MODUL 3
Pendanaan dan Sistem Pembiayaan
Rumah Swadaya
Modul ini disusun dalam 5 (lima) bab yang terdiri dari Pendahuluan, Kebijakan
Pendanaan dan Sistem Pembiayaan Pembangunan Perumahan, Pola Pendanaan
dan Sistem Pembiayaan Rumah Swadaya, Pendanaan dan Penganggaran terkait
“Bantuan Stimulan” di daerah serta Penutup. Modul ini disusun secara
sistematis agar peserta pelatihan dapat mempelajari materi dengan lebih
mudah. Fokus pembelajaran diarahkan pada peran aktif peserta diklat.
Ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada tim penyusun
atas tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk mewujudkan modul ini.
Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan
dan peraturan yang terus-menerus terjadi. Semoga modul ini dapat membantu
dan bermanfaat bagi peningkatan kompetensi aparatur di Pusat dan Daerah
dalam bidang penyelenggaraan rumah swadaya.
KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................... v
GLOSARIUM......................................................................................................... 130
A. Deskripsi
Mata Diklat ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada peserta
tentang Pendanaan dan Sistem Pembiayaan Rumah Swadaya yang meliputi
Kebijakan dan Strategi Pendanaan dan Sistem Pembiayaan Rumah Swadaya
serta memahami pola dan model Pendanaan dan Sistem Pembiayaan Rumah
Swadaya yang ada.
B. Persyaratan
Dalam mempelajari modul ini, peserta diklat dilengkapi dengan peraturan
perundang-undangan dan pedoman yang terkait dengan materi pendanaan dan
sistem pembiayaan rumah swadaya.
C. Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah
dengan kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Widyaiswara, adanya
kesempatan tanya jawab, curah pendapat, bahkan diskusi.
D. Alat Bantu/Media
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat
Bantu/Media pembelajaran tertentu, yaitu :
1) note book dan LCD;
2) papan tulis atau white board dengan penghapusnya;
3) bahan tayang; serta
4) modul dan/atau bahan ajar.
A. Latar Belakang
Salah satu masalah utama dari penyelenggaraan perumahan di negara
berkembang, termasuk di Indonesia adalah pendanaan dan system pembiayaan
perumahan. Pengadaan perumahan membutuhkan sumber daya finansial yang
tidak sedikit dan seringkali menguras perekonomian suatu negara, maka tak
heran jika masalah pendanaan dan system pembiayaan seringkali menjadi dalih
di balik kurangnya komitmen pemerintah pada hak rakyat akan perumahan. Hal
ini tidak akan menjadi masalah bagi Masyarakat Berpenghasilan Tinggi (MBT)
karena tanpa komitmen pemerintah pun mereka dapat memenuhi sendiri
kebutuhan akan perumahan dengan cara membeli rumah di pasar komersial
yang disediakan oleh pengembang privat. Akan tetapi tidak demikian halnya
dengan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Mereka membutuhkan
jaminan berupa bantuan pembiayaan perumahan karena dengan kemampuan
daya beli yang dimiliki, hampir mustahil bagi mereka untuk mengakses rumah
dengan harga pasar.
Modul ini berisi berbagai skema pembiayaan yang dapat diupayakan oleh warga
masyarakat untuk mengakses rumah swadaya. Terdiri dari pembiayaan pribadi
secara mandiri, pola pembiayan bantuan pemerintah, pola pembiayaan
pinjaman pemerintah, hingga dengan arisan.
B. Deskripsi Singkat
Mata Diklat ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada peserta
tentang Pendanaan dan Sistem Pembiayaan Rumah Swadaya yang meliputi
Kebijakan dan Strategi Pendanaan dan Sistem Pembiayaan Rumah Swadaya
serta memahami pola dan model Pendanaan dan Sistem Pembiayaan Rumah
Swadaya yang ada.
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran mata diklat ini, peserta diklat diharapkan
memahami dan mampu menjelaskan mengenai kebijakan, strategi, model
dan pola Pendanaan dan Sistem Pembiayaan Rumah Swadaya.
2. Indikator Keberhasilan
Setelah menerima materi ini, peserta diklat diharapkan mampu :
a) menjelaskan Kebijakan dan Strategi Pendanaan dan Sistem Pembiayaan
Rumah Swadaya.
b) menjelaskan model/pola/pendekatan Sistem Pembiayaan Rumah
Swadaya baik yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, swasta,
donor dan lain-lain.
c) Memahami pola dan model pendanaan dan penganggaran untuk
bantuan stimulan rumah swadaya di daerah
E. Estimasi Waktu
Waktu yang diperlukan dalam mata diklat ini adalah 3 jam pembelajaran (1 Jam
Pembelajaran @ 45 menit).
A. Indikator Keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu memahami
dan bisa menjelaskan Kebijakan dan Strategi Pendanaan dan Sistem
Pembiayaan Rumah Swadaya.
1. Latarbelakang
Permasalahan mendasar bagi masyarakat khususnya masyarakat
berpenghasilan rendah untuk memiliki atau membeli rumah adalah masalah
keterjangkauan. Kemampuan atau daya beli sebagian besar masyarakat
Indonesia masih sangat terbatas. Sedangkan harga lahan dan harga bahan
bangunan semakin lama semakin meningkat. Disamping itu, masih tingginya
tingkat suku bunga kredit menjadi salah satu kendala yang dihadapi oleh
masyarakat pada saat mereka mengakses sumber-sumber pembiayaan
perumahan melalui lembaga perbankan untuk mendapatkan kredit
pemilikan rumah (KPR). Rezim tingkat suku bunga tinggi disebabkan karena
adanya ketidaksesuaian (mismatch) antara masa tenor (jatuh tampo red.)
pinjaman dengan tenor pendanaan Bank.
KPR Sejahtera adalah kredit pinjaman yang bersifat jangka panjang, dengan
lama tenor pinjaman umumnya membutuhkan waktu antara 10 s/d 15
tahun bahkan ada yang sampai 20 atau 30 tahun. Dengan tenor pinjaman
selama itu debitur KPR Sejahtera dituntut untuk memiliki kapasitas
keuangan yang cukup untuk membayar angsuran. Tentunya apabila tingkat
suku bunga yang ditetapkan untuk pinjaman KPR Sejahtera tersebut tinggi,
hal itu secara langsung akan memberatkan debitur khusunya debitur yang
masuk dalam katagori masyarakat berpenghasilan rendah. Kondisi itulah
yang dialami oleh debitur KPR selama ini, mengingat rezim saat ini adalah
rezim tingkat suku bunga tinggi.
3. Mekanisme FLPP
Melalui Fasilitas likuiditas ini akan disediakan dana jangka panjang yang
dapat berasal dari APBN (pos pembiayaan) atau sumber dana jangka
panjang lainnya (misalnya Bapertarum dan Lembaga sejenis lainnya) untuk
kemudian dipadukan (blended) dengan dana pihak ketiga dari Bank
Pelaksana agar dapat memproduksi pembiayaan atau kredit perumahan
yang lebih terjangkau dengan ciri : (i) KPR dengan suku bunga 1 digit (Single
digit mortgage); dan (ii) KPR dengan tingat suku bunga tetap selama masa
pinjaman (Fixed rate mortgage).
Bahan Target
Lahan Pembangunan Pembiayaan KPR Pembiayaan
Bangunan
perumahan terjangkau Sekunder Pasar
● Ketersediaan • Ketersediaan • Margin • Mayoritas bank fokus • Dana perbankan • Pasar captive
lahan dengan bahan pengembang pada KPR kelas umumnya berjangka yang besar
lokasi baik dan bangunan terbatas menengah atas pendek sehingga dengan
harga masuk alternatif • Beban pajak • Penghasilan calon rentan terhadap penghasilan tetap
plafon yang berganda pembeli yang fluktuasi
● Ketersediaan terjangkau • Biaya perijinan terbatas baik untuk • Pasar modal
infrastruktur dan yang mirip dengan cicilan maupun Uang menyediakan peluang
● Perijinan yang berkualitas rumah kelas Muka untuk penyedian
sulit dan mahal menengah atas dana jangka panjang
5. Penerima Manfaat
Masyarakat penerima manfaat FL adalah Masyarakat Berpenghasilan
Menengah Bawah dan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBM dan MBR)
yaitu mereka yang mempunyai penghasilan maksimum Rp.7 juta/bulan
untuk MBM dan penghasilan maksimum Rp.4 juta/bulan untuk MBR.
Masyarakat penerima manfaat juga diwajibkan memiliki Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP) dan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pajak
Penghasilan (PPh) orang pribadi sesuai dengan undang-undang perpajakan
yang berlaku.
6. Maksimum KPR
Kebijakan FL tidak mengatur harga rumah, namun mengatur maksimum
KPR. Menurut hasil simulasi yang telah dilakukan oleh Kementerian
Perumahan Rakyat, bantuan pembiayaan melalui FL dapat memfasilitasi
MBR untuk mengangsur KPR Sejahtera Tapak (landed house) sampai
dengan maksimum KPR sebesar Rp.80 juta. Sedangkan untuk kepemilikan
rumah susun (sarusun) dimungkinkan untuk memfasilitasi MBM sampai
dengan maksimum KPR Sejahtera Susun sebesar Rp.135 juta.
Pola Swadaya
BANTUAN URUTAN PRIORITAS
KELOMPOK
PERIJINAN
MEMBANGUN
PELAKU UMK
T36 dgn HARGA (1,2 – 2 juta)
20 – 25 jt
N
RA
BA
BANKABLE
SA
NG
SA
UN
Pola Formal
Pendampingan
K
AN
PENGEMBANG
PO
membangun ditanahnya
LO
yg berkelompok Mengangsur
M
sendiri yg dihibahkan
AH
KE
PSU DARI
PE
BA
PEMERINTAH
SI
BI
LI
AY
DA
AA
BANTUAN
PA
KK PRO
N
SERTIFIKASI
RU
NG
RAKYAT
M
I
PL
AH
KA
M
UR
SWASTA YG diterbitkan
DIHIBAHKAN LAHAN NEGARA bank KPRS Pro Rakyat
Ketentuan khusus
YG DIHIBAHKAN diterbitkan bank
urutan prioritas
penerima rumah
Manajemen Program di Tingkat Kota/Kab
Perubahan PP 38/2008 Permenpera tentang
KPRS Rumah Murah
Prioritasi kota/
kabupaten sasaran
Fasilitasi Pengelolaan
Program kepada Pemda
1. BAPERTARUM
BAPERTARUM-PNS didirikan berdasarkan keputusan Presiden RI Nomor 14
Tahun 1993 tentang Tabungan Perumahan Pegawai Negeri Sipil,
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 46 Tahun
1994. Dilatarbelakangi dengan terbatasnya kemampuan pegawai negeri sipil
(PNS) untuk membayar uang muka pembelian rumah dengan fasilitas Kredit
Pemilikan Rumah atau KPR maka didirikan BAPERTARUM-PNS. Institusi ini
berfungsi untuk meningkatkan kesejahteraan pegawai negeri sipil untuk
memiliki rumah yang layak.
- Persyaratan Peserta :
1) PNS aktif golongan I,II, dan III.
2) Memiliki masa kerja paling singkat 5 tahun.
3) Belum pernah menerima dan memanfaatkan layanan TAPERUM-PNS.
4) Belum memiliki rumah.
- Fitur BUM:
28
2. JAMSOSTEK
Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung
jawab dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan sosial
ekonomi kepada masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan
Negara, Indonesia seperti halnya berbagai negara berkembang lainnya,
mengembangkan program jaminan sosial berdasarkan funded social
security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas
pada masyarakat pekerja di sektor formal.
a) Pengerahan Dana
Dana yang didapatkan Jamsostek berasal dari iuran berdasarkan nilai
nominal tertentu dan berdasarkan upah sekurang-kurangnya setara
dengan Upah Minimum Provinsi/Kabupaten/Kota. Berikut merupakan
besaran iuran yang harus disetorkan oleh pekerja :
- Fitur PUMP:
No. Fitur Keterangan
4 Penggunaan PUMP Untuk bantuan uang muka rumah sederhana, maksimum tipe
36
(sumber : www.jamsostek.co.id)
Sekilas Lakgiat Usaha. Dalam rangka menunjang Tugas Pokok YKPP untuk
meningkatkan kesejahteraan, pendidikan, bantuan sosial dan pendidikan
kepada para keluarga Prajurit TNI, PNS dan Pensiunan TNI dan Kemhan RI
serta Bantuan Uang Muka (BUM) untuk memiliki rumah melalui fasilitas
KPR, maka YKPP melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan UU RI Nomor :
28 Tahun 2004 pasal 7 ayat (2) yaitu Yayasan dapat melakukan penyertaan
dalam berbagai bentuk usaha yang bersifat prospektif dengan ketentuan
seluruh penyertaan tersebut paling banyak 25% dari seluruh nilai kekayaan
Yayasan, serta ketentuan dan kebijakan yang tertuang dalam AD ART YKPP.
Visi dan Misi. Demi terwujudnya Yayasan yang mandiri dan kelayakan
kesejahteraan pendidikan, perumahan dan bantuan sosial maka Lakgiat
Usaha YKPP mempunyai misi menyelenggarakan kegiatan usaha melalui
penyertaan dana dan aset lainnya, investasi serta usaha lain yang prospektif
sesuai ketentuan yang berlaku untuk mendukung Pemberian BUM, Bantuan
Sosial dan Bantuan Pendidikan.
Fungsi utama :
1. ANGGOTA AKTIF
Besarnya BUM KPR Rp. 14 Juta.
Bersifat bantuan pinjaman tanpa bunga.
Diperhitungkan dengan santunan ASABRI yang diterima pada saat
pensiun,
a) Jika nilai santunan < BUM KPR, maka kekurangannya
merupakan bantuan dari YKPP;
b) Jika nilai santunan > BUM KPR, maka kelebihannya diberikan
kepada ybs oleh PT. ASABRI.
2. PENSIUNAN
Besarnya BUM KPR Rp. 20 Juta.
Bersifat bantuan dengan kewajiban mengembalikan santuan
ASABRI yang telah diterima setinggi-tingginya Rp. 6 Juta.
F. Latihan
1. Sebutkan isu dan masalah pendanaan dan sistem pembiayaan rumah
untuk MBR!
2. Jelaskan pelaku utama dalam sistem pembiayaan pasar perumahan!
G. Rangkuman
Pengadaan perumahan membutuhkan sumber daya finansial yang tidak sedikit
dan seringkali menguras perekonomian suatu negara, maka tak heran jika
masalah pembiayaan seringkali menjadi dalih di balik kurangnya komitmen
pemerintah pada hak rakyat akan perumahan, terutama bagi MBR. Mereka
membutuhkan jaminan berupa bantuan pembiayaan perumahan karena
dengan kemampuan daya beli yang dimiliki, hampir mustahil bagi mereka untuk
mengakses rumah dengan harga pasar. Isu umum yang menjadi kendala dalam
pembiayaan perumahan bagi MBR adalah mekanisme, lemahnya jaminan,
sistem pembiayaan rumah untuk MBR yang belum utuh, penghasilan pekerjaan
informal yang tidak tetap dan nominal yang minim, serta keluarga yang tidak
memiliki tabungan.
Sistem pembiayaan perumahan yang ada terdiri dari 2 jenis, yakni sistem
pembiayaan perumahan secara konvensional-formal dan sistem pembiayaan
perumahan secara informal. Pembiayaan perumahan formal dapat melalui
Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Bentuk pembiayaan Jejaring
Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan terdiri atas BAPERTARUM,
A. Indikator Keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu memahami
dan bisa menjelaskan model/pola/pendekatan Pendanaan dan Sistem
Pembiayaan Rumah Swadaya baik yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat,
swasta, donor, dan lain-lain.
1
Merujuk kepada TRADISI LUBUK LARANGAN yang dikembangkan oleh masyarakat Kep. Riau dan
beberapa daerah di Indonesia.
2
Merujuk kepada TRADISI SUKKU yang dikembangkan oleh Masyarakat Di Kab. Enrekang,
Sulawesi Selatan, dan beberapa daerah di Indonesia.
3
Merujuk kepada ARISAN RIK RIK GEMI yang dikembangkan Kel. Palasari, Kec. Cibiru, Bandung,
Jawa Barat, berorientasi untuk perbaikan/renovasi rumah.
1 2 3 4 1
Rp Rp Rp Rp
PUTARAN KE-1
lahan
4 X Rp Undi Acak
PUTARAN KE-2
material
PUTARAN KE-3
1 2 3 4 2 Konstruksi
Rp Rp Rp Rp
PUTARAN KE-4
4 X Rp Finishing
Undi Acak
PUTARAN KE-5
1 2 3 4 3
Infrastruktur 1
Rp Rp Rp Rp
PUTARAN KE-6
4 X Rp Undi Acak Infrastruktur 2
PUTARAN KE-7
Fasos
PUTARAN KE-8
1 2 3 4 4
Fasum
Rp Rp Rp Rp
4 X Rp Undi Acak
1. Cobild
Co-Bild merupakan sebuah program yang dibuat oleh pemerintah Indonesia
dalam mengatasi kekurangan perumahan yang ada di Indonesia. Program
ini ditujukan kepada masyarakat berpenghasilan rendah agar dapat
memiliki rumah layak huni. Adapun latar belakang terbentuknya program
ini adalah untuk menguji kehandalan mekanisme pembiayaan perumahan
dengan berdasar pada suku bunga pasar, program ini mengedepankan
mikro kredit perumahan yang dapat diakses oleh masyarakat
berpenghasilan rendah. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan
akan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah melalu pemberian
dukungan terhadap proses pembangunan rumah secara bertahap, atau
lebih dikenal dengan “rumah tumbuh”. Adapun sasaran dari Co-BILD
diperuntukan bagi rumah tangga yang memiliki pendapatan rendah, namun
stabil dan mampu menabung dalam jangka waktu pendek, sehingga
bantuan atau kredit yang diberikan dapat dikembalikan lagi oleh
masyarakat dengan penghasilan rendah tersebut.
Program Co-BILD ini berjalan melalu penyediaan dana yang bergulir sebagai
pinjaman kepada rumah tangga yang diberikan untuk melakukan
pembebasan tanah, perbaikan rumah, pembangunan rumah baru dan
peningkatan atau pengadaan prasarana lingkungan permukiman. Co-BILD
memberikan pinjaman sebanyak 3 kali putaran yang besarnya rata – rata
Rp.2.400.000,- untuk masa pinjam selama 2 tahun dengan suku bunga 18%
pertahun yang disesuaikan dengan suku bunga perumahan yang telah
ditetapkan oleh BTN yang dievaluasi setiap 6 bulan sekali. Program ini
dilaksanakan dengan menggunakan sebuah pendekatan pembelajaran
untuk menggali dan mengembangkan melalui proses partisipatif, suatu
strategi yang mengakomodasi dan merespon kebuthan akan perumahan
suatu daerah dengan mengedepankan pembangunan yang berbasis pada
masyarakat.
2. GNPSR
GNPSR adalah salah satu Kebijakan Perumahan Pada Orde Reformasi,
dimana dalam GBHN 1999-2004 disebutkan bahwa kesejahteraan rakyat
ditandai oleh tercukupinya kebutuhan dasar diantaranya papan.
Pembangunan perumahan tersebut diselenggarakan berdasarkan prinsip
pemenuhan kebutuhan akan rumah layak merupakan beban dan
tanggungjawab masyarakat sendiri.
Pemerintah mendukung melalui penciptaan iklim yang memungkinkan
masyarakat mandiri dalam kebutuhannya akan rumah layak huni dalam
lingkungan sehat, tertib dan terjangkau.
RSH tersebut diperuntukkan bagi pegawai negeri sipil dan TNI-Polri serta
masyarakat umum yang berpenghasilan rendah yaitu pendapatannya
kurang dari Rp. 1,5 juta per bulan. Rumah susun sederhana sewa dan rumah
susun sederhana milik diprioritaskan bagi MBR dan tenaga kerja anggota
Jamsostek
BUNGA
PINJAMAN
Dana
Dana
Pembangunan
Pinjaman Operasional
Perbaikan
anggota Kegiatan
PSU
KSP
Permukiman
4
Merujuk kepada Praktek KOPERASI PERUMAHAN BOROMEUS, dalam menyediakan perumahan
bagi karyawannya.
DANA EKSTERNAL
(GRANT-PINJAMAN
Dana
CSR BUMN/D,
Bergulir
APBD-APBN,
DLL) CREDIT UNION - KOPDIT
Distribusi
Rumah
Prinsip
SIMPAN-PINJAM INDIVIDU
Snow
Bowling
1. TAPERUM
Program-program pembiayaan perumahan lainnya masih belum
dikembangkan lebih lanjut, yaitu untuk pembiayaan perumahan umum,
pembiayaan perumahan swadaya dan pembiayaan perumahan sosial.
Untuk mewadahinya dibutuhkan Undang-Undang Tabungan
Perumahan (UU Taperum) yang sudah diamanatkan sejak Kongres Nasional
tahun 1972 untuk memupuk dana perumahan.
Cikal Bakal Taperum ini sudah ada sejak Peran tabungan perumahan
pegawai negeri sipil (Taperum-PNS) yang dikelola Bapertarum-PNS dan
simpanan dana pekerja pada PT. Jamsostek serta anggota prajurit TNt/Potri-
Pensiunan pada YKPP, ternyata ketiganya telah membantu PNS, pekerja dan
anggota prajurit berpenghasilan menengah ke bawah dalam mendapatkan
kepemilikan rumah dan membangun rumahyanglayakdan terjangkau. Oleh
karena itu menjadi penting bahwa masyarakat umum berpenghasilan
menengah ke bawah, khususnya MBR perlu memiliki tabungan perumahan
yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah yang tayak dan
terjangkau di masa mendatang.
Prinsip Taperum
2. TAPERA
Latar Belakang Tapera
Hak atas rumah diakui sebagai bagian dari Hak Azasi Manusia, khususnya
Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya. Hak tersebut masuk kedalam Konvensi
Hak Ekonomi Sosial dan Budaya (EKOSOB), yang telah diratifikasi oleh
Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang
Pengesahan International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights
(Kovenan Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya).
Hak atas rumah sebagai sebuah hak azasi manusia yang diakui oleh seluruh
bangsa-bangsa melalui Piagam Hak Azasi Manusia,5 Pasal 25 (1) yang
menyatakan bahwa “Setiap orang berhak atas tingkat hidup yang memadai
untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya, termasuk hak
atas pangan, pakaian, perumahan dan perawatan kesehatan serta
pelayanan sosial yang diperlukan, dan berhak atas jaminan pada saat
menganggur, menderita sakit, cacat, menjadi janda/duda, mencapai usia
lanjut atau keadaan lainnya yang mengakibatkannya kekurangan nafkah,
yang berada di luar kekuasaannya”.6 Dengan demikian, kaitan antara hak
atas rumah dan tanggung jawab negara terhadap akses masyarakat atas hak
tersebut menjadi sangat penting.
5Dokumen resmi Piagam Hak Azasi Manusia pasal 25 berbunyi : (1) Everyone has the right to a
standard of living adequate for the health and well-being of himself and of his family, including
food, clothing, housing and medical care and necessary social services, and the right to security in
the event of unemployment, sickness, disability, widowhood, old age or other lack of livelihood in
circumstances beyond his control. http://www.un.org/en/documents/udhr/diaksespadatanggal
21 Oktober 2011
6Piagam Hak Azasi Manusia, http://www.kontras.org/baru/Deklarasi%20Universal%20HAM.pdf,
diakses pada tanggal 21 Oktober 2011
Kata kunci dari kepesertaan dalam Program Tapera ini adalah masyarakat
yang memiliki penghasilan. Sedangkan masyarakat yang penghasilannya
sangat rendah pendekatan hunian sebaiknya dilakukan secara sewa (rental
housing atau public housing) yang menjadi tanggungjawab Kementerian
Perumahan Rakyat dan Kementerian Sosial.
7Hans Joachim Dubel, Contractual Savings for Housing, Housing Finance Policy in Emerging
Markets, eds.Loic Chiquier dan Michael J. Lea, The International Bank for Reconstruction and
Development, Washington DC, 2009
Sumber : Michael J. Lea dan Bertrand Renaud, (1995), Contractual savings for housing: How
suitable are they for transitional economies? World Bank Policy Research Working Paper 1516,
Washington DC: Financial Sector Development Department.
Terdapat dua sistem tabungan kontraktual yaitu sistem terbuka dan sistem
tertutup. Sistem terbuka adalah sistem tabungan kontraktual di mana
peserta memiliki hak untuk segera mengajukan kredit setelah masa
menabungnya selesai, dan pihak pengelola dapat menggunakan sumber
dana di luar simpanan peserta untuk memenuhi kebutuhan dana untuk
dipinjamkan kepada peserta. Sedangkan dalam sistem tertutup pengajuan
kredit oleh peserta ditentukan oleh pengelola tabungan berdasarkan
urutan, dan sumber dana yang digunakan untuk pemberian pinjaman
sepenuhnya berasal dari dana tabungan peserta.13
HPF biasanya terintegrasi dengan sistem jaminan hari tua, di mana peserta
dapat menarik simpanan dan hasil pengembangannya setelah mereka
pensiun. Namun HPF juga memberikan beberapa manfaat yang biasanya
dapat dinikmati peserta sebelum masa pensiun, misalnya :16
15Ibid.
16LoicChiquier, Housing Provident Funds, Housing Finance Policy in Emerging Markets, eds.Loic
Chiquier dan Michael J. Lea, The International Bank for Reconstruction and Development,
Washington DC, 2009.
Pengerahan Dana
PEL dan CEL merupakan produk yang ditawarkan oleh perbankan komersial
di Perancis. Dengan kata lain, PEL dapat dilihat sebagai suatu produk
tabungan perumahan standar yang ditawarkan dan dikelola oleh bank-bank
di Perancis. Kepesertaan dalam PEL bersifat sukarela (tidak diwajibkan) dan
pribadi, dalam artian tidak terdapat keterlibatan sama sekali dari pemberi
kerja baik secara administratif maupun dalam bentuk kontribusi.
17LoicChiquier, Housing Provident Funds, Housing Finance Policy in Emerging Markets, eds.Loic
Chiquier dan Michael J. Lea, The International Bank for Reconstruction and Development,
Washington DC, 2009.
18Hans Joachim Dubel, Contractual Savings for Housing, Housing Finance Policy in Emerging
Markets, eds.Loic Chiquier dan Michael J. Lea, The International Bank for Reconstruction and
Development, Washington DC, 2009.
Fitur Keterangan
Setoran awal Ada jumlah minimum tertentu (mulai 1 Maret
2011, € 225)19
Periode menabung dan masa Minimal 4 tahun dan dapat diperpanjang hingga
tunggu 10 tahun
Sumber: Michael J. Lea dan Bertrand Renaud, (1995), Contractual savings for housing: How
suitable are they for transitional economies? World Bank Policy Research Working Paper 1516,
Washington DC: Financial Sector Development Department.
19Prêt épargne logement & Prêt du plan épargne logement. Cbanque website
<http://www.cbanque.com/credit/pretpel.php> 16 Februari 2011, diakses pada 11 Agustus 2011
Pemanfaatan Dana
a) Pembelian unit rumah pertama, baik dalam kondisi baru, rumah bekas
pakai,
b) Renovasi rumah pertama,
c) Pembangunan rumah pertama, dan
d) Modernisasi perangkat energi rumah (misalnya memasang berbagai
peralatan untuk menghemat penggunaan energi di rumah, seperti
pemanas air bertenaga matahari, atau panel surya).
Sumber : “The “Bauspar” System in Germany.” European Office, Germany Bausparkassen, 2010.
fase 2 Savings Period Sejumlah uang ditabung tiap bulan untuk memenuhi
persyaratan pinjaman minimum
Pengerahan Dana
Pemupukan Dana
Pemanfaatan Dana
22Lea,Michael. J. & Bertrand Renaud."Contractual Savings for Housing. How Suitable are They for
Transisional Economies?” Policy Research Working Paper. 1995.
23XingQuan Zhang, The restructuring of housing finance system in urban China.Cities, 17(5),2000,
339-348.
24Chun Chen dan Zhi Gang Wu, China housing provident fund: inequitable and inefficient.
Proceeding of Chinese Research Institute of Construction Management International Symposium
on Advancement of Construction Management and Real Estate, 2006.
Rumah Tangga
Pinjaman KPR
HPF
Kredit Pemilikan
Rumah Angsuran Angsuran
Komersial Bulanan Bulanan
Asuransi
menjamin
Sumber: Deng, Yongheng, and Peng Fei. The Emerging Mortgage Markets in China. In D.
BenShaher, C. K. Y. Leung & S. E. Ong (Eds.), Mortgage Market Worldwide (pp. 1-33): Blackwell
Publishing. 2008.
HPF dikelola oleh pusat pengelolaan HPF (HPF management center) dan
diatur oleh komite manajemen HPF (HPF management committee). Komite
manajemen HPF ini bertugas melakukan pengaturan atas HPF melalui
penetapan peraturan dan kebijakan-kebijakan terkait pengelolaan HPF,
misalnya kebijakan mengenai persyaratan pengambilan pinjaman HPF dan
besaran kontribusi peserta. Anggota komite manajemen HPF adalah
perwakilan lembaga pemerintahan lokal, serikat pekerja, pegawai, dan
pemberi kerja.27
Pemupukan Dana
Karena pengelola HPF harus selalu memastikan likuiditas dana HPF agar
selalu tersedia untuk diambil kembali oleh peserta dan untuk dipinjamkan
kepada peserta dengan bunga rendah, maka pengelola HPF hanya dapat
melakukan pemupukan dana di luar dana yang dicadangkan untuk
dibayarkan kembali kepada peserta.28
25Lan Deng, Qingyun Shen dan Lin Wang, Housing policy and finance in China: A literature review.
U.S. Department of Housing and Urban Development, 2009
26Ibid
27Ibid
28Ibid
Salah satu alternatif investasi dana HPF yang dilakukan pemerintah RRC
untuk menyiasati hal ini adalah mengizinkan investasi hasil pemupukan
dana HPF dalam program rumah sewa murah (cheap rental housing), dan
sejak tahun 2009 melakukan uji coba pemupukan dana melalui investasi
pada program pembangunan rumah murah sederhana (economic
comfortable housing) di beberapa kota. Investasi dana pada program
pinjaman pembangunan diharapkan akan memberikan imbal hasil yang
lebih besar daripada bunga yang diperoleh dari pinjaman pada peserta.30
Pemanfaatan Dana
Dana yang dimiliki peserta dalam dalam rekening HPF nya dapat
dimanfaatkan peserta untuk berbagai keperluan terkait perumahan, antara
lain :31
29Lan Deng, Qingyun Shen dan Lin Wang, Housing policy and finance in China: A literature review.
U.S. Department of Housing and Urban Development, 2009
30Ibid
Selain itu HPF juga memberikan pinjaman dengan bunga yang lebih rendah
dari kredit pemilikan rumah komersial. Peserta dapat memperoleh
pinjaman sebesar 10-15 kali lebih besar dari simpanan di rekening HPF
peserta yang bersangkutan.32 Jika peserta meninggal dunia, dana dapat
diwariskan.33
Pengerahan Dana
CPF adalah skema sistem iuran jaminan sosial yang didukung bersama-sama
oleh pekerja, pemberi kerja, dan pemerintah. Dengan kata lain pekerja,
pemberi kerja, dan pemerintah wajib memberikan kontribusinya berupa
dana kepada CPF. CPF wajib diikuti oleh pekerja dan pekerja mandiri yang
merupakan warga negara Singapura atau penduduk yang tinggal secara
permanen di Singapura. CPF sendiri bersifat fully funded, yaitu iuran yang
harus dibayar setiap periode oleh peserta dan pemberi kerja.
Pada sistem CPF, pemberi kontribusi tidak hanya dari peserta CPF namun
juga dari pemberi kerja. Sejak 1 Maret 2011, peserta yang berumur di
bawah 50 tahun berkontribusi sebesar 20% dari gaji bulanannya dan
pemberi kerja berkontribusi sebesar 15,5% dari gaji bulanan peserta kepada
CPF sehingga total kontribusi peserta dan pemberi kerja adalah 35,5%.
Namun persentase ini akan berbeda untuk peserta yang memiliki
pendapatan di bawah $1.500 per bulan. Komposisi kontribusi dari peserta
dan pemberi kerja terhadap CPF bervariasi tergantung dari usia peserta dan
pendapatan peserta. Sedangkan kontribusi maksimum peserta CPF adalah
$4.500.
Setiap peserta CPF memiliki akun pribadi masing-masing dan terdiri dari tiga
alokasi, yaitu Ordinary Account (OA), Special Account (SA), dan Medisave
Account (MA).
OA adalah akun yang dapat digunakan untuk membeli rumah, investasi, dan
tujuan-tujuan lain yang telah mendapat persetujuan. Sebagian besar
kontribusi CPF akan dialokasikan pada OA di awal-awal periode tabungan
CPF dimulai. Dengan demikian, peserta CPF diharapkan dapat membeli
rumah lebih cepat. OA memberikan tingkat pengembalian berupa suku
bunga yang besarannya didasarkan pada suku bunga pasar untuk deposito
12 bulan dan suku bunga bulanan dari bank lokal.
Selain ketiga akun di atas, ada satu akun lagi yaitu Retirement Account (RA)
yang dibuka saat peserta mencapai usia 55 tahun. RA dapat diambil tunai
setelah peserta berusia 55 tahun namun setelah menyisihkan terlebih
dahulu dana di PF Minimum Sum dan Medisave Account (MA).
Pemupukan Dana
a) Bidang Kesehatan
Pada bidang kesehatan terdiri dari beberapa skema, yaitu :
- Medisave; dimulai tahun 1984, skema medisave digunakan untuk
membayar biaya rumah sakit peserta dan orang-orang yang
ditanggungnya pada rumah sakit pemerintah dan rumah sakit
swasta yang telah disetujui.
- Medishield; dimulai tahun 1990, skema medishield digunakan untuk
asuransi kesehatan berbiaya rendah pada peserta yang memiliki
sakit yang menahun atau berkepanjangan. Peserta cukup
membayar $12 per tahun yang langsung dipotong dari akun
medisave dan dapat digunakan untuk klaim maksimum $20.000
setahun atau $60.000 selama hidup.
- Medishield Plus; skema ini mirip dengan medishield namun dengan
nilai premi dan klaim yang lebih besar.
- CPF LIFE (Lifelong Income Scheme for the Elderly); skema yang
memberikan pendapatan seumur hidup kepada peserta.
b) Kepemilikan Rumah
- Public Housing Schemes; digunakan untuk membeli rumah-rumah
yang disediakan pemerintah (House Developmet Board/HDB), baik
itu rumah yang baru dan rumah yang sudah dijual oleh pemilik
sebelumnya. Peserta dapat menggunakan dana Ordinary Account
(OA) secara tunai (lump sum) atau mengajukan pinjaman yang
dapat dilunasi secara mencicil.
- Residential Properties Schemes; digunakan untuk membeli semua
rumah yang ada di Singapura termasuk rumah yang bukan rumah
susun dan rumah yang memiliki nilai leasing di bawah 60 tahun.
Visi utama EPF dimaksudkan untuk membantu para pekerja, baik dari sektor
swasta dan sektor publik non-pensiun (non-pensionable public sectors),
untuk menyimpan sebagian kecil dari gaji mereka di dalam skema
perbankan seumur hidup (life time banking scheme) sehingga dapat
digunakan ketika para pekerja tersebut tidak dapat bekerja untuk
sementara waktu atau untuk selamanya. Manfaat EPF yang utama adalah
untuk pensiun tetapi tidak menutup kemungkinan seperti penyakit, cacat
atau pengangguran akan ditanggung. EPF juga menyediakan kerangka kerja
bagi para pemberi kerja untuk memenuhi kewajiban hukum dan moral
terhadap para pekerjanya.37
36http://www.lawyerment.com.my/library/doc/empl/epf/ dan
http://www.kwsp.gov.my/index.php?ch=p2corporateinfo&pg=en_p2corporateinfo_geninfo&ac
=1854&tpt=32enenenenenenenenenenenen, diakses pada tanggal 9 September 2011.
37 Ibid
EPF ini bersifat wajib baik bagi para pekerja untuk menabung setiap
bulannya melalui potongan gaji dan bagi pemberi kerja untuk ikut
memberikan kontribusi dana terhadap setiap pekerjanya. Besarnya
kontribusi pekerja dan pemberi kerja diatur oleh lembaga seperti yang
terlihat pada tabel di bawah ini:
Setiap peserta EPF baik pekerja maupun pemberi kerja memiliki akun
individual yang dapat diakses masing-masing anggota untuk menggunakan
layanan EPF secara online yang disebut dengan ‘i-Akaun Services’. Setiap
peserta EPF memiliki akun yang dibagi ke dalam tiga sub-akun dengan
manfaat yang berbeda yang memiliki presentase pembagian kontribusi yang
berbeda-beda seperti pada tabel di bawah ini.38
38http://www.kwsp.gov.my/index.php?ch=p2employers&pg=en_p2employers_empguide&ac=29
Pemupukan Dana
Dana yang terkumpul dari para pekerja dan pemberi kerja ini akan
diinvestasikan ke dalam instrumen-instrumen keuangan yang disetujui oleh
Lembaga EPF untuk menghasilkan manfaat dana yang menjadi hak para
pekerja. Instrumen keuangan yang diperbolehkan menurut Employees
Provident Fund Act 1991 adalah Malaysia Government Securities (MGS),
instrumen pasar uang, utang dan obligasi, ekuitas, dan properti. Keputusan
lembaga EPF untuk berinvestasi di instrumen berisiko rendah dengan
pendapatan tetap (low-risk fixed revenue instruments) bertujuan untuk
mempertahankan nilai pokok (principal value) dari kontribusi peserta dan
menyediakan keamanan finansial yang stabil bagi para peserta.
Hasil dari investasi ini diberikan kepada masing-masing peserta EPF berupa
dividen yang akan dibayarkan setiap bulannya ke akun setiap anggota.
Tingkat dividendiatur oleh EPF disesuaikan pada tingkat pengembaliandari
investasiyang dilakukan. EPF pun menjamin setiap anggota mendapatkan
dividen minimal 2,5% setiap tahunnya.39
Adapun alternatif investasi yang diberikan oleh EPF yaitu peserta dapat
menggunakan tabungan EPF mereka sendiri untuk berinvestasi, di mana
kegiatan tersebut tidak ditanggung oleh EPF dan peserta menanggung
segala kerugian yang terjadi.
Pemanfaatan Dana
H. Latihan
1. Pola pembiayaan perumahan swadaya yang mana yang telah Saudara
pahami?
2. Pola pembiayaan apakah yang belum diterapkan di daerah Saudara?
3. Pola pembiayaan apa yang telah diterapkan dan seoptimal apa?
A. Indikator Keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu memahami
pola dan model pendanaan dan penganggaran untuk bantuan stimulan rumah
swadaya di daerah.
Mekanisme penyaluran dilakukan juga beragam, mulai dari uang, barang atau
bantuan pihak ketiga.
Secara regulasi di pusat pun, belum ada aturan yang mendorong standar
penganggaran dan pembiayaan seperti di usuran pendidikan dan kesehatan.
Padahal dengan UU 23 tahun 2014 sudah menempatkan urusan perumahan
menjadi usuran wajib yang menyangkut pelayanan dasar. Sehingga sudah
Tujuan :
Sasaran :
Simulasi GEMPITA
Bila mereka (MBR) dapat menyisihkan secara rutin setiap bulan sebesar
minimal Rp 255.000 selama menghuni di apartemen trasit, maka
akumulasinya digambarkan pada grafik berikut.
Kesimpulan
D. Latihan
Jelaskan secara singkat program terkait kemasan pendanaan dan penganggaran
bantuan stimulan rumah swadaya di daerah yang layak jual!
A. Simpulan
Pengadaan perumahan membutuhkan sumber daya finansial yang tidak sedikit
dan seringkali menguras perekonomian suatu negara, maka tak heran jika
masalah pembiayaan seringkali menjadi dalih di balik kurangnya komitmen
pemerintah pada hak rakyat akan perumahan, terutama bagi MBR. Mereka
membutuhkan jaminan berupa bantuan pembiayaan perumahan karena
dengan kemampuan daya beli yang dimiliki, hampir mustahil bagi mereka untuk
mengakses rumah dengan harga pasar. Isu umum yang menjadi kendala dalam
pembiayaan perumahan bagi MBR adalah mekanisme, lemahnya jaminan,
sistem pembiayaan rumah untuk MBR yang belum utuh, penghasilan pekerjaan
informal yang tidak tetap dan nominal yang minim, serta keluarga yang tidak
memiliki tabungan.
Sistem pembiayaan perumahan yang ada terdiri dari 2 jenis, yakni sistem
pembiayaan perumahan secara konvensional-formal dan sistem pembiayaan
perumahan secara informal. Pembiayaan perumahan formal dapat melalui
Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Bentuk pembiayaan Jejaring
Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan terdiri atas BAPERTARUM,
JAMSOSTEK, YKPP dan CSR PT. Adapun pembiayaan perumahan informal
memberikan akses cepat dan mudah dalam pembiayaan perumahan bagi
mereka yang tidak dapat memenuhi persyaratan pinjaman sektor formal.
Prinsip dari sektor pembiayaan informal sangat mirip dengan sektor formal,
namun keinformalannya memiliki fleksibilitas yang cukup tinggi.
B. Tindak Lanjut
Materi mengenai Pembiayaan dan Pendanaan Perumahan Swadaya ini
disampaikan supaya ASN nantinya dapat lebih optimal bukan saja
mensosialisasikan tapi mendorong masyarakat untuk terus berperan aktif
dengan mengaplikasikan program pembiayaan yang telah ada.
Permen P2BPK.