Anda di halaman 1dari 49

KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala


yang telah memberikan Rahmat, Karunia, Hidayah dan Ilmu-Nya sehingga
penyusunan Profil Delineasi dan Database Kawasan Permukiman Perdesaan
Kecamatan Pamona Puselemba Kawasa Lemba Masale dapat berjalan
lancar dan tepat waktu. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan
kepada junjungan nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam sebagai
suri tauladan hidup.

Dalam penyusunan profil ini kami menyadari kemungkinan masih


adanya kekurangan atau kesalahan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya, Pada akhirnya, kami mengucapkan terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan profil ini.

Palu, November 2018

Tim Penyusun

Laporan Database Lemba Masale 2019 i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................... i


DAFTRA ISI .................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR............................................................. iii
DAFTAR TABEL ............................................................... v
BAB I PENDAHULUAN........................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................ 1
B. Manfaat ................................................................ 2
C. Sistematika Penulisan................................................ 2
BAB II PROFIL KAWASAN PERMUKIMAN PERDESAAN
KECAMATAN PAMONA PUSELEMBA KAWASAN LEMBA MASALE ...... 4
A. Gambaran Umum Kabupaten Poso ................................. 4
1. Letak Geografis .................................................. 4
2. Wilayah Administrasi ............................................ 5
3. Luas Wilayah...................................................... 7
4. Iklim dan Musim.................................................. 8
5. Kependudukan.................................................... 10
B. Gambaran Umum Kawasan Perdesaan............................. 11
1. Lingkup Administrasi Kawasan Perdesaan .................... 11
2. Peta Delineasi Kawasan Perdesaan............................ 12
3. Klasifikasi Kawasan Perdesaan................................. 13
4. Matriks Hasil Tinjauan Kebijakan Kawasan Perdesaan ..... 14
5. Aspek Fungsional Kawasan Perdesaan ........................ 15
6. Kondisi Prasarana Pada Kawasan Perdesaan ................. 19
7. Permasalahan Kawasan Perdesaan ............................ 21
C. Gambaran Umum Kawasan Permukiman Perdesaan (KPP)
Lemba Masale ......................................................... 24
1. Peta Delineasi KPP Lemba Masale ............................. 24
2. Kondisi Kependudukan KPP Lemba Masale ................... 25
3. Kondisi Permukiman KPP Lemba Masale...................... 27
4. Kondisi Prasarana Permukiman KPP Lemba Masale ......... 27

Laporan Database Lemba Masale 2019 ii


5. Permasalahan KPP Lemba Masale ............................. 31
BAB III PENENTUAN KAWASAN PERMUKIMAN PERDESAAN ........... 32
A. Matriks Penentuan Kawasan Prioritas ............................. 32
BAB IV PENUTUP ............................................................. 33
LAMPIRAN ..................................................................... 35

Laporan Database Lemba Masale 2019 iii


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Peta Administrasi Kanupaten Poso ........................ 1


Gambar 2.2. Diagram Rata-rata Kecepatan Angin Menurut Bulan
Di Kabupaten Poso, 2017 .................................... 8
Gambar 2.3. Diagram Rata-rata Curah Hujan Menurut Bulan
Di Kabupaten Poso, 2017 .................................... 8
Gambar 2.4. Diagram Jumlah Penduduk Beradasarkan Jenis Kelamin
Di Kabupaten Poso, 2017 .................................... 8
Gambar 2.5. Peta Administrasi Perdesaan Pamona Puselem
(Lemba Masale) ............................................... 12
Gambar 2.6. Kondisi Beberapa Ruas Jalan yang Masih Struktur
Tanah........................................................... 20
Gambar 2.7. Kondisi Beberapa Ruas Drainase Dalam Kawasan dan
Kondisi Sampah yang di Buang di Pinggir Jalan (Kanan) 20
Gambar 2.8. Kondisi Sumur Gali (Kiri) Kondisi Mata Air (Kanan) ..... 20
Gambar 2.9. Peta Delineasi Kawasan Permukiman Perdesaan (KPP)
Lemba Masale ................................................. 24
Gambar 2.10. (a) Kondisi Jalan, (b) Kondisi Drainase, (c) Kondisi
Jalan Tani, (d) Kondisi Jembatab .......................... 29
Gambar 2.11. Penunjukan Lokasi Prasarana Kawasan Lemba Masale 30

Laporan Database Lemba Masale 2019 iv


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Jumalah Desa dan Kelurahan Menurut Kecamatan


Di Kabupaten Poso Tahun 2017 .............................. 5
Tabel 2.2. Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Poso
Tahun 2017...................................................... 7
Tabel 2.3. Lingkup Administrasi dan Luas Wilayah di Kecamatan
Pamona Puselemba Tahun 2015.............................. 11
Tabel 2.4. Klasifikasi Kawasan Perdesaan di Kecamatan
Pamona Puselemba ............................................ 13
Tabel 2.5. Matriks Tinjauan Kebijakan ................................... 15
Tabel 2.6. Jumlah Produksi Beradasarkan Komuditas di Kawasan
Agrowisata Lemba Masale Berbasis Pangan Sehat
(2015) ............................................................ 16
Tabel 2.7. Luas Lahan Perkebunan dan Jumlah Produksi Perkebunan
Kecamatan Pamona Puselemba Tahun 2015 dan 2018.... 18
Tabel 2.8. Jumlah Penduduk KPP Lemba Masale........................ 25
Tabel 2.9. Kepadatan Penduduk Kawasan Lemba Masale .............. 25
Tabel 2.10. Jumlah KK (KPP) Lemba Masale ............................. 26
Tabel 2.11. Kondisi Prasarana Jalan, Drainase dan Jembatan
KPP Lemba Masale ............................................. 27
Tabel 2.12. Kondisi Air Minum, Air Limba dan Persampahan.......... 28
Tabel 3.1. Matriks Penentuan Kawasan Prioritas........................ 32

Laporan Database Lemba Masale 2019 v


PENDAHULUAN 1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rencana Jangka Panjang dan Menengah (RPJMN) Negara Republik
Indonesia tahun 2015 - 2019 menyebutkan bahwa dalam pengembangan
desa dan kawasan perdesaan ditunjukan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta
penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar,
pembangunan sarana dan prasarana desa, membangun desa dan kawasan
perdesaan, termasuk di kawasan perbatasan, daerah tertinggal, dan
pulau-pulau kecil terluar di Indonesia. Amanat Undang-Undang Nomor 6
tahun 2014 tentang Desa dalam pengembangan kawasan perdesaan sendiri
tidak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan akan sarana dan
prasarana dasar, akan tetapi juga terhadap peningkatan kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan perekonomian daerah yang direncanakan
tidak hanya di kawasan perdesaan tetapi juga dikawasan perdesaan
transmigrasi.
Strategi pembangunan nasional yang dirancang untuk
dapatmewujudkan kebijakan tersebut ialah melalui pembangunan tiga
dimensi, yang salah satunya ialah dimensi pembangunan sektor unggulan,
baik itu ketahanan pangan, kedaulatan energi dan ketenagalistrikan,
kemaritiman dan kelautan, serta pariwisata dan industri. Kementerian
Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR), melalui dokumen Renstra
Kementerian PUPR 2015-2019 juga mempunyai perhatian besar terhadap
pengembangan wilayah, yang diwujudkan dalam pemenuhan layanan
dasar permukiman, seperti peningkatan keandalan dan keberlanjutan
layanan sumber daya air untuk pemenuhan air minum, sanitasi, dan irigasi,
serta pemenuhan kebutuhan akan sarana dan prasarana tambahan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi hingga ditingkat kawasan perdesaan.
Dalam mewujudkan hal tersebut, Kementerian PUPR melalui penyusunan

Laporan Database Lemba Masale 2019 1


database dan delineasi kawasan permukiman perdesaan berupaya untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama di kawasan perdesaan.
potensial dalam hal pemenuhan kebutuhan pengembangan perumahan
perdesaan potensial.
1. Maksud
Maksud dari disusunnya database ini adalah memberikan acuan dalam
perencanaan pengembangan kawasan permukiman perdesaan serta
hasil perhitungan capaian kinerja pelayanan infrastrukturnya.
2. Tujuan
Tujuannya yaitu untuk memperoleh database permukiman perdesaan,
yang dapat dijadikan sebagai kerangka dasar dalam penyelenggaraan
pengembangan permukiman perdesaan potensial yang sistematis,
sinergis, terpadu, komprehensif dan berkesinambungan.
B. Manfaat
Menjadikan database permukiman perdesaan sebagai acuan dan
dasar penyusunan instrumen kebijakan yang dapat digunakan instansi
terkait di pusat, provinsi, dan kabupaten/kota untuk mendukung upaya
pengembangan sosial dan ekonomi perdesaan serta pemenuhan layak huni
bagi masyarakat.

C. Sitematika Penulisan
Sistematika penulisan Profil Delineasi dan Database Kawasan
Permukiman Perdesaan ini disusun dengan muatan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Menguraikan secara umum tentang maksud, tujuan, manfaat


dan hal-hal yang mendasari dibuatnya Profil Delineasi dan
Database Kawasan Permukiman Perdesaan.

BAB II PROFIL KAWASAN PERMUKIMAN PERDESAAN

Berisikan tentang gambaran umum Kabupaten dan gambaran


umum Kawasan Perdesaan yaitu lingkup administrasi
Kawasan Perdesaan, peta delineasi Kawasan Perdesaan,
Laporan Database Lemba Masale 2019 2
matriks hasil tinjauan kebijakan, aspke fungsional kawasan
kondisi prasarana kawasan dan permasalahan Kawasan
Perdesaan.

BAB III PENENTUAN KAWASAN PERMUKIMAN PERDESAAN PRIORITAS

Berisikan tentang matriks penilaian untuk menentukan


Kawasan Permukiman Perdesaan prioritas.

BAB IV PENUTUP

Berisikan tentang kesimpulan dari hasil penyusunan Profil


Delineasi dan Database Kawasan Permukiman Perdesaan.

Laporan Database Lemba Masale 2019 3


PROFIL KAWASAN
PERMUKIMAN 2
PAMONA PUSELEMBA BAB II
PROFIL KAWASAN PERMUKIMAN PERDESAAN KECAMATAN
PAMONA PUSELEMBA KAWASAN LEMBA MASALE

A. Gambaran Umum Kabupaten Poso


1. Letak Geografis
Secara geologis wilayah Kabupaten Poso terletak pada deretan
pegunungan lipatan, yakni Pegunungan Fennema dan Tineba di bagian
barat, Pegunungan Takolekaju di bagian barat daya, Pegunungan Verbeek
di bagian tenggara, Pegunungan Pompangeo dan Pegunungan Lumut di
bagian timur laut. Pada tahun 2009 Kabupaten Poso mengalami pemekaran
kecamatan yaitu Kecamatan Pamona Puselemba. Kecamatan ini
merupakan pemekaran dari kecamatan Pamona Utara dengan luas wilayah
kira-kira 560,05 Km2. Terdiri dari 10 wilayah perdesaan, dengan ibu kota
kecamatan yaitu Desa Sangale. Jika dilihat berdasarkan luas kecamatan,
Kecamatan Lore Tengah memiliki luas terbesar yaitu kira-kira 976,37 Km2
atau 11,21 % dari luas Kabupaten Poso.
Wilayah Kabupaten Poso dibatasi oleh batas alam yakni kawasan
pantai dan pegunungan/perbukitan dengan batas administrasi sebagai
berikut:
 Sebelah Utara : Berbatasan dengan Teluk Tomini dan Prov.
Sulawesi Utara
 Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Prov. Sulawesi Selatan
 Sebelah Timur : Berbatasan dengan wilayah
Kab. Tojo Una-una dan Kab. Morowali
 Sebelah Barat : Berbatasan dengan wilayah Kab. Donggala dan
Kab. Parigi Moutong

Pada belahan utara wilayah ini terdiri dari Kecamatan-kecamatan


Poso Pesisir, Poso Kota, Lage dimana sebagian wilayahnya berbatasan
dengan pantai Teluk Tomini. Di belahan timur adalah sebagian Pamona
Timur yang berbatasan dengan Kabupaten Morowali dan sebagian Lage
Laporan Database Lemba Masale 2019 4
berbatasan dengan Kecamatan Tojo Una-una. Dan pada belahan Barat
terdiri dari Kecamatan Lore Utara, Lore Tengah dan Lore Barat yang
berbatasan dengan wilayah Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi
Moutong.

Wilayah Kabupaten Poso sebagian besar merupakan kawasan


pegunungan dan perbukitan, maka ketinggian wilayah pada umumnya
berada diatas 500 meter dari permukaan laut.

2. Wilayah Administrasi
Sampai tahun 2017, Kabupaten Poso terdiri atas 19 kecamatan, 142
desa Definitif dan 28 yang berstatus kelurahan. Kecamatan dengan jumlah
desa/kelurahan terbanyak yaitu Kecamatan Pamona Timur dan Poso
Pesisir dengan 13 desa/kelurahan. Sedangkan, kecamatan dengan jumlah
desa/kelurahan paling sedikit yaitu Kecamatan Lore Timur dan Lore Peora
dengan 5 desa.

Tabel 2.1. Jumlah Desa dan Kelurahan Menurut Kecamatan di


Kabupaten Poso Tahun 2017

Kecamatan Desa Kelurahan/Urban


No
District /Village Village
1 Pamona Selatan 12 -
2 Pamona Barat 6 -
3 Pamona Tenggara 9 -
4 Pamona Utara 7 3
Pamona
5 8 3
Puselemba
6 Pamona Timur 13 -
7 Lore Selatan 8 -
8 Lore Barat 6 -
9 Lore Utara 7 -
10 Lore Tengah 8 -
11 Lore Timur 5 -
12 Lore Peore 5 -
13 Poso Pesisir 13 3
Poso Pesisir
14 9 -
Selatan
Laporan Database Lemba Masale 2019 5
Kecamatan Desa Kelurahan/Urban
No
District /Village Village
15 Poso Pesisir Utara 10 -
16 Poso Kota - 7
17 Poso Kota Selatan - 5
18 Poso Kota Utara - 7
19 Lage 16 -
Total 142 28
(Sumber: Poso Dalam Angka 2018)

Gambar 2.1. Peta Administrasi Kabupaten Poso


(Sumber: Dokumen RTRW Kabupaten Poso 2012-2032)

Laporan Database Lemba Masale 2019 6


3. Luas Wilayah
Luas wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Poso didominasi
oleh wilayah Kecamatan Lore Selatan dengan persentase sebesar 10,85%,
kemudian disusul oleh wilayah Kecamatan Lore Tengah dengan Persentase
9,24% dan lalu wilayah Kecamatan Poso Pesisir Selatan sebesar 8,57%.
Sedang Kecamatan yang paling kecil luasanya yaitu Poso Kota dengan
Persentase 0.16%.

Tabel 2.2. Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Poso


Tahun 2017

Luas (km2)
Persentase
No Kecamatan District Total Area
Percentage
(square.km)

1 Pamona Selatan 474,65 6,67


2 Pamona Barat 174,91 2,46
3 Pamona Tenggara 229,17 3,22
4 Pamona Utara 422,04 5,93
5 Pamona Puselemba 367,54 5,17
6 Pamona Timur 549,38 7,72
7 Lore Selatan 771,59 10,85
8 Lore Barat 331,36 4,66
9 Lore Utara 466,75 6,56
10 Lore Tengah 657,06 9,24
11 Lore Timur 112,4 1,58
12 Lore Peore 525,2 7,38
13 Poso Pesisir 307,66 4,33
14 Poso Pesisir Selatan 609,39 8,57
15 Poso Pesisir Utara 558,34 7,85
16 Poso Kota 11,29 0,16
17 Poso Kota Selatan 25,06 0,35
18 Poso Kota Utara 20,22 0,28
19 Lage 498,24 7,01
Total 7112,25 100
(Sumber: Poso Dalam Angka 2018)

Laporan Database Lemba Masale 2019 7


4. Iklim dan Musim
Keadaan udara di suatu tempat yang tidak terlalu luas pada saat-
saat tertentu (cuaca) ditentukan oleh tekanan udara. Dan suhu udara
disuatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya suatu tempat
dari permukaan laut serta jaraknya dari tepi pantai. Keadaan iklim di
Kabupaten Poso dikenal dengan iklim hujan tropis, karena pada bagian
Utara wilayah ini dilalui oleh garis Khatulistiwa.
Berdasarkan pengamatan melalui Badan Meteorologi, Klimatologi
dan Geofisika (BMKG) Kasiguncu Poso Tahun 2016 secara umum rata-rata
suhu udara maksimum/minimum berada pada 32.47 oC dan 23.53 0C. Jika
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya suhu udara rata-rata tidak
banyak mengalami perubahan. Kelembaban udara selama tahun 2017 rata-
rata berkisar antara 75-87 persen. Sedangkan jika dibandingkan
kelembaban udara tahun 2016 rata-rata berkisar antara 79-84 persen.
Rata-rata penyinaran matahari setiap bulan sejak lima tahun terakhir
berkisar antara 26-93 persen.
Dan pada tahun 2017 penyinaran matahari terendah sekitar 26
persen pada bulan Juni dan tertinggi pada bulan Januari yaitu sekitar 93
persen. Suhu udara rata-rata terendah pada tahun 2017 adalah sebesar
26,7derajat celsius pada bulan Februari dan tertinggi sebesar 28,7 derajat
celcius pada bulan September.

Laporan Database Lemba Masale 2019 8


Gambar 2.2. Diagram Rata-Rata Kecepatan Angin Menurut Bulan di Kab.
Poso, 2017
30

25 25
23 23 23
20
19
17 17 17
16 16 16
15
12
10

Kecepatan Angin (knot)

(Sumber: Poso Dalam Angka 2018)

Gambar 2.3. Diagram Rata-Rata Curah Hujan Menurut Bulan di Kab.


Poso, 2017

Curah Hujan (mm3)


300

265
250 254
226 226 235
200
178
150 155
143
118
100 104 101

50 53

00

Curah Hujan (mm3)

(Sumber: Poso Dalam Angka 2018)

Laporan Database Lemba Masale 2019 9


5. Kependudukan
Jumlah penduduk kabupaten Poso pada tahun 2017 mencapai
245.993 jiwa. Jumlah ini merupakan hasil proyeksi penduduk berdasarkan
hasil Sensus Penduduk (SP) tahun 2010. Jumlah penduduk laki-laki
mencapai 127.310 jiwa, sementara jumlah penduduk perempuan 118.683
jiwa. Jika di bandingkan tahun 2016 jumlah penduduk kabupaten Poso
bertambah bertambah 2.15 persen atau sebanyak 5.181 jiwa. Pesatnya
pertambahan penduduk menunjukan meningkatnya pertumbuhan ekonomi
wilayah kabupaten Poso.
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka tingkat
kepadatan penduduk juga mengalami peningkatan. Kepadatan penduduk
tercatat 35 jiwa/km², dengan luas wilayah Kabupaten Poso 7.112,25 km².
Kecamatan Poso Kota merupakan daerah yang memiliki penduduk
terpadat yaitu 2.110,81 jiwa/Km2 dengan luas area 11,29 Km2, sementara
Kecamatan Lore Peore memilki penduduk terjarang sekitar 6,57 jiwa/Km2
dengan luas area 657,06 Km2.

Gambar 2.4. Diagram Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Kab.


Poso, 2017

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin


14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
Pamona Utara

Lore Selatan
Pamona Tenggara

Pamona Puselemba

Lore Barat

Lore Timur

Poso Kota Utara

Lage
Pamona Selatan

Lore Utara

Lore Peore
Pamona Barat

Pamona Timur

Poso Pesisir

Poso Pesisir Utara

Poso Kota

Poso Kota Selatan


Lore Tengah

Poso Pesisir Selatan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Laki-Laki Male Perempuan Female

(Sumber: Poso Dalam Angka 2018)

Laporan Database Lemba Masale 2019 10


B. Gambaran Umum Kawasan Perdesaan
1. Lingkup Administrasi Kawasan Perdesaan
Berdasarkan letak geografis Kecamatan Pamona Puselemba terletak
di wilayah Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pamona Utara,
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pamona Tenggara, Sebelah
Timur berbatasan dengan Kecamatan Pamona Timur, Sebelah Barat
berbatasan dengan Kecamatan Lore Selatan dan Kecamatan Pamona
Barat. Luas Kecamatan Pamona Puselemba yaitu 367,54 Km2 dengan
persentase 5,17% dari total luas Kabupaten Poso, Kecamatan Pamona
Puselemba terdiri dari 11 Desa dengan ibu Kota kecamatan yaitu Desa
Tentena.
Sebagian besar desa/kelurahan di Kecamatan Pamona Puselemba
dapat dilalui dengan Kendaraan roda empat sehingga mempermudah
hubungan antara satu desa/kelurahan dengan desa/kelurahan lainnya dan
ke pusat kecamatan. Jarak terjauh desa/kelurahan dari ibu kota
Kecamatan Pamona Pusalemba adalah desa Dulumai sekitar 35 km dan
jarak terdekat adalah kelurahan Sangele sekitar 0 km. Untuk mengetahui
jarak antara desa/kelurahan dengan ibu kota Kecamatan Pamona
Puselemba.
Tabel 2.3. Lingkup Administrasi dan Luas Wilayah di Kec. Pamona
Puselemba Tahun 2015

Luas
No Desa Persentase
(km2)
1 Tonusu 70,80 12,64
2 Mayakeli 65,75 11,74
3 Buyumpondoli 62,37 11,14
4 Pamona 40,90 7,30
5 Tentena 27,77 4,96
6 Sangele 13,82 2,47
7 Peura 120,60 21,53
8 Dulumai 111,39 19,89
9 Leboni 26,57 4,83
10 Soe 13,02 2,32
11 Wera 7,06 1,17
Total 560,02 100,00
(Sumber: Pamona Puselemba Dalam Angka 2016)
Laporan Database Lemba Masale 2019 11
2. Peta Delineasi Kawasan Perdesaan

Gambar 2.5. Peta Delineasi Kawasan Perdesaan Pamona Puselemba (Lemba Masale)
(Sumber: Hasil Penyusunan 2018)

Laporan Database Lemba Masale 2019 12


Berdasarkan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan Wilayah IV
(Sulawesi) Kabupaten Poso di tetapkan sebagai kawasan Agrowisata Lemba
Masale Pamona Puselemba telah ditetapkan dalam linkup wilayah
administrasi desa, 5 (lima) desa dari 11 (sebelas) Desa yang ada di
kecamatan Pamona Puselemba yaitu diantaranya Desa Peura,
Buyumpondoli, Tonusu, Leboni dan Wera. Adapun desa yang tidak masuk
dalam delineasi kawasan prioritas yaitu Desa Mayakeli, Pamona, Tentena,
Sangele, Dulumai dan Soe karena tidak termasuk dalam wilayah yang
ditetapkan dalam Laporan RPKP. Untuk lebih jelas delineasi kawasan
dapat dilihat pada gambar 2.2 pada halaman sebelumnya.

3. Klasifikasi Kawasan Perdesaan


Klasifikasi kawasan perdesaan ditentukan berdasarkan Buku Indeks
Pembangunan Desa (IPD) tahun 2014 yang diterbitkan oleh Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Bersarkan hasil tinjauan
buku IPD, diketahui bahwa klasifikasi Perdesaan di Kecamatan Pamona
Puselemba terbagi dalam klasifikasi Tertinggal, Berkembang dan Mandiri.
Untuk lebih jelasnya klasifikasi Perdesaan di Kecamatan Sampaga dapat
dilihat pada tabel 2.4.

Tabel 2.4. Klasifikasi Kawasan Perdesaan di Kecamatan Pamona


Puselemba
IPD Klasifikasi Keterangan:
No Desa
2014 Desa
1 Tonusu 62,57 Bekembang Tidak
2 Mayakeli 55,43 Bekembang Termasuk
3 Buyumpondoli 65,66 Bekembang Perdesaan
4 Pamona
5 Tentena
6 Sangele
7 Peura 58,75 Bekembang
8 Dulumai 44,63 Tertinggal
9 Leboni 50,62 Bekembang
10 Soe 58,11 Bekembang
11 Wera 44,27 Tertinggal
(sumber: Buku Indeks Pembangunan Desa 2014)

Laporan Database Lemba Masale 2019 13


4. Matriks Hasil Tinjauan Kebijakan Kawasan Perdesaan
Matriks ini merupakan rekapitulasi hasil tinjauan yang telah
dilakukan sebagai bentuk persandingan sejumlah kawasan perdesaan yang
didukung oleh arahan kebijakan nasional, kebijakan sektoran dan
kebijakan spasial, kebijakann daerah serta dokumentasi perencanaan yang
ada dan berkaitan. Matriks ini disajikan untuk melihat kelengkapan
dokumen arahan kebijakan yang telah ditetapkan. Dari hasil hasil
identifikasi dengan menggunakan tabel matriks di dapat penilaian tiap-
tiap desa dengan cara skoring setiap kebijakan akan diberi nilai 1 (satu),
berdasarkan nilai tersebut didapatlah total nilai hasil kalkulasi setiap
kebijakan, sehingga di dapat nilai dengan urutan yang paling tinggi
dijadika sebagai skala prioritas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 2.5.

Laporan Database Lemba Masale 2019 14


Tabel 2.5. Matriks Tinjauan Kebijakan

Kebija
Kebijaka
kan
Wilayah Administratif n Kebijakan Sektoral Kebijakan Spasial Dokumen Perencanaan
Daera
Nama Nasional
h
No Kawasan Penilaian

Agropolitan

Minapolitan

Ke Perb

RDTR Kws
Perdesaan
Perdesaan

pb up /

MP
RTRWN

RTRWK
RTRWP
RPJMN

RIPKP
KSPN

RPKP
Desa

WPS
Prov

KTM
Kab
Kec

IDM
IPD

PN
KP
up
-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9 -10 -11 -12 -13 -14 -15 -16 -17 -18 -19 -20 -21 -22 -23
Leboni 50,62 - √ √ - - - - √ √ √ - √ * - 6
Kawasan Wera 44,27 - √ √ - - - - √ √ √ - √ * - 6
Agrowisata Pamona Sulawesi
1 Tonusu Poso 62,57 - √ √ - - - - √ √ √ - √ * - 6
Lemba Puselemba Tengah
Masale Buyumpondoli 65,66 - √ √ - - - - √ √ √ - √ * - 6
Peura 58,75 - - √ - - - - √ √ √ - √ * - 5
(Sumber: Hasil Penyusunan 2018)

Laporan Database Lemba Masale 2019 15


5. Aspek Fungsional Kawasan Perdesaan
Berdasarkan kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupeten
Poso, Kawasan Permukiman Perdesaan secara ekonomis termasuk dalam
fungsi kawasan (1) Sebagai sektor pertanian pangan (2) Sektor Perkebunan
(3) Sektor Perikanan (4) Sektor Peternakan. Secara garis besar Kawasan
Perdesaan Pamona Puselemba (Lemba Masale) masuk dalam kawasan
Agropolitan dan Minapolitan (sebagai Cluster Sentra Perikanan darat),
kawasan lindung, Kawasan budidaya dan reservasi ikan endemic Danau
Poso.
Kawasan Perdesaan Agrowisata Lemba Masale Berbasis Produk
Pangan Sehat memiliki lima kawasan pengembangan sektor perekonomian
yang potensial, dimana luas kawasan yang paling besar adalah pada
pengembangan budidaya pertanian, perikanan, peternakan dan
perkebunan. Sementara itu, pada sektor produksi potensial,
pengembangan komoditas ikan danau menjadi fokus utama pembangunan
kawasan ini. Ada tiga komoditas yang terpilih memiliki potensi ekonomi
yang tinggi, yaitu ikan air tawar, ternak sapi dan padi. Namun fokus
pengembangan kawasan saat ini disepakati komoditas ikan danau poso
sebagai komoditas unggulannya. Pada kawasan ini juga telah memiliki
pasar dan sebagai salah satu pusat perekonomian Pamona Puselemba.
Lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 2.6 tentang jumlah produksi
berdasarkan kawasan produksi untuk pengembangan ekonomi kawasan
Agrowisata Lemba Mesale berbasis Produk Pangan Sehat.

Tabel 2.6. Jumlah Produksi Berdasarkan Komuditas di Kawasan


Agrowisata Lemba Masale Berbasis Produk Pangan Sehat (2015)

Produksi
No Komoditas
(Ton)
1 Padi Sawah 12536,35
2 Palawija 761,46
3 Holtikultura 1149,30

Laporan Database Lemba Masale 2019 16


Produksi
No Komoditas
(Ton)
4 Buah-Buahan 14452,00
5 Perkebunan 4393,90
6 Peternakan (Daging) 36882,00
Perikanan (air
7
tawar/danau) 364504,00
(Sumber: Laporan RPKP Pamona Puselemba Lemba Masale 2015)
a. Sebagai Sektor Pertanian Pangan
Pada tahun 2017, secara umum hasil produksi di subsektor ini
mengalami penurunan. Hal ini menjadi selama dua tahun terakhir setelah
tahun lalu hampir semua produksi juga mengalami Penurunan akibat
faktor iklim dan cuaca dan berkurangnya lahan produksi akibat
pembangunan yang terus meningkat tiap tahunnya. Jumlah luas Panen
Tanaman Bahan Makanan yaitu padi sawah dan padi ladang pada tahun
2014 yaitu 2.601 Ha dan menurun hingga 1.430 Ha pada tahun 2017. Selain
itu tanaman sayur-sayuran mengalami penurunan contohnya yaitu
tanaman petsai/sawi pada tahun 2014 yaitu 150,4 ton/tahun dan ditahun
2017 hasil panen sekitar 0,812 Ton/tahun. Hal ini berpengaruh terhadap
semua jenis sayuran mengalami penurunan setiap tahun. Terjadinya hal
ini juga tidak terlepas dari perhatian masyarakat dan pemerintah untuk
tetap mempertahankan dan bahkan untuk mengembangkan menjadi lebih
baik.
b. Sektor Perkebunan
Untuk sektor perkebunan secara umum mengalami hasil produksi
yang meningkat berdasarkan hasil data Dinas Pertanian Kabupaten Poso
yang rangkum oleh Badan Pusat Statistik kabupaten Poso, yaitu pada tahun
2014 luas lahan perkebunan coklat yaitu 39,8 Ha, meningkat menjadi
1.933 Ha ditahun 2017. Untuk Perkebunan Kopi pada tahun 2014 belum
ada ditahun 2017 sekitar 14 Ha. Sedangkan Cengkeh, Kelapa dan Lada
serta tanaman lainnya mengalami penurunan yang segnifikan, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.7 luas dan jumlah produksi tanaman
perkebunan di bawah ini.

Laporan Database Lemba Masale 2019 17


Tabel 2.7. Luas Lahan Perkebunan dan Jumlah Produksi Perkebunan
Kecamatan Pamona Puselemba Tahun 2015 dan 2018

Jenis Tanaman Perkebunan


Kelapa Kopi Cengkeh Coklat Lada
Produ Prod Produk Luas Produks Luas Prod
Tahun Luas Luas Luas
ksi uksi si Laha i Laha uksi
Lahan Lahan Lahan
(Ton/ (Ton (Ton/ n (Ton/T n (Ton
(Ha) (Ha) (Ha)
Th) /Th) Th) (Ha) h) (Ha) /Th)
2014 27 1300 - - 617 527,8 39,8 1000,4 21 113
2017 11 13 14 - 423 - 1933 947 33 4
(Sumber: Pamona Puselemba dalam Angka Tahun 2015 dan 2018)
c. Sektor Perikanan
Perikanan darat umumnya berupa perikanan danau yang hanya di
budidayakan di Kecamatan Pamona Puselemba, Kecamatan Pamona
Selatan, Kecamatan Pamona Tenggara. Khusus di Kecamatan Pamona
Puselemba merupakan salah satu penghasil ikan air tawar yang menjadi
komoditas andalan yang bisa meningkatkan perekonomian di kawasan
Pamona Puselemba. Dengan jumlah produksi hasil perikanan umum
(Perikanan Tangkap) pada tahun 2017 yaitu 356 ton/thn. Untuk produksi
perikanan Budidaya yaitu kolam Frest sekitar 65 ton/thn, rawa 67 ton/thn
sehingga total produksi hasil perikanan budidaya yaitu 132 ton/thn dengan
jumlah rumah tangga perikanan Budidaya Kolam Frest yaitu 31.
d. Sektor Peternakan
Pembangunan sektor pertanian bertujuan untuk meningkatkan
populasi dan produksi ternak serta memperbaiki perekonomian
masyarakat dengan menjadikan ternak sebagai sumber pendapatan dan
gizi masyarakat di kawasan Lemba Masale. Untuk itu perlunya peningkatan
jumlah serta mutu ternak.
Populasi ternak di klasifikasikan atas ternak besar yaitu meliputi
sapi, kerbau, kuda dan ternak kecil yaitu kambing, babi dan domba serta
ternak ungags meliputi ayam kampong, ayam petelur, itik dan ayam
khusus pedaging. Populasi ternak besar di kawasan Pamona Puselemba
Lemba Masale tiap tahunnya bertambah berdasarkan data Dinas

Laporan Database Lemba Masale 2019 18


Peternakan Jumlah ternak sapi potong pada tahun 2014 yaitu 1.059 ekor
dan meningkat menjadi 2.116 ekor di tahun 2017 dengan jumlah produksi
10.736 kg/thn. Ternak kerbau pada tahun 2014 belum ada sampai di tahun
2017 sudah mencapai 41 ekor. Untuk populasi ternak kecil mengalami
pengurangan jumlah populasi dari tahun 2014 sekitar 1.921 ekor dan
ditahun 2017 turun menjadi 1.787 ekor dikarenakan banyaknya
masyarakat beralih ke sapi potong yang relatif lebih murah dibanding babi,
untuk ternak kambing itu mengalami pertambahan populasi dari tahun ke
tahun. Kategori ternak unggas mengalami kenaikan setiap tahunnya
dengan populasi di tahun 2014 populasi ayam kampong 21.738 ekor
meningkat menjadi 45.530 ekor di tahun 2017 begitupun ayam
pedaging/ras dan itik mengalami peningkatan jumlah populasi
dikarenakan besarnya permintaan masyarakat dan pasar.

6. Kondisi Prasarana Pada Kawasan Perdesaan


Kondisi prasarana pada Kawasan Perdesaan Kecamatan Pamona
Puselemba Kawasan Lemba Masale yang menjadi permasalahan utama
adalah prasarana infrastruktur jalan dimana umunya masih banyak ruas
yang masih konstruksi dari tanah yang dikeraskan dan permukaan tanah
yang belum pernah ditangani sama sekali, ada beberapa ruas yang
mengalami kerusakan di badan jalan akibat adanya air yang tergenang.
Pada prasarana infrastruktur drainase masih ada dalam kawasan
permukiman yang belum tersentuh saluran drainase dan hanya
menghandalkan drainase buatan/drainase tanah. Permasalahan lainnya
adalah prasarana persampahan seperti tempat sampah sementara
sehingga masyrakat mengelolah sampah melalui proses pembakaran atau
langsung dibuang kelahan kosong. Untuk prsarana air bersih/air munum
masyarakat tidak terlalu kewalahan karena kawasan tersebut kaya akan
air bersih yang bersumber dari mata air pegunungan dan untuk sumur
bor/sumur galih tidak terlalu susah karena kondisi struktur tanah yang
banyak mengandung air.

Laporan Database Lemba Masale 2019 19


Gambar 2.6. Kondisi beberapa ruas jalan yang masih struktur tanah
(sumber: Hasil Survei 218)

Gambar 2.7. Kondisi beberapa ruas drainase dalam kawasan perdesaan


dan kondisi sampah yang dibuang di pinggi jalan (kanan)
(sumber: Hasil Survei 218)

Gambar 2.8. Kondisi sumur gali (kiri) kondisi sumber mata air (kanan)
(sumber: Hasil Survei 218)

Laporan Database Lemba Masale 2019 20


7. Permasalahan Kawasan Perdesaan
Beberapa permasalahan sektoral yang ada pada kawasan antara
lain:
a) Kualitas SDM
Rendahnya kualitas sumber daya manusia terutama kompetensi
berdasarkan bidang masing-masing dengan mengandalkan
produk unggulan kawasan masih rendah dan masih
mengandalkan pengalaman yang pernah di dapat sebelumnya,
termasuk dari segi kreativitasnya untuk menyesuaikan dengan
pasar.

b) Kelembagaan
Masih kurangnya pemahaman kelembagaan mengenai
pengelolaan kawasan dalam ekonomi berbasis komoditas.

c) Produk unggulan Kawasan


Pengembangan produk unggulan kawasan belum terintegrasi
antar sistem produksi/pengolahan, sistem pemasaran, sistem
permodalan.

d) Pendidikan dan Pelatihan


 Masih banyaknya masyarakat yang putus sekolah akibat
faktor ekonomi, serta belum meratanya fasilitas pendidikan
tingkat SMP dan SMA dalam area kawasan.
 Masih minimnya fasilitas sarana penunjang pendidikan tiap
sekolah, sehingga berpengaruh terhadap kualitas pendidikan
yang dihasilkan.
 Belum adanya program studi di SMK yang berkaitan dengan
pengembangan produk unggulan kawasan.

Laporan Database Lemba Masale 2019 21


e) Pasar
Setiap desa belum memiliki pasar permanen yang melayani
pembeli dan penjual sebagai sarana jual beli produk
desa/kawasan. Selain itu tidak ada tempat khusus untuk
memasarkan hasil olahan ikan, sehingga para pedagang yang
ada mengganggu aktivitas transportasi di sekitar kompleks
pasar. Masih buruknya kondisi pasar yang ada di ibu kota
kecamatan baik bangunan maupun infrastruktur pendukungnya
sehingga mempengaruhi kinerja pelayanan.

f) Sistem Transportasi
Sebagian akses jalan lokal rusak sehingga berpengaruh terhadap
waktu tempuh dalam membawa hasil produksi pertanian ke
lokasi pemasaran lokal. Jalan akses antar kawasan perdesaan
dan kawasan perkotaan terutama jalan kabupaten banyak
dalam kondisi rusak dan rusak berat. Kondisi akses jalan yang
terbatas sehingga jarak menuju kota (lokasi pemasaran) sangat
jauh sehingga mempengaruhi biaya transportasi yang lebih
tinggi. Sistem angkutan produk unggulan belum terbangun
khusus untuk melayani Kawasan.

g) Pertanian
 Belum ada kebersamaan petani mengembangkan
varietasvarietas unggulan produk pertanian.
 Keterbatasan modal dan akses perbankan sehingga petani
tidak dapat mengembangkan pertaniannya, meskipun
potensi lahan yang untuk digarap tersedia.
 Peran pemerintah dalam memberikan peluang pasar ataupun
modal (investor) masih minim.

Laporan Database Lemba Masale 2019 22


 Manajemen produksi yang dilakukan petani belum sampai
pada profit oriented namun lebih merupakan kebiasaan
petani.
 Dalam distribusi antara lain panjangnya tata niaga dan
adanya pelaku-pelaku yang dominan di pasar. Di samping itu,
pembentukan harga juga dikuasai oleh beberapa pelaku
pasar saja.

h) Perikanan
 Terjadinya kekurangan ikan disetiap Desa, karena Danau
merupakan sumber pencaharian masyarakat.
 Industri ikan air tawar masih kurang di dalam kawasan dan
hanya terbatas pada subsektor komsumsi rumah tangga saja.
 Belum memadainya tempat penyimpanan hasil tangkap ikan
terutama penggunaan cold storage sangat minim.
 Pabrik es yang memproduksi es untuk pengawet ikan yang
terbangun tidak berfungsi.
 Tempat pemasaran ikan masih terbatas.
 Kurang pengetahuan tentang pengolahan ikan hasil tangkap,
pengolahan masih monoton (tidak variatif) dan sederhana
sehingga perlu kreatifitas dan innovasi berorientasi pasar
khusus untuk para pengunjuang atau wisatawan.
 Belum adanya tempat khusus untuk pelatihan dan
pengemasan produk perikanan.
 Kurangnya anggaran untuk pengembangan packaging produk.

i) Pariwisata
Fasilitas penunjang pariwisata belum terawat dan tertata
dengan baik sehingga kualitasnya, tentu sangat berpengaruh
terhadap turunnya daya tatik wisata. Belum terpusatnya pusat

Laporan Database Lemba Masale 2019 23


kuliner khusus ikan air tawar di kawasan danau. Selain itu,
belum ada pemaketan wisata secara terpadu lintas objek wisata
dalam kawasan. Kurangnya promosi dan pemasaran wisata oleh
pemerintah maupun oleh kelembagaan wisata masyarakat
(Pokdarwis) melalui jejaring social dan jenis promosi lainnya.

C. Gambaran Umum Kawasan Permukiman Perdesaan (KPP) Lemba


Masale
1. Peta Delineasi KPP Lemba Masale
Delineasi Kawasan Permukiman Perdesaan (KPP) melingkupi 5 Desa
dalam administrasi yaitu Desa Wera, Tonusu, Leboni, Buyumpondoli dan
Peura karena merupakan satu garis komoditas yaitu pertanian, perikanan
dan pariwisata.

Gambar 2.9. Peta Delineasi Kawasan Permukiman Perdesaan


(KPP) Lemba Masale
(sumber: Hasil Penyusun 2018)

Laporan Database Lemba Masale 2019 24


2. Kondisi Kependudukan KPP Lemba Masale
a) Jumlah Penduduk
Tabel 2.8. Jumlah Penduduk KPP Lemba Masale

Jumlah Penduduk Proyeksi


Desa Eksisting 2018 Penduduk/Rencana
(jiwa) 2019 (jiwa)
Desa Leboni 1119 1141
Desa Tonusu 1675 1708
Desa Wera 899 917
Desa Buyumpondoli 1980 2019
Desa Peura 1131 1153
KPP Lemba Masale 6804 6938
(sumber: Hasil Penyusun 2018)
Berdasarkan data yang disajikan dalam tabel 2.8 diatas, diketahui
bahwa jumlah penduduk yang paling tinggi yaitu Desa Buyumpondoli
sekitar 1.980 Jiwa/thn dengan hasil proyeksi pada tahun 2019 yaitu 2.019
Jiwa/thn dengan tingkat pertumbuhan penduduk 2%. Untuk penduduk
paling sedikit yaitu berada di Desa Wera dengan jumlah 899 jiwa/thn
dengan hasil proyeksi 2019 menjadi 917 jiwa/thn. Jadi total jumlah
penduduk dalam kawasan Permukiman Perdesaan yaitu 6.804 jiwa/thn,
dengan hasil proyeksi 2019 yaitu berjumlah 6.938 jiwa/thn.

b) Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk didapatkan dengan membagi jumlah
penduduk dengan luas permukiman. Berdasarkan hasil delineasi secara
spasial pengisian database kawasan didapatkan luas total permukiman
(PMK) Lemba Masale yaitu 227,44 Ha.
Tabel 2.9. kepadatan penduduk Kawasan Lemba Masale

Jumlah
Luas Kepadatan
Penduduk
Desa Permukiman Penduduk
Eksisting 2018
(PMK) Ha km2
(jiwa)
Desa Leboni 1119 42,74 2618
Desa Tonusu 1675 52,15 3211

Laporan Database Lemba Masale 2019 25


Jumlah
Luas Kepadatan
Penduduk
Desa Permukiman Penduduk
Eksisting 2018
(PMK) Ha km2
(jiwa)
Desa Wera 899 31,68 2837
Desa
3558
Buyumpondoli 1980 55,64
Desa Peura 1131 45,25 2499
(sumber: Hasil Penyusun 2018)

Berdasarkan tabel 2.9 diketahui bahwa kepadan penduduk tertinggi


berada di Desa Buyumpondoli dengan kepadatan penduduk 3.558 jiwa/km 2
dan tingkat kepadatan paling rendah berada di Wera 2.837 jiwa/km 2.

c) Jumlah Kepala Keluarga (KK)


Tabel 2.10. Jumlah KK KPP Lemba Masale

Jumlah KK Proyeksi
Desa Eksisting Jumlah KK
2018 2019
Desa Leboni 267 272
Desa Tonusu 399 407
Desa Wera 214 218
Desa Buyumpondoli 472 481
Desa Peura 270 275
KPP Lemba Masale 1622 1654
(sumber: Hasil Penyusun 2018)

Berdasarkan tabel 2.10 diketahui bahwa KK di kawasan KPP Lemba


Masale tahun 2018 yaitu 1.622 kk, setelah di proyeksi dengan laju
pertumbuhan penduduk 2% didapatlah hasil proyeksi dengan rentan tahun
hanya 1 (satu) tahun sehingga didapat hasil proyeksi 2019 yaitu sekitar
1.654 kk.

d) Mata Pencaharian
Pada kawasan permukiman perdesaan (KPP) Lemba masala
mayoritas penduduk memiliki mata pencaharian sebagai Petani Padi,
Nelayan Ikan Air tawar. Dan Petani Kebun.

Laporan Database Lemba Masale 2019 26


3. Kondisi Permukiman KPP Lemba Masale
a) Status Lahan
Status kepemilikan lahan masyarakat kawasan permukiman Lemba
Masale memili status penggunaan lahan milik pribadi atau legal.
b) Kesesuaian Dengan Rencana Tata Ruang
Kawasan permukiman perdesaan Lemba Masale berdasarkan
kesesuaian Tata Ruang telah sesuai sebagai mana peruntukannya sebagai
kawasan Agropolitan dan Minapolitan.

4. Kondisi Prasarana Permukiman KPP Lemba Masale


Permasalan utama pada KPP Lemba Masale adalah kondisi jalan
yang masih banyak menagalami kerusakan pada beberapa titik ruas,
sehingga mempengaruhi kelancaran akses dan biaya transportasi. Selain
itu, saluran masing-masing jalan masih ada yang strukturnya
tanah/drainase alami dan buatan. Dan belum adanya talud penahan jalan
yang membuat kondisi jalan terkikis oleh aliran air akibat air yang
tergenang. Masyarakat membutuhkan tempat sampah pribadi dimana
kebiasaan warga hanya membakar sampahnya sendiri. Untuk kebutuhan
MCK rata-rata penduduk di Kawasan Lemba Masale masih menggunakan
septictank yang langsung ke dalam tanah, dan masih buruknya kondisi MCK
umum yang sudah ada dan masih ada warga yang tidak memiliki MCK
pribadi. Kondisi prasarana permukiman KPP Lemba Masale lebih jelasnya
dapat dilhat pada tabel 2.11 dan tabel 2.12.

Tabel 2.11. Kondisi prasarana jalan, drainase dan jembatan KPP Lemba
Masale

Panjang
Prasarana/Infrastruktur kondisi
(m)

Kualitas Baik 920,82


Jalan Poros Desa Kualitas
Sedang 1841,64

Laporan Database Lemba Masale 2019 27


Panjang
Prasarana/Infrastruktur kondisi
(m)

Kualitas Buruk 1841,64


Total 3735,4
Kualitas Baik 9208,2
Kualitas
Jalan Desa
Sedang 9208,2
Kualitas Buruk 27624,6
Total 37354
Kualitas Baik 92,08
Jalan Usaha Kualitas
Tani/Produksi Sedang 92,08
Kualitas Buruk 276,25
Total 460,41
Kualitas Baik 184,16
Kualitas
Jembatan
Sedang 184,16
Kualitas Buruk 552,49
Total 747,08
Kualitas Baik 6077
Kualitas
Drainase
Sedang 12155
Kualitas Buruk 12155
Total 24653,64
(sumber: Hasil Penyusun 2018)

Tabel 2.12. Kondisi Air Minum, Air Limba dan Persampahan KPP Lemba
Masale

No Prasarana/Infrastruktur Jumlah
Air Minum
1 Jumlah Sambungan Air (SR) 682
Jumlah Penduduk Terlayani Air Minum 2729
Air Limbah
Belum ada
Pelayanan
Panjang Saluran Air Limbah Komunal (m)
Limbah Air
Komunal
2
Belum ada
Pelayanan
Jumlah Penduduk Terlayani Air Limbah Komunal (jiwa)
Limbah Air
Komunal
Air limbah Individual/Tanki Septic (unit RT) 384

Laporan Database Lemba Masale 2019 28


No Prasarana/Infrastruktur Jumlah
Jumlah Penduduk Terlayani Air Limbah Individual (jiwa) 1534
Persampahan
Jumlah Penduduk Terlayani Fasilitas
3R/wasades/lainnya (jiwa) 852
3 Jumlah Penduduk Terlayani Pengangkutan Sampah ke
TPS/wasades (jiwa) 852
Jumlah Penduduk yang Memiliki Tempat Pembuangan
Sampah Individu (Unit) 710
(sumber: Hasil Penyusun 2018)

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 2.10. (a) Kondisi Jalan, (b) Kondisi Drainse, (c) Kondisi Jalan
Tani, (d) Kondisi Jembatan

Laporan Database Lemba Masale 2019 29


Gambar 2.11. Penunjukan Lokasi Prasarana Kawasan Lemba Masale

Laporan Database Lemba Masale 2019 30


5. Permasalahan KPP Lemba Masale
Beberapa permasalahan pada Kawasan Permukiman Perdesaan
Lemba Masale diantaranya yaitu:
 Jalan desa/jalan tani masih kondisi tidak baik untuk dilalui
menuju ke area persawahan sehingga berpengaruh terhadap
waktu tempuh dalam membawa hasil produksi pertanian ke
lokasi pemasaran local maupun ke lokasi penampungan/gudang
pabrik.
 Drainase dalam perdesaan masih banyak yang perlu di perbaiki,
sehingga tidak terjadi lagi genangan di badan jalan maupun di
rumah warga.
 Jalan antar desa Peura ke Ibu Kota Kecamatan masih dalam
kondisi tidak baik, susahnya akses ke sekolah, pasar dan
puskesdes menjadi persoalan bagi masyarakat yang bermukim
disekitar desa ataupun dalam desa. Salah satuh alternatif warga
yang lebih cepat yaitu menggunakan perahu untuk ke ibu Kota
Kecamatan.
 Kondisi persampahan yang tidak di olah dengan baik.

Laporan Database Lemba Masale 2019 31


3
PENETUAN KWS.
PERMUKIMAN PERDESAAN
PRIORITAS
BAB III
PENENTUAN KAWASAN PERMUKIMAN PERDESAAN PRIORITAS

A. Matriks Penentuan Kawasan Prioritas


Tabel 3.1. Matriks Penentuan Kawasan Prioritas

Pertimbangan
Administratif Penilaian SPM
Lain

Potensi Sosial Budaya


Sarana Perdagangan

Tingkat Partisipasi
Nama Kawasan

dan Pendukung
Status

Persampahan
No Nama Perdesaan Permukiman Penentuan

Masyarakat
Kecamatan

Air Limbah
Kabupaten

Air Minum
Desa

Drainase

Ekonomi
Provinsi
Perdesaan

Jalan
1 2 3 Desa4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Leboni 50,62 98,76 66,67 75 77,25 67,22 100 Ada Sedang Prioritas 1

Tonusu 62,57 84,22 66,67 75 120 71,85 50 Ada Sedang Prioritas 1


Kawasan Perdesaan Kawasan Permukiman
Pamona Sulawesi
1 Kecamatan Pamona Perdesaan Lemba Wera Poso 44,27 98,76 66,67 75 77,25 67,22 100 Ada Sedang Prioritas 1
Puselemba Tengah
Puselemba Masale
Buyumpondoli 65,66 84,22 66,67 75 116,67 67,22 0 Ada Sedang Prioritas 2

Peura 58,79 86,95 66,67 248,51 102,47 67,22 0 Ada Sedang Prioritas 1

(Sumber: Hasil Penyusun 2018)

Berdasarkan analisis dalam form excel pengisian database, nilai SPM kemudian diinput masuk kedalam matriks penentuan Kawasan Permukiman Perdesaan (KPP), dengan
pertimbangan kolom (9) sampai kolom (16) ditetapkan bahwa Kawasan Permukiman Perdesaan (KPP) merupakan beberapa KPP yang masuk dalam priorotas yaitu KPP 1 Desa Leboni
dan Wera, KPP 2 Desa Desa Tonusu, KPP 4 Desa Peura, Untuk Prioritas ke 2 yaitu KPP Desa Buyumpondoli.

Laporan Database Lemba Masale 2019 32


PENUTUP 4 BAB IV

PENUTUP

Kabupaten Poso dan secara khusus Kecamatan Pamona Puselemba


merupakan daerah yang sebagian besar wilayahnya didominasi oleh
kawasan perdesaan dengan lapangan usaha utama sektor pertanian dalam
arti luas, yang meliputi sub sektor Tanaman Bahan Makanan, Sub-Sektor
Perkebunan, Sub-Sektor Peternakan, dan Sub-Sektor Perikanan. Secara
teoritis dan empirik menunjukkan bahwa skala ekonomi merupakan salah
satu faktor dominan untuk menurunkan biaya rata-rata yang selanjutnya
meningkatkan profit perekonomian masyarakat desa.

Berdasarkan hasil matriks penentuan kawasan prioritas, Kawasan


Permukiman Perdesaan Pamona Puselemba (Lemba Masale) yang termasuk
dalam kawasan Perdesaan Kecamatan Pamona Puselemba ditetapkan
sebagai kawasan permukiman prioritas 1. Kawasan Permukiman Perdesaan
Lemba Masale memiliki potensi sebagai kawasan peruntukkan Agrowisata
dengan pengembangan Pertanian & Perikanan dengan pendekatan
ekonomi wisata, dengan adanya sarana penunjang permukiman seperti
pasar, sekolah, puskesdes, dan sentra produksi hasil pertanian dapat
menjadi faktor peningkatan perekonomian masyarakat.

Beberapa permasalahan pada kawasan Permukiman Perdesaan


Lemba Masale adalah kondisi jalan yang masih mengalami kerusakan pada
beberapa ruas sehingga mempengaruhi kelancaran akses dan biaya
transportasi. Selain itu, saluran masing-masing jalan dan di kawasan
permukiman masih berupa tanah. Belum adanya talud juga membuat
kondisi jalan dapat terikis oleh aliran air dan lama kelamaan dapat
membuat jalan mengalami penyempitan. Kondisi persampahan yang
belum di olah dengan baik dan tidak tersediahnya sarana persampahan
seperti tempat sampah sementara dan mobil pengangkut sampah di dalam
kawasan permukiman.

Laporan Database Lemba Masale 2019 33


Masyarakat juga memerlukan tempat sampah pribadi dimana
kebiasaan warga hanya membakar sampahnya secara mandiri. Oleh karena
itu dengan penyusunan Profil Database dan Delineasi Kawasan
Permukiman Perdesaan Kecamatan Pamona Puselemba (Lemba Masale) ini
yang memuat potensi dan permasalahan dalam lingkup kawasan dapat
menjadi acuan dan dasar penyusunan instrumen kebijakan yang dapat
digunakan untuk mendukung upaya pengembangan sosial dan peningkatan
ekonomi perdesaan serta pemenuhan layak huni bagi masyarakat
perdesaan di Kecamatan Pamona Puselemba atau Kawasan Lemba Masale
Kabupaten Poso.

Laporan Database Lemba Masale 2019 34


LAMPIRAN

PROFIL DELINEASI DAN


DATABASE KAWASAN
PERMUKIMAN PERDESAAN
KECAMATAN PAMONA
KABUPATEN POSO
Laporan Database Lemba Masale 2019 36
Laporan Database Lemba Masale 2019 37
Laporan Database Lemba Masale 2019 38
Laporan Database Lemba Masale 2019 39
Laporan Database Lemba Masale 2019 40
Laporan Database Lemba Masale 2019 41
Laporan Database Lemba Masale 2019 42

Anda mungkin juga menyukai