Anda di halaman 1dari 81

PENERAPAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH

(PSAP) NO. 07 TENTANG AKUNTANSI ASET TETAP

PADA PEMERINTAH KOTA TANGERANG

SKRIPSI

Program Studi Akuntansi

Nama : MUHAMMAD FITRIYANTO

NIM : 43206110180

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MERCUBUANA
JAKARTA
2008
PENERAPAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH

(PSAP) NO. 07 TENTANG AKUNTANSI ASET TETAP

PADA PEMERINTAH KOTA TANGERANG

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar SARJANA EKONOMI
Program Studi Akuntansi

Nama : MUHAMMAD FITRIYANTO

NIM : 43206110180

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MERCUBUANA
JAKARTA
2008
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Nama : Muhammad Fitriyanto


NIM : 43206110180
Program Studi : Akuntansi
Judul Skripsi : Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah
(PSAP) No. 07 tentang Akuntansi Aset Tetap pada
Pemerintah Kota Tangerang

Disahkan Oleh :

Pembimbing

(Nurul Hidayah, SE, Ak., MSi)


Tanggal :

Dekan, Ketua Jurusan Akuntansi

(Drs. Hadri Mulya, MSi) (H. Sabarudin Muslim, SE, MSi)


Tanggal : Tanggal :
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

ta’alaa karena hanya atas kahendak dan ridha dari-Nya, Penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Maksud dari penyusunan skripsi ini adalah untuk mengetahui bagaimana

perlakuan akuntansi Pemerintah Kota Tangerang terhadap transaksi-transaksi

yang terkait dengan akun aset tetap dan apakah perlakuan tersebut telah sesuai

dengan standar akuntansi yang berlaku umum bagi pemerintah.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan skripsi ini, yaitu:

1. Ayahanda Hambali dan Ibunda Sudiyati serta Papap Kusnadi dan Mama Eti,

orang tua Penulis yang senantiasa memberikan doa, dorongan, dan semangat,

2. Evy Citawati, istri tercinta yang selalu memberikan doa, semangat, dan segala

yang terbaik bagi Penulis,

3. Calon bidadari kecilku yang telah setia menemani,

4. Ibu Nurul Hidayah, dosen pembimbing yang senantisa memberikan bimbingan

dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini,

5. Bapak Muhtarom, Bapak Aan, Ibu Mugi beserta jajarannya yang berkarya di

BKKD Kota Tangerang, terima kasih atas segala kerjasama yang baik selama

proses pengumpulan data dan penyusunan skripsi ini, serta

6. Rekan-rekan PKSM Angkatan IX dan X jurusan D3 Akuntansi yang telah

memberikan kritik dan saran yang membangun.

i
“Tak ada gading yang tak retak”, begitu pula dengan skripsi ini. Oleh

karena itu, Penulis meminta maaf kepada para pembaca atas segala kekurangan

dalam skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Perumusan Masalah .................................................................... 2

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................ 2

BAB II LANDASAN TEORITIS .................................................................... 4

A. Pengertian dan Pengelompokan Aset Tetap ............................... 4

1. Pengertian Aset Tetap ....................................................... 4

2. Pengelompokan Aset Tetap ............................................... 6

B. Pengakuan Aset Tetap ................................................................ 7

C. Pengukuran Aset Tetap .............................................................. 9

D. Penilaian Awal Aset Tetap ......................................................... 11

1. Perolehan dengan Pembelian ............................................ 11

2. Perolehan secara Gabungan .............................................. 13

iii
3. Perolehan dengan Pertukaran ............................................ 13

4. Aset Donasi ....................................................................... 15

E. Perlakuan Akuntansi terhadap Pengeluaran setelah Perolehan .. 15

F. Penyusutan ................................................................................. 17

G. Penghentian dan Pelepasan Aset ................................................ 18

H. Pengungkapan Aset Tetap .......................................................... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 20

A. Gambaran Umum ....................................................................... 20

1. Sejarah Singkat dan Gambaran Umum ............................. 20

2. Struktur Organisasi ............................................................ 22

B. Metode Penelitian ....................................................................... 24

C. Definisi Operasional Variabel .................................................... 25

D. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 25

E. Metode Analisa Data .................................................................. 27

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................ 28

A. Perlakuan Akuntansi atas Transaksi-transaksi yang Terkait

dengan Akun-akun Aset Tetap oleh Pemerintah Kota

Tangerang ................................................................................... 31

B. Penerapan PSAP No. 07 oleh Pemerintah Kota Tangerang ....... 43

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 60

A. Simpulan ..................................................................................... 60

iv
B. Saran ........................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 63

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Neraca Pemerintah Kota Tangerang per 31 Desember 2006 (Audited)

dan per 31 Desember 2007 (Audited)......................................................... 64

2. Matriks Penerapan PSAP No. 07 pada Pemerintah Kota Tangerang......... 66

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan adanya tuntutan akan terwujudnya good governance dengan

transparansi dan akuntabilitas, menimbulkan implikasi baik bagi Pemerintah Pusat

maupun bagi Pemerintah Daerah untuk menyampaikan informasi kepada pihak terkait

baik pihak internal dan eksternal. Salah satu informasi yang harus disediakan oleh

pemerintah adalah informasi keuangan pemerintah yang disajikan dalam bentuk

laporan keuangan pemerintah, baik Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP)

maupun Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).

Laporan keuangan pemerintah disusun untuk menyediakan informasi yang

relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu

entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan pemerintah

terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer,

dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan,

mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu

menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.

Dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar

Akuntansi Pemerintah, seluruh entitas pelaporan wajib mempertanggungjawabkan

kinerja keuangan yang dilakukannya dalam suatu Laporan Keuangan Pemerintah.

1
2

Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah ini membawa perubahan kepada laporan

pertanggungjawaban keuangan pemerintah dari segi penyajiannya. Perubahan ini

ternyata tidak mudah untuk diikuti oleh banyak instansi pemerintah, khususnya

instansi pemerintah daerah.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengangkat hal tersebut di atas sebagai

materi penulisan skripsi sehingga akan diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang

Standar Akuntansi Pemerintah dan permasalahannya di lingkungan pemerintah

daerah. Untuk itu, penulis memilih judul “PENERAPAN PERNYATAAN

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH (PSAP) NOMOR 07 TENTANG

AKUNTANSI ASET TETAP PADA PEMERINTAH KOTA TANGERANG”.

B. Perumusan Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana perlakuan akuntansi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Tangerang

atas transaksi-transaksi yang terkait dengan akun-akun Aset Tetap?

2. Apakah Pemerintah Kota Tangerang telah menerapkan PSAP No. 07 tentang

Akuntansi Aset Tetap dan bagaimana permasalahan-permasalahan yang dihadapi

atas penerapan tersebut?


3

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Bagaimana Pemerintah Kota Tangerang menerapkan perlakuan akuntansi

terhadap transaksi-transaksi yang terkait dengan akun-akun Aset Tetap.

2. Sejauh mana Pemerintah Kota Tangerang telah menerapkan PSAP No. 07 tentang

Akuntansi Aset Tetap serta permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh

Pemerintah Kota Tangerang terkait dengan penerapan PSAP No. 07 tersebut.

Diharapkan penelitian ini nantinya akan memberikan beberapa manfaat,

seperti:

1. Sebagai sarana bagi penulis untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan

serta untuk dapat lebih mamahami penerapan PSAP No. 07, khususnya yang

diterapkan pada Pemerintah Kota Tangerang beserta dengan permasalahan-

permasalahan yang dihadapi.

2. Sebagai masukan, gambaran obyektif, dan tambahan informasi bagi Pemerintah

Kota Tangerang dalam rangka mengevaluasi penerapan PSAP No. 07.

3. Sebagai sarana untuk menambah wawasan bagi masyarakat akademik maupun

masyarakat umum tentang PSAP No. 07, khususnya yang diterapkan pada

Pemerintah Kota Tangerang.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian dan Pengelompokan Aset Tetap

1. Pengertian Aset Tetap

Dalam akuntansi terdapat beberapa pengertian mengenai aset tetap. Mengenai

aset tetap, Robert J. Freeman (2003 : 341) menggunakan istilah aset tetap dengan

General Capital Asset. Menurut Freeman:

Capital assets include, land, improvements to land, easements, buildings, building


improvements, vehicles, machinery, equipment, works of art and historical
treasures, infrastructure, and all other tangible or intangible assets that are used in
operations and that have useful lives extending beyond a single reporting period.
Most possess physical substance and all are expected to provide service for
periods that extend beyond the year of acquisition. They are not physically
consumed by their use, though their economic usefulness typically declines over
their lifetimes. Their proper recording and control are necessary for efficient
management and for financial reporting.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan No. 16 (2002 : par. 05) dikemukakan pengertian aset tetap sebagai berikut:

Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau
dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No. 07 disebutkan bahwa

“aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua

belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh

masyarakat umum.” (Komite Standar Akuntansi Pemerintahan 2005 : par.5). Pada

4
5

paragraf 16 Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No. 07 disebutkan bahwa

untuk dapat diakui sebagai aset tetap, suatu aset harus berwujud dan memenuhi

kriteria:

a. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;

b. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;

c. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan

d. Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.

Hermanson mengatakan, “to be classified as a plant asset, an asset must (1) be

tangible, that is, capable of being seen and touched; (2) have a useful service life of

more than one year, and (3) be used in business operation rather than need for resale

to customer” (Hermanson, dkk. 1989 : 421).

Indra Bastian dalam buku Sistem Akuntansi Sektor Publik (2002 : 69)

menyebutkan tentang pengertian aset tetap bahwa

Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau
dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi entitas
pemerintah, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal entitas
pemerintah dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu aset

disebut sebagai aset tetap jika aset tersebut memenuhi hal-hal sebagai berikut:

a. berwujud (tangible), yaitu bahwa aktiva tersebut mempunyai wujud secara fisik,

dapat dilihat dan diraba,

b. dimiliki oleh entitas yang bersangkutan, yang dibuktikan dengan adanya tanda

kepemilikan,
6

c. digunakan dalam kegiatan operasional,

d. tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal entitas,

e. mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun atau satu periode akuntansi.

2. Pengelompokan Aset Tetap

Aset tetap yang dimiliki suatu entitas terdiri dari berbagai jenis, tergantung dari

besar kecilnya entitas, sifat operasi dan lain-lain. Government Finance Officers

Association (GFOA) mengklasifikasikan aset tetap (capital asset) menjadi: “(1) land,

(2) buildings, (3) infrastructure, (4) machinery and equipment, or (5) construction in

progress” (Robert J. Freeman dan Craig D. Shoulders 2003 : 343).

Sementara itu, Komite Standar Akuntansi Pemerintahan yang dinyatakan dalam

Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No. 07 (2005 : par.8)

mengklasifikasikan aset tetap berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya

dalam aktivitas operasi entitas. Menurut PSAP No. 07 tersebut, aset tetap

diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Tanah;
Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang diperoleh dengan
maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi
siap dipakai.
b. Peralatan dan Mesin;
Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat
elektonik, dan seluruh inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya
signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi
siap pakai.
c. Gedung dan Bangunan;
Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh
dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam
kondisi siap dipakai.
d. Jalan, Irigasi, dan Jaringan;
Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun
7

oleh pemerintah serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh pemerintah dan dalam
kondisi siap dipakai.
e. Aset Tetap Lainnya.
Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam
kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan
operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.
f. Konstruksi dalam Pengerjaan.
Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses
pembangunan namun pada tanggal laporan keuangan belum selesai seluruhnya.

B. Pengakuan Aset Tetap

Masalah pengakuan merupakan masalah yang penting. Suatu aset memerlukan

saat yang tepat sebagai waktu pengakuan awal. Dalam Kamus Istilah Akuntansi

disebutkan bahwa “Pengakuan (recognition) adalah pencatatan peristiwa bisnis dalam

catatan akuntansi” (Joel G. Siegel dan Jae K. Shim 1999:383). Dalam buku

Intermediate Accounting, disebutkan tentang pengakuan (recognition) yang diartikan

sebagai “one way to report financial information is to boil down all the estimates and

judgments into one number and then use that one number to make a journal entry”

(K. Fred Skousen, dkk. 2000 : 23).

Dalam buku Accounting Theory, disebutkan tentang kriteria pengakuan

(recognition) untuk suatu aset. Suatu aset akan diakui dalam laporan keuangan jika

dan hanya jika memenuhi kriteria berikut:

1. it is probable that the future economic benefits embodied in the asset will

eventuate; and

2. the asset possesses a cost or other value that can be measured reliably (Geoff

Frost, dkk. 2000 : 465).


8

Pada Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No. 07 dikatakan bahwa

“Pengakuan aset tetap akan sangat andal bila aset tetap telah diterima atau diserahkan

hak kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya berpindah” (Komite Standar

Akuntansi Pemerintahan 2005 : par. 20). Suatu aset dapat diakui apabila aset tersebut

bisa memberikan manfaat ekonomis di masa depan, baik langsung maupun tidak

langsung bagi kegiatan operasional entitas. Dikatakan juga bahwa “... suatu entitas

harus menilai manfaat ekonomis masa depan yang dapat diberikan oleh pos tersebut,

baik langsung maupun tidak langsung, bagi kegiatan operasional pemerintah”

(Komite Standar Akuntansi Pemerintahan 2005 : par. 17). Kemudian dikatakan

bahwa “Manfaat ekonomis masa yang akan datang akan mengalir ke suatu entitas

dapat dipastikan ... . Sebelum hal ini terjadi, perolehan aset tidak dapat diakui”

(Komite Standar Akuntansi Pemerintahan 2005 : par. 17). Dengan demikian, suatu

aset tetap akan diakui apabila manfaat ekonomis di masa mendatang akan diperoleh

entitas yang bersangkutan.

Selain itu, suatu aset dapat diakui menjadi milik entitas apabila terdapat bukti

bahwa telah terjadi perpindahan hak kepemilikan dengan didukung oleh bukti secara

hukum. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No. 07 mengatakan bahwa,

“Saat pengakuan aset akan lebih dapat diandalkan apabila terdapat bukti bahwa telah

terjadi perpindahan hak kepemilikan dan/atau penguasaan secara hukum, misalnya

sertifikat tanah dan bukti kepemilikan kendaraan bermotor” (Komite Standar

Akuntansi Pemerintahan 2005 : par. 21). Oleh karena itu, apabila perolehan aset tetap

belum didukung dengan bukti secara hukum karena masih ada suatu proses
9

administrasi yang diharuskan, aset tetap tersebut harus diakui pada saat terdapat bukti

bahwa penguasaan atas aset tetap tersebut telah berpindah.

Mengenai pengakuan aktiva tetap, dikatakan juga bahwa suatu benda berwujud

diakui sebagai aktiva dan dikelompokkan sebagai aktiva tetap apabila:

1. Mempunyai manfaat ekonomis di masa yang akan datang/ jasa potensialnya

diperoleh entitas.

2. Aktiva tersebut pengukurannya jelas dan terbebas dari bias.

Selain itu, aktiva tetap baru dapat dicatat sebagai aktiva daerah pada saat diterima dan

hak kepemilikan berpindah ke pemerintah daerah. (Indra Bastian dan Gatot

Soepriyanto 2002).

Jadi, untuk dapat diakui sebagai aset tetap, ia harus memenuhi beberapa kriteria

tertentu. Apabila aset tersebut telah memenuhi syarat sebagai suatu aset tetap, aset

tersebut akan disajikan dalam laporan keuangan. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan

antara lain: 1) waktu; kapan suatu aset benar-benar diakui menjadi milik entitas, 2)

nilai uangnya; unsur-unsur apa saja yang dapat diukur dengan nilai uang yang akan

diakui sebagai harga perolehan aset tetap, dan 3) karakteristiknya; apakah aset tetap

tersebut memenuhi karakteristik tertentu untuk dapat disebut sebagai aset tetap dalam

entitas.

C. Pengukuran Aset Tetap

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No. 07 dikatakan bahwa

“aset tetap dinilai dengan biaya perolehan” (Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
10

2005 : par. 22). Kemudian dikatakan bahwa “apabila penilaian aset tetap dengan

menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan

pada nilai wajar pada saat perolehan” (Komite Standar Akuntansi Pemerintahan 2005

: par. 22). Apabila aset tetap tersebut diperoleh dengan cara dibangun secara

swakelola, biaya perolehan aset tetap tersebut meliputi biaya langsung untuk tenaga

kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan

pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya

yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.

Hal yang sama disebutkan oleh Governmental Accounting Standards Board

(GASB) bahwa “GASB standard require that general capital assets be recorded at

historical cost or fair value at time of receipt if assets are received by donation”(

Earl R. Wilson dan Susan C. Kattelus 2004 : 151). Historical cost tersebut meliputi

“acquisition cost plus ancillary costs necesarry to put the asset into use” (Earl R.

Wilson dan Susan C. Kattelus 2004 : 151). Aktiva tetap bisa diperoleh dari

pembelian, pembangunan, pemberian (donation) dari pihak lain, dan

pengambilalihan. Dalam buku Akuntansi Pemerintahan, Bachtiar Arif, dkk. (2002 :

116) menyebutkan tiga atribut pengukuran yang dapat digunakan:

1. At cost (nilai historis)


Secara umum, untuk pembelian dan pembangunan dicatat sesuai dengan nilai
historisnya (at cost), yaitu nilai yang mudah ditentukan yang meliputi seluruh
biaya dalam rangka perolehan aset tetap tersebut.
2. Estimated costs (nilai perkiraan)
Estimated costs (nilai perkiraan) ini digunakan untuk menghitung nilai aset yang
sulit ditentukan, misalnya aset sebelumnya yang belum dicatat, konstruksi yang
belum selesai, atau donasi.
3. Fair value (nilai yang wajar)
11

Fair value (nilai yang wajar) digunakan ketika suatu aset tetap diterima untuk
pemberian.

D. Penilaian Awal Aset tetap

“Aktiva tetap pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan yang

merupakan cerminan nilai pasar” (Indra Bastian dan Gatot Soepriyanto 2002 : 59).

Biaya perolehan suatu aktiva tetap terdiri dari harga belinya, termasuk bea impor dan

PPN masukan tak dapat direstitusikan dan setiap biaya yang dapat diatribusi secara

langsung dalam membawa aktiva tersebut ke kondisi yang membuat aktiva tersebut

dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan. Selain itu, potongan dagang dan

rabat dikurangkan dari harga pembelian.

Mengenai penilaian awal aset tetap, dalam Pernyataan Standar Akuntansi

Pemerintahan No. 07 disebutkan, “Barang berwujud yang memenuhi kualifikasi

untuk diakui sebagai suatu aset dan dikelompokkan sebagai aset tetap, pada awalnya

harus diukur berdasarkan biaya perolehan” (Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

2005 : par. 24). Selanjutnya dikatakan bahwa “Apabila aset tetap diperoleh dengan

tanpa nilai, biaya aset tersebut adalah sebesar nilai wajar pada saat aset tersebut

diperoleh” (Komite Standar Akuntansi Pemerintahan 2005 : par. 25).

1. Perolehan dengan Pembelian

“Aktiva tetap yang diperoleh melalui pembelian tunai akan dicatat sebesar

pengeluaran kasnya” (Kusnadi, dkk. 2000 : 283). Dalam Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan No. 16 disebutkan bahwa “Suatu benda berwujud yang

memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokkan sebagai
12

aktiva tetap, pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan” (Ikatan

Akuntan Indonesia 2002 : par. 13). Pernyataan tersebut juga termuat dalam

Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No. 07 paragraf 29. Biaya perolehan

yang dimaksud di atas sebagaimana yang dijelaskan menurut Komite Standar

Akuntansi Pemerintahan (2005 : par. 29) adalah sebagai berikut:

Biaya perolehan terdiri dari harga belinya atau konstruksinya, termasuk bea impor
dan setiap biaya yang dapat distribusikan secara langsung dalam membawa aset
tersebut ke kondisi yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan
yang dimaksudkan.

Apabila dalam pembelian aset tersebut terdapat potongan pembelian maka akan

dikurangkan dari harga perolehan. “Potongan pembelian jika ada akan dimasukkan

sebagai pengurangan harga perolehan bangunan” (Kusnadi, dkk. 2000 : 283). Dalam

Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No. 07 juga disebutkan bahwa “Setiap

potongan dagang dan rabat dikurangkan dari harga pembelian” (Komite Standar

Akuntansi Pemerintahan 2005 : par. 38).

Berdasarkan pernyataan di atas, dalam perolehan awal melalui pembelian, biaya

yang dikapitalisasi sebagai harga perolehan adalah harga beli ditambah dengan semua

biaya yang dapat diatribusikan langsung agar aset tersebut dapat digunakan sesuai

dengan tujuan yang dimaksudkan. Jadi, semua biaya yang dapat diatributkan

langsung kepada aset tetap sehingga dapat dimanfaatkan sesuai dengan tujuannya

harus dikapitalisasi sebagai harga perolehan. Selain itu, apabila ada pengurangan

harga seperti potongan pembelian dan rabat akan dikurangkan dari harga pembelian

sebagai pengurang biaya perolehan.


13

2. Perolehan secara Gabungan

Suatu entitas mungkin memperoleh beberapa aset dalam satu transaksi (lump

sum). Apabila terjadi demikian, masing-masing aset akan dihitung biaya

perolehannya dengan mengalokasikan biaya gabungan tersebut berdasarkan nilai

wajar masing-masing aset yang bersangkutan. Mengenai hal ini, dalam Pernyataan

Standar Akuntansi Pemerintahan No. 07 dinyatakan bahwa “Biaya perolehan dari

masing-masing aset tetap yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan

mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar

masing masing aset yang bersangkutan” (Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

2005 : par. 42).

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan juga dinyatakan hal yang sama

yaitu “Harga perolehan dari masing-masing aktiva tetap yang diperoleh secara

gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan

perbandingan nilai wajar masing-masing aktiva yang bersangkutan” (Ikatan Akuntan

Indonesia 2002 : par. 19).

3. Perolehan dengan Pertukaran

Selain dengan cara pembelian, suatu aset bisa diperoleh dengan cara pertukaran

dengan aset lain. Seperti disebutkan dalam APB (Accounting Principles Board)

Opinion No. 29, ”the new asset should be valued at its fair market value or at the fair

market value of the asset given up, whichever is more clearly determinable” (K. Fred

Skousen, dkk. 2000 : 686). Menurut APB No. 29 tersebut, aktiva baru (aktiva yang

diterima) harus dinilai pada nilai wajarnya (fair market value) atau nilai wajar dari
14

aktiva lama (aktiva yang diserahkan) mana yang lebih mudah ditentukan.

Penilaian aset yang diperoleh dengan cara pertukaran menurut Pernyataan

Standar Akuntansi Pemerintahan No. 07 ialah “... diukur berdasarkan nilai wajar aset

yang diperoleh yaitu nilai ekuivalen atas nilai tercatat aset yang dilepas setelah

disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas yang ditransfer/diserahkan”

(Komite Standar Akuntansi Pemerintahan 2005 : par. 43). Hal yang sama dikatakan

dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 16 yaitu bahwa penilaian aset

tersebut “... diukur pada nilai wajar aktiva yang dilepaskan atau yang diperoleh, yang

mana yang lebih andal, ekuivalen dengan nilai wajar aktiva yang dilepaskan setelah

disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas yang ditransfer” (Ikatan

Akuntan Indonesia 2002 : par. 20).

Untuk aset tetap yang diperoleh melalui pertukaran dengan aset yang serupa dan

memiliki nilai wajar yang serupa, maka tidak diakui adanya keuntungan atau

kerugian dalam transaksi ini. Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No.

07 dikatakan, “... Dalam keadaan tersebut tidak ada keuntungan dan kerugian yang

diakui dalam transaksi ini. Biaya aset yang baru diperoleh dicatat sebesar nilai

tercatat (carrying amount) atas aset yang dilepas” (Komite Standar Akuntansi

Pemerintahan 2005 : par. 44).

Dengan demikian, harga perolehan aset tetap yang diperoleh dengan cara

pertukaran adalah dinilai berdasarkan nilai wajar aset yang diperoleh yang jumlahnya

ekuivalen dengan aset lama yang ditukarkan ditambah dengan kas yang dikeluarkan

untuk memperoleh aset tetap tersebut. Untuk aset yang dipertukarkan dengan aset
15

yang serupa, biaya perolehan dicatat sebesar nilai tercatat (carrying amount) dari aset

yang dilepas. Dalam transaksi ini tidak diakui adanya keuntungan atau kerugian.

4. Aset Donasi

Dalam situasi lain, suatu aset tetap mungkin dapat diperoleh tanpa menyediakan

kas ataupun sumber daya lain. Aset yang diterima ini dapat berupa sumbangan atau

donasi. Definisi sumbangan aset tetap menurut Pernyataan Standar Akuntansi

Pemerintahan No. 07 adalah “transfer tanpa persyaratan suatu aset tetap ke satu

entitas” (Komite Standar Akuntansi Pemerintahan 2005 : par. 47). Biaya perolehan

yang dicatat untuk aset tetap yang diperoleh dari sumbangan (donasi) adalah dicatat

sebesar nilai wajar pada saat perolehan. Suatu aset yang memenuhi kriteria sebagai

perolehan aset donasi, “maka perolehan tersebut diakui sebagai pendapatan

pemerintah dan jumlah yang sama juga diakui sebagai belanja modal dalam laporan

realisasi anggaran” (Komite Standar Akuntansi Pemerintahan 2005 : par. 49). Dengan

demikian, aset yang diperoleh dari sumbangan atau donasi dicatat sebesar nilai wajar

pada saat perolehan.

E. Perlakuan Akuntansi terhadap Pengeluaran setelah Perolehan

Selama masa manfaat aset tetap, dimungkinkan terjadinya pengeluaran biaya

berkaitan dengan aset tetap yang bersangkutan. Setiap pengeluaran yang berkaitan

dengan aset tetap akan terjadi secara berkala dalam jumlah yang bervariasi.

Pengeluaran tertentu diperlukan untuk mempertahankan, memelihara dan mereparasi

aset tetap. Di samping itu, pengeluaran lain juga dibebankan untuk meningkatkan
16

kapasitas, efisiensi atau memperpanjang masa manfaat aset tetap.

Setiap pengeluaran memerlukan analisis lebih lanjut untuk menentukan apakah

pengeluaran tersebut akan dikapitalisasi atau dibebankan pada tahun berjalan. Earl

Wilson mengatakan, ”In general, any outlay that definitely adds to the utility or

function of a capital asset or enhances the value of an integral part of it may be

capitalized as part of the asset” (Earl R. Wilson dan Susan C. Kattelus 2004 : 158).

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No. 07 (2005 : par. 50)

disebutkan bahwa :

Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap yang memperpanjang masa
manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomis di masa yang
akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar
kinerja, harus ditambahkan pada nilai tercatat aset yang bersangkutan.

Kemudian ditetapkan bahwa setiap entitas harus menentukan batasan jumlah

biaya tertentu (capitalization thresholds) tertentu yang digunakan untuk memisahkan

pengeluaran yang dapat dikapitalisasi dan yang tidak dapat dikapitalisasi (Komite

Standar Akuntansi Pemerintahan 2005).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak semua biaya dapat

dikapitalisasi kepada aset tetap yang bersangkutan. Hanya biaya yang menambah

kegunaan atau meningkatkan nilai aset, memberi manfaat ekonomis di masa

mendatang berupa peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar

kinerja, yang akan dikapitalisasi pada nilai tercatat aset yang bersangkutan.
17

F. Penyusutan

Dengan digunakannya aset tetap dalam kegiatan entitas, nilai manfaat dari aset

tetap tersebut akan menurun. Oleh karena itu, diperlukan alokasi biaya atas aset tetap

ke tiap periode dengan cara penyusutan (depreciation). Fred Skousen mendefinisikan

depreciation sebagai “systematic allocation of the cost of an asset over the different

periods benefited by the use of the asset” (K. Fred Skousen, dkk. 2000 : 741).

Penyusutan dilakukan setiap tahun selama periode pemanfaatan nilai ekonomis

suatu aset. Menurut Indra Bastian, aset yang dapat disusutkan adalah aset yang:

1. Diharapkan dapat digunakan untuk selama lebih dari satu periode akuntansi.

2. Memiliki suatu manfaat yang terbatas

(Indra Bastian dan Gatot Soepriyanto 2002 : 59).

Seperti halnya akuntansi komersial, dalam Pernyataan Standar Akuntansi

Pemerintahan juga telah ditetapkan mengenai penyusutan untuk aset tetap yang

sebelumnya tidak dilakukan. Mengenai penyusutan, dalam Pernyataan Standar

Akuntansi Pemerintahan No. 07 (2005 : par. 54) disebutkan,

Penyesuaian nilai aset tetap dilakukan dengan berbagai metode yang sistematis
sesuai dengan masa manfaat. Metode penyusutan yang digunakan harus dapat
menggambarkan manfaat ekonomis atau kemungkinan jasa (service potential)
yang akan mengalir ke pemerintah. Nilai penyusutan untuk masing-masing
periode diakui sebagai pengurang nilai tercatat aset tetap dan Diinvestasikan
dalam Aset Tetap.

Ada beberapa metode penyusutan yang dapat dipergunakan dalam akuntansi

pemerintahan. Metode yang dapat dipergunakan menurut Pernyataan Standar

Akuntansi Pemerintahan antara lain:


18

1. Metode garis lurus (straight line method); atau

2. Metode saldo menurun ganda (double declining method);

3. Metode unit produksi (unit of production method)

(Komite Standar Akuntansi Pemerintahan 2005 : par. 56).

G. Penghentian dan Pelepasan Aset Tetap

Suatu aset tetap mungkin akan dihentikan penggunaannya karena tidak lagi

mempunyai manfaat ekonomis di masa mendatang. Dalam Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan disebutkan, ”Suatu aktiva tetap dieliminasi dari neraca ketika

dilepaskan atau bila aktiva secara permanen ditarik dari penggunaannya dan tidak ada

manfaat keekonomian masa yang akan datang” (Ikatan Akuntan Indonesia 2002 : par.

44). Hal yang sama juga ditetapkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi

Pemerintahan bahwa, ”Suatu aset tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau

bila aset secara permanen dihentikan penggunaannya dan tidak ada manfaat ekonomis

masa yang akan datang” (Komite Standar Akuntansi Pemerintahan 2005 : par. 76).

Dalam akuntansi pemerintahan terdapat beberapa hal yang umumnya digunakan

dalam penghentian dan pelepasan aset tetap. Menurut Robert J. Freeman, ”General

capital assets may be disposed of in sale, retirement, or replacement transactions

with other governments, nongovernment organizations, and individuals” (Robert J.

Freeman dan Craig D. Shoulders 2003 : 352).

Selanjutnya, dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No. 07

disebutkan, “Aset tetap yang secara permanen dihentikan atau dilepas harus
19

dieliminasi dari Neraca dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan”

(Komite Standar Akuntansi Pemerintahan 2005 : par. 76). Kemudian dikatakan pula

bahwa, “Aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah tidak

memenuhi definisi aset tetap dan harus dipindahkan ke pos aset lainnya sesuai dengan

nilai tercatatnya” (Komite Standar Akuntansi Pemerintahan 2005 : par. 78).

H. Pengungkapan Aset Tetap

Agar fungsi pelaporan keuangan efektif, semua informasi yang relevan harus

disajikan secara tidak bias, dapat dipahami, dan tepat pada waktunya. Dalam hal ini,

laporan keuangan harus menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh

pengguna. Mengenai pengungkapan aset tetap, Komite Standar Akuntansi

Pemerintahan (2005 : par. 79) menyatakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi

Pemerintahan menyatakan bahwa laporan keuangan harus mengungkapkan untuk

masing-masing jenis aset tetap sebagai berikut:

1. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat (carrying


amount);
2. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:
a. Penambahan;
b. Pelepasan;
c. Akumulasi penyusutan dan perubahan nilai, jika ada;
d. Mutasi aset tetap lainnya.
3. Informasi penyusutan, meliputi:
a. Nilai penyusutan;
b. Metode penyusutan yang digunakan;
c. Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
d. Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Gambaran Umum

1. Sejarah Singkat dan Gambaran Umum

Kota Tangerang berdiri sejak tanggal 28 Pebruari 1993 yang dibentuk

berdasarkan Undang-undang No. 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kota dalam

Lingkungan Provinsi Jawa Barat. Sejalan dengan berdirinya Provinsi Banten,

Kota Tangerang termasuk dalam wilayah Provinsi Banten berdasarkan UU No. 23

Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten. Kota Tangerang mempunyai

luas wilayah 183,78 km2 (termasuk kawasan Bandara Soekarno Hatta dengan luas

19,69 km2), di mana secara administratif terbagi atas 13 kecamatan dan 104

kelurahan, di mana batas wilayah administratifnya berbatasan dengan wilayah

DKI Jakarta dan Kabupaten Tangerang. Karena letak geografisnya yang

berbatasan dengan Ibukota Jakarta, maka Kota Tangerang berfungsi sebagai

daerah permukiman, industri dan perdagangan.

Pemerintah Kota Tangerang dipimpin oleh satu kepala daerah dengan satu

wakil kepala daerah periode 2003–2008 berdasarkan Kepmendagri No. 131, 36-

589 Tahun 2003 tanggal 14 November 2003 tentang Pengesahan, Pemberhentian,

dan Pengangkatan Walikota Tangerang Provinsi Banten dan Kepmendagri No.

132, 36-590 Tahun 2003 tanggal 14 November 2003 tentang Pengesahan,

Pemberhentian, dan Pengangkatan Wakil Walikota Tangerang Provinsi Banten.

20
21

DPRD Kota Tangerang merupakan hasil pemilihan tahun 2004 untuk

periode 2004–2009. DPRD Kota Tangerang terdiri dari 45 orang yang dipimpin

oleh satu orang ketua dengan dua orang wakil ketua. Dalam mendukung tugas

pokok dan fungsi (tupoksi) DPRD, DPRD Kota Tangerang terbagi dalam empat

komisi, dan lima Panitia Musyawarah.

Dalam pengelolaan keuangan Kota Tangerang Tahun Anggaran (TA) 2007,

Pemerintah Kota Tangerang telah menyusun Peraturan Daerah Kota Tangerang

No. 01 Tahun 2003 tanggal 17 April 2003 tentang Pokok-pokok Pengelolaan

Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota

Tangerang No. 9 Tahun 2007 tanggal 14 Mei 2007. Untuk melaksanakan

peraturan daerah tersebut, Walikota Tangerang telah menetapkan Surat Keputusan

Walikota Tangerang No. 12 Tahun 2004 tanggal 25 November 2004 tentang

Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah

dengan Keputusan Walikota No. 10A Tahun 2007 tanggal 26 September 2007.

Dengan terbitnya tiga paket undang-undang di bidang Keuangan Negara,

yaitu Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-

undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-undang

No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab

Keuangan Negara, yang harus diimplementasikan dalam pengelolaan dan

pertanggungjawaban keuangan daerah paling lambat untuk pelaksanaan APBD

TA 2006, maka pada TA 2007 Pemerintah Kota Tangerang

mengimplementasikan tiga paket undang-undang di bidang Keuangan Negara


22

sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah dan Keputusan

Walikota, sejalan dengan perubahan Peraturan Pemerintah (PP) yang mengatur

mengenai pengelolaan keuangan daerah dhi. PP No. 105 Tahun 2000

sebagaimana telah diubah dengan PP No. 58 Tahun 2005.

2. Struktur Organisasi

Pemerintah Kota Tangerang dibagi dalam tiga bidang kewenangan, yaitu

tata praja, ekonomi dan pembangunan, serta administrasi yang dilaksanakan oleh

satu Sekretariat Daerah, satu Sekretariat DPRD, 13 (tiga belas) Dinas, 10

(sepuluh) Lembaga Teknis, dua BUMD, 13 (tiga belas) Kecamatan, dan 104

(seratus empat) Kelurahan dengan didukung 9.656 pegawai negeri sipil di daerah

dan 742 tenaga kontrak kerja dengan perincian sebagai berikut:

a. Lembaga Teknis terdiri dari:

1) Badan Perencanaan Daerah

2) Badan Keuangan dan Kekayaan Daerah

3) Badan Kepegawaian dan Diklat

4) Badan Pengawasan Daerah

5) Kantor Arsip Daerah

6) Kantor Perpustakaan Umum

7) Kantor Pemadam Kebakaran

8) Kantor Penanaman Modal dan Perijinan


23

9) Kantor Pemberdayaan Masyarakat

10) Kantor Pengolahan Data Elektronik

b. Dinas Daerah terdiri dari:

1) Dinas Kesehatan

2) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

3) Dinas Pertanian

4) Dinas Tata Kota

5) Dinas Pekerjaan Umum

6) Dinas Perumahan dan Permukiman

7) Dinas Perhubungan

8) Dinas Ketenagakerjaan

9) Dinas Lingkungan Hidup

10) Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Pariwisata

11) Dinas Ketentraman dan Ketertiban

12) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

13) Dinas Pertanahan

c. BUMD terdiri atas:

1) PDAM Tirta Benteng Kota Tangerang

2) PD Pasar
24

d. Kecamatan terdiri atas:

1) Kecamatan Tangerang

2) Kecamatan Cipondoh

3) Kecamatan Ciledug

4) Kecamatan Jatiuwung

5) Kecamatan Batuceper

6) Kecamatan Benda

7) Kecamatan Karawaci

8) Kecamatan Cibodas

9) Kecamatan Pinang

10) Kecamatan Larangan

11) Kecamatan Karang Tengah

12) Kecamatan Priuk

13) Kecamatan Neglasari

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini, adalah

dengan menggunakan Metode Penelitian Deskriptif, yaitu penelitian yang

bertujuan untuk membuat deskripsi penjelasan yang menggambarkan keadaan

secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat dari

fenomena (obyek) penelitian.


25

Deskriptif dalam hal ini berarti menggambarkan dan menjelaskan perlakuan

akuntansi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Tangerang atas transaksi-

transaksi yang terkait dengan akun-akun Aset Tetap,

C. Definisi Operasional Variabel

1. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP) No. 07 adalah prinsip-

prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan informasi

tentang aset tetap dalam laporan keuangan pemerintah.

2. Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12

(dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau

dimanfaatkan oleh masyarakat umum.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu :

1. Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu dengan mengumpulkan dan

meneliti data-data primer yang diperoleh langsung dari lapangan untuk

menunjang data sekunder melalui :

a. Observasi atas objek dan peristiwa yang terjadi.

b. Wawancara, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan jalan tanya-

jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan

kepada tujuan penelitian.


26

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan

dengan mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah

yang sedang diteliti untuk mendapatkan data-data sekunder yang dapat

digunakan sebagai landasan teori dalam menunjang proses penelitian dan

pembahasan terhadap data aktual.

Sedangkan dalam mengumpulkan data, cara-cara yang digunakan adalah

sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data Primer

Data primer diperoleh dan dikumpulkan dengan cara melakukan penelitian

langsung pada Pemerintah Kota Tangerang, sedangkan teknik untuk

mengumpulkan data primer dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Melakukan wawancara dengan para pejabat yang berwenang dengan

pembuatan laporan keuangan, guna mendapatkan keterangan dan data

yang diperlukan yang berkaitan dengan masalah penelitian.

b. Mendapatkan, mempelajari dan menganalisis dokumen-dokumen dan

catatan-catatan yang berhubungan dengan penelitian.

2. Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dan dikumpulkan melalui studi literatur atau studi

kepustakaan, sedangkan teknik pengumpulan data sekunder ini adalah dengan

mendapatkan berbagai literatur dan referensi serta data hasil olahan yang
27

berhubungan dengan akuntansi, akuntansi pemerintahan, maupun literatur

lainnya. Data yang telah diperoleh ini lalu diteliti serta dikaji guna

memperoleh dasar-dasar teori yang dapat digunakan untuk mendukung dan

menunjang penelitian yang dilakukan penulis.

E. Metode Analisa Data

Teknik yang digunakan pada skripsi ini merupakan metode analisis deskriptif

kualitatif, yaitu suatu analisa data yang bukan berbentuk angka dan biasanya sulit

diukur. Metode kualitatif ini mencoba menjelaskan secara verbal penerapan

Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP) No. 7 pada Laporan Keuangan

Sektor Publik di Pemerintah Kota Tangerang.


BAB IV

ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengelolaan keuangan Kota Tangerang pada Tahun Anggaran (TA) 2007

dilaksanakan dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13

Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang dijabarkan lebih

lanjut dengan Peraturan Daerah Kota Tangerang No. 01 Tahun 2003 tanggal 17 April

2003 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Daerah Kota Tangerang No. 9 Tahun 2007 tanggal 14 Mei 2007.

Untuk melaksanakan peraturan daerah tersebut, Walikota Tangerang telah

menetapkan Surat Keputusan Walikota No. 10A Tahun 2007 tanggal 26 September

2007 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan

Walikota No. 15 Tahun 2007 tanggal 28 Desember 2007 tentang Kebijakan

Akuntansi yang baru akan diimplementasikan pada penyusunan laporan keuangan TA

2008.

Pembukuan dan penyusunan Laporan Keuangan Kota Tangerang TA 2007

dilakukan oleh Badan Keuangan dan Kekayaan Daerah (BKKD) sebagai entitas

pelaporan Pemerintah Kota Tangerang. Pembukuan dan Penyusunan Laporan

Keuangan Kota Tangerang TA 2007 diselenggarakan dengan menggunakan

pembukuan ganda dengan dasar kas (cash basis) untuk Laporan Realisasi Anggaran

(LRA) dan Laporan Arus Kas (LAK) serta dasar akrual (accrual basis) untuk Neraca.

28
29

Mengingat penyusunan dan penyajian APBD Kota Tangerang TA 2007 dan

pelaksanaan penatausahaan keuangan daerah mengacu kepada Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, maka untuk memenuhi amanat Undang-

undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang

Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintahan Daerah, serta Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 58 Tahun 2005

tentang Pengelolaan Keuangan Daerah bahwa Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

(LKPD) sebagai laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD disusun dan

disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), maka penyusunan

dan penyajian LKPD Kota Tangerang TA 2007 dilakukan dengan melakukan

konversi kepada SAP berdasarkan PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan.

Konversi yang dilakukan mencakup jenis laporan, basis akuntansi,

pengungkapan pos-pos laporan keuangan, struktur APBD, klasifikasi anggaran, aset,

kewajiban, ekuitas, arus kas, serta catatan atas laporan keuangan. Konversi dalam

penyusunan dan penyajian laporan keuangan dilakukan dengan cara mentrasir

kembali (trace back) pos-pos laporan keuangan menurut Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 13 Tahun 2006 dengan pos-pos laporan keuangan menurut Standar

Akuntansi Pemerintahan. Pelaksanaan konversi pos-pos laporan keuangan didasarkan

pada Buletin Teknis Nomor 3 Tahun 2006 tentang Penyajian Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan dengan Konversi

dan khusus untuk penyajian belanja daerah didasarkan pada Buletin Teknis Nomor 4
30

Tahun 2006 tentang Penyajian dan Pengungkapan Belanja Pemerintah, di mana

dilakukan reclass untuk belanja pegawai, barang dan jasa, dan belanja modal.

Prosedur penyusunan Neraca Kota Tangerang per 31 Desember 2007 adalah

sebagai berikut:

a. Pada akhir tahun anggaran, Sub Bidang Pembukuan dan Pelaporan pada BKKD

Kota Tangerang melakukan pemisahan atas saldo awal neraca, untuk

dikelompokkan berdasarkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

b. Hasil pengelompokan tersebut diklarifikasi kepada SKPD untuk sekaligus

dilakukan penambahan atau mutasi selama tahun 2007 dalam rangka penyusunan

Neraca SKPD per 31 Desember 2007.

c. Hasil klarifikasi tersebut dikompilasi oleh Sub Bidang Pembukuan dan Pelaporan

untuk dilakukan pencocokan data yang telah dimiliki oleh Sub Bidang

Pembukuan dan Pelaporan serta Laporan Inventaris Barang Sub Bidang

Administrasi Kekayaan pada BKKD.

d. Untuk mutasi tambah maupun mutasi kurang aset tetap yang tidak berasal dari

belanja TA 2007, dasar hukum pencatatan berdasarkan keputusan-keputusan yang

didokumentasikan di Sub Bidang Administrasi Kekayaan BKKD.

e. Data tersebut direklasifikasi menurut akun-akun neraca yang ada di Peraturan

Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006.

f. Akun-akun neraca tersebut kemudian dilakukan konversi ke SAP.


31

Proses tersebut di atas dapat digambarkan dalam flowchart berikut:

Neraca Awal SKPD Neraca Awal SKPD


Neraca Awal
Kota Tangerang

Klarifikasi

Bukti transaksi
Bukti transaksi

Penyusunan L/K

Neraca Menurut
Permendagri 13/2006

Konversi

Neraca
Sesuai PSAP

A. Perlakuan Akuntansi atas Transaksi-transaksi yang Terkait dengan Akun-

akun Aset Tetap oleh Pemerintah Kota Tangerang

Pemerintah Kota Tangerang mendefinisikan aset tetap sebagai aset berwujud

yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan

dalam kegiatan Pemerintah Daerah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.

Pemerintah Kota Tangerang mengelompokkan aset tetap dalam Neraca Pemerintah

Kota Tangerang (Audited) yang penulis lampirkan pada Lampiran 1, sebagai berikut:

a. Tanah

Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap meliputi antara lain: tanah kantor,

tanah sarana kesehatan, tanah sarana pendidikan, tanah sarana sosial, tanah sarana

umum, tanah lahan sarana olahraga, tanah perumahan, tanah pertanian, tanah
32

perkebunan, tanah perikanan, tanah peternakan, dan tanah perkampungan.

b. Peralatan dan Mesin

Akun Peralatan dan Mesin meliputi aset tetap berupa: alat berat, alat angkutan,

alat bengkel, alat pertanian dan peternakan, alat-alat kantor dan rumah tangga,

alat-alat studio dan komunikasi, alat ukur, alat kedokteran, alat laboratorium, dan

alat keamanan yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 12 (dua

belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai.

c. Gedung dan Bangunan

Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh

dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional dan dalam kondisi siap

dipakai. Gedung dan Bangunan ini meliputi aset tetap berupa bangunan gedung

dan bangunan monumen.

d. Jalan, Irigasi, dan Jaringan

Akun Jalan, Irigasi, dan Jaringan meliputi: jalan dan jembatan, bangunan air,

instalasi, dan jaringan yang dibangun, dimiliki dan/atau dikuasai oleh Pemerintah

Kota Tangerang dan dalam kondisi siap dipakai.

e. Aset Tetap Lainnya

Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam

kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan

operasional dan dalam kondisi siap dipakai. Aset yang termasuk dalam aset tetap

lainnya terdiri dari: buku dan perpustakaan, barang bercorak

kesenian/kebudayaan, serta hewan/ternak dan tanaman.


33

f. Konstruksi dalam Pengerjaan

Konstruksi dalam Pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses

pembangunan namun pada tanggal laporan keuangan belum selesai seluruhnya.

Konstruksi dalam Pengerjaan (KDP) meliputi: KDP Peralatan dan Mesin, KDP

Gedung dan Bangunan, serta KDP Jalan, Irigasi, dan Jaringan.

Pemerintah Kota Tangerang menetapkan bahwa untuk diakui sebagai aset

tetap, suatu aset harus berwujud dan memenuhi kriteria:

1. mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;

2. biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;

3. tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas;

4. diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan; dan

5. memenuhi nilai satuan minimum kapitalisasi.

Dalam menentukan apakah suatu aset memiliki masa manfaat lebih dari 12 (dua

belas) bulan atau tidak, sebelum mencatat aset tersebut dalam neraca, Pemerintah

Kota Tangerang telah terlebih dahulu melakukan estimasi terhadap umur ekonomis

atau masa manfaat aset tersebut. Estimasi terhadap umur ekonomis ini dilakukan

berdasar karakteristik aset dan pengalaman masa lalu. Manfaat suatu aset dapat

berupa aliran pendapatan atau penghematan belanja bagi Pemerintah Kota Tangerang

dalam waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan. Manfaat ekonomi masa yang akan

datang akan mengalir dapat dipastikan bila Pemerintah Kota Tangerang akan

menerima manfaat dan menerima risiko terkait. Kepastian ini biasanya hanya tersedia
34

jika manfaat dan risiko telah diterima. Sebelum hal ini terjadi, Pemerintah Kota

Tangerang belum mengakui perolehan aset tetap.

Aset tetap dapat diperoleh dengan pembelian, pembangunan sendiri/swakelola,

pertukaran, atau donasi. Aset tetap yang diperoleh oleh Pemerintah Kota Tangerang

dengan pembelian telah didukung dengan bukti pembelian seperti faktur pembelian

dan kuitansi pembelian. Proses pengadaan aset tetap yang diperoleh melalui

pembangunan sendiri/swakelola dilaksanakan oleh masing-masing SKPD yang telah

memiliki program pembangunan dengan didahului oleh proses pelelangan umum.

Setelah pemenang lelang diputuskan, dimulailah proses pembangunan dan setelah

pembangunan selesai, Pemerintah Kota Tangerang memiliki kewajiban untuk

membayar kepada pihak pelaksana pekerjaan sebesar nilai kontrak pembayaran.

Pembayaran oleh Pemerintah Kota Tangerang dilakukan dengan dikeluarkannya uang

dari Kas Daerah berdasar Surat Perintah Pencairan Dana (SPPD) yang dikeluarkan

oleh Bendahara Umum Daerah Kota Tangerang. Pembayaran tersebut sesuai dengan

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 dilaporkan sebagai Belanja

Modal dalam Laporan Realisasi Anggaran dan kemudian akan dilaporkan sebagai

nilai aset tetap dalam neraca. Pembayaran harus dilakukan setelah aset hasil

pembangunan tersebut diserahkan kepada SKPD sebagai pihak pemberi kerja oleh

pihak pelaksana pekerjaan. Penyerahan aset hasil pembangunan dituangkan dalam

sebuah Berita Acara Serah Terima (BAST). Sedangkan aset tetap yang diperoleh dari

pihak lain dalam bentuk pertukaran maupun hibah/donasi juga dituangkan dalam

BAST pertukaran aset maupun BAST hibah/donasi. Berdasarkan proses perolehan


35

aset tetap di atas, Pemerintah Kota Tangerang telah memiliki bukti-bukti perpindahan

hak kepemilikan atau penguasaan secara hukum.

Aset yang digolongkan sebagai aset tetap oleh Pemerintah Kota Tangerang

merupakan aset yang digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh

masyarakat umum. Dengan demikian, aset tersebut diperoleh atau dibangun dengan

maksud untuk digunakan dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal

Pemerintah Kota Tangerang.

Pemerintah Kota Tangerang telah menetapkan batas minimum kapitalisasi

(capitalization thresholds), yaitu:

1. Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin yang nilainya sama dengan

atau lebih dari Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), dan

2. Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya sama dengan atau lebih

dari Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

Dengan belum terintegrasinya sistem akuntansi antar SKPD, dan belum

berjalannya akuntansi dan pelaporan akuntansi di SKPD, maka Pemerintah Kota

Tangerang belum dapat menyusun neraca sewaktu-waktu. Seperti yang telah

dijelaskan di awal bab ini, untuk penyusunan neraca harus terlebih dahulu dilakukan

konfirmasi atas aset-aset yang telah diperoleh pada tahun yang bersangkutan untuk

selanjutnya dilakukan pencocokan dengan Laporan Inventaris Barang yang dimiliki

Sub Bidang Administrasi Kekayaan BKKD. Dengan demikian, aset tetap yang

diperoleh di setiap SKPD baru dapat diakui oleh Pemerintah Kota Tangerang pada
36

akhir tahun anggaran, yaitu pada saat penyusunan Neraca SKPD dan Neraca

Pemerintah Kota Tangerang.

Pemerintah Kota Tangerang pada setiap tahun anggaran menganggarkan

pembelian barang-barang modal yang akan dicatat sebagai aset tetap dalam neraca.

Pembelian sebuah aset tetap oleh Kota Tangerang hanya dapat dilakukan jika terdapat

di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Tangerang yang

selanjutnya akan dijabarkan dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja

Perangkat Daerah (DPA-SKPD). Di dalam APBD, perolehan suatu aset tetap dapat

terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja Barang, dan Belanja Modal. Berdasarkan

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006, aset tetap hanya terbentuk dari

nilai realisasi Belanja Modal. Jadi, nilai Belanja Modal selanjutnya akan menjadi nilai

mutasi tambah aset tetap.

Namun dalam pelaksanaannya, Pemerintah Kota Tangerang telah melakukan

konversi terhadap realisasi Belanja Modal. Konversi dilakukan terhadap Belanja

Pegawai dan Belanja Barang yang terkait dengan pengadaan aset. Pemerintah Kota

Tangerang meneliti terlebih dahulu apakah Belanja Pegawai dan Belanja Barang

dapat diatribusikan secara langsung dengan aset yang diperoleh. Jika kedua jenis

belanja tersebut dapat diatribusikan secara langsung terhadap aset yang diperoleh,

Pemerintah Kota Tangerang akan mengkonversinya menjadi Belanja Modal, sehingga

nilai realisasi Belanja Modal di Laporan Realisasi Anggaran telah merupakan hasil

konversi. Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung oleh Pemerintah

Kota Tangerang adalah:


37

1. biaya persiapan tempat;

2. biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya simpan dan bongkar muat

(handling cost);

3. biaya pemasangan (instalation cost);

4. biaya profesional seperti arsitek dan insinyur; dan

5. biaya konstruksi.

Setelah suatu pengeluaran untuk memperoleh suatu aset tetap dikeluarkan,

Pemerintah Kota Tangerang akan mengakui pengeluaran tersebut sebagai Belanja

Modal sebesar nilai kontrak atau nilai pelelangan pada saat pengeluaran terjadi

dengan melakukan penjurnalan sebagai berikut:

Belanja Modal xxx

Kas Daerah xxx

Dalam rangka penyusunan laporan keuangan, BKKD Kota Tangerang (dhi. Bagian

Akuntansi) akan melakukan penelusuran ulang (trace back) atas transaksi-transaksi

perolehan aset tetap. Proses penelusuran ulang ini untuk mengidentifikasi apakah

dalam transaksi perolehan aset tetap terdapat pengeluaran yang termasuk dalam jenis

Belanja Pegawai dan Belanja Barang yang dapat diatribusikan secara langsung

terhadap aset tetap yang diperoleh. Jika dalam perolehan tersebut terdapat Belanja

Pegawai dan Belanja Barang yang dapat diatribusikan secara langsung ke aset tetap

yang diperoleh, Pemerintah Kota Tangerang akan melakukan konversi atas Belanja

Pegawai dan Belanja Barang tersebut menjadi Belanja Modal dengan melakukan

jurnal:
38

Belanja Modal xxx

Belanja Pegawai xxx

Belanja Barang xxx

Nilai Belanja Modal yang telah dikonversi ini selanjutnya akan menjadi nilai

penambah saldo aset tetap dengan melakukan jurnal:

Aset Tetap xxx

Ekuitas Dana Investasi-Diinvestasikan xxx

dalam Aset Tetap

Berikut adalah biaya perolehan dari masing-masing akun yang diterapkan oleh

Pemerintah Kota Tangerang:

1. Biaya perolehan atas tanah mencakup harga pembelian atau biaya pembebasan

tanah, biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh hak, biaya pematangan,

pengukuran, penimbunan, dan biaya lainnya yang dikeluarkan sampai tanah

tersebut siap pakai. Nilai tanah juga meliputi nilai bangunan tua yang terletak

pada tanah yang dibeli tersebut jika bangunan tua tersebut dimaksudkan untuk

dimusnahkan.

2. Biaya perolehan peralatan dan mesin menggambarkan jumlah pengeluaran yang

telah dilakukan untuk memperoleh peralatan dan mesin tersebut sampai siap

pakai. Biaya ini antara lain meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya

instalasi, serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan

sampai peralatan dan mesin tersebut siap digunakan.


39

3. Biaya perolehan gedung dan bangunan menggambarkan seluruh biaya yang

dikeluarkan untuk memperoleh gedung dan bangunan sampai siap pakai. Biaya

ini antara lain meliputi harga pembelian atau biaya konstruksi, termasuk biaya

pengurusan IMB, notaris, dan pajak.

4. Biaya perolehan jalan, irigasi, dan jaringan menggambarkan seluruh biaya yang

dikeluarkan untuk memperoleh jalan, irigasi, dan jaringan sampai siap pakai.

Biaya ini meliputi biaya perolehan atau biaya konstruksi dan biaya-biaya lain

yang dikeluarkan sampai jalan, irigasi dan jaringan tersebut siap pakai.

5. Biaya perolehan aset tetap lainnya menggambarkan seluruh biaya yang

dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut sampai siap pakai.

6. Biaya administrasi dan biaya umum lainnya bukan merupakan suatu komponen

biaya aset tetap sepanjang biaya tersebut tidak dapat diatribusikan secara

langsung pada biaya perolehan aset atau membawa aset ke kondisi kerjanya.

Demikian pula biaya permulaan (start-up cost) dan pra-produksi serupa tidak

merupakan bagian biaya suatu aset kecuali biaya tersebut perlu untuk membawa

aset ke kondisi kerjanya.

Biaya perolehan suatu aset yang dibangun dengan cara swakelola ditentukan

menggunakan prinsip yang sama seperti aset yang dibeli.

Pada kebijakan akuntansi Pemerintah Kota Tangerang, biaya perolehan aset

yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan

tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar masing masing aset yang


40

bersangkutan. Nilai perolehan gabungan akan diakui sebagai nilai Belanja Modal

pada saat kas dikeluarkan dari Kas Daerah dengan melakukan penjurnalan:

Belanja Modal xxx

Kas Daerah xxx

Pada akhir periode, Pemerintah Kota Tangerang akan mengalokasikan Belanja Modal

ini ke masing-masing aset tetap yang diperoleh berdasarkan nilai wajarnya dengan

melakukan penjurnalan:

Aset Tetap A xxx

Aset Tetap B xxx

Ekuitas Dana Investasi-Diinvestasikan xxx

dalam Aset Tetap

Namun, perolehan aset tetap secara gabungan sangat jarang terjadi di

Pemerintah Kota Tangerang.

Pemerintah Kota Tangerang dimungkinkan untuk memperoleh aset yang berasal

dari pihak ketiga berupa donasi, hibah, atau sumbangan. Sebagai contoh, tanah

mungkin dihadiahkan ke Pemerintah Kota Tangerang oleh pengembang (developer)

dengan tanpa nilai yang memungkinkan Pemerintah Kota Tangerang untuk

membangun tempat parkir, jalan, ataupun untuk tempat pejalan kaki. Suatu aset juga

mungkin diperoleh tanpa nilai melalui pengimplementasian wewenang yang dimiliki

Pemerintah Kota Tangerang. Sebagai contoh, dikarenakan wewenang dan peraturan

yang ada, Pemerintah Kota Tangerang melakukan penyitaan atas sebidang tanah dan

bangunan yang kemudian akan digunakan sebagai tempat operasi pemerintahan.


41

Untuk kedua hal di atas, aset tetap yang diperoleh harus dinilai berdasarkan nilai

wajar pada saat aset tetap tersebut diperoleh.

Tidak termasuk perolehan aset donasi, apabila penyerahan aset tetap tersebut

dihubungkan dengan kewajiban entitas lain kepada Pemerintah Kota Tangerang.

Sebagai contoh, satu perusahaan swasta membangun aset tetap untuk Pemerintah

Kota Tangerang dengan persyaratan kewajibannya kepada pemerintah telah dianggap

selesai. Perolehan aset tetap tersebut harus diperlakukan seperti perolehan aset tetap

dengan pertukaran.

Aset tetap yang diperoleh berupa sumbangan dari pihak ketiga dapat diterima

oleh SKPD maupun oleh BKKD, dhi. Sub Bagian Administrasi Kekayaan. Aset tetap

yang diterima tersebut akan digunakan oleh masing-masing SKPD yang

menerimanya. Aset tetap tersebut akan dicatat oleh masing-masing SKPD yang

menerima dan diukur berdasarkan nilai wajar dari harga pasar atau nilai pengganti.

Aset tetap yang diperoleh dari donasi tidak didahului dengan anggaran sehingga aset

tetap tersebut tidak masuk dalam Laporan Realisasi Anggaran. Dengan demikian, aset

tetap tersebut belum tercatat di Neraca Pemerintah Kota Tangerang, sebelum aset

tersebut dilaporkan oleh SKPD kepada Sub Bagian Administrasi Kekayaan BKKD.

Dengan demikian, pengendalian atas aset donasi yang diserahkan langsung kepada

SKPD sangat lemah. Sedangkan aset donasi yang diserahkan langsung kepada Sub

Bagian Administrasi Kekayaan langsung dapat diakui dan dicatat pada Neraca

Pemerintah Kota Tangerang. Dalam memperlakukan aset tetap yang diperoleh dari

donasi, Pemerintah Kota Tangerang, dalam hal ini masing-masing SKPD yang
42

menerima akan mengakui aset tetap tersebut pada periode berjalan, yaitu pada saat

aset tersebut diterima dengan melakukan jurnal:

Aset Tetap xxx

Ekuitas Dana Investasi-Diinvestasikan xxx

dalam Aset Tetap

Pada TA 2007 Pemerintah Kota Tangerang memperlakukan setiap pengeluaran

yang digunakan untuk pemeliharaan ataupun perbaikan aset tetap sebagai biaya

pemeliharaan. Pengeluaran tersebut tidak ditambahkan pada jumlah tercatat aset tetap

yang bersangkutan. Jadi, semua pengeluaran untuk pemeliharaan ataupun perbaikan

akan dicatat sebagai biaya. Biaya pemeliharaan tersebut pada akhir periode akan

dicatat sebagai Belanja Barang dalam Laporan Realisasi Anggaran. Belum

diterapkannya batas minimum kapitalisasi (capitalization thresholds) juga sebagai

sebab dari belum dikapitalisasinya pengeluaran-pengeluaran setelah perolehan

(subsequent expenditure) yang menambah umur ekonomis ataupun menambah

manfaat ekonomis di masa yang akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu produksi,

atau peningkatan standar kinerja. Dengan demikian, seluruh pengeluaran setelah

perolehan yang terjadi selama TA 2007 diakui sebagai Belanja Pemeliharaan (beban),

meskipun dengan jumlah yang cukup material.

Selama ini Pemerintah Kota Tangerang belum melaksanakan penyusutan atas

aset tetapnya karena belum adanya pedoman lebih lanjut dari Pemerintah Pusat

mengenai penerapan basis akuntansi akrual. Namun, nantinya Pemerintah Kota

Tangerang akan melaksanakan penyusutan atas aset tetap yang dimilikinya. Oleh
43

karena Pemerintah Kota Tangerang belum melakukan penyusutan atas aset tetapnya,

maka nilai yang dihapus adalah sebesar nilai perolehannya/nilai historis. Pemerintah

Kota Tangerang telah melakukan penghapusan nilai aset tetap dari neraca pada saat

transaksi karena seluruh penghapusan aset tetap dilakukan oleh BKKD, khususnya

Sub Bidang Administrasi Kekayaan yang langsung dilaporkan kepada Sub Bidang

Pembukuan dan Pelaporan sebagai pihak yang menyusun Neraca Pemerintah Kota

Tangerang. Sedangkan aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif Pemerintah

Daerah dikeluarkan dari akun aset tetap dan di-reclass ke akun aset lainnya sesuai

dengan nilai tercatatnya pada neraca.

Pengungkapan (disclosure) aset tetap oleh Pemerintah Kota Tangerang dapat

dilihat dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Pengungkapan aset tetap yang

dilakukan antara lain mengenai penilaian, penyusutan (depresiasi), pelepasan,

penghapusan, dan perubahan nilai aset tetap, termasuk belum dilakukannya

penyusutan atas aset tetap. Pengungkapan nilai aset tetap menjelaskan dasar harga

yang digunakan dalam penilaian aset tetap.

B. Penerapan PSAP No. 07 oleh Pemerintah Kota Tangerang

Berdasarkan perlakuan akuntansi terhadap transaksi-transaksi berkaitan dengan

aset tetap yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Tangerang, pada bagian ini penulis

akan menganalisis apakah Pemerintah Kota Tangerang telah menerapkan PSAP No.

07 tentang Aset Tetap dan apakah terdapat permasalahan yang dihadapi dalam
44

penerapan tersebut, serta bagaimana upaya Pemerintah Kota Tangerang dalam

mengatasi permasalahan tersebut.

Pemerintah Kota Tangerang telah mendefinisikan aset tetap sebagai aset

berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk

digunakan dalam kegiatan Pemerintah Daerah atau dimanfaatkan oleh masyarakat

umum. Berdasarkan definisi ini, penulis dapat memberikan batasan karakteristik aset

tetap dengan unsur-unsur sebagai berikut:

a. Aset tetap adalah aset yang berwujud, berarti bahwa aset yang bersangkutan

mempunyai wujud secara fisik yaitu dapat dilihat dan diraba.

b. Aset tetap mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan. Entitas yang

bersangkutan dapat melakukan estimasi terhadap masa manfaat dari aset yang

dimilikinya dengan didasarkan pada pengalaman masa lalu atas aset tetap yang

sejenis dan ditinjau secara periodik untuk menentukan apakah diperlukan

penyesuaian terhadap masa manfaat aset yang bersangkutan. Dalam menentukan

apakah suatu aset mempunyai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan, suatu

entitas harus menilai manfaat ekonomis di masa mendatang yang dapat diberikan

oleh aset tersebut bagi kegiatan operasional pemerintah baik langsung maupun

tidak langsung. Manfaat tersebut dapat berupa aliran pendapatan atau

penghematan belanja bagi pemerintah. Manfaat ekonomis masa yang akan datang

akan mengalir ke suatu entitas dapat dipastikan bila entitas tersebut akan

menerima manfaat dan menerima risiko terkait.


45

Batasan tentang masa manfaat ini membedakan antara pengeluaran yang

dilakukan oleh entitas sebagai beban atau sebagai pengeluaran modal untuk

mendapatkan aset tetap yang dimaksud. Suatu pengeluaran untuk memperoleh

suatu aset mungkin dapat diakui sebagai beban ataupun diakui sebagai

pengeluaran modal. Suatu aset yang memenuhi kriteria-kriteria di atas tetapi tidak

mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan maka pengeluarannya

harus diperlakukan sebagai beban pada periode yang bersangkutan. Dengan

demikian, pengeluaran untuk memperoleh aset tersebut tidak dapat dimasukkan

sebagai aset tetap. Pengeluaran untuk memperoleh aset yang manfaatnya hanya

dapat diterima untuk periode tersebut akan dibebankan pada saat terjadinya

pengeluaran tersebut. Dan sebaliknya, apabila pengeluaran tersebut digunakan

untuk memperoleh aset yang manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan maka

akan dimasukkan sebagai aset tetap. Ada beberapa pernyataan yang mengatakan

bahwa masa manfaat suatu aset tetap adalah satu periode akuntansi. Hal ini tidak

bertentangan dengan pengertian masa manfaat yang terdapat dalam PSAP No. 07

maupun pengertian yang ada di dalam kebijakan akuntansi Pemerintah Kota

Tangerang yang menyebutkan bahwa masa manfaat aset tetap adalah 12 (dua

belas) bulan karena periode akuntansi yang diterapkan oleh Pemerintah Kota

Tangerang adalah 12 (dua belas) bulan, yaitu tanggal 1 Januari sampai dengan 31

Desember.

c. Aset tetap digunakan untuk penyelenggaraan kegiatan pemerintah atau

dimanfaatkan oleh masyarakat.


46

Suatu aset dapat diakui sebagai aset tetap jika aset tersebut dimaksudkan

untuk digunakan dalam kegiatan operasional entitas yang bersangkutan dan tidak

dimaksudkan untuk dijual kembali dalam kegiatan normal entitas tersebut. Hal ini

mengandung pengertian bahwa aset tetap yang telah diperoleh baik melalui

pembelian, pertukaran dengan aset lainnya, donasi, atau dengan cara membangun

sendiri tersebut adalah sarana yang digunakan Pemerintah Kota Tangerang untuk

menunjang kegiatan pemerintahan. Dengan kata lain, keberadaan aset tetap yang

dimiliki Pemerintah Kota Tangerang tidak dimaksudkan untuk diperjualbelikan,

akan tetapi sebagai alat yang digunakan untuk kelancaran operasi yang

dijalankan.

Selain dari syarat bahwa aset tetap harus digunakan untuk penyelenggaraan

kegiatan pemerintah, suatu aset dikelompokkan ke dalam aset tetap apabila aset

tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum, yaitu apabila aset tersebut

digunakan untuk pelayanan publik.

Pemerintah Kota Tangerang mengelompokkan aset tetapnya menjadi 6 (enam)

kelompok aset tetap, yaitu: Tanah; Peralatan dan Mesin; Gedung dan Bangunan;

Jalan, Irigasi, dan Jaringan; Aset Tetap Lainnya; serta Konstruksi dalam Pengerjaan.

Dengan pengelompokkan aset tetap ini, perlakuan aset yang berhubungan dengan

masing-masing jenis aset tetap akan mudah dilakukan oleh Pemerintah Kota

Tangerang, khususnya yang berhubungan dengan pencatatan, penyusutan,

pengawasan, dan pelaporan dalam laporan keuangan. Penyusutan terhadap aset tetap

yang dikelompokkan dengan tepat akan dapat dilakukan dengan baik.


47

Pengelompokan yang tepat tersebut akan mempermudah dalam menentukan metode

penyusutan dan penghitungan biaya penyusutannya. Demikian pula dalam hal

pengawasan, baik secara fisik maupun administratif, akan dapat diterapkan sehingga

mempermudah dalam penyusunan laporan yang berhubungan dengan aset tetap

tersebut.

Pemerintah Kota Tangerang mengelompokkan aset tetap menurut jenisnya. Hal

ini mengindikasikan bahwa pengelompokan aset tetap tersebut relevan dengan

kebutuhan manajemen untuk memperoleh informasi akuntansi yang akurat.

Pengelompokan atas dasar jenis tersebut dapat mempengaruhi manajemen dalam

mengambil keputusan. Keputusan yang dimaksud di sini dapat berhubungan dengan

pemilihan metode penyusutan yang dianggap tepat dan estimasi masa manfaat dari

aset tetap yang bersangkutan.

Apabila dilihat dari pengelompokan aset tetapnya, Pemerintah Kota Tangerang

melakukan pengelompokan aset tetapnya cenderung berdasarkan atas jenis dan

fungsinya yang dibagi dalam 6 (enam) akun yang menggambarkan kelompok aset

tetap yang mempunyai jenis dan fungsi berbeda satu dengan yang lainnya. Walaupun

Pemerintah Kota Tangerang melakukan pengelompokan aset tetapnya berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan jenis dan fungsinya, kriteria yang lain juga sudah

tercakup di dalamnya.

Dalam klasifikasinya, Pemerintah Kota Tangerang tidak melakukan pemisahan

antara Konstruksi dalam Pengerjaan yang mungkin sudah dapat digunakan dalam

kegiatan operasional dan yang belum dapat digunakan. Dengan demikian, perkiraan
48

Konstruksi dalam Pengerjaan yang ditampilkan di neraca adalah semua Konstruksi

dalam Pengerjaan baik yang sudah dapat digunakan dalam kegiatan operasional

maupun yang belum dapat digunakan. Umumnya, Konstruksi dalam Pengerjaan

adalah semua aset yang belum dapat digunakan dalam kegiatan operasional. PSAP

No. 07 tidak membedakan antara Konstruksi dalam Pengerjaan yang sudah dapat

digunakan dalam kegiatan operasional dan yang belum dapat digunakan. Di dalam

PSAP No. 07 disebutkan bahwa suatu aset yang diperoleh atau dibangun dengan

maksud untuk digunakan akan dimasukkan ke dalam kelompok aset tetap. Jadi

meskipun Konstruksi dalam Pengerjaan masih belum dapat digunakan dalam

kegiatan operasional, aset tersebut tetap dimasukkan ke dalam kelompok aset tetap

apabila memenuhi kriteria lain sebagai aset tetap. Menurut kriteria yang disebutkan

oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan dalam PSAP No. 07, salah satu kriteria

bahwa suatu aset dimasukkan ke dalam aset tetap apabila aset tersebut diperoleh atau

dibangun dengan maksud untuk digunakan. Jadi meskipun Konstruksi dalam

Pengerjaan belum dapat digunakan, namun aset tersebut dibangun dengan maksud

untuk digunakan. Dengan demikian, berdasarkan definisi tersebut, Konstruksi dalam

Pengerjaan yang belum dapat digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan telah

memenuhi kriteria sebagai aset tetap sehingga harus dimasukkan ke dalam kelompok

aset tetap.

Pemerintah Kota Tangerang telah mengelompokkan aset tetap dengan

mempertimbangkan masa manfaatnya, jenis, dan fungsi dari setiap aset tetap tersebut.

Dengan demikian, pengelompokkan aset tetap yang dilakukan oleh Pemerintah Kota
49

Tangerang telah mempermudah para pemakai laporan keuangan dalam membaca dan

menginterpretasikan laporan keuangan terutama yang berkaitan dengan aset tetap.

Pengelompokkan aset tetap yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Tangerang telah

tepat sehingga informasi yang disajikan dapat diandalkan untuk pengambilan

keputusan yang dilakukan oleh manajemen (lembaga eksekutif).

Dalam menentukan apakah suatu pos memenuhi kriteria untuk diakui sebagai

aset tetap, Pemerintah Kota Tangerang telah menilai tingkat kepastian aliran manfaat

ekonomis di masa yang akan datang berdasarkan bukti yang tersedia pada saat

pengakuan awal. Dengan demikian, kriteria kepastian aliran manfaat ekonomis yang

akan diterima Pemerintah Kota Tangerang terpenuhi pada saat aset tetap diterima dan

siap digunakan karena entitas yang bersangkutan telah memegang kendali atas

manfaat aset tetap yang diharapkan. Akan tetapi, suatu aset juga diakui bila aset

tersebut telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan atau penguasaannya

berpindah.

Oleh karena itu, aset tetap yang telah dibeli tentu telah diterima oleh

Pemerintah Kota Tangerang dan hak kepemilikannya telah berpindah. Dengan

demikian, aset tersebut seharusnya sudah dapat diakui dan dicatat sebagai aset tetap

milik Pemerintah Kota Tangerang. Pengakuan waktu suatu aset diakui sebagai aset

tetap yang dilakukan Pemerintah Kota Tangerang tidak sesuai dengan PSAP yang

menyatakan bahwa aset tetap akan diakui dan dicatat apabila telah diterima atau

diserahkan hak kepemilikannya atau pada saat penguasaannya berpindah.


50

Pemerintah Kota Tangerang dalam proses pengakuan aset tetap selalu

memperhatikan keberadaan dokumen dan bukti-bukti formal lain yang timbul dari

transaksi yang berhubungan dengan perolehan aset tetap agar dapat diukur secara

andal. Hal ini dapat dilihat pada setiap penerimaan aset tetap baru, baik yang berasal

dari pembelian, pembangunan sendiri/swakelola, ataupun yang berasal dari hibah dan

donasi selalu didukung dengan bukti-bukti perolehan yang sah.

Pengakuan aset tetap dalam Laporan Keuangan Pemerintah Kota Tangerang

diawali dengan melakukan penjurnalan atas transaksi perolehan aset tetap.

Pengeluaran untuk memperoleh aset tetap dengan cara pembelian dan swakelola

dicatat dalam laporan keuangan dengan mengakui adanya Belanja Modal dan adanya

pengurangan Kas Daerah pada saat terjadinya pengeluaran tersebut. Hal ini

menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Tangerang menggunakan cash basis dalam

pengakuan Belanja. Untuk menyajikan nilai aset tetap yang wajar, Pemerintah Kota

Tangerang pada akhir periode telah melakukan konversi atas Belanja Pegawai dan

Belanja Barang yang dapat diatribusikan secara langsung kepada perolehan aset tetap.

Dengan adanya pembedaan perlakuan kapitalisasi antara jenis belanja selain Belanja

Modal, Pemerintah Kota Tangerang menunjukkan bahwa proses konversi yang

dilakukan telah memperhatikan nilai perolehan aset tetap yang wajar.

Setelah Pemerintah Kota Tangerang mengakui pengeluaran perolehan aset

tetap, seharusnya Pemerintah Kota Tangerang dapat segera mengakui adanya

penambahan nilai aset tetap. Namun, karena sistem akuntansi Pemerintah Kota
51

Tangerang belum terintegrasi antar SKPD, pengakuan penambahan aset tetap baru

dapat dilakukan pada akhir periode, yaitu pada saat penyusunan neraca.

Pengakuan perolehan aset tetap yang diterima dari donasi dilakukan hanya

dengan mengakui adanya penambahan nilai aset dalam neraca dan tidak mengakui

adanya belanja ataupun pendapatan atas perolehan tersebut. Hal ini sudah tepat

karena dalam proses perolehan aset tetap yang berasal dari donasi tidak terdapat

aliran kas yang masuk ataupun yang keluar.

Pemerintah Kota Tangerang telah menetapkan batas minimum kapitalisasi

(capitalization thresholds) yang baru diaplikasikan dalam penyusunan Laporan

Keuangan Pemerintah Kota Tangerang TA 2008, sedangkan pada TA 2007,

Pemerintah Kota Tangerang masih mengakui aset-aset yang bernilai rendah sebagai

aset tetap seperti yang banyak terjadi pada akun Peralatan dan Mesin. Dengan adanya

batas minimum kapitalisasi, permasalahan terkait dengan materialitas menjadi

semakin jelas bahwa tidak semua perolehan suatu aset yang memiliki karakteristik

sebagai aset tetap dapat diakui sebagai aset tetap dalam neraca.

Dengan telah ditetapkannya batas minimum kapitalisasi, Pemerintah Kota

Tangerang dapat mengantisipasi kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul akibat

masih terbatasnya kriteria-kriteria pengakuan aset tetap yang ditetapkan oleh Komite

Standar Akuntansi Pemerintahan. Kriteria-kriteria tersebut masih memungkinkan

setiap aset yang memenuhi kriteria untuk dapat diakui sebagai aset tetap dengan

jumlah yang banyak dan bernilai rendah. Dengan adanya batasan materialitas,

pengelompokan suatu aset ke dalam aset tetap menjadi lebih terukur dan
52

pengelolaannya lebih efisien. Dalam PSAP sendiri tidak disebutkan secara rinci

mengenai batasan materialitas untuk aset tetap.

Batasan materialitas ini sebenarnya diperlukan untuk menentukan apakah suatu

pengeluaran untuk memperoleh aset akan diakui sebagai beban pada saat terjadi

pengeluaran ataukah akan dimasukkan sebagai aset tetap dalam laporan keuangan

pemerintah. Apabila suatu pengeluaran untuk memperoleh aset yang memenuhi

kriteria sebagai aset tetap tetapi nilainya tidak memenuhi batasan materialitas yang

ditetapkan akan dimasukkan sebagai beban pada saat terjadi pengeluaran dan tidak

dimasukkan sebagai aset tetap dalam laporan keuangannya.

Apabila suatu pengeluaran tidak memenuhi batasan materialitas sebagai aset

tetap, pengeluaran tersebut akan diakui sebagai beban. Namun apabila di sisi lain

pengeluaran tersebut memberikan manfaat lebih dari satu tahun, laporan yang

dihasilkan akan disajikan tidak sebagaimana mestinya. Sebaliknya, apabila batasan

materialitas ini ditiadakan dalam kriteria untuk menentukan suatu aset tetap, maka

setiap aset yang nilainya rendah tetapi memenuhi kriteria untuk dapat dimasukkan

sebagai aset tetap menurut PSAP No. 07 ini, akan dikelompokkan sebagai aset tetap.

Hal ini akan menyebabkan banyaknya aset tetap yang mempunyai nilai relatif rendah

sehingga pengelolaannya menjadi tidak efisien. Meskipun dalam PSAP No. 07 tidak

dinyatakan secara tegas mengenai batas materialitas untuk menentukan suatu aset

tetap, akan tetapi berdasarkan pertimbangan mengenai adanya pengelolaan aset tetap

yang terukur dan efisien maka penerapan batasan materialitas dapat dibenarkan.
53

Namun, masih terdapat kelemahan dalam pengakuan aset tetap yang dilakukan

oleh Pemerintah Kota Tangerang yaitu pengakuan aset tetap yang baru dapat

dilakukan pada akhir periode akuntansi. Jadi, meskipun pada akhir periode

menunjukkan jumlah yang sama, akan tetapi hal ini bertentangan dengan PSAP No.

07 yang menyatakan bahwa aset diakui menjadi milik entitas apabila terdapat bukti

telah terjadi perpindahan hak kepemilikan dengan didukung bukti-bukti secara

hukum. Namun, hal ini telah diantisipasi oleh Sub Bagian Pembukuan dan Pelaporan

BKKD dengan menggunakan nilai realisasi Belanja Modal dari SPPD yang telah

diterbitkan oleh Sub Bagian perbendaharaan BKKD. Akan tetapi, nilai aset tetap yang

dapat disajikan dengan menggunakan nilai realisasi Belanja Modal ini tidak dapat

menggambarkan nilai aset tetap yang sewajarnya karena belum mempertimbangkan

nilai Belanja Pegawai dan Belanja Barang yang dapat diatribusikan secara langsung

ke nilai aset tetap yang diperoleh. Sehingga, Pemerintah Kota Tangerang akan selalu

melakukan konversi atas laporan keuangan.

Dalam akuntansi pemerintahan, atribut yang umumnya digunakan adalah at cost

(nilai historis), fair value (nilai yang wajar), dan estimated costs (nilai perkiraan).

Berhubungan dengan pengukuran aset tetap, atribut yang paling lazim digunakan

adalah historical cost, yaitu aset yang diperoleh diukur berdasarkan biaya historis.

Hal ini dikarenakan, biaya yang timbul pada harga pertukaran terjadi antara pihak-

pihak yang independen sehingga nilainya lebih objektif. Di samping itu, biaya

historis juga dianggap sebagai harga pertukaran barang dan jasa pada saat

perolehannya didasarkan atas transaksi pada pasar yang nyata. Jadi atribut
54

pengukuran menggunakan biaya historis lebih memberi informasi yang lebih tepat

dan dapat diandalkan dalam pengukuran.

Atribut pengukuran aset tetap berdasarkan biaya historis dipandang sebagai

harga aset tetap pada saat aset tersebut diperoleh. Pengukuran dengan biaya historis

sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan yang memberi penjelasan bahwa

suatu benda berwujud yang memenuhi kriteria sebagai suatu aset dan dikelompokkan

sebagai aset tetap pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan. Biaya

perolehan merupakan jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau sejumlah nilai

wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan

ataupun suatu konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi yang siap untuk

digunakan.

Dengan demikian, biaya perolehan aset tetap telah dinilai secara wajar yaitu

sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tetap

meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung

termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, dan semua biaya lainnya yang terjadi

berkenaan dengan pembangunan aset tersebut sampai aset tetap tersebut siap untuk

dipergunakan serta sekaligus memenuhi amanat Peraturan Menteri Dalam Negeri No.

13 Tahun 2006 bahwa nilai aset tetap yang dicatat dalam neraca adalah sebesar nilai

realisasi Belanja Modal.

Perolehan aset tetap dengan cara pembelian pada awalnya diukur oleh

Pemerintah Kota Tangerang berdasarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk

memperoleh aset tersebut sampai dengan aset tersebut siap untuk digunakan. Biaya
55

yang dimaksud di sini adalah meliputi harga pembelian dan biaya-biaya lain yang

dikeluarkan untuk aset tetap tersebut sampai dengan aset tersebut bisa digunakan.

Dengan demikian, suatu aset yang diperoleh dengan cara pembelian akan dicatat

sebesar kas yang dikeluarkan (biaya perolehan) untuk memperoleh aset tetap tersebut.

Seperti yang dinyatakan dalam PSAP No. 07 bahwa biaya perolehan suatu aset

tetap terdiri dari harga belinya atau konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap

biaya yang dapat diatribusikan langsung dalam membawa aset tersebut ke kondisi

yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan.

Dikatakan pula bahwa apabila ada potongan dagang dan rabat, maka potongan

tersebut akan dikurangkan dari harga pembelian. Sementara itu, Pemerintah Kota

Tangerang menyatakan bahwa aset tetap yang diperoleh diukur berdasarkan seluruh

biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut sampai dengan aset tersebut

siap untuk digunakan. Biaya ini meliputi harga pembelian dan biaya langsung lainnya

untuk memperoleh serta mempersiapkan aset tersebut sehingga dapat digunakan.

Pemerintah Kota Tangerang juga telah menegaskan mengenai perlakuan

terhadap potongan dagang dan rabat. Kebijakan Pemerintah Kota Tangerang ini telah

sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Komite Standar Akuntansi

Pemerintahan dalam PSAP. Akan tetapi, dalam hal waktu pengakuan, aset yang

diperoleh dengan cara pembelian akan diakui pada akhir periode. Menurut PSAP, aset

yang diperoleh harus diakui pada saat aset tersebut diterima dan siap untuk digunakan

sehingga terdapat kepastian akan adanya manfaat ekonomis yang akan diterima

Pemerintah Kota Tangerang di masa yang akan datang.


56

Untuk aset tetap yang diperoleh secara gabungan, Pemerintah Kota Tangerang

akan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar

masing masing aset yang bersangkutan.

Pemerintah Kota Tangerang dimungkinkan untuk memperoleh aset yang berasal

dari pihak ketiga berupa donasi, hibah, atau sumbangan. Hal yang perlu menjadi

perhatian di sini adalah bahwa aset donasi yang diserahkan kepada SKPD oleh pihak

ketiga tidak dapat langsung tercatat di Neraca Pemerintah Kota Tangerang namun

masih tercatat pada masing-masing SKPD yang menerima. Meskipun aset yang

berasal dari donasi tidak masuk dalam Laporan Realisasi Anggaran, namun secara

fisik aset tersebut telah dimiliki oleh Pemerintah Kota Tangerang sehingga perlu

dilaporkan dalam laporan keuangan. Dengan demikian, aset yang berasal dari donasi

juga harus dicatat dalam laporan keuangan Pemerintah Kota Tangerang.

Pemerintah Kota Tangerang telah membedakan antara pengeluaran modal yang

dapat dikapitalisasi ke aset tetap yang bersangkutan dan pengeluaran pendapatan

yang diakui sebagai beban pada periode yang bersangkutan. Selain itu, Pemerintah

Kota Tangerang juga telah menetapkan batasan materialitas untuk menentukan

apakah suatu pengeluaran akan dikapitalisasi atau tidak. Akan tetapi, pengeluaran

yang telah memenuhi batasan materialitas tersebut juga perlu diperhatikan apakah

pengeluaran tersebut dapat memberi manfaat ekonomis di masa mendatang. Apabila

pengeluaran tersebut telah memenuhi batasan materialitas yang ditetapkan dan dapat

memberikan manfaat ekonomis di masa mendatang maka akan diakui sebagai


57

pengeluaran modal dan dikapitalisasi ke aset tetap yang bersangakutan. Namun,

pelaksanaan kebijakan akuntansi tersebut baru mulai dilaksanakan pada TA 2008.

Pemerintah Kota Tangerang memang belum melakukan penyusutan atas aset

tetap, tetapi kebijakan akuntansi tentang penyusutan aset tetap telah disusun oleh

Pemerintah Kota Tangerang dan siap untuk dilaksanakan setelah adanya petunjuk

lebih lanjut dari Pemerintah Pusat terkait dengan penerapan basis akuntansi akrual.

Dalam kebijakan akuntansi tentang penyusutan aset tetap Pemerintah Kota Tangerang

terkandung pengertian bahwa penyusutan aset tetap didasari atas pertimbangan bahwa

manfaat yang diberikan oleh aset tetap tersebut dirasakan oleh entitas yang

bersangkutan dalam kegiatan operasional selama masa manfaatnya. Biaya penyusutan

dihitung untuk setiap periode dengan cara membagi nilai aset tetap yang diharapkan

dapat memberikan manfaat dengan estimasi masa manfaatnya. Nilai aset tetap yang

diharapkan dapat memberikan manfaatnya bagi kegiatan operasional ditentukan

berdasarkan harga perolehannya pada saat pengakuan awal dikurangi dengan nilai

sisa, yaitu nilai yang diperkirakan dapat direalisasi pada saat aset tersebut ditarik dari

pemakaiannya.

Penyusutan merupakan pengalokasian biaya secara sistematis sepanjang masa

manfaatnya. Metode penyusutan yang digunakan harus dapat menggambarkan

manfaat ekonomis atau kemungkinan jasa yang akan mengalir ke pemerintah.

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan, nilai aset tetap disajikan

berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi dengan akumulasi

penyusutan. Sebelumnya, dalam akuntansi pemerintahan tidak dilakukan penyusutan


58

atas aset tetap. Metode penyusutan yang digunakan harus dapat menggambarkan

manfaat ekonomis atau kemungkinan jasa (service potential) yang akan mengalir ke

pemerintah. Nilai penyusutan untuk masing-masing periode diakui sebagai pengurang

nilai tercatat aset tetap. Metode penyusutan yang digunakan oleh Pemerintah Kota

Tangerang antara lain metode garis lurus (straight line method), metode saldo

menurun ganda (double declining balance method), atau menggunakan metode unit

produksi (unit of production method).

Penghapusan nilai suatu aset tetap dari neraca Pemerintah Kota Tangerang

dapat dilakukan apabila diperkirakan tidak dapat lagi memberikan manfaat ekonomis

untuk kepentingan entitas di masa yang akan datang. Aset tetap yang dihapuskan dari

neraca dapat berupa pemberhentian atau pelepasan aset tetap yang biasanya

disebabkan rusak berat, tidak berfungsi lagi, hilang, atau masa manfaatnya telah habis

dan sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi dalam kegiatan operasional. Pelepasan aset

tetap dapat dilakukan melalui penjualan, pemberian hibah, atau pertukaran. Nilai aset

tetap yang dihapuskan dari neraca Pemerintah Kota Tangerang adalah sebesar nilai

buku.

Pengungkapan aset tetap dalam Catatan atas Laporan Keuangan Pemerintah

Kota Tangerang telah dianggap wajar dengan telah disajikannya pengungkapan

secara menyeluruh (full disclosures). Dengan demikian, informasi yang berhubungan

dengan aset tetap Pemerintah Kota Tangerang dapat digambarkan secara lengkap.

Pengungkapan informasi secara lengkap ini akan membantu pemakai Laporan


59

Keuangan Pemerintah Kota Tangerang dalam mengambil penafsiran atas informasi

yang disajikan yang akan berguna dalam pengambilan keputusan.

Daftar check list atas penerapan PSAP No. 07 tentang Aset Tetap pada

Pemerintah Kota Tangerang mulai dari pengertian sampai dengan pengungkapan

dapat dilihat pada Lampiran 2.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada Bab IV, penulis dapat

mengambil simpulan bahwa:

1. Pemerintah Kota Tangerang telah memiliki kebijakan akuntansi dengan telah

ditetapkannya Peraturan Walikota Tangerang No. 15 Tahun 2007 yang telah

menerapkan PSAP No. 07 tentang Aset Tetap. Namun, kebijakan akuntansi

tersebut baru akan diaplikasikan dalam penyusunan laporan keuangan TA 2008.

Sedangkan dalam penyusunan laporan keuangan TA 2007, Pemerintah Kota

Tangerang belum menerapkan PSAP No. 07 secara penuh.

2. Pemerintah Kota Tangerang telah dapat melakukan konversi atas laporan

keuangan, khususnya atas neraca dan Laporan Realisasi Anggaran (LRA).

Namun, konversi ini akan terus dilakukan selama Peraturan Menteri Dalam

Negeri No. 13 Tahun 2006 belum direvisi untuk disesuaikan dengan standar

akuntansi pemerintah.

3. Pemerintah Kota Tangerang belum memiliki sistem akuntansi yang terintegrasi

sehingga menimbulkan beberapa kelemahan sebagai berikut:

a. Pemerintah Kota Tangerang belum dapat menyajikan neraca sewaktu-waktu

karena harus dilakukan rekonsiliasi terlebih dahulu antara Sub Bagian

60
61

Pembukuan dan Pelaporan BKKD, Sub Bagian Administrasi Kekayaan

BKKD, serta setiap SKPD.

b. Pengendalian atas aset tetap yang diperoleh oleh SKPD, baik melalui

pembelian, pembangunan sendiri, ataupun aset tetap yang diperoleh dari

donasi, kurang memadai karena tidak dapat langsung tercatat pada daftar

inventaris aset. SKPD diwajibkan untuk melaporkan hasil pengadaan asetnya

ke Sub Bagian Administrasi Kekayaan BKKD untuk selanjutnya dicatat

dalam neraca. Kelemahan ini diantisipasi oleh Sub Bagian Pembukuan dan

Pelaporan dengan melakukan rekonsiliasi seperti tersebut di atas.

c. Pemerintah Kota Tangerang belum dapat melakukan pengakuan aset tetap

pada saat kepemilikan/penguasaan atas aset tetap tersebut diperoleh (pada saat

terjadinya transaksi).

4. SKPD yang ada dalam lingkungan Pemerintah Kota Tangerang belum dapat

menyusun laporan keuangan SKPD. Hal ini disebabkan masih terbatasnya

kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki oleh SKPD dalam

bidang akuntansi. Dengan demikian, Laporan Keuangan Pemerintah Kota

Tangerang tidak dihasilkan dari proses konsolidasi laporan keuangan setiap

SKPD.

5. Pemerintah Kota Tangerang belum melakukan penyusutan atas aset tetapnya

karena belum adanya petunjuk dari Pemerintah Pusat tentang akuntansi akrual.
62

B. Saran

Berdasarkan simpulan-simpulan tersebut di atas, penulis memberikan saran-

saran agar:

1. Pemerintah Kota Tangerang segera mensosialisasikan Peraturan Walikota

Tangerang No. 15 Tahun 2007 tentang Kebijakan Akuntansi kepada setiap SKPD.

2. Pemerintah Kota Tangerang segera menyusun sistem akuntansi yang terintegrasi

di antara setiap SKPD sehingga:

a. Neraca Pemerintah Kota Tangerang dapat disajikan sewaktu-waktu tanpa

harus dilakukan rekonsiliasi terlebih dahulu.

b. Pengendalian atas perolehan aset tetap di setiap SKPD cukup memadai dan

resiko atas tidak tercatat dan tidak diakuinya aset tetap dalam neraca menjadi

kecil.

c. Aset tetap dapat segera diakui pada saat aset tetap tersebut dikuasai/dimiliki

(pada saat transaksi) bukan pada akhir tahun.

3. Pemerintah Kota Tangerang meningkatkan kompetensi SDM yang dimiliki di

setiap SKPD dalam bidang akuntansi, baik dengan pengembangan internal

maupun dengan penggunaan tenaga ahli dari luar (out sourcing).

4. Pemerintah Kota Tangerang mendorong Pemerintah Pusat untuk segera

menetapkan petunjuk tentang akuntansi akrual sehingga penyusutan aset tetap

dapat segera diaplikasikan.


DAFTAR PUSTAKA

Arif, Bachtiar, Muchlis, dan Iskandar. Akuntansi Pemerintahan. Jakarta: Penerbit


Salemba Empat, 2002.

Bastian, Indra dan Gatot Soepriyanto. Sistem Akuntansi Sektor Publik: Konsep untuk
Pemerintah Daerah. Buku 1. Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2002.

Bastian, Indra. Sistem Akuntansi Sektor Publik, Modul untuk Pelatihan Laporan
Keuangan. Buku 2. Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2002.

Freeman, Robert J. dan Craig D. Shoulders. Governmental and Nonprofit


Accounting: Theory and Practice. Edisi ke-7. New Jersey: Pearson Education,
Inc., 2003.

Frost, Geoff, Bryan Howilson, dan Ann Tarca. Accounting Theory. New York: John
Wiley & Sons, Inc., 2000.

Hermanson, Roger H., James D. Edwards, and R. F. Salmonson. Accounting


Principle. Edisi ke-4. Boston: Richard D. Irwin, 1989.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 16,
“Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain.” Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2002.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah


No. 07, “Akuntansi Aset Tetap.” Jakarta: Komite Standar Akuntansi
Pemerintahan, 2005.

Kusnadi, H., Siti Maria, dan Ririn Irmadariyani. Akuntansi Keuangan Menengah
(Intermediate): Prinsip, Prosedur, dan Metode. Malang: Universitas Brawijaya,
2000.

Siegel, Joel G. dan Jae K. Shim. Kamus Istilah Akuntansi. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 1999.

Skousen, K. Fred., Earl K. Stice, dan James D. Stice. Intermediate Accounting. Ohio:
South-Western College Publishing, 2000.

Wilson, Earl R. dan Susan C. Kattelus. Accounting for Governmental and Non Profit
Entities. Edisi ke-13. New York: Mc Graw Hill Book Co., 2004.

63
Lampiran I

PEMERINTAH KOTA TANGERANG


NERACA
PER 31 DESEMBER 2007 DAN 2006
(dalam Rupiah)
URAIAN 2007 (Audited) 2006 (Audited)

ASET
ASET LANCAR
Kas di Kas Daerah 140.971.891.787,00 45.007.108.566,00
Kas di Bendahara Penerimaan - -
Kas di Bendahara Pengeluaran 2.669.033.351,39 1.319.749.052,98
Investasi Jangka Pendek - -
Piutang Pajak 6.671.742.118,00 9.217.350.910,00
Piutang Retribusi 16.990.300,00 -
Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan 148.742.669,00 -
Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi 71.000.020,00 415.564.275,00
Piutang Lainnya 13.682.939.306,00 17.849.290.168,20
Persediaan 7.662.935.651,97 5.441.617.985,82
Jumlah Aset Lancar 171.895.275.203,36 79.250.680.958,00

INVESTASI JANGKA PANJANG


Investasi Permanen
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 54.644.952.352,00 59.207.176.391,00
Jumlah Investasi Permanen 54.644.952.352,00 59.207.176.391,00
Jumlah Investasi Jangka Panjang 54.644.952.352,00 59.207.176.391,00

ASET TETAP
Tanah 920.485.785.628,25 889.042.269.555,20
Peralatan dan Mesin 241.452.744.949,18 221.858.132.580,37
Gedung dan Bangunan 692.479.326.100,32 640.751.374.108,49
Jalan, Irigasi, dan Jaringan 1.232.620.548.432,22 1.096.202.379.176,66
Aset Tetap Lainnya 11.959.174.608,55 7.695.973.488,09
Konstruksi dalam Pengerjaan 2.451.971.103,86 6.579.111.357,52
Akumulasi Penyusutan - -
Jumlah Aset Tetap 3.101.449.550.822,38 2.862.129.240.266,33

DANA CADANGAN
Dana Cadangan 50.230.892.884,00 39.924.511.622,00
Jumlah Dana Cadangan 50.230.892.884,00 39.924.511.622,00

ASET LAINNYA
Tagihan Penjualan Angsuran - -
Tuntutan Perbendaharaan 11.600.000,00 -
Tuntutan Ganti Rugi 60.264.988,00 92.252.000,00
Kemitraan dengan Pihak Ketiga 15.470.320.224,00 15.470.320.224,00
Aset Tak Berwujud 3.365.583.924,15 977.290.477,83
Aset Lain-lain 345.353.661,00 510.385.763,00
Jumlah Aset Lainnya 19.253.122.797,15 17.050.248.464,83
JUMLAH ASET 3.397.473.794.058,89 3.057.561.857.702,16

64
65

PEMERINTAH KOTA TANGERANG


NERACA
PER 31 DESEMBER 2007 DAN 2006
(dalam Rupiah)
URAIAN 2007 (Audited) 2006 (Audited)
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Pihak Ketiga 170.082.486,00 472.008,00
Utang Bunga 705.686.215,84 773.183.908,80
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang 1.255.576.335,00 1.255.577.490,62
Utang Jangka Pendek Lainnya 350.814.000,00 611.079.019,00
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 2.482.159.036,84 2.640.312.426,42

KEWAJIBAN JANGKA PANJANG


Utang Jangka Panjang Lainnya 11.927.975.180,50 13.183.551.515,50
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang 11.927.975.180,50 13.183.551.515,50
JUMLAH KEWAJIBAN 14.410.134.217,34 15.823.863.941,92

EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) 143.470.842.652,39 46.326.857.618,98
Pendapatan yang Ditangguhkan - -
Cadangan Piutang 20.591.414.413,00 27.482.205.353,20
Cadangan Persediaan 7.662.935.651,97 5.441.617.985,82
Dana yang Harus Disediakan untuk (2.312.076.550,84) (2.640.312.426,42)
Pembayaran Utang Jangka Pendek
Jumlah Ekuitas Dana Lancar 169.413.116.166,51 76.610.368.531,58

EKUITAS DANA INVESTASI


Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang 54.644.952.352,00 59.207.176.391,00
Diinvestasikan dalam Aset Tetap 3.101.449.550.822,38 2.862.129.240.266,33
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 19.253.122.797,15 17.050.248.464,83
Dana yang Harus Disediakan untuk (11.927.975.180,50) (13.183.551.515,50)
Pembayaran Utang Jangka Panjang
Jumlah Ekuitas Dana Investasi 3.163.419.650.791,03 2.925.203.113.606,66

EKUITAS DANA CADANGAN


Diinvestasikan dalam Dana Cadangan 50.230.892.884,00 39.924.511.622,00
Jumlah Ekuitas Dana Cadangan 50.230.892.884,00 39.924.511.622,00
JUMLAH EKUITAS DANA 3.383.063.659.841,54 3.041.737.993.760,24
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 3.397.473.794.058,89 3.057.561.857.702,16
Lampiran 2
Matriks Penerapan PSAP No. 07 pada Pemerintah Kota Tangerang

Aspek Kondisi PSAP No. 07 Keterangan


1. Pengertian Aset tetap adalah aset berwujud yang Aset tetap adalah aset berwujud (Telah sesuai dengan
mempunyai masa manfaat lebih dari yang mempunyai masa manfaat PSAP No. 07)
12 (dua belas) bulan untuk digunakan lebih dari 12 (dua belas) bulan
dalam kegiatan Pemerintah Daerah untuk digunakan dalam kegiatan
atau dimanfaatkan oleh masyarakat pemerintah atau dimanfaatkan
umum. oleh masyarakat umum.

2. Pengelompokan Pengelompokan aset tetap yang Aset tetap diklasifikasikan sebagai (Telah sesuai dengan
digunakan adalah: berikut: PSAP No. 07)
a. Tanah; a. Tanah;
b. Peralatan dan Mesin; b. Peralatan dan Mesin;
c. Gedung dan Bangunan; c. Gedung dan Bangunan;
d. Jalan, Irigasi, dan Jaringan; d. Jalan, Irigasi, dan Jaringan;
e. Aset Tetap Lainnya; dan e. Aset Tetap Lainnya; dan
f. Konstruksi dalam Pengerjaan. f. Konstruksi dalam Pengerjaan.

3. Pengukuran Aset tetap dinilai dengan nilai historis Aset tetap dinilai dengan biaya (Telah sesuai dengan
atau harga perolehan yaitu sebesar perolehan. Apabila penilaian aset PSAP No. 07)
pengeluaran kas dan setara kas yang tetap dengan menggunakan biaya
dikeluarkan untuk memperoleh aset perolehan tidak memungkinkan
tetap. Apabila penilaian aset tetap maka nilai aset tetap didasarkan
dengan menggunakan nilai historis pada nilai wajar pada saat
tidak memungkinkan, maka nilai aset perolehan.
tetap akan didasarkan pada nilai
wajarnya.
Matriks Penerapan PSAP No. 07 pada Pemerintah Kota Tangerang

Aspek Kondisi PSAP No. 07 Keterangan


4. Pengakuan Suatu aset akan diklasifikasikan Untuk dapat diakui sebagai aset Pemerintah Kota
sebagai aset tetap apabila berwujud tetap, suatu aset harus berwujud Tangerang
dan: dan memenuhi kriteria: menambahkan 1 (satu)
a. mempunyai masa manfaat lebih a. Mempunyai masa manfaat persyaratan, yaitu
dari 12 (dua belas) bulan; lebih dari 12 (dua belas) bulan; perolehan aset tetap
b. biaya perolehan aset dapat diukur b. Biaya perolehan aset dapat harus memenuhi nilai
secara andal; diukur secara andal; satuan minimum
c. tidak dimaksudkan untuk dijual c. Tidak dimaksudkan untuk sebagai pembeda antara
dalam operasi normal entitas; dijual dalam operasi normal pengeluaran biaya dan
d. diperoleh atau dibangun dengan entitas; dan pengeluaran modal
maksud untuk digunakan; dan d. Diperoleh atau dibangun (Telah sesuai dengan
e. memenuhi nilai satuan minimum dengan maksud untuk PSAP No. 07)
kapitalisasi. digunakan.
Aset tetap yang diperoleh bukan Pengakuan aset tetap akan sangat
berasal dari donasi diakui pada akhir andal bila aset tetap telah diterima
periode akuntansi berdasarkan jumlah atau diserahkan hak
belanja modal yang telah diakui kepemilikannya dan atau pada saat
dalam periode berjalan. Aset tetap penguasaannya berpindah
yang diperoleh dari donasi diakui
pada saat aset tersebut diterima dan
hak kepemilikannya berpindah.

5. Penilaian Awal
a. Perolehan Aset tetap dinilai berdasarkan seluruh Barang berwujud yang memenuhi Harga perolehan
dengan biaya yang dikeluarkan untuk kualifikasi untuk diakui sebagai merupakan semua
Pembelian memperoleh aset tersebut sampai suatu aset dan dikelompokkan biaya yang dapat
Matriks Penerapan PSAP No. 07 pada Pemerintah Kota Tangerang

Aspek Kondisi PSAP No. 07 Keterangan


dengan aset tersebut siap untuk sebagai aset tetap, pada awalnya diatributkan langsung
digunakan. harus diukur berdasarkan biaya kepada aset tetap
Aset ini akan diakui pada akhir perolehan. sehingga dapat
periode akuntansi berdasarkan jumlah dimanfaatkan sesuai
belanja modal yang telah dikonversi. dengan tujuannya.
(Telah sesuai dengan
PSAP No. 07)

b.Perolehan Biaya perolehan aset yang diperoleh Biaya perolehan dari masing- (Telah sesuai dengan
secara secara gabungan ditentukan dengan masing aset tetap yang diperoleh PSAP No. 07)
Gabungan mengalokasikan harga gabungan secara gabungan ditentukan
tersebut berdasarkan perbandingan dengan mengalokasikan harga
nilai wajar masing masing aset. gabungan tersebut berdasarkan
perbandingan nilai wajar masing
masing aset yang bersangkutan.

c. Perolehan Aset tetap yang diperoleh dengan cara Penilaian aset yang diperoleh (Telah sesuai dengan
dengan pertukaran dinilai berdasarkan nilai dengan cara pertukaran diukur PSAP No. 07)
Pertukaran wajar aset yang diperoleh yaitu nilai berdasarkan nilai wajar aset yang
ekuivalen atas nilai tercatat aset yang diperoleh yaitu nilai ekuivalen atas
dilepas setelah disesuaikan dengan nilai tercatat aset yang dilepas
jumlah setiap kas atau setara kas yang setelah disesuaikan dengan jumlah
ditransfer/diserahkan. setiap kas atau setara kas yang
ditransfer/diserahkan.
Matriks Penerapan PSAP No. 07 pada Pemerintah Kota Tangerang

Aspek Kondisi PSAP No. 07 Keterangan


d. Aset Donasi Aset yang diterima tersebut akan Aset yang diperoleh dari (Telah sesuai dengan
dinilai berdasarkan nilai wajar dari sumbangan atau donasi dicatat PSAP No. 07)
harga pasar atau nilai pengganti. sebesar nilai wajar pada saat
perolehan.

6. Pengeluaran Setiap pengeluaran yang digunakan Pengeluaran setelah perolehan Pemerintah Kota
setelah untuk pemeliharaan ataupun awal suatu aset tetap yang Tangerang pada TA
Perolehan perbaikan aset tetap akan langsung memperpanjang masa manfaat 2007 belum
dicatat sebagai biaya pemeliharaan. atau yang kemungkinan besar membedakan antara
memberi manfaat ekonomis di pengeluaran modal
masa yang akan datang dalam yang dapat
bentuk kapasitas, mutu produksi, dikapitalisasi ke aset
atau peningkatan standar kinerja, tetap yang
harus ditambahkan pada nilai bersangkutan dan
tercatat aset yang bersangkutan pengeluaran
pendapatan yang diakui
sebagai beban pada
periode yang
bersangkutan. Namun,
dalam kebijakan
akuntansi yang baru
akan diaplikasikan
pada TA 2008 telah
ditetapkan adanya nilai
satuan minimum
kapitalisasi.
Matriks Penerapan PSAP No. 07 pada Pemerintah Kota Tangerang

Aspek Kondisi PSAP No. 07 Keterangan


(Belum sesuai dengan
PSAP No. 07)
7. Penyusutan Pemerintah Kota Tangerang belum Aset tetap disajikan berdasarkan Pemerintah Kota
melaksanakan penyusutan atas aset biaya perolehan aset tetap tersebut Tangerang belum
tetapnya. dikurangi akumulasi penyusutan. melakukan penyusutan
karena belum adanya
pedoman lebih lanjut
dari Pemerintah Pusat
mengenai penerapan
basis akuntansi akrual.
Namun, dalam
kebijakan akuntansi
yang baru akan
diaplikasikan pada TA
2008 telah ditetapkan
tentang metode
penyusutan yang akan
digunakan..
(Belum sesuai dengan
PSAP No. 07)

8. Penghentian Penghapusan aset tetap dilakukan jika Suatu aset tetap dieliminasi dari (Telah sesuai dengan
dan Pelepasan aset tetap tersebut rusak berat, usang, neraca ketika dilepaskan atau bila PSAP No. 07)
hilang, dan sebagainya. aset secara permanen ditarik dari
Penghapusan aset tetap dilakukan penggunaannya dan tidak ada
dengan pengeliminasian aset tetap manfaat ekonomis masa yang akan
Matriks Penerapan PSAP No. 07 pada Pemerintah Kota Tangerang

Aspek Kondisi PSAP No. 07 Keterangan


dari neraca dan diungkapkan dalam datang.
CaLK. Aset tetap yang secara permanen
Aset tetap yang dihentikan dari dihentikan atau dilepas harus
penggunaan aktif Pemerintah Daerah dieliminasi dari Neraca dan
dikeluarkan dari akun aset tetap dan diungkapkan dalam Catatan atas
di-reclass ke akun aset lainnya sesuai Laporan Keuangan.
dengan nilai tercatatnya pada neraca. Aset tetap yang dihentikan dari
penggunaan aktif pemerintah tidak
memenuhi definisi aset tetap dan
harus dipindahkan ke pos aset
lainnya sesuai dengan nilai
tercatatnya.
9. Pengungkapan Pelaporan aset tetap di Pemerintah Laporan keuangan harus (Telah sesuai dengan
Kota Tangerang antara lain mengenai mengungkapkan untuk masing- PSAP No. 07)
penilaian, penyusutan (depresiasi), masing jenis aset tetap sebagai
pelepasan, penghapusan, dan berikut:
perubahan nilai aset tetap, termasuk 1. Dasar penilaian yang
belum dilakukannya penyusutan atas digunakan untuk menentukan
aset tetap. Pengungkapan nilai aset nilai tercatat (carrying
tetap menjelaskan dasar harga yang amount);
digunakan dalam penilaian aset tetap. 2. Rekonsiliasi jumlah tercatat
pada awal dan akhir periode.
3. Informasi penyusutan.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Muhammad Fitriyanto

NIM : 43206110180

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 1 Juli 1984

Alamat : Jalan Rawa Simprug IC No. 50 A, RT 04, RW

05, Kelurahan Grogol Selatan, Kebayoran Lama,

Jakarta Selatan

Riwayat pendidikan : D3 Akuntansi STAN, lulus tahun 2005

Riwayat pekerjaan : Auditor Terampil pada Perwakilan BPK RI di

Jakarta

Anda mungkin juga menyukai