” kata Wayan. Dua pernyataan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
di atas pun adalah contoh sebagian besar orang dan perilaku yang diamati. Penelitian
pengungsi yang tidak memperdulikan masalah kualitatif lebih mementingkan pada penjelasan
rasionalitas dan lebih mementingkan kearifan mengenai hubungan antara data yang diteliti,
lokal kepercayaannya terhadap agama. sasaran dalam penelitian kualitatif adalah prinsip-
prinsip atau pola-pola yang secara umum dan
1.2 . Tujuan mendasar, berlaku dan mencolok berdasarkan
atas gejala-gejala yang dikaji. Dalam penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah ini akan diambil data serta penjelasan mengenai
berusaha memberikan gambaran posisi media rasionalitas dan kearifan lokal pemberitaan
dalam menyampaikan pesannya kepada bencana Gunung Agung di media massa.
masyarakat, untuk mengkaji pers sebagai Penulis menggunakan analisis teks
penyampai informasi kepada masyarakat. teori Van Dijk yang melihat suatu teks terdiri
Konteks rasionalitas dan kearifan lokal dalam atas beberapa struktur/tingkatan yang
pemberitaan bencana Gunung Agung dalam masing-masing bagian saling mendukung. Ia
media massa. Proses media melakukan membaginya ke dalam 3 tingkatan. Pertama,
pemberitaan dengan narasumber dari struktur makro. Ini merupakan makna global/

68 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 66-81
umum dari suatu teks yang dapat diamati publik” tersebut akan bekerja sebagai pengawas
dengan melihat topik atau tema yang terhadap kekuasaan negara dalam menetapkan
dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, status dan rekomendasi zona aman.
superstruktur. Ini merupakan struktur wacana Prinsip-prinsip ranah publik melibatkan
yang berhubungan dengan kerangka sutau suatu diskusi terbuka tentang semua isu
teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun yang menjadi keprihatinan umum, di mana
ke dalam berita secara utuh. Ketiga, struktur argumentasi-argumentasi diskursif (bersifat
mikro. Adalah makna wacana yang dapat informal, dan tidak ketat diarahkan ke topik
diamati dari bagian kecil dari suatu teks tertentu) digunakan untuk menentukan
yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, kepentingan umum bersama. Ranah publik
parafrasa, dan gambar. dengan demikian mengandaikan adanya
kebebasan berbicara dan berkumpul, pers
2.1. Data Penelitian bebas, dan hak untuk secara bebas berpartisipasi
dalam perdebatan politik dan pengambilan
Aksiologi adalah cabang filsafat keputusan.
yang ingin merefleksikan cara bagaimana Sesudah terjadinya revolusi-revolusi
menggunakan ilmu pengetahuan diperoleh. demokratis, Habermas menyarankan, agar
Lanigan berpendapat bahwa aksiologi adalah ranah publik borjuis ini dilembagakan dalam
studi etika dan estetika. Dapat dikatakan bahwa aturan konstitusional, yang menjamin hak-hak
aksiologi adalah kajian tentang nilai manusiawi politik secara meluas. Serta, mendirikan sistem
dan bagaimana cara mengekspresikannya. yudisial untuk menengahi klaim-klaim antara
Dalam hubungannya dengan filsafat komunikasi berbagai individu atau berbagai kelompok, atau
Lanigan mengatakan bahwa aksiologi, kategori antara individu dan kelompok dan negara.
keempat dari filsafat, merupakan studi etika dan Dalam konsep Habermas, media dan
estetika. ranah publik berfungsi di luar sistem politis-
Ini berarti, aksiologi adalah suatu kelembagaan yang aktual. Fungsi media
kajian terhadap apa itu nilai-nilai manusiawi dan ranah publik ini sebagai tempat diskusi,
dan bagaimana cara melembagakannya. dan bukan sebagai lokasi bagi organisasi,
Jelaslah bagaimana pentingnya bagi seorang perjuangan, dan transformasi politik.
komunikator ketika ia mengemas pemikirannya Jurgen Habermas menjelaskan
sebagai isi pesan dengan bahasa sebagai bahwa ruang publik merupakan media untuk
lambang, untuk terlebih dahulu melakukan mengomunikasikan informasi dan juga
pertimbangan nilai (value judgment) apakah pandangan. Sebagaimana yang tergambarkan
pesan yang ia komunikasikan etis atau tidak, di Inggris dan Prancis, masyarakat bertemu,
estetis atau tidak. ngobrol, berdiskusi tentang buku baru yang
Untuk memahami suatu masyarakat, terbit atau karya seni yang baru diciptakan.
tidak dapat dilakukan sekaligus secara Dalam keadaan masyarakat bertemu dan
menyeluruh sebab masyarakat terbentuk oleh berdebat akan sesuatu secara kritis maka akan
berbagai aspek. Aspek-aspek itu merupakan terbentuk apa yang disebut dengan masyarakat
suatu realitas yang menyusun masyarakat. madani. Secara sederhana masyarakat madani
Media massa menceritakan apa yang terjadi di bisa dipahami sebagai masyarakat yang berbagi
masyarakat berdasarkan realitas yang mereka minat, tujuan, dan nilai tanpa paksaan—yang
temui saat meliput atau membuat berita sesuai dalam teori dipertentangkan dengan konsep
fakta yang ada di mayarakat. negara yang bersifat memaksa.
Konsep ranah publik yang diangkat Pada perkembangan selanjutnya ruang
Habermas ini adalah ruang bagi diskusi kritis, publik juga menyangkut ruang yang tidak saja
terbuka bagi semua orang. Pada ranah publik bersifat fisik, seperti lapangan, warung-warung
ini, warga privat (private people) berkumpul kopi dan salon, tetapi juga ruang di mana
untuk membentuk sebuah publik, di mana “nalar proses komunikasi bisa berlangsung. Misal dari

Rasionalitas dan Kearifan Lokal... (Andri Cipto Utomo) 69


ruang publik yang tidak bersifat fisik ini adalah true beliefs and making winning decisions.
media massa. Di media massa itu masyarakat Pursuing “truth” here doesn’t mean dismissing
membicarakan kasus-kasus yang terjadi di uncertain or indirect evidence. Rasionalitas
lingkungannya. adalah tentang membentuk keyakinan sejati
seseorang dan membuat keputusan yang
2.2. Sampel Penelitian tepat. Mengejar “kebenaran” di sini tidak berarti
menolak bukti tidak pasti atau tidak langsung.
Dalam penelitian ini yang menjadi objek Menurut Richard West dan Lynn
penelitian adalah media massa cetak Harian H. Turner dalam buku Pengantar Teori
Kompas, media online Radar Bali dan Tangkas Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Rasionalitas
News.com. Unit analisisnya adalah “Saatnya naratif (narrative rationality), yang memberikan
Gunung Agung Memberi Jeda”, “Memantau kita sebuah cara untuk menilai naratif yang
Gunungapi”, “Kemungkinan Gunung Agung cukup berbeda dari metode tradisional yang
Batal Erupsi”, “Secara Niskala, Gunung Agung ditemukan dalam paradigma dunia rasional.
Meletus Menunggu Hari Baik”, “Sama di 1963, Seperti telah disebutkan sebelumnya,
Kemungkinan Erupsi Gunung Agung Terjadi pengujian rasionalitas tradisional mencakup
Sebelum Hari Raya Galungan”. apakah klaim-klaim sesuai dengan fakta aktual,
apakah semua fakta, apakah semua fakta
2.3. Data Penelitian yang relevan telah dipertimbangkan, apakah
klaim-klaim sesuai dengan fakta aktual, apakah
2.3.1. Konteks semua yang relevan telah dipertimbangkan,
apakah argumen konsisten secara internal, dan
Konteks adalah bagian suatu uraian atau apakah pemikiran yang logis digunakan untuk
kalimat yang dapat mendukung atau menambah memenuhi standar logika formal dan informal
kejelasan makna, di mana situasi yang ada (Fisher,1978). Rasionalitas naratif, berlawanan
hubungannya dengan suatu kejadian, orang itu dengan logika tradisional, beroperasi
harus dilihat sebagai manusia yang utuh dalam berdasarkan dua prinsip yang berbeda:
kehidupan pribadi dan masyarakatnya; koherensi dan kebenaran.
a. Budaya: keseluruhan budaya atau situasi Prinsip Koherensi merupakan standar
nonlinguistis tempat sebuah komunikasi yang penting dalam menilai rasionalitas naratif,
terjadi. yang pada akhirnya akan menetukan apakah
b. Linguistis: konteks yang memberikan seseorang menerima naratif tertentu atau
makna yang paling cocok pada unsur menolaknya. Kebenaran standar penting untuk
bahasa. menilai rasionalitas naratif adalah kebenaran
c. Semotaktis: lingkungan semantis yang (fidelity), atau reliabilitas dari sebuah cerita.
ada di sekitar suatu unsur bahasa;
makna unsur bahasa. 2.3.3. Kearifan Lokal
d. Sintaktis: lingkungan gramatikal dari
suatu unsur bahasa yang menentukan Menurut Drs. Syahrial De Saputra,
kelas dan fungsi unsur tersebut. Kearifan lokal berkenaan dengan hakekat
e. Situasi: lingkungan nonlinguistis ujaran hubungan antara manusia dengan Tuhan,
yang merupakan alat untuk memperinci manusia dengan alam, manusia dengan
ciri-ciri situasi yang diperlukan untuk sesamanya, manusia dengan waktu,
memahami makna ujaran. manusia dengan karya dan manusia dengan
kehidupannya.
2.3.2. Rasionalitas Menurut Prof. Dr. Ade Saptono, SH.,M.A.
dalam bukunya Hukum dan Kearifan Lokal,
Elieze Yudkowsky, dalam jurnalnya Revitalisasi Hukum Adat Nusantara. Kearifan
mengatakan So rationality is about forming lokal merupakan pencarian jauh ke dalam

70 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 66-81
budaya masyarakat yang penuh kearifan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
lokal sejak awal memang diberi pintu masuk perintah daerah yang meletakkan landasan
oleh konstitusi Negara Kesatuan Republik pembangunan yang tumbuh berkembang dari
Indonesia (NKRI) sebagaimana diamanatkan masyarakat, diselenggarakan secara sadar
Pasal 18 B, Ayat (2), Undang-Undang Dasar dan mandiri oleh masyarakat dengan berbasis
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa kearifan lokal, dan hasilnya dinikmati oleh
negara mengakui dan menghormati kesatuan- seluruh masyarakat.
kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak- Kearifan lokal atau local wisdom
hak tradisionalnya sepanjang masa hidup dan merupakan suatu kekayaan lokal yang
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan berkaitan dengan pandangan hidup (way
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, of Life) yang mengakomodasikan kebijakan
yang diatur dalam undang-undang. berdasarkan tradisi yang berlaku pada suatu
Dalam buku Perlindungan Perempuan daerah, sehingga kearifan lokal tidak hanya
dan Anak Berbasis Kearifan Lokal di Indonesia berupa norma-norma dan nilai-nilai budaya
disebutkan kearifan lokal adalah sesuatu saja, melainkan juga segala unsur gagasan,
yang diartikan sebagai kekayaan budaya termasuk yang berimplikasi pada teknologi,
lokal/setempat yang mengandung kebijakan penanganan kesehatan, pembangunan dan
hidup; pandangan hidup (way of life) yang estetika. Dengan pengertian tersebut maka yang
mengakomodasi kebijakan (wisdom) dan termasuk sebagai penjabaran kearfian lokal,
kearifan hidup sejalan dengan moto komunitas di samping peribahasa dan segala ungkapan
literasi jalanan: “Semua orang adalah guru, kebahasan yang lain dan juga berbagai pola
alam raya sekolahku”. tindakan dan hasil budaya materialnya.
Menurut DR. H. Hermanto Suaib,M.M. Kearifan lokal terdiri dari dua suku kata
mengatakan strategi pembangunan yaitu kearifan dan lokal. Kata kearifan secara
yang diterapkan pemerintah selama orde etimologi berarti kemampuan seseorang dalam
baru dengan menggunakan pendekatan menggunakan pikirannya untuk menyikapi suatu
sistem sentralistis ternyata tidak mampu kejadian, objek dan situasi. Sedangkan lokal
menyelesaikan permasalahan sosial. menunjukkan ruang interaksi dimana peristiwa
Aktivitas pembangunan pada kenyataannya atau situasi tersebut terjadi. Dengan demikian,
tidak mengembangkan keswadayaan dan kearifan lokal secara subtansial merupakan
keswakaryaan masyarakat lokal. Pendekatan norma yang berlaku dalam suatu masyarakat
tersebut kurang mengembangakan peran serta yang diyakini kebenarannya dan menjadi
dan daya kreativitas masyarkat dalam aktivitas acuan dalam bertindak dan berperilaku sehari-
pembangunan. Pembangunan masyarakat hari, oleh karena itu, kearifan lokal merupakan
akan efektif apabila dilaksanakan dengan identitas yang sangat menentukan harkat dan
memanfaatkan organisasi yang ada di tingkat martabat manusia dalam komunikasinya.
lokal. Pemerintah cukup berperan sebagai Gobyah (2003) mendefinisikan kearifan
regulator, fasilitator dan motivator. lokal sebagai kebenaran yang telah mentradisi
Oleh karena itu perlu dikedepankan dalam suatu daerah. Sedangkan Ridwan
pendekatan pembangunan yang berpusat (2007) mengartikan kearifan lokal atau sering
pada masyarakat atau dikensal dengan istilah disebut local wisdom sebagai usaha manusia
people centered development yang menuntun dengan menggunakan akal budinya untuk
peran aktif masyarakat pada semua lapisan bertindak dan bersikap terhadap sesuatu
perlu dikembangkan melalui pembangunan objek atau peristiwa yang terjadi dalam ruang
partisipatif. Pembangunan partisipatif tertentu. Dengan melihat kearifan lokal sebagai
merupakan pendekatan pembangunan yang bentuk kebudayaan, maka ia akan mengalami
sesuai dengan hakikat otonomi daerah yang reinforcement secara terus menerus sehingga
mengacu pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun menjadi yang lebih baik. Kearifan lokal
2015 tentang penetapan Peraturan Pengganti merupakan manifestasi kebudayaan yang

Rasionalitas dan Kearifan Lokal... (Andri Cipto Utomo) 71


terjadi dengan penguatan-penguatan dalam masyarakat secara arif/bijaksana. Jadi dapat
kehidupannya sekaligus dapat menunjukkan dikatakan bahwa kearifan lokal terbentuk sebagai
sebagai suatu bentuk humanisasi manusia keunggulan budaya masyarakat setempat
dalam berkebudayaan. berkaitan dengan kondisi geografis dalam arti
Pengertian kearifan lokal menurut Keraf luas. Kearifan lokal merupakan produk budaya
(2002) adalah “semua bentuk pengetahuan, masa lalu yang patut secara terus menerus
keyakinan, pemahaman, atau wawasan serta dijadikan pegangan hidup. Meskipun bernilai
adat kebiasaan atau etika yang menuntun lokal tetapi nilai yang terkandung di dalamnya
perilaku manusia dalam kehidupan di dalam dianggap sangat universal.
komunitas ekologis”. Pengertian tersebut Kearifan lokal merupakan pengetahuan
memberikan cara pandang bahwa manusia yang eksplisit yang muncul dari periode panjang
sebagai makhluk integral dan merupakan satu yang berevolusi bersama-sama masyarakat
kesatuan dari alam semesta serta perilaku dan lingkungan dalam sistem lokal yang sudah
penuh tanggung jawab, penuh sikap hormat dialami bersama-sama. Proses evolusi yang
dan peduli terhadap kelangsungan semua begitu panjang dan melekat dalam masyarakat
kehidupan di alam semesta serta mengubah dapat menjadikan kearifan masyarakat untuk
cara pandang antriposenterisme ke acara hidup bersama secara dinamis dan damai.
pandang biosentrisme dan ekosentrisme. Pengertian ini melihat kearifan lokal tidak
Sibarani (2012:112) juga menjelaskan sekedar sebagai acuan tingkah laku seseorang,
bahwa kearifan lokal adalah kebijakan atau tetapi lebih jauh, yaitu mampu mendinamisasi
pengetahuan asli suatu masyarakat yang kehidupan masyarakat yang penuh keadaban.
berasal dari nilai luhur tradisi budaya untuk Secara substansial, kearifan lokal
mengatur tatanan kehidupan masyarakat. itu adalah nilai-nilai yang berlaku dalam
Dengan demikian, nilai-nilai kearifan lokal suatu masyarakat. Nilai-nilai yang diyakini
yang terkandung dalam suatu ekosistem kebenarannya dan menjadi acuan dalam
masyarakat, dapat dihayati, dipraktikkan, bertindak laku sehari-hari masyarakat
diajarkan dan diwariskan dari suatu generasi setempat. Oleh karena itu, sangat beralasan
ke generasi lainnya yang sekaligus membentuk jika dikatakan bahwa kearifan lokal merupakan
dan menuntun pola perilaku manusia sehari- entitas yang sangat menentukan harkat dan
hari, baik terhadap leingkungan. martabat manusia dalam komunitasnya. Hal itu
Nababan (2003) menyatakan bahwa berarti kearifan lokal yang di dalamnya berisi
“masyarakat pada umumnya memiliki sistem unsure kecerdasan kreativitas dan pengetahuan
pengetahuan dan pengelolaan lokal yang lokal dari para elit dan masyarakat yang
diwariskan dan ditumbuhkembangkan terus menentukan dalam pemebangunan peradaban
menerus secara turun temurun. Masyarakat adat masyarakatnya.
di sini adalah mereka yang secara tradisional Kearifan lokal biasanya tercermin dalam
tergantung dan memiliki ikatan sosial cultural dan kebiasan-kebiasan hidup masyarakat yang
religious yang erat dengan lingkungan lokalnya. telah berlangsung lama. Keberlangsungan
Menurut Ataupah (2004) kearifan lokal bersifat kearifan lokal akan tercermin dalam nilai-nilai
historis tetapi positif yaitu nilai-nilai diambil yang berlaku dalam kelompok masyarakat
oleh leluhur dan kemudian diwariskan kepada tertentu. Nilai-nilai itu menjadi pegangan
generasi berikutnya dan diubah sehingga kelompok masyarakat tertentu yang biasanya
apa yang disebut kearifan itu berlaku secara akan menjadi bagian hidup tak terpisahkan
situasioal yang harus dihadapi orang-orang yang dapat diamati melalui sikap dan perliaku
yang memahami dan melaksanakan kearifan mereka sehari-hari.
tersebut. Upaya pewarisan kearifan lokal selalu
Kearifan lokal juga dapat didefinisikan diwarisi dan generasi ke generasi, akan
sebagai nilai budaya lokal yang dapat tetapi tidak ada jaminan bahwa kearifan lokal
dimanfaatkan untuk mengatur tatanan kehidupan akan tetap kukuh menghadapi globalisasi

72 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 66-81
yang menawarkan gaya hidup yang semakin nilai ajaran tradisional. Dalam upaya menjaga
pragmatis dan konsumtif. Kearifan lokal dan melestarikan nilai-nilai kearifan lokal
dari masing-masing daerah memiliki sifat dalam konteks pelaksanaan pembangunan
kedinamisan yang berbeda dalam menghadapi dengan mengedepankan modal sosial yang
pengaruh dari luar. Banyak manfaat yang dimiliki oleh masyarakat, penekanan yang
diperoleh dari luar, namun dampak buruk harus dilakukan terhadap pelestarian kearifan
yang ditimbulkan juga besar. Untuk itu, perlu lokal yaitu dengan menjadikan norma adat dan
dikembangkan suatu bentuk knowledge acuan tradisi budaya sebagi muatan dalam pertauran
dalam proses perencanaan dan perancangan perundang-undangan.
pembangunan yang berkelanjutan. Namun demikian, diperlukan kajian
Seiring dengan peningkatan teknologi yang lebih mendalam dengan melibatkan
dan transformasi budaya ke arah kehidupan lintas disiplin ilmu untuk melhat potensi-potensi
modern serta pengaruh globalisasi, warisan kearifan lokal yang ada di setiap daerah.
budaya dan nilai-nilai tradisional masyarakat Upaya harmonisasi kearifan lokal dalam setiap
ada tersebut menghadapi tantangan terhadap pelaksanaan pembangunan dengan pelibatan
eksistensinya. Hal ini perlu dicermati karena masyarakat dan tokoh adat serta perlu pelibatan
warisan budaya dan nilai-nilai tradisional organisasi kemasyarakatan.
tersebut mengandung banyak kearifan lokal Kearifan lokal Bali dengan Sister
yang masih sangat relevan dengan kondisi saat Villagenya dan Menyama Braya berjalan
ini, dan seharusnya dilestarikan, diadaptasi dengan sendirinya tanpa perlu dikomando.
atau bahkan dikembangkan lebih jauh. Sistem gotong royong, bahu membahu, desa
Beberapa nilai dan bentuk kearifan yang aman menolong desa tetangga yang
lokal termasuk hukum adat, nilai-nilai budaya sedang kesusahan, saling menghargai, patut
dan kepercayaan yang ada sebagian bahwa diapresiasi kerukunan bermasyarakatnya yang
akan sangat relevan untuk diaplikasikan ke sudah tumbuh sejak dulu. Menyama Braya
dalam proses atau kaidah perencanaan dan adalah konsep ideal hidup bermasyarakat di
pembangunan wilayah atau kawasan yang Bali sebagai filosofi dari karma marga yang
ada sebagian bahkan sangat relevan untuk bersumber dari sistem nilai budaya dan adat
dipalikasikan ke dalam proses atau kaidah istiadat masyarakat Bali untuk dapat hidup
perencanaan dan pembangunan wilayah rukun. Pengungsi yang berpindah ke daerah
atau kawasan, seperti yang terdapat pada aman mendapatkan bantuan masyarakat dari
masyarakat adat yang ditetapkan untuk semua elemen, dengan begitu penanganan
aktivitas tertentu. pengungsi berlangsung dengan lancar,
Sedyawati (2007:317) kearifan lokal antara masyarakat dan aparat pemerintah
terjabar dalam seluruh warisan budaya, baik kompak sehingga pengungsi terlayani dengan
yang tangible maupun intangible. Bentuk baik. Ini adalah modal sosial yang besar
kearifan lokal yang terwujud nyata meliputi yang membentuk masyarakat Bali tangguh
beberapa aspek seperti sistem nilai, tata menghadapi bencana.
cara, ketentuan khusus yang dituangkan ke Gubernur Bali mengatakan, “Kita
dalam bentuk catatan tertulis seperti yang harapkan Keliang Banjar untuk mempersiapkan
ditemui dalam kita tradisional, dan bangunan/ diri menerima saudara-saudara kita yang
arsitektural tradisional yang merupakan menjadi pengungsi. Mereka kita tempatkan di
cerminan dari bentuk kearifan lokal, seperti bale banjar karena kalau di tenda dikhawatirkan
bangunan rumah panggung di Aceh sebagai akan kehujanan, becek, panas, debu, dan
rumah adat. sebagainya. Koordinator lapangannya adalah
Sedangkan bentuk kearifan lokal yang Keliang Banjar (aparat desa). Kordesnya adalah
tidak berwujud seperti petuah yang disampaikan Kepala Desa sehingga jalur komandonya jelas
secara verbal dan turun temurun yang dapat karena menggunakan aparat desa. Pengungsi
berupa hadis maja yang mengandung nilai- yang di banjar akan dipasok logistiknya. Daya

Rasionalitas dan Kearifan Lokal... (Andri Cipto Utomo) 73


tampung banjar tergantung pada besar kecilnya Soehoet (2003: 23) menyatakan terdapat tiga
banjar. Di bale banjar, akan ditambahkan listrik, definisi berita, yakni sebagai berikut :
lampu darurat, genset, tenda dapur umum, a. Berita adalah keterangan mengenai
tandon air, permakanan, keperluan sehari- peristiwa atau isi pernyataan manusia.
hari, dan kebutuhan dasar pengungsi lainnya b. Berita bagi seseorang adalah keterangan
sehingga terjamin suplai logistik. Selain banjar mengenai peristiwa atau isi pernyataan
juga menggunakan GOR, balai desa, gedung manusia yang perlu baginya untuk
dan lainnya” ucap Mangku Pastika. mewujudkan filsafat hidupnya.
Upaya pemerintah, agar masyarakat c. Berita bagi suatu surat kabar adalah
mendapatkan informasi yang benar dan tidak adalah keterangan mengenai peristiwa
tersesatkan. BNPB menggalakkan sosialisasi atau isi pernyataan yang perlu bagi
ke masyarakat dan melalui berbagai cara untuk pembacanya untuk mewujudkan filsafat
melakukan sosialisasi, antara lain menggunakan hidupnya.
leaflet, SMS Broadcast, penempatan radio Dalam sebuah berita terdapat unsur-
untuk mempermudah komunikasi, sirine tanda unsur yang dapat membangun berita menjadi
bahaya erupsi, spanduk tanda memasuki zona sebuah informasi yang menarik dan tidak
rawan bahaya dan sebagainya. kabur. Menurut Soehoet (2003) dalam literatur
Barat telah ditemukan rumusan 5W+1H
2.3.4. Pemberitaan sebagai unsur-unsur pembangun berita. Unsur-
unsur pembangun berita tersebut ialah sebagai
Dr. Juni Wati Sri Rizki, S.Sos., M.A. berikut.
dalam bukunya Kepemilikan Media dan Ideologi a. What = apa
Pemberitaan mengatakan, mengutamakan b. Who = siapa
kebenaran mutlak dalam pemberitaan, karena c. Where = di mana
ini akan berpengaruh terhadap kredibilitas d. When = apabila/kapan
media. Dalam menyusun agenda pemberitaan, e. Why = mengapa
media harusnya mampu meliput hal-hal penting f. How = bagaimana (Soehoet, 2003: 59).
menjadi informasi menarik dan relevan, bukan Berita yaitu laporan tercepat dari suatu
sebaliknya membuat informasi menarik (meski peristiwa yang faktual, penting, dan menarik
tidak penting) menjadi penting. Meskipun ada bagi sebagian pembaca, serta menyangkut
segmen pemberitaan tertentu, setidaknya kepentingan mereka dikatakan oleh Charnley
segmentasi itu harus bisa mewakili berbagai (dalam Romli, 2003:5).
bidang kehidupan dengan porsi pembahasan
yang tepat. Hal ini akan membuat media lebih 2.3.5. Siaga Darurat
menarik dan tidak monoton.
Sebuah berita yang ditulis menarik, akan Definisi Bencana Undang-undang Nomor
menyentuh emosi atau pikiran pembacanya, 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
sehingga mereka tergugah untuk berbuat Bencana menyebutkan definisi bencana
sesuatu. Misal berita tentang bencana alam, sebagai berikut: Bencana adalah peristiwa
membangkitkan minat banyak orang untuk atau rangkaian peristiwa yang mengancam
segara turut membantu para korban. dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
Berita adalah laporan yang tepat waktu masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
mengenai fakta atau opini yang memiliki daya alam dan/atau faktor non alam maupun faktor
tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
masyarakat luas. Dengan demikian dapat korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
disimpulkan bahwa berita adalah suatu fakta kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
atau ide atau opini aktual yang menarik dan Definisi tersebut menyebutkan bahwa
akurat serta dianggap penting bagi sejumlah bencana disebabkan oleh faktor alam, non
besar pembaca, pendengar maupun penonton. alam, dan manusia. Oleh karena itu, Undang-

74 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 66-81
Undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut juga liputan seperti berita, laporan pandangan
mendefinisikan mengenai bencana alam, mata, atau hasil analisis berupa artikel opini,
bencana non alam, dan bencana sosial. adalah bahasa (verbal dan non-verbal). Isi
Pemerintah menggunakan beberapa media cetak adalah bahasa tertulis baik
tahapan pada Status Keadaan Darurat berbentuk kata, angka, gambar, ataupun
Bencana yang dimulai dari status Siaga Darurat, grafis. Media radio menggunakan ucapan dan
Tanggap Darurat dan Transisi Darurat ke suara. Media TV menggabungkan bahasa
Pemulihan. Menurut Peraturan Kepala Badan tulisan, ujaran, gambar, dan bunyi-bunyian
Nasional Penanggulangan Bencana Nomor (audiovisual). Dengan bahasa para pekerja
6.a Tahun 2011 tentang pedoman penggunaan media mengkonstruksikan setiap realitas yang
dana siap pakai pada status keadaan darurat diliputnya.
bencana, Status Siaga Darurat adalah suatu Media massa yang digunakan penulis
keadaan terdapat potensi bencana, yang untuk penelitian ini adalah dua, yakni media
merupakan peningkatan eskalasi ancaman online dan media cetak (koran). Menurut Udi
yang penentuannya didasarkan atas hasil Rusadi dalam buku Kajian Media mengatakan
pemantauan yang akurat oleh instansi yang berita di surat kabar dan media online, yang
berwenang dan juga mempertimbangkan sama-sama menggunakan bahasa tulis, namun
kondisi nyata/dampak yang terjadi di memiliki karakter yang berbeda. Karakteristik
masyarakat. Penetapan status siaga darurat media cetak dan online akan membedakan
bencana dilakukan oleh Pemerintah/ struktur dan pengggunaan bahasanya. Struktur
Pemerintah Daerah atas usul Kepala BNPB/ di media online lebih ringkas dan penggunaan
BPBD. kata yang lebih hemat yang berbeda dengan
di media cetak yang lebih luas peluang
2.3.6. Media Massa menuangkan materi beritanya.

Mengapa media penting dalam 3. HASIL PEMBAHASAN


penanggulangan bencana? Karena media
mampu memengaruhi keputusan politik, 3.1. Laporan Penelitian
mengubah perilaku, dan menyelamatkan
nyawa manusia (United Nations International Ikatan antara masyarakat Bali dengan
Strategy for Disaster Reduction; UNISDR, pura di desanya tidak dapat diputus begitu saja
2011). Komunikasi merupakan inti untuk meskipun ada ancaman nyata di depan mereka
sukses dalam mitigasi, kesiapsiagaan, respons, yakin erupsi Gunung Agung dapat terjadi
dan rehabilitasi bencana (Haddow, 2009). kapanpun. Pura menjadi tempat pemujaan
Dan media dapat menunjukkan eksistensi, dari anggota masyarakat suatu banjar atau
pencitraan, dan simbol organisasi terhadap suatu desa yang diikat oleh kesatuan wilayah
masyarakat terkait tugas kemanusiaan dalam dari suatu banjar atau desa tersebut. Di Bali,
penanggulangan bencana (UN, 2009). Pura didasarkan pada teritorial (Titib, 2003: 96-
Media massa adalah alat yang 100). Meskipun menurut pendapat salah satu
digunakan dalam penyampaian pesan-pesan pemimpin adat dari Pura Paseh Kecamatan
dari sumber kepada khalayak (menerima) Selat, “dalam kondisi membahayakan seperti
dengan menggunakan alat-alat komunikasi ini, upacara pernikahan bisa dilakukan di Pura
mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV terdekat dengan tempat aman, tidak perlu ke
(Cangara, 2002). Dua fungsi dari media massa pura keluarga atau adatnya”, bukan hanya
adalah media massa memenuhi kebutuhan berdasar teritorial semata.
akan fantasi dan informasi (Rakhmat, 2001). Berkaca pada pemaknaan pura oleh
Ibnu Hamad menyatakan media massa masyarakat Bali di atas sejalan dengan
melakukan konstruksi realitas, elemen dasar pandangan agama menurut Emile Durkheim,
seluruh isi media massa, entah itu hasil agama adalah sistem sosial yang memperkuat

Rasionalitas dan Kearifan Lokal... (Andri Cipto Utomo) 75


solidaritas masyarakat. Di mana di satu sisi erupsi Gunung Agung. Bila pengetahuan ini
ada kegiatan keagamaan sedangkan di sisi telah dimasukkan ke dalam nilai-nilai yang
lain ada ikatan kolektivitas yang menyatukan menjadi pedoman kehidupan mereka sehari-
masyarakat tersebut karena kesatuan wilayah. hari, sosialisasi ini dapat berkesinambungan
Agama, budaya dan adat istiadat bercampur dan hingga generasi mendatang. Tak pelak, aktor-
kabur pemaknaannya dalam pelaksanaannya aktor yakni pemuka agama dan pemimpin
oleh masyarakat Bali. adat harus dimanfaatkan dengan bijak karena
Di sisi lain, nilai budaya, adat istiadat dan power yang mereka miliki dapat memberikan
agama yang sudah melekat pada masyarakat peran yang signifikan dalam proses sosialisasi
Bali dapat menjadi suatu pendekatan yang dan transformasi nilai-nilai edukasi kepada
dapat digunakan untuk mensosialisasikan masyarakat.
pengetahuan maupun pelatihan kesiapsiagaan
dalam menghadapi erupsi Gunung Agung. 3.2. Artikel Ulasan
Metode sosialisasi saat ini masih terbatas
dengan pendekatan yang normatif dan Secara rasionalitas pemahaman
kurang mengidahkan unsur-unsur yang sudah bencana dapat mudah diterima dan dimengerti
terbentuk dan dapat diterima oleh masyarakat. secara akal sehat manusia. Namun, secara
Sementara, selama ini masyarakat Bali dalam spiritual (kearifan lokal) masih menjadi
hal ini para pengungsi menjalankan kehidupan pertimbangan atau pertentangan dalam
sehari-seharinya baik sebagai makhluk individu kehidupan bermasyarakat. Dalam ilmu
maupun sosial selalu berpedoman pada kegempaan dalam kegunungapian, ada
agama, nilai budaya dan adat istiadat. beberapa skala pembagian; 1. Vulkanik
Adanya pemerintahan desa adat Dalam, 2. Vulkanik Dangkal, 3. Tremor, dan 4.
atau disebut Desa Pakraman dalam tatanan Terjadinya Erupsi. Pencatatan Seismograph
masyarakat Bali yang telah ada sejak (alat pengukur aktivitas kegunungapian)
sekitar abad ke 9 dimana merupakan suatu menunjukkan gempa tremor yang terjadi
sistem pemerintah tradisional yang melayani berkali-kali dan melewati batas standar akan
mengurus masalah adat, sosial, agama dan berpotensi meletus. Misalnya seperti kejadian
budaya di wilayah masing-masing desa, makin Gunung Agung, Karangasem Bali, pada 22
menunjukkan masyarakat Bali sudah memiliki September 2017 statusnya dinaikkan menjadi
modal sosial yang terstruktur. Mengacu Awas, yang menandakan Gunung Agung
pada pernyataan Grootaert (Grootaert, Van berpotensi erupsi.
Bastelaar, 2001), modal sosial struktural
mendorong “information sharing”, tindakan
dan pengambilan keputusan kolektif melalui
peran, jejaring dan struktur sosial lainnya yang
ditunjang oleh aturan, prosedur dan preseden.
Di sini, para pemimpin adat menjadi modal
sosial struktural karena peran, posisi serta
kemampuan dalam menyebarkan informasi
maupun nilai-nilai yang akan diamini oleh
warga didalam adatnya.
Pendekatan secara religius maupun
budaya - adat istiadat melalui pemuka agama
dan pemimpin adat dengan ‘membalut’ informasi
dikaitkan dengan nilai-nilai yang diyakini agar
dapat diterima oleh masyarakat umum dapat
menjadi metode efektif dalam mensosialisasikan Gunung Agung Bali, yang tertidur selama
dan mengedukasi masyarakat terkait ancaman 54 tahun dan pada 22 September 2017 aktif

76 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 66-81
kembali. Melihat sejarahnya ditakutkan akan
meletus kembali seperti tahun 1963 yang
menewaskan 1.549 orang. Sekitar 1.700 rumah
hancur, sekitar 225.000 jiwa kehilangan mata
pencarian, dan sekitar 100.000 jiwa harus
mengungsi.
Sudah 37 hari (29 Oktober 2017)
berlangsung Gunung Agung berstatus Awas
dan penduduk masih mengungsi yang bemukim
di 6-7,5 Km dari kawah gunung. Sedangkan
untuk penduduk yang di radius 12 Km sudah
diperbolehkan pulang.
Tantangan terbesar ada di Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
(PVMBG) dengan otoritas menaikturunkan
Status Gunungapi. Status Awas yang
terlambat membahayakan nyawa ribuan orang.
Sebaliknya, Awas yang terlalu lama dari letusan
atau erupsi akan memicu persoalan sosial
ekonomi pengungsi.

Kearifan lokal mengatakan, Gunung


Agung tidak meletus sampai Hari Raya
Galungan tiba, yang menurut kalender bali.
org jatuh pada 1 November 2017. Hari Raya
Galungan. Hari merupakan peringatan atas
terciptanya alam semesta beserta isinya dan
kemenangan dharma melawan adharma. Umat
Hindu melakukan persembahan kehadapan
Sang Hyang Widi dan Dewa/Bhatara dengan
segala manifestasinya sebagai tanda puji
syukur atas rahmatnya serta untuk keselamatan
selanjutnya. Sedangkan penjor yang dipasang
di muka tiap-tiap perumahan merupakan
persembahan kehadapan Bhatara Mahadewa
yang berkedudukan di Gunung Agung.
Pendeta (Jro Mangku) Pura Puseh
Rendang, Nubadri menyampaikan
kemungkinan Gunung Agung masih menunggu

Rasionalitas dan Kearifan Lokal... (Andri Cipto Utomo) 77


hari baik seperti halnya erupsi pada tahun
1963 silam, yang terjadi saat dua hari sebelum
penyajahan Hari Raya Galungan umat Hindu.

orang. Sekitar 1.700 rumah hancur, sekitar


225.000 jiwa kehilangan mata pencarian,
dan sekitar 100.000 jiwa harus mengungsi.
Dikhawatirkan pada tahun ini akan terjadi
kembali dengan kerugian atau menewaskan
korban yang lebih banyak. Pada tahun 1963
Berdasarkan perhitungan Kalender Bali, zona berbahaya pada radius 5 Km sedangkan
Hari Raya Galungan akan jatuh pada Rabu, 1 pada tahun 2017 ini zona berbahaya pada
November 2017 dan penyajahan Galungan (3 radius 12 Km. Artinya sudah banyak penduduk
hari sebelumnya) akan jatuh pada Minggu, 29 yang bermukim di zona berbahaya yang patut
Oktober 2017. diungsingkan. Tahun 1963 banyak korban
Menurut Pemangku di Pura Puseh karena warga menolak untuk evakuasi dari
Desa Rendang ini, jika melihat kejadian erupsi zona merah.
Gunung Agung di tahun 1963, kemungkinan Pemerintah yang berwenang dalam
hari baik yang ditunggu terjadinya erupsi keselamatan waganya, sudah menyatakan
Gunung Agung tahun 2017 pada Hari Jumat status Gunung Agung Awas, namun belum
(27/9), bertepatan perayaan Hari Sugihan meletus juga sampai saat ini, sejak ditetapkannya
Jawa, dua hari sebelum penyajahan Galungan. status tersebut pada 22 September 2017.
Letusan Gunung Agung Bali, yang tidur Sedangkan menurut pemangku adat, Gunung
selama 54 tahun, dan pada pertengahan Agung sedang menunggu hari baiknya untuk
September 2017 aktif kembali. Melihat meletus. Prediksi Jro Mangku Nubadri selaku
sejarahnya ditakutkan akan meletus kembali pemangku di Pura Puseh Desa Rendang
seperti tahun 1963 yang menewaskan 1.549 dapat menentukan bahwa akan meletus pada

78 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 66-81
tanggal 27 Oktober 2017 bertepatan perayaan penanganan pengungsi berlangsung dengan
Hari Sugihan Jawa, atau dua hari sebelum lancar. Antara masyarakat dan aparat
penyajahan Galungan. pemerintah kompak menyebabkan pengungsi
Kasubdit Mitigasi Gunungapi Wilayah terlayani dengan baik. Ini adalah modal sosial
Timur PVMBG Devil Kamil Syahbana di yang besar yang membentuk masyarakat Bali
Karangasem Bali, menjelaskan PMVBG tidak tangguh menghadapi bencana.
dapat memprediksi kapan akan terjadinya Kearifan lokal Menyama Braya adalah
erupsi Gunung Agung. “Hanya saja kita konsep hidup ideal bermasyarakat di Bali
tidak bisa memprediksi kapan magma akan sebagai filosofi dari Karma Margayang
menembus bebatuan tersebut karena memang bersumber dari sistem nilai budaya dan adat
tidak ada alat untuk mendeteksinya,” terangnya. istiadat masyarakat Bali untuk dapat hidup
Sementara itu, menurut ahli gunungapi Surono, rukun. Kerukunan mengandung makna akrab,
disebut golden time. “Untuk gunung yang padat damai dan tidak berseteru, diibaratkan pada
penduduknya, idealnya jarak Awas hingga kehidupan sepasang suami istri dalam rumah
meletus dua hari,” kata Surono, mantan Kepala tangga yang harmonis dan damai dalam
PVMBG. Dari ditetapkannya status Awas 22 menghormati kearifan lokal sebagai landasan
September 2017 hingga sekarang 19 Oktober strategis mewujudkan makna menyama braya
2017, terhitung sudah 27 hari dan Gunung sebagai penguatan jati diri bangsa. Manusia itu
Agung belum meletus. tidak hidup sendiri di dunia ini, tetapi dilindungi
Kearifan lokal menjadi sesuatu yang oleh komunitasnya, masyarakatnya, dan alam
unik dalam penanganan bencana di Indonesia. semesta sekitarnya. Manusia pada hakikatnya
Tidak dapat kita singkirkan dalam kehidupan tergantung dalam segala aspek kehidupannya
bermasyarakat. Kejadian gempabumi tsunami kepada sesama umat manusia, karena itu
Aceh tahun 2004 juga menceritakan fenomena ia selalu berusaha untuk sedapat mungkin
alam yang tersirat dalam buku Jurnalisme memelihara hubungan baik, terdorong oleh
Bencana karya Ahmad Arif, yakni ia menuliskan jiwa sama rata sama rasa; dan selalu berusaha
Kastami, pegawai negeri sipil di Kepolisian Resor untuk sedapat mungkin bekerjasama dalam
Meulaboh, menceritakan saat-saat sebelum komunitas. Itulah yang tercermin di Bali meski
dan seputar berlangsungnya gempa. “Saya Gunung Agung status Awas.
lihat ayam-ayam gelisah dan hewan ternak
lain sejak pagi gelisah. Mereka mengeluarkan
bunyi-bunyian yang tidak seperti biasanya.
Tiba-tiba, beberapa saat setelah itu tanah
bergerak tak tentu arah. Bangunan-bangunan
berjatuhan….,” kisahnya. Sementara itu,
Sawiyah yang sedang menunggui kerabatnya
di rumah sakit menuturkan bahwa malam
sebelum gempa, ia merasa tidak tenang karena
burung malam terus berbunyi. Dia tahu itu suatu
tanda, tetapi tidak mengira bahwa itu pertanda
bencana yang begitu dahsyat. Warga Sinabang,
Pulau Simeuleu, yang tinggal di Banda Aceh ini
kehilangan 20 orang sanak saudaranya.
Kearifan lokal Bali, patut diacungi
jempol. Pengungsi yang berpindah ke daerah
aman mendapatkan bantuan masyarakat dari Hal ini terbukti dari pemberitaan
semua elemen. Karakter masyarakat Bali Tangkasnews.com yang menyatakan PVMBG:
yang suka gotong royong, saling menghargai, Kemungkinan, Gunung Agung Batal Erupsi.
senang membantu dan rukun menyebabkan Penurunan status oleh PVMBG berdasarkan

Rasionalitas dan Kearifan Lokal... (Andri Cipto Utomo) 79


surat Nomor: 1874/45/BGL.V/2017, DAFTAR PUSTAKA
berdasarkan hasil analisis data visual dan
kegempaan serta mempertimbangkan potensi Arif, Ahmad. Jurnalisme Bencana, Bencana
ancaman bahayanya, maka pada tanggal Jurnalisme: Kesaksian dari Tanah
29 Oktober 2017 pukul 16.00 WITA status G. Bencana; Jakarta; Kepustakaan Populer
Agung diturunkan dari Level IV (Awas) ke Gramedia;2010.
Level III (Siaga). Meskipun status aktivitas Agupena, Tim Penulis. PAPPATAMMA:
Gunungapi Agung telah diturunkan ke Level Perlindungan Perempuan dan Anak
III (Siaga) namun perlu dipahami bersama Berbasis Kearifan Lokal di Indonesia;
bahwa aktivitas vulkanik Gunungapi Agung Deepublish; Yogyakarta; Juni 2016.
belum mereda sepenuhnya dan masih memiliki De Saputra, Drs. Syahrial. Kearifan Lokal yang
potensi untuk meletus. Terkandung Dalam Upacara Tradisional
Kepercayaan Masyarakat Sakai-Riau,
4. KESIMPULAN DAN SARAN Penerbit Kementerian Kebudayaan dan
Pariwisata Balai Pelestarian Sejarah dan
Rasionalitas dan kearifan lokal terjadi Nilai Tradisional Tanjungpinang 2010.
pada penanganan Gunung Agung, pembaca Denis Mcquaill, 1989, Teori Komunikasi Massa,
diberikan pilihan untuk memercayai secara Suatu Pengantar, Edisi Kedua, Erlangga,
rasionalitas atau dengan kepercayaan mereka hal. 108, 1987.
sesuai kearifan lokal. Hamad, Ibnu. Konstruksi Realitas Politik Dalam
Hal ini dilakukan media sebagai salah satu Media Massa; Granit; 2004
langkah awal memberikan informasi kepada Mufid, Muhammad. Etika dan Filsafat
khalayak luas untuk menyadarkan masyarakat Komunikasi; Edisi Pertama; Cetakan ke-
akan bencana. Tetapi untuk menyadarkan 4, Februari 2015; Prendamedia Group,
masyarakat akan bencana bukanlah hal yang Jakarta.
mudah, peranan media dalam pemberitaan kbbi.web.id/konteks
sangatlah dibutuhkan agar pembaca tidak Moleong, L.J. Metodologi Penelitian Kualitatif
tersesat mendapatkan informasi. edisi Revisi; Bandung; PT Remaja
Berdasarkan uraian di atas, perlu Rosdakarya; 2017.
adanya rasionalitas dan kearifan lokal dalam McQuil, Dennis. Teori Komunikasi Massa,
pemberitaan media untuk mendidik, menghibur, Jakarta: Erlangga; 2002;h. 66.
memberi informasi dan sebagai kontrol Morissan, Teori Komunikasi Individu dan
sosial. Strategi komunikasi yang dirancang, Massa, Jakarta: Kharisma Putra Utara;
dirumuskan, dan dipilih dengan baik sebelum 2014, h. 480.
pelaksanaan pemberitaan tentu menjadi Priambodo, S. Arie. Panduan Praktis
salah satu faktor penentu tersampaikannya Menghadapi Bencana ; Kanisius
pesan-pesan yang diinginkan oleh media Yogyakarta; 2009.
terkait dengan penanggulangan bencana, jika Rusadi, Udi. Kajian Media Isu Ideologis
khalayak salah mendapatkan informasi, maka dalam Prespektif, Teori dan Metode;
salah juga tindakan yang dilakukan mereka, Rajagrafindo Jakarta; 2015.
sehingga timbul korban. Saptono, Prof. Dr. Ade. Hukum dan Kearifan
Sesuai fungsinya media massa mendidik, Lokal, Revitalisasi Hukum Adat
memberikan informasi, menghibur dan sebagai Nusantara; Penerbit Grasindo dan Cikal
alat kontrol sosial, hendaknya memilah berita Sakti; 2009.
yang patut disampaikan dan mana yang tidak.

80 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 66-81
Soehoet, Haoeta. 2003. Dasar-Dasar United Nations International Strategy for
Jurnalistik. Yayasan Kampus Tercinta- Disaster Reduction, www.unisdr.org
IISIP: Jakarta. West, Richard dan Lynn H. Turner. Pengantar
Sri Rizki, Juni Wati. Kepemilikan Media Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi;
dan Ideologi Pemberitaan; Penerbit Penerbit Salemba Humanika; 2008.
Deepublish; November 2016;. Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, Jakarta;
Suaib, Hermanto. Nilai-Nilai Kearifan Lokal Grasindo; 2000; h. 10-13.
dan Modal Sosial dalam Pemberdayaan Yudkowsky, Elieze. Jurnal Rationality from AI to
Masyarakat Suku Moi; 2017. Zombies, PDFDRIVE.NET.
Titib, I Made. 2003. Teologi dan Simbol-Simbol
Dalam Agama Hindu. Surabaya: Penerbit
Paramita.
Grootaert and Van Bastelaar, T. 2001.
Understanding and Measuring Social
Capital: A Synthesis of Findings and
Recommendations from the Social
Capital Initiative, Social Development
Family, Social Development Department,
Environmentally and Social Sustainable
Development Network, World Bank.

Rasionalitas dan Kearifan Lokal... (Andri Cipto Utomo) 81


PEMANFAATAN DATA KEPENDUDUKAN DALAM PENANGGULANGAN
BENCANA (STUDI: SIAGA BENCANA GUNUNG AGUNG,
KARANGASEM, BALI)

Suprapto, Ratih Nurmasari, Ainun Rosyida


Statistisi BNPB

E-mail: prapto@bnpb.go.id

Abstract

Peningkatan status Gunung Agung berdampak terhadap pembatasan aktivitas masyarakat


yang berada di dekat puncak gunung. Pada radius tertentu dari puncak gunung tidak boleh ada
aktivitas masyarakat karena berpotensi terdampak jika terjadi letusan. Masyarakat mengungsi ke
tempat yang lebih aman. Estimasi jumlah pengungsi merupakan data awal yang dapat digunakan
dalam mempersiapkan berbagai kebutuhan pengungsi. Berdasarkan data kependudukan dari
Badan Pusat Statistik (BPS) 22 desa yang masuk dalam kawasan rawan bencana memiliki jumlah
penduduk sebesar 131 ribu jiwa. Estimasi data pengungsi ini berguna untuk mengantisipasi
kebutuhan yang harus dipersiapkan seperti bahan pangan, lokasi pengungsi, dan kebutuhan
lainnya. Perbedaan data ini menunjukkan bahwa kemungkinan memang jumlah penduduk
nyatanya banyak atau ada beberapa penduduk desa yang tinggal di wilayah aman namun
ikut mengungsi. Kekawatiran masyarakat yang tinggal di wilayah lereng Gunung Agung akan
bahaya letusan kemungkinan menjadi pendorong bagi mereka yang tinggal di lokasi aman untuk
mengungsi juga. Terlebih lagi jika mereka melihat masyarakat desa tetangga mengungsi secara
berbondong-bondong.

Keywords : Gunung Agung, kawasan rawan bencana, pengungsi.

1. PENDAHULUAN negara dari segi wisatawan. Kejadian-


kejadian yang terjadi pada wilayah Bali,
1.1. Latar Belakang tidak hanya menjadi konsumsi dalam negeri
tetapi menjadi perhatian negara-negara lain,
Gunung Agung merupakan gunung aktif terutama negara yang masyarakatnya banyak
yang berada di Pulau Bali. Gunung ini memiliki melakukan kunjungan wisata di Bali.
ketinggian 3.014 mdpl, terletak di Kecamatan Sejak tahun 1800-an, gunung ini telah
Rendang, Kabupaten Karangasem. Pos meletus sebanyak 4 kali yaitu tahun 1808,
Pengamatan Gunung Agung ada tiga yaitu di 1821, 1843 dan 1963 (PVMBG). Letusan
Desa Rendang, Kabupaten Karangasem, di tahun 1963 dimulai tangga 18 Februari 1963
Budakeling dan Batulompeh. Pos ini berfungsi dan berakhir pada tanggal 27 Januari 1964.
untuk mengamati secara visual kondisi gunung Letusan bersifat magnatis. Korban tercatat
tertinggi di Bali itu. Keindahan Gunung Agung 1.148 orang meninggal dan 296 orang luka.
juga dapat dilihat dari Pure Besakih. Bali Akhir tahun 2017, Gunung Agung menunjukkan
merupakan salah satu tujuan wisata Indonesia peningkatan aktivitas yang menyebabkan
baik yang berasal dari dalam maupun luar Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
negeri. Bali sangat terkenal dengan keindahan Geologi (PVMBG) meningkatkan status
wisatanya, sehingga menopang pemasukan gunung. Peningkatan status ini merupakan

82 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 82-88
langkah antisipasi jika gunung mengalami Rentang waktu penelitian ini adalah selama
letusan. Dampak lain dari adanya peningkatan bulan September-Oktober tahun 2017.
status adalah masyarakat yang tinggal/berada
di zona merah (tidak aman) harus mengungsi 2.2. Sampling dan Analisis Sampel
ke tempat yang lebih aman.
Masyarakat yang berada di radius tidak Penelitian ini menggunakan data dari
aman melakukan pengungsian baik secara Kabupaten yang terdampak akibat kenaikan
mandiri maupun secara bersama-sama. stastus Gunung Agung. Kabupaten tersebut
Masyarakat yang tinggal di pengungsian adalah Buleleng, Klungkung, Karangasem,
menjadi tanggung jawab pemerintah dalam Bangli, Gianyar, Tabanan, Badung, Jembrana
hal pemenuhan kebutuhan dasar seperti dan Kota Denpasar. Data penduduk akan
makanan. Estimasi jumlah penduduk yang digunakan untuk memprediksi jumlah
mungkin akan mengungsi menjadi sangat pengungsi akibat bencana ini.
penting untuk mempersiapkan logistik yang
diperlukan. Ketersediaan data penduduk 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
yang akurat membantu dalam menjawab
persoalan ini. Badan Pusat Statistik (BPS) 3.1. Laporan Penelitian
sebagai lembaga yang mempunyai wewenang
menghitung jumlah penduduk sangat berperan a. Peningkatan Aktivitas Gunung Agung
dalam menyediakan data ini. Ketidakakuratan Hingga saat ini gunungapi aktif di
sumber data penduduk memberikan hasil Indonesia dikelompokkan hanya berdasarkan
yang berbeda dan kemungkinan kesalahan sejarah letusannya, yaitu tipe A (79 buah),
dalam mengambil keputusan. Maka dari itu adalah gunungapi yang pernah meletus sejak
peran sumber data kependudukan yang akurat tahun 1600, tipe B (29 buah) adalah yang
sangat penting ketika bencana terjadi. diketahui pernah meletus sebelum tahun
1600, dan tipe C (21 buah) adalah lapangan
1.2. Tujuan solfatara dan fumarola (Bemmelen,1949
dalam Pratomo, 2006). Lebih lanjut Pratomo
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (2006) menjelaskan bahwa berdasarkan
memberikan gambaran tentang pentingnya sejarah letusannya, dikombinasikan dengan
data kependudukan dalam hal bencana. karakter fisik, bentang alam puncak, struktur
Ketersediaan data yang akurat dan mudah gunungapi, dan tipe letusannya, gunung aktif
diakses, membantu dalam menyiapkan di Indonesia dapat dibedakan menjadi delapan
langkah-langkah awal ketika terjadi bencana. tipe, yaitu tipe Tambora 1815 (letusan kaldera),
Rencana kontijensi harus menyertakan kajian Merapi (kubah lava), Agung (kawah terbuka),
mengenai jumlah penduduk, sehingga estimasi Papandayan (runtuhan dinding kawah), Batur
kebutuhan selama krisis dapat terpenuhi. (pascakaldera), Sangeangapi (aliran lava), dan
Anak Krakatau (gunungapi bawah laut). Salah
2. METODOLOGI satu gunung aktif adalah Gunung Agung.
Gunung Agung merupakan gunung
2.1. Tempat dan Waktu Penelitian aktif yang berada di Pulau Bali tepatnya di
Kabupaten Karangasem. Lokasi geografi
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten gunung ini adalah 08°20’ 30” Lintang Selatan
Karangasem Provinsi Bali pada saat dan 115°30’ 30” Bujur Timur. Erupsi katastropik
peningkatan status Gunung Agung. Gunung Agung pada tahun 1963 dicirikan oleh
Peningkatan status yang berbarengan 2 kali letusan besar (paroksismal), yaitu yang
dengan pengungsian masyarakat membuat terjadi pada tanggal 17 Maret dan 16 Mei
pemerintah harus bertindak cepat untuk 1963, yang memuntahkan material berupa
memenuhi kebutuhan pokok pengungsi. piroklastika dan aliran lava (Zen, 1964; Zen &

Pemanfaatan Data Kependudukan ... (Suprapto, Ratih Nurmasari dan Ainun Rosyida) 83
Hadikusumo, 1964; Kusumadinata, 1963;1979 yang bersifat aliran, KRB II ini mencakup
dalam Pratomo, 2006). Berdasarkan informasi seluruh lereng utara sampai ke pantai
dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Laut Bali, lereng selatan dan tenggara
Geologi (PVMBG) gunung ini sudah beberapa hingga berjarak ± 14 km dari puncak.
meletus yaitu: Sedangkan bahaya lontaran batu

Tabel 1. Sejarah Letusan Gunung Agung Setelah Tahun 1800.
No Tahun Kegiatan
1 1808 Dalam tahun ini dilontarkan abu dan batuapung dengan jumlah luar biasa
2 1821 Terjadi Erupsi normal, selanjutnya tidak ada keterangan
3 1843 Erupsi didahului oleh gempabumi. Material yang dimuntahkan yaitu abu,
pasir, dan batuapung. Selanjutnya dalam tahun 1908, 1915, dan 1917
di berbagai tempat di dasar kawah dan pematangnya tampak tembusan
fumarola.
4 1963 Erupsi dimulai tangga 18 Februari 1963 dan berakhir pada tanggal 27
Januari 1964. Erupsi bersifat magnatis. Korban tercatat 1.148 orang
meninggal dan 296 orang luka.
Sumber: PVMBG.

Gunung Agung kembali mengalami (pijar) terbatas pada radius 6 km dari


peningkatan aktivitas pada tahun 2017 yang kawah pada sekeliling lerengnya. Luas
ditandai dengan meningkatnya kegempaan. seluruh KRB II ini adalah ± 215 km2.
Kegempaan baik yang gempa vulkanik dalam, Jumlah penduduk yang bermukim dalam
gempa vulkanik dangkal dan gempa tektonik kawasan ini sebanyak 35.886 jiwa.
lokal menjadi salah satu indikator yang diukur • Kawasan Rawan Bencana I
setiap harinya untuk menentukan rekomendasi Adalah kawasan yang berpotensi terlanda
dari status gunung. Nandi (2006) menjelaskan aliran lahar hujan, banjir dan hujan abu
gempa vulkanik dalam adalah kedalaman lebat serta kemungkinan perluasan
sumber gempanya kurang lebih 2-30 km. aliran awan panas dan lontaran batu
Gempabumi ini banyak persamaannya dengan (pijar) terutama jika letusannya semakin
gempabumi tektonik, terutama mengenai membesar. Derajat kerawanan KRB I ini
gempa susulannya. Terjadi pada saat menjelang lebih rendah dari KRB II. KRB I terhadap
letusan suatu gunungapi, atau sebagai pertanda aliran massa terutama di sepanjang
bahwa suatu gunungapi tengah mulai aktif. aliran sungai, yaitu Tk. Daya di kaki
Gempa vulkanik dangkal adalah kedalaman sebelah utara dan Tk. Batang di kaki
sumber gempa kurang dari 2 km, terjadi pada sebelah timur. Di kaki tenggara aliran
saat mendekati terjadinya letusan, saat letusan lahar mengancam kota Amlapura dan
dan setelah letusan terjadi. dataran Karangasem melalui Tk. Rilah,
Kawasan rawan bencana Gunung Agung Tk. Lajang, Tk. Luah, Tk. Pangandingah,
terdiri atas dua yaitu Kawasan Rawan Bencana Tk. Krekuk, Tk. Bangka, Tk. Timbul, Tk.
I (KRB I) dan Kawasan Rawan Bencana II (KRB Bedih, Tk. Buhu, dan Tk. Jangga.
II). Berdasarkan informasi dari Badan Geologi, Sedangkan aliran lahar ke selatan
Kawasan rawan bencana tersebut adalah: melalui Tk. Telaga Waja, dan Tk. Unda
• Kawasan Rawan Bencana II mengancam Kota Semarapura, Kabupaten
Adalah kawasan yang berpotensi Kelungkung. Kawasan rawan bencana hujan
terlanda awan panas, lontaran batu abu lebat dan kemungkinan lontaran batu
(pijar), hujan abu (lebat), dan aliran (pijar) mempunyai radius 10 km dari kawah,
lava. Khusus di dalam kawah ancaman tanpa memperhitungkan arah angin. Kawasan
juga berupa gas beracun. Untuk bahaya ini meliputi areal seluas 185 km2. Jumlah

84 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 82-88
penduduk yang bermukim dalam kawasan ini 22 September 2017. Pada saat itu kawasan
sebanyak 77.815 jiwa. Peta Kawasan Rawan puncak gunung mengeluarkan semburan uap
Bencana Gunungapi Agung hanya berlaku air dan asap putih.
apabila letusan terjadi di kawah pusat, arah
letusan tegak lurus tanpa memperhatikan
arah angin, tidak terjadi letusan pembentukan
kaldera yang berakibat (kawah berdiameter 2
km).

Gambar 2. Grafik Kegempaan Gunung Agung.


Sumber: BNPB.

Masyarakat yang tinggal di wilayah


sekitar Gunung Agung, akan sering merasakan
gempa akibat aktivitas gunung ini. Kegempaan
ini menandakan adanya peningkatan aktivitas
dari Gunung Agung. Pemerintah mendirikan
pos komando utama (posko utama) di sekitar
pelabuhan Tanah Ampo sebagai tempat untuk
melakukan koordinasi. Posko utama memiliki
peran untuk melakukan koordinasi bagi seluruh
pelaku penanggulangan bencana dan sebagai
gudang logistik sebelum diberikan kepada
pengungsi di pos-pos pengungsian.

b. Masyarakat Mengungsi
Letusan gunung secara langsung
berdampak kepada masyarakat sekitar. Secara
Gambar 1.
Peta KRB Kondisi Awas Gunung
Agung Terhitung Mulai 27 Nov 2017. umum dampak letusan gunung berapi meliputi
Sumber: BNPB. aspek: kesehatan, psikologis, sarana dan
prasarana lingkungan, pendidikan, dan sosial
Kegempaan di Gunung Agung secara ekonomi (Firdaus, dkk. 2014). Lebih lanjut
sederhana dapat dilihat pada Gambar 2. Status penelitian Firdaus, dkk (2014) letusan gunung
Gunung Agung dinaikkan menjadi Waspada dapat berdampak terhadap:
pada tanggal 14 September 2017. Status • Rusaknya pemukiman warga pada
ditingkatkan salah satunya karena adanya wilayah letusan.
peningkatan gempa vulkanik dangkal dan • Pepohonan dan tumbuhan yang ditanam
gempa tektonik. Seiring dengan kegempaan warga sekitar banyak yang layu, bahkan
yang semakin meningkat, tanggal 18 September mati akibat debu vulkanik, begitu juga
2017 status meningkat menjadi Siaga. Pada dengan hewan ternak dan ikan banyak
saat itu jumlah kegempaan mengalami yang mati.
peningkatan baik dari segi vulkanik dangkal, • Menyebabkan gagal panen di sektor
vulkanik dalam maupun gempa tektonik. Pusat pertanian dan perikanan.
Vulkanologi kembali meningkatkan status • Rusaknya infrastruktur jalan, listrik, dan
Gunung Agung menjadi Awas pada tanggal saluran irigasi.

Pemanfaatan Data Kependudukan ... (Suprapto, Ratih Nurmasari dan Ainun Rosyida) 85
• Terhentinya aktivitas mata pencaharian Gianyar, Kota Denpasar, Tabanan, Buleleng
warga sekitar bencana. dan Jembarana. Lokasi pengungsi terbanyak
• Bandar udara tidak dapat beroperasi atau berada di Kabupaten Karangasem.
tidak dapat melakukan penerbangan
karena debu vulkanik yang dihasilkan
dapat menyebabkan mesin pesawat
mati.
• Mengganggu hubungan komunikasi,
jaringan listrik terputus, dan aktivitas
masyarakat lumpuh.
Langkah-langkah antisipasi sebelum
terjadi letusan gunung sangat menentukan
terhadap kesiapan masyarakat dalam
menghadapi letusan yang sesungguhnya.
Dalam masa siaga Gunung Agung berdasarkan
rekomendasi dari Pusat Vulkanologi radius Gambar 3. Grafik Jumlah Pengungsi.
Sumber: BNPB.
dari puncak gunung harus steril dari aktivitas
dan kegiatan masyarakat. Pada saat gunung
Tabel 2. Statistik Deskriptif Jumlah Pengungsi.
dinaikkan statusnya dari Siaga ke Awas
tanggal 22 September 2017 pukul 20.30 Jumlah Pengungsi
WITA, rekomendasi yang dikeluarkan adalah Mean 124.208
masyarakat agar tidak melakukan aktivitas di Median 139.199
sekitar kawah Gunung Agung dan di seluruh
Minimum 10.895
area di dalam radius 9 kilometer dari kawah
puncak Gunung Agung. Perluasan sektoral ke Maximum 150.109
arah utara, timur laut, tenggara dan selatan- Count 78
barat daya sejauh 12 kilometer. Sumber: BNPB.
Masyarakat yang tinggal di radius tidak
aman mengungsi ke tempat yang aman dan jauh Jumlah pengungsi maksimal adalah
dari radius berbahaya akibat kenaikan status. 150 ribu jiwa. Pengungsi ini tersebar di 9
Masyarakat mulai meninggalkan rumah mereka kabupaten/kota yang tersebar di Bali yaitu
menuju lokasi-lokasi yang telah ditetapkan atau Buleleng, Klungkung, Karangasem, Bangli,
melakukan pengungsian mandiri. Pengungsian Gianyar, Kota Denpasar, Tabanan, Buleleng
mandiri adalah mereka mengungsi ke tempat dan Jembarana. Lokasi pengungsi terbanyak
sanak saudara atau famili atau rumah mereka berada di Kabupaten Karangasem.
yang lain yang jauh dari zona bahaya. Secara
detail pergerakan dari jumlah pengungsi dapat c. Penduduk Terdampak
dilihat pada Gambar 3. Penduduk yang terdampak akibat
Grafik jumlah pengungsi menunjukkan kenaikan status Gunung Agung haru
bahwa mulai tanggal 22 September hingga 29 mengungsi. Akibat dari adanya pengungsian
September selalu menunjukkan peningkatan, adalah pemerintah menyiapkan berbagai
setelah itu lebih stabil dalam segi jumlah. kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan hidup
Rentang watu 22 September hingga 24 Oktober selama tinggal di pengungsian. Kebutuhan
2017, rata-rata jumlah pengungsi adalah 124 ini mulai dari bahan makanan, pakaian,
ribu jiwa. tempat pengungsian, dan fasilitas penunjang
Jumlah pengungsi maksimal adalah lainnya. Estimasi jumlah penduduk yang akan
150 ribu jiwa. Pengungsi ini tersebar di 9 mengungsi menjadi amat penting karena
kabupaten/kota yang tersebar di Bali yaitu berhubungan dengan berbagai persiapan yang
Buleleng, Klungkung, Karangasem, Bangli, dilakukan oleh pemerintah. Selain itu, dengan

86 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 82-88
estimasi jumlah penduduk maka kebutuhan Tabel 3. Jumlah Penduduk Terdampak.
untuk memenuhi keperluan pengungsi bisa di Jumlah
prediksi. No Desa Kecamatan Penduduk
Salah satu penyedia data kependudukan (BPS)
adalah Badan Pusat Stastistik (BPS). Data 1 Ababi Abang 7.553
kependudukan ini nantinya dapat berguna
2 Pidpid Abang 2.799
untuk melihat kemungkinan jumlah masyarakat
3 Nawakerti Abang 2.777
yang akan diungsikan. Dampak dari kenaikan
status Gunung Agung paling besar terdapat di 4 Datah Abang 8.021
Kabupaten Karangasem. Jumlah Penduduk di 5 Bebandem Bebandem 9.834
kabupaten ini mencapai 400 ribu jiwa. 6 Jungutan Bebandem 7.089
7 Buana Giri Bebandem 6.054
8 Tulamben Kubu 8.377
9 Dukuh Kubu 3.248
10 Kubu Kubu 3.036
11 Baturinggit Kubu 3.319
12 Ban Kubu 9.935
13 Sukadana Kubu 5.780
14 Menanga Rendang 6.791
15 Besakih Rendang 7.094
16 Pempatan Rendang 10.093
Gambar 4. Grafik Proyeksi Penduduk Kabupaten 17 Selat Selat 2.486
Karangasem Per Kecamatan Tahun 2017.
18 Peringsari Selat 5.432
Sumber: BPS.
19 Muncan Selat 6.869
20 Duda Utara Selat 6.027
21 Amerta Bhuana Selat 3.228
22 Sebudi Selat 5.521
TOTAL 131.363

Total jumlah masyarakat yang tinggal


di wilayah terdampak sebanyak 131.363 jiwa
berdasarkan data BPS. Angka ini merupakan
estimasi yang dapat digunakan dalam
perhitungan jumlah pengungsi.
Gambar 5. Grafik Proyeksi Penduduk Kabupaten
Karangasem Per Desa Tahun 2017. 3.2. Artikel Ulasan
Sumber: BPS.
Peningkatan status Gunung Agung
BNPB merilis nama-nama desa yang memberikan dampak terhadap pengosongan
masuk dalam wilayah kawasan rawan bencana sejumlah wilayah dari kegiatan masyarakat.
berjumlah 22 desa. Desa-desa ini masuk Pengosongan kegiatan ini menyebabkan
dalam kategori rawan dan harus dikosongkan masyarakat mengungsi ke daerah-daerah yang
dari berbagai kegiatan warga masyarakat. lebih aman. Data kependudukan BPS bisa
Berikut ini adalah total penduduk di 22 desa menjadi rujukan dalam menghitung estimasi
tersebut. jumlah pengungsi. Namun jika dibandingkan

Pemanfaatan Data Kependudukan ... (Suprapto, Ratih Nurmasari dan Ainun Rosyida) 87
dengan jumlah pengugsi yang tercatat, Kemudahan akses ke dalam data kependudukan
jumlahnya pengungsi melebihi proyeksi BPS akan sangat menunjang penanggulangan
penduduk desa terdampak. Jumlah pengungsi bencana, terutama dalam penyediaan data
tercatat pernah mencapai angka 150 ribu jiwa. kependudukan. Ke depannya diharapkan akses
Gambar 3 menjelaskan bahwa jumlah ke data ini menjadi mudah diakses dan mampu
pengungsi bergerak stagnan di angka 140 ribu memberikan data yang terbaru. Perlu sekiranya
jiwa. Perbedaan data ini menunjukkan bahwa dalam perhitungan lanjutan menggunakan
kemungkinan memang jumlah penduduk sumber data kependudukan yang lain seperti
nyatanya banyak atau ada beberapa penduduk data penduduk yang bersumber dari Asia
desa yang tinggal di wilayah aman namun populasi maupun data kependudukan yang
ikut mengungsi. Kekhawatiran masyarakat dimiliki oleh Kementerian Dalam Negeri. Data
yang tinggal di wilayah lereng Gunung Agung ini dapat digunakan sebagai pembanding
akan bahaya letusan kemungkinan menjadi dalam perhitungan penduduk terpapar.
pendorong bagi mereka yang tinggal di lokasi
aman untuk mengungsi juga. Terlebih lagi jika DAFTAR PUSTAKA
mereka melihat masyarakat desa tetangga
mengungsi secara berbondong-bondong. Firdaus, M. Pramoda, R. Yulisti, M. 2014.
Jumlah pengungsi yang mencapai Dampak Letusan Gunung Kelud
150 ribu jiwa ini juga disebabkan karena Terhadap Pelaku Usaha Perikanan di
ketidakjelasan batas-batas daerah mana saja Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur.
yang masuk dalam kawasan rawan bencana. Jakarta: Balai Besar Penelitian Sosial
Kawasan rawan bencana hanya menyebutkan Ekonomi Kelautan dan Perikanan.
radius dari puncak gunung sekian kilometer Nandi. 2006. Geologi Lingkungan Gempabumi.
tanpa menyebutkan desa mana saja yang masuk Universitas Pendidikan Indonesia.
dalam radius tersebut. Hal ini menyebabkan Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial
masyarakat berfikir sendiri apakah wilayahnya Pratomo, I. 2006. Klasifikasi Gunungapi Aktif
masuk dalam KRB atau tidak. Semakin banyak Indonesia, Studi Kasus dari Beberapa
jumlah pengungsi maka total kebutuhan yang Letusan Gunungapi Dalam Sejarah.
harus disediakan juga semakin banyak. Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1 No. 4
Desember 2006: 209-227
4. KESIMPULAN DAN SARAN http://vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/
data-dasar-gunungapi/468-g-agung?
Ketersediaan data kependudukan sangat start=1
membantu dalam upaya penanggulangan https://bali.bps.go.id/
bencana. Dalam menghadapi letusan Gunung https://bnpb.go.id
Agung, data kependudukan memiliki peran
yang sangat penting untuk mengestimasi
jumlah penduduk yang harus mengungsi.
Estimasi jumlah penduduk ini sebagai bagian
dari rencana kontijensi terhadap berbagai
kebutuhan yang harus dipersiapkan baik
sebelum, saat maupun pascaletusan. Data
kependudukan yang telah disediakan oleh BPS
sangat membantu di lapangan. Diharapkan
ke depannya setiap ada kejadian bencana
data kependudukan ini mampu menjadi data
dasar dalam mengestimasi jumlah masyarakat
terdampak.

88 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 82-88
FORMAT PENULISAN
UNTUK JURNAL DIALOG PENANGGULANGAN BENCANA
Judul
(UPPERCASE, CENTER, BOLD FONT ARIAL 12)
Nama Lengkap Penulis
} Huruf dll lay
out hal berikut

Abstract : Tuliskan tujuan dari kesimpulan artikel anda secara jelas dan singkat; dalam BAHASA
INGGRIS maksimal 250 kata. Abstrak ditulis 4 cm dari sisi kiri dan sisi kanan dengan sentence,
Justify, Italic, Font Arial 10.
Keywords : bahasa Inggris paling banyak 10 kata (Sentence case, Justify, Italic, Arial 10).

1. PENDAHULUAN (UPPERCASE, LEFT, 3. HASIL DAN PEMBAHASAN


BOLD, FONT ARIAL 10) (huruf seperti 1.)
Jurnal ini hanya memuat artikel yang Pada BAB ini penulis dapat membagi 2 sub
disusun dengan isi dan format yang sesuai bab atau lebih.
dengan ketentuan pada halaman ini dan
contoh LAY OUT di halaman berikutnya. 3.1 Laporan Penelitian
(huruf seperti 1.1)
1.1 Latar Belakang (Tinjauan Pustaka). Penulis harus menyampaikan data/
(Titlecase, left, Bold, font Arial 10). hasil pengamatannya. Hubungkan dan
Uraian tentang substansi penelitian atau diskusikan dengan referensi hasil/hasil
tinjauan yang dilakukan penulis dengan penelitian lain. Jelaskan mengapa hasil
dasar publikasi mutakhir. penelitian anda berbeda atau sama
dengan referensi yang ada, kemudian ambil
1. 2 Tujuan (huruf seperti 1.1) kesimpulannya.
Menjelaskan dengan singkat tujuan
penelitian ataupun tujuan yang akan 3.2 Artikel Ulasan (Huruf seperti 1.1)
dilakukan. Penulis menyampaikan “teori, pandangan
dan hasil penelitian” peneliti lain tentang
2. METODOLOGI sebuah substansi/isu yang menarik.
Pada BAB ini penulis bisa membagi 2 atau Diskusikan/kupas perbedaan dan
3 sub bab. persamaan referensi yang anda sampaikan
tersebut. Ambil kesimpulan; yang akan lebih
2.1 Tempat dan waktu penelitian ; baik jika penulis mampu mensinergikan
menjelaskan di mana dan kapan referensi yang ada menjadi sebuah
penelitian dilakukan; pandangan baru.

2.2 Sampling dan analisis sampel; yang Tabel dan Gambar dapat disisipkan di
menjelaskan bagaimana mengambil sampel tengah-tengah artikel. Contoh :
dan dianalisis di mana dengan metode apa.
Tabel 1. Judul Tabel (Capital Each Word,
2.3 ............... (jika perlu) regular, ditulis di atas tabel).
Gambar 1. Judul Gambar (Capital Each DAFTAR PUSTAKA
Word, regular, ditulis di bawah Berisi referensi yang diacu yang dalam artikel
gambar). ditulis dengan superscript dan ditulis dengan cara
berikut:
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Penulis bisa membagi 2 sub bab: 4.1 1. Author, tahun Judul paper, jurnal/prosidang/
kesimpulan yang berisi kesimpulan pada buku, Vol (no), hal/jumlah hal. (perhatikan
pembahasan dan 4.2. Saran diberikan jika cara menaruh singkatan nama sebagai
ada hasil penelitian yang perlu ditindak author ke-1: Garno, Y.S. dan nama ke-2:
lanjuti. Y.S. Garno).

UCAPAN TERIMAKASIH
Berisikan ucapan terima kasih penulis pada pihak
yang membantu (kalau perlu saja).
LAYOUT PENULISAN

18.5 cm

Judul KARYA ILMIAH


(UPPERCASE, CENTER, BOLD, FONT ARIAL 12)

Penulis (Tittlecase, center, Bold, Font Arial 10)


Nama Unit Kerja (Tittlecase, Center, Reg, Arial 10)

ABSTRACT: sentence case, justify, italic, font Arial 10


Kata kunci: maksimal 5 kata; ditulis Sentence case, justify with last
line aligned left, italic, Arial 10

Format penulisan jurnal ini Awal paragraph


terdiri dari 2 kolom dengan menjorok ke dalam 1,25
jarak antara kolom 0,5 cm cm semua kalimat artikel
dengan : selain judul bab dan
 Paper Size : Custom Size subbab ditulis dengan
 Width : 19,1 cm MS Word, 1 spasi,
 High : 26 cm sentence case, justify,
 Header : 1,25 cm regular, font Arial 10
 Footer : 1 cm
0.5 cm

1.5 cm
2 cm

 Top : 2,5 cm Bottom : 2,5 cm


 Left : 3 cm Right : 2,5 cm

2.5 cm
Footer 1.5 cm
Diterbitkan oleh:
Pusat Data Informasi dan Humas
BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA
Graha BNPB Jl. Pramuka Kav. 38 Jakarta Timur 13120

+62 21 2982 7793 @BNPB_Indonesia


+62 21 2128 1200 BNPBIndonesia
contact@bnpb.go.id BNPB_Indonesia
ISSN 2087-636X
ppid@bnpb.go.id HumasBNPB

www.bnpb.go.id tv.bnpb.go.id
+62 822 1001 1980 +62 812 123 7575 9 772087 636007

Anda mungkin juga menyukai