Anda di halaman 1dari 24

COFFEE MORNING

Persiapan Pelaksanaan NUDP


Jakarta, 28 Februari 2017

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Urban Development

Tujuan : Meningkatkan kinerja kota dalam pembangunan Nasional

Kinerja Kota:
1. Dalam wilayah nasional (Meningkatkan fungsi; kota industri,
kota pariwisata, dll)
2. Dalam dirinya sendiri (meningkatkan kinerja sosial, ekonomi,
dan lingkungan)

Dalam pembangunan kota terdapat berbagai instrumen:


1. Rencana tata ruang kota untuk mengalokasikan peruntukan
ruang pada berbagai kegiatan dalam pembangunan kota.
2. Rencana kawasan permukiman dan perumahan untuk
mendudukkan fungsi kawasan permukiman secara optimal
dalam menunjang fungsi kota sesuai peruntukan dalam RTRW
Kota.
3. Dll.
I. PENDAHULUAN
1. Perkembangan Kota di Indonesia

a. Dalam 60 thn terahir perkembangan kota( urbanisasi) sangat pesat dengan rata-rata
pertumbuhan 4.4%;
Pada 2013: Penduduk perkotaan 130 jt, 52% dari Total penduduk,
Pada 2025: perkiraan pddk perkotaan jadi 70%, 2050 jadi 85% dari total penduduk .(BPS2012)
Catatan;Urbanisasi: 1) Kawasan bertranformasi jadi bersifat kota
2) Pergerakan penduduk (dari desa ke kota).
b. Perkembangan kota-kota di indonesia dipengaruhi urban pull dan Urban push
c. Kawasan perkotaan menjadi sangat penting secara sosial-ekonomi
1) Lebih dari 48% produksi non migas diproduksi di kws perkotaan
2) Pertumbuhan ekonomi kws perkotaan lebih tinggi dari non-perkotaan
3) Job creation lebih tinggi di kws perkotaan dari di non-perkotaan
(contoh; kurun 2001-2011, 20 jt lapangan kerja baru, 89% ada di
perkotaan)
1) Sejak 2008 jumlah lap kerja di perkotaan bertumbuh lebih cepat dari penduduk usia
4) kerja.

1).Kota dapat memberi peluang bagi perkembangan ekonomi dan lapangan kerja
2) Dapat menimbulkan masalah lingkungan, sosial dan Ekonomi
(Jika tidak tertata)
Rationale…
URBANISASI DI INDONESIA

Pertumbuhan Penduduk Perkotaan Rata-Rata 2,75 % Per tahun


Rata-Rata Pertumbuhan Penduduk Nasional 1,17 % per tahun
Persentase (%)

Tahun

Populasi Penduduk Perkotaan Populasi Penduduk Perdesaan

2025: 68 % Populasi akan 2045: 82 % Populasi akan


tinggal di perkotaan tinggal di perkotaan

Source: Bappenas, NUDP


II. PERMASALAAN PERKOTAAN DI INDONESIA

2.1 Di kws perkotaan( terutama metro, besar)

a) Ecological foot print(kebutuhan) jauh melampaui daya dukung


b) Urban sprawl merambah lahan subur pertanian sekitarnya (GKS,
MakasaJabodetabek, Bandung , Medan dll)
Menyebabkan konversi lahan pertanian padi subur menjadi
perumahan dan kws industri: 80.000 ha/thn, atau 220 ha /hari
c) Keterbatasan lahan dan biaya tinggi dalam pengadaan infrastruktur,
utilities, perumahan dan ruang terbuka menyebabkan kota kurang layak
huni dan kawasan kumuh
d) Kemacetan, polusi udara dan air (contoh kerugian karena kemacetan
Jabotabek sekitar 3 billion dollar, hampir sama dgn biaya Bangun MRT
Rp 7 triliun).
2.2. Di kota kecil dan perdesaan

a. Prpindahan tenaga skil dan modal ke kota (Drain effect)


menyebabkan stagnasi sektor produksi
b. Kesempatan kerja rendah, Kemiskinan, kualitas permukiman
tidak baik.

1. Inefesiensi ekonomi nasional


(Perkembangan ekonomi kota besar/metro lambat, kota kecil dan
perdesaan rendah)
2. Kemampuan daerah membangun kota rendah ( financial, planning
/design dan pembangunan)
Contoh: Porsi PAD dalam APBD rendah, pemb infrastruktur kota lambat.
Skema Perkembangan Kota & Tantangannya
Lahan subur
Kota metro/besar terkonversi
berkembang HZ
Lahan tdk efisien,
infstr terbatas,
Metro
kumuh
perkembangan
lambat

Kawasan
Penduduk potensil
pindah

Kota sedang /kecil


Weak linkage stagnant Weak linkage
desa Kapasitas membangun
rendah
III. LINGKUNGAN STRATEGIS PERKOTAAN INDONESIA

3.1. Global
i. Transformasi sosial dan kawasan perkotaan(UNDP)
ii. Golbal warming-kenaikan muka air laut(IPCC)
iii. Revolusi industri ke 4; Teknologi robot, Informasi dan teknologi komunikasi(ITC)
dan transportasi.

3.2. Kondisi spesifik Indonesia


i. Kondisi geografis: terdiri dari 13000 pulau, inter-regional balance of growrth
secara politik dan sosial sangat perlu
ii. Distribusi penduduk sangat timpang; 60% di Jawa dengan luas wilayah hanya 60%
dari total luas indonesia,lahan subur untuk pangan ada di p Jawa.
IV. TANTANGAN PENGEMBANGAN KOTA DAN DESA
a. Meningkat kapasitas mengelola kota (Financial, Planning/Design dan
management) terutama kota kecil dan sedang- Belum terpenuhi Standar
Pelayanan Perkotaan(SPP)
b. Mendorong perkembangan kota kecil dan sedang menjadi kota
produktif , layak huni dan nyaman (green), sehingga dapat berperan sbg
counter magnet untuk menahan perpindahan penduduk ke kota-kota
metro dan besar,
c. Mengelola perkembangan Kota metro dan besar meningkatkan efesiensi
pemanfaatan ruang kota, layak huni, green dan smart ( membatasi
urban –sprawl, mendukung infrastruktur sebagai instrument untuk
efesiensi ruang, mengatasi kws Kumuh)
d. mendorong kota-kota untuk mendukung sektor strategis dan
perkembangan wilayah,
e. Sinkronisasi pengembangan sistem jaringan transpotasi kota dan
regional untuk conectivitas antar kota dan keterkaitan antar kota dan
desa (urban-Rural Linkages).
f. Meningkatkan kemampuan pembngunan desa melalui penyediaan PSU
dan kemampuan pengelolaan desa.
ARAHAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN KEDEPAN
1) RPJP 2005-2025
a. Kota-kota terutama luar Jawa didorong berkembang sebagai counter magnet.
b. Pengembangan kota-kota menengah dan kecil (melalui: pengembangan industri, penyediaan prasarana
dan sarana, penguatan kapasitas Pemda, law enforcement).
c. Urban-sprawl di kota-kota metro besar di Pulau Jawa dimanage (melalui: i) optimasi pemanfaatan,
ruang, pengamanan zona penyangga/bufferzone, peningkatan fungsi kota-kota satelit sekitar kota inti
sebagai dormitory town, ii) Penguatan ekonomi kota, iii) Revitalisasi kawasan kota).

2) Agenda Nawacita:
Tata kelola pembangunan, pembangunan dari pinggir, manpower dev’t, daya saing, promosi sektor strategis.

3) KSPPN: Kebijakan dan strategi pembangunan perkotaan nasional.


Visi : Kota berkelanjutan dan berdaya saing untuk kesejahteraan masyarakat.
Melalui 5 pilar:
a. Pilar 1 s/d 3: Membangun identitas perkotaan berbasis karakter fisik, keunggulan ekonomi, budaya lokal.
b. Pilar 4 s/d 5: Membangun dan memanfaatkan keterkaitan antarkota dan desa dalam sistem perkotaan
nasional berbasis kewilayahan.

4) RPJMN 2015-2019
a. Pembangunan 5 kawasan metro baru diluar Jawa Bali, peningkatan 7 metro lama.
b. Pengembangan sedikitnya 20 kota otonom diluar Jawa sebagai buffer migrasi ke Jawa.
c. Pembangunan 10 kota baru.
d. Mewujudkan 39 pusat pertumbuhan baru sebagai PKL dan PKW.

5) Pengembangan Kota (UDP-Bappenas): pembangunan berkelanjutan dan berdaya saing untuk kesejahteraan
masyarakat, dilakukan melalui: a. Liveable, b. Green, c. Smart, dan d. Pengembangan Sistem Kota.
JALAN MENUJU KOTA MASA DEPAN:
KOTA BERKELANJUTAN

RPJPN 2005-2025 RPJPN 2025-2045 KOTA MASA DEPAN


INDONESIA: KOTA
BERKELANJUTAN

NUDP

100% indikator Kota 100% indikator


Hijau dan Kota Cerdas yang
100% Indikator Standar Berketahanan Iklim Berdaya Saing dan
dan Bencana terpenuhi Berbasis
Pelayanan Perkotaan (SPP)
Teknologi
terpenuhi sesuai dengan di semua kota terwujud di
Kota Layak Huni, Aman, seluruh kota.
Nyaman
Baseline
2015 2025 2035 2045

Pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP), melalui:


1 Indikator Kota Layak Huni dan berkelanjutan, Kota Hijau, Kota cerdas dan berdaya saing .

2 Perwujudan Sistem Perkotaan Nasional (SPN) 100% perkotaan


memenuhi fungsinya

3 100% indikator tata kelola kota berkelanjutan terwujud di seluruh kota.


CITA-CITA REPUBLIK TENTANG KOTA MASA DEPAN
“KOTA BERKELANJUTAN DAN BERDAYA SAING”
(2015 – 2045)
Pilar Kota Berkelanjutan dan Berdaya Saing

1 2 3
Kota Layak yang Kota Hijau yang Kota Cerdas yang
aman dan nyaman berketahanan iklim berdaya saing dan
dan bencana berbasis teknologi

Strong Neighboorhoods Green Openspace Smart Economy


Walkable Green Waste Smart People
Affordable Green Transportation Smart Governance
Comfortable Green Water Smart Mobility
Cultural Green Energy Smart Environment
Connectivity Green Building Smart Living
Resilience
4 5
Membangun IDENTITAS Membangun keterkaitan dan manfaat
PERKOTAAN INDONESIA berbasis antarkota dan desa-kota dalam
karakter fisik, keunggulan ekonomi, SISTEM PERKOTAAN NASIONAL
budaya lokal berbasis kewilayahan
KRONOLOGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN DI INDONESIA

UU No.4/1992 UU No.1/2011
Tentang Perum & Perkim Tentang PKP
Perencanaan PKP
didudukkan sesuai
amanat UU 1/2011
dan PP 14/2016

1969 1985 1992 2007 2010 2016

Kampung Improvement Program Pembangunan


RP4D PNPM SPPIP RP2KP RKP (UU No.1/2011)
Program (KIP) Perkotaan Terpadu (P3KT) RP3KP
Komponen KIP: Konsep P3KT Konsep RKP
1. Komponen dalam skala 1. Berupaya melibatkan 1. Sesuai rencana tata
kota yang 1 akan berbagai aktor ruang
mendukung aksesibilitas pembangunan 2. Keterpaduan PSU
masyarakat 2. Sebagai langkah awal Perumahan dan
2. Komponen yang dibangun menuju konsep Kawasan Permukiman
merupakan kebutuhan di manajemen pembangunan 3. Mencakup wilayah
dalam kampung itu sendiri kota terpadu perkotaan dan
3. Mengisyaratkan perlunya perdesaan
meningkatkan (kabupaten).
produktivitas kota yang
integratif dengan
lingkungan
4. Memelihara sustainabilitas
kota Sebagai Dasar
Keterpaduan PSU
• Meningkatnya
kebutuhan akan
permukiman layak
Goal 11 dengan akses
Mewujudkan perkotaan dan kawasan pelayanan dasar yang
permukiman yang inklusif, aman, berketahanan, memadai;
dan berkelanjutan
• Masih terbatasnya
• Akses Perumahan Layak Bagi penyediaan ruang
Semua, Aman Dan Terjangkau; publik yang dapat
diakses oleh semua
• Akses layanan infrastruktur dasar; warga kota;

TARGET
• Belum meratanya
• Penanganan kawasan kumuh yang kepedulian

2030
berkelanjutan; stakeholders pada
• Layanan ruang publik yang memadai; pembangunan
permukiman yang
• Pengelolaan urbanisasi sebagai layak bagi semua,
bagian dari perencanaan aman dan
berkelanjutan;
permukiman perkotaan.
NEW URBAN AGENDA (HABITAT III)

1. SUD For Social Inclusion and Ending Poverty


a. No one left behind, Promote adequate services, accommodation and
opportunities to decent and productive work
b. Stimulate the supply a variety of adequate housing, safe and affordable
c. Promote safe, inclusive, accessible, green, and quality public space, park
etc, for social interaction.
2. Sustainable and Inclusive Urban Prosperity and Opportunities for All
a. Urban form, Infrastructure, and Building Design are among drivers of
cost and resource efficiency (through benefits of economy of scale and
agglomeration) fostering energy efficiency, renewable energy, resilience,
productivity, environmental protection and sustainable growth in the
urban economy.
b. Support national spatial framework and the system of cities and human
settlement, and urban rural linkage for postering equitable regional
development.
c. Encourage compact design and integration of new neighborhoods in
the urban fabric preventing urban sprawl
Lanjutan NUA
3. Environmentally Sustainable and Resilient Urban Development
a. Adopting a smart city approach to make cities more environmentally
friendly, sustainable growth and improve service delivery
b. Committing to urban planning process that incorporated water resources
Planning and management
c. Committing to promote environmentally sound waste management by using
3R of waste, minimizing landfills and converting waste to energy.
d. Committing to promote the approach of disaster Risk reduction concerning
environmental conditions.
e. Adopting and mitigating climate change to support cities and human
settlement
4. Establishing a supportive framework
a. Implementing integrated approach combining sectoral policies and
territorial planning strategies
b. Support local government in their own urban development in line with
national legislation and policies.
5. Planning and Mnagaing Urban Spatial Development
a. Promoting integrated and territorial planning based on sustainable use of
land and resources, compactness, polycentrism, appropriate density and
connectivity.
DITJEN CK SEBAGAI EXECUTING AGENCY

1. Usulan Dirjen CK Tentang Komponen Kegiatan NUDP (Lampiran 3; Nota


Dinas Dirjen CK kepada Sekjen PUPR, 22 Februari 2016)
Komponen kegiatan NUDP Terdiri dari:
a. Persiapan Kebijakan, Kelembagaan, dan Pembiayaan
b. Fasilitasi Persiapan Infrastruktur Perkotaan,
c. Sistem Infrastruktur Perkotaan
d. Pembangunan Infrastruktur Kota Berkelanjutan dan Kota Baru.
2. Untuk Pelaksanaan Selanjutnya, Kementerian PUPR mengusulkan Ditjen
CK sebagai Executing Agency (Lampiran 2; Surat Sekjen ke Bappenas)
3. Pembahasan di Lingkungan CK: Dirjen CK, Direktorat PKP dan Direktorat
KIP
a. Sistem pelaksanaan
b. Rincian pelaksanaan
KERANGKA
Gbr 2.1.PIKIR PELAKSANAAN
Kerangka Pikir Pelaksanaan NUDP NUDP
-RPJP/RPJM
Sistem Informasi
-Nawacita Penyusunan/ review dan Profil Kota
NUDS, KSNPP
Indicator:
Liveable, Green
-RTRWN dan Smart
-NUDS

Penyiapan
1. Sistem
Kondisi kota 2015 Transformasi KONDISI Kota 2045
pelaksanaan
2. Sistem - Liveable
pembiayaan - Green
National - Smart
Urban Project

Penyusunan:
Executing
1 Jakstra Pemb Perumahan dan permukiman
Agency
2.Penyiapan RKP/RP3

3.Penyusunan NSPM Layak Huni dan Green City


Bantuan 4. Penyiapan NSPM Smart City
Teknis &
monito 5.Penyiapan Kelembagaan & SDM
ring

Pemerintah Pembangunan 3 Kota Pembangunan Kota-Kota Pembangunan Kota-Kota


Propinsi/Kab/Kota Pilot (tahap I) (tahap II) (tahap berikutnya)
Penyiapan PJM
Pendekatan Sektoral: kelebihan dan kelemahan
1. Kelebihan
a. Pencapaian target sektoral tinggi
b. Penyediaan infrastruktur kota secara sektoral, baik
c. Penangan kumuh cepat (Bandung, Surabaya dan Jogja)
2. Beberapa kelemahan pendekatan sectoral
a. Kurang dapat mendorong perkembangan kota-kota secara
sistematis (mis. suatu kota strategis secara nasional, tidak
dapat berkembang karena keterbatasan daerah)
b. Pemda cenderung lebih mengutamakan kepentingan daerah
dalam mengembangkan kotanya, dibandingkan dengan
kepentingan nasional
c. Kurang dapat menahan perkembangan kota secara horizontal
(urban sprawl) dan negative externalities-nya
d. Kurang dapat mendorong pembangunan kota yang kompak
untuk efisiensi pemanfaatan lahan dan ekologi kota
e. Kurang dapat mewujudkan pembangunan infrastruktur yang
massive dan terintegrasi
Terkait dengan komitmen agenda NUA dibutuhkan pendekatan
TERPADU dalam pembangunan perkotaan kedepan di Indonesia
19
POTENSI PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI
DITJEN CIPTA KARYA MEWUJUDKAN NUA
1. Konsep (Teoritis)
1.1. Infrastruktur dan Compact City
Jaringan infrastruktur kota dapat mendukung kekompakan permukiman dengan kawasan-
kawasan produksi/ jasa mewujudkan penggunaan lahan dan ekologi kota yang efisien, karena:
i. Jaringan Infrastruktur dapat mensinergikan kawasan-kawasan sehingga dapat
mengkontain perkembangan kws permukiman/kws terbangun (mencegah urban sprawl)
ii. Apabila direncanakan dengan baik, pengembangan jaringan infrastruktur membantu
efisiensi lahan, penyediaan ruang hijau, efisiensi energi, optimasi sumber energi yang
secara keseluruhan berkontribusi terhadap green city

1.2. Smart City,


i. Penggunaan ICT dalam pengelolaan asset kota untuk penggunaan asset yang optimal,
efisiensi energi dan berkelanjutan (Literatur dan Google).
ii. Spatial arrangement dan konektivitas dari bangunan/Jaringan PSU, urban design, design
bangunan dan teknologinya – (Yann Polan, Indonesian-French, Smart & Sustainable Cities –
Seminar)
1. Keterpaduan Infrastruktur menjadi dasar utama Penerapan Compact City
dan Smart City
2. Melalui keterpaduan PSU Dalam Pelaksanaan NUDP, Ditjen Cipta Karya
berpotensi mewujudkan NUA
20
PERAN RKP/RP3 DALAM PEMBANGUNAN KOTA YANG EFISIEN, BERKELANJUTAN DAN BERKARAKTER MELALUI NUDP

RPJPN RTRWN/RTWP

NAWACITA RPJMN Urban System


(Fungsi dan Skala) NASIONAL
&
PROVINSI
Penyiapan JAKSTRANAS Pembangunan Kota
 NSPM sektor RENSTRA &
RKP/RP3 SEKTOR JAKSTRA Pembangunan
 Pedoman teknis (PUPR) Perumahan dan Kawasan
 Bantuan teknis Permukiman

UU 26/2007 UU 1/2011 PKP KOTA


Bantuan PR PP 14/2016 PPKP ATAU
Finansial
KABUPATEN
TURBIN

Kota/
NSPM Air Baku/ NSPM DED &
Pengendali Jalan/
NSPM NSPM Permukiman
Banjir Drainase
SPAM DLL Konstruksi
(liveable,
 Kawasan/
green, smart)
Lingkungan
Hunian/
Perumahan  Berkembang &
RTRWK / Penyusunan
 PSU (Prasarana, Kompak/
RDTR RKP/RP3 Sarana, Utilitas) Efisien
 Green City  Sesuai karakter
 Smart City
 Sesuai fungsi
 Urban dalam wilayah
NSPM NSPM Solid  NSPM PBL NSPM
Transportation nasional
Urban waste/
 Green City Smart City
Transport Sewage
Dokumen Yang Dibutuhkan Untuk Green Book Pelaksanaan NUDP

1. Dokumen Rencana Kegiatan Rinci


• Kaitan Kegiatan dengan RPJMN dan Renstra K/L
• Tujuan Kegiatan
• Ruang Lingkup Kegiatan
• Sumberdaya yang dibutuhkan
• Hasil yang diharapkan
• Rencana pelaksanaan kegiatan
• Manajemen dan organisasi pelaksanaan kegiatan
2. Dokumen Indikator Kinerja
3. Dokumen Dana Pendamping Pusat/ Daerah dan Rencana Alokasi Dana
Dalam DIPA Pusat/Daerah
4. Dokumen Status Lahan
5. Dokumen Organisasi Pengelola Program
6. Dokumen Rencana Pengelolaan Proyek
7. Dokumen Pernyataan Dari Pemerintah Daerah Untuk Berpartisipasi
Dalam Program (Surat Dari Kepala Daerah Dan Disetujui Oleh DPRD)
JADWAL PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN NUDP 2015-2045
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai