MODUL 9
Modul ini disusun dalam 5 (lima) bab yang terdiri dari Pendahuluan, Rumah
Tidak Layak Huni, Peningkatan Kualitas Rumah Tidak Layak Huni, Langkah-
Langkah Penanganan Peningkatan Kualitas Rumah Tidak Layak Huni serta
Penutup. Modul ini disusun secara sistematis agar peserta pelatihan dapat
mempelajari materi dengan lebih mudah. Fokus pembelajaran diarahkan pada
peran aktif peserta diklat.
Ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada tim penyusun
atas tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk mewujudkan modul ini.
Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan
dan peraturan yang terus-menerus terjadi. Semoga modul ini dapat membantu
dan bermanfaat bagi peningkatan kompetensi aparatur di Pusat dan Daerah
dalam bidang penyelenggaraan rumah swadaya.
Kata Pengantar........................................................................................................i
Daftar Isi ................................................................................................................. ii
Daftar Gambar ....................................................................................................... v
Petunjuk Penggunaan Modul................................................................................ vi
A. Deskripsi ...................................................................................................... vi
B. Persyaratan ................................................................................................. vi
C. Metode ........................................................................................................ vi
D. Alat Bantu/Media ........................................................................................ vi
Bab 1 Pendahuluan ............................................................................................... 1
A. Latar belakang ............................................................................................. 2
B. Deskripsi Singkat ......................................................................................... 3
C. Tujuan Pembelajaran .................................................................................. 3
1. Hasil Belajar........................................................................................... 3
2. Indikator Hasil Belajar ........................................................................... 3
D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok .......................................................... 3
E. Estimasi Waktu ............................................................................................ 4
Bab 2 Rumah Tidak Layak Huni ............................................................................. 5
A. Indikator Keberhasilan ................................................................................ 6
B. Pengertian Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) ............................................... 6
1. Pengenalan RTLH ................................................................................. 6
2. Kriteria Rumah Tidak Layak Huni ......................................................... 6
C. Penyebab Rumah Tidak Layak Huni ........................................................... 7
D. Dampak Rumah Tidak Layak Huni ............................................................. 13
1. Lokasi Rumah Tidak Layak Huni .......................................................... 13
A. Deskripsi
Mata Diklat ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang peningkatan
kualitas rumah tidak layak huni, kepada peserta yang menangani bidang
perumahan swadaya, melalui materi peningkatan kualitas rumah tidak layak
huni, perbaikan rumah tidak kayak huni. Mata diklat ini disajikan melalui
metode ceramah dan curah pendapat. Keberhasilan peserta dinilai dari
kemampuannya dalam memahami peningkatan kualitas rumah tidak layak huni
perumahan swadaya.
B. Persyaratan
Dalam mempelajari modul ini, peserta diklat dilengkapi dengan peraturan
perundang-undangan dan pedoman yang terkait dengan materi peningkatan
kualitas rumah tidak layak huni.
C. Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah
dengan kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Widyaiswara, adanya
kesempatan tanya jawab, curah pendapat, bahkan diskusi.
D. Alat Bantu/Media
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat
Bantu/Media pembelajaran tertentu, yaitu :
1) note book dan LCD;
2) papan tulis atau white board dengan penghapusnya;
3) bahan tayang; serta
4) modul dan/atau bahan ajar.
A. Latar belakang
Undang-undang nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman bercita-cita agar seluruh keluarga di Indonesia menempati tempat
tinggal yang layak sehat aman dan legal, namun pada kenyataannya banyak
masyarakat yang (sangat) miskin (MBR) tidak mampu menjangkau rumah atau
kaveling yang legal, sehat, memenuhi syarat. Selain harganya yang tinggi, stok-
nya juga tidak tersedia untuk jenis yang sesuai dengan kemampuan
MBR/miskin. Pemerintah mencoba menerapkan konsep Rumah Sangat
Sederhana (RSS) tetapi harganya tetap tidak terjangkau oleh MBR, dan jumlah
produksinya juga sangat terbatas. Sementara itu tanah perkotaan dan ruang-
ruang kota yang sesuai planning/RTR habis dimiliki/dikuasai oleh masyarakat
yang lebih mampu.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran mata diklat ini, peserta diklat diharapkan
mampu menjelaskan sebab-sebab terjadinya rumah tidak layak huni dan
dampak rumah tidak layak huni, bagaimana meningkatkan kualitas rumah
dan bagaimana menangani peningkatan kualitas rumah tidak layak huni.
a) Menjelaskan rumah tidak layak huni dan dampak rumah tidak layak
huni
b) Menjelaskan peningkatan kualitas rumah tidak layak huni
c) Menjelaskan langkah-langkah penanganan peningkatan kualitas
perumahan
E. Estimasi Waktu
Waktu yang diperlukan dalam mata diklat ini adalah 4 jam pembelajaran (1 Jam
Pembelajaran @ 45 menit).
A. Indikator Keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan mampu
menjelaskan rumah tidak layak huni dan dampak rumah tidak layak huni
1. Pengenalan RTLH
Secara umum pengenalan RTLH adalah dengan membandingkan kondisi
ketiga kriteria Rumah Layak Huni yaitu :
RTLH adalah kondisi kebalikan dari rumah layak huni yaitu Rumah yang
tidak memenuhi persyaratan rumah layak huni dimana konstruksi
bangunan tidak handal, luas tidak sesuai standar per orang dan tidak
menyehatkan bagi penghuninya dan atau membahayakan bagi
penghuninya.
1) Krisis Ekonomi
Sejak krisis ekonomi yang dimulai pada pertengahan tahun 1997 terjadi
peningkatan jumlah penduduk miskin dan pra-sejahtera di Indonesia.
Jumlah penduduk miskin pada tahun 2004 sebesar 36,1 juta orang atau
16,6 % dari total jumlah penduduk dengan 11,5 juta di antaranya tinggal
di perkotaan (Kompas 2/9). Dalam situasi krisis secara umum
pemerintah pusat maupun daerah (kota/kabupaten) cenderung
tidak/belum siap dengan kebijakan untuk mengatasi dampak langsung
dari krisis ekonomi (terutama berkurangnya lapangan pekerjaan).
Selanjutnya dengan semangat otonomi daerah, penanganan dampak
krisis ekonomi sangat bergantung dari inovasi pemerintah kota yang
bersangkutan. Dalam hal ini beberapa kasus program-program
penanggulangan kemiskinan akibat krisis ekonomi yang bersifat reaktif
dan temporer (JPS) menjadi tidak efektif dan justru memberikan
kontribusi terhadap meningkatnya permukiman kumuh/ilegal di
perkotaan1.
Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi berkisar antara 4,5-5 % maka
penyerapan tenaga kerja maksimal adalah sebayak 400.000 orang per
tahun maka usaha mengurangi pengangguran sebanyak 9-10 juta orang
membutuhkan waktu yang lama.2
1Misalnya saja kebijakan pemerintah daerah DKI Jakarta yang mengijinkan penggunaan lahan-
lahan yang tidak produktif pada awal krisis ekonomi justru mendorong terjadinya penguasaan
lahan-lahan kosong milik negara atau swasta yang berubah menjadi permukiman ilegal.
2Saat itu pertumbuhan ekonomi berkisar pada angka 4,8 %, sehingga untuk menurunkan angka
pengangguran sebesar 10,1 juta orang dalam waktu 5 tahun dibutuhkan pertumbuhan ekonomi
sebesar 7 % per tahun dengan asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 1 % mampu menyerap
400.000 tenaga kerja. Sementara itu menurut perhitungan LPEM untuk mengimbangi angkatan
kerja tahun 2004 sekitar 100 juta orang dengan pertumbuhan pertahun sebesar 2-2,5 % maka
untuk mengimbangi pertumbuhan angkatan kerja baru diperlukan pertumbuhan ekonomi sebesar
13-14 % pertahun.
Karena pada umumnya lingkungan RTLH tidak tertata maka sistim jaringan
jalan, sanitasi lingkungan, drainase menjadi tidak efektif sehingga
dampaknya secara :
a) Sosial
Kehidupan sehari-hari MBR penghuni RTLH hanya untuk memenuhi
kebutuhan keluarga sehingga khususnya di perkotaan penghuni jarang
bersosialisasi akibatnya budaya kebersamaan atau gotong royong
semakin terkikis, segala sesuatu di ukur dengan jasa atau imbalan.
b) Ekonomi
Sebagai dampak dari berkurangnya kebersamaan maka kegiatan-
kegiatan yang bersifat produktif dan ekonomi yang harus dilakukan
berkelompok sulit bahkan tidak dilakukan.
Dari data BPS pada tahun 2012 terdapat rumah yang layak huni rata-rata
92,78 % dari jumlah rumah yang ada atau sebanyak 56.763.509 rumah,
sehingga jumlah rumah tidak layak huni sekitar 7,22 % atau 4.442.362
rumah ( data dari analisis backlog).
F. Rangkuman
RTLH adalah kondisi kebalikan dari rumah layak huni yaitu rumah yang tidak
memenuhi persyaratan rumah layak huni dimana konstruksi bangunan tidak
handal, luas tidak sesuai standar per orang dan tidak menyehatkan bagi
penghuninya dan atau membahayakan bagi penghuninya. RTLH muncul sebagai
Akibatnya pembangunan kota hanya disediakan bagi mereka yang mampu
membayar dimana jumlahnya relatif masih sedikit jika dibandingkan jumlah
penduduk kota, sedang masyarakat yang tidak mampu menjangkau dan
membangun pada lokasi yang mungkin membahayakan. Adapun dampak RTLH
terdiri atas lokasi RTLH, dampak RTLH bagi penghuni dan dampak RTLH bagi
lingkungan.
A. Indikator Keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan mampu
menjelaskan peningkatan kualitas rumah tidak layak huni.
1. Pengertian Peningkatan
Menurut seorang ahli bernama Adi S, peningkatan berasal dari kata tingkat,
yang berarti lapis atau lapisan dari sesuatu yang kemudian membentuk
susunan. Tingkat juga dapat berarti pangkat, taraf, dan kelas. Sedangkan
peningkatan berarti kemajuan. Secara umum, peningkatan merupakan
upaya untuk menambah derajat, tingkat, dan kualitas maupun kuantitas.
Peningkatan juga dapat berarti penambahan keterampilan dan kemampuan
agar menjadi lebih baik. Selain itu, peningkatan juga berarti pencapaian
dalam proses, ukuran, sifat, hubungan dan sebagainya.
2. Pengertian Kualitas
a) Menurut Feigenbaum, Pengertian Kualitas adalah keseluruhan
karakteristik produk dan jasa yang meliputi marketing, engineering,
manufacture dan maintenance, di mana produk dan jasa tersebut
dalam pemakaiannya akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan
pelanggan.
b) Menurut Elliot, Pengertian Kualitas ialah sesuatu yang berbeda untuk
orang yang berbeda dan tergantung pada waktu dan tempat atau
dikatakan sesuai dengan tujuan.
c) Menurut Crosby, Pengertian Kualitas adalah kesesuaian dengan
kebutuhan yang meliputi availability, delivery, reliability, maintainability
dan cost effectiveness.
d) Pengertian Kualitas menurut Goetch dan Davis, Kualitas adalah suatu
kondisi dinamis yang berkaitan dengan produk, pelayanan, orang,
proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi apa yang
diharapkan.
e) Dalam ISO 8402 dan SNI (Standar Nasional Indonesia), Pengertian
Kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau jasa yang
kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik yang dinyatakan
secara tegas maupun tersamar.
RTLH adalah rumah dengan ciri dan karakteristik yang tidak sesuai dengan
persyaratan dan standar sebagaimana tercantum dalam UU no 1 tahun
2011 dan PP nomor 14 tahun 2016.
Hakekat dari rumah layak huni adalah rumah yang menjamin keamanan dan
ketenangan/kenyamanan bagi penghuninya khususnya terhadap kondisi
sekitar baik alam atau lingkungan, sehingga rumah tidak layak huni adalah
rumah yang membuat penghuninya merasa tidak aman dan tidak nyaman.
a) Kehidupan penghuni
Data yang harus di ketahui adalah; pekerjaan penghuni, kegiatan
didalam rumah selama 24 jam, jumlah penghuni rumah, riwayat
kesehatan, pendidikan keluarga dan kegiatan sosial.
b) Kualitas bangunan
Data yang harus diketahui adalah; luas bangunan, jenis konstruksi
bangunan, jenis bahan bangunan, tata letak ruang, ventilasi, letak
jendela, penggunaan peralatan (kipas angin), lampu dalam 24 jam.
c) Kualitas utilitas
Data yang harus diketahui adalah : sumber air bersih, letak dapur, letak
KM/ WC, penggunaan bahan bangunan dapur, bahan bangunan
KM/WC, sistim buangan air limbah, sistim persampahan.
Data yang didapat selanjutnya disusun dan dianalisis untuk mendapat suatu
kesimpulan apakah rumah tersebut layak atau tidak dan kalau tidak layak
penyebabnya dimana.
E. Latihan
1. Pencegahan rumah agar tidak layak huni dapat dilakukan dengan :
a. Membuat bangunan dengan bahan bangunan yang kuat dan mahal
b. Membuat bangunan yang kecil saja
c. Melakukan perawatan sesuai dengan fungsinya secara terjadwal
2. Cara penilaian rumah tidak layak huni sebelum merumuskan menjadi
kriteria adalah melalui :
a. Pengolahan data primer
b. Cukup pengolahan data sekunder
c. Pengolahan data primer dan data sekunder
A. Indikator Keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan mampu
menjelaskan langkah-langkah penanganan peningkatan kualitas perumahan.
B. Perbaikan
Dalam pasal 91 uu no 1 tahun 2011 perbaikan rumah dan prasarana, sarana,
utilitas umum dilakukan melalui rehabilitasi atau pemugaran.
a) Kerusakan ringan pada bagian atap biasanya terjadi pada penutup atap
seperti genteng, seng asbes gelombang dan lain-lain yang bocor atau
pecah atau kerusakan pada talang. Perbaikannya relative mudah dan
murah bahkan dapat di lakukan sendiri oleh pemilik atau pengguna
rumah.
Untuk jenis kerusakan ringan tidak perlu batuan dari pihak lain
khususnya pemerintah.
b) Kerusakan sedang pada bagian atap biasanya terjadi pada sebagian
kecil rangka atap yang berakibat atau berpengaruh pada penutup atap
seperti kaso atau gording yang lapuk. Perbaikannya perlu tenaga ahli
atau tukang dan waktu yang cukup tergantung pada tingkat kerusakan.
Perbaikan kerusakan ini memerlukan tukang ahli dan waktu yang cukup
karena memerlukan pembongkaran dan konstruksi kembali yang
memerlukan alat bantu lainya.
Tingkat kerusakan diatas harus di beri bantuan kepada MBR karena
memerlukan biaya cukup besar untuk perbaikannya.
d) Kerusakan total pada “badan” rumah adalah kerusakan dimana sistim
struktur dan konstruksi sudah tidak berfungsi atau tidak dapat
difungsikan, sehingga tidak dapat di tinggali.
Gambar 6. Rumah rusak total dari konstruksi beton dan dinding bata (bencana)
“Kaki” rumah bangunan bata dan beton terdiri dari pondasi, sloof atau
rolaag dan lantai sedang “kaki” rumah yang di bangun dari kayu, bambu
terdiri dari “umpak” kayu pengaku bawah, kayu pengaku tegak sebagai
kolom, balok lantai, papan lantai.
Perluasan rumah ada yang sudah terencana dan ada yang belum terencana,
oleh karena itu hal yang harus dilakukan adalah relatif sama dengan metode
perbaikan.
1. Perluasan Horizontal
Perluasan horizontal dapat dilakukan kesamping atau ke belakang, bila lebar
lahan lebih dari 8 m maka dapat di lakukan ke samping dan bila panjang
lahan lebih dari 12 m sebaiknya di lakukan perluasan ke belakang.
Perluasan lebih mudah di lakukan bila lahan > 100 m2, biasanya di lakukan di
daerah perdesaan.
2. Perluasan Vertikal
Perluasan vertikal dilakukan terutama bertujuan untuk menjaga KDB agar
tidak berkurang sehingga udara bersih dan cahaya matahari masih
memungkinkan untuk didapat. Teknis perluasan ini dapat dilakukan dengan
menambah ruangan diatas ruang yang ada dengan perkuatan konstruksi
(remidi).
D. Perawatan
Perawatan terhadap bangunan yang telah diperbaiki bertujuan agar umur pakai
gedung (life time) dapat lebih lama bahkan dapat melebihi nilai kelayakan yang
diperhitungkan.
1. Perawatan Rutin
Perawatan rutin adalah perawatan yang dilakukan minimal setiap hari
terutama terhadap komponen rumah yang digunakan setiap hari dan sudah
diperbaiki seperti lantai rumah, KM/WC, dapur. Komponen tersebut harus
di jaga kebersihannya agar tidak kembali menjadi factor penilaian tidak
layak huni.
2. Perawatan Berkala
Perawatan berkala adalah perawatan yang dilakukan terhadap komponen
rumah yang telah diperbaiki dalam jangka waktu tertentu misalnya 1 mingg
sekali atau 2 minggu sekali atau 1 bulan sekali atau 3 bulan sekali atau 6
bulan sekali atau 1 tahun sekali.
Perawatan yang dilakukan antara waktu 6 bulan atau 1 tahun sekali adalah
keretakan pada dinding batu/batako, dinding papan/kayu atau dinding
bambu.
3. Perawatan Insidentil
Perawatan insidentil adalah perawatan yang dilakukan terhadap komponen
bangunan yang terjadi kerusakan karena sesuatu hal misalnya keretakan
pada bagian pertemuan atau sambungan komponen lama dengan
komponen baru atau sambungan konstruksi dari bahan bangunan yang
berbeda. Atau kerusakan bagian pondasi karena ada penurunan tanah atau
sedikit longsor.
E. Latihan
1. Rumah tidak layak huni (RTLH/Rutilahu) dapat diperbaiki melalui
peningkatan kualitas dengan cara :
a. Memperbaiki dinding rumah dengan dinding bata atau
memperbaiki atap rumah dengan atap genteng
b. Memperbaiki komponen rumah yang rusak
c. Memperbaiki lantai dengan lantai keramik
F. Rangkuman
Langkah-langkah penanganan peningkatan kualitas RTLH meliputi perbaikan,
perluasan dan perawatan. Perbaikan yang dilakukan tergantung kerusakan yang
dialami oleh bagian/komponen rumah. Kerusakan tersebut dapat digolongkan
menjadi kerusakan ringan, sedang, berat dan rusak total. Adapun perluasan
dapat dibagi menjadi perluasan horizontal dan vertikal. Untuk perawatan, dapat
dibagi menjadi perawatan rutin, berkala dan insidental.
A. Simpulan
Untuk mengetahui bahwa mata ajar Peningkatan Kualitas Rumah Tidak Layak
Huni di pahami oleh peserta diklat, ada lembar evaluasi berupa pertanyaan
yang harus dijawab oleh peserta sebagai evaluasi. Hal ini merupakan suatu
penilaian bahwa peserta telah mengerti mata ajar yang diberikan dengan baik
dan benar. (Daftar pertanyaan dan evaluasi terdapat pada latihan di tiap-tiap
bab)
Peserta wajib menjawab lembar pertanyaan secara individu dan akan di nilai
oleh panitia.
Dengan adanya hasil nilai peserta mata diklat ini maka diharapkan dapat
menjadi bahan pertimbangan dan mempermudah pelaksanaan mata diklat bagi
peserta diklat berikutnya. Semakin sitimatis dan kualitas materi modul mata
diklat yang disusun diharapkan akan semakin memperlancar pembelajaran serta
peserta diklat semakin berkualitas.
Rumah Tidak Layak Huni Kondisi kebalikan dari rumah layak huni yaitu
Rumah yang tidak memenuhi persyaratan rumah
layak huni dimana konstruksi bangunan tidak
handal, luas tidak sesuai standar per orang dan
tidak menyehatkan bagi penghuninya dan atau
membahayakan bagi penghuninya