Anda di halaman 1dari 25

“PENYEDIAAN FASILITAS UMUM DAN SOSIAL DALAM KAWASAN

PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN”

MAKALAH MATA KULIAH

HUKUM PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

OLEH :

KELOMPOK 4

TRI ANDARU WIBOWO (22002022018)

KHAIRUDIN (220020220)

AYUSTINA (22002022040)

ARDHY SATRIA MANDIRI (22002022041)

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM MALANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, Karena atas berkat

dan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah Perkawinan

beda agama ini. Dengan kami harapkan kiranya makalah yang telah kami susun dapat

bermanfaat bagi para pembaca atau pihak lain yang membutuhkan informasi dalam

makalah “Penyediaan Fasilitas Umum Dan Sosial Dalam Kawasan Perumahan

dan Permukiman”.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini jauh dari kata

sempurna,untuk itu kami berbesar hati untuk menerima segala kritik dan saran dari

berbagai pihak. Kami juga tidak lupa menyampaikan ucapan terimakasih kepada

pihak-pihak yang telah bersedia membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata kami mohon maaf atas kekurangan serta kejanggalan baik isi maupun

dalam teknik penyusunannya.

Malang, 01 Desember 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................6
1.3. Tujuan............................................................................................................6
BAB II...........................................................................................................................5
PEMBAHASAN............................................................................................................5
2.1. Proses Pengadaan, Aspek Pengawasan Dan Pengendalian Fasilitas
Sosial Dan Fasilitas Umum Di Perumahan Dan Permukiman...................8
2.2. Pengaturan Tentang Penyediaan Fasilitas Umum Dan Fasilitas Sosial
Oleh Developer Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011
Tentang Perumahan Dan Permukiman Dan Peraturan Pemerintah
Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Perumahan Dan
Kawasan Permukiman......................................................................................17
BAB III........................................................................................................................18
PENUTUP...................................................................................................................20
3.1. Kesimpulan..........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................22
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan pokok

manusia. Sebagaimana tertulis dalam Undan-undang Dasar 1945 Pasal 28,

bahwa rumah adalah salah satu hak dasar rakyat dan oleh karena itu setiap

warga negara berhak untuk bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup

yang baik dan sehat. Selain itu, rumah juga merupakan kebutuhan dasar

manusia dalam meningkatkan harkat, martabat, mutu kehidupan dan

penghidupan, serta sebagai pencerminan diri pribadi dalam upaya peningkatan

taraf hidup, serta pembentukan watak, karakter dan kepribadian bangsa.

Di Indonesia, kebutuhan terhadap perumahan juga telah mengalami

peningkatan, sebagaimana yang terjadi pada masyarakat dunia, terutama

masyarakat perkotaan, dimana populasi penduduknya sangat besar sehingga

memaksa pemerintah untuk berupaya memenuhi kebutuhan akan perumahan di

tengah berbagai kendala seperti keterbatasan lahan perumahan.1 Sejalan dengan

jumlah penduduk yang semakin pesat, tuntutan akan tersedianya berbagai

fasilitas yang mendukung kehidupan masyarakat juga mengalami peningkatan.

1
Harahap, F.R (2013). Dampak Urbanisasi Bagi Perkembangan Kota Di Indonesia, Society, I (I), Hal. 35-45.
Setiap individu selalu berkeinginan agar rumah yang dihuninya

memenuhi standar kesehatan, standar kontruksi, tersedianya fasilitas umum,

fasilitas social dan prasarana lingkungan yang memadai. Hal tersebut

mendorong pihak pemerintah maupun swasta untuk melaksanakan

pembangunan, terutama di bidang perumahan.2 Pembangunan perumahan dan

permukiman merupayakan upaya untuk memenuhi salah satu kebutuhan dasar

manusia, sekaligus untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup, memberi arah

pada pertumbuhan wilayah, memperluas lapangan pekerjaan serta

menggerakkan kegiatan ekonomi dalam rangka peningkatan dan pemerataan

kesejahteraan rakyat.

Bidang perumahan dan permukiman tumbuh dan berkembang

berdasarkan Pasal 28 H ayat (1) Undang-undang Dasar 1945 yang menegaskan

bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan bathin, memiliki tempat

tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat yang

merupakan kebutuhan dasar manusia. Pembangunan perumahan permukiman

tersebut diatur oleh pemerintah dalam suatu Undang-undang Nomor 1 tahun

2011 tentang Perumahan dan Permukiman yang dimaksudkan untuk memberi

arahan bagi pembangunan perumahan dan permukiman, adanya pembangunan

ekonomi sudah tentu menimbulkan perubahan social kemasyarakatan dalam

mencapai keadilan dan kesejahteraan masyarakat umum.

2
Pawitro, U (2007). Riset Partisipatori Pada Pendekatan Community Based Development Dalam Pembangunan
Perumahan Dan Permukiman. In Seminar Nasional Arsitektur Universitas Budi Luhur, Jakarta.
Berdasarkan Pasal 1 angka 7 Undang-undang Nomor 1 tahun 2011

tentang Perumahan dan Permukiman ditentukan bahwa rumah adalah bangunan

gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana

pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya serta asset

bagi pemiliknya. Perumahan merupakan pencerminan dari jati diri manusia,

baik secara perseorangan maupun dalam suatu kesatuan dan kebersamaan

lingkungan alamnya.

Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan system

yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan

kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan

peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh,

penyediaan tanah, pendanaan dan system pembiayaan, serta peran masyarakat.

Adapun sarana pembangunan perumahan dan permukiman adalah untuk

menciptakan lingkungan dan ruang hidup manusia yang sesuai dengan

kebutuhan hidup yang hakiki,3 yaitu agar terpenuhinya kebutuhan akan

keamanan, perlindungan, ketenangan, pengembangan diri, kesehatan dan

keindahan serta kebutuhan lainnya dalam pelestarian hidup manusiawi.4

3
Lestari, S.E. & Djanggih, H (2019). Urgensi Hukum Perizinan Dan Penegakannya Sebagai Sarana Pencegahan
Pencemaran Lingkungan Hidup. Masalah-Masalah Hukum, Hal. 147-163.
4
Subekti, S (2015). Konsep Kepastian Hukum Dalam Kepemilikan Satuan Rumah Susun Bagi Konsumen. Hukum
Bisnis Dan Administrasi Negara. Hal 41-66.
Dalam Pasal 3 Undang-undang Nomor 1 tahun 2011 tentang

Perumahan dan Permukiman juga menyebutkan bahwa pembangunan dan

perumahan permukiman ditujukan untuk :

a. Memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan

kawasan permukiman;

b. Mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran

penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan

kawasan permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan

keseimbangan kepentingan, terutama bagi MBR;

c. Meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi

pembangunan perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi

lingkungan, baik di kawasan perkotaan maupun kawasan pedesaan;

d. Memberdayakan para pemangku kepentingan bidang pembangunan

perumahan dan kawasan permukiman;

e. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, social dan budaya;

f. Menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam

lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu dan

berkelanjutan.

Dalam Undang-undang Nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan

Permukiman, yaitu permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang

terdiri atas lebih dari satu kesatuan perumahan yang mempunyai prasarana,
sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain

dikawasan perkotaan atau kawasan pedesaan. Sedangkan perumahan adalah

kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun

pedesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana dan utilitas umum sebagai

hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.

Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang

memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana

mestinya, antara lain berupa jalan, saluran air, limbah dan saluran air hujan.

Utilitas umum adalah bangunan-bangunan yang dibutuhkan dalam system.

Pelayanan lingkungan yang diselenggarakan oleh instansi atau pemerintah,

antara lain berupa jaringan listrik, gas, air bersih, telepon, pembuangan sampah

dan pemadaman kebakaran. Fasilitas lingkungan adalah fasilitas yang berfungsi

untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, social dan

budaya, antara lain fasilitas pendidikan, kesehatan, perbelanjaan, niaga,

pemerintahan, pelayanan umum, peribatan, rekreasi, kebudayaan, olahraga dan

lapangan terbuka serta fasilitas umum lainnya. Prasarana, sarana dan utilitas

dikenal dengan istilah fasilitas social dan fasilitias umum.

Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka penulis tertarik untuk

mengkaji penelitian lebih jauh tentang Perumahan dan Permukiman sebagai

suatu karya ilmiah dengan judul “Penyediaan Fasilitas Umum Dan Sosial

Dalam Kawasan Perumahan dan Permukiman”.


1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas, makan penulis

tertarik untuk membahas masalah tersebut lebih lanjut dengan menitikberatkan

pada rumusan masalah, yaitu :

1. Bagaimana Proses Pengadaan, Aspek Pengawasan Dan Pengendalian

Fasilitas Sosial Dan Fasilitas Umum Di Kawasan Perumahan Dan

Permukiman?

2. Bagaimana Pengaturan Tentang Penyediaan Fasilitas Umum Dan Fasilitas

Sosial Oleh Developer Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011

Tentang Perumahan Dan Permukiman Dan Peraturan Pemerintah Nomor 14

Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Perumahan Dan Kawasan

Permukiman?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari rumusan masalah diatas sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Proses Pengadaan, Aspek Pengawasan Dan Pengendalian

Fasilitas Sosial Dan Fasilitas Umum Di Kawasan Perumahan Dan

Permukiman.

2. Untuk mengetahui Pengaturan Tentang Penyediaan Fasilitas Umum Dan

Fasilitas Social Oleh Developer Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1

Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Permukiman Dan Peraturan


Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Perumahan

Dan Kawasan Permukiman.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Proses Pengadaan, Aspek Pengawasan Dan Pengedalian Fasilitas Sosial


Dan Fasilitas Umum Di Perumahan Dan Permukiman

Perumahan dan permukiman diselenggarakan berdasarkan asas-asas5,

sebagai berikut :

a. Asas kesejahteraan adalah memberrikan landasan agar kebutuhan

perumahan dan kawasan permukiman yang layak bagi masyarakat dapat

terpenuhi sehingga masyarakat mampu mengembangkan diri dan beradab,

serta dapat melaksanakan fungsi sosialnya;

b. Asas keadilan dan pemerataan adalah memberikan landasan agar hasil

pembangunan di bidang perumahan dan kawasan permukiman dapat

dinikmati secara proporsional dan merata bagi seluruh rakyat;

c. Asas kenasionalan adalah memberikan landasan agar hak kepemilikan

tanah hanya berlaku untuk warga negara Indonesia, sedangkan hak

menghuni dan menempati oleh orang asing hanya dimungkinkan dengan

cara hak sewa atau hak pakai atas rumah;

d. Asas keefisienan dan kemanfaatan adalah memberikan landasan agar

penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dilakukan dengan

memaksimalkan potensi yang dimiliki berupa sumber daya tanah, teknologi

5
Pasal 2 Penjelasan atas Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
rancang bangun dan industri bahan bangunan yang sehat untuk

memberikan keuntungan dan manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan

rakyat;

e. Asas keterjangkauan dan kemudahan adalah memberikan landasan agar

hasil bangunan di bidang perumahan dan kawasan permukiman dapat

dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat serta mendorong terciptanya

iklim kondusif dengan memberikan kemudahan bagi MBR agar setiap

warga negara Indonesia mampu memenuhi kebutuhan dasar akan

perumahan dan permukiman;

f. Asas kemadirian dan kebersamaan adalah memberikan landasan agar

penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman bertumpu pada

prakarsa, swadaya dan peran masyarakat untuk turut serta mengupayakan

pengadaan dan pemeliharaan terhadap aspek-aspek perumahan dan

kawasan permukiman sehingga mampu membangkitkan kepercayaan,

kemampuan dan kekuatan sendiri, serta terciptanya kerja sama antara

pemangku kepentingan di bidang perumahan dan kawasan permukiman;

g. Asas kemitraan adalah memberikan landasan agar penyelenggaraan

perumahan dan kawasan permukiman dilakukan oleh Pemerintah dan

Pemerintah Daerah dengan melibatkan peran pelaku usaha dan masyarakat,

dengan prinsip-prinsip saling memerlukan, memercayai, memperkuat, dan

menguntungkan yang dilakukan baik langsung maupun tidak langsung;


h. Asas keserasian dan keseimbangan adalah memberikan landasan agar

penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dilakukan dengan

mewujudkan keserasian antara struktur ruang dan pola ruang, keselarasan

antara kehidupan manusia dengan lingkungan, keseimbangan pertumbuhan

dan perkembangan antar daerah, serta memperhatikan dampak penting

terhadap lingkungan;

i. Asas keterpaduan adalah memberikan landasarn agar penyelenggaraan

perumahan dan kawasan permukiman dilaksanakan dengan memadukan

kebijakan dalam perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan dan

pengendalian, serta intra maupun antar instansi serta sector terkait dalam

kesatuan yang bulat dan utuh, saling menujang dan saling mengisi;

j. Asas kesehatan adalah memberikan landasan agar pembangunan

perumahan dan kawasan permukiman memenuhi standar rumah sehat,

syarat kesehatan lingkungan dan perilaku hidup sehat;

k. Asas kelestarian dan keberlanjutan adalah memberikan landasan agar

penyediaan perumahan dan kawasan permukiman dilakukan dengan

memperhatikan kondisi lingkungan hidup, dan menyesuaikan dengan

kebutuhan yang terus meningkat sejalan dengan laju kenaikan jumlah

penduduk dan luas kawasan secara serasi dan seimbang untuk generasi

sekarang dan generasi yang akan dating;

l. Asas keselamatan, keamanan, ketertiban dan keteraturan adalah

memberikan landasan agar penyelenggaraan perumahan dan kawasan


permukiman memperhatikan masalah keselamtan dan keamanan bangunan

beserta infrastrukturnya, keselamatan dan keamanan lingkungan dari

berbagai ancaman yang membahayakan penghuninya, ketertiban

administrasi dan keteraturan dalam pemanfaatan perumahan dan kawasan

permukiman.

Seringkali kita mendengar istilah fasilitas sosial dan fasilitas umum

(fasos dan fasum) untuk menggambarkan fasilitas yang bisa digunakan public.

Dalam peraturan tentang fasilitas sosial, tak ditemukan istilaj fasos dan fasum.

Tapi itu adalah istilah untuk prasarana lingkungan, utilitas umum dan fasilitas

sosial yang dipendekkan menjadi fasos dan fasum untuk mempermudah

penyebutannya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, yang dimaksud

dengan fasilitas sosial adalah fasilitas yang disedikan oleh pemerintah atau

swasta untuk masyarakat, misalnya sekolah, klinik dan tempat ibadah.

Sedangkan yang dimaksud dengan fasilitas umum adalah fasilitas yang

disediakan untuk kepentingan umum, misalnya jalan dan alat penerangan

umum. Adapun pengertian prasarana adalah kelengkapan dasar fisik

lingkungan yang memungkinkan lingkungan perumahan dan permukiman

dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Sarana adalah fasilitas penunjang

yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan

ekonomi, sosial dan budaya. Sedangkan utilitas adalah sarana penunjang

untuk pelayanan lingkungan.


Dimulai dengan tahap perencanaan, pada tahan ini meliputi izin

lokasi, izin perencanaan, IMB serta bagaimana status tanah tempat fasilitas

sosial direncakan. Aspek pengawasan pada tahap perencanaan saat

pengembang mengajukan izin pembangunan kompleks perumahan merupakan

tahap pengendalian awal. Pengendalian ini diharapakan nantinya dalam tahap

pembangunan dapat sesuai dengan apa yang diajukan sesuai dengan

rencana/perizinan yang didapat.

Kemudian dilanjutkan pada tahap pembangunan yang mana pada

tahap ini tanah dimatangkan dan di atasnya di bangun rumah dan fasilitas-

fasilitasnya sebagaimana yang dinyatakan dalam rencana proyek yang telah

disetujui. Dalam tahap ini peran Pemerintah Daerah dalam mengawasi

pembangunan perumahan dan fasilitas sosial agar sesuai standar dan peraturan

yang berlaku sangatlah besar. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian ini

dilaksanakan oleh Dinas PU dan instansi terkait secara berkelanjutan agar

pelanggaran terhadap pembangunan fasilitas sosial dan fasilitas umum dapat

dihindari.

Kebijakan pembangunan fasilitas sosial dan fasilitas umum

perumahan tidak terlepas dari kebijakan perumahan pada umumnya,

dijabarkan akan perlunya peran Pemerintah dan swasta yang lebih besar lagi

dalam pengadaan fasilitas pendukung perumahan. Agar pelaksanaan kebijakan

tersebut dapat berjalan dengan baik, pemerintah sendiri mengeluarkan

peraturan dan standar-standar yang mengatur pengadaan fasilitas sosial dan


fasilitas umum dalam suatu lingkungan perumahan yaitu, Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 1992 yang kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor

1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Permukiman Dan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1987 yang diganti Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Penyerahan Prasarana Lingkungan,

Utilitas Umum Dan Fasilitas Sosial Perumahan Kepada Pemerintah Daerah.

Pengadaan fasilitas sosial dan fasilitas umum seperti yang telah

disyaratkan saat pengajuan izin lokasi, maka dilakukan berbagai proses di

dalamnya mulai dari tahap awal hingga pengelolaan. Proses ini merupakan

proses yang menyatu dengan proses pembangunan perumahan keseluruhan.

Setelah dilakukan tahap penyerahan fasilitas sosial dan fasilitas umum dari

pengembang kepada Pemerintah Daerah, pengembang sudah tidak

bertanggung jawab lagi atas pemeliharaannya. Segala tanggung jawab

sepenuhnya telah berada di pihak penghuni dan Pemerintah Daerah.

Selanjutnya apabila ada pengembang yang ingin menggunakan

fasilitas yang telah diserahkan kepada Pemerintah Daerah untuk keperluan

melanjutkan pembangunan perumahannya, seperti diatur dalam Permendagri

Nomor 9 tahun 2009 maka pengembang diwajibkan memperbaiki dan

memelihara fasilitas tersebut sehingga pemeliharaan dan pendanaan fasilitas-

fasilitas tersebut menjadi tanggung jawab pengelola.

Pembiayaan dalam pembangunan fasilitas sosial seperti diatur dalam

Permendagri Nomor 9 tahun 2009 adalah dibebankan pada harga rumah.


Untuk itu pengembang dapat menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum

tersebut tanpa menanggung kerugian yang berarti. Pada hakikatnya,

pengembang hanya berkewajiban menyerahkan tanah matang pada

pemerintah daerah kemudian Pemerintah Daerah melalui dinas terkait yang

akan membangun fasilitas-fasilitas tersebut.

Tetapi persoalannya menjadi berbeda ketika dihubungkan dengan

janji pengembang pada calon penghuni dan strategi pemasaran perumahannya.

Dan juga masalah mengenai tidak dilaksanakannya penyerahannya fasilitas

sosial dan fasilitas umum oleh pengembang kepada Pemerintah Daerah

mengakibatkan adanya peluang buat pengembang atau pihak ketiga untuk

menyalahgunakan fasilitas tersebut.

Ada beberapa macam fasilitas umum dan fasilitas sosial. Macam-

macam fasilitas umum yaitu6 :

a. Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun

meliputi segala bagiannya termasuk bangunan pelengkap dan

perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas;

b. Jaringan listrik, sesuai tuntutan kebutuhan saat ini listrik merupakan

sarana penerangan yang penting. Pada lingkungan perumahan pasokan

listrik harus diperhitungkan dengan standar minimal 450 VA per keluarga

ataupun 90 VA per indiviud;

6
Lucy yosita, yan nurcahaya, deasy hartanti. Strategi perencanaan dan perencanaan perumahan pada era
kontemporer. Hal. 46-49.
c. Jaringan air bersih, suatu lingkungan perumahan harus menyediakan

sumber air bersih bagi warganya. Sumber air bersih ini dapat saja

disediakan perunit atapun secara sentral untuk seluruh area permukiman;

d. Pembuangan air limbah, lingkungan perumahan yang baik harus

mempunyai sarana pengolahan air limbah. Karena fungsinya sebagai

kawasan permukiman, sebagian besar air limbah merupakan limbah

rumah tangga, yang pengelolaannya cukup dengan menyediakan septic

tank dan sumur resapan;

e. Pembuangan air hujan untuk pembangunan air hujan dapat disediakan

sumur serapan di area-area terbuka di dalam kawasan perumahan ataupun

berupa selokan yang dikendalikan bersama untuk seluruh area

perumahan. Untuk memenuhi persyaratan kesehatan, saluran air hujan ini

sebaiknya berupa saluran tertutup;

f. Pembuangan sampah sarana pembuangan sampah merupakan

kelengkapan yang penting terkait dengan persyaratan kesehatan

lingkungan. Tempat pembuangan sampah rumah tangga sebaiknya

disediakan pada setiap ini hunian. Dari unit-unit hunian ini sampah

diangkut ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS), misalnya dengan

menggunakan gerobak ataupun mobil sampah. Selanjutnya sampah

diangkut ke tempat pembuangan akhir dengan menggunakan dumb truck,

yang operasionalisasinya dapat dikoordinasikan dengan Pemerintah

Daerah setempat dan dapat pula dikelola secara mandiri.


Sedangkan macam-macam fasilitas sosial, yaitu7 :

a. Fasilitas pendidikan merupakan sarana untuk membangun individu. Pada

era globalisasi saat ini, pendidikan merupakan suatu faktor penting bagi

peningkatan derajat sosial seseorang. Karenanya kawasan permukiman

harus dilengkapi dengan fasilitas pendidikan;

b. Fasilitas kesehatan, suatu lingkungan permukiman yang pendudukanya

telah mencapai 6000 orang, selain harus dilengkapi dengan fasilitas

pendidikan, juga harus dilengkapi dengan fasilitas kesehatan;

c. Fasilitas perbelanjaan dan niaga merupakan fasilitas komersial sebagai

layanan sebuah lingkungan permukiman. Fasilitas ini direncanakan

dengan tujuan untuk mempermudahkan aktivitas ekonomi masyarakat;

d. Fasilitas pemerintah dan layanan umum untuk memberikan layanan yang

lebih baik kepada masyarakat selain fasilitas-fasilitas yang standar di atas

perlu juga disediakan fasilitas umum antara lain, seperti : balai

pertemuan, parkir umum, kamar mandi umum, pos keamanan/hansip, pos

pemadaman kebakaran, gedung serbaguna, dan gardu listrik;

e. Fasilitas peribadatan untuk membangun kehidupan rohani warga, dalam

suatu kawasan permukiman juga perlu disediakan sarana peribadatan;

f. Fasilitas rekreasi dan kebudayaan, sebagai wahana untuk memberikan

keseimbangan pada kondisi psikologi warga, selain fasilitas-fasilitas

7
Lucy yosita, yan nurcahaya, deasy hartanti. Strategi perencanaan dan perencanaan perumahan pada era
kontemporer. Hal. 52-54
diatas perlu juga disediakan fasilitas rekreasi dan kebudayaan sebagai

sarana apresiasi diri;

g. Fasilitas olahraga dan lapangan terbuka, pada suatu kawasan permukiman

perlu juga disediakan fasilitas olahraga dan lapangan terbuka sehingga

dapat memudahkan warga perumahan untuk memenuhi kebutuhan untuk

berolahraga.

Supaya dalam pelaksanaan kebijakan tersebut berjalan dengan

baik. Maka pemerintah mengeluarkan peraturan dan standar-standar yang

mengatur mengenai pengadaan fasilitas sosial dan fasilitas umum dalam

suatu lingkungan perumahan.

2.2. Pengaturan Tentang Penyediaan Fasilitas Umum Dan Fasilitas Social


Oleh Developer Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011
Tentang Perumahan Dan Permukiman Dan Peraturan Pemerintah
Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Perumahan Dan
Kawasan Permukiman

Istilah developer berasal dari bahasa asing yang menurut Kamus

Bahasa Inggris artinya adalah “Pembangun/Pengembang”. Sementara itu

menurut Pasal 5 Ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5

Tahun 1974, disebutkan pengertian Perusahaan Pembangunan Perumahan

yang dapat pula masuk dalam pengertian pengembang perumahan yaitu

“perusahaan pembangunan perumahan adalah suatu perusahaan yang


berusaha dalam bidang pembangunan perumahan dari berbagai jenis

dalam jumlah yang besar di atas suatu areak tanag yang akan merupakan

suatu kesatuan lingkungan permukian yang dilengkapi dengan prasarana-

prasarana lingkungan dan fasilitas-fasilitas sosial yang dieperlukan oleh

masyarakat penghuninya”.

Kawasan perumahan dan permukiman yang nyaman dan menarik

untuk ditinggali dapat diciptakan melalui penyediaan fasilitas sosial dan

fasilitas umum yang lengkap dan memadai. Fasilitas umum dan fasilitas

sosial sangat dibuthkan oleh masyarakat di suatu area perumhan dan

permukiman. Untuk menyediakan fasilitas umum dan fasilitas sosial

tersebut maka diperlukan adanya peran Pemerintah dan swasta yang lebih

besar dalam pengadaan fasilitas pendukung perumahan.8

Pembangunan perumahan merupakan salah satu instrumen

terpenting dalam strategi pengembangan wilayah yang menyangkut

aspek-aspek yang luas di bidang kependudukan dan berkaitan erat dengan

pembangunan ekonomi dan kehidupan sosial dalam rangka pemantapan

ketahanan nasional.9

8
Puspa Sulilawati Dan Djumanji Purwoadmodjo, Tanggung Jawab Pengembang Perumahan Dalam Penyerahan
Fasilitas Perumahan Kepada Pemerintah Kota Semarang. Jurnal Notarius Vo. 12 No. 2, 2019, Hal 670.
9
Patawari, Syamsul Bakhri Dan Lisa Mery. Implementasi Penyediaan Fasilitas Umum Fasilitas Sosial Dalam
Rangka Pembangunan Perumahan Di Kawasan Permukiman. Jurnla Petitum, Vol 8 No. 1 2020. Hal 82.
Menurut ketentuan Pasal 32 Undang-undang Nomor 1 tahun

2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman pembangunan

fasilitas umum dan fasilitas sosial merupakan bagian dari pembangunan

perumahan. Oleh karena itu, dalam membangun perumahan bukan hanya

membangun rumahnya saja namum juga harus di bangun fasilitas umum

dan fasilitas sosial. Fasilitas umum dan fasilitas sosial di bangun saat

membangun atau melakukan pengembangan pada perumahan

sebagaimana yang dinyatakan dalam rencana proyek yang telah disetujui.

Dalam tahap pembangunan ini dibutuhkan peran Pemerintah Daerah

dalam mengawasi pembangunan perumahan juga pembangunan fasilitas

umum dan fasilitas sosial agar sesuai dengan standar peraturan yang

berlaku. Fasilitas umum dan fasilitas sosial harus dibangun oleh

developer sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabilan fasilitas

umum dan fasilitas sosial tidak dibangun sesuai ketentuan makan

developer dapat dianggap melakukan perbuatan melawan hukum. Setelah

fasilitas umum dan fasilitas sosial selesai dibangun oleh developer, maka

fasilitas umum dan fasilitas sosial tersebut dapat dinikmati secara bebas

oleh masyarakat perumahan karena fasilitas umum dan fasilitas sosial

merupakan hak yang harus didapat masyarakat perumahan saat membeli

rumah di suatu perumahan.


BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kebijakan pembangunan fasilitas sosial dan fasilitas umum

perumahan tidak terlepas dari kebijakan perumahan pada umumnya,

dijabarkan akan perlunya peran Pemerintah dan swasta yang lebih besar lagi

dalam pengadaan fasilitas pendukung perumahan. Agar pelaksanaan kebijakan

tersebut dapat berjalan dengan baik, pemerintah sendiri mengeluarkan

peraturan dan standar-standar yang mengatur pengadaan fasilitas sosial dan

fasilitas umum dalam suatu lingkungan perumahan yaitu, Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 1992 yang kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor

1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Permukiman Dan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1987 yang diganti Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Penyerahan Prasarana Lingkungan,

Utilitas Umum Dan Fasilitas Sosial Perumahan Kepada Pemerintah Daerah.

Pengadaan fasilitas sosial dan fasilitas umum seperti yang telah

disyaratkan saat pengajuan izin lokasi, maka dilakukan berbagai proses di

dalamnya mulai dari tahap awal hingga pengelolaan. Proses ini merupakan

proses yang menyatu dengan proses pembangunan perumahan keseluruhan.

Setelah dilakukan tahap penyerahan fasilitas sosial dan fasilitas umum dari
pengembang kepada Pemerintah Daerah, pengembang sudah tidak

bertanggung jawab lagi atas pemeliharaannya. Segala tanggung jawab

sepenuhnya telah berada di pihak penghuni dan Pemerintah Daerah.

Istilah developer berasal dari bahasa asing yang menurut Kamus

Bahasa Inggris artinya adalah “Pembangun/Pengembang”. Sementara

itu menurut Pasal 5 Ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5

Tahun 1974, disebutkan pengertian Perusahaan Pembangunan

Perumahan yang dapat pula masuk dalam pengertian pengembang

perumahan yaitu “perusahaan pembangunan perumahan adalah suatu

perusahaan yang berusaha dalam bidang pembangunan perumahan dari

berbagai jenis dalam jumlah yang besar di atas suatu areak tanag yang

akan merupakan suatu kesatuan lingkungan permukian yang dilengkapi

dengan prasarana-prasarana lingkungan dan fasilitas-fasilitas sosial

yang dieperlukan oleh masyarakat penghuninya”.


DAFTAR PUSTAKA

 Harahap, F.R (2013). Dampak Urbanisasi Bagi Perkembangan Kota Di Indonesia,


Society, I (I.
 Pawitro, U (2007). Riset Partisipatori Pada Pendekatan Community Based
Development Dalam Pembangunan Perumahan Dan Permukiman. In Seminar
Nasional Arsitektur Universitas Budi Luhur, Jakarta.
 Lestari, S.E. & Djanggih, H (2019). Urgensi Hukum Perizinan Dan Penegakannya
Sebagai Sarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan Hidup. Masalah-Masalah
Hukum.
 Subekti, S (2015). Konsep Kepastian Hukum Dalam Kepemilikan Satuan Rumah
Susun Bagi Konsumen. Hukum Bisnis Dan Administrasi Negara.
 Pasal 2 Penjelasan atas Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman.
 Lucy yosita, yan nurcahaya, deasy hartanti. Strategi perencanaan dan
perencanaan perumahan pada era kontemporer.
 Puspa Sulilawati Dan Djumanji Purwoadmodjo, Tanggung Jawab Pengembang
Perumahan Dalam Penyerahan Fasilitas Perumahan Kepada Pemerintah Kota
Semarang. Jurnal Notarius Vo. 12 No. 2, 2019.
 Patawari, Syamsul Bakhri Dan Lisa Mery. Implementasi Penyediaan Fasilitas
Umum Fasilitas Sosial Dalam Rangka Pembangunan Perumahan Di Kawasan
Permukiman. Jurnla Petitum, Vol 8 No. 1 2020.

Anda mungkin juga menyukai