JURNAL DIALOG
PENANGGULANGAN
BENCANA
Volume 9, Nomor 1, Tahun 2018
Pembina:
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Penasihat:
Sekretaris Utama BNPB
Mitra Bestari:
Prof. DR. rer. nat. Junun Sartohadi, MSc
Prof. DR. Edvin Aldrian, MSc
DR. Tri Handoko Seto, M.Si
Pelaksana Redaksi:
Teguh Harjito, Dian Oktiari,
Suprapto, Ainun Rosyida, Nurul Maulidhini,
Ratih Nurmasari, Theopilus Yanuarto,
Andri Cipto Utomo, Ignatius Toto Satrio
Alamat Redaksi:
Pusat Data Informasi dan Humas
Badan Nasional Penanggulangan Bencana
GRAHA BNPB Jl. Pramuka Kav. 38 Jakarta Timur 13120 Indonesia
Telp. 021-29827793 & Fax. 021-21281200,
Email : Redaksijurnal@bnpb.go.id
Foto Cover :
Gempa Banjarnegara. (Dok. BNPB)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya, sehingga
penerbitan Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Volume 9 Nomor 1 pada bulan Juni 2018 ini
dapat diselesaikan.
Materi jurnal dalam edisi ini, menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan seluruh fase
kebencanaan. Kearifan lokal Smong masyarakat Pulau Simeulue dalam kesiapsiagaan bencana
12 tahun pascatsunami. Materi berikutnya menyampaikan hal mengenai aspek hidrometeorologi
dalam menumbuhkan budaya sadar bencana di Indonesia. Pengurangan risiko bencana
gempabumi pada komunitas sekolah dasar di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.
Evaluasi outcome implementasi program penanggulangan bencana banjir Kabupaten Aceh
Barat.
Pada jurnal edisi kali ini juga menyajikan peran institusi dalam upaya penanggulangan bencana
di lingkungan sekolah (studi kasus Sekolah Islam Al-Fajar Kota Bekasi). Pemetaan risiko multi
bencana Kota Balikpapan. Rasionalitas dan kearifan lokal dalam pemberitaan siaga darurat
Gunung Agung. Dan terakhir membahas tentang pemanfaatan data kependudukan dalam
penanggulangan bencana (Studi: Siaga Bencana Gunung Agung, Karangasem, Bali).
Bagi para tim redaksi Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana serta pihak yang turut membantu
dalam edisi kali ini, kami mengucapkan terima kasih.
Tim Penyusun
i
JURNAL DIALOG PENANGGULANGAN BENCANA
Volume 9, No. 1, Juni 2018
DAFTAR ISI
Rasionalitas dan Kearifan Lokal dalam Pemberitaan Siaga Darurat Gunung Agung
Andri Cipto Utomo ........................................................................................................... 66-81
ii
KEARIFAN LOKAL SMONG MASYARAKAT PULAU SIMEULUE DALAM
KESIAPSIAGAAN BENCANA 12 TAHUN PASCATSUNAMI
Abstract
The research about Simeulue island local wisdom Smong in disaster preparedness after 12
years of tsunami was conducted. The research aims to know how Simelue people preserved local
wisdom Smong and the effort that have been made by Simelue people to preserved the value of
nandong and nafi-nafi. This research using descriptive methods with qualitative approach and
snowball sampling technique. The data collected by in-depth interview, observing and document
review. The result shown that 1) After 12 years of tsunami Simelue island people still preserved
local wisdom Smong. Simelue people obtained the knowledge about tsunami preparedness by
the combination between traditional and contemporary. 2) Simeulue island people still preserved
the values of nandong and nafi-nafi thorugh education and internalization. Simeulue people also
build art class, discussion and documentation to preserved the local widom. The recomendation
to Local Government of Simelue to initiate he preservation of cultural values of nandong in the
artistic competitions.
2 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 1-8
Arahan tersebut dipatuhi oleh seluruh pinggir laut tiba-tiba melarikan diri ke arah
komunitas masyarakat Simeulue, mereka hutan. Pengetahuan ini berdasarkan kesaksian
hanya membawa perlengkapan seadanya untuk penyintas bencana gempabumi dan tsunami
kebutuhan di lokasi pengungsian. Hal demikian tahun 2004. Salah satu jenis hewan ternak
terpaksa mereka lakukan karena waktu masyarakat pada pinggiran pantai Simeulue
evakuasi cukup singkat, berkisar pada lima dapat dilihat pada Gambar 1.
sampai delapan menit. Pengalaman tsunami
2004, bagi mereka keselamatan jiwa yang
utama, sementara harta benda masih dapat
dicari. Pelengkapan yang dibawa masyarakat
saat evakuasi pada umumnya seperti dokumen
penting, perhiasan, dan perlengkapan pribadi.
Kedua, air sungai mengering. Bentuk
sungai yang bermuara ke laut membuat air
sungai menjadi susut karena daya tarik air
laut yang surut. Rasa kekeluargaan dan
kebersamaan masyarakat Simeulue jika
terdapat sesuatu yang dapat mengancam jiwa Gambar 1.
Hewan Ternak Jenis Kerbau di Pesisir
mereka, maka dapat dibuktikan melalui upaya Pantai Pulau Simeulue.
berbagi informasi satu sama lain. Ketika ada
warga mereka yang menyaksikan air sungai Usaha-usaha yang dilakukan
surut secara tiba-tiba, maka yang bersangkutan masyarakat adalah segera menyelamatkan
segera memberikan informasi kejadian tersebut diri menuju titik evakuasi yang telah mereka
kepada kerabatnya dan bersama-sama segera tentukan, salah satunya ke Gunung Sibao.
melakukan evakuasi ke tempat yang lebih Gunung Sibao adalah gunung tertinggi di Pulau
aman. Simeulue, diyakini sebagai tempat yang aman
Ketiga, air sumur tiba-tiba menyusut. menyelamatkan diri dari tsunami. Peringatan
Air sumur di Pulau Simeulue umumnya sudah sederhana menghimbau masyarakat menjauhi
dapat ditemukan pada kedalaman dua meter pinggiran laut dilakukan melalui pesan berantai
dari permukaan sumur. Dengan demikian, berupa teriakan “smong” oleh satu sama lain
mereka dapat mengamati jika air sumur dan proses evakuasi ini dipandu oleh Tetua
mengalami penyusutan. Setiap anggota Desa.
keluarga yang menyaksikan kejadian tersebut Penghayatan kearifan lokal smong
memberitahukan kepada yang lain. yang diwariskan turun temurun secara lisan
Keempat, angin dingin berhembus dari sejak setelah gempabumi/tsunami tahun 1907
arah laut hingga penampakan gelombang kemudian mengamalkannya pada gempabumi/
raksasa disertai suara gemuruh yang sangat tsunami tahun 2004, telah memotivasi
keras. Pada tanda ini, menunjukkan tsunami budayawan dan sastrawan Simeulue
sedang menghampiri daratan dan waktu mengaplikasikan jalur yang sama yaitu melalui
evakuasi tergolong singkat karena tidak lebih budaya bertutur. Mereka juga meriwayatkan
dari satu menit gelombang raksasa tersebut pengalaman gempabumi dan tsunami traumatik
telah sampai ke daratan. pada tahun 2004 melalui syair lagu. Syair
Pengetahuan masyarakat Pulau lagu tersebut aslinya menggunakan bahasa
Simeulue akan terjadi smong tidak terbatas Simeulue;
pada gejala alam saja namun dapat pula
ditandai dengan perubahan perilaku pada “Aher tahön duo ribu ampek
hewan ternak. Salah satu tandanya adalah (Akhir tahun dua ribu empat)
sesaat setelah gempabumi, gerombolan Akduon mesa singa mangilla
kerbau; sapi; dan kambing yang berada di (Tidak ada yang mengetahui)
4 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 1-8
El’aik keudang-keudangmo berdasarkan atas kemauan dan minat. Hanya
Petir gendang-gendangmu terdapat dua sanggar seni nandong yang telah
Kilek suluh-suluhmo berbadan hukum di Simeulue, yaitu sanggar
Halilintar lampumu seni nandong “Maredem Maso” dan “Anak
Anga linon ne malli, oek suruik sahuli Sibok”. Pengetahuan smong juga disebarkan
Jika datang gempa kuat disusul air yang dalam komunitas Masyarakat Pulau Simeulue
surut melalui cerita rakyat yang disebut “nafi-nafi”,
Miheya mihawali fano metinggi. seperti pernyataan informan berikut:
Segera cari tempat dataran yang tinggi,
agar selamat”. “…….awal timbolne nafi-nafi karano
inangerea bahae enga media-media
(Dikutip dari buku “Kapita Selekta Hukum informasi uwik televisi, handphone. Jadi,
Adat Aceh dan Qanun Wali Nanggroe” Karya ditransfer ilmu daya melalui nafi-nafi.
Taqwaddin Husin, 2016:200). Uwingi marösiuk mömbönea dapekmaro
nisuritokan mek penerusne singa
meisekamön. Sahinggo soere akduonia
mötöik.
(…..awal munculnya nafi-nafi karena
dahulu belum ada media-media informasi
seperti televisi dan handphone. Jadi, nenek
moyang kita mentransfer ilmu mereka
melalui nafi-nafi. Demikian nanti cucu
mereka dapat juga diceritakan kepada
penerusnya ke depan. Sehingga ini “nafi-
nafi” tidak akan terputus)”.
6 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 1-8
tempatan dalam ketangguhan menghadapi
bencana.
8 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 1-8
ASPEK HIDROMETEOROLOGI DALAM MENUMBUHKAN
BUDAYA SADAR BENCANA DI INDONESIA
Yeli Sarvina
Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Jl. Tentara Pelajar No. 1a Cimanggu, Bogor 16111
E-mail: ysvina@yahoo.com
Abstract
Hydrometeorology disaster is the main disaster that occurred in the world and also in
Indonesia. The intensity and frequency of these disasters continues to increase. It has caused
damage, casualties and economic losses. One of the triggers of hydrometeorology disaster is
hydrometeorological condition such as climate and weather that deviate from normal condition.
This paper discusses the importance of several aspects of hydrometeorology in developing disaster
awareness and disaster management such as understanding climate and weather characteristics,
climate and weather forecasting, real time control (RTC) or monitoring of hydrometeorological
conditions and early warning system. This is literature study and case study. Indonesia’s climate
and weather are influenced by many factors, causing high climate variability. A good understanding
of climate and weather patterns will make people aware to alteration in a system. That means
the disaster awareness getting better. Utilization of climate and weather forecasts should still be
improved, especially rainfall and wind spreed extremes. RTCs are important on potential disaster
monitoring. In the future, by smartphone technology development, communities can be involved in
monitoring hydrometeorological conditions. Hydrometeorological aspects; understanding climate
and weather conditions, climate and weather forecasts and monitoring (RTC) are important inputs
in early warning systems. A well-functioning early warning system can reduce damage and losses.
It indicates that hydrometeorological aspect is very important in disaster management and to build
disaster awareness.
Keywords : Hydrometeorology, climate, weather, ekstrem, RTC, early warning system, disaster
awareness.
2. TUJUAN
10 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 9-17
Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. F. Sistem peredaran angin yaitu: angin
Kondisi ini menyebabkan karakteristik iklim pasat, angin meridional, dan angin lokal.
wilayah Indonesia sangat dinamis dan beragam. G. Keragaman topografi.
Pramudia, et al., (2012) menyatakan bahwa
keberagamaan ikim di Indonesia disebabkan Keseluruhan komponen di atas
oleh posisi dan status atmosfer Indonesia antara menyebabkan variabilitas dan keberagaman
lain: iklim Indonesia sangat tinggi. Badan
A. Indonesia memiliki sehingga memiliki Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
suhu yang hangat sepanjang tahun, pun membagi wilayah Indonesia dalam zona
dimana rata-rata suhu permukaan di musim (ZOM). Keberadaan ZOM ini adalah
ketinggian nol (garis pantai) umumnya salah bukti lain yang menunjukkan bahwa
>250 C. Ini disebabkan oleh posisi karakter iklim dan cuaca wilayah Indonesia
Indonesia yang berada di garis equator. sangat beragam. Sejak tahun 2011, BMKG
Kondisi ini sangat potensial untuk selalu membagi Indonesia menjadi 342 ZOM,
terjadi penguapan yang tinggi. dimana sebelumnya hanya 220 ZOM (BMKG,
B. Indonesia memiliki iklim maritim. 2011). Adapun sebaran ZOM perpulau adalah
Hal ini disebabkan oleh komposisi Sumatera 54 ZOM, Jawa 150 ZOM, Bali 15
wilayah Indonesia yang terdiri dari 75% ZOM, Nusa Tenggara Barat 21 ZOM, Nusa
lautan dan 25% daratan. Iklim maritim Tenggara Timur 23 ZOM, Kalimantan 22 ZOM,
sangat dipengaruhi oleh kondisi suhu Sulawesi 42 ZOM, Kepulauan Maluku 9 ZOM,
permukaan laut di perairan yang cepat Papua 6 ZOM dan 9 wilayah non ZOM. Wilayah
berubah dan sangat fluktuatif. non ZOM memiliki pola hujan berkebalikan
C. Indonesia merupakan kawasan dengan zona musim pada umumnya. (BMKG,
pertemuan udara antar tropika (Inter- 2014).
Tropical Convergence Zone). Kawasan Untuk meningkatkan pemahaman
ini merupakan pertemuan massa udara akan karakteristik hidrometeorologi dalam
dari belahan bumi utara dan belahan menumbuhkan kesadaran bencana
bumi selatan, pada titik pertemuan maka karakteristik iklim dan cuaca harus
selalu terjadi pengangkatan udara yang diterjemahkan dalam informasi bencana yang
mengakibatkan banyak terbentuk awan. lebih operasional dan mudah dipahami. Salah
D. Kondisi anomali suhu permukaan laut di satu upaya nyata yang dapat dilakukan adalah
Samudera Pasifik ekuator. Kondisi suhu dengan menghasilkan peta-peta tematik rawan
permukaan laut digambarkan dengan bencana, seperti peta rawan banjir, longsor,
SST. Fenomena yang diakibatkan oleh kekeringan dan berbagai bencana lainnya.
anomali suhu di wilayah ini adalah El- Oleh karenanya perlu disusun peta
Nino dan La-Nina atau disebut juga rawan bencana baik secara spasial maupun
ENSO (El-Nino Southern Oscilation). temporal. Dinamika kerawanan suatu wilayah
Fenomena ini saat ini banyak terhadap bencana baik secara spasial maupun
menarik perhatian ilmuan karena temporal akan tergambar serta dapat diketahui
dampaknya yang semakin terasa pada pula kapan dan di mana bencana tertentu sering
berbagai bidang kehidupan termasuk terjadi. Saat ini, peta kerawanan suatu wilayah
terhadap kejadian berbagai bencana terhadap bencana sudah banyak dikembangkan
hidrometeorologi di Indonesia. oleh berbagai lembaga penelitian. BMKG
E. Kondisi anomali suhu permukaan laut di bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan
kawasan Lautan Hindia sebelah barat Umum/Perumahan Rakyat (Kemen PUPR)
(perairan sebelah timur Madagaskar dan Badan Informasi Geospasial (BIG) telah
Afrika) dan kawasan Lautan Hindia mengeluarkan peta potensi banjir level provinsi
sebelah timur (perairan sebelah barat seperti yang ditampilkan pada gambar 4. Untuk
Sumatera). mendapatkan informasi yang lebih detail,
12 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 9-17
banjir bandang di Garut, September 2016 lalu. Curah hujan
Ini menunjukkan bahwa prediksi curah hujan No Stasiun
(mm)
ekstrem dari satelit ini dapat digunakan untuk 4 Dayeuh Manggung 73
peringatan dini bencana hidrometeorologi di
5 Perkebunan Cisaruni Cikajang 110
Indonesia.
6 Perkebunan Papandayan 255
7 Leles 37.6
8 Cisurupan 44.8
9 Telagasari Kadungora 9
10 Bayongbong 140
Sumber: Pramudia dan Syahbuddin, 2016).
14 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 9-17
dikembangkan sebagai salah satu bentuk Kota Semarang. Iglesias, et al., (2015) telah
peran aktif masyarakat dalam penanggulangan peringatan dini banjir bandang (flash flood)
bencana. Hal ini juga diharapkan menjadi salah di Semarang Jawa Tengah. Dua komponen
satu media untuk meningkatkan budaya sadar penting dalam pengembangan sistem
bencana. peringatan dini di Kota Semarang ini adalah
pengembangan model karakteristik banjir dan
d. Sistem Peringatan Dini Bencana pengembangan komunitas.
(Early Warning System) Tiga tahap untuk pemodelan karakteristik banjir:
Peringatan dini bencana adalah salah satu 1. Pengembangan model konversi
cara yang dapat digunakan untuk mengurangi curah hujan ke debit sungai dengan
dampak bencana pada saat bencana terjadi menggunakan HEC-HMS.
(flood event managament). Sistem peringatan 2. Pemodelan tinggi muka air dengan HEC-
dini ini dikembangkan dengan menggunakan RAS.
beberapa kemajuan bidang ilmu terkait seperti 3. Analisis fungsi prakiraan banjir dengan
meteorologi, hidrologi, dan sistem informasi analisis statistik.
sehingga dapat memprakirakan besarnya Pengembangan komunitas dilakukan
bencana yang akan terjadi beberapa waktu ke dalam bentuk pelatihan untuk masyarakat di
depan. Perbedaan waktu memberi peringatan sekitar daerah aliran sungai. Adapun materi
dan waktu terjadinya bencana dapat digunakan pelatihan yang diberikan adalah manajemen
untuk evakuasi masyarakat yang diperkirakan bencana, mengenali banjir dari tinggi muka air,
akan terdampak. pertolongan pertama dan strategi evakuasi.
Sistem peringatan dini membutuhkan Sedangkan untuk Kota Jakarta telah
data real time sehingga dapat memprakirakan dikembangkan Jakarta Flood Early Warning
apa yang akan terjadi ke depan. RTC sangat System (J-FEWS). J-FEWS mengintegrasikan
penting dalam peringatan dini bencana. Ada berbagai model yang sudah dikonfigurasikan
beberapa tahap yang dapat dilakukan untuk dalam Toolbox Delft-FEWS (Ginting dan
mencapai peringatan dini yang efektif. Tahapan- Putuhena, 2014) .
tahapan tersebut yaitu detection, forecasting, Namun sampai saat ini belum ada studi
warning dan dissemination, dan response komprehensif yang mengkaji dan mengevaluasi
(Werner and Kwadijk, 2005). bagaimana kinerja dan keberlanjutan dari
Sedangkan menurut WMO (2010) sistem peringatan dini yang sudah dibangun.
sistem peringatan dini yang lengkap dan efektif Evaluasi dari sistem peringatan dini yang sudah
mencakup 4 hal yaitu pengetahuan tentang dibangun ini sangat penting untuk mengetahui
risiko bencana yang akan dihadapi masyarakat apakah sistem yang dibangun sudah berjalan
(Risk Knowledge), penyediaan pelayanan sebagai mana mestinya. Jika belum perlu
peringatan melalui kegiatan monitoring diidentifikasi permasalahanya. Jika sudah
(Monitoring and warning system), diseminasi berjalan dengan baik sistem tersebut dapat
dan penyebarluasan peringatan yang mudah diterapkan dan dikembangkan di tempat lain.
dimengerti (dissemination and comunication)
dan kemampuan masyarakat merespons
dan bertindak cepat (response). Aspek-aspek 4. KESIMPULAN DAN SARAN
hidrometeorologi yang sudah dibahas di atas
terlihat jelas sangat penting dalam membangun Pemahaman aspek hidrometeorologi
sistem peringatan dini yaitu pemahaman yang lebih baik merupakan faktor penting
karakteristik hidrometeorogi, pemantauan dalam membangun budaya sadar bencana
(RTC) dan prakiraan. yang lebih baik. Aspek hidrometeorologi seperti
Beberapa sistem peringatan dini karakteristik cuaca dan iklim, prakiraan cuaca
bencana telah dikembangkan di Indonesia dan iklim ekstrem, pemantauan (RTC) yang
seperti peringatan dini banjir di kota Jakarta dan baik adalah input penting untuk membangun
16 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 9-17
Pramudia dan Syahbuddin. 2016. Analisis Werner, M G F., Schellekens, J and Kwadijk,
Banjir Bandang Garut 20-21 September JCJ. 2005. Flood Early Warning Systems
2016. Buletin Iklim Pertanian Edisi for Hydrological (sub) Catchments. In
Oktober 2016. Encyclopedia of Hydrological Sciences
Pramudia, A., Estiningtyas, W., Susanti, vol 1, Editors: Anderson, MG and
E., dan Suciantini. 2013. Fenomena McDonnell, J J, John Wiley & Sons Ltd.
dan Perubahan Iklim Indonesia Serta Zhang, X., Alexander, L., Hegerl, G.C., Jones,
Pemanfaatannya Informasi Iklim untuk P., Tank, A.K., Peterson, T.C., Trewin, B.,
Kalender Pertanian. Bagian dalam buku Zwiers, F.W., 2011. Indices for Monitoring
Kalender Tanam Terpadu Penelitian, Changes in Extremes Based on Daily
Pengkajian, Pengembangan dan Temperature and Precipitation Data.
Penerapan. IAARD Press. WIREs Clim. Chang. 2, 851–870. http://
Sadisun, I. A., 2009. Pemahaman dx.doi.org/10.1002/wcc.147.
Karakteristik Bencana: Aspek Zurich Insurance Company. 2014. Risk
Fundamental Dalam Upaya Mitigasi Nexus; Central European Floods 2013:
dan Penanganan Tanggap Darurat a retrospective, Zurich Insurance
Bencana. Conference paper. Tersedia Company Ltd.
pada: https://www.researchgate.net/ Van Overloop, P. J. dan M. Vierstra. 2013. The
publication/264309395_Pemahaman_ Mobile Tracker. Hydrolink, Special Issue
karakteristik_bencana_Aspek_ in Hydroinformatics, IAHR. 4
fundamental_dalam_upaya_mitigasi_ Yong, L., P. Piyawongwisal, S. Handa, Y. Liang,
dan_penanganan_tanggap_darurat_ X. Yan and A. Samuel. 2011. Going
bencana. [diunduh 10 Juli 2017] Beyond Citizen Data Collection with
Thieken, A. H., S. Kienzler, H. Kreibich, C. Mapster: A Mobile+Cloud Real-Time
Kuhlicke, M. Kunz, B. Mühr, M. Müller, Citizen Science Experiment. e-Science
A. Otto, T. Petrow, S. Pisi, and K. Workshops (eScienceW), 2011 IEEE
Schröter. 2016. Review of The Flood Seventh International Conference.
Risk Management System in Germany
After The Major Flood in 2013. Ecology
and Society 21(2):51. http://dx.doi.
org/10.5751/ES-08547-210251.
Yuliana Masitoh
Departemen Pendidikan Geografi, FPIPS UPI
Jl. Dr. Setiabudi No. 229 Bandung 40381
E-mail: yulianamasitoh92@gmail.com
Abstract
Lembang sub-district has a high potential for earthquake due to its geographical location
which is traversed by Lembang Fracture or Fault. Therefore, it is important to teach Disaster Risk
Reduction to the School Communities. The purpose of this research is to discover the level of an
Earthquake Disaster Risk Reduction at the Elementary School Communities in Lembang sub-
district. This research used Descriptive Survey methodology and Stratified Random Sampling as
the sampling technique. From 50 elementary schools in Lembang sub-district, the research found
that in average 46 elementary schools are considered to have a low level of Earthquake Risk
Reduction and the other four schools are considered to have an intermediate level. It means that
the local Elementary School Communities already have a good awareness of the possibility of an
earthquake. The actions that the school has undertaken in Disaster Risk Reduction are including
practicing simulation for the school community and providing information regarding Disaster Risk
Reduction within every extracurricular in every school.
18 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 18-29
JICA dan Kementerian Riset dan Teknologi of Indonesia that is prone to disaster (Laskunary
memastikan patahan Lembang dalam keadaan dan Khoirunisa, 2014).
aktif dampak pergeseran sesar Lembang Upaya Pengurangan Risiko Bencana
diprediksi akan menyebabkan longsor dan (PRB) merupakan salah satu hal yang penting
gempa dengan kekuatan sekitar 6-7 SR. Hal dan harus disosialisasikan pada setiap
ini dapat mengancam masyarakat yang berada kalangan masyarakat salah satunya di sekolah.
di sekitaran sesar, selain itu pergerakan sesar Peserta didik merupakan salah satu yang paling
Lembang juga mengancam Kota Bandung, cepat dalam memadukan pengetahuan baru
Cimahi, Kabupaten Bandung dan Kabupaten dalam kehidupan sehari-hari, selain itu mereka
Bandung Barat (LIPI, 2006). menjadi sumber pengetahuan bagi keluarga dan
Program Pengurangan Risiko Bencana masyarakat sekitarnya dalam berperilaku. Oleh
(PRB) gempabumi sudah tercantum pada The karena itu, dalam menerapkan pencegahan
Hyogo Framework For Action (HFA) yang sudah bencana menjadi salah satu fokus di sekolah
menjadi prioritas program pendidikan untuk dengan cara memberdayakan para peserta
membangun budaya selamat dan tangguh didik dan semua komponen warga yang berada
sekolah. Kemudian dilanjutkan oleh kerangka di lingkungan sekolah untuk memahami tanda-
kerja The Sendai Framework for Disaster tanda peringatan bencana dan langkah-langkah
Risk Reduction 2015-2030 (SFFDRR), yang yang harus dilakukan untuk mengurangi risiko
sama-sama memiliki tujuan untuk membangun dan mencegah bencana. Jadi bagaimana
kesiapsiagaan bencana untuk respons yang upaya Pengurangan Risiko Bencana haruslah
lebih efektif dan build back better pada saat menjadi bagian dari materi yang harus diberikan
pemulihan pascabencana pada komunitas dalam dunia pendidikan.
sekolah serta meningkatkan pemahaman Pendidikan kebencanaan di sekolah
mengenai PRB pada warga sekolah agar dasar dapat membantu peserta didik
dapat menjadi sekolah yang tangguh bencana dalam memberikan peranan penting dalam
(Supriyono, 2014). penyelamatan hidup dan perlindungan anggota
Anak-anak adalah kelompok yang masyarakat pada saat terjadi bencana.
paling rentan selama kejadian bencana, Memberikan pendidikan tentang risiko bencana
terutama yang sedang bersekolah pada saat ke dalam kurikulum sekolah sangat membantu
berlangsungnya kejadian. Pada saat bencana, dalam membangun kesadaran akan isu
gedung sekolah hancur, mengurangi usia tersebut di lingkungan masyarakat (Supriyono,
hidup murid sekolah dan guru yang sangat 2014).
berharga dan terganggunya hak memperoleh Pendidikan merupakan wahana yang
pendidikan sebagai dampak bencana. Maka efektif untuk membangun perilaku peserta
dari itu diadakan kampanye Pendidikan tentang didik dalam menghadapi bencana. Dengan
Risiko Bencana dan Keselamatan di Sekolah mempunyai pengetahuan, pemahaman,
yang dikoordinir oleh UN/ISDR (United Nations/ kesiapsiagaan dan keterampilan untuk
International Strategy or Disaster Reduction) mencegah bencana secara efektif yang
hingga penghujung tahun 2007 dengan didasari dapat diinformasikan, disosialisasikan melalui
berbagai pertimbangan. pendidikan sekolah kepada warga sekolah.
Sekolah sebagai tempat menimba ilmu Pengetahuan yang dimiliki peserta didik dapat
para generasi muda merupakan tempat tinggal memengaruhi sikap dan kepedulian untuk siap
kedua para siswa setelah rumah terutama dan siaga dalam mengantisipasi bencana.
untuk memahami dan mempelajari potensi
bencana yang terdapat di sekitar lingkungan 1.2 . Tujuan
tempat tinggal siswa, the school was the first
place for students to learn. Disaster mitigation Berdasarkan latar belakang masalah di
education needs as early as possible to be atas, tujuan dari penelitian ini dimaksudkan
taught to students remember the potential area untuk:
20 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 18-29
dijadikan sampel yaitu terdapat 50 SD Negeri Maka perhitungannya dalam mengambil
di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung sampel peserta didik, guru dan kepala sekolah
Barat. adalah sebagai berikut:
Pada pembagiannya menurut Sugiyono
(Setio 2013 : 26) menggunakan rumus sebagai SDN 1 Cibodas:
berikut:
N1 287
n1= xn x 100 = 1.57 dibulatkan menjadi 2
N 18848
Keterangan:
n : Jumlah sampel seluruhnya Untuk melihat sampel pada setiap
n1 : Jumlah sampel menurut stratum sekolahnya disajikan pada Tabel 1 dan untuk
N : Jumlah populasi seluruhnya melihat peta persebaran sekolahnya terdapat
N1 : Jumlah populasi menurut stratum pada Gambar 2.
Tabel 1. Jumlah Sampel Peserta Didik, Guru dan Kepala Sekolah
di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.
Jumlah Sampel Jumlah Sampel Jumlah Sampel
No Nama Sekolah
Peserta Didik Guru Kepala Sekolah
1. SDN 1 Cibodas 2 1 1
2. SDN 1 Cibogo 1 1 1
3. SDN 1 Cikidang 2 1 1
4. SDN 1 Cilumber 2 1 1
5. SDN 1 Gudangkahuripan 2 1 1
6. SDN 1 Jayagiri 3 1 1
7. SDN 1 Kayuambon 3 1 1
8. SDN 1 Langensari 2 1 1
9. SDN 1 Lembang 2 1 1
10. SDN 1 Pagerwangi 2 1 1
11. SDN 1 Suntenjaya 2 1 1
12. SDN 10 Lembang 2 1 1
13. SDN 11 Lembang 3 1 1
14. SDN 12 Lembang 2 1 1
15. SDN 2 Cibodas 2 1 1
16. SDN 2 Wangunsari 2 1 1
17. SDN 2 Gudangkahuripan 1 1 1
18. SDN 2 Jayagiri 3 1 1
19. SDN 2 Kayuambon 3 1 1
20. SDN 2 Langensari 2 1 1
21. SDN 2 Lembang 2 1 1
22. SDN 2 Padasuka 2 1 1
23. SDN 2 Pagerwangi 2 1 1
24. SDN 2 Suntenjaya 1 1 1
25. SDN 3 Cibodas 3 1 1
26. SDN 3 Cibogo 1 1 1
27. SDN 3 Cikidang 2 1 1
22 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 18-29
Gambar 2. Peta Sampel Persebaran Sekolah Dasar Kecamatan Lembang
Kabupaten Bandung Barat.
Sumber: Peta RBI Lembar Lembang dan Cimahi dan Peta Zona
Rawan Gempabumi Daerah Lembang Badan Geologi Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
24 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 18-29
PRB pada Guru 16,96 termasuk ke dalam di Kecamatan Lembang dapat dipengaruhi oleh
klasifikasi Rendah atau kategori Baik. Dan pada beberapa faktor yaitu:
kondisi fisik bangunan Sekolah memiliki nilai
25,38 termasuk ke dalam klasifikasi Sedang a. Kebijakan Sekolah Mengenai PRB
atau kategori yang Cukup Baik. Setiap sekolah sebaiknya memiliki
Tingkat pengurangan risiko bencana kebijakan yang berhubungan dengan adanya
gempabumi pada komunitas sekolah dasar dari Pengurangan Risiko Bencana yang dapat
segi kebijakan, kesiapan, dan segi bangunan membantu meningkatkan kewaspadaan untuk
sekolah termasuk ke dalam kategori rendah atau warga sekolah agar dapat mengurangi dampak
sudah baik. Terdapat peta tingkat pengurangan apabila terjadi bencana gempabumi. Sekolah
risiko bencana yang menunjukkan bahwa dasar yang berada di Kecamatan Lembang
terdapat 4 sekolah yang masuk ke dalam tersebut memiliki kebijakan mengenai
klasifikasi Sedang atau Kurang Baik atau Pengurangan Risiko Bencana.
Sedang. Kebijakan tersebut merupakan kebijakan
Berikut merupakan gambaran yang diadopsi langsung dari Kementerian
persebaran sekolah yang sudah termasuk Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)
ke dalam sekolah yang termasuk ke dalam tahun 2010 menerbitkan surat edaran (SE) No.
kategori Sedang atau Sudah Baik dan Cukup 70a/SE/MPN/2010 (dalam Kurniawan 2016:4)
Baik dapat dilihat dalam Gambar 3. tentang Pengarusutamaan Pengurangan
26 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 18-29
sehingga apabila suatu saat terjadi bencana menghadapi bencana secara cepat dan
gempa akan mudah hancur. tepat guna. Dengan demikian, seluruh warga
Hasil dari temuan di lapangan sesuai sekolah menjadi target sasaran utama, agar
dengan Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun mampu bertindak ketika terjadinya bencana
2008 tentang Penyelenggaran Bencana, Pasal (Notoadmojo, 2007).
20 menyatakan bahwa adanya pengaturan Upaya yang di lakukan sekolah dalam
pembangunan, pembangunan infrastruktur, Pengurangan Risiko Bencana pada komunitas
dan tata bangunan, wajib menerapkan aturan Sekolah Dasar di Kecamatan Lembang yaitu,
standar teknis bangunan yang ditetapkan setiap sekolah melakukan simulasi atau gladi
oleh instansi/lembaga berwenang. Adanya evakuasi untuk guru dan peserta didik sekitar
sarana dan prasarana yang mendukung seperti satu tahun sekali yang dipandu oleh BPBD.
bangunan sekolah yang berstandar sekolah Selain itu kadang ada beberapa sekolah yang
aman bencana, peraturan/kebijakan sekolah sudah ada pembekalan langsung atau berada
atau SOP tentang kesiapsiagaan bencana, di bawah bimbingan atau pelatihan langsung
komunitas yang tangguh bencana. oleh Observatorium Bosscha seperti di SDN
Sarana dan prasarana sekolah yang Pancasila dan SDN Merdeka. Lokasi sekolah
ada sangatlah rentan terhadap bencana, tersebut berdekatan dengan Bosscha sehingga
selain infrastruktur bangunan sekolah, tak selalu mendapatkan bantuan atau pelatihan
dapat dibayangkan apabila kejadian bencana mengenai bencana gempabumi. Bukan hanya
terjadi pada saat jam pembelajaran di sekolah dari pemerintah terkait kadang ada komunitas
(Sunarhadi, 2013). Jadi kesimpulannya komunitas khusus atau mahasiswa yang
adalah tingkat pengurangan risiko bencana memberikan penyuluhan dan melakukan
gempabumi pada komunitas sekolah dasar simulasi juga kepada warga sekolah mengenai
yang berjumlah 50 sekolah dasar negeri di PRB.
Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung
Barat kategorikan Rendah atau Sudah Baik 4. KESIMPULAN DAN SARAN
meskipun masih ada 4 sekolah yang masih
memiliki kekurangan dalam segi struktur 4.1 . Kesimpulan
bangunan dan desain kelas yang aman sesuai
dengan panduan bangunan tahan gempa. Tingkat pengurangan risiko bencana
gempabumi pada komunitas sekolah dasar dari
d. Upaya Komunitas Sekolah Dalam segi kebijakan, kesiapan, dan segi bangunan
Pengurangan Risiko Bencana sekolah termasuk ke dalam kategori rendah
Gempabumi. atau sudah baik meskipun masih ada beberapa
Tindakan merupakan mekanisme sekolah yang memiliki kekurangan pada segi
suatu pengamatan yang muncul dari persepsi stuktur bangunan yang aman dan sesuai
sehingga ada respons untuk mewujudkan suatu dengan panduan bangunan tahan gempa.
tindakan. Dasar dari setiap sikap dan tindakan Dan terdapat peta tingkat pengurangan risiko
manusia adalah adanya persepsi, pengetahuan bencana yang menunjukkan bahwa terdapat
dan keterampilan yang dimilikinya. Kemampuan 4 sekolah yang masuk ke dalam klasifikasi
komunitas sekolah dalam memprediksi potensi sedang atau kurang baik.
bencana berawal dari perilaku atau tindakan Upaya Pengurangan Risiko Bencana
berhubungan dengan terbentuk atau punahnya yang dilakukan komunitas Sekolah Dasar di
suatu kebiasaan (Kiernan dkk, 2005). Kecamatan Lembang yaitu, setiap sekolah
Dasar dari setiap sikap dan tindakan melakukan simulasi atau gladi evakuasi untuk
manusia adalah adanya persepsi, pengetahuan guru dan peserta didik sekitar satu tahun
dan keterampilan yang dimilikinya. Sekolah sekali yang dipandu oleh BPBD. Selain itu ada
Siaga Bencana bertujuan untuk membangun beberapa sekolah yang sudah mendapatkan
kemampuan seluruh warga sekolah dalam pembekalan langsung atau berada di bawah
28 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 18-29
Azizah dan Khoirunisa (2016). Kesiapan Mc. Kiernan, E, dan Hammond, K.R, dan
Madrasan Ibtidaiyah Muhammadiyah Figueredo, A. J, 2006. A Brunswikian
Sebagai Sekolah Siaga Bencana di Evolutionary Developmental Theory of
Kecamatan Gomdangrejo Karanganyar. Preparedness and Plasticity, Arizona :
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Elsevier Inc.
Carter, W. Nick. (1992). Disaster Management: Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan
A Disaster Manager’s Handbook, Manila: dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka
Asian Develovment Bank. Cipta.
Edi, Gangsar (2015). Kesiapsiagaan Masyarakat Selby dan Kagawa. 2012. Disaster Risk
di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III Reduction in School Curricula. Unicef.
Desa Balerante Kecamatan Kemalang Sistiowati, Siti dan Khoirunisa, Nanda
Kabupaten Klaten Menghadapi Bencana (2016). Kesiapan Madrasah Ibtidaiyah
Erupsi Gunung Merapi. Skripsi sarjana Muhhamadiyah Sebagai Sekolah Siaga
pada Universitas Yogyakarta. Bencana di Kecamatan Gondangrejo
Indriasari, Fika (2017). Kesiapsiagaan Karanganyar. Universitas Muhhamdiyah
Komunitas Sekolah Dasar Inklusi Dalam Surakarta.
Menghadapi Bencana Gempabumi di Surat Edaran Mendiknas No. 70a/SE/
Yogyakarta. Akademi Keperawatan MPN/2010
Notokusumo Yogyakarta. Supriyono, Primus (2014). Seri Pendidikan
Kementerian Pendidikan Nasional (2010) Pengurangan Risiko Bencana
Pedoman Teknis Bangunan Tahan Gempabumi. Yogyakarta: C.V ANDI
Gempa. Offset
Konsorium Pendidikan Bencana 2009, Notulen Sunarhadi, Amin dan Teguh Setyawan. 2012.
Rapat KPB: Sekolah Siaga Bencana, 17 Melek Geografi SMA 7 Surakarta dan
Desember 2009. MA Al Islam di Kecamatan Serengan
Kurniawan, Lilik. (2016). Penguatan Dalam Mengenal Bencana Banjir dan
Kelembagaan Bidang Pengurangan Lingkungan. Seminar Nasional Geografi,
Risiko Bencana. Jakarta. BNPB. Fakultas Geografi, 19 Juni 2014.
LIPI UNESCO/ISDR. (2006). Kajian Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Surakarta.
Mengantisipasi Bencana Gempa dan Susanti, Adelila, dkk. 2016. Hubungan
Tsunami. Lembaga Ilmu Pengetahuan Kebijakan, Sarana dan Prasarana
Indonesia (LIPI). Jakarta. Dengan Kesiapsiagaan Komunitas
Marlyono, Setio Galih (2013). Perbandingan Sekolah Siaga Bencana Banda Aceh.
Tingkat Kesiapsiagaan Siswa SD, SMP, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
dan SMA Dalam Menghadapi Bencana Negeri Medan, Sumatera Utara
Tsunami di Kecamatan Pangandaran Undang-Undang Republik Indonesia No. 21
Kabupaten Ciamis. Skripsi Sarjana pada Tahun 2008. Tentang Penanggulangan
FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan. Bencana Indonesia
E-mail: sarizurayna@gmail.com
Abstract
Aceh Barat regency is a high potential area for the threat of flood disaster. Thus, the
government prepares disaster management plans (RPB) for 2012-2017, one of which contains the
focus of programs and activities of the flood disaster protection community consists of 7 programs
and 20 activities. Since 2012, the program has experienced many obstacles in implementation.
Flood disaster management program have not been able to provide the output and outcome that
should happen from any such program. The purpose of this research is to evaluate the outcome of
flood disaster management program implementation in Aceh Barat regency.The research method
used is deductive qualitative. Data collection methods used was document search, observation
and interview. The method of data analysis is analytical descriptive technique that uses verification
of the theory and empirical data obtained. The research findings from the outcome evaluation of
flood disaster management program implementation in Aceh Barat regency are considered not
yet fulfilled. Inadequate output of flood disaster management program implementation resulted
in the outcome of flood disaster management program implementation in Aceh Barat regency
has not been achieved. This is caused by immaturity in planning, budget constraints, lack of
capacity of implementing agencies and equipment, and lack of coordination and socialization
among implementing agencies.
30 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 30-39
terjadinya gangguan kesehatan, kerusakan pemerintah untuk menyusun Rencana
prasarana dan sarana, terjadinya krisis pangan, Penanggulangan Bencana (RPB) tahun 2012-
dan terhentinya aktivitas perekonomian warga. 2017 yang merupakan sebuah dokumen resmi
yang memuat data dan informasi tentang risiko
bencana yang ada pada suatu daerah dalam
waktu tertentu dan rencana pemerintah daerah
serta para pemangku kepentingan terkait
setempat untuk mengurangi risiko bencana
tersebut melalui program-program dan kegiatan
pembangunan fisik maupun non fisik serta
pengalokasian anggarannya. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007,
rencana penanggulangan bencana ini juga
merupakan kewajiban Pemerintah Daerah untuk
menyelenggarakan penanggulangan bencana di
daerahnya guna mempersiapkan perencanaan
Gambar 1. Kondisi Kabupaten Aceh Barat Saat Banjir.
Sumber: Hasil Observasi Lapangan, 2017. yang terpadu dan terkoordinasi sehingga dapat
menurunkan risiko bencana serta meningkatkan
kinerja dan kemitraan antar lembaga instansi.
Setiap rencana yang dihasilkan dalam rencana
penanggulangan bencana ini merupakan
program dan kegiatan yang memuat upaya
pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap
darurat dan pemulihan dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana.
Ada 13 fokus penanggulangan bencana
yang terdapat dalam rencana penanggulangan
bencana tersebut, salah satunya adalah
fokus program dan kegiatan perlindungan
masyarakat bencana banjir. Fokus program dan
Gambar 2. Kondisi Kabupaten Aceh Barat Saat Banjir. kegiatan perlindungan masyarakat bencana
Sumber: Hasil Observasi Lapangan, 2017. banjir terdapat 7 program dan 20 kegiatan.
Program dan kegiatan tersebut dilaksanakan
oleh pelaku penanggulangan bencana yang
multi stakeholder dari tahun 2012 hingga 2017.
Howleyt dan Ramesh (1995) menyatakan
bahwa implementasi program adalah proses
pelaksanaan program-program atau kebijakan-
kebijakan yang merupakan sebuah upaya
realisasi dari rencana ke dalam praktek.
Implementasi program penanggulangan
bencana banjir ini diharapkan dapat mencapai
tujuan yang ditetapkan sebelumnya serta
memberikan hasil yang diharapkan dari
Gambar 3. Peta Risiko Banjir Kabupaten Aceh Barat. keluarnya program tersebut.
Sumber: BPBD Aceh Barat, 2017. Dalam perjalanannya sejak tahun
2012, program penanggulangan bencana
Kondisi Kabupaten Aceh Barat yang banjir mengalami banyak hambatan pada
sering dilanda bencana banjir, mengharuskan tahapan implementasinya, seperti kurangnya
32 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 30-39
sebagai evaluator dan tidak berperan penuh analitik yaitu pemaparan secara komprehensif,
terhadap program penanggulangan bencana baik secara historis, hasil wawancara, hasil
banjir Kabupaten Aceh Barat, serta program pengamatan dan kemudian dianalisis secara
yang diteliti telah dilakukan di masa lalu. mendalam dan kritis (Nugroho, 2013). Analisis
Untuk wawancara dilakukan dengan deskriptif analitik dilakukan dengan mengupas
menggunakan pendekatan in-depth interview teori yang diperoleh dengan memadukan
yaitu wawancara secara mendalam dengan kondisi yang ada, menyerap berbagai
menggunakan pedoman wawancara sebagai pandangan dan pola laku dan terkait dengan
alat bantu, dan seiring dengan wawancara nilai. Adapun hasil analisis deskriptif analitik
akan muncul pertanyaan lainnya. Narasumber adalah evaluasi outcome implementasi program
dalam penelitian ini adalah pemangku penanggulangan banjir Kabupaten Aceh Barat.
kepentingan di lingkungan instansi Kabupaten Pada analisis deskriptif analitik juga dilakukan
Aceh Barat yang merupakan pelaksanaan teknik kutipan hasil wawancara mendalam.
program penanggulangan bencana banjir Sebelumnya, perlu dilakukan uji
dan masyarakat dari seluruh kecamatan yang keabsahan data dengan tujuan untuk
secara langsung merasakan dampak dari memastikan kevalidan, reliabilitas dan
program penanggulangan bencana banjir. objektif data yang didapatkan, sehingga hasil
Teknik pengambilan sampel pada wawancara penelitian dapat dipertanggungjawabkan
dilakukan dengan teknik purposive sampling. secara ilmiah. Uji keabsahan data yang
Teknik ini digunakan dalam memilih sampel dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
secara khusus berdasarkan tujuan penelitian metode triangulasi. Triangulasi adalah
(Sugiyono, 2011). Wawancara dilakukan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan
guna mencari penguat dalam pembuktian membandingkan dengan data yang diperoleh
evaluasi outcome implementasi program dari berbagai sumber, berbagai cara dan
penanggulangan bencana banjir di Kabupten berbagai waktu (Sugiyono, 2011). Pada
Aceh Barat penelitian ini, penulis menggunakan triangulasi
Sedangkan sumber data sekunder adalah sumber yang dilakukan dengan cara mengecek
sumber yang tidak langsung memberikan data data yang diperoleh beberapa sumber yaitu
kepada pengumpul data, misalnya lewat orang wawancara, observasi langsung di lapangan
lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2014). dan data sekunder. Adapun untuk mencapai
Pengumpulan data sekunder berasal dari rangkaian proses analisa data tersebut dengan
dokumen, data statistik, peta-peta tematik dan kepercayaan informasi yang digunakan, maka
data relevan lainnya yang digunakan untuk ditempuh langkah yaitu, membandingkan data
menjelaskan mengenai proses implementasi hasil pengamatan dengan hasil wawancara
program penanggulangan bencana banjir serta membandingkan hasil wawancara dengan
Kabupaten Aceh Barat, kemudian diolah dan isi suatu dokumen yang berkaitan.
dianalisa terkait dengan evaluasi outcome
implementasi program penanggulangan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
bencana banjir Kabupaten Aceh Barat. Selain
itu data sekunder dapat menjadi bahan rujukan 3.1 . Laporan Penelitian
pengembangan wawancara secara mendalam.
Setelah data yang didapat dari hasil Tujuan dari evaluasi outcome
observasi, wawancara dan data sekunder implementasi program penanggulangan
kemudian disintesakan untuk mendapat bencana banjir untuk menilai kesesuaian dan
informasi yang fokus untuk dianalisa. Metode ketepatan atas hasil program dengan target
analisis data yang digunakan dalam penelitian program dan mengetahui sejauh mana capaian
ini adalah teknik deskriptif analitik yang output dari berbagai kegiatan dalam program
menggunakan verifikasi dari teori dan data yang telah selesai dilaksanakan. Outcome
empirik yang diperoleh. Pendekatan deskriptif mencerminkan berfungsinya keluaran (output)
34 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 30-39
tetapi setiap tahapan yang kita tangani
sudah ada manfaatnya, seperti untuk
penanganan di titik A itu langsung
dirasakan full manfaatnya.’’ (Amran Yunus
- Kabid Pengairan Dinas Cipta Karya, hasil
wawancara tanggal 12 Januari 2017)
36 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 30-39
intansi pelaksana. Keterpaduan dan koordinasi untuk berpartisipasi kalau ada anggaran
yang baik antar instansi pelaksana maupun desa membersihkan yang lingkungan
masyarakat dapat memengaruhi pelaksanaan desa masing-masing dengan cara gotong
program dan kegiatan penanggulangan royong.’’ (Muhammad Amin – Camat
bencana banjir. Kecamatan Samatiga, hasil wawancara
tanggal 14 Februari 2017)
“Kita memang mengharapkan spot
dananya, kemudian sinergilah artinya Berdasarkan dari hasil wawancara
saling terpadu dalam penanganan banjir, dengan instansi terkait maupun masyarakat
baik itu dengan masyarakatnya dengan Kabupaten Aceh Barat serta hasil analisis
instansi terkaitnya, kalau membahas menjelaskan bahwa pelaksanaan program
masalah pengendalian banjir banyak penanggulangan bencana banjir hanya sebatas
unsur-unsur yang terlibat di dalamnya, menghasilkan beberapa output program saja.
baik di kehutanannya, blhk, butuh Outcome yang diharapkan belum tercapai
keterpaduannya, kita coba bangun dikarenakan masih banyak program yang
koordinasi yang baik terutama pada saat belum terlaksana. Hal tersebut dikarenakan
banjir ataupun pascabanjir, apa-apa yang perlunya dana yang besar, memerlukan
jadi tanggung jawab kita, kita yang tangani kematangan dalam perencanaan serta
dan kemudian yang menjadi tanggung keterpaduan dan koordinasi yang baik antar
jawab BPBD mereka yang laksanakan.’’ instansi pelaksana serta masyarakat agar dapat
(Amran Yunus - Kabid Pengairan Dinas mengendalikan banjir agar tidak melenceng
Cipta Karya, hasil wawancara tanggal 12 dari rencana yang telah disusun. Selain itu,
Januari 2017) masyarakat juga mengharapkan pemerintah
segera memperbaiki sarana dan prasarana
Pernyataan di atas menjelaskan yang rusak akibat banjir dan menyarankan
bahwa pemangku kepentingan memang gotong royong dalam melaksanakan program
mengharapkan dana untuk melaksanakan penanggulangan banjir.
program dan kegiatan penanggulangan Pada prinsipnya, hasil dari program
bencana banjir, tetapi selain itu juga diperlukan dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah
keterpaduan dan koordinasi yang baik antar direncanakan. Program yang berjalan baik
sesama instansi maupun dengan masyarakat akan mencapai tujuan yang diharapkan dan
pada saat terjadi banjir maupun setelah dapat memberikan manfaat yang lebih bagi
banjir, agar setiap pihak dapat melaksanakan masyarakat yang ada di sekitar maupun di
tugas sesuai dengan tanggung jawabnya. Di luarnya. Hasil (outcome) yang diharapkan
samping itu, adapun saran masyarakat untuk akan dicapai bila pelaksanaan program dapat
ke depannya adalah pemerintah melaksanakan diselesaikan tepat waktu, tepat lokasi dan
permohonan mereka seperti perbaikan jalan, tepat sasaran serta berfungsi dengan optimal.
pembersihan sungai dan menanggulangi Namun, hal ini belum dapat terwujud karena
bencana banjir segera mungkin. Selain itu, program yang seharusnya direncanakan
masyarakat menyarankan agar seluruh sebelumnya belum terlaksana semuanya
masyarakat di Kabupaten Aceh Barat ikut dan mengakibatkan output yang diharapkan
berpartasipasi seperti gotong royong dalam hal juga belum tercapai dan tidak berfungsi
menanggulangi bencana banjir. dengan optimal. Output yang tidak mecapai
target program penanggulangan bencana
“Kami ingin ke depannya agar permohonan banjir tersebut mengakibatkan outcome yang
yang sudah kami ajukan ke pemerintah diharapkan juga tidak bisa maksimal dan tidak
seperti perbaikan jalan, pembersihan memberikan manfaat terhadap masyarakat di
sungai agar air hujan menjadi lancar dan Kabupaten Aceh Barat.
tidak terjadi banjir. Kami juga sarankan
Outcome Yang
Diharapkan Dari Pembahasan Keterangan Hasil
Program
1. Pelaksanaan program Hasil (Outcome) yang
penanggulangan diharapkan dari pelaksanaan
bencana banjir hanya program penanggulangan
menghasilkan beberapa bencana banjir belum
output program saja, tercapai. Pelaksanaan dari
sedangkan untuk beberapa program hingga
manfaatnya belum sesuai saat ini hanya menghasilkan
dengan yang diharapkan beberapa output program
Teratasinya masalah
karena program yang saja. Manfaat yang diberikan
banjir di Kabupaten
dilaksanakan selama ini dari pelaksanaan program dan
Aceh Barat dan
bersifat sementara. kegiatan tersebut juga belum
tercapainya
maksimal dikarenakan masih Belum Terpenuhi
tujuan utama
2. Faktor dana, banyak program yang belum
penanggulangan
ketidakmatangan dalam terlaksana.
bencana Kabupaten
perencanaan, minimnya Output yang tidak mecapai
Aceh Barat
kemampuan instansi tujuan penanggulangan
pelaksana dan peralatan, bencana tersebut
serta kurangnya mengakibatkan outcome
koordinasi antar intansi yang diharapkan juga tidak
pelaksana memengaruhi bisa maksimal dan tidak
pelaksanaan program. memberikan manfaat yang
lebih terhadap masyarakat di
Kabupaten Aceh Barat.
Sumber: Hasil Penelitian, 2017.
38 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 30-39
output yang dihasilkan dari implementasi DAFTAR PUSTAKA
program penanggulangan bencana banjir
di Kabupaten Aceh Barat. Selain itu, juga Howlett, Michael and M. Ramesh. (1995).
disebabkan oleh program dan kegiatan yang Studying Public Policy: Policy Cycles
sudah direncanakan sebelumnya banyak yang and Policy Subsystem. Oxford:
tidak terealisasi. Perencanaan program yang Oxford University Press. Nugroho, R.
tidak matang mengakibatkan pelaksanaan (2013). Metode Penelitian Kebijakan.
program menjadi lemah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Anggaran, koordinasi dan sosialisasi Pemerintah Kabupaten Aceh Barat. (2012).
antar intansi, kemampuan instansi pelaksana Rencana Penanggulangan Bencana
dalam mengakomodir program, sarana dan Kabupaten Aceh Barat Tahun 2012-
prasarana yang memadai untuk pelaksanaan 2016. Meulaboh: Pemerintah Kabupaten
program dan kegiatan, serta kematangan Aceh Barat.
dalam perencanaan merupakan hal yang Rahayu, dkk. (2009). Pedoman Kesiapsiaagaan
penting dan menentukan dalam pelaksanaan Menghadapi Bencana Alam. Jakarta:
program penanggulangan bencana banjir agar Binarupa Aksara.
output dan outcome dapat tercapai sesuai Riduwan. (2004). Metode Riset. Jakarta:
dengan yang diharapkan. Rineka Cipta
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif,
UCAPAN TERIMAKASIH Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV.
ALFABETA.
Penulis mengucapkan terima kasih Sugiyono. (2014). Metode Penelitian
yang sebesar-besarnya kepada Bapak Ir. Manajemen (2 ed.). Bandung: CV.
Agam Marsoyo, M.Sc., Ph.D, dan Ibu Dr. Ir. ALFABETA.
Dwita Hadi Rahmi, M.A., dari Prodi Magister Pemerintah Republik Indonesia, (2007). Undang
Perencanaan Kota dan Daerah UGM atas Undang No. 24 tentang Penanggulangan
waktu, arahan, dan bimbingan yang telah Bencana.
diberikan selama penelitian, kedua orang tua
dan keluarga besar yang selalu mendukung
serta mendoakan keberhasilan penulis, serta
pemerintah dan seluruh masyarakat Kabupaten
Aceh Barat yang telah banyak membantu dalam
memberikan data dan informasi penunjang
penelitian.
Rizkia Nurinayanti
E-mail: rizkia.nurinayanti@gmail.com
Abstract
Indonesia is one of the countries that have high disaster vulnerability, especially for
hydrometrological disaster (flood, landslide, and tornado). Based on disaster data from
National Disaster Management Agency (BNPB) in the last 10 years, hydrometrological
disaster is the most frequent disaster in Indonesia (Data Disaster Information Indonesia,
2018). This condition is influenced by the position of Indonesia which is on the equator, so it
becomes a country that experienced two seasons with high rainfall. This is worsened by the
pace of development, especially in urban areas that are less concerned about the carrying
capacity of the environment. Al-Fajar Islamic School is one of the schools located in Jatiasih
sub-district, Bekasi city with the threat of high flood disaster. Based on historical records, the
largest disaster events occurred in 2002, 2004, 2014 with a height of 1.5 meters and caused
considerable losses. This research was conducted with the aim to find out the picture of
disaster occurrence at Al-Fajar Islamic School, the various negative impacts caused by the
disaster, and disaster management efforts that have been done by the school. By knowing
that, the researcher is able to give recommendation of disaster mitigation form in accordance
with the needs of Al-Fajar Islamic School, without eliminating their potential either in the form
of experience, knowledge, or local wisdom of the school people as the party that is facing
directly with the hazard.
40 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 40-51
asing di telinga kita berita yang mengabarkan banjir di hulu kedua sungai tersebut, maka arus
tentang kejadian bencana banjir, longsor, dan dari kedua sungai tersebut akan bertemu, dan
kebakaran yang terjadi di berbagai wilayah di menyebabkan kenaikan muka air yang cepat
Indonesia. Pada dasarnya, berbagai kejadian dan tidak terduga. Ketika kondisi ini terjadi,
tersebut tidak akan berpengaruh apa-apa jika maka banjir di lingkungan Sekolah Al-Fajar
tidak menimbukan kerugian baik dari sisi korban sudah tidak dapat dihindari lagi. Ditambah lagi,
jiwa, harta benda, kerusakan lingkungan, dan akses jalan penghubung dari sekolah menuju
juga dampak psikologis. Namun hal ini akan jalan raya hanya ada satu, di mana ketika
berbeda apabila kejadian tersebut memberikan banjir sudah datang maka jembatan tersebut
dampak negatif baik bagi manusia, lingkungan, tidak bisa dilewati, karena terendam air dengan
dan juga sosial ekonomi masyarakat. Oleh ketinggian hampir 1.5 meter. Kondisi ini tentu
sebab itu, yang perlu kita upayakan dala sangat berbahaya, mengingat sekolah ini terdiri
setiap kejadian bencana adalah mengurangi dari TK, SD, SMP, dan SMA. Di mana siswa TK
risiko ataupun dampak negatif dari bencana dan SD masih sangat butuh pengawasan orang
tersebut seminimal mungkin. Dalam konteks dewasa, terutama ketika terjadi kejadian banjir.
kajian risiko bencana, kita tidak bisa banyak Berdasarkan kondisi tersebut, maka
mengelola ancaman bencana yang ada di peneliti ingin membahas evidence based
sekitar kita. Karena ancaman bencana tersebut management bencana banjir di Sekolah Islam
bersifat given, walaupun ada beberapa faktor Al-Fajar. Pembahasan tersebut meliputi sejarah
yang bisa kita kelola. Dalam konteks kajian dan gambaran kejadian bencana, baseline
risiko bencana, yang paling penting untuk kita data kerugian akibat bencana, dan upaya
kelola adalah risiko ataupun dampak negatif yang penanggulangan bencana yang sudah
yang bisa diakibatkan oleh bencana tersebut. dilakukan oleh pihak sekolah, terutama sekolah
Dengan mengelola risiko bencana, kita bisa dasar.
menekan kerugian ataupun dampak negatif
yang bisa diakibatkan oleh bencana tersebut. 2. METODOLOGI
Salah satu strategi yang bisa dilakukan
untuk menekan risiko akibat bencana, Dalam penelitian ini metode yang akan
terutama di lingkungan sekolah adalah dengan digunakan adalah kualitatif murni, dimana
mengupayakan pendidikan tangguh bencana penelitian akan menggunakan observasi
yang dikelompokkan menjadi 3 komponen, dan wawancara sebagai alat utama dalam
yaitu: infrastruktur sekolah aman, manajemen mengambil data. Menurut Bogdan dan
bencana di sekolah, pendidikan pencegahan Taylor (dalam Moleong, 2007), metodologi
dan pengurangan risiko bencana di sekolah. kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
Upaya pengurangan risiko bencana di sekolah menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
ini hendaknya melibatkan seluruh unsur di tertulis maupun lisan dari orang-orang dan
dalam dan di luar sekolah, termasuk stakeholder perilaku yang diamati. Secara lebih spesifik,
yang berkaitan langsung dengan kegiatan pendekatan kualitatif yang digunakan adalah
pengurangan risiko bencana di sekolah. Hal ini penelitian studi kasus. Suatu penelitian dapat
menjadi penting, karena sekolah merupakan disebut sebagai penelitian studi kasus apabila
satu bagian dari ekosistem lingkungan social proses penelitian yang dilakukan secara
yang lebih besar. mendalam dan menyeluruh terhadap kasus
Sekolah Islam Al-Fajar merupakan salah yang diteliti, serta mengikuti struktur studi
satu sekolah yang berada di Kelurahan Jatirasa kasus seperti yang dikemukakan oleh Lincoln
Kecamatan Jatiasih Kota Bekasi dengan dan Guba (dalam Heigham dan Croker, 2009),
ancaman bencana banjir yang cukup tinggi. yaitu permasalahan, konteks, isu, dan pelajaran
Sekolah ini dikelilingi oleh pertemuan dua yang dapat diambil. Studi kasus merupakan
sungai besar, yaitu Sungai Cikeas dan Sungai pengujian secara rinci terhadap satu latar
Cileungsi. Di mana ketika terjadi hujan deras dan atau satu orang subjek atau satu tempat
42 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 40-51
b. Observasi.
Metode observasi dilakukan baik
selama wawancara berlangsung
ataupun ketika tidak sedang
wawancara. Metode ini digunakan
untuk membantu peneliti mengingat dan
mengecek kembali peristiwa atau hasil
wawancara (Moleong, 2001). Selain itu
observasi juga dilakukan oleh peneliti
selama berada di lokasi penelitian,
untuk merekam berbagai fenomena Gambar 1. Banjir di Sekolah Al-Fajar Tahun 2014.
menarik yang muncul selama penelitian
dilakukan. Lokasi dengan kondisi banjir terparah
adalah jembatan penghubung antara sekolah
2.4. Metode Analisis Data Al-Fajar dengan jalan umum. Jembatan ini
merupakan satu-satunya akses keluar dan
Sedangkan untuk analisis data peneliti masuk menuju Sekolah Islam Al-Fajar. Kondisi
menggunakan metode pengkodean (coding) banjir yang cukup parah di lokasi ini tentu sangat
untuk melakukan analisis terhadap hasil berisiko bagi siswa yang akan mengakses jalan
pengumpulan data di lapangan, berupa ini, apalagi siswa TK dan SD. Tinggi muka
observasi dan wawancara. air menyebabkan batasan antara jembatan
dan sungai menjadi tidak nampak, sehingga
3. HASIL DAN PEMBAHASAN semakin memperbesar risiko tenggelam ketika
melewati jembatan tersebut saat terjadi banjir.
3.1. Laporan Penelitian Berikut adalah gambar jembatan saat terkena
banjir.
3.1.1.
Gambaran Wilayah dan Ancaman
Bencana Sekolah Islam Al-Fajar
44 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 40-51
Adapun data jumlah kerugian materi sekitas Rp. 80.000, jika dikalikan 150 maka
akibat bencana banjir di Sekolah Islam Al-Fajar jumlah kerugian akibat kerusakan kendaraan
adalah sebagai berikut: bermotor ini bisa mencapai 12 juta. Urutan
terakhir yang menyumbangkan kerugian dari
sisi materi adalah kerusakan sarana dan
prasarana sekolah. Berbeda dengaan sarana
dan prasarana kelas, sarana dan prasarana
sekolah adalah segala sarana yang ada di luar
kelas yang mengalami kerusakan, meliputi
tong sampah sekolah, kebun pembelajaran,
dan apotek hidup. Jika dijumlahkan, rata-rata
kerugian yang dialami pihak sekolah setiap
mengalami kejadian banjir besar bisa mencapai
Rp. 100.000.000,00. Berikut adalah rincian
kerugian dari sisi materi yang dialami Sekolah
Islam Al-Fajar pascaterjadinya banjir besar.
46 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 40-51
Proses yang dibutuhkan siswa siswi membersihkan sisa-sisa banjir dengan waktu
berada di tempat evakuasi sementara ini tambahan kerja yang cukup lama, yaitu antara
cukup lama. Hal ini disebabkan, untuk bisa 5-6 jam untuk membersihkan ruangan dan 12
keluar dari lokasi ini harus menunggu air jam untuk membersihkan seluruh lingkungan
sampai surut. Bantuan perahu karet yang sekolah. Kedatangan banjir yang tidak bisa
datang dari PMI dirasa kurang signifikan, diprediksi membuat waktu kerja OB juga tidak
karena jumlahnya hanya satu sedangkan satu bisa diprediksi. Apabila banjir datang di malam
perahu hanya mampu mengangkut 4-5 siswa hari, otomatis OB harus segera membersihkan
dengan persiapan dan waktu tempuh sekitar seluruh lingkungan sekolah, sesaat setelah
10-15 menit. Dengan begitu bisa dihitung, banjir surut walaupun itu harus dilakukan
untuk bisa mengangkut 200 siswa dibutuhkan sepanjang malam. Hal ini dilakukan untuk
waktu efektif sekitar 7 jam (di luar risiko adanya menekan potensi kerugian yang lebih banyak
hambatan selama proses pengangkutan). lagi, yaitu berupa terganggunya kegiatan
Sedangkan proses penurunan muka air hingga belajar mengajar siswa akibat sekolah belum
surut dan aman untuk dilewati sekitar 3-4 jam. siap untuk menjadi tempat belajar siswa akibat
Dengan kondisi seperti ini, tentu bantuan satu kejadian banjir di hari sebelumnya.
buah perahu dari PMI dirasa kurang signifikan.
Berikut adalah perbandingan waktu tunggu 3.1.3.
Upaya Penanggulangan Bencana
dari saat terjadi banjir, proses evakuasi, hingga Sekolah Islam Al-Fajar
pemindahan siswa menuju tempat evakuasi
akhir. Posisi Sekolah Islam Al-Fajar yang
berada di sekeliling dua sungai besar, menjadi
faktor utama tingginya ancaman bencana banjir
di sekolah ini. Berdasarkan sejarah kejadian
bencana, memang derasnya air dari hulu sungai
yang selama ini menyebabkan terjadinya banjir
di lingkungan Sekolah Islam Al-Fajar.
Kondisi ini sudah disadari oleh pihak
sekolah dan pengalaman-pengalaman kejadian
banjir di tahun-tahun sebelumnya menjadi
pelajaran berharga bagi pihak sekolah untuk
melakukan aksi konkret guna menurunkan
risiko bencana banjir di lingkungan sekolah
mereka. Upaya penanggulangan bencana
tersebut meliputi: kebijakan penanggulangan
bencana dari pihak sekolah, adanya upaya
peringatan dini ancaman bencana banjir, serta
penentuan Tempat Evakuasi Sementara dan
Tempat Evakuasi Akhir. Berikut penjelasan dari
masing-masing bentuk upaya penanggulangan
bencana tersebut:
48 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 40-51
perlengkapan untuk menampung warga Dalam upaya penyelamatan ini, ada
masyarakat terdampak becana (penyintas) beberapa tempat yang disepakati oleh guru
selama kondisi darurat (Panduan Teknis untuk dijadikan tempat evakuasi sementara
Fasilitator Destana, 2017). Tempat evakuasi dan tempat evakuasi akhir. Tempat evakuasi
sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu Tempat sementara adalah lantai 2 masjid sekolah. Di
Evakuasi Sementara (TES) dan Tempat tempat ini, siswa akan aman dari ancaman
Evakuasi Akhir (TEA). Makna dari Tempat banjir, karena posisi lantai 2 masjid yang cukup
Evakuasi Sementara (TES) adalah perlindungan tinggi. Namun, tempat ini dianggap kurang
penyintas yang bersifat sementara karena ada memadai karena masih sulit diakses oleh pihak
potensi peningkatan intensitas ancaman dan/ luar saat terjadi banjir. Termasuk pemenuhan
atau sumber daya yang tersedia terbatas. kebutuhan makan minum bagi siswa yang
Sedangkan makna dari Tempat Evakuasi Akhir berada di lokasi ini juga sulit untuk dipenuhi,
(TEA) adalah tempat perlindungan penyintas kecuali ada bantuan dari luar yang disampaikan
yang bersifat permanen dengan sumber daya dengan menggunakan perahu. Sedangkan
lebih memadai dan aman dari segala bentuk tempat evakuasi akhir adalah daerah yang
ancaman. masuk dalam wilayah kabupaten Bogor,
Berdasarkan sejarah kejadian bencana tepatnya di Kecamatan Gunung Putri. Wilayah
banjir di Sekolah Islam Al-Fajar, pada saat ini merupakan wilayah perkampungan dengan
kejadian banjir besar ketinggian muka air bisa posisi yang cukup tinggi, sehingga bebas dari
mencapai 1.5 meter, dengan posisi banjir banjir. Di sekolah ini siswa akan berkumpul
terdalam berada pada jalan keluar/ jembatan dengan ditemani oleh guru, untuk selanjutnya
penghubung antara lingkungan sekolah dijemput satu persatu oleh orangtua. Ketika
dengan jalan raya. Tingginya muka air pada sudah berada di lokasi ini, maka posisi siswa
saat banjir besar, tentu saja sangat berbahaya dan siswi sudah berada dalam kondisi aman dari
bagi siswa, terutama siswa SD yang secara ancaman bencana banjir.
umum tinggi mereka tidak sampai 1,5 meter.
Jika tidak berhati-hati, peluang adanya korban 4. KESIMPULAN DAN SARAN
akibat banjir sangatlah besar.
Memahami tingginya risiko akibat kejadian Berdasarkan hasil penelitian tersebut
banjir besar ini, pihak sekolah mengambil dapat disimpulkan bahwa:
kebijakan untuk segera memulangkan siswa 1. Sekolah Islam Al-Fajar adalah sekolah
ketika ada potensi banjir. Namun belum dengan ancaman bencana banjir yang
adanya sistem peringatan dini dan sistem cukup tinggi. Faktor penyebab utamanya
informasi yang baku dan rapih, menyebabkan adalah posisi Sekolah Islam Al-Fajar yang
banyaknya siswa yang terjebak pada saat dikelilingi oleh dua sungai besar, yaitu
banjir datang. Faktor yang memengaruhi Sungai Cikeas dan Sungai Cileungsi.
antara lain: perbedaan pemahaman dalam 2. Kerugian akibat kejadian bencana banjir
menerima informasi dari masing-masing guru di Sekolah Islam Al-Fajar cukup tinggi,
menyebabkan perbedaan penentuan kebijakan terutama kerugian materi. Kerugian
untuk segera memulangkan siswa saat akan materi yang harus dialami oleh pihak
terjadi banjir. Faktor kedua adalah pemberian Sekolah Islam Al-Fajar setiap terjadi banjir
informasi dan penerimaan informasi yang besar rata-rata hampir mencapai Rp.
terlambat dari pihak sekolah kepada orang 100.000.000,00. Penyumbang kerugian
tua siswa, sehingga ada beberapa siswa yang tertinggi adalah kerusakan barang
terlambat dijemput. Ketika orang tua mereka elektronik, dilanjutkan dengan kerusakan
menjemput, jembatan penghubung sudah tidak sarana prasarana kelas, dan terakhir
bisa dilewati, sehingga mau tidak mau siswa kerusakan sarana prasarana sekolah
yang terjebak harus diselamatkan di tempat serta kendaraan bermotor yang dialami
yang dianggap aman. oleh warga Sekolah Islam Al-Fajar.
50 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 40-51
yang dianggap penting serta menyimpan DAFTAR PUSTAKA
saran pendukung sekolah yang
mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi Creswell. J. W. (2006). Qualitative Inquiry &
(alat elektronik, perpustakaan, dan lain- Research Design: Choosing Among Five
lain). Approach. California: Sage Publications.
Creswell. J. W. (2008). Research Design
UCAPAN TERIMAKASIH Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed, Edisi Ketiga. Bandung: Pustaka
Terimakasih yang sebesar-besarnya Pelajar,.
penulis ucapkan kepada semua pihak yang Data Indeks Bencana Indonesia. 2018.
membantu penulis untuk menyelesaikan Ellys L. P. (2013). Qualitative Research
penelitian dalam jurnal ini. Pihak-pihak yang Methodology in Communication. Jakarta:
telah berjasa tersebut antara lain: Lentera Ilmu Cendekia.
1. Bapak Suranto, selaku Kepala Sekolah Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Research.
Dasar Islam Al-Fajar Kota Bekasi. Andi: Yogyakarta.
2. Bapak Panca, selaku pengajar Sekolah Modul Pendidikan Tangguh Bencana (2017).
Menengah Atas Islam Al-Fajar Kota Mewujudkan Pendidikan Tangguh
Bekasi. Bencana di Indonesia. Sekretarian
3. Bapak Ahadiyat, selaku Direktur Sekolah Nasional SPAB.
Tinggi Teknologi Terpadu Nurul Fikri yang Moleong, J. Lexi. (2005). Metodologi Penelitian
telah memberikan arahan dan masukan Kualitatif. Bandung: Penerbit Remaja
dalam proses pengambilan data. Rosda Karya.
4. Aqil Wilda Arief, suami dan teman diskusi Panduan Teknis Fasilitator Destana. 2017.
yang banyak memberikan masukan Undang-Undang Republik Indonesia No. 24
kepada penulis untuk perbaikan tulisan Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
ini. Bencana.
5. (Alm.) Hauzan, Haazim, Hazkia, dan John, S. Shaughnessy., Eugene, B.
seluruh keluarga tercinta yang telah Zechmeister., Jeanne S. Zechmeister.
memberi dukungan moral dan materi (2007). Metodologi Penelitian Psikologi.
selama penulis menyelesaikan tulisan Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
ini. Moleong, J. Lexi. (2005). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: Penerbit Remaja
Rosda Karya.
E-mail: putrieluph22@gmail.com
Abstract
Balikpapan is one of the cities in East Kalimantan Province that is prone to natural
disasters that cause damage and loss to the community. It takes disaster mitigation efforts to
reduce the impact that occurs by creating a multi-disaster risk map with ArcMap 10.3 software.
Parameters for flood susceptibility maps are Topographic Wetness Index (TWI), permeability
index, roughness index and Normalized Difference Vegetation Index (NDVI). The landslide
susceptibility map is determined by slope, geology formation, elevation, distance from the river,
land use, and rainfall intensity. The susceptibility map of forest and land fires is determined by
rainfall intensity, forest type and coal seam availability. Disaster vulnerability is determined by
economic, social, environmental and physical vulnerabilities. Capacity is determined by the
availability of disaster-prone villages and early warning tools. Risk analysis is performed by
an analysis of overlapping between susceptibility, vulnerability, and capacity maps. Based on
the analysis of multi disaster risk analysis is divided into 3 (three) classes which are: low risk
(43.97%), medium risk (39.71%) and high risk (16.32%). Multi-disaster risk zonation information
in Balikpapan is expected to be an input for Balikpapan City Government in disaster mitigation
efforts.
52 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 52-65
1.2 . Gambaran Umum Wilayah Penelitian Tabel 1. Skor Dan Bobot Kerawanan Banjir.
Parameter Skor Bobot
Lokasi penelitian adalah Kota
Topographic 2,89 – 5,95 1 0,584
Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur dan Wetness Index 5,95 – 7,43 1,5
secara geografis terletak pada koordinat (TWI)
antara 1,0° LS - 1,5° LS dan 116,5° BT - 7,43 – 9,17 2
117,0° BT dengan luas wilayah darat sekitar 9,17 – 11,79 2,5
50.330 Ha. Kota Balikpapan terdiri dari 6 11,79 – 25,14 3
(enam) Kecamatan dan 34 (tiga puluh empat) Tingkat Permeabilitas 0,248
Kelurahan. Secara umum Kota Balikpapan Permeabilitas Cepat (Alluvium,
memiliki kontur wilayah yang umumnya Formasi
1
berbukit (85%) dengan ketinggian antara 0 Balikpapan,
sampai dengan 140 meter di atas permukaan Formasi Pulau
Balang)
laut (mdpl).
Permeabilitas
Sedang (Formasi 2
1.3. Analisis Risiko
Kp Baru)
Pendekatan untuk melakukan penilaian Tingkat Sangat Tinggi 1 0,103
Kekasaran Sedang 2
risiko, mengacu pada Perka BNPB No. 02 Lahan
Tahun 2012 (Persamaan 1) yang menyebutkan Rendah 3
bahwa penilaian risiko bencana merupakan Normalized 0,36 s/d 1,00 0,065
1
hubungan antara tingkat kerawanan (hazard), Difference (kehijauan tinggi)
tingkat kerentanan (vulnerability) suatu wilayah Vegetation 0,25 s/d 0,35
dan kapasitas yang dapat memberikan Index (NDVI) 1,5
(kehijauan sedang)
ancaman kerugian bagi manusia, harta benda, 0,15 s/d 0,25
kelangsungan hidup dan lingkungan. 2
(kehijauan rendah)
Pemetaan Risiko Multi... (Putri Sari Ariyati, Teuku Faisal Fathani, Wahyu Wilopo) 53
menghitung akumulasi aliran (flow accumulation) Balikpapan dan Formasi Pulau Balang karena
yang didapatkan dari hasil analisis flow direction. merupakan endapan sedimen batu pasir dan
Flow direction merupakan hasil analisis dari peta permeabilitas sedang berada pada Formasi
DEM. Hasil olah data ditunjukkan pada Gambar Kampung Baru dengan komposisi batu
1 dengan rentang nilai TWI dari 2,89 s/d 25,14. lempung pasiran, pasir kuarsa, batulanau,
Kawasan dengan tingkat kebasahan yang sisipan batubara, napal, batugamping dan
tinggi sehingga rentan terhadap bencana banjir lignit.
ditunjukkan dengan nilai TWI yang tinggi. Tingkat kekasaran lahan merupakan
faktor penting untuk mengetahui infiltrasi air ke
dalam tanah dengan baik atau justru melimpas
dan menggenang. Tingkat kekasaran lahan
diolah dari data tutupan lahan disajikan pada
Gambar 3. Tingkat kekasaran tinggi yaitu
kawasan hutan; tingkat kekasaran sedang
yaitu kawasan perkebunan dan pertanian; dan
tingkat kekasaran rendah yaitu kawasan pantai,
tubuh air, pemukiman dan perdagangan.
54 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 52-65
Penentuan kelas NDVI mengikuti Parameter Skor Bobot
Peraturan Menteri Kehutanan Republik
Geologi Formasi Pulau 0,241
Indonesia Nomor: P.12/Menhut-II/2012 tentang Balang
1
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri
Formasi
Kehutanan Nomor P.32/Menhut-II/2009 Balikpapan
2
tentang Tata Cara Penyusunan Rencana
Formasi Kampung
Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan Daerah Baru
2.5
Aliran Sungai. Semakin rapat vegetasi yang
Alluvium 3
ada maka aliran permukaan dapat dikurangi
karena air yang jatuh terlebih dulu terserap Elevasi 0 – 500 m 1 0,082
oleh penutupan vegetasi. Hasil olah data NDVI 500 – 2000 m 2
ditampilkan pada Gambar 4. > 2000 m 3
Jarak Dari >30 m 1 0,057
Sungai <30 m 3
Penggunaan Hutan 1 0,135
Lahan Pantai 1
Perkebunan 2
Pertanian 2
Tubuh Air (sungai
waduk, tambak 3
perikanan)
Pemukiman 3
Curah Hujan <1000 mm/tahun 1 0,135
1000 - 2500 mm/
2
tahun
>2500 mm/tahun 3
Gambar 3. Peta Kekasaran Lahan.
Pemetaan Risiko Multi... (Putri Sari Ariyati, Teuku Faisal Fathani, Wahyu Wilopo) 55
Gambar 5. Peta Kemiringan Lereng. Gambar 8. Peta Jarak dari Sungai.
56 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 52-65
Klasifikasi jarak dari sungai mengacu Parameter Skor Bobot
pada Permen PUPR No. 28/PRT/M/2015
Curah Hujan >2500 mm/tahun 1 0,3
tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai
dan Garis Sempadan Danau yaitu garis 1000-2500 mm/
2
tahun
sempadan pada sungai tidak bertanggul di
dalam kawasan perkotaan adalah paling <1000 mm/tahun 3
sedikit berjarak 30 (tiga puluh) meter dari tepi Keterdapatan Tidak Ada 1 0,3
kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur Lapisan
Batubara Ada 3
sungai. Semakin dekat jarak sungai maka
semakin rawan tanah longsor. Peta curah hujan
berdasarkan data dari 7 (tujuh) stasiun hujan Parameter jenis hutan didapatkan dari
dan diolah dengan polygon thiessen. Klasifikasi peta tataguna lahan disajikan pada Gambar
curah hujan berdasarkan Permen PU No. 22 11.
Tahun 2007 yaitu curah hujan sedang 1000
s/d 2500 mm/tahun dan curah hujan tinggi
>2500 mm/tahun yang disajikan pada Gambar
9. Berdasarkan peta penggunaan lahan dari
Bappeda Kota Balikpapan, penggunaan lahan
Kota Balikpapan terdiri dari hutan, pemukiman,
perdagangan, tubuh air, perkebunan, pertanian,
dan pantai. Skor dan bobot masing-masing
kelas penggunaan lahan dapat dilihat di Tabel
2 dengan skor kerawanan paling besar oleh
penggunaan lahan untuk pemukiman dan tubuh
air (sungai dan waduk). Peta penggunaan
lahan dapat dilihat pada Gambar 10.
Kebakaran hutan dan lahan di wilayah Gambar 11. Peta Jenis Hutan.
Kalimantan Timur khususnya Kota Balikpapan
merupakan bencana alam yang kerap terjadi Batu bara dalam tanah membuat
selain banjir dan tanah longsor. Parameter kawasan menjadi rawan terhadap bencana
yang digunakan untuk menentukan tingkat kebakaran hutan dan lahan. Dalam peta
kerawanan kebakaran hutan dan lahan stratigrafi lembar Kota Balikpapan disebutkan
mengacu pada Peraturan Kepala BNPB No. adanya lapisan batu bara pada Formasi
2 Tahun 2012 dengan modifikasi parameter Kampung Baru, Formasi Pulau Balang dan
terkait ketersediaan data lapangan sesuai Formasi Balikpapan disajikan pada Gambar
Tabel 3. 12. Lapisan batubara di wilayah yang
mengalami erosi tanah dapat menimbulkan
Tabel 3. Skor dan Bobot Kerawanan Kebakaran Hutan
api secara spontan. Di musim kemarau,
dan Lahan.
kebakaran batubara dapat menimbulkan
Parameter Skor Bobot kebakaran hutan. (Kuenzer, 2012).
Kelerengan Hutan 1 0,4
Lahan Perkebunan 2
Padang rumput
kering dan belukar, 3
pertanian
Pemetaan Risiko Multi... (Putri Sari Ariyati, Teuku Faisal Fathani, Wahyu Wilopo) 57
Bobot
Parameter Skor
BL* H*
2. Kerentanan Ekonomi 0,25 0,2
Pertanian < 25 ha 1 0,333 0,333
25-75 ha 2
> 75 ha 3
Perkebunan < 25 ha 1 0,333 0,333
25-75 ha 2
> 75 ha 3
Tambak < 25 ha 1 0,333 0,333
25-75 ha 2
> 75 ha 3
Gambar 12. Peta Keterdapatan Lapisan Batu Bara.
3. Kerentanan Fisik 0,25 0,1
Bobot
Parameter Skor
BL* H*
1. Kerentanan Sosial 0,4 0,3
Kepadatan < 500 1 0,6 0,6
Penduduk 500 - 1000 2
(jiwa/km2)
> 1000 3
Kelompok < 20 % 1 0,4 0,4
Rentan 20 - 40 % 2
> 40 % 3 Gambar 13. Peta Kerentanan Sosial.
58 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 52-65
2.5. Peta Kapasitas
Pemetaan Risiko Multi... (Putri Sari Ariyati, Teuku Faisal Fathani, Wahyu Wilopo) 59
Tabel 5. Skor dan Bobot Risiko Multi Bencana.
Rasio
Tahun Jumlah
Bencana Kejadian
Kejadian Kejadian
Bencana
Banjir 2015 33 173 0,430
2016 88
2017 52
Longsor 2015 42 122 0,304
2016 24
2017 56
Kebakaran 2015 79 107 0,266
Hutan dan 2016 28
Lahan
2017 0
Jumlah 402 1,00 Gambar 18. Peta Rawan Banjir.
Risiko Multi Bencana = (0,43 × indeks risiko
Sebaran kelas kerawanan banjir Kota
banjir) + (0,304 × indeks risiko tanah longsor) +
(0,266 × indeks risiko kebakaran hutan dan lahan) Balikpapan disajikan pada Gambar 18. Secara
(5) umum klasifikasi kelas tingkat kerawanan banjir
Kota Balikpapan dibagi menjadi 3 kelas yaitu
3. HASIL kelas kerawanan rendah (32,52%), kerawanan
sedang (47,98%) dan kerawanan tinggi
3.1. Analisis Kerawanan (19,51%).
Keterangan :
SI = Indeks kerawanan (Susceptibility Index)
Wv,i = nilai bobot dari parameter kerentanan
ke i
Sv,i = nilai skor dari sub kelas parameter
kerentanan ke i
60 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 52-65
Sebaran kelas kerawanan tanah longsor Keterangan :
Kota Balikpapan disajikan pada Gambar 19. VI = Indeks kerentanan (Vulnerability Index)
Klasifikasi kelas tingkat kerawanan tanah Wv,i = nilai bobot dari parameter kerawanan
longsor dibagi menjadi 3 (tiga) kelas yaitu ke i
kelas kerawanan rendah (41,01%) kerawanan Sv,i = nilai skor dari sub kelas parameter
sedang (48,87%) dan kerawanan tinggi kerawanan ke i
(10,12%). Peta tingkat kerentanan merupakan
gabungan dari parameter tingkat kerentanan
3.4
. Kerawanan Bencana Kebakaran berdasarkan skor dan bobot masing-masing
Hutan dan Lahan parameter kerentanan terhadap bencana.
Hasil penggabungan tersebut disajikan pada
Peta kerawanan tanah longsor Gambar 21 dan Gambar 22.
didapatkan dari proses overlay parameter
tanah longsor setelah diberi bobot dan skor
seperti disebutkan dalam Tabel 3. Sebaran
kelas kerawanan kebakaran hutan dan lahan
Kota Balikpapan disajikan pada Gambar 20.
Klasifikasi kelas tingkat kerawanan kebakaran
hutan dan lahan dibagi menjadi 3 kelas yaitu
kerawanan rendah (49,85%), kerawanan
sedang (43,56%) dan kerawanan tinggi
(6,59%).
i=1
S
(7) dan Lahan.
Pemetaan Risiko Multi... (Putri Sari Ariyati, Teuku Faisal Fathani, Wahyu Wilopo) 61
3.6. Risiko Banjir 3.7 . Risiko Tanah Longsor
Peta risiko banjir didapatkan dari Peta tingkat risiko tanah longsor
parameter tingkat kerentanan banjir, tingkat diperoleh dari metode overlay intersect pada
kerawanan banjir dan peta kapasitas sesuai perangkat lunak ArcMap 10.3 dari peta tingkat
perhitungan dari persamaan (3). Sebaran kerentanan, kerawanan tanah longsor dan peta
kelas kerawanan risiko banjir Kota Balikpapan kapasitas. Peta risiko tanah longsor dibagi
disajikan pada Gambar 23. Secara umum menjadi 3 (tiga) kelas dengan natural breaks
klasifikasi kelas tingkat risiko banjir Kota ditampilkan pada Gambar 25.
Balikpapan dibagi menjadi 3 (tiga) dengan
metode Natural Breaks kelas yaitu kelas risiko
rendah (51,71%), risiko sedang (37,33%) dan
risiko tinggi (10,96%) dengan luas wilayah
risiko banjir sesuai kelas risiko disajikan dalam
Gambar 24.
Gambar 24. Luas Wilayah Kelas Risiko Banjir Kota Gambar 26. Luas Wilayah Kelas Risiko Tanah Longsor
Balikpapan. Kota Balikpapan.
62 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 52-65
3.8 . Risiko Kebakaran Hutan dan Lahan 3.9. Peta Multi Risiko
Peta tingkat risiko kebakaran hutan dan Peta multi risiko didapatkan dari proses
lahan diperoleh dari metode overlay intersect perhitungan raster sesuai dengan persamaan
pada perangkat lunak ArcMap 10.3 dari peta (4) dengan kelas risiko masing-masing bencana
tingkat kerentanan, kerawanan kebakaran dari 1 (satu) rendah sampai dengan 3 (tinggi)
hutan dan lahan dan peta kapasitas. Peta risiko ditampilkan pada Gambar 29. Secara umum
dibagi menjadi 5 (lima) kelas dengan natural klasifikasi kelas tingkat risiko multi bencana
breaks ditampilkan pada Gambar 27. dibagi menjadi 3 kelas yaitu kelas risiko rendah
(43,97%), risiko sedang (39,71%) dan risiko
tinggi (16,32%) dengan luas wilayah risiko
disajikan dalam Gambar 30.
Pemetaan Risiko Multi... (Putri Sari Ariyati, Teuku Faisal Fathani, Wahyu Wilopo) 63
4. Kesimpulan dan Saran risiko masing-masing bencana dengan
bobot sesuai dengan rasio kejadian
4.1. Kesimpulan bencana dan menghasilkan sebagian
besar wilayah Kota Balikpapan termasuk
Dari peneliltian yang dilakukan di wilayah dalam kelas risiko rendah. Wilayah risiko
Kota Balikpapan diperoleh kesimpulan sebagai tinggi pada peta risiko multi bencana
berikut : berada pada Kecamatan Balikpapan
1. Peta risiko banjir Kota balikpapan Selatan, Tengah dan Kota.
merupakan hasil overlay peta rawan
banjir berdasarkan parameter 4.2. Saran
Topographic Wetness Index (TWI),
tingkat permeabilitas, tingkat kekasaran Berdasarkan proses, analisis dan hasil
lahan dan Normalized Difference pada penelitian ini, penulis dapat memberikan
Vegetation Index (NDVI) dengan peta saran dan rekomendasi untuk penelitian
kerentanan dan peta kapasitas. Zona berikutnya antara lain sebagai berikut.
risiko tinggi bencana banjir paling 1. Peta kerawanan, kerentanan, kapasitas
luas berada pada wilayah Kecamatan dan risiko sangat dipengaruhi oleh
Balikpapan Selatan. pemilihan parameter-parameter
2. Peta risiko tanah longsor Kota balikpapan sehingga perlu dilakukan penelitian lebih
merupakan hasil overlay peta kerawanan detail pada pengaruh masing-masing
dipengaruhi oleh kemiringan lereng, parameter.
formasi geologi, elevasi, jarak dari 2. Kedetailan sumber data pada parameter
sungai, penggunaan lahan dan curah sangat berpengaruh terhadap hasil peta.
hujan dengan peta kerentanan dan 3. Penentuan bobot dan skor pada
peta kapasitas. Kecamatan Balikpapan penyusunan peta kerawanan dan peta
Kota, Tengah dan Selatan merupakan risiko menggunakan data kejadian
wilayah dengan sebagian besar berada bencana pada wilayah penelitian
pada kelas kerawanan sedang dan tinggi sehingga bobot dan skor untuk penelitian
karena wilayah tersebut didominasi untuk selanjutnya dapat disesuaikan dengan
pemukiman dan merupakan daerah wilayah masing-masing penelitian.
berbukit. 4. Perlu penelitian lebih detail untuk
3. Parameter penyusun peta risiko membuat peta kerawanan, kerentanan,
kebakaran hutan dan lahan Kota kapasitas dan risiko pada penelitian ini
Balikpapan adalah peta kerawanan dengan skala kecamatan atau kelurahan.
berdasarkan jenis hutan, curah hujan dan 5. Peta kerawanan, kerentanan, kapasitas
keterdapatan lapisan batubara dengan dan risiko bersifat dinamis sehingga
peta kerentanan dan peta kapasitas diharapkan peta-peta tersebut dapat
yang menghasilkan zona risiko tinggi diperbaharui setiap beberapa tahun.
berada pada Kawasan Hutan Lindung 6. Hasil peta kerawanan, kerentanan,
Sungai Wain pada sebagian wilayah kapasitas dan risiko menjadi bahan
Kecamatan Balikpapan Barat dan Utara pertimbangan penyusunan Rencana
serta Kawasan Hutan Lindung Sungai Tata Ruang Wilayah (RTRW) di Kota
Manggar di Kecamatan Balikpapan Balikpapan dalam merencanakan tata
Timur. ruang yang memperhitungkan risiko
4. Peta risiko multi bencana merupakan bencana.
hasil tumpang susun (overlay) dari peta
64 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 52-65
DAFTAR PUSTAKA Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik,
UGM.
______, 2 0 1 2 . Peraturan Daerah Kota Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Balikpapan Nomor 12 Tahun 2012 Rakyat, 2015. Peraturan Menteri
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Pekerjaan Umum dan Perumahan
Kota Balikpapan Tahun 2012–2032, Rakyat Republik Indonesia Nomor 28/
Balikpapan: s.n. PRT/M/2015 Tentang Penetapan Garis
Ahmed, Kazi R., Akter, Simu, 2017. Analysis of Sempadan Sungai dan Garis Sempadan
Landcover Change in Southwest Bengal Danau, Jakarta: s.n.
Delta Due to Floods by Ndvi, Ndwi and Kuenzer, C. S. G. B., 2012. Geomorphology
K-Means Cluster With Landsat Multi- of Coal Seam Fires. Geomorphology,
Spectral Surfacere Flectance Satellite Volume 138, p. 209–222.
Data. Remote Sensing Applications: Republik Indonesia, 2007. Undang-Undang
Society and Environment Journal, Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007
Volume 8, p. 168-181 Tentang Penanggulangan Bencana,
Amhar, F. D. M., 2007. Sebuah Kajian Atas Jakarta: s.n.
Peta-Peta Multi Bencana, Banda Aceh: Rouse J.W., Haas R.H., Schell J.A., Deering D.W.,
Bakosurtanal. 1973. Monitoring Vegetation Systems in the
BNPB, 2012. Peraturan Kepala BNPB No. 02 Great Plains with ERTS. In: Proceedings
Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum of the Third ERTS Symposium, NASA SP-
Pengkajian Risiko Bencana, s.l.: s.n. 351 I, pp. 309–317.
Bowles, J. E., 1991. Sifat-Sifat Fisis dan Sopheap, L., 2007. Landslide Risk Assessment
Geoteknis Tanah. Jakarta: Erlangga. at Piyungan, Patuk Area, Yogyakarta
BPS Kota Balikpapan, 2017. Kota Balikpapan Special Province, Indonesia. Yogyakarta.:
Dalam Angka, Balikpapan: BPS Kota UGM.
Balikpapan. Tauhid, C., 2017. Kajian Risiko Bencana
Craig, R., 1974. Soil Mechanics. Canada: Van Untuk Mendukung Perencanaan Tata
Nostrand Reinhod Ltd. Ruang dan Wilayah Kabupaten Klaten.
Das, B. M., 1985. Mekanika Tanah (Prinsip- Yogyakarta.: UGM.
Prinsip Rekayasa Geoteknis). Jakarta: Whitehouse, A. E. & Asep A.S. Mulyana, 2004.
Erlangga. Coal Fires in Indonesia. International
Deb, S. K. & El-Kadi, A. I., 2009. Susceptibility Journal of Coal Geology, Issue 59, pp.
Assessment of Shallow Landslides on 91-97.
Oahu, Hawaii, Under Extreme-Rainfall Winarti, W., 2017. Kajian Risiko Bencana Untuk
Events. Geomorphology, 108 (3-4), pp. Mendukung Perencanaan Tata Ruang
219-233. dan Wilayah Kabupaten Tasikmalaya.
Departemen Pekerjaan Umum, 2007. Yogyakarta: UGM.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Wu, Z., He, H., Yang, J. & Liang, Y., 2015.
No. 22/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Defining Fire Environment Zones in
Penataan Ruang Kawasan Rawan Theboreal Forests of Northeastern
Bencana Longsor, Jakarta: s.n. China. Sci. Total Environ., Issue 518, pp.
Kafira, V. e. a., 2015. Flood Susceptibility 106-116.
Assessment Using G.I.S. An Example You, W., Lin, L., Wua, L. & Ji, Z., 2017.
from Kassandra Peninsula, Halkidiki,. Geographical Information System-Based
Greece, Geographical Information Forest Fire Risk Assessment Integrating
Science. National Forest Inventory Data and
Karnawati, D., 2005. Bencana Alam Gerakan Analysis of Its Spatiotemporal Variability.
Massa Tanah di Indonesia dan Upaya Ecological Indicator, Issue 77, pp. 176-
Penanggulangannya. Yogyakarta: 184.
Pemetaan Risiko Multi... (Putri Sari Ariyati, Teuku Faisal Fathani, Wahyu Wilopo) 65
RASIONALITAS DAN KEARIFAN LOKAL
DALAM PEMBERITAAN SIAGA DARURAT GUNUNG AGUNG
E-mail: andri.utomo@bnpb.go.id
Abstract
Fungsi media massa sebagai mediasi pemberi informasi dan menyaring apa yang harus
disampaikan kepada masyarakat atau tidak, memengaruhi masyarakat sebagai pembacanya untuk
mengambil suatu keputusan. Sesuai rekomendasi pemerintah untuk menjauhi radius berbahaya
yang dari puncak Gunung Agung dipandang dari sudut rasionalitas. Namun, ada beberapa orang
yang tidak memperdulikannya dan lebih percaya kepada kearifan lokal setempat. Isu bencana
Gunung Agung akan meletus menimbulkan dugaan, isu prediksi dan perkiraan masyarakat lebih
memercayai tetua adat setempat. Hal ini yang menantang bagi masyarakat, khususnya warga
setempat untuk memercayai rasionalitas atau berdasarkan kearifan lokal. Intinya isi media massa
inilah yang nantinya mendasari respons dan sikap masyarakat terhadap berbagai objek sosial.
Informasi yang salah dari media massa akan memunculkan gambaran yang salah pula terhadap
objek sosial itu. Karenanya media massa dituntut menyampaikan informasi secara akurat dan
berkualitas.
66 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 66-81
Menurut Robert Cooper dan Gibson memungkinkan kiasan refleksif terhadap apa
Burrell dalam buku Modernism, Postmodernism yang tetap tidak disebutkan’ (Habermas 1972:
and Organizational Analysis: An Introduction, 168).
modernisme adalah saat ketika manusia Ini menetapkan bahasa biasa, yang
menemukan dirinya sendiri; Saat dia tidak berawal dari aktivitas spontan dunia kehidupan
lagi melihat dirinya sebagai cerminan Tuhan bersama, melawan bahasa instrumental-
atau alam. Sumber sejarahnya terletak kalkulatif sistem terorganisir. Tersembunyi
pada filsafat pencerahan abad kedelapan namun tetap aktif dalam bahasa sehari-
belas yang memilih alasan sebagai atribut hari adalah tipuan ‘alami’ yang berbicara
manusia tertinggi. Alasannya, menurut Kant, kepada kita dengan naluri insting dari nubuat
adalah saat kita memikirkan diri kita sendiri kuno, sehingga membimbing karya komunal
dan berhenti bergantung pada otoritas kita. Nasib kontemporer dari ‘rasionalitas
eksternal untuk mengambil keputusan bagi komunikatif’ ini telah menjadi penindasannya
kita; Dengan demikian, hal itu menyiratkan oleh diskursus modernisme sistemik.
perasaan kritis dimana kita memiliki keduanya Bagi Habermas, wacana dunia
untuk mengembangkan kekuatan kita dalam kehidupan biasa adalah dasar dari modernisme
diskriminasi rasional dan memiliki keberanian kritisnya dan melalui ‘bahasa masyarakat’, kita
untuk mengungkapkannya bila sesuai. dapat menolak perasaan pencerahan yang
Modernisme sistemik saat ini dipandang hilang yang pertama kali diungkapkan. Terlebih
sebagai bentuk akal yang dominan, sekarang lagi, kebutuhan akan alasan kritis semacam itu
lebih sering dinyatakan sebagai ‘rasionalitas sekarang lebih mendesak daripada sebelumnya
instrumental’. Hal ini ditunjukkan dengan baik karena kolonisasi dunia hidup dengan alasan
dalam tesis Bell (1974) bahwa masyarakat sistemik.
modern (atau pascaindustri) berbeda dari Terlepas dari perbedaan antara
masyarakat sebelumnya dalam mengandalkan bentuk modernisme sistemik dan kritis, yang
pengetahuan yang pada dasarnya teoritis. membungkuk pada mekanisasi tatanan sosial;
Dalam konteks ini, rasionalitas adalah yang lain, pada pembebasan dunia kehidupan-
tindakan yang dapat menghasilkan hasil mereka berbagi kepercayaan akan dunia
yang diinginkan, dengan beberapa alternatif yang logis dan bermakna secara intrinsik
bersaing. Bell menunjukkan dorongan untuk yang dibentuk oleh alasan atau landasan
menentukan dan menetapkan fondasi dalam perusahaan yang universal. Ini mengambil dua
modernisme sistemik dalam saran bahwa bentuk: (1) wacana itu mencerminkan alasan
‘kemajuan’ sosial dimotivasi oleh pencarian dan ketertiban yang sudah ‘ada di dunia’, dan
manusia untuk ‘bahasa umum dan satu (2) bahwa ada agen berpikir, subjek, yang
kesatuan pengetahuan, untuk satu set prinsip dapat membuat dirinya sadar akan tatanan luar
pertama, dalam epistemologi pembelajaran, ini.
akan mendasari mode pengalaman dan Dalam kasus modernisme sistemik,
kategori penalaran dan membentuk subjek rasional adalah sistem itu sendiri yang
seperangkat kebenaran yang tidak biasa‘ (Bell bekerja sesuai dengan wacana cybernetic
1974: 265). tentang ‘kontrol dan komunikasi pada hewan
Modernisme kritis bertentangan dengan dan mesin’ (Wiener 1948); Wacana ini memiliki
monolitisme cybernetic seperti modernisme hukum tersendiri yang bisa ditemukan melalui
sistemik. Eksponen utamanya dalam sains penerapan teknik ilmiah dan matematis. Dalam
sosial kontemporer adalah Jurgen Habermas konteks ini, akal merupakan hak istimewa dari
yang proyeknya telah merebut kembali sistem yang berbeda dari bagian-bagiannya.
semangat rasionalisme tercerahkan untuk Untuk modernisme kritis, subjek berpikir adalah
modernisme akhir. Sekali lagi, wacana adalah individu manusia atau, lebih tepatnya, jaringan
objek analisis. Bagi Habermas, bahasa individu yang berinteraksi, melalui akal sehat
adalah media akal: ‘Semua bahasa biasa wacana biasa, dapat mencapai ‘konsensus
68 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 66-81
umum dari suatu teks yang dapat diamati publik” tersebut akan bekerja sebagai pengawas
dengan melihat topik atau tema yang terhadap kekuasaan negara dalam menetapkan
dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, status dan rekomendasi zona aman.
superstruktur. Ini merupakan struktur wacana Prinsip-prinsip ranah publik melibatkan
yang berhubungan dengan kerangka sutau suatu diskusi terbuka tentang semua isu
teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun yang menjadi keprihatinan umum, di mana
ke dalam berita secara utuh. Ketiga, struktur argumentasi-argumentasi diskursif (bersifat
mikro. Adalah makna wacana yang dapat informal, dan tidak ketat diarahkan ke topik
diamati dari bagian kecil dari suatu teks tertentu) digunakan untuk menentukan
yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, kepentingan umum bersama. Ranah publik
parafrasa, dan gambar. dengan demikian mengandaikan adanya
kebebasan berbicara dan berkumpul, pers
2.1. Data Penelitian bebas, dan hak untuk secara bebas berpartisipasi
dalam perdebatan politik dan pengambilan
Aksiologi adalah cabang filsafat keputusan.
yang ingin merefleksikan cara bagaimana Sesudah terjadinya revolusi-revolusi
menggunakan ilmu pengetahuan diperoleh. demokratis, Habermas menyarankan, agar
Lanigan berpendapat bahwa aksiologi adalah ranah publik borjuis ini dilembagakan dalam
studi etika dan estetika. Dapat dikatakan bahwa aturan konstitusional, yang menjamin hak-hak
aksiologi adalah kajian tentang nilai manusiawi politik secara meluas. Serta, mendirikan sistem
dan bagaimana cara mengekspresikannya. yudisial untuk menengahi klaim-klaim antara
Dalam hubungannya dengan filsafat komunikasi berbagai individu atau berbagai kelompok, atau
Lanigan mengatakan bahwa aksiologi, kategori antara individu dan kelompok dan negara.
keempat dari filsafat, merupakan studi etika dan Dalam konsep Habermas, media dan
estetika. ranah publik berfungsi di luar sistem politis-
Ini berarti, aksiologi adalah suatu kelembagaan yang aktual. Fungsi media
kajian terhadap apa itu nilai-nilai manusiawi dan ranah publik ini sebagai tempat diskusi,
dan bagaimana cara melembagakannya. dan bukan sebagai lokasi bagi organisasi,
Jelaslah bagaimana pentingnya bagi seorang perjuangan, dan transformasi politik.
komunikator ketika ia mengemas pemikirannya Jurgen Habermas menjelaskan
sebagai isi pesan dengan bahasa sebagai bahwa ruang publik merupakan media untuk
lambang, untuk terlebih dahulu melakukan mengomunikasikan informasi dan juga
pertimbangan nilai (value judgment) apakah pandangan. Sebagaimana yang tergambarkan
pesan yang ia komunikasikan etis atau tidak, di Inggris dan Prancis, masyarakat bertemu,
estetis atau tidak. ngobrol, berdiskusi tentang buku baru yang
Untuk memahami suatu masyarakat, terbit atau karya seni yang baru diciptakan.
tidak dapat dilakukan sekaligus secara Dalam keadaan masyarakat bertemu dan
menyeluruh sebab masyarakat terbentuk oleh berdebat akan sesuatu secara kritis maka akan
berbagai aspek. Aspek-aspek itu merupakan terbentuk apa yang disebut dengan masyarakat
suatu realitas yang menyusun masyarakat. madani. Secara sederhana masyarakat madani
Media massa menceritakan apa yang terjadi di bisa dipahami sebagai masyarakat yang berbagi
masyarakat berdasarkan realitas yang mereka minat, tujuan, dan nilai tanpa paksaan—yang
temui saat meliput atau membuat berita sesuai dalam teori dipertentangkan dengan konsep
fakta yang ada di mayarakat. negara yang bersifat memaksa.
Konsep ranah publik yang diangkat Pada perkembangan selanjutnya ruang
Habermas ini adalah ruang bagi diskusi kritis, publik juga menyangkut ruang yang tidak saja
terbuka bagi semua orang. Pada ranah publik bersifat fisik, seperti lapangan, warung-warung
ini, warga privat (private people) berkumpul kopi dan salon, tetapi juga ruang di mana
untuk membentuk sebuah publik, di mana “nalar proses komunikasi bisa berlangsung. Misal dari
70 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 66-81
budaya masyarakat yang penuh kearifan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
lokal sejak awal memang diberi pintu masuk perintah daerah yang meletakkan landasan
oleh konstitusi Negara Kesatuan Republik pembangunan yang tumbuh berkembang dari
Indonesia (NKRI) sebagaimana diamanatkan masyarakat, diselenggarakan secara sadar
Pasal 18 B, Ayat (2), Undang-Undang Dasar dan mandiri oleh masyarakat dengan berbasis
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa kearifan lokal, dan hasilnya dinikmati oleh
negara mengakui dan menghormati kesatuan- seluruh masyarakat.
kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak- Kearifan lokal atau local wisdom
hak tradisionalnya sepanjang masa hidup dan merupakan suatu kekayaan lokal yang
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan berkaitan dengan pandangan hidup (way
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, of Life) yang mengakomodasikan kebijakan
yang diatur dalam undang-undang. berdasarkan tradisi yang berlaku pada suatu
Dalam buku Perlindungan Perempuan daerah, sehingga kearifan lokal tidak hanya
dan Anak Berbasis Kearifan Lokal di Indonesia berupa norma-norma dan nilai-nilai budaya
disebutkan kearifan lokal adalah sesuatu saja, melainkan juga segala unsur gagasan,
yang diartikan sebagai kekayaan budaya termasuk yang berimplikasi pada teknologi,
lokal/setempat yang mengandung kebijakan penanganan kesehatan, pembangunan dan
hidup; pandangan hidup (way of life) yang estetika. Dengan pengertian tersebut maka yang
mengakomodasi kebijakan (wisdom) dan termasuk sebagai penjabaran kearfian lokal,
kearifan hidup sejalan dengan moto komunitas di samping peribahasa dan segala ungkapan
literasi jalanan: “Semua orang adalah guru, kebahasan yang lain dan juga berbagai pola
alam raya sekolahku”. tindakan dan hasil budaya materialnya.
Menurut DR. H. Hermanto Suaib,M.M. Kearifan lokal terdiri dari dua suku kata
mengatakan strategi pembangunan yaitu kearifan dan lokal. Kata kearifan secara
yang diterapkan pemerintah selama orde etimologi berarti kemampuan seseorang dalam
baru dengan menggunakan pendekatan menggunakan pikirannya untuk menyikapi suatu
sistem sentralistis ternyata tidak mampu kejadian, objek dan situasi. Sedangkan lokal
menyelesaikan permasalahan sosial. menunjukkan ruang interaksi dimana peristiwa
Aktivitas pembangunan pada kenyataannya atau situasi tersebut terjadi. Dengan demikian,
tidak mengembangkan keswadayaan dan kearifan lokal secara subtansial merupakan
keswakaryaan masyarakat lokal. Pendekatan norma yang berlaku dalam suatu masyarakat
tersebut kurang mengembangakan peran serta yang diyakini kebenarannya dan menjadi
dan daya kreativitas masyarkat dalam aktivitas acuan dalam bertindak dan berperilaku sehari-
pembangunan. Pembangunan masyarakat hari, oleh karena itu, kearifan lokal merupakan
akan efektif apabila dilaksanakan dengan identitas yang sangat menentukan harkat dan
memanfaatkan organisasi yang ada di tingkat martabat manusia dalam komunikasinya.
lokal. Pemerintah cukup berperan sebagai Gobyah (2003) mendefinisikan kearifan
regulator, fasilitator dan motivator. lokal sebagai kebenaran yang telah mentradisi
Oleh karena itu perlu dikedepankan dalam suatu daerah. Sedangkan Ridwan
pendekatan pembangunan yang berpusat (2007) mengartikan kearifan lokal atau sering
pada masyarakat atau dikensal dengan istilah disebut local wisdom sebagai usaha manusia
people centered development yang menuntun dengan menggunakan akal budinya untuk
peran aktif masyarakat pada semua lapisan bertindak dan bersikap terhadap sesuatu
perlu dikembangkan melalui pembangunan objek atau peristiwa yang terjadi dalam ruang
partisipatif. Pembangunan partisipatif tertentu. Dengan melihat kearifan lokal sebagai
merupakan pendekatan pembangunan yang bentuk kebudayaan, maka ia akan mengalami
sesuai dengan hakikat otonomi daerah yang reinforcement secara terus menerus sehingga
mengacu pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun menjadi yang lebih baik. Kearifan lokal
2015 tentang penetapan Peraturan Pengganti merupakan manifestasi kebudayaan yang
72 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 66-81
yang menawarkan gaya hidup yang semakin nilai ajaran tradisional. Dalam upaya menjaga
pragmatis dan konsumtif. Kearifan lokal dan melestarikan nilai-nilai kearifan lokal
dari masing-masing daerah memiliki sifat dalam konteks pelaksanaan pembangunan
kedinamisan yang berbeda dalam menghadapi dengan mengedepankan modal sosial yang
pengaruh dari luar. Banyak manfaat yang dimiliki oleh masyarakat, penekanan yang
diperoleh dari luar, namun dampak buruk harus dilakukan terhadap pelestarian kearifan
yang ditimbulkan juga besar. Untuk itu, perlu lokal yaitu dengan menjadikan norma adat dan
dikembangkan suatu bentuk knowledge acuan tradisi budaya sebagi muatan dalam pertauran
dalam proses perencanaan dan perancangan perundang-undangan.
pembangunan yang berkelanjutan. Namun demikian, diperlukan kajian
Seiring dengan peningkatan teknologi yang lebih mendalam dengan melibatkan
dan transformasi budaya ke arah kehidupan lintas disiplin ilmu untuk melhat potensi-potensi
modern serta pengaruh globalisasi, warisan kearifan lokal yang ada di setiap daerah.
budaya dan nilai-nilai tradisional masyarakat Upaya harmonisasi kearifan lokal dalam setiap
ada tersebut menghadapi tantangan terhadap pelaksanaan pembangunan dengan pelibatan
eksistensinya. Hal ini perlu dicermati karena masyarakat dan tokoh adat serta perlu pelibatan
warisan budaya dan nilai-nilai tradisional organisasi kemasyarakatan.
tersebut mengandung banyak kearifan lokal Kearifan lokal Bali dengan Sister
yang masih sangat relevan dengan kondisi saat Villagenya dan Menyama Braya berjalan
ini, dan seharusnya dilestarikan, diadaptasi dengan sendirinya tanpa perlu dikomando.
atau bahkan dikembangkan lebih jauh. Sistem gotong royong, bahu membahu, desa
Beberapa nilai dan bentuk kearifan yang aman menolong desa tetangga yang
lokal termasuk hukum adat, nilai-nilai budaya sedang kesusahan, saling menghargai, patut
dan kepercayaan yang ada sebagian bahwa diapresiasi kerukunan bermasyarakatnya yang
akan sangat relevan untuk diaplikasikan ke sudah tumbuh sejak dulu. Menyama Braya
dalam proses atau kaidah perencanaan dan adalah konsep ideal hidup bermasyarakat di
pembangunan wilayah atau kawasan yang Bali sebagai filosofi dari karma marga yang
ada sebagian bahkan sangat relevan untuk bersumber dari sistem nilai budaya dan adat
dipalikasikan ke dalam proses atau kaidah istiadat masyarakat Bali untuk dapat hidup
perencanaan dan pembangunan wilayah rukun. Pengungsi yang berpindah ke daerah
atau kawasan, seperti yang terdapat pada aman mendapatkan bantuan masyarakat dari
masyarakat adat yang ditetapkan untuk semua elemen, dengan begitu penanganan
aktivitas tertentu. pengungsi berlangsung dengan lancar,
Sedyawati (2007:317) kearifan lokal antara masyarakat dan aparat pemerintah
terjabar dalam seluruh warisan budaya, baik kompak sehingga pengungsi terlayani dengan
yang tangible maupun intangible. Bentuk baik. Ini adalah modal sosial yang besar
kearifan lokal yang terwujud nyata meliputi yang membentuk masyarakat Bali tangguh
beberapa aspek seperti sistem nilai, tata menghadapi bencana.
cara, ketentuan khusus yang dituangkan ke Gubernur Bali mengatakan, “Kita
dalam bentuk catatan tertulis seperti yang harapkan Keliang Banjar untuk mempersiapkan
ditemui dalam kita tradisional, dan bangunan/ diri menerima saudara-saudara kita yang
arsitektural tradisional yang merupakan menjadi pengungsi. Mereka kita tempatkan di
cerminan dari bentuk kearifan lokal, seperti bale banjar karena kalau di tenda dikhawatirkan
bangunan rumah panggung di Aceh sebagai akan kehujanan, becek, panas, debu, dan
rumah adat. sebagainya. Koordinator lapangannya adalah
Sedangkan bentuk kearifan lokal yang Keliang Banjar (aparat desa). Kordesnya adalah
tidak berwujud seperti petuah yang disampaikan Kepala Desa sehingga jalur komandonya jelas
secara verbal dan turun temurun yang dapat karena menggunakan aparat desa. Pengungsi
berupa hadis maja yang mengandung nilai- yang di banjar akan dipasok logistiknya. Daya
74 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 66-81
Undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut juga liputan seperti berita, laporan pandangan
mendefinisikan mengenai bencana alam, mata, atau hasil analisis berupa artikel opini,
bencana non alam, dan bencana sosial. adalah bahasa (verbal dan non-verbal). Isi
Pemerintah menggunakan beberapa media cetak adalah bahasa tertulis baik
tahapan pada Status Keadaan Darurat berbentuk kata, angka, gambar, ataupun
Bencana yang dimulai dari status Siaga Darurat, grafis. Media radio menggunakan ucapan dan
Tanggap Darurat dan Transisi Darurat ke suara. Media TV menggabungkan bahasa
Pemulihan. Menurut Peraturan Kepala Badan tulisan, ujaran, gambar, dan bunyi-bunyian
Nasional Penanggulangan Bencana Nomor (audiovisual). Dengan bahasa para pekerja
6.a Tahun 2011 tentang pedoman penggunaan media mengkonstruksikan setiap realitas yang
dana siap pakai pada status keadaan darurat diliputnya.
bencana, Status Siaga Darurat adalah suatu Media massa yang digunakan penulis
keadaan terdapat potensi bencana, yang untuk penelitian ini adalah dua, yakni media
merupakan peningkatan eskalasi ancaman online dan media cetak (koran). Menurut Udi
yang penentuannya didasarkan atas hasil Rusadi dalam buku Kajian Media mengatakan
pemantauan yang akurat oleh instansi yang berita di surat kabar dan media online, yang
berwenang dan juga mempertimbangkan sama-sama menggunakan bahasa tulis, namun
kondisi nyata/dampak yang terjadi di memiliki karakter yang berbeda. Karakteristik
masyarakat. Penetapan status siaga darurat media cetak dan online akan membedakan
bencana dilakukan oleh Pemerintah/ struktur dan pengggunaan bahasanya. Struktur
Pemerintah Daerah atas usul Kepala BNPB/ di media online lebih ringkas dan penggunaan
BPBD. kata yang lebih hemat yang berbeda dengan
di media cetak yang lebih luas peluang
2.3.6. Media Massa menuangkan materi beritanya.
76 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 66-81
kembali. Melihat sejarahnya ditakutkan akan
meletus kembali seperti tahun 1963 yang
menewaskan 1.549 orang. Sekitar 1.700 rumah
hancur, sekitar 225.000 jiwa kehilangan mata
pencarian, dan sekitar 100.000 jiwa harus
mengungsi.
Sudah 37 hari (29 Oktober 2017)
berlangsung Gunung Agung berstatus Awas
dan penduduk masih mengungsi yang bemukim
di 6-7,5 Km dari kawah gunung. Sedangkan
untuk penduduk yang di radius 12 Km sudah
diperbolehkan pulang.
Tantangan terbesar ada di Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
(PVMBG) dengan otoritas menaikturunkan
Status Gunungapi. Status Awas yang
terlambat membahayakan nyawa ribuan orang.
Sebaliknya, Awas yang terlalu lama dari letusan
atau erupsi akan memicu persoalan sosial
ekonomi pengungsi.
78 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 66-81
tanggal 27 Oktober 2017 bertepatan perayaan penanganan pengungsi berlangsung dengan
Hari Sugihan Jawa, atau dua hari sebelum lancar. Antara masyarakat dan aparat
penyajahan Galungan. pemerintah kompak menyebabkan pengungsi
Kasubdit Mitigasi Gunungapi Wilayah terlayani dengan baik. Ini adalah modal sosial
Timur PVMBG Devil Kamil Syahbana di yang besar yang membentuk masyarakat Bali
Karangasem Bali, menjelaskan PMVBG tidak tangguh menghadapi bencana.
dapat memprediksi kapan akan terjadinya Kearifan lokal Menyama Braya adalah
erupsi Gunung Agung. “Hanya saja kita konsep hidup ideal bermasyarakat di Bali
tidak bisa memprediksi kapan magma akan sebagai filosofi dari Karma Margayang
menembus bebatuan tersebut karena memang bersumber dari sistem nilai budaya dan adat
tidak ada alat untuk mendeteksinya,” terangnya. istiadat masyarakat Bali untuk dapat hidup
Sementara itu, menurut ahli gunungapi Surono, rukun. Kerukunan mengandung makna akrab,
disebut golden time. “Untuk gunung yang padat damai dan tidak berseteru, diibaratkan pada
penduduknya, idealnya jarak Awas hingga kehidupan sepasang suami istri dalam rumah
meletus dua hari,” kata Surono, mantan Kepala tangga yang harmonis dan damai dalam
PVMBG. Dari ditetapkannya status Awas 22 menghormati kearifan lokal sebagai landasan
September 2017 hingga sekarang 19 Oktober strategis mewujudkan makna menyama braya
2017, terhitung sudah 27 hari dan Gunung sebagai penguatan jati diri bangsa. Manusia itu
Agung belum meletus. tidak hidup sendiri di dunia ini, tetapi dilindungi
Kearifan lokal menjadi sesuatu yang oleh komunitasnya, masyarakatnya, dan alam
unik dalam penanganan bencana di Indonesia. semesta sekitarnya. Manusia pada hakikatnya
Tidak dapat kita singkirkan dalam kehidupan tergantung dalam segala aspek kehidupannya
bermasyarakat. Kejadian gempabumi tsunami kepada sesama umat manusia, karena itu
Aceh tahun 2004 juga menceritakan fenomena ia selalu berusaha untuk sedapat mungkin
alam yang tersirat dalam buku Jurnalisme memelihara hubungan baik, terdorong oleh
Bencana karya Ahmad Arif, yakni ia menuliskan jiwa sama rata sama rasa; dan selalu berusaha
Kastami, pegawai negeri sipil di Kepolisian Resor untuk sedapat mungkin bekerjasama dalam
Meulaboh, menceritakan saat-saat sebelum komunitas. Itulah yang tercermin di Bali meski
dan seputar berlangsungnya gempa. “Saya Gunung Agung status Awas.
lihat ayam-ayam gelisah dan hewan ternak
lain sejak pagi gelisah. Mereka mengeluarkan
bunyi-bunyian yang tidak seperti biasanya.
Tiba-tiba, beberapa saat setelah itu tanah
bergerak tak tentu arah. Bangunan-bangunan
berjatuhan….,” kisahnya. Sementara itu,
Sawiyah yang sedang menunggui kerabatnya
di rumah sakit menuturkan bahwa malam
sebelum gempa, ia merasa tidak tenang karena
burung malam terus berbunyi. Dia tahu itu suatu
tanda, tetapi tidak mengira bahwa itu pertanda
bencana yang begitu dahsyat. Warga Sinabang,
Pulau Simeuleu, yang tinggal di Banda Aceh ini
kehilangan 20 orang sanak saudaranya.
Kearifan lokal Bali, patut diacungi
jempol. Pengungsi yang berpindah ke daerah
aman mendapatkan bantuan masyarakat dari Hal ini terbukti dari pemberitaan
semua elemen. Karakter masyarakat Bali Tangkasnews.com yang menyatakan PVMBG:
yang suka gotong royong, saling menghargai, Kemungkinan, Gunung Agung Batal Erupsi.
senang membantu dan rukun menyebabkan Penurunan status oleh PVMBG berdasarkan
80 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 66-81
Soehoet, Haoeta. 2003. Dasar-Dasar United Nations International Strategy for
Jurnalistik. Yayasan Kampus Tercinta- Disaster Reduction, www.unisdr.org
IISIP: Jakarta. West, Richard dan Lynn H. Turner. Pengantar
Sri Rizki, Juni Wati. Kepemilikan Media Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi;
dan Ideologi Pemberitaan; Penerbit Penerbit Salemba Humanika; 2008.
Deepublish; November 2016;. Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, Jakarta;
Suaib, Hermanto. Nilai-Nilai Kearifan Lokal Grasindo; 2000; h. 10-13.
dan Modal Sosial dalam Pemberdayaan Yudkowsky, Elieze. Jurnal Rationality from AI to
Masyarakat Suku Moi; 2017. Zombies, PDFDRIVE.NET.
Titib, I Made. 2003. Teologi dan Simbol-Simbol
Dalam Agama Hindu. Surabaya: Penerbit
Paramita.
Grootaert and Van Bastelaar, T. 2001.
Understanding and Measuring Social
Capital: A Synthesis of Findings and
Recommendations from the Social
Capital Initiative, Social Development
Family, Social Development Department,
Environmentally and Social Sustainable
Development Network, World Bank.
E-mail: prapto@bnpb.go.id
Abstract
82 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 82-88
langkah antisipasi jika gunung mengalami Rentang waktu penelitian ini adalah selama
letusan. Dampak lain dari adanya peningkatan bulan September-Oktober tahun 2017.
status adalah masyarakat yang tinggal/berada
di zona merah (tidak aman) harus mengungsi 2.2. Sampling dan Analisis Sampel
ke tempat yang lebih aman.
Masyarakat yang berada di radius tidak Penelitian ini menggunakan data dari
aman melakukan pengungsian baik secara Kabupaten yang terdampak akibat kenaikan
mandiri maupun secara bersama-sama. stastus Gunung Agung. Kabupaten tersebut
Masyarakat yang tinggal di pengungsian adalah Buleleng, Klungkung, Karangasem,
menjadi tanggung jawab pemerintah dalam Bangli, Gianyar, Tabanan, Badung, Jembrana
hal pemenuhan kebutuhan dasar seperti dan Kota Denpasar. Data penduduk akan
makanan. Estimasi jumlah penduduk yang digunakan untuk memprediksi jumlah
mungkin akan mengungsi menjadi sangat pengungsi akibat bencana ini.
penting untuk mempersiapkan logistik yang
diperlukan. Ketersediaan data penduduk 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
yang akurat membantu dalam menjawab
persoalan ini. Badan Pusat Statistik (BPS) 3.1. Laporan Penelitian
sebagai lembaga yang mempunyai wewenang
menghitung jumlah penduduk sangat berperan a. Peningkatan Aktivitas Gunung Agung
dalam menyediakan data ini. Ketidakakuratan Hingga saat ini gunungapi aktif di
sumber data penduduk memberikan hasil Indonesia dikelompokkan hanya berdasarkan
yang berbeda dan kemungkinan kesalahan sejarah letusannya, yaitu tipe A (79 buah),
dalam mengambil keputusan. Maka dari itu adalah gunungapi yang pernah meletus sejak
peran sumber data kependudukan yang akurat tahun 1600, tipe B (29 buah) adalah yang
sangat penting ketika bencana terjadi. diketahui pernah meletus sebelum tahun
1600, dan tipe C (21 buah) adalah lapangan
1.2. Tujuan solfatara dan fumarola (Bemmelen,1949
dalam Pratomo, 2006). Lebih lanjut Pratomo
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (2006) menjelaskan bahwa berdasarkan
memberikan gambaran tentang pentingnya sejarah letusannya, dikombinasikan dengan
data kependudukan dalam hal bencana. karakter fisik, bentang alam puncak, struktur
Ketersediaan data yang akurat dan mudah gunungapi, dan tipe letusannya, gunung aktif
diakses, membantu dalam menyiapkan di Indonesia dapat dibedakan menjadi delapan
langkah-langkah awal ketika terjadi bencana. tipe, yaitu tipe Tambora 1815 (letusan kaldera),
Rencana kontijensi harus menyertakan kajian Merapi (kubah lava), Agung (kawah terbuka),
mengenai jumlah penduduk, sehingga estimasi Papandayan (runtuhan dinding kawah), Batur
kebutuhan selama krisis dapat terpenuhi. (pascakaldera), Sangeangapi (aliran lava), dan
Anak Krakatau (gunungapi bawah laut). Salah
2. METODOLOGI satu gunung aktif adalah Gunung Agung.
Gunung Agung merupakan gunung
2.1. Tempat dan Waktu Penelitian aktif yang berada di Pulau Bali tepatnya di
Kabupaten Karangasem. Lokasi geografi
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten gunung ini adalah 08°20’ 30” Lintang Selatan
Karangasem Provinsi Bali pada saat dan 115°30’ 30” Bujur Timur. Erupsi katastropik
peningkatan status Gunung Agung. Gunung Agung pada tahun 1963 dicirikan oleh
Peningkatan status yang berbarengan 2 kali letusan besar (paroksismal), yaitu yang
dengan pengungsian masyarakat membuat terjadi pada tanggal 17 Maret dan 16 Mei
pemerintah harus bertindak cepat untuk 1963, yang memuntahkan material berupa
memenuhi kebutuhan pokok pengungsi. piroklastika dan aliran lava (Zen, 1964; Zen &
Pemanfaatan Data Kependudukan ... (Suprapto, Ratih Nurmasari dan Ainun Rosyida) 83
Hadikusumo, 1964; Kusumadinata, 1963;1979 yang bersifat aliran, KRB II ini mencakup
dalam Pratomo, 2006). Berdasarkan informasi seluruh lereng utara sampai ke pantai
dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Laut Bali, lereng selatan dan tenggara
Geologi (PVMBG) gunung ini sudah beberapa hingga berjarak ± 14 km dari puncak.
meletus yaitu: Sedangkan bahaya lontaran batu
Tabel 1. Sejarah Letusan Gunung Agung Setelah Tahun 1800.
No Tahun Kegiatan
1 1808 Dalam tahun ini dilontarkan abu dan batuapung dengan jumlah luar biasa
2 1821 Terjadi Erupsi normal, selanjutnya tidak ada keterangan
3 1843 Erupsi didahului oleh gempabumi. Material yang dimuntahkan yaitu abu,
pasir, dan batuapung. Selanjutnya dalam tahun 1908, 1915, dan 1917
di berbagai tempat di dasar kawah dan pematangnya tampak tembusan
fumarola.
4 1963 Erupsi dimulai tangga 18 Februari 1963 dan berakhir pada tanggal 27
Januari 1964. Erupsi bersifat magnatis. Korban tercatat 1.148 orang
meninggal dan 296 orang luka.
Sumber: PVMBG.
84 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 82-88
penduduk yang bermukim dalam kawasan ini 22 September 2017. Pada saat itu kawasan
sebanyak 77.815 jiwa. Peta Kawasan Rawan puncak gunung mengeluarkan semburan uap
Bencana Gunungapi Agung hanya berlaku air dan asap putih.
apabila letusan terjadi di kawah pusat, arah
letusan tegak lurus tanpa memperhatikan
arah angin, tidak terjadi letusan pembentukan
kaldera yang berakibat (kawah berdiameter 2
km).
b. Masyarakat Mengungsi
Letusan gunung secara langsung
berdampak kepada masyarakat sekitar. Secara
Gambar 1.
Peta KRB Kondisi Awas Gunung
Agung Terhitung Mulai 27 Nov 2017. umum dampak letusan gunung berapi meliputi
Sumber: BNPB. aspek: kesehatan, psikologis, sarana dan
prasarana lingkungan, pendidikan, dan sosial
Kegempaan di Gunung Agung secara ekonomi (Firdaus, dkk. 2014). Lebih lanjut
sederhana dapat dilihat pada Gambar 2. Status penelitian Firdaus, dkk (2014) letusan gunung
Gunung Agung dinaikkan menjadi Waspada dapat berdampak terhadap:
pada tanggal 14 September 2017. Status • Rusaknya pemukiman warga pada
ditingkatkan salah satunya karena adanya wilayah letusan.
peningkatan gempa vulkanik dangkal dan • Pepohonan dan tumbuhan yang ditanam
gempa tektonik. Seiring dengan kegempaan warga sekitar banyak yang layu, bahkan
yang semakin meningkat, tanggal 18 September mati akibat debu vulkanik, begitu juga
2017 status meningkat menjadi Siaga. Pada dengan hewan ternak dan ikan banyak
saat itu jumlah kegempaan mengalami yang mati.
peningkatan baik dari segi vulkanik dangkal, • Menyebabkan gagal panen di sektor
vulkanik dalam maupun gempa tektonik. Pusat pertanian dan perikanan.
Vulkanologi kembali meningkatkan status • Rusaknya infrastruktur jalan, listrik, dan
Gunung Agung menjadi Awas pada tanggal saluran irigasi.
Pemanfaatan Data Kependudukan ... (Suprapto, Ratih Nurmasari dan Ainun Rosyida) 85
• Terhentinya aktivitas mata pencaharian Gianyar, Kota Denpasar, Tabanan, Buleleng
warga sekitar bencana. dan Jembarana. Lokasi pengungsi terbanyak
• Bandar udara tidak dapat beroperasi atau berada di Kabupaten Karangasem.
tidak dapat melakukan penerbangan
karena debu vulkanik yang dihasilkan
dapat menyebabkan mesin pesawat
mati.
• Mengganggu hubungan komunikasi,
jaringan listrik terputus, dan aktivitas
masyarakat lumpuh.
Langkah-langkah antisipasi sebelum
terjadi letusan gunung sangat menentukan
terhadap kesiapan masyarakat dalam
menghadapi letusan yang sesungguhnya.
Dalam masa siaga Gunung Agung berdasarkan
rekomendasi dari Pusat Vulkanologi radius Gambar 3. Grafik Jumlah Pengungsi.
Sumber: BNPB.
dari puncak gunung harus steril dari aktivitas
dan kegiatan masyarakat. Pada saat gunung
Tabel 2. Statistik Deskriptif Jumlah Pengungsi.
dinaikkan statusnya dari Siaga ke Awas
tanggal 22 September 2017 pukul 20.30 Jumlah Pengungsi
WITA, rekomendasi yang dikeluarkan adalah Mean 124.208
masyarakat agar tidak melakukan aktivitas di Median 139.199
sekitar kawah Gunung Agung dan di seluruh
Minimum 10.895
area di dalam radius 9 kilometer dari kawah
puncak Gunung Agung. Perluasan sektoral ke Maximum 150.109
arah utara, timur laut, tenggara dan selatan- Count 78
barat daya sejauh 12 kilometer. Sumber: BNPB.
Masyarakat yang tinggal di radius tidak
aman mengungsi ke tempat yang aman dan jauh Jumlah pengungsi maksimal adalah
dari radius berbahaya akibat kenaikan status. 150 ribu jiwa. Pengungsi ini tersebar di 9
Masyarakat mulai meninggalkan rumah mereka kabupaten/kota yang tersebar di Bali yaitu
menuju lokasi-lokasi yang telah ditetapkan atau Buleleng, Klungkung, Karangasem, Bangli,
melakukan pengungsian mandiri. Pengungsian Gianyar, Kota Denpasar, Tabanan, Buleleng
mandiri adalah mereka mengungsi ke tempat dan Jembarana. Lokasi pengungsi terbanyak
sanak saudara atau famili atau rumah mereka berada di Kabupaten Karangasem.
yang lain yang jauh dari zona bahaya. Secara
detail pergerakan dari jumlah pengungsi dapat c. Penduduk Terdampak
dilihat pada Gambar 3. Penduduk yang terdampak akibat
Grafik jumlah pengungsi menunjukkan kenaikan status Gunung Agung haru
bahwa mulai tanggal 22 September hingga 29 mengungsi. Akibat dari adanya pengungsian
September selalu menunjukkan peningkatan, adalah pemerintah menyiapkan berbagai
setelah itu lebih stabil dalam segi jumlah. kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan hidup
Rentang watu 22 September hingga 24 Oktober selama tinggal di pengungsian. Kebutuhan
2017, rata-rata jumlah pengungsi adalah 124 ini mulai dari bahan makanan, pakaian,
ribu jiwa. tempat pengungsian, dan fasilitas penunjang
Jumlah pengungsi maksimal adalah lainnya. Estimasi jumlah penduduk yang akan
150 ribu jiwa. Pengungsi ini tersebar di 9 mengungsi menjadi amat penting karena
kabupaten/kota yang tersebar di Bali yaitu berhubungan dengan berbagai persiapan yang
Buleleng, Klungkung, Karangasem, Bangli, dilakukan oleh pemerintah. Selain itu, dengan
86 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 82-88
estimasi jumlah penduduk maka kebutuhan Tabel 3. Jumlah Penduduk Terdampak.
untuk memenuhi keperluan pengungsi bisa di Jumlah
prediksi. No Desa Kecamatan Penduduk
Salah satu penyedia data kependudukan (BPS)
adalah Badan Pusat Stastistik (BPS). Data 1 Ababi Abang 7.553
kependudukan ini nantinya dapat berguna
2 Pidpid Abang 2.799
untuk melihat kemungkinan jumlah masyarakat
3 Nawakerti Abang 2.777
yang akan diungsikan. Dampak dari kenaikan
status Gunung Agung paling besar terdapat di 4 Datah Abang 8.021
Kabupaten Karangasem. Jumlah Penduduk di 5 Bebandem Bebandem 9.834
kabupaten ini mencapai 400 ribu jiwa. 6 Jungutan Bebandem 7.089
7 Buana Giri Bebandem 6.054
8 Tulamben Kubu 8.377
9 Dukuh Kubu 3.248
10 Kubu Kubu 3.036
11 Baturinggit Kubu 3.319
12 Ban Kubu 9.935
13 Sukadana Kubu 5.780
14 Menanga Rendang 6.791
15 Besakih Rendang 7.094
16 Pempatan Rendang 10.093
Gambar 4. Grafik Proyeksi Penduduk Kabupaten 17 Selat Selat 2.486
Karangasem Per Kecamatan Tahun 2017.
18 Peringsari Selat 5.432
Sumber: BPS.
19 Muncan Selat 6.869
20 Duda Utara Selat 6.027
21 Amerta Bhuana Selat 3.228
22 Sebudi Selat 5.521
TOTAL 131.363
Pemanfaatan Data Kependudukan ... (Suprapto, Ratih Nurmasari dan Ainun Rosyida) 87
dengan jumlah pengugsi yang tercatat, Kemudahan akses ke dalam data kependudukan
jumlahnya pengungsi melebihi proyeksi BPS akan sangat menunjang penanggulangan
penduduk desa terdampak. Jumlah pengungsi bencana, terutama dalam penyediaan data
tercatat pernah mencapai angka 150 ribu jiwa. kependudukan. Ke depannya diharapkan akses
Gambar 3 menjelaskan bahwa jumlah ke data ini menjadi mudah diakses dan mampu
pengungsi bergerak stagnan di angka 140 ribu memberikan data yang terbaru. Perlu sekiranya
jiwa. Perbedaan data ini menunjukkan bahwa dalam perhitungan lanjutan menggunakan
kemungkinan memang jumlah penduduk sumber data kependudukan yang lain seperti
nyatanya banyak atau ada beberapa penduduk data penduduk yang bersumber dari Asia
desa yang tinggal di wilayah aman namun populasi maupun data kependudukan yang
ikut mengungsi. Kekhawatiran masyarakat dimiliki oleh Kementerian Dalam Negeri. Data
yang tinggal di wilayah lereng Gunung Agung ini dapat digunakan sebagai pembanding
akan bahaya letusan kemungkinan menjadi dalam perhitungan penduduk terpapar.
pendorong bagi mereka yang tinggal di lokasi
aman untuk mengungsi juga. Terlebih lagi jika DAFTAR PUSTAKA
mereka melihat masyarakat desa tetangga
mengungsi secara berbondong-bondong. Firdaus, M. Pramoda, R. Yulisti, M. 2014.
Jumlah pengungsi yang mencapai Dampak Letusan Gunung Kelud
150 ribu jiwa ini juga disebabkan karena Terhadap Pelaku Usaha Perikanan di
ketidakjelasan batas-batas daerah mana saja Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur.
yang masuk dalam kawasan rawan bencana. Jakarta: Balai Besar Penelitian Sosial
Kawasan rawan bencana hanya menyebutkan Ekonomi Kelautan dan Perikanan.
radius dari puncak gunung sekian kilometer Nandi. 2006. Geologi Lingkungan Gempabumi.
tanpa menyebutkan desa mana saja yang masuk Universitas Pendidikan Indonesia.
dalam radius tersebut. Hal ini menyebabkan Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial
masyarakat berfikir sendiri apakah wilayahnya Pratomo, I. 2006. Klasifikasi Gunungapi Aktif
masuk dalam KRB atau tidak. Semakin banyak Indonesia, Studi Kasus dari Beberapa
jumlah pengungsi maka total kebutuhan yang Letusan Gunungapi Dalam Sejarah.
harus disediakan juga semakin banyak. Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1 No. 4
Desember 2006: 209-227
4. KESIMPULAN DAN SARAN http://vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/
data-dasar-gunungapi/468-g-agung?
Ketersediaan data kependudukan sangat start=1
membantu dalam upaya penanggulangan https://bali.bps.go.id/
bencana. Dalam menghadapi letusan Gunung https://bnpb.go.id
Agung, data kependudukan memiliki peran
yang sangat penting untuk mengestimasi
jumlah penduduk yang harus mengungsi.
Estimasi jumlah penduduk ini sebagai bagian
dari rencana kontijensi terhadap berbagai
kebutuhan yang harus dipersiapkan baik
sebelum, saat maupun pascaletusan. Data
kependudukan yang telah disediakan oleh BPS
sangat membantu di lapangan. Diharapkan
ke depannya setiap ada kejadian bencana
data kependudukan ini mampu menjadi data
dasar dalam mengestimasi jumlah masyarakat
terdampak.
88 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 1 Tahun 2018 Hal. 82-88
FORMAT PENULISAN
UNTUK JURNAL DIALOG PENANGGULANGAN BENCANA
Judul
(UPPERCASE, CENTER, BOLD FONT ARIAL 12)
Nama Lengkap Penulis
} Huruf dll lay
out hal berikut
Abstract : Tuliskan tujuan dari kesimpulan artikel anda secara jelas dan singkat; dalam BAHASA
INGGRIS maksimal 250 kata. Abstrak ditulis 4 cm dari sisi kiri dan sisi kanan dengan sentence,
Justify, Italic, Font Arial 10.
Keywords : bahasa Inggris paling banyak 10 kata (Sentence case, Justify, Italic, Arial 10).
2.2 Sampling dan analisis sampel; yang Tabel dan Gambar dapat disisipkan di
menjelaskan bagaimana mengambil sampel tengah-tengah artikel. Contoh :
dan dianalisis di mana dengan metode apa.
Tabel 1. Judul Tabel (Capital Each Word,
2.3 ............... (jika perlu) regular, ditulis di atas tabel).
Gambar 1. Judul Gambar (Capital Each DAFTAR PUSTAKA
Word, regular, ditulis di bawah Berisi referensi yang diacu yang dalam artikel
gambar). ditulis dengan superscript dan ditulis dengan cara
berikut:
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Penulis bisa membagi 2 sub bab: 4.1 1. Author, tahun Judul paper, jurnal/prosidang/
kesimpulan yang berisi kesimpulan pada buku, Vol (no), hal/jumlah hal. (perhatikan
pembahasan dan 4.2. Saran diberikan jika cara menaruh singkatan nama sebagai
ada hasil penelitian yang perlu ditindak author ke-1: Garno, Y.S. dan nama ke-2:
lanjuti. Y.S. Garno).
UCAPAN TERIMAKASIH
Berisikan ucapan terima kasih penulis pada pihak
yang membantu (kalau perlu saja).
LAYOUT PENULISAN
18.5 cm
1.5 cm
2 cm
2.5 cm
Footer 1.5 cm
Diterbitkan oleh:
Pusat Data Informasi dan Humas
BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA
Graha BNPB Jl. Pramuka Kav. 38 Jakarta Timur 13120
www.bnpb.go.id tv.bnpb.go.id
+62 822 1001 1980 +62 812 123 7575 9 772087 636007