Anda di halaman 1dari 22

ISSN 2087-636X

JURNAL DIALOG
PENANGGULANGAN
BENCANA
Volume 9, Nomor 2, Tahun 2018

TERBITAN BERKALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA

Jurnal Dialog Jakarta ISSN


Vol. 9 No. 2 Hal. 89 - 182
Penanggulangan Bencana Desember 2018 2087-636X
ISSN 2087-636X
JURNAL DIALOG
PENANGGULANGAN
BENCANA
Volume 9, Nomor 2, Tahun 2018
JURNAL DIALOG PENANGGULANGAN BENCANA

Terbit 2 Kali setahun, mulai Oktober 2010

ISSN: 2087 636X

Volume 9, Nomor 2, Desember 2018

Pembina:
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Penasihat:
Sekretaris Utama BNPB

Pemimpin/Penanggung Jawab Redaksi:


Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB

Ketua Dewan Penyunting:


DR. Sutopo Purwo Nugroho, M.Si, APU
Hidrologi dan Pengurangan Risiko Bencana

Anggota Dewan Penyunting:


DR. Sugimin Pranoto, M. Eng / Teknik Sipil dan Lingkungan
Ir. Sugeng Tri Utomo, DESS / Pengurangan Risiko Bencana
DR. Rudy Pramono / Sosiologi Bencana
Ir. B. Wisnu Widjaja, M.Sc / Geologi dan Kesiapsiagaan Bencana
DR. Ir. Agus Wibowo / Database & GIS

Mitra Bestari:
Prof. DR. rer. nat. Junun Sartohadi, MSc
Prof. DR. Edvin Aldrian, MSc
DR. Tri Handoko Seto,M.Si

Pelaksana Redaksi:
Teguh Harjito, Dian Oktiari,
Suprapto, Ainun Rosyida, Nurul Maulidhini,
Ratih Nurmasari, Theopilus Yanuarto,
Andri Cipto Utomo, Ignatius Toto Satrio

Alamat Redaksi:
Pusat Data Informasi dan Humas
Badan Nasional Penanggulangan Bencana
GRAHA BNPB Jl. Pramuka Kav. 38 Jakarta Timur 13120 Indonesia
Telp. 021-29827793 & Fax. 021-21281200,
Email : Redaksijurnal@bnpb.go.id

d
e
Foto Cover :
Gempa Lombok (Dok. BNPB)

f
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas perkenan-Nya Jurnal Dialog
Penanggulangan Bencana Volume 9 No. 2 Tahun 2018 dapat selesai dengan baik.

Peningkatan pengetahuan dan teknologi kebencanaan semakin pesat. Begitu pula tingkat
pengetahuan masyarakat akan pentingnya mitigasi bencana semakin baik. Jurnal Dialog
Penanggulangan Bencana merupakan salah satu sarana dalam mempopulerkan pengetahuan
akan kebencanaan, guna mendukung terwujudnya masyarakat Indonesia yang tanggap, tangkas
dan tangguh menghadapi bencana.

Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Volume 9 No. 2 Tahun 2018 memuat beberapa kajian
kebencanaan, yaitu strategi recovery di sektor pertanian setelah gempa di Lombok Utara, dan
faktor-faktor kesiapsiagaan tenaga kesehatan dalam menghadapi gempa dan tsunami. Erupsi
Gunung Sinabung yang masih terus berlangsung juga dikaji dari kacamata ketangguhan
penyintasnya. Bencana banjir yang selalu menghampiri di kala musim penghujan dikaji dengan
studi kasus banjir Dayeuhkolot. Banjir di wilayah timur Kabupaten Cirebon pun dibuat pemodelan
spasial untuk bahaya dan kerentanannya. Pergerakan tanah di Mukapayung, Cianjur, menarik
dibuat pengklasifikasian tingkat kerentanannya menggunakan metode Analytical Hierarchy
Process (AHP). Terakhir, kajian risiko dan aksi adaptasi perubahan iklim di Kabupaten Boalemo,
Gorontalo, khususnya di sektor ketahanan pangan.

Kami berharap Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana ini dapat bermanfaat. Terima kasih
atas partisipasi dan dukungan semua pihak yang terlibat dalam penerbitan Jurnal Dialog
Penanggulangan Bencana ini.

Tim Penyusun

i
JURNAL DIALOG PENANGGULANGAN BENCANA
Volume 9, No. 2, Desember 2018

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................. i


Daftar Isi ............................................................................................................................ ii

Strategi Recovery Sektor Pertanian Pascabencana Gempa di Kabupaten Lombok Utara


Adam Abraham Wiwaha, Arkha Dhemas Gunanda, Ririn Krisnawati ........................ 89-101

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan dalam


Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami
Ade Herman Surya Direja, Susilo Wulan ......................................................................... 102-115

Erupsi Tiada Henti Gunung Sinabung: Gambaran Ketangguhan dan Kesadaran Bencana
pada Penyintas
Wiwik Sulistyaningsih dan Ari Widiyanta ..................................................................... 116-127

Banjir Dayeuhkolot: Kisah Lama dalam Cerita Baru


Budimansyah, Reiza D. Dienaputra, Kunto Sofianto ...................................................... 128-141

Pemodelan Spasial Bahaya dan Kerentanan Bencana Banjir di Wilayah Timur Kabupaten
Cirebon
Millary Agung Widiawaty dan Moh. Dede ........................................................................ 142-153

Klasifikasi Tingkat Kerentanan Gerakan Tanah di Daerah Mukapayung dan Sekitarnya


Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
Dadi Setiadi, Dicky Muslim, Zufialdi Zakaria ............................................................... 154-165

Kajian Risiko dan Aksi Adaptasi Perubahan Iklim Sektor Spesifik Ketahanan Pangan di
Kabupaten Boalemo
Nurdin .............................................................................................................................. 166-182

ii
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESIAPSIAGAAN
TENAGA KESEHATAN DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPABUMI
DAN TSUNAMI

Ade Herman Surya Direja1, Susilo Wulan2


1
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu
2
Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu

E-mail: adehermansuryadireja@gmail.com

Abstract

The purpose of this study is to determine factors associated with preparadness of health
provider in facing earthquake and tsunami disasters. The method of this study is survey analytic
with cross sectional approach. Population in this study were health provider in all primary health
care Bengkulu City. Sampling technique in this study was Proportional Random Sampling and
obtained sample were 84 respondent. Data analysis in this study using univariate, bivariate, and
multivariate using Chi-Square (χ2) and logistic regressiion. The results of this study showed (1) from
84 people there were 14 (16,7%) does not prepared in facing earthquake and tsunami disasters,
there were 18 (21,4%) quite prepared in facing earthquake and tsunami disasters, and there were
52 (61,9%) prepared in facing earthquake and tsunami disasters, (2) from 84 people there were
4 (4,8%) lack of knowledge, there were 8 (9,5%) moderate knowledge, and 72 (85,7%) good
knowledge, (3) from 84 people there were 29 (34,5%) with negative attitude and 55 (65,5%) positif
attitude. (4) from 84 people there were 10 (11,9%) with lack of motivation, 7 (8,3%) with moderate
motivation and 67 (79,8%) with good motivation (5) from 84 people there were 51 (60,7%) does
not following disaster drill and 33 (39,3%) following disaster drill, (6) there is significant relationship
between knowledge, attitude, experiencing following disaster drill with preparadness of health
provider in facing earthquake and tsunami disasters (7) dominan variable is motivation following
disaster drill with value of coefficient regression (β) was 7.652 greater than other variable.

Keywords : Knowledge, Attitude, Experiencing following disaster drill, preparadness of health


provider in facing earthquake and tsunami disasters.

1. PENDAHULUAN bencana alam yang berpotensi merusak


terbesar di Indonesia, karena datang secara
1.1. Latar Belakang tiba-tiba (Sudden Onset) dan dampaknya bisa
sangat luas, tidak terkecuali wilayah padat
Negara Indonesia memiliki banyak perkotaan. Hampir setiap tahun, setidaknya
wilayah yang rawan bencana. Secara geografis kurang lebih 3 gempa berkekuatan 7 SR atau
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang lebih terjadi di Indonesia dan menimbulkan
berada pada cincin api (Ring of Fire) yakni korban jiwa dan kerusakan infrastruktur atau
pertemuan tiga lempeng tektonik besar yaitu lingkungan (Palang Merah Indonesia, 2016).
Indo Australia, Eurasia, dan Pasifik, sehingga Provinsi Bengkulu secara geografis
jika terjadi pergerakan salah satunya maka terletak di sepanjang pantai barat Sumatera
akan dapat menyebabkan bencana seperti lebih kurang 525 Km dari gugusan Pulau
gempabumi. Gempabumi menjadi ancaman Enggano yang berada lebih kurang 90 mil

102 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 2 Tahun 2018 Hal. 102-115
laut di Lautan Hindia sebelah selatan Provinsi terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan
Bengkulu dan merupakan salah satu provinsi dalam menghadapi bencana gempabumi dan
yang berbatasan langsung dengan Samudera tsunami.
Indonesia. Posisi geografis yang berbatasan
langsung dengan Samudera Indonesia tersebut 2. METODOLOGI
menjadikan Bengkulu sebagai salah satu
daerah yang rentan/rawan bencana gempa. 2.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Berdasarakan Peta Kajian Bahaya Puslitbang
Geologi ESDM Bandung (2006) terlihat bahwa Penelitian ini dilakukan di seluruh
zona tingkat risiko kegempaan Kota Bengkulu puskesmas yang ada di Kota Bengkulu,
yang paling rentan adalah wilayah sepanjang terdapat 20 puskesmas. Penelitian ini dilakukan
pesisir pantai. pada bulan Januari - Agustus 2018.
Banyaknya peristiwa bencana yang
terjadi dan menimbulkan korban jiwa serta 2.2. Sampling dan Analisis Sampel
harta benda yang besar, baik di Provinsi
Bengkulu maupun di seluruh wilayah Metode yang digunakan dalam penelitian
Indonesia, bahwa manajemen bencana di ini yaitu survey analytic dengan pendekatan
Negara ini masih jauh dari yang diharapkan. cross sectional. Populasi dalam penelitian ini
Selama ini, manajemen bencana dianggap yaitu tenaga kesehatan di seluruh puskesmas
bukan prioritas dan hanya datang sewaktu- Kota Bengkulu. Teknik pengambilan
waktu saja, padahal Indonesia adalah wilayah sampel dalam penelitian ini adalah metode
yang tergolong kawasan rawan terhadap Proportional Random Sampling didapatkan
bencana. Dalam Kepmenkes RI nomor 876/ sampel sebanyak 84 responden. Data yang
Menkes/SK/XI/2006 tentang kebijakan dan digunakan adalah data primer diambil dengan
strategi nasional penanganan krisis dan menyebarkan kuesioner dan data sekunder
masalah kesehatan lain, disebutkan bahwa diperoleh dari seluruh puskesmas Kota
penanganan krisis dan masalah kesehatan lain Bengkulu. Data dianalisis secara univariat,
lebih menitikberatkan kepada upaya sebelum bivariat, dan multivariat menggunakan Chi-
terjadinya bencana yaitu upaya pencegahan, Square (χ2) dan Regresi Logistik. Untuk
mitigasi, dan kesiapsiagaan. Kesiapsiagaan mengetahui keeratan hubungan menggunakan
yang dimaksudkan adalah kesiapsiagaan Contingency Coeffecient (C).
sumber daya sebelum menghadapi masalah
kesehatan yang timbul akibat terjadinnya 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
bencana termasuk bencana gempa dan
tsunami. Oleh karena itu tenaga kesehatan 3.1. Laporan Penelitian
menjadi hal yang penting dan merupakan
pelaksana teknis atau pelaksanaan kegiatan 3.1.1. Analisis Univariat
operasional sebelum terjadi bencana, saat
terjadi bencana maupun pascabencana. Tabel 1. Gambaran Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan
Dalam Menghadapi Bencana Gempabumi
1.2. Tujuan dan Tsunami di Seluruh Puskesmas Kota
Bengkulu.
Tujuan penelitian ini adalah untuk Kesiapsiagaan Persentase
mengetahui gambaran faktor-faktor yang Frekuensi
Tenaga Kesehatan (%)
berhubungan dengan kesiapsiagaan tenaga Tidak Siap 14 16,7
kesehatan dalam menghadapi bencana
Cukup Siap 18 21,4
gempabumi dan tsunami, mengetahui
hubungan masing-masing variabel dan Siap 52 61,9
mengetahui faktor variabel yang paling dominan Total 84 100

Faktor-faktor yang Berhubungan... (Ade Herman Surya Direja, Susilo Wulan) 103
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 2006). Pengetahuan merupakan faktor utama
dari 84 orang tenaga kesehatan terdapat 14 dan menjadi kunci untuk kesiapsiagaan,
orang (16,7%) tidak siap menghadapi bencana minimnya pengetahuan adalah penyebab
gempabumi dan tsunami, 18 orang (21,4%) utama tingginya korban akibat dinamika
cukup siap menghadapi bencana gempabumi proses alam yang terus berlangsung.
dan tsunami, dan 52 orang (61,9%) siap Pengetahuan yang dimiliki tenaga kesehatan
menghadapi bencana gempabumi dan tsunami. dapat mempengaruhi kepedulian untuk siap
Kesiapsiagaan merupakan salah satu bagian dan siaga dalam mengantisipasi bencana,
dari proses manajemen bencana dan di dalam terutama bagi yang bertempat tinggal di
konsep pengelolaan bencana yang berkembang daerah pesisir yang rentan terhadap bencana
saat ini, peningkatan kesiapsiagaan merupakan alam (LIPI-UNESCO/ISDR, 2006).
salah satu elemen penting dari kegiatan Menurut Syafrizal (2013) pengetahuan
pengurangan risiko bencana yang bersifat pro- akan sangat membantu mengatasi kepanikan
aktif, sebelum terjadinya suatu bencana. ketika bencana datang. Dalam hal ini tenaga
Menurut Depkes RI (2007, P. 60) sumber kesehatan mengetahui risiko bencana yaitu
daya yang di perlukan untuk kesiapsiagaan suatu potensi kerugian yang ditimbulkan
bencana salah satunya adalah sumber daya akibat bencana pada suatu wilayah dalam
manusia terutama tenaga kesehatan sangat kurun waktu tertentu yang berakibat hilangnya
berpengaruh pada kesiapsiagaan bencana rasa aman, tenaga kesehatan mengetahui
karena ketiadaan pakar kesehatan akan alur penyelamatan yang ada di pelayanan
menjadi faktor penghalang dalam menangani kesehatan, mengetahui kebijakan dan
situasi darurat. Di dalam proses pengelolaan panduan yang harus tersedia yaitu dengan
bencana yang direpresentasikan sebagai model memiliki tim siaga bencana yang tepat dan
siklus, peningkatan kesiapsiagaan merupakan efektif, mengetahui rencana untuk keadaan
bagian dari proses pengelolaan risiko bencana darurat bencana, mengetahui adanya sistem
ditekankan pada menyiapkan kemampuan peringatan bencana, mengetahui adanya
untuk dapat melaksanakan kegiatan tanggap mobilisai sumber daya dengan menjalin
darurat secara cepat dan tepat. kerjasama dengan organisasi yang menangani
gempa. (Hasna, 2012).
Tabel 2. Gambaran Pengetahuan Tenaga Kesehatan
Dalam Menghadapi Bencana Gempabumi
dan Tsunami di Seluruh Puskesmas Kota Tabel 3. Gambaran Sikap Tenaga Kesehatan Dalam
Bengkulu. Menghadapi Bencana Gempabumi
Pengetahuan Persentase dan Tsunami di Seluruh Puskesmas Kota
Frekuensi Bengkulu.
Tenaga Kesehatan (%)
Kurang 4 4,8 Sikap Tenaga Persentase
Frekuensi
Kesehatan (%)
Cukup 8 9,5
Negatif 29 34,5
Baik 72 85,7
Positif 55 65,5
Total 84 100
Total 84 100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dari 84 orang tenaga kesehatan terdapat 4 Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
orang (4,8%) dengan pengetahuan kurang, 84 orang tenaga kesehatan terdapat 29 orang
8 orang (9,5%) dengan pengetahuan cukup, (34,5%) dengan sikap negatif dan 55 orang
dan 72 orang (85,7%) dengan pengetahuan (65,5%) dengan sikap positif menghadapi
baik. Pengetahuan mengenai bencana bencana gempabumi dan tsunami. Secara
merupakan alasan utama seseorang untuk umum sebagian besar sikap tenaga kesehatan
melakukan kegiatan perlindungan atau dalam menghadapi bencana gempabumi dan
upaya kesiapsiagaan (Sutton dan Tierney, tsunami di seluruh puskesmas Kota Bengkulu

104 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 2 Tahun 2018 Hal. 102-115
sudah baik. Terbentuknya sikap yang baik Tabel 5. Gambaran Pengalaman Mengikuti Kegiatan
sangat dipengaruhi oleh pengetahuan. Tujuan Pelatihan Penanggulangan Bencana Tenaga
Kesehatan di Seluruh Puskesmas Kota
pentingnya pendidikan kebencanaan adalah
Bengkulu.
untuk menanamkan sikap tanggap dan
responsif terhadap bencana sehingga risiko Pengalaman
yang fatal bisa dihindari dan mereka tidak Mengikuti
Persentase
hanya sekedar mengetahui dan memahami Kegiatan Pelatihan Frekuensi
(%)
tentang bencana, tetapi yang lebih penting Penanggulangan
Bencana
dan utama adalah bagaimana mereka bisa
menghadapi bencana dengan sikap siaga dan Tidak Pernah 51 60,7
responsif sehingga mampu meminimalkan Pernah 33 39,3
dampak yang lebih parah (Tuhusetya, 2010). Total 100 100

Tabel 4. Gambaran Motivasi Tenaga Kesehatan Dalam Dari hasil penelitian antara hubungan
Menghadapi Bencana Gempabumi pengetahuan dengan kesiapsiagaan tenaga
dan Tsunami di Seluruh Puskesmas Kota kesehatan dalam menghadapi bencana
Bengkulu.
gempabumi dan tsunami di seluruh puskesmas
Motivasi Tenaga Persentase Kota Bengkulu menunjukkan bahwa berdasarkan
Frekuensi
Kesehatan (%) hasil uji Pearson Chi-Square diperoleh nilai
Kurang 10 11,9 χ2= 10.436 dengan ρ value = 0,034 < a (0,05),
Sedang 7 8,3 secara statistik berarti signifikan sehingga H0
ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan
Baik 67 79,8
yang signifikan antara pengetahuan dengan
Total 100 100
kesiapsiagaan tenaga kesehatan dalam
menghadapi bencana gempabumi dan tsunami
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di seluruh puskesmas Kota Bengkulu.
dari dari 84 orang tenaga kesehatan terdapat Berdasarkan hasil penelitian tersebut
10 orang (11,9%) dengan motivasi kurang, dapat dijelaskan bahwa sebagian besar tenaga
7 orang (8,3%) dengan motivasi sedang kesehatan yang mempunyai pengetahuan baik
dan 67 orang (79,8%) dengan motivasi baik lebih siap menghadapi bencana gempabumi
dalam menghadapi bencana gempabumi dan tsunami, begitupun sebaliknya tenaga
dan tsunami. Motivasi pada dasarnya adalah kesehatan yang mempunyai pengetahuan
kondisi mental yang mendorong dilakukannya kurang mereka pada umumnya tidak siap
suatu tindakan (action atau activities) dan menghadapi bencana gempabumi dan tsunami,
memberikan kekuatan yang mengarah kepada artinya pengetahuan tenaga kesehatan akan
pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan menentukan kesiapsiagaan dalam menghadapi
ataupun mengurangi ketidakseimbangan bencana gempabumi dan tsunami. Menurut
(Nurhasia, 2009). Penelitian Shiwaku et al., Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah
(2007) Motivasi diri merupakan faktor yang hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
paling efektif untuk mendorong kemauan melakukan penginderaan terhadap suatu
individu dalam dalam mengumpulkan informasi objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
terkait kesiapan bencana. Upaya-upaya yang pancaindera manusia, yakni indera penglihatan,
dapat dilakukan untuk memperoleh informasi pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
terkait kesiapan bencana dapat dilakukan Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
dengan membaca artikel terkait bencana di melalui indera pendengaran (telinga), dan indera
koran, buku, majalah, dan internet. Keterlibatan penglihatan (mata). Pengetahuan adalah ranah
individu dalam kegiatan di komunitas juga kognitif merupakan domain yang sangat penting
meningkatkan motivasi individu untuk dalam membentuk tindakan seseorang (overt
mengumpukan informasi terkait bencana. behaviour).

Faktor-faktor yang Berhubungan... (Ade Herman Surya Direja, Susilo Wulan) 105
Menurut LIPI-UNESCO/ISDR (2006) terdapat 10 orang yang tidak siap menghadapi
bahwa pengetahuan mengenai kesiapsiagaan gempabumi dan tsunami, 16 orang cukup siap
menghadapi bencana adalah kemampuan yang menghadapi gempabumi dan tsunami dan 46
harus dimiliki oleh setiap individu sebagai wujud orang yang siap menghadapi gempabumi dan
dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana tsunami.
gempabumi. Individu, tenaga kesehatan, atau Untuk mengetahui hubungan dengan
masyarakat yang memiliki pengetahuan yang kesiapsiagaan tenaga kesehatan dalam
lebih baik terkait dengan bencana yang terjadi menghadapi bencana gempabumi dan
cenderung memiliki kesiapsiagaan yang lebih tsunami di seluruh puskesmas Kota Bengkulu
baik dibandingkan individu, tenaga kesehatan, digunakan uji statistik Pearson Chi-Square.
atau masyarakat yang minim memiliki Berdasarkan hasil uji Pearson Chi-Square
pengetahuan. Pemahaman dan pengetahuan diperoleh nilai χ2= 10.436 dengan ρ value
tentang bencana adalah modal dasar dalam = 0,034 < α (0,05), secara statistik berarti
konsep mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap signifikan sehingga H0 ditolak dan Ha diterima,
bencana. artinya ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dengan kesiapsiagaan tenaga
3.1.2. Analisis Bivariat kesehatan dalam menghadapi bencana

Tabel 6. Hubungan Pengetahuan Dengan Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Dalam Menghadapi Bencana
Gempabumi dan Tsunami di Seluruh Puskesmas Kota Bengkulu.

Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Menghadapi


Pengetahuan Gempabumi dan Tsunami Jumlah X2 p C
Tidak Siap Cukup Siap Siap
Kurang 3 0 1 4
Cukup 1 2 5 8
10.436 0,034 0,332
Baik 10 16 46 72
Total 14 15 52 84

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui gempabumi dan tsunami di seluruh puskesmas


dari 4 orang dengan pengetahuan kurang Kota Bengkulu.
terdapat 3 orang yang tidak siap menghadapi Sedangkan hasil uji Contingency
gempabumi dan tsunami dan 1 orang yang siap Coefficient didapat nilai C= 0,332 dengan
menghadapi gempabumi dan tsunami. Dari 8 approx.sig(ρ)=0,034<0,05 berarti signifikan, nilai
orang dengan pengetahuan cukup terdapat 1 C tersebut dibandingkan dengan nilai Cmax=
orang yang tidak siap menghadapi gempabumi √ dimana m adalah nilai terkecil dari baris
dan tsunami, 2 orang cukup siap menghadapi atau kolom. Dalam hal ini nilai m=2 maka nilai
gempabumi dan tsunami dan 5 orang yang Cmax=√ =√ =0,707 Jadi nilai = 0,46,
siap menghadapi gempabumi dan tsunami. karena nilai ini terletak dalam interval 0,40-0,60
Dari 72 orang dengan pengetahuan baik maka kategori hubungan sedang.

Tabel 7. Hubungan Sikap Dengan Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Dalam Menghadapi Bencana Gempabumi
dan Tsunami di Seluruh Puskesmas Kota Bengkulu.
Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Menghadapi
Sikap Gempabumi dan Tsunami Jumlah X2 p C
Tidak Siap Cukup Siap Siap
Negatif 11 8 10 29
Positif 3 10 42 55 18,180 0,000 0,000
Total 14 18 52 84

106 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 2 Tahun 2018 Hal. 102-115
Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui kurang terdapat 9 orang yang tidak siap
dari 29 orang tenaga kesehatan dengan sikap menghadapi gempabumi dan tsunami, 1 orang
negatif terdapat 11 orang yang tidak siap yang cukup siap menghadapi gempabumi. Dari
menghadapi gempabumi dan tsunami, 8 orang 7 orang tenaga kesehatan dengan motivasi
yang cukup siap menghadapi gempabumi sedang terdapat 1 orang yang tidak siap
dan tsunami dan 10 orang siap menghadapi menghadapi gempabumi dan tsunami, 5 orang
gempabumi dan tsunami. Dari 55 orang yang cukup siap menghadapi gempabumi
orang tenaga kesehatan dengan sikap positif dan tsunami dan 1 orang siap menghadapi
terdapat 3 orang yang tidak siap menghadapi gempabumi dan tsunami. Dari 67 orang tenaga
gempabumi dan tsunami, 10 orang yang cukup kesehatan dengan motivasi baik terdapat 4
siap menghadapi gempabumi dan tsunami dan orang yang tidak siap menghadapi gempabumi
42 orang siap menghadapi gempabumi dan dan tsunami, 12 orang yang cukup siap
tsunami. menghadapi gempabumi dan 51 orang yang
Untuk mengetahui hubungan sikap siap menghadapi gempabumi.
dengan kesiapsiagaan tenaga kesehatan Untuk mengetahui hubungan motivasi
dalam menghadapi bencana gempabumi dan dengan kesiapsiagaan tenaga kesehatan dalam
tsunami di Seluruh Puskesmas Kota Bengkulu menghadapi bencana gempabumi dan tsunami
digunakan uji statistik Pearson Chi-Square. di Seluruh Puskesmas Kota Bengkulu digunakan
Berdasarkan hasil uji Pearson Chi-Square uji statistik Pearson Chi-Square. Berdasarkan
diperoleh nilai χ2= 18,180 dengan ρ value hasil uji Pearson Chi-Square diperoleh nilai χ2=
= 0,000 < α (0,05), secara statistik berarti 56.995 dengan ρ value = 0,000 < α (0,05), secara
signifikan sehingga H0 ditolak dan Ha diterima, statistik berarti signifikan sehingga H0 ditolak
artinya ada hubungan yang signifikan antara dan Ha diterima, artinya ada hubungan yang
sikap dengan kesiapsiagaan tenaga kesehatan signifikan antara motivasi dengan kesiapsiagaan
dalam menghadapi bencana gempabumi dan tenaga kesehatan dalam menghadapi bencana
tsunami di seluruh puskesmas Kota Bengkulu. gempabumi dan tsunami di seluruh puskesmas
Sedangkan hasil uji Contingency Kota Bengkulu.
Coefficient didapat nilai C= 0,422 dengan Sedangkan hasil uji Contingency
approx.sig(ρ)=0,000<0,05 berarti signifikan, nilai Coefficient didapat nilai C= 0,636 dengan
C tersebut dibandingkan dengan nilai Cmax= approx.sig(ρ)=0,000<0,05 berarti signifikan,
√ dimana m adalah nilai terkecil dari baris nilai C tersebut dibandingkan dengan nilai
atau kolom. Dalam hal ini nilai m=2 maka nilai Cmax= √ dimana m adalah nilai terkecil dari
Cmax=√ =√ =0,707 Jadi nilai = = baris atau kolom. Dalam hal ini nilai m=2 maka
= 0,59, karena nilai ini terletak dalam interval nilai Cmax=√ =√ =0,707. Jadi nilai =

0,40-0,60 maka kategori hubungan sedang. = 0,89, karena nilai ini terletak dalam interval
Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui dari 0,80-1 maka kategori hubungan sangat erat.
10 orang tenaga kesehatan dengan motivasi

Tabel 8. Hubungan Motivasi Dengan Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Dalam Menghadapi Bencana
Gempabumi dan Tsunami di Seluruh Puskesmas Kota Bengkulu.
Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Menghadapi
Motivasi Gempabumi dan Tsunami Jumlah X2 p C
Tidak Siap Cukup Siap Siap
Kurang 9 1 0 10
Sedang 1 5 1 7
56.995 0,000 0,636
Baik 4 12 51 67
Total 14 18 52 84

Faktor-faktor yang Berhubungan... (Ade Herman Surya Direja, Susilo Wulan) 107
Tabel 9. Hubungan Pengalaman Mengikuti Kegiatan Pelatihan Penanggulangan Bencana Dengan Kesiapsiagaan
Tenaga Kesehatan Dalam Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Seluruh Puskesmas
Kota Bengkulu.
Pengalaman Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Menghadapi
Mengikuti Gempabumi dan Tsunami
Kegiatan Pelatihan Jumlah X2 p C
Penanggulangan Tidak Siap Cukup Siap Siap
Bencana
Tidak Pernah 13 16 22 51
Pernah 1 2 30 33 19.441 0,000 0,434
Total 14 18 52 84

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui dari ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan
51 orang tenaga kesehatan yang tidak pernah yang signifikan antara pengalaman mengikuti
mengikuti kegiatan pelatihan penanggulangan kegiatan pelatihan penanggulangan bencana
bencana terdapat 13 orang yang tidak siap dengan kesiapsiagaan tenaga kesehatan
menghadapi gempabumi dan tsunami, 16 orang dalam menghadapi bencana gempabumi dan
yang cukup siap menghadapi gempabumi tsunami di seluruh puskesmas Kota Bengkulu.
dan 22 orang siap menghadapi gempabumi
dan tsunami. Dari 33 yang pernah mengikuti 3.1.3. Analisis Multiivariat
kegiatan pelatihan penanggulangan bencana
terdapat 1 orang yang tidak siap menghadapi Sedangkan hasil uji Contingency
gempabumi dan tsunami, 2 orang yang cukup Coefficient didapat nilai C= 0,434 dengan
siap menghadapi gempabumi dan tsunami dan approx.sig(ρ)=0,000<0,05 berarti signifikan,
30 orang siap menghadapi gempabumi dan nilai C tersebut dibandingkan dengan nilai
tsunami. Cmax=√ dimana m adalah nilai terkecil dari
Untuk mengetahui hubungan baris atau kolom. Dalam hal ini nilai m=2 maka
pengalaman mengikuti kegiatan pelatihan nilai Cmax=√ = √ =0,707 Jadi nilai =
penanggulangan bencana dengan = 0,61, karena nilai ini terletak dalam interval
kesiapsiagaan tenaga kesehatan dalam 0,60-0,80 maka kategori hubungan erat.
menghadapi bencana gempabumi dan tsunami Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui
di seluruh puskesmas Kota Bengkulu digunakan ada tiga variabel independen yang layak masuk

Tabel 10. Analisis Variabel Dominan Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Dalam Menghadapi Bencana Gempa
Bumi dan Tsunami di Seluruh Puskesmas Kota Bengkulu.

Exp. B
Variabel S.E. Wald P
(Koef.Regresi Logistic)
Pengetahuan 1.407 0.697 0.240 0.624
Sikap 5.302 0.890 3.510 0.061
Motivasi 7.652 0.525 15.051 0.000
Constant 0.069 1.393 3.705 0.054

uji statistik Pearson Chi-Square. Berdasarkan kedalam model multivariat diantaranya adalah
hasil uji Pearson Chi-Square diperoleh nilai variabel pengetahuan, sikap, dan motivasi.
χ2= 19.441 dengan p value = 0,000 < α (0,05), Dari ketiga variabel tersebut hanya ada satu
secara statistik berarti signifikan sehingga H0 variabel yaitu motivasi dimana nilai ρ value

108 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 2 Tahun 2018 Hal. 102-115
0,000<0,05. Variabel dominan yang memiliki terhadap peringatan; tindakan saat kejadian
hubungan paling besar dengan kesiapsiagaan bencana, seperti: melindungi/ menyelamatkan
tenaga kesehatan dalam menghadapi bencana diri, melindungi nyawa dan beberapa jenis benda
gempabumi dan tsunami di seluruh puskesmas berharga, tindakan evakuasi; dan tindakan
Kota Bengkulu adalah motivasi mengikuti yang harus dilakukan segera setelah terjadi
pelatihan kebencanaan, karena memiliki nilai bencana, seperti: SAR, evakuasi, penyediaan
koefisien regresi (β) yang paling besar yaitu tempat berlindung sementara, perawatan
7.652. darurat, dapur umum, bantuan darurat, survei
untuk mengkaji kerusakan dan kebutuhan-
3.2. Pembahasan kebutuhan darurat serta perencanaan untuk
pemulihan segera. (LIPI- UNESCO/ISDR, 2006
Gambaran Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan p. 14-15).
Dalam Menghadapi Bencana Gempabumi
dan Tsunami di Seluruh Puskesmas Kota Gambaran Pengetahuan Tenaga Kesehatan
Bengkulu Dalam Menghadapi Bencana Gempabumi
dan Tsunami di Seluruh Puskesmas Kota
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bengkulu
dari 84 orang tenaga kesehatan terdapat 14
orang (16,7%) tidak siap menghadapi bencana Hasil penelitian menunjukkan bahwa
gempabumi dan tsunami, 18 orang (21,4%) dari 84 orang tenaga kesehatan terdapat 4
cukup siap menghadapi bencana gempabumi orang (4,8%) dengan pengetahuan kurang,
dan tsunami, dan 52 orang (61,9%) siap 8 orang (9,5%) dengan pengetahuan cukup,
menghadapi bencana gempabumi dan tsunami. dan 72 orang (85,7%) dengan pengetahuan
Kesiapsiagaan merupakan salah satu bagian baik. Pengetahuan mengenai bencana
dari proses manajemen bencana dan di dalam merupakan alasan utama seseorang untuk
konsep pengelolaan bencana yang berkembang melakukan kegiatan perlindungan atau
saat ini, peningkatan kesiapsiagaan merupakan upaya kesiapsiagaan (Sutton dan Tierney,
salah satu elemen penting dari kegiatan 2006). Pengetahuan merupakan faktor utama
pengurangan risiko bencana yang bersifat pro- dan menjadi kunci untuk kesiapsiagaan,
aktif, sebelum terjadinya suatu bencana. minimnya pengetahuan adalah penyebab
Menurut Depkes RI (2007, P. 60) sumber utama tingginya korban akibat dinamika
daya yang di perlukan untuk kesiapsiagaan proses alam yang terus berlangsung.
bencana salah satunya adalah sumber daya Pengetahuan yang dimiliki tenaga kesehatan
manusia terutama tenaga kesehatan sangat dapat mempengaruhi kepedulian untuk siap
berpengaruh pada kesiapsiagaan bencana dan siaga dalam mengantisipasi bencana,
karena ketiadaan pakar kesehatan akan terutama bagi yang bertempat tinggal di
menjadi faktor penghalang dalam menangani daerah pesisir yang rentan terhadap bencana
situasi darurat. alam (LIPI-UNESCO/ISDR, 2006).
Di dalam proses pengelolaan bencana Menurut Syafrizal (2013) pengetahuan
yang direpresentasikan sebagai model siklus, akan sangat membantu mengatasi kepanikan
peningkatan kesiapsiagaan merupakan ketika bencana datang. Dalam hal ini tenaga
bagian dari proses pengelolaan risiko bencana kesehatan mengetahui risiko bencana yaitu
ditekankan pada menyiapkan kemampuan suatu potensi kerugian yang ditimbulkan
untuk dapat melaksanakan kegiatan tanggap akibat bencana pada suatu wilayah dalam
darurat secara cepat dan tepat. Kegiatan kurun waktu tertentu yang berakibat hilangnya
tanggap darurat meliputi langkah-langkah rasa aman, tenaga kesehatan mengetahui
tindakan sesaat sebelum bencana, seperti: alur penyelamatan yang ada di pelayanan
peringatan dini (bila memungkinkan) meliputi kesehatan, mengetahui kebijakan dan
penyampaian peringatan dan tanggapan panduan yang harus tersedia yaitu dengan

Faktor-faktor yang Berhubungan... (Ade Herman Surya Direja, Susilo Wulan) 109
memiliki tim siaga bencana yang tepat dan memberikan kekuatan yang mengarah kepada
efektif, mengetahui rencana untuk keadaan pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan
darurat bencana, mengetahui adanya sistem ataupun mengurangi ketidakseimbangan
peringatan bencana, mengetahui adanya (Nurhasia, 2009). Penelitian Shiwaku et al.,
mobilisai sumber daya dengan menjalin (2007) Motivasi diri merupakan faktor yang
kerjasama dengan organisasi yang menangani paling efektif untuk mendorong kemauan
gempa, (Hasna, 2012). individu dalam dalam mengumpulkan informasi
terkait kesiapan bencana. Upaya-upaya
Gambaran Sikap Tenaga Kesehatan dalam yang dapat dilakukan untuk memperoleh
Menghadapi Bencana Gempabumi dan informasi terkait kesiapan bencana dapat
Tsunami di Seluruh Puskesmas Kota dilakukan dengan membaca artikel terkait
Bengkulu bencana di koran, buku, majalah, dan
internet. Keterlibatan individu dalam kegiatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di komunitas juga meningkatkan motivasi
dari 84 orang tenaga kesehatan terdapat individu untuk mengumpukan informasi terkait
29 orang (34,5%) dengan sikap negatif bencana.
dan 55 orang (65,5%) dengan sikap positif
menghadapi bencana gempabumi dan Gambaran Pengalaman Mengikuti Kegiatan
tsunami. Secara umum sebagian besar Pelatihan Penanggulangan Bencana
sikap tenaga kesehatan dalam menghadapi Tenaga Kesehatan di Seluruh Puskesmas
bencana gempabumi dan tsunami di Kota Bengkulu
seluruh puskesmas Kota Bengkulu sudah
baik. Terbentuknya sikap yang baik sangat Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dipengaruhi oleh pengetahuan. Tujuan dari 84 orang tenaga kesehatan terdapat 51
pentingnya pendidikan kebencanaan adalah orang (60,7%) tidak pernah mengikuti kegiatan
untuk menanamkan sikap tanggap dan pelatihan penanggulangan bencana dan 33
responsif terhadap bencana sehingga risiko orang (39,3%) pernah mengikuti kegiatan
yang fatal bisa dihindari dan mereka tidak pelatihan penanggulangan bencana. Salah
hanya sekedar mengetahui dan memahami satu yang dapat mempengaruhi kesiapsiagaan
tentang bencana, tetapi yang lebih penting individu adalah dengan adanya pengalaman
dan utama adalah bagaimana mereka bisa mengikuti pelatihan dalam penanggulangan
menghadapi bencana dengan sikap siaga dan bencana bagi tenaga kesehatan di puskesmas
responsif sehingga mampu meminimalkan sehingga hal tersebut dapat meningkatkan
dampak yang lebih parah (Tuhusetya, 2010). kapasitas pengetahuan dan keterampilan
dalam mitigasi, tanggap darurat, evakuasi,
Gambaran Motivasi Tenaga Kesehatan dan pertolongan kesehatan pascagempa/post
Dalam Menghadapi Bencana Gempabumi dampak bencana baik yang bersifat masalah
dan Tsunami di Seluruh Puskesmas Kota kesehatan fisik dan masalah psikologis
Bengkulu akibat bencana seperti post traumatic stress
disorder. Hal ini sejalan dengan penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Nurudin (2015) bahwa pengalaman pelatihan
dari dari 84 orang tenaga kesehatan terdapat penanggulangan bencana bagi tenaga
10 orang (11,9%) dengan motivasi kurang, kesehatan dapat meningkatkan pemahaman
7 orang (8,3%) dengan motivasi sedang dan skill tentang bencana alam gempabumi
dan 67 orang (79,8%) dengan motivasi baik dan tsunami yang mencakup pemberian
dalam menghadapi bencana gempabumi materi, praktik, dan simulasi sehingga akan
dan tsunami. Motivasi pada dasarnya adalah terbentuk kesiapsiagaan tenaga kesehatan
kondisi mental yang mendorong dilakukannya dalam menghadapi bencana gempabumi dan
suatu tindakan (action atau activities) dan tsunami.

110 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 2 Tahun 2018 Hal. 102-115
Hubungan Pengetahuan Dengan masyarakat yang memiliki pengetahuan yang
Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Dalam lebih baik terkait dengan bencana yang terjadi
Menghadapi Bencana Gempabumi dan cenderung memiliki kesiapsiagaan yang lebih
Tsunami di Seluruh Puskesmas Kota baik dibandingkan individu, tenaga kesehatan,
Bengkulu atau masyarakat yang minim memiliki
pengetahuan. Pemahaman dan pengetahuan
Dari hasil penelitian antara hubungan tentang bencana adalah modal dasar dalam
pengetahuan dengan kesiapsiagaan konsep mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap
tenaga kesehatan dalam menghadapi bencana. Hal ini sejalan dengan penelitian Hely
bencana gempabumi dan tsunami di seluruh (2014) bahwa ada hubungan yang signifikan
puskesmas Kota Bengkulu menunjukkan antara pengetahuan dengan kesiapsiagaan
bahwa berdasarkan hasil uji Pearson Chi- penanggulangan bencana gempa di Rumah
Square diperoleh nilai χ2= 10.436 dengan Sakit Umum Bunda Thamrin dengan nilai ρ
ρ value = 0,034 < a (0,05), secara statistik value 0,003 < 0,05.
berarti signifikan sehingga Ho ditolak dan Ha
diterima, artinya ada hubungan yang signifikan Hubungan Sikap dengan Kesiapsiagaan
antara pengetahuan dengan kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan dalam Menghadapi
tenaga kesehatan dalam menghadapi bencana Bencana Gempabumi dan Tsunami di
gempabumi dan tsunami di seluruh puskesmas Seluruh Puskesmas Kota Bengkulu.
Kota Bengkulu.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut Dari hasil penelitian antara hubungan
dapat dijelaskan bahwa sebagian besar tenaga sikap dengan kesiapsiagaan tenaga kesehatan
kesehatan yang mempunyai pengetahuan baik dalam menghadapi bencana gempabumi dan
lebih siap menghadapi bencana gempabumi tsunami di seluruh puskesmas Kota Bengkulu
dan tsunami, begitupun sebaliknya tenaga menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji
kesehatan yang mempunyai pengetahuan Pearson Chi-Square diperoleh nilai χ2= 18,180
kurang mereka pada umumnya tidak siap dengan ρ value = 0,000 < α (0,05), secara
menghadapi bencana gempabumi dan statistik berarti signifikan sehingga H0 ditolak
tsunami, artinya pengetahuan tenaga dan Ha diterima, artinya ada hubungan yang
kesehatan akan menentukan kesiapsiagaan signifikan antara sikap dengan kesiapsiagaan
dalam menghadapi bencana gempabumi tenaga kesehatan dalam menghadapi bencana
dan tsunami. Menurut Notoatmodjo (2003), gempabumi dan tsunami di seluruh puskesmas
pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini Kota Bengkulu.
terjadi setelah orang melakukan penginderaan Sikap merupakan reaksi atau respon
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan yang masih tertutup dari seseorang terhadap
terjadi melalui pancaindera manusia, yakni suatu stimulus atau objek. Sikap mempunyai
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, 3 komponen pokok (Notoatmodjo, 2003) yaitu:
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan (1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep
manusia diperoleh melalui indera pendengaran terhadap suatu objek. (2) Kehidupan emosional
(telinga), dan indera penglihatan (mata). atau evaluasi terhadap suatu objek. (3)
Pengetahuan adalah ranah kognitif merupakan Kecenderungan untuk bertindak. Sikap yang
domain yang sangat penting dalam membentuk positif dari tenaga kesehatan akan menjadikan
tindakan seseorang (overt behaviour). tenaga kesehatan memperhatikan dan peduli
Menurut LIPI-UNESCO/ISDR (2006) terhadap kesiapsiagaan bencana yang meliputi
bahwa pengetahuan mengenai kesiapsiagaan pra bencana, tanggap darurat, dan post dampak
menghadapi bencana adalah kemampuan yang bencana. Menurut Pratiwi (2014) puskesmas
harus dimiliki oleh setiap individu sebagai wujud sebagai sarana pelayanan tingkat pertama
dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan
gempabumi. Individu, tenaga kesehatan, atau masyarakat, sehingga mempunyai tanggung

Faktor-faktor yang Berhubungan... (Ade Herman Surya Direja, Susilo Wulan) 11


1
jawab yang besar dalam mengendalikan risiko Hasil penelitian menunjukan bahwa
bencana. Tenaga kesehatan di puskesmas motivasi tenaga kesehatan dalam mengikuti
sudah seharusnya memiliki sikap kesiapsiagaan kegiatan pelatihan kebencanaan akan
bencana untuk melakukan tindakan persiapan menentukan kesiapsiagaan dalam menghadapi
menghadapi kondisi darurat secara cepat bencana gempabumi dan tsunami, semakin
dan tepat, guna mengurangi dampak akibat tinggi motivasi untuk meningkatkan
bencana. Hasil penelitian Lenawida (2011), pengetahuan dan keterampilan dalam
menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap, menghadapi bencana melalui pelatihan maka
dan dukungan anggota keluarga berpengaruh semakin tinggi pula kesiapsiagaan tenaga
secara signifikan terhadap kesiapsiagaan kesehatan dalam menghadapi bencana.
rumah tangga dalam menghadapi bencana Motivasi petugas kesehatan dalam
gempabumi. mengikuti pelatihan kebencanaan akan
Penelitian lain yang dilakukan oleh membuat mental yang tangguh, siap, dan siaga
Bukhari, Mudatsir, dan Sri Adelila Sari dalam menghadapi bencana baik pada fase pra
(2013) mengenai hubungan sikap perawat bencana, tanggap darurat, dan pascabencana.
terhadap kesiapsiagaan bencana gempabumi Hal ini sejalan dengan Penelitian Shiwaku
di Badan Layanan Umum Daerah RS Ibu et al., (2007). Motivasi diri merupakan faktor
dan Anak Pemerintah Aceh dimana melalui yang paling efektif untuk mendorong kemauan
uji statistik didapatkan bahwa nilai nilai χ 2 individu dalam dalam mengumpulkan informasi
hitung (13.682) > χ2 tabel (3,841) sehingga terkait kesiapan bencana.
hipotesa null (H0) ditolak yang berarti terdapat
hubungan yang bermakna antara sikap dengan Hubungan Pengalaman Mengikuti Kegiatan
kesiapsiagaan bencana gempabumi oleh Pelatihan Penanggulangan Bencana
perawat pelaksana, dengan nilai odds Ratio Dengan Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan
8.750 yang menunjukkan bahwa sikap perawat Dalam Menghadapi Bencana Gempabumi
yang baik dalam kesiapsiagaan bencana dan Tsunami di Seluruh Puskesmas Kota
gempabumi mempunyai peluang 8.750 kali Bengkulu.
untuk kesiapsiagaan yang baik dalam bencana
gempabumi. Dari hasil penelitian antara hubungan
pengalaman mengikuti kegiatan pelatihan
Hubungan Motivasi Dengan Kesiapsiagaan penanggulangan bencana dengan
Tenaga Kesehatan Dalam Menghadapi kesiapsiagaan tenaga kesehatan dalam
Bencana Gempabumi dan Tsunami di menghadapi bencana gempabumi dan
Seluruh Puskesmas Kota Bengkulu tsunami di seluruh puskesmas Kota Bengkulu
menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji
Dari hasil penelitian antara hubungan Pearson Chi-Square diperoleh nilai χ2= 19.441
motivasi dengan kesiapsiagaan tenaga dengan ρ value = 0,000 < α (0,05), secara
kesehatan dalam menghadapi bencana statistik berarti signifikan sehingga H0 ditolak
gempabumi dan tsunami di Seluruh dan Ha diterima, artinya ada hubungan yang
Puskesmas Kota Bengkulu menunjukkan signifikan antara pengalaman mengikuti
bahwa berdasarkan hasil uji Pearson Chi- kegiatan pelatihan penanggulangan bencana
Square diperoleh nilai χ2= 56.995 dengan dengan kesiapsiagaan tenaga kesehatan
α value = 0,000 < α (0,05), secara statistik dalam menghadapi bencana gempabumi dan
berarti signifikan sehingga H0 ditolak dan Ha tsunami di seluruh puskesmas Kota Bengkulu.
diterima, artinya ada hubungan yang signifikan Pelatihan merupakan upaya untuk
antara motivasi dengan kesiapsiagaan tenaga mengembangkan sumber daya manusia,
kesehatan dalam menghadapi bencana terutama untuk mengembangkan kemampuan
gempabumi dan tsunami di seluruh puskesmas intelektual dan kepribadian. Pelatihan
Kota Bengkulu. juga merupakan bagian dari suatu proses

112 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 2 Tahun 2018 Hal. 102-115
pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan yang baik dan memiliki sikap
kemampuan dan keterampilan khusus yang positif dalam kesiapsiagaan menghadapi
seseorang atau kelompok orang. Pelatihan bencana. Hal ini sejalan dengan Penelitian
sangat penting dimaksimalkan dengan tujuan Shiwaku et al., (2007). Motivasi diri merupakan
untuk meningkatkan pengetahuan petugas faktor yang paling efektif untuk mendorong
kesehatan mengenai bencana gempa dan kemauan individu dalam dalam mengumpulkan
kesiapan mereka menghadapinya. Hal informasi terkait kesiapan bencana.
tersebut sejalan dengan hasil penelitian Hely
(2014) yang menemukan bahwa pelatihan 4. KESIMPULAN DAN SARAN
penanggulangan bencana berpengaruh secara
signifikan terhadap kesiapsiagaan tenaga 4.1. Kesimpulan
kesehatan di RSU Bunda Thamrin Medan
dengan nilai ρ value 0,000 < 0,05 bahkan 1. Dari 84 orang tenaga kesehatan terdapat
dalam penelitiannya variabel pengalaman 14 orang (16,7%) tidak siap menghadapi
pelatihan menjadi faktor yang paling dominan bencana gempabumi dan tsunami, 18
terhadap kesiapsiagaan penanggulangan orang (21,4%) cukup siap menghadapi
bencana gempa di Rumah Sakit Umum Bunda bencana gempabumi dan tsunami, dan
Thamrin dengan nilai koefisien regresi sebesar 52 orang (61,9%) siap menghadapi
3,200. Penelitian lain yang dilakukan di SMP bencana gempabumi dan tsunami.
Negeri 1 Imogiri Yogyakarta oleh Nurudin 2. Dari 84 orang tenaga kesehatan
(2015) bahwa kesiapsiagaan siswa setelah terdapat 4 orang (4,8%) dengan
diberikan pelatihan penanggulangan bencana pengetahuan kurang, 8 orang (9,5%)
terjadi kenaikan pada kesiapsiagaan, hal ini dengan pengetahuan cukup, dan 72
membuktikan bahwa setelah mendapatkan orang (85,7%) dengan pengetahuan
pelatihan penanggulangan bencana, terjadi baik.
peningkatan tingkat kesiapsiagaan siswa 3. Dari 84 orang tenaga kesehatan
dalam menghadapi bencana gempabumi. terdapat 29 orang (34,5%) dengan sikap
negatif dan 55 orang (65,5%) dengan
Faktor Dominan Kesiapsiagaan Tenaga sikap positif menghadapi bencana
Kesehatan Dalam Menghadapi Bencana gempabumi dan tsunami.
Gempabumi dan Tsunami di Seluruh 4. Dari 84 orang tenaga kesehatan terdapat
Puskesmas Kota Bengkulu. 10 orang (11,9%) dengan motivasi
kurang, 7 orang (8,3%) dengan motivasi
Dari hasil analisis multivariat didapatkan sedang dan 67 orang (79,8%) dengan
bahwa variabel dominan yang memiliki motivasi baik dalam menghadapi
hubungan paling besar dengan kesiapsiagaan bencana gempabumi dan tsunami.
tenaga kesehatan dalam menghadapi 5. Dari 84 orang tenaga kesehatan
bencana gempabumi dan tsunami di seluruh terdapat 51 orang (60,7%) dengan tidak
puskesmas Kota Bengkulu adalah motivasi pernah mengikuti kegiatan pelatihan
mengikuti pelatihan kebencanaan, karena penanggulangan bencana dan 33 orang
memiliki nilai koefisien regresi (β) yang paling (39,3%) pernah mengikuti kegiatan
besar yaitu 7.652. Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan penanggulangan bencana.
yang paling penting dari tenaga kesehatan 6. Ada hubungan yang signifikan antara
dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana pengetahuan dengan kesiapsiagaan
gempabumi dan tsunami adalah motivasi dalam tenaga kesehatan dalam menghadapi
mengikuti kegiatan pelatihan kebencanaan. bencana gempabumi dan tsunami
Apabila petugas kesehatan mempunyai dengan hasil uji Pearson Chi-Square
motivasi yang tinggi untuk mengikuti kegiatan diperoleh nilai χ2= 10.436 dengan ρ
pelatihan kebencanaan maka akan memiliki value = 0,034 < α (0,05).

Faktor-faktor yang Berhubungan... (Ade Herman Surya Direja, Susilo Wulan) 11


3
7. Ada hubungan yang signifikan antara menjadikan dasar untuk kebijakan
sikap dengan kesiapsiagaan tenaga program-program di puskesmas
kesehatan dalam menghadapi bencana melalui peraturan daerah mengenai
gempabumi dan tsunami dengan hasil penanggulangan bencana dalam
uji Pearson Chi-Square diperoleh nilai meningkatkan kesiapsiagaan tenaga
χ2= 18,180 dengan ρ value = 0,000 < α kesehatan menghadapi bencana
(0,05). gempabumi dan tsunami untuk
8. Ada hubungan yang signifikan antara meminimalisir kerugian yang diakibatkan
motivasi dengan kesiapsiagaan tenaga bencana.
kesehatan dalam menghadapi bencana 3. Bagi Peneliti Lain
gempabumi dan tsunami dengan hasil Diharapkan bagi peneliti lain untuk
uji Pearson Chi-Square diperoleh nilai dapat melakukan penelitian lebih lanjut
χ2= 56.995 dengan ρ value = 0,000 < α terutama pada bidang sistem peringatan
(0,05). bencana (warning system), panduan
9. Ada hubungan yang signifikan antara kebijakan pemerintah tentang bencana,
pengalaman mengikuti kegiatan kesiapan masyarakat, sekolah, rumah
pelatihan penanggulangan bencana sakit, dan instansi lain dalam menghadapi
dengan kesiapsiagaan tenaga kesehatan bencana, dan tidak hanya terfokus pada
dalam menghadapi bencana gempabumi bencana gempabumi dan tsunami saja
dan tsunami dengan hasil uji Pearson tetapi bisa dicari variabel lain seperti
Chi-Square diperoleh nilai χ2= 19.441 banjir, kebakaran hutan, kerusuhan, dan
dengan ρ value = 0,000 < α (0,05). variabel lainnya.
10. Variabel dominan yang memiliki
hubungan paling besar dengan DAFTAR PUSTAKA
kesiapsiagaan tenaga kesehatan dalam
menghadapi bencana gempabumi dan Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu
tsunami adalah Motivasi mengikuti Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
pelatihan kebencanaan, karena memiliki Cipta.
nilai koefisien regresi (β) yang paling Arwani, M & Firmansyah, M.A. (2013)
besar yaitu 7.652. Identifikasi Kerangka Pengetahuan
Masyarakat Nelayan di Kota Bengkulu
4.2. Saran Dalam Kesiapsiagaan Bencana Sebagai
Basis Dalam Merumuskan Model
1. Bagi Tenaga Kesehatan Pengelolaan Bencana.
Diharapkan bagi tenaga kesehatan Bukhari, Mudatsir, dan Sri Adelila Sari (2013).
di puskesmas seluruh Kota Bengkulu Hubungan Sikap Tentang Regulasi,
khususnya dapat terus meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Perawat
kesiapsiagaan dalam menghadapi Terhadap Kesiapsiagaan Bencana
bencana gempabumi dan tsunami Gempabumi di Badan Layanan Umum
sehingga dapat meminimalisir akibat Daerah Rumah Sakit Ibu dan Anak
kerugian bencana, terlebih Kota Pemerintah Aceh Tahun 2013. JIKA:
Bengkulu berada dikawasan lempengan Jurnal Ilmu Kebencanaan. Vol. 1, No. 2.
tektonik dan tepat dikelilingi oleh garis Depkes (2006). Pedoman Manajemen Sumber
pantai sehingga rawan untuk terjadinya Daya Manusia (SDM) Kesehatan Dalam
bencana gempabumi dan tsunami. Penanggulangan Bencana: Jakarta
2. Bagi Pemerintah Depkes R.I. (2007). Pedoman Teknis
Diharapkan kepada pemerintah Kota Penanggulangan Krisis Kesehatan
Bengkulu hasil penelitian ini dapat Akibat Bencana. Jakarta.

114 Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 9, No. 2 Tahun 2018 Hal. 102-115
Hasna, (2012). Faktor-faktor yang Nurudin, A. (2015). Pengaruh Pelatihan
Mempengaruhi Kesiapsiagaan Bencana Penanggulangan Bencana Gempabumi
di RSUDZA Banda Aceh. Idea Nursing Terhadap Kesiapsiagaan Siswa Kelas
Journal Vol. III No.2 VII di SMP Negeri 1 Imogiri Bantul
Hastono, Sutanto Priyo dan Sabri, Luknis, Yogyakarta.
(2010). “Statistik Kesehatan”, (Jakarta: Palang Merah Indonesia (2016). Lokakarya
Penerbit PT. Raya Grafindo Persada. Disaster Management oleh Palang
Hely. 2013. Pengaruh Pengetahuan Merah Indonesia Cabang Kota Bengkulu:
dan Pelatihan Kesiapsiagaan Bengkulu.
Penanggulangan Bencana Gempabumi Riyanto, A (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian
Terhadap Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan. Nuha. Medika Yogyakarta.
Kesehatan di RSU Bunda Thamrin Kota Shiwaku, Kichi et al., (2007). Future Perspective
Medan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, of School Disaster Education in Nepal.
Universitas Sumatera Utara Journal of Disaster Prevention and
Kajian Bahaya Puslitbang Geologi ESDM Management. Emerald Group Publishing,
Bandung (2006) 16. (4), 2-10
Lenawida. (2011). Pengaruh Pengetahuan, Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif,
Sikap dan Dukungan Anggota Keluarga Kualitatif dan R&D , Bandung : Alfabeta.
Terhadap Kesiapsiagaan Rumah Syafrizal, (2013). Tingkat Pengetahuan,
Tangga Dalam Menghadapi Bencana kesiapsiagaan, dan Partisipasi
Gempabumi di Desa Deyah Raya Masyarakat Dalam Pembangunan Jalur
kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Evakuasi Tsunami di Kota Padang.
Aceh. Universitas Negeri Padang
LIPI-UNESCO/ISDR. (2006). Kajian Tuhusetya, S. (2010). Pendidikan Kebencanaan
Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam dan Kesigapan Mengurangi Risiko.
Mengantisipasi Bencana Gempabumi Dikutip Tanggal 11 September 2018, dari
dan Tsunami. http://sawali.com
Notoatmodjo, S. 2003. Kesehatan Masyarakat. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Jakarta: Rineka Cipta. Penanggulangan Bencana. Jakarta.
Nurhasia. (2009). Faktor yang Berhubungan
Dengan Motivasi Kerja di Puskesmas
Sudiang Raya Kota Makassar. [Skripsi].
Makassar: STIK Tamalate.

Faktor-faktor yang Berhubungan... (Ade Herman Surya Direja, Susilo Wulan) 11


5
Diterbitkan oleh:
Pusat Data Informasi dan Humas
BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA
Graha BNPB Jl. Pramuka Kav. 38 Jakarta Timur 13120

+62 21 2982 7793 ext. 8128 @BNPB_Indonesia


+62 21 2128 1200 BNPB Indonesia
contact@bnpb.go.id BNPB Indonesia
ISSN 2087-636X
ppid@bnpb.go.id @HumasBNPB

www.bnpb.go.id tv.bnpb.go.id
+62 812 123 7575 9 77208 7 63600 7
+62 812 971 000 69
+62 822 1001 1980

Anda mungkin juga menyukai