MILA MUMPUNI
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa mengalirkan berkat berlimpah
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan bahan ajar Pratikum Pelaksanaan
Belanja Negara Bahan ajar ini ditujukan bagi mahasiswa spesialisasi Kebendaharaan Negara
agar dapat memperdalam bagaimana implementasi belanja negara dalam bentuk mini
laboratory.
Bahan Ajar ini dapat disusun dan disajikan dengan bimbingan, bantuan, dukungan dari
berbagai pihak. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan terimakasih
kepada:
1. Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
2. Para Reviewer bahan Ajar Praktikum Pelaksanaan Belanja Negara
3. Rekan-rekan Widyaiswara di lingkungan STAN khususnya Bapak Agung Widi
Hatmoko
4. Pihak-pihak yang telah mendukung tetapi tidak dapat disebutkan satu per satu
Penulis menyadari bahwa bahan ajar ini masih memiliki beberapa keterbatasan.
Sehubungan dengan hal tersebut, penulis terbuka menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun sehingga bahan ajar ini dapat lebih bermanfaat.
Contents
PENGANTAR KEUANGAN NEGARA .................................................................................. i
PENDAHULUAN ...................................................................................................................vii
LATAR BELAKANG .....................................................................................................vii
DESKRIPSI SINGKAT.................................................................................................vii
KOMPETENSI DASAR ...............................................................................................vii
BAB 1 KEUANGAN NEGARA............................................................................................... 8
A. Keuangan Negara Sebagai Ilmu ............................................................................. 8
B. Pengertian Keuangan Negara ................................................................................. 9
C. Asas-asas pengelolaan keuangan negara.......................................................... 17
D. Tujuan Pengelolaan ................................................................................................ 18
E. Kekuasaan kewenangan pengelolaan keuangan Negara ................................ 20
BAB 2 PENGELUARAN PEMERINTAH ........................................................................... 25
A. Pengeluaran negara dari sisi teori ekonomi ........................................................ 25
B. Macam-macam pengeluaran Negara ................................................................... 27
C. Pengaruh Pengeluaran Negara Terhadap Perekonomian ............................... 29
D. Efek Ekonomi Dari Pengeluaran Pemerintah ..................................................... 30
BAB III ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA .................................. 34
A. Pengertian dan Ruang Lingkup APBN ................................................................. 35
B. Siklus APBN ............................................................................................................. 40
1. Tahap perencanaan APBN ................................................................................... 40
1. Tahap penetapan UU APBN................................................................................. 44
2. Tahap pelaksanaan UU APBN ............................................................................. 45
3. Tahap pengawasan pelaksanaan UU APBN ..................................................... 46
4. Tahap pertanggungjawaban pelaksanaan APBN ............................................. 46
BAB IV PENDAPATAN NEGARA ...................................................................................... 48
A. PENDAPATAN ........................................................................................................ 50
1. Penerimaan Perpajakan ...................................................................................... 51
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak..................................................................... 58
B. Hibah ......................................................................................................................... 60
BAB V KEBIJAKAN FISKAL ................................................................................................ 63
A. Tujuan Kebijakan Fiskal ...................................................................................... 63
B. Macam Kebijakan Fiskal ...................................................................................... 64
C. Kebijakan Fiskal di Indonesia ................................................................................ 65
BAB VI BELANJA PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN .................................................. 70
A. Belanja Pemerintah Menurut Fungsi .......................................................................... 71
LATAR BELAKANG
Bahan ajar Pengantar Keuangan Negara ini khusus disusun untuk mahasiswa Sekolah Tinggi
Akuntansi Negara. Bahan ajar ini bertujuan sebagai bahan pemahaman awal bagi mahasiswa
mengenai Keuangan Negara.
DESKRIPSI SINGKAT
Dengan bergulirnya reformasi dalam Ketatanegaraan Indonesia, semakin jauh telah
menyentuh berbagai sendi kehidupan pemerintah. Sikap positif yang ditunjukkan pemerintah
dengan mengolah suatu tatanan kaidah hukum yang mengatur penyelenggaraan pemerintah.
Selain tatanan kaidah hukum, sebelumnya perlu menelaah kembali filosofi yang mendasari
tatanan tersebut. Adapun yang dimaksud adalah tatanan tentang Keuangan Negara.
Keuangan Negara menjadi hal mendasar pada tatanan pemerintah dalam mengelola
Keuangan Negara. Kita perlu mengetahui hal-hal yang menjadi alasan pemerintah dalam
mengambil berbagai kebijakan. Kebijakan-kebijakan yang diambil mencakup penerimaan
negara, pengeluaran pemerintah, anggaran yang disusun berupa APBN (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara), kebijakan fiskla, pengelolaan pendapatan, pengelolaan
belanja pemerintah serta pembiayaan, sampai dengan pengawasan sekaligus
pertanggungjawaban APBN.
KOMPETENSI DASAR
Setelah mempelajari bahan ajar ini, mahasiswa diharapkan dapat:
a) Memahami konsep keuangan negara sebagai ilmu
1
BAB 1 KEUANGAN NEGARA
7. John F. Due, budget keuangan negara adalah suatu rencana keuangan untuk
suatu periode waktu tertentu. Government budget (anggaran belanja
pemerintah) adalah suatu pernyataan mengenai pengeluaran atau belanja
yang diusulkan dan penerimaan untuk masa mendatang bersama dengan
data pengeluaran dan penerimaan yang sebenarnya untuk periode
mendatang dan periode yang telah lampau. John F. Due menyamakan
pengertian keuangan negara dengan anggaran (budget negara).
Pasal 23A
Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur
dengan undang-undang. ***)
Pasal 23B
Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang. ***)
Pasal 23C
Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan undang-undang. ***)
Pasal 23D
Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan,
tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ***)
9. Asas Pemeriksaan Keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri,
memberi kewenangan lebih besar pada Badan Pemeriksa Keuangan untuk
melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara secara
objektif dan independen.
D. Tujuan Pengelolaan
Menurut Musgrave, keuangan negara tidak hanya berhubungan dengan uang
masuk sebagai penerimaan negara dan uang keluar sebagai belanja negara.
Keuangan negara juga berhubungan dengan fungsi alokasi sumber-sumber
ekonomi, fungsi distribusi, dan fungsi stabilisasi, termasuk pertumbuhan ekonomi
dan dampaknya terhadap kegiatan ekonomi masyarakat
1. Mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
b. Individu adalah subjek yang paling tertarik atas masalah mereka sendiri
Presiden
(Sebagai CEO)
Menteri Keuangan
Menteri Teknis
(Sebagai CFO)
(Sebagai COO)
Bendahara Umum Negara
Pengguna Anggaran (BUN)
Kepala Kantor
Kepala KPPN
(Selaku Kuasa COO)
(Selaku Kuasa CFO)
Kuasa Pengguna Anggaran
Kuasa BUN
(KPA)
Artinya, Menteri Keuangan dengan penegasan fungsi sebagai CFO akan memiliki
fungsi-fungsi antara lain:
a) Pengelolaan kebijakan fiskal
b) Penganggaran
c) Administrasi perpajakan
d) Adiministrasi kepabeanan
e) Perbendaharaan
f) Pengawasan keuangan
1) Ilmu Keuangan Negara merupakan bagian ilmu ekonomi yang mempelajari tentang
kegiatan-kegiatan pemerintah dalam bidang ekonomi yang terkait dengan
penerimaan dan pengeluaran pemerintah beserta dengan pengaruh-pengaruhnya di
dalam perekonomian tersebut.
2) Definisi keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang
dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut.
3) Asas-asas pengelolaan keuangan negara antara lain: asas tahunan, asas
universalitas, asas kesatuan, asas spesialitas, asas akuntabilitas, asas
profesionalitas, proporsional, asas keterbukaan, dan asas pemeriksaan keuangan.
4) Tujuan pengelolaan keuangan negara karena mempenngaruhi pertumbuhan
ekonomi, menjaga stabilitas ekonomi, merealokasi sumber-sumber ekonomi, dan
mendorong retribusi pendapatan.
5) Kekuasaan kewenangan pengelolaan keuangan negara didelegasikan kepada
Menteri Keuangan (sebagai CFO), dan Menteri Teknis (sebagai COO)
LATIHAN
b. Sektor Distribusi
Pengeluaran negara secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap
sektor distribusi barang dan jasa. Misalnya, subsidi yang diberikan oleh masyarakat
menyebabkan masyarakat yang kurang mampu dapat menikmati barang/jasa yang
dibutuhkan, misalnya subsidi listrik, pupuk, BBM, dll. Pengeluaran pemerintah untuk
biaya pendidikan SD s.d. SMA membuat masyarakat kurang mampu dapat menikmati
pendidikan yang lebih baik (paling tidak sampai tingkat SMA). Dengan pendidikan
yang lebih baik, diharapkan masyarakat tersebut dapat meningkatkan taraf hidupnya
di masa yang akan datang. Apabila pemerintah tidak mengeluarkan dana untuk
keperluan tersebut, maka distribusi pendapatan, barang, dan jasa akan berbeda.
Hanya masyarakat mampu saja yang akan menikmati tingkat kehidupan yang lebih
baik, sementara masyarakat kurang mampu tidak memperoleh kesempatan untuk
meningkatkan taraf hidupnya.
Pembelian barang dan jasa. Dengan membeli barang dan jasa dari perusahaan
swasta dan mempekerjakan para pekerja, pemerintah menyediakan berbagai macam
layanan, biasanya tanpa biaya eksplisit, ke seluruh masyarakat. Sifat dari kegiatan
atau barang-barang ini, yaitu mencakup barang-barang penting seperti jalan raya,
rudal, pendidikan, dan polisi. Di sini difokuskan dengan dua karakteristik kesamaan
dari semua program tersebut. Fakta bahwa barang dan jasa ini melibatkan
penggunaan dalam sumber daya pemerintah, dan bahwa jasa yang dihasilkan
diberikan kepada masyarakat baik secara gratis atau harga nominal. Pekerjaan
pemerintah pada sumber daya riil seperti tanah, tenaga kerja, bangunan, dan mesin
mengartikan bahwa tidak ada barang yang bisa digunakan untuk menghasilkan output
di sektor swasta.
Untuk sebagian besar, belanja semua barang dan jasa pemerintah melibatkan
pengorbanan untuk output swasta. Dari sudut pandang ekonomi, program pemerintah
seperti yang diinginkan tercipta hanya jika manfaat terhadap masyarakat melebihi nilai
kerugian barang dan jasa sektor swasta. Idealnya, dalam kata lain, nilai dari
penggunaan sumber daya baru dalam program pemerintah harus seimbang terhadap
program pemerintah yang lebih unggul lainnya. Jika satu program pemerintah lebih
baik dari yang lainnya, maka yang terakhir harus ditolak, dan bahkan yang pertama
Pembelian tanah dan aset yang berjalan. Ketika pemerintah menggunakan sumber
daya baru untuk sebuah proyek, itu tidak perlu. Tanah sering diperlukan dan
pembelian aset digunakan untuk berbagai jenis alasan ekonomi, terutama jika
pemerintah atau kongres bertekad untuk menekan tingkat pengeluaran pemerintah.
Sementara pembelian tanah dan aset lainnya tidak membawa peningkatan output
nasional, pembelian meningkatkan pendapatan masyarakat dengan penawaran atas
harga aset yang bersangkutan.
RANGKUMAN
1) Pengeluaran pemerintah dalam arti rill dapat dipakai sebagai indikator besarnya
kegiatan pemerintah, karena kegiatan pemerintah dibiayai dengan pengeluaran
pemerintah.
2) Macam-macam pengeluaran negara dibedakan menjadi 2 yaitu menurut
organisasi dan menurut sifat. Menurut organisasi dibedakan menjadi 3 yaitu:
pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota.
3) Pengaruh pengeluaran negara antara lain terhadap: sektor produksi, sektor
distribusi, sektor konsumsi masyarakat, dan sektor keseimbangan
perekonomian.
4) Efek ekonomi dari pengeluaran pemerintah antara lain terhadap pembelian
barang dan jasa, pembayaran transfer, pembelian tanah dan aset yang berjalan,
pinjaman langsung pada masyarakat dan pinjaman swasta.
LATIHAN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan alat utama pemerintah
untuk mensejahterakan rakyatnya dan sekaligus alat pemerintah untuk mengelola
perekonomian negara. Sebagai alat pemerintah, APBN bukan hanya menyangkut
keputusan ekonomi, namun juga menyangkut keputusan politik. Dalam konteks ini,
DPR dengan hak legislasi, penganggaran, dan pengawasan yang dimilikinya perlu
lebih berperan dalam mengawal APBN sehingga APBN benar-benar dapat secara
efektif menjadi instrumen untuk mensejahterakan rakyat dan mengelola perekonomian
negara dengan baik. Namun, ada baiknya kita memperhatikan pengertian anggaran
yang dikemukakan para ahli, yaitu
1) Due (1973) menyatakan bahwa anggaran belanja negara memuat data-data
keuangan mengenai pengeluaran-pengeluaran dan penerimaan-penerimaan
dari tahun –tahun yang lalu, jumlah-jumlah taksiran untuk tahun yang sedang
berjalan, dan jumlah-jumlah yang diusulkan untuk tahun yang akan datang
2) Suparmoko (2012) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan anggaran
(budget) adalah suatu daftar atau pernyataan yang terperinci tentang
penerimaan dan pengeluaran negara yang diharapkan dalam jangka waktu
satu tahun
Artinya, APBN mengandung perkiraan jumlah pengeluaran dan perkiraan jumlah
pendapatan untuk menutupi pengeluaran tersebut serta pembiayaan anggaran dalam
rangka pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada pemerintah.
Semua penerimaan dan pengeluaran negara dilakukan melalui rekening kas umum
negara. Adapun waktu atau periode tTahun anggaran adalah periode pelaksanaan
APBN selama 12 (dua belas) bulan. Sejak tahun 2000, Indonesia menggunakan tahun
kalender sebagai tahun anggaran, yaitu dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal
31 Desember. Sebelumnya, tahun anggaran dimulai tanggal 1 April sampai dengan
31 Maret tahun berikutnya. Penggunaan tahun kalender sebagai tahun anggaran ini
kemudian dikukuhkan dalam UU Keuangan Negara dan UU Perbendaharaan Negara
(Pasal 4 UU No. 17/2003 dan Pasal 11 UU No. 1/2004).
Sebagaimana ditegaskan dalam Bagian Penjelasan UU No. 17/2003, anggaran
adalah alat akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi. Sebagai fungsi
akuntabilitas, pengeluaran anggaran hendaknya dapat dipertanggungjawabkan
dengan menunjukkan hasil (result) berupa outcome atau setidaknya output dari
dibelanjakannya dana-dana publik tersebut. Sebagai alat manajemen, sistem
penganggaran selayaknya dapat membantu aktivitas berkelanjutan untuk
memperbaiki efektifitas dan efisiensi program pemerintah. Sedangkan sebagai
instrumen kebijakan ekonomi, anggaran berfungsi untuk mewujudkan pertumbuhan
dan stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam rangka mencapai
tujuan bernegara.
Struktur APBN terdiri dari pendapatan negara dan hibah, belanja negara,
keseimbangan primer, surplus/defisit, dan pembiayaan. Sejak TA 2000, Indonesia
telah mengubah komposisi APBN dari T-account menjadi I-account sesuai dengan
standar statistik keuangan pemerintah, Government Finance Statistics (GFS).
Belanja Negara. Belanja negara terdiri atas anggaran belanja pemerintah pusat, dana
perimbangan, serta dana otonomi khusus dan dana penyeimbang. Sebelum
diundangkannya UU No. 17/2003, anggaran belanja pemerintah pusat dibedakan atas
pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. UU No. 17/2003 mengintrodusing
uniffied budget sehingga tidak lagi ada pembedaan antara pengeluaran rutin dan
pengeluaran pembangunan. Dana perimbangan terdiri atas dana bagi hasil, dana
alokasi umum (DAU), dan dana alokasi khusus (DAK). Sementara itu, dana otonomi
khusus dialokasikan untuk provinsi Daerah Istimewa Aceh dan provinsi Papua.
Defisit dan Surplus. Defisit atau surplus merupakan selisih antara penerimaan dan
pengeluaran. Pengeluaran yang melebihi penerimaan disebut defisit; sebaliknya,
penerimaan yang melebihi pengeluaran disebut surplus. Sejak TA 2000, Indonesia
menerapkan anggaran defisit menggantikan anggaran berimbang dan dinamis yang
telah digunakan selama lebih dari tiga puluh tahun. Dalam tampilan APBN, dikenal
B. Siklus APBN
Pengelolaan APBN secara keseluruhan dilakukan melalui 5 (lima) tahap, yaitu;
b) Penganggaran terpadu
(2) Tahap 2
(3) Tahap 3
(4) Tahap 4
RANGKUMAN
1) APBN dalam satu tahun anggaran meliputi: hak pemerintah pusat yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih, kewajiban pemerintah pusat yang
diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih, dan penerimaan yang perlu
dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali.
2) Sejak Tahun 2004, format APBN tidak lagi T-Account melainkan I-Account, di
mana menerapkan anggaran defisit.
3) Siklus APBN: tahap perencanaan APBN, tahap penetapan UU APBN, tahap
pelaksanaan UU APBN, tahap pengawasan atas pelaksanaan UU APBN, dan
tahap pertanggungjawaban pelaksanaan UU APBN.
LATIHAN
Pendapatan negara merupakan komponen yang sangat penting dan strategis dalam
struktur APBN mengingat peranannya sebagai sumber dari kapasitas fiskal
Pemerintah, menekan defisit anggaran, dan pembiayaan belanja negara. Sesuai
dengan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, pendapatan negara
terdiri atas penerimaan perpajakan, penerimaan negara bukan pajak (PNBP), dan
penerimaan hibah. Dalam struktur APBN, pendapatan negara terdiri atas pendapatan
dalam negeri, yang terdiri atas penerimaan perpajakan dan PNBP, serta penerimaan
hibah. Penerimaan perpajakan meliputi pendapatan pajak dalam negeri dan
pendapatan pajak perdagangan internasional yang hingga saat ini merupakan sumber
utama kapasitas fiskal Pemerintah. Selain itu, kebijakan perpajakan juga berperan
penting dalam pengelolaan ekonomi nasional. Pendapatan pajak dalam negeri berupa
pendapatan pajak penghasilan (PPh), pendapatan pajak pertambahan nilai barang
dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah (PPN dan PPnBM), pendapatan
pajak bumi dan bangunan (PBB), pendapatan bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan (BPHTB), pendapatan cukai, dan pendapatan pajak lainnya.
Dari sudut regulasi, ketentuan yang mengatur pemungutan pajak dalam negeri (pajak-
pajak pusat) adalah:
Terkait dengan pemungutan PBB dan BPHTB, sesuai dengan semangat otonomi
daerah yang ditandai dengan berlakunya UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 12 Tahun 2008,
serta pemberlakuan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, Pemerintah melakukan revisi UU
Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menjadi UU Nomor
28 Tahun 2009, di mana Pemerintah mengalihkan pendapatan BPHTB dan PBB
sektor perdesaan dan perkotaan yang sebelumnya adalah pendapatan pajak pusat
menjadi pendapatan pajak daerah. BPHTB telah dialihkan pendapatannya sejak tahun
Sementara itu, PNBP meliputi penerimaan sumber daya alam (SDA), pendapatan
bagian laba BUMN, PNBP lainnya, dan pendapatan BLU. Ketentuan yang mengatur
mengenai PNBP adalah UU Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara
Bukan Pajak, sedangkan pendapatan BLU diatur dalam UU Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara,dimana ketentuan pelaksanaannya diatur dalam PP
Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU sebagaimana diubah
dengan PP Nomor 74 Tahun 2012. Penerimaan hibah merupakan salah satu sumber
penerimaan negara yang diatur dengan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Kekayaan
Negara dan UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, serta diatur
ketentuan pelaksanaannya dalam PP Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara
Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah.
A. PENDAPATAN
Secara garis besar dibagi 3 yaitu: penerimaan perpjakan, penerimaan negara
bukan pajak, dan hibah, yang dimaksud dengan penerimaan perpajakan
adalah pendapatan/penerimaan yang diterima oleh pemerintah yang
bersumber dari pajak, bea dan cukai yang sepenuhnya dipergunakan untuk
menutupi seluruh pengeluaran. Kemudian yang disebut dengan Penerimaan
1. Penerimaan Perpajakan
Selain hal-hal yang ditentukan sebagai obyek pajak ada juga yang ditentukan
tidak termasuk obyek pajak, yaitu:
a) bantuan atau sumbangan;
b) harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau
badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
pemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan;
c) warisan;
d) harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh suatu badan sebagai
pengganti saham atau pengganti penyertaan modal;
e) penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima dalam bentuk natural;
f) pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi bea siswa;
g) deviden atau bagian laba yang diterima perseroan terbatas sebagai wajib
pajak dalam negeri, koperasi, yayasan, atau organisasi yang sejenis, badan
usaha milik negara/daerah dari penyertaan modal pada badan usaha yang
didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia;
h) iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja
Bagi badan hukum yang berupa bentuk usaha tetap, penghasilan kena
pajaknya dihitung dari penghasilan yang diterima atau diperoleh dari kegiatan
usaha dan dari harta yang dimiliki, penghasilan kantor pusat dan badan lain
yang mempunyai hubungan erat dengan induk perusahaan tersebut
(penghasilan bruto) dikurangi dengan biaya, penyusutan, iuran dana pensiun,
kerugian karena penjualan, kerugian karena selisih kurs mata uang asing,
biaya penelitian, bea siswa magang dan pelatihan.
Subyek Pajak Penghasilan adalah orang pribadi atau perorangan dan badan
hukum di luar perusahaan minyak bumi tetapi tidak termasuk pejabat-pejabat
Perwakilan Diplomatik, Konsulat, dan pejabat negara asing serta orang yang
bekerja dan bertempat tinggal bersama mereka dan berkebangsaan asing
selama mereka tidak melaksanakan kegiatan yang bersifat perusahaan di
Indonesia (secara timbal balik) dan organisasi internasional dan pejabat
perwakilan organisasi internasional.
6) Cukai
Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang
mempunyai sifat dan karakteristik yang ditentukan yang disebut Barang Kena Cukai
(BKC). Cukai diatur dalam Undang-undang No. 11 tahun 1995 tentang Cukai
sebagaimana telah dirubah menjadi Undang-undang No. 39 tahun 2008 tentang cukai.
Yang dimaksud dengan BKC yaitu barang-barang yang dalam pemakaiannya perlu
dibatasi dan diawasi.
7) Pajak Lainnya
Penerimaan negara yang tercantum dalam Pos Pajak Lainnya adalah penerimaan dari
Bea Meterai dan Bea Lelang.
8) Bea Meterai
Bea Meterai diatur dalam UU Nomor 13 tahun 1985 yang dalam pelaksanaannya
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2000 tentang Bea
Meterai. Bea Meterai merupakan pajak atas dokumen. Satu dokumen hanya terutang
satu bea Meterai dan tembusan atau rangkap dari dokumen terutang Bea Meterai yang
sama dengan Aslinya. Menurut ketentuan dalam Peraturan pemerintah di atas ada
dua macam tarif Bea Meterai yaitu Rp.3.000,- dan Rp.6.000,-
Namun demikian ada dokumen yang tidak terutang Bea Meterai dan ada dokumen
lainnya yang tidak dikenai Bea Meterai. Pihak yang terutang Bea Meterai adalah pihak
b) Pertambangan Umum
Penerimaan negara dari sumber daya alam pertambangan umum meliputi iuran tetap
(land rent), serta iuran eksplorasi dan eksploitasi (royalty). Land rent merupakan iuran
c) Perikanan
Penerimaan negara dari SDA sektor perikanan berupa :
(1) Pungutan perusahaan perikanan;
(2) Pungutan hasil perikanan;
(3) Pungutan perikanan zone ekonomi eksklusif Indonesia (ZEEI)
B. Hibah
Hibah adalah penerimaan Pemerintah yang berasal dari pemberian pihak lain, berupa
uang atau barang, dari perorangan, badan hukum, atau negara di mana Pemerintah
tidak perlu mengembalikan atau membayar kembali uang/barang yang diterimanya.
Hibah dapat berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Dalam APBN tidak
direncanakan ada penerimaan ini karena penerimaan ini sangat tergantung dari pihak
lain yang akan memberinya.
LATIHAN
5
BAB V KEBIJAKAN FISKAL
Dasar pemikiran dalam kebijakan fiskal adalah bahwa pemerintah tidak dapat
disamakan dengan individu dalam pengaruh dari tindakan masing-masing terhadap
masyarakat sebagai keseluruhan. Umumnya masyarakat akan mengurangi
pengeluaran apabila penerimaannya menurun, sedangkan pemerintah tidak harus
melakukan hal sama pada kondisi yang sama seperti yang terjadi di masyarakat.
Apabila tindakan pemerintah mengurangi pengeluaran malah akan menggangu
memperburuk perekonomian. Mengapa ? Karena menurunnya pengeluaran
pemerintah akan berarti menurunnya pendapatan masyarakat sebagai objek pajak,
dan tentunya akan memperkecil penerimaan pemerintah.
Sebagai contoh, untuk kebijakan fiskal tahun 2014 masih bersifat ekspansif dalam
rangka menjaga momentum pertumbuhan dengan tetap mengendalikan defisit dalam
batas aman. Kebijakan tersebut diwujudkan melalui (1) kebijakan pendapatan negara;
(2) kebijakan belanja negara; dan (3) kebijakan defisit dan pembiayaan anggaran.
Pengelolaan kebijakan fiskal yang sehat dan berkesinambungan diharapkan dapat
menjaga sentimen positif para pelaku pasar dan mendorong peningkatan efisiensi dan
Belanja negara terdiri atas belanja Pemerintah Pusat dan transfer ke daerah. Arah dan
kebijakan belanja Pemerintah Pusat pada RAPBN tahun 2014 akan difokuskan antara
Selanjutnya, untuk mendukung arah dan kebijakan belanja Pemerintah Pusat dalam
RAPBN 2014, Pemerintah terus berkomitmen untuk meningkatkan kualitas belanja
(qualityof spending). Langkah utama yang ditempuh adalah melalui peningkatan
efisiensi dan efektivitas belanja negara, yang dilakukan melalui perbaikan struktur
belanja negara agar menjadi lebih produktif serta efisien dalam mendukung
pencapaian target secara optimal. Beberapa kebijakan yang ditempuh untuk
meningkatkan efisiensi di antaranya adalah (1) efisiensi subsidi BBM melalui
pengendalian konsumsi BBM bersubsidi, peningkatan program konversi BBM,
program pembangunan/pengembangan gas kota, dan pemakaian bahan bakar nabati
(BBN); (2) efisiensi belanja perjalanan dinas, seminar, dan konsinyering; serta
(3) penerapan kebijakan flat policy belanja barang operasional. Sementara itu,
peningkatan efektivitas dilakukan dengan memperbesar alokasi belanja yang produktif
dan mengendalikan belanja yang bersifat konsumtif. Dalam rangka peningkatan
efektivitas, Pemerintah terus berkomitmen meningkatkan alokasi belanja produktif
untuk pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan daya saing dan
kapasitas produksi. Melalui peningkatan produktivitas diharapkan dapat menciptakan
nilai tambah (value added), meningkatkan kapasitas perekonomian, dan perluasan
RANGKUMAN
LATIHAN
Sebagai salah satu instrumen utama kebijakan fiskal, kebijakan dan alokasi
anggaran belanja negara, termasuk kebijakan anggaran belanja pemerintah pusat,
menempati posisi yang sangat strategis dalam mendukung akselerasi pembangunan
yang inklusif, berkelanjutan dan berdimensi kewilayahan untuk mencapai dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Melalui kebijakan dan alokasi anggaran belanja
negara, pemerintah dapat secara langsung berperan aktif dalam mencapai berbagai
tujuan dan sasaran program pembangunan di segala bidang kehidupan, termasuk
dalam mempengaruhi alokasi sumber daya ekonomi antarkegiatan, antarprogram,
antarsektor dan antarfungsi pemerintahan, mendukung stabilitas ekonomi, serta
menunjang distribusi pendapatan yang lebih merata.
Anggaran belanja pemerintah pusat setidaknya memiliki dua peran yang
sangat penting dalam pencapaian tujuan nasional, terutama tujuan yang terkait
dengan peningkatan kesejahteraan rakyat. Pertama, besaran dan komposisi belanja
pemerintah pusat dalam operasi fiskal Pemerintah, memiliki dampak yang signifikan
pada permintaan agregat yang merupakan penentu output nasional, serta dapat
mempengaruhi alokasi dan efisiensi sumber daya ekonomi dalam perekonomian.
Kedua, berkaitan dengan ketersediaan dana untuk melaksanakan ketiga fungsi
ekonomi pemerintah, yaitu fungsi alokasi, fungsi distribusi, dan fungsi stabilisasi.
Oleh karena itu, kualitas kebijakan dan alokasi anggaran belanja pemerintah
pusat, menempati posisi yang sangat strategis dalam mendukung pencapaian tujuan-
tujuan nasional sebagaimana digariskan, baik dalam rencana pembangunan jangka
1. Belanja Pegawai
Pengeluaran yang merupakan kompensasi terhadap pegawai baik
dalam bentuk uang atau barang, yang harus dibayarkan kepada
pegawai pemerintah dalam maupun luar negeri baik kepada pejabat
2. Belanja Barang
Pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan jasa yang
habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan
maupun yang tidak dipasarkan serta pengadaan barang yang
dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan
belanja perjalanan. Belanja ini terdiri dari belanja barang dan jasa,
belanja pemeliharaan dan belanja perjalanan dinas. Data terakhir pada
Nota Keuangan APBN 2014 disebutkan bahwa secara umum, alokasi
anggaran belanja barang tersebut, terutama diarahkan untuk
mendukung pemerintah dalam menjalankan tugas dan fungsinya untuk
melayani kepentingan masyarakat luas, yaitu: (1) menjaga kelancaran
penyelenggaraan operasional pemerintahan dalam rangka
3. Belanja Modal
Pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka memperoleh
atau menambah aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat
lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal
kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang ditetapkan pemerintah.
Aset Tetap tersebut dipergunakan untuk operasional kegiatan sehari-
hari suatu satuan kerja bukan untuk dijual. Belanja modal adalah
pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang
sifatnya menambah aset tetap/inventaris yang memberikan manfaat
lebih dari satu periode akuntansi, termasuk di dalamnya adalah
pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan
atau menambah masa manfaat, serta meningkatkan kapasitas dan
kualitas aset
6. Hibah
Pengeluaranpemerintah berupa transfer dalam bentuk uang, barang
atau jasa, bersifat tidak wajib yang secara spesifik telah ditetapkan
peruntukannya dan tidak mengikat serta tidak terus menerus kepada
pemerintahan negara lain, pemerintah daerah, masyarakat dan
7. Bantuan Sosial
Transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat guna
melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Bantuan sosial
dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau
lembaga kemasyarakatan termasuk didalamnya bantuan untuk
lembaga non pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan.
Pengeluaran ini dalam bentuk uang/ barang atau jasa kepada
masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat, bersifat tidak terus menerus dan selektif.
8. Belanja Lain-lain
Pengeluaran/belanja pemerintah pusat yang sifat pengeluarannya tidak
dapat diklasifikasikan ke dalam pos-pos pengeluaran
diatas.Pengeluaran ini bersifat tidak biasa dan tidak diharapkan
berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial dan
pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam
1. Dana Perimbangan
Pengeluaran/alokasi anggaran untuk pemerintah daerah berupa dana
bagi hasil, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus yang ditujukan
untuk keperluan pemerintah daerah.
(1) Dana Bagi Hasil (DBH), merupakan bagian daerah yang bersumber
dari penerimaan yang dihasilkan oleh daerah , baik penerimaan
perpajakan ataupun penerimaan sumber daya alam. Dalam
pelaksanaannya, penyaluran dana bagi hasil didasarkan realisasi
penerimaan negara yang dibagihasilkan dan ditujukan untuk
mengoreksi ketimpangan vertikal. Dana Bagi Hasil berasal dari
penerimaan PPh Pasal 21, PPh Pasal 25 dan 29 Wajib Pajak Orang
Pribadi Dalam Negeri, dan penerimaan yang berasal dari sumber
daya alam. (Sebelum ada UU Nomor 28 Tahun 2009, PPB dan
BPHTB menjadi bagian Dana Bagi Hasil).
(2) Dana Alokasi Umum (DAU), merupakan dana yang disediakan oleh
Pusat untuk dialokasikan kepada Daerah dengan tujuan untuk
mengatasi ketimpangan horizontal antar daerah, dan dialokasikan
dalam bentuk block grant. Berdasarkan UU No 33 Tahun 2004
jumlah DAU sebanyak-banyaknya disediakan 26% dari penerimaan
dalam negeri bersih setelah dikurangi dengan dana bagi hasil dan
dana alokasi khusus. Penggunaan DAU sepenuhnya diserahkan
kepada Daerah dengan memperhatikan priorutas dan kebutuhan
masing-masing daerah.
(3) Dana Alokasi Khusus (DAK), merupakan dana yang disediakan
oleh Pusat untuk dialokasikan kepada Daerah yang penggunaan
telah ditentukan. Kriteria kebutuhan khusus tersebut meliputi: 1)
kebutuhan yang tidak dapat dierhitungkan dengan menggunakan
rumus DAU, 2) kebutuhan yang merupakan prioritas nasional, dan
E. Pembiayaan Anggaran
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya. Dalam hal anggaran
diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan untuk menutup defisit
tersebut dalam Undang-undang tentang APBN. Pembiayaan terdiri dari :
1. Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil
divestasi. Pembiayaan Dalam Negeri adalah semua penerimaan
pembiayaan yang berasal dari perbankan dan nonperbankan dalam
negeri, yang terdiri atas penerimaan cicilan pengembalian penerusan
pinjaman, saldo anggaran lebih, hasil pengelolaan aset, penerbitan surat
berharga negara neto, pinjaman dalam negeri, dikurangi dengan
pengeluaran pembiayaan, yang meliputi alokasi untuk Pusat Investasi
Pemerintah, penyertaan modal negara, dana bergulir, dana
pengembangan pendidikan nasional, dan kewajiban yang timbul akibat
penjaminan Pemerintah.
2. Pengeluaran Pembiayaan
Pembiayaan Anggaran terdiri dari pembiayaan non utang dan perbankan dalam negeri:
(1) Privatisasi
Privatisasi dilakukan dengan tujuan antara lain (1) peningkatan
kinerja dan nilai tambah perusahaan; (2) perbaikan struktur
keuangan dan manajemen; (3) penciptaan struktur industri yang
2. Pembiyaan Utang
RANGKUMAN
RANGKUMAN
1) Hubungan keuangan pusat dan daerah terakhir diatur melalui UU 32 Tahun 2004
mencakup transfer ke Daerah.
2) Selain itu juga diatur pelaksanaan pajak dan retribusi daerah, diatur terakhir
dengan UU 28 Tahun 2009 terkait pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan terkait
Pedesaan dan Perkotaan (P2)
3) Kebijakan-kebijakan yang diatur antara lain tentang kebijakan pajak rokok,
kebijakan hibah ke daerah, kebijjakan pinjaman daerah, maupun kebijakan
investasi daerah.
LATIHAN
c. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan
mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. Neraca
menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset,
kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. Unsur yang dicakup oleh
neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas. Masing-masing unsur
dapat dijelaskan sebagai berikut : (a) Aset adalah sumber daya ekonomi
yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di
masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun
masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya
nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat
umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah
dan budaya. (b) Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa
lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya
ekonomi pemerintah. (c) Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang
merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah
RANGKUMAN
1) Sistem pengawasan eksternal pemerintah dilakukan oleh pihak DPR, BPK, dan
masyarakat. Sedangkan sistem pengawasan internal pemerintah dilakukan oleh
BPKP dan Inspektorat Jenderal Kementerian/Lembaga.
2) Sistem pertanggungjawaban pelaksanaan APBN mencakup prosedur penyusunan
yang dimulai dari entitas akuntansi menyampaikan secara konsolidasian kepada
entitas pelaporan. Bentuk dan isi laporan keuangan: Laporan Realisasi Anggaran
Neraca, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
LATIHAN
Suparmoko. 2012. Keuangan Negara Dalam Teori dan Praktik. Edisi Keenam. BPFE.
Jogjakarta
--------. Nota Keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (KUP) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
UU Nomor 28 Tahun 2007.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang PPN Barang dan Jasa dan PPnBM
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan UU Nomor 42
Tahun 2009.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 19 Tahun 2000.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 12 Tahun 1994.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
http://kamusbahasaindonesia.org/