MAKALAH OBSERVASI
PROYEK :
EVENCIIO MARGONDA APARTEMEN
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
Beberapa hal yang perlu kami kemukakan tentang diselenggarakannya pelatihan ini,
yakni mendidik peserta pelatihan menjadi tenaga ahli K3 Konstruksi yang handal.
Pelaksanaan Observasi yang kami lakukan dilapangan harus mengobservasi hal K3
dalam pekerjaan :
1. Pekerjaan Struktur
2. Pekerjaan Arsitek
Dan beberapa hal yang kami lakukan dalam menyiapkan penyajian bahan yang akan
kami seminarkan adalah mengadopsi data proyek dari pemaparan wakil tim proyek yang
digabungkan dengan hasil kunjungan lapangan serta hasil tanya jawab dilapangan
dituangkan dalam sistematika teori K3 yang kami dapat dikelas.
1. Pelatihan ini adalah untuk menghasilkan tenaga Ahli Muda K3 bersertifikasi, sesuai
dengan Keputusan Dirjen Binawas No. KEP/20/DJPPK/2004 tentang sertifikasi
Kompetensi K3 Bidang Konstruksi Bangunan.
2. Peserta pelatihan dapat mengetahui dan mendalami tingkat penerapan teori K3
kedalam aplikasi K3 dilapangan.
3. Peserta pelatihan dapat melatih kejelian dan ketelitian dalam mengamati lingkungan
kerja dalam kaitannya dengan K3.
4. Para peserta mampu menyusun dan menyajikan hasil observasi lapangan kedalam
suatu makalah yang sistematis.
5. Para peserta pelatihan didorong untuk mampu dan berani tampil mempresentasikan
serta mempertahankan argumentasi atau pendapat dan analisanya dalam suatu forum
resmi dan terbuka.
6. Observasi lapangan dimaksudkan untuk mengadakan peninjauan secara langsung
terhadap suatu kegiatan proyek konstruksi, khususnya segala kegiatan yang terkait
dan berhubungan dengan K3, setelah peserta mengikuti pembekalan teori /
pengetahuan di kelas.
Konstruksi
1 Pekerjaan Adanya stek Menyebabkan Melakukan SKB Menteri
Plat Lantai besi dan pipa tersandung pemotongan Tenaga Kerja
sparing yang dan terjatuh besi stek yang R.I. dan
belum muncul
Menteri
terpotong
Pekerjaan
Umum
No.104/Kpts/
1986 dan
No.174/MEN/
1986, tentang
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja pada
Tempat
Kegiatan
Konstruksi.
Bab XII
Pengerjaan
K3 Pada Pekerjaan Konstruksi Halaman 8 dari 19
KELOMPOK 2
Beton
dan
Kesehatan
Kerja pada
Tempat
Kegiatan
Konstruksi
BAB II
Tempat Kerja
dan
Peralatan
4 Pekerjaan Tidak Menyebabkan Memberikan SKB Menteri
Pembesian terdapat life jatuh safety line Tenaga Kerja
Plat lantai line pada sekeliling R.I. dan
atas bangunan
Menteri
Pekerjaan
Umum
No.104/Kpts/
1986 dan
No.174/MEN/
1986, tentang
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja pada
Tempat
Kegiatan
Konstruksi
BAB II
Tempat Kerja
dan
Peralatan
5 Struktur Railing Menyebabkan Memberikan SKB Menteri
Lantai perimeter benda jatuh safety net dan Tenaga Kerja
tidak toe board R.I. dan
terdapat toe
K3 Pada Pekerjaan Konstruksi Halaman 10 dari 19
KELOMPOK 2
2. Pekerjaan Arsitektur
Konstruksi
1 Pekerjaan Tidak Menyebabkan Menggunakan Permenakertra
Keramik memakai ear pengurangan ear plug pada ns No. PER.
Lantai plug pada tingkat saat 08 MEN VII
saat pendengaran pemotongan 2010 tentang
memotong Alat Pelindung
keramik Diri
2 Pekerjaan Tidak Potensi Memberi Permenakertra
Pengelasan memakai terbakar, tabung APAR ns No. PER.
APD yang tersengat dan memakai 08 MEN VII
sesuai & listrik perlengkapan 2010 tentang
tidak ada APD yang Alat Pelindung
APAR sesuai Diri
Tempat Kerja
dan
Peralatan
4 Pekerjaan Tidak Menyebabkan Memakai APD Permenakertra
Finishing memakai sesak nafas, standar ns No. PER.
dinding APD standar iritasi kulit (sarung 08 MEN VII
tangan, 2010 tentang
masker) Alat Pelindung
Diri
Tidak adanya railing yang dilengkapi jaring dan toeboard pada struktur tangga dapat
mengakibatkan seseorang terjatuh. Dalam keadaan jam kerja yang sudah melewati 8
jam, pekerja akan mengalami kelelahan atau tidak dapat bekerja normal. Sehingga
diperlukan proteksi untuk mengurangi dampak bahaya yang akan terjadi dari kelelahan
tersebut
Selanjutnya pada area lubang shaft dan lubang lift, wajib diberikan proteksi standar
railing, toeboard dan rambu yang menjelaskan bahaya apa yang ada disekitar area
kerja tersebut. Sebelum di proteksi railing, area lubang lift maupun shaft juga harus
ditutupi agar tidak ada kemungkinan benda jatuh dari pekerjaan yang sedang
berlangsung di area atas.
Standar alat pengaman kerja lainnya yang harus di perhatikan adalah pada area
perimeter dinding. Perimeter merupakan area dengan tingkat bahaya yang tinggi
K3 Pada Pekerjaan Konstruksi Halaman 14 dari 19
KELOMPOK 2
karena posisi yang berada ditepian gedung. Proteksi lifeline wajib ada di semua area
perimeter dinding, dan semua pekerja yang bekerja di area ini diwajibkan menggunakan
APD Fullbodyharness.
Diperlukan pengawasan yang tinggi di area perimeter ini dan pengawas lapangan
diharapkan memiliki kesadaran untuk mengingatkan serta memberi pengarahan akan
bahaya yang terjadi, pengarahan ini dapat disampaikan setiap hari melalui toolbox
meeting dan kegiatan K3 lainnya dan menyampaikan udah terjadi akan merugikan diri
mereka sendiri, bukan orang lain.
Pada pekerjaan plat lantai, pastikan di area kerja tidak ada alat listrik yang tercecer
dilantai atau pastikan semua alat kerja terproteksi dengan benar.
Instalasi listrik lapangan harus sesuai dengan BDE-SH-2015-005 tentang alat listrik,
dan pastikan semua kabel tergantung, tidak diikat menggunakan kawat bendrat, tidak
menempel di material besi, dan panel listrik harus dalam keadaan terkunci. Diperlukan
seorang inspektor dengan keahlian khusus dan bersertifikat untuk memonitoring
semua instalasi listrik yang ada di lapangan maupun kantor proyek berada dalam
keadaan sesuai dengan standar.
Selain paket struktur, proyek ini juga mengerjakan paket arsitek. Sama halnya dengan
paket struktur, akan banyak sekali ditemukan ketidaksesuaian paket pekerjaan arsitek,
baik ketidaksesuaian yang terjadi akibat kurangnya Alat Pengaman Kerja (APK) maupun
ketidaksesuaian yang diakibatkan oleh lengahnya pengawasan terhadap penggunaan
Alat Pelindung Diri (APD). Oleh sebab itu, kegiatan berbudaya K3 dan membudayakan K3
di suatu proyek kontruksi merupakan kewajiban semua anggota dan element yang terlibat
didalamnya.
Adapun berbagai macam bahaya yang dapat timbul dari ketidaksesuaian yang di
temukan pada pekerjaan arsitektur di proyek ini, diantaranya :
Pada saat melakukan pekerjaan keramik lantai, ditemukan pekerja yang tidak
menggunakan APD yang lengkap sesuai dengan item pekerjaan yang sedang
dilakukan. Kegiatan pemotongan keramik yang menimbulkan suara bising mewajibkan
pekerja menggunakan APD penutup telinga seperti ear plug / earmuff agar pekerja tidak
mengalami gangguan pendengaran apabila pekerjaan tersebut telah selesai. Hal ini
sudah di perintahkan pada Permenakertrans No. PER. 08 MEN VII 2010 tentang Alat
Pelindung Diri, dan semua pekerja wajib mematuhi aturan tersebut.
Gangguan pendengaran awal yang di derita oleh seorang pekerja akibat kebisingan di
area kerja dapat menyebabkan ketulian permanen apabila pekerja tersebut tidak
mengawasi dirinya sendiri dan sadar akan pentingnya keselamatan kerja.
Namun pada saat observasi, pada proyek ini ditemukan ketidaksesuaian bahwa pekerja
tidak menggunakan kedok las, sarung tangan las dan apron las serta di area kerja
tersebut tidak tersedia APAR yang digunakan jika ada bahaya kebakaran. Pekerjaan
yang tidak memenuhi standar K3 wajib di berhentikan oleh pengawas lapangan atau
siapa pun yang berada di sekitar karena akan menimbulkan bahaya seperti tersengat
listrik, kebakaran dan terkena percikan gram dari hasil pengelasan.
sebagian besar juga termasuk bahan B3 dapat menyebabkan penyakit bagi pekerja dan
orang sekitar yang berada di area kerja.
Sama halnya yang terjadi pada pekerjaan finishing dinding, pada item pekerjaan ini
pekerja berhadapan dengan bata ringan dan lem perekat yang mengandung bahan
kimia tinggi. Sehingga pekerja wajib menggunakan APD sarung tangan. Tapi
berdasarkan observasi yang dilakukan, sebagian besar pekerja tidak menggunakan
sarung tangan. Potensi bahaya yang timbul dari tidak patuhnya pekerja-pekerja
tersebut adalah dapat menimpulkan iritasi kulit berupa gatal gatal dan sebagainya.
Segala kegiatan berbudaya K3 yang sudah ada di proyek ini dapat sesuai rencana
dan target yang telah dibuat jika semua elemen-elemen melakukan tanggung jawab
masing-masing tanpa adanya paksaan dan pentingnya kepedulian antar element. Oleh
sebab itu, untuk memperbaiki kondisi ini, diperlukan kerjasama dari semua pihak. K3
bukan hanya milik Safety Officer saja, tapi harus didukung dan diterapkan oleh semua
bagian yang terlibat di proyek, mulai dari pimpinan sampai pekerja harian, dan
memerlukan pengawasan lembaga eksternal seperti Disnaker atau lembaga audit
independen untuk memastikan semua sistem berjalan dengan baik sesuai dengan
peraturan dan persyaratan yang berlaku, serta memberikan teguran / sanksi bagi pihak
pemilik proyek dan kontraktor agar memperbaiki kondisi lingkungan kerja dan
memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek tersebut.
Saran :
Pemilik dan kontraktor harus lebih sering memberikan kampanye dan pengarahan
Kepada para pekerja agar menyadari apa arti pentingnya keselamatan dan kesehatan
kerja.
Petugas K3 agar mengikuti sertifikasi keahlian K3 untuk meningkatkan
kompetensinya.
Perlunya peran Pemilik bangunan untuk mendukung pelaksanaan K3 terhadap
sesama kontrktor yang ditunjuk (direct contractor) dalam pelaksanaan proyek.