Anda di halaman 1dari 27

Konsultasi Publik KLHS RPJPN 2025-2045

Rekomendasi Kebijakan,
Rencana, dan Program
KLHS RPJPN 2025-2045
JA K A R T A | 31 ME I
2023

Dr. Ir. Medrilzam, MPE


Direktur Lingkungan Hidup
Kementerian PPN/Bappenas
Penyusunan KLHS RPJPN 2025-2045

Prinsip Dasar KLHS


Penyusunan KLHS dilakukan secara bersamaan dan
Proses KLHS terintegrasi dengan penyusunan RPJPN 2025-2045
(oleh: Instansi (Decision-Centered Model) menjadi satu proses
Lingkungan Hidup) perencanaan pembangunan
Menerapkan Kebijakan

Model Pelaksanaan KLHS


1 berbasis Science Proses Perencanaan
Pembangunan
– mengaplikasikan pendekatan terintegrasi (oleh: Instansi PLANNING PROCESS
berbasis sistem. Perencana)

one
Menempatkan size SEA – framework of key
fits all
Carrying capacity activities (modelling,
2 sebagai bagian penting dalam menyusun dan decision making, AI, etc)
merencanakan target pembangunan.

Menekankan pada
trade-off analisis kebijakan
3 untuk menyeimbangkan tujuan pembangunan
Proses KLHS
ex-ante

ekonomi, sosial, dan lingkungan


Proses penyusunan
Proses KLHS RPJPN
Perencanaan
Menerapkan prinsip HITS
4 (Holistic, Integrated, Thematic, Spatial).
Proses KLHS
ex-post
Pembangunan
Proses perencanaan
RPJPN

Pelibatan aktif
5 para perencana pembangunan
Integrated Approach
dengan stakeholders lingkungan.
Penyusunan KRP KLHS RPJPN 2025-2045:
Meminimalkan Trade-Off antara target sektor Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan dengan
Kemampuan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup (DDDTLH)

Tools yang digunakan dalam


penyusunan KRP Perumusan Kebijakan, Rencana, dan Program (KRP) merupakan hasil analisis KRP sektoral yang telah
mempertimbangkan kondisi daya dukung sumber daya alam dan daya tampung lingkungan hidup
1 • Memahami perilaku dinamis sebuah
fenomena dan mengidentifikasi
Model variabel-variabel dari perubahan Trade Off
Berbasis tersebut;
Non-Spasial • Menguji sensitivitas model melalui
Inter-related Human Activities Carrying Capacity
intervensi terhadap variabel- variabel
(System tersebut (Leverage Policy), untuk
Dynamics) digunakan dalam proses penyusunan
kebijakan.
Dampak/
Tekanan

2 Energi Industri Daya Tampung Air

Model
+ Laut

IKLH
Berbasis Spasial
(Spatial Dynamics) KEBIJAKAN Pertanian Kehutanan Emisi
PEMBANGUNAN Daya Dukung
• Menjadi tools evaluasi kebijakan spasial;
• Membantu memprediksi atau merekayasa dampak spasial di Ketersediaan Kehati
masa mendatang akibat intervensi tertentu, seperti perkiraan
perubahan penggunaan lahan di masa datang. Permukiman Perikanan Tutupan Lahan

3 Trade Off
Valuasi potensi kerugian Target
Ekonomi Kemiskinan Intensitas Emisi Emisi GRK
Sektor
ekonomi akibat bencana iklim
(kerugian relatif terhadap PDB)
Bagaimana agar muatan Bagaimana cara Bagaimana cara
pengelolaan lingkungan mengantisipasi fenomena memastikan pembangunan
hidup menjadi bagian dari Triple Planetary Crisis yang Indonesia ke depan
perencanaan berpotensi mengancam laju merupakan pembangunan
pembangunan? pembangunan Indonesia? yang berkelanjutan?

KLHS
RPJPN 2025-2045: Arah pembangunan Indonesia 20 tahun ke
depan menerapkan prinsip Pembangunan Berkelanjutan

Target
Indonesia
Negara Nusantara yang
Berdaulat, Maju dan
17 8 45
2045: Berkelanjutan Goals
Agenda
Pembangunan
Indikator

Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan, Indonesia harus merubah jalur dan pendekatan
pembangunan yang diperkuat dengan transformasi menyeluruh melalui 8 Agenda Pembangunan:

Indonesia Transformasi Transformasi Transformasi


Bertransformasi Sosial Ekonomi Tatakelola

Prinsip
Pembangunan Landasan Supremasi Hukum, Stabilitas, Ketahanan Sosial,
Berkelanjutan Transformasi dan Ketangguhan Diplomasi Budaya, dan Ekologi
sangat kuat
terintegrasi ke Kerangka
Mewujudkan
Pembangunan
Mewujudkan Sarana
Prasarana yang Mewujudkan
dalam RPJPN Implementasi Kewilayahan Berkualitas dan Kesinambungan
Transformasi yang Merata dan Ramah Lingkungan Pembangunan
2025-2045. Berkualitas
Muatan Rekomendasi KRP KLHS di dalam RPJPN 2025-2045
Visi Negara Nusantara, Berdaulat, Maju, dan Berkelanjutan

Sasaran 1: Pendapatan per Kapita setara dengan Negara Maju


Sasaran 2: Ketimpangan 0% dan Ketimpangan Berkurang Sasaran
Sasaran 3: Kepemimpinan dan Pengaruh Internasional Meningkat Sasaran 4:
Daya Saing Bangsa Meningkat

Sasaran 5: Intensitas Emisi GRK Menurun menuju Net Zero Emissions

Misi: Agenda Pembangunan

Transformasi Ketahanan Sosial, Transformasi Transformasi Supremasi Hukum,


Ekonomi Budaya dan Ekologi Sosial Tata Kelola Stabilitas, dan
Ketangguhan
Diplomasi
Sasaran 5: Intensitas Emisi GRK Menurun menuju Net Zero Emissions (NZE)

Pertumbuhan Ekonomi (persen) PDB Penurunan Emisi GRK (GtCO2eq)


nasional
Tahunan -
Simulasi KLHS Historis
(Bappenas, 2023)

Penurunan daya dukung


dan daya tampung
lingkungan
menyebabkan turunnya
pertumbuhan ekonomi

Emisi GRK
Kumulatif -
Historis

Simulasi KLHS Intensitas emisi adalah


(Bappenas, 2023) banyaknya emisi GRK yang
dihasilkan per satuan output Penurunan Emisi GRK Capaian (2020) Base year (2025) Target 2030 Target 2045
aktivitas ekonomi Kumulatif 26,44% 28,12% 32,60% 51,51%
Tahunan 39,05% 32,65% 55,65% 80,98%

Penurunan Intensitas emisi

Intervensi Ekonomi Hijau


dengan Pembangunan Rendah
Simulasi KLHS
(Bappenas, 2023)
Emisi GRK diharapkan menurun
sebesar 51,51% secara kumulatif tahun
Karbon akan meningkatkan daya
2010-2045, atau secara tahunan sebesar
dukung lingkungan dan
80,98% (di tahun 2045) di bawah skenario
menurunkan emisi GRK seiring
93,5% Business as Usual, untuk dapat menuju Net
mendorong pertumbuhan PDB Zero Emissions di tahun 2060.
rata-rata Indonesia tahun Hal ini akan berdampak pada penurunan
2025-2045 mencapai 6,22%. intensitas emisi sebesar 93,5% di tahun
2045 dibawah level 2010
Sasaran 5: Intensitas Emisi GRK Menurun menuju Net Zero Emissions (NZE)

Kebijakan Pembangunan Rendah Karbon Sektoral untuk Mencapai NZE

Efisiensi energi pada Penyediaan Unit


setiap sektor (rumah Reforestasi Pengelolaan Penghentian
tangga, komersial, hutan Pupuk Organik Resource subsidi bahan

Pendukung (Enabler)
industri, dan (UPPO) efficiency dan bakar fosil
transportasi) pengelolaan secara perlahan
Restorasi sampah dari

Pertanian
gambut Penambahan sawah hulu ke hilir
Energi

Lahan
Hampir 100% irigasi dan

Limbah dan
kapasitas penerapan sistem
terpasang PLT

Sampah
Rehabilitasi intensifikasi padi
berasal dari EBT
mangrove Penerapan
Peningkatan pajak
Transisi ke Penerapan pengelolaan karbon
kendaraan listrik Penghambatan benih rendah air limbah
dan berbahan laju deforestasi emisi industri
bakar hidrogen

Hasil Survei Sektor Emisi Total responden:


220

Upaya penurunan emisi GRK Pembangunan secara


Setuju Setuju Setuju
Penerapan kebijakan fiskal
dilakukan melalui berkelanjutan & ramah
seperti penghentian subsidi
pembangunan rendah lingkungan dalam kerangka
dengan rata-rata skor bahan bakar fosil & secara dengan rata-rata skor dengan rata-rata skor
karbon yang difokuskan pada ekonomi hijau yang utamanya
perlahan melalui penerapan
sektor prioritas seperti lahan,
energi, dan limbah.
4,5/5 pajak karbon. 3,8/5 ditunjukkan oleh menurunnya
Intensitas Emisi GRK 4,4/5
Muatan Rekomendasi KRP KLHS di dalam RPJPN 2025-2045
Visi Negara Nusantara, Berdaulat, Maju, dan Berkelanjutan

Sasaran Sasaran 5: Intensitas Emisi GRK Menurun menuju Net Zero Emissions

Misi: Agenda Pembangunan

Transformasi
Ekonomi

IE4: Penerapan
Ekonomi Hijau
(i) Transisi Energi;

(ii) Penerapan Low Carbon


Development; Ketahanan Sosial, Transformasi Transformasi Supremasi Hukum,
Budaya dan Ekologi Sosial Tata Kelola Stabilitas, dan
(iii)Penerapan Ekonomi Ketangguhan
Sirkular; dan
Diplomasi
(iv)Pengembangan Green
Financing

Indikator:
Indeks Ekonomi Hijau
Transformasi Ekonomi
IE 4: Penerapan Ekonomi Hijau

Arah Kebijakan: Transisi Energi kepada EBT dan Efisiensi Energi

Simulasi KLHS
(Bappenas, 2023) Simulasi KLHS Simulasi KLHS
(Bappenas, 2023) (Bappenas, 2023)

Aktivitas manusia yang terus meningkat berdampak pada meningkatnya konsumsi energi. Jika pola pemakaian energi tetap seperti business as usual yang bergantung
pada energi fosil, maka dampak negatif seperti kenaikan emisi yang masif dan turunnya ketahanan energi nasional tidak dapat terhindarkan.

Arah kebijakan ke depan untuk sektor energi diarahkan pada pemanfaatan EBT, efisiensi energi, serta penggunaan teknologi carbon capture untuk
memitigasi dampak negatif dari penggunaan energi fosil.

Hasil Survei Sektor Energi Total responden: 220

Kebijakan efisiensi energi pada sektor industri, komersial, dan Setuju Pengembangan EBT pada sektor pembangkit listrik & non- Setuju
rumah tangga untuk menjaga tingkat konsumsi energi sebagai upaya dengan rata-rata skor pembangkit dengan pemanfaatan tenaga air, panas bumi, dengan rata-rata skor
konservasi dan meningkatkan ketahanan energi.
4,4/5 biomassa, biogas, surya, bayu, nuklir, dsb
4,4/5
Pemanfaatan teknologi carbon capture pada sektor Setuju Percepatan phase-out PLTU Batubara sebagai upaya
Setuju
pembangkit dan sektor industri untuk memitigasi emisi dari dengan rata-rata skor dengan rata-rata skor
penurunan emisi sektor energi.
sumber energi fosil yang belum bisa digantikan oleh EBT
4/5 4,1/5
Transformasi Ekonomi
IE 4: Penerapan Ekonomi Hijau

Arah Kebijakan: Penerapan Ekonomi Sirkular


Penggunaan sumber daya di tingkat global masih Arah Kebijakan Prinsip 9R
menggunakan praktik business-as-usual (BaU)
Tingkat sirkularitas penggunaan material di Efisiensi Creation
tingkat global (global circularity) diperkirakan penggunaan (R0: Refuse, R1: Rethink,
terus menurun: sumber daya R2: Reduce)
dari 8.6% pada 2022 menjadi 7.2% tahun
2023(1)
Perpanjangan Maintaining
masa pakai (R3: Reuse, R4: Repair,
produk dan R5: Refurbish, R6:
material Remanufacture, R7:
Repurpose)
2050 Di Indonesia, jika pendekatan BaU terus dilanjutkan,
limbah yang dihasilkan oleh 5 sektor industri utama Pemanfaatan
Jika terus melanjutkan praktik BaU terhadap dapat meningkat hingga 82% di tahun 2030 (3) kembali sisa Recover
penggunaan sumber daya, maka produksi dan (R8: Recycle, R9:
tahun 2050 kita akan membutuhkan 3x dari
(1) Circularity Gap Report (2022 & 2023), (2) Inter-American Development Bank (2021),
konsumsi Recover)
(3) Bappenas, UNDP, Pemerintah Kerajaan Denmark (2021)
bumi kita saat ini (2)

Hasil Survei Sektor Ekonomi Sirkular Total responden: 220

Ekonomi sirkular, sebagai arah kebijakan ekonomi hijau, diterapkan melalui efisiensi penggunaan sumber daya,
perpanjangan masa pakai produk, dan pemanfaatan kembali sisa produksi dan konsumsi. Setuju dengan rata-rata skor 4,5/5
Transformasi Ekonomi
IE 4: Penerapan Ekonomi Hijau

Arah Kebijakan: Pengembangan Green Financing


Proyeksi Penciptaan Lapangan Kerja Hijau
Proyeksi Kebutuhan Investasi Hijau (Triliun Rupiah)
(Juta lapangan kerja)

Simulasi KLHS Simulasi KLHS


(Bappenas, 2023) (Bappenas, 2023)

Pelaksanaan kebijakan Ekonomi Hijau membutuhkan nilai investasi rata-rata sebesar 2377 triliun rupiah per tahun dari 2025-2045. Untuk mencukupi memenuhi
kebutuhan tersebut diperlukan arah kebijakan untuk penguatan pembiayaan inovatif hijau, seperti blended finance, impact investment, carbon tax, dll. Investasi
hijau juga akan memberikan manfaat penciptaan lapangan kerja hingga 1,66 juta lapangan kerja/tahun pada tahun 2045.

Hasil Survei Sektor Sosio-ekonomi Total responden: 220

Arah kebijakan ke depan perlu mencakup peningkatan pendanaan dari sumber inovatif, pengembangan skill SDM untuk
pekerjaan hijau, dan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap gaya hidup yang rendah karbon. Setuju dengan rata-rata skor 4,5/5
Transformasi Ekonomi
IE 4: Penerapan Ekonomi Hijau

Indikator: Indeks Ekonomi Hijau


Indeks Ekonomi Hijau Proyeksi Indeks Ekonomi Hijau

Sebagai alat untuk mengukur Simulasi KLHS


efektivitas transformasi ekonomi (Bappenas, 2023)
Indonesia menuju pencapaian
ekonomi hijau.

Terdiri dari 15 indikator terpilih


yang mewakili 3 (tiga) pilar
Sustainable Development:
ekonomi, sosial, dan lingkungan

Selanjutnya
mengenai
Laporan Indeks Dengan menerapkan kebijakan Ekonomi Hijau, skor Indeks
Ekonomi Hijau Ekonomi Hijau Indonesia meningkat sebesar 27% jika
dibandingkan kebijakan BaU, yakni dari 72,58 menjadi 92,42
pada tahun 2045.

Hasil Survei Sektor Sosio-ekonomi Total responden:


220

Untuk mencapai Visi Indonesia 2045, model ekonomi Setuju Salah satu strategi Transformasi Ekonomi adalah melalui
Ekonomi Hijau. Indonesia penting untuk menerapkan
Setuju
business-as-usual yang masih berbasis eksploitasi sumber dengan rata-rata skor dengan rata-rata skor
Ekonomi Hijau jika ingin mencapai pertumbuhan
daya alam tidak lagi sesuai untuk diterapkan
4,3/5 ekonomi yang ditargetkan 4,5/5
Muatan Rekomendasi KRP KLHS di dalam RPJPN 2025-2045
Visi Negara Nusantara, Berdaulat, Maju, dan Berkelanjutan

Sasaran Sasaran 5: Intensitas Emisi GRK Menurun menuju Net Zero Emissions

Misi: Agenda Pembangunan

Ketahanan Sosial,
Budaya dan Ekologi

IE13: Lingkungan Hidup Berkualitas

Indikator:
• Indeks Pengelolaan Keanekaragaman Hayati
• Indeks Kualitas Lingkungan Hidup

IE14: Ketahanan Energi, Air &


Transformasi Kemandirian Pangan Transformasi Transformasi Supremasi Hukum,
Ekonomi Indikator:
Sosial Tata Kelola Stabilitas, dan
Indeks Ketahanan Energi, Air, dan Pangan Ketangguhan
Diplomasi
IE15: Ketahanan terhadap Bencana
& Perubahan Iklim

Indikator:
• Proporsi Kerugian Ekonomi Langsung akibat
Bencana Relatif terhadap PDB
• Persentase Penurunan Emisi GRK
Ketahanan Sosial, Budaya, dan Ekologi
E 14: Ketahanan Energi, Air, dan IE 15: Ketahanan terhadap Bencana dan
IE 13: Lingkungan Hidup Berkualitas
Kemandirian Pangan Perubahan Iklim

Arah Kebijakan: Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup (1/3)


Prinsip Polluter Pays Principle wajib diterapkan sebagai bentuk pengendalian kualitas lingkungan hidup
Instrumen untuk menghitung nilai dari kerusakan lingkungan dan pembebanan biaya pemulihan lingkungan kepada pelaku usaha yang menimbulkan pencemaran lingkungan

Penerapan teknologi terkini dan


Udara

AQMS
Perkotaan Air Quality Monitoring System terjangkau dalam peningkatan kualitas
air dan udara serta pengelolaan limbah
Tahun 2021 sebanyak 41 Kota terpasang AQMS

SISPEK Percepatan pembangunan


Industri
Pemantauan

Sistem Informasi Pemantauan Emisi infrastruktur yang sinergi dengan


Industri secara Kontinu
Kualitas

pengelolaan lingkungan hidup,


Tahun 2021 sebanyak 75 industri telah melaporkan dalam SISPEK termasuk implementasi sistem

Arah Kebijakan
peringatan dini (early warning
Data Kualitas system) kualitas air dan udara
ONLIMO Air dan Udara
Air Permukaan secara otomatis,
Air

Sistem Pemantauan Kualitas Air secara


DAS Pemantauan kualitas lingkungan
Otomatis dan Realtime realtime dan
secara digital dan real time sampai
kontinu
Tahun 2021 sebanyak 61 unit onlimo terpasang di 13 DAS prioritas ke titik pencemar

SPARING
Sistem Pemantauan Kualitas Air Limbah
Industri secara terus menerus dan dalam Jaringan
Pengawasan dan penegakan hukum
Pemantauan

yang insentif dengan penguatan sanksi


dan kompensasi untuk menjaga kualitas
Kualitas

Tahun 2021 sebanyak 225 Industri telah mendaftar dan melapor, serta
sebanyak 436 Industri wajib Sparing
lingkungan hidup
Ketahanan Sosial, Budaya, dan Ekologi
E 14: Ketahanan Energi, Air, dan IE 15: Ketahanan terhadap Bencana dan
IE 13: Lingkungan Hidup Berkualitas
Kemandirian Pangan Perubahan Iklim

Arah Kebijakan: Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup (2/3)


Penurunan Konsentrasi Emisi dan Umur Harapan Hidup (UHH) Arah Kebijakan
Simulasi KLHS
(Bappenas, 2023)
Avoid Menerapkan
Simulasi KLHS Pengurangan
(Bappenas, 2023)
pembangunan kota
penggunaan yang inklusif
kendaraan bermotor dan berkelanjutan

Shift Pengembangan
transportasi
Perpindahan menuju
kendaraan yang massal terutama di
lebih ramah wilayah
lingkungan metropolitan dan
kota-kota besar

Improve
Penggunaan Pemanfaatan energi
teknologi untuk baru dan terbarukan
mengembangkan akan menjadi
transportasi yang sumber energi
Polusi udara dari aktivitas transportasi dapat mengurangi 5 tahun Umur Harapan Hidup (UHH). lebih ramah transportasi
Jika kebijakan diterapkan, PM10 dapat berkurang 89% dan penurunan UHH menjadi 1 tahun pada 2045* lingkungan
* Berdasarkan hasil studi berjalan oleh Bappenas dan AFD: Air Pollution and Health Impacts of Energy Emissions in the Transportation Sector

Hasil Survei Sektor Transportasi Total responden:


220

Fuel shifting sektor transportasi dari


bahan bakar fosil menjadi sumber energi Setuju Penerapan kota kompak dengan
implementasi integrasi aktivitas Setuju Pengembangan
transportasi
Setuju
ramah lingkungan seperti listrik (mobil & dengan rata-rata skor & transportasi antarmoda atau dengan rata-rata skor dengan rata-rata skor
sepeda motor) & hidrogen (heavy duty Transit Oriented Development
massal yang handal
Ketahanan Sosial, Budaya, dan Ekologi
E 14: Ketahanan Energi, Air, dan IE 15: Ketahanan terhadap Bencana dan
IE 13: Lingkungan Hidup Berkualitas
Kemandirian Pangan Perubahan Iklim

Arah Kebijakan: Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup (3/3)


Reformasi pengelolaan sampah terintegrasi dari hulu ke hilir Persentase Sampah Terkelola (%)
dimulai dari rumah tangga yang diprioritaskan pada upaya pemilahan dari sumber, 100% sampah
Simulasi KLHS
terangkut dan tertangani di TPST, dan 30% sampah terdaur ulang, perbaikan retribusi, dan penerapan (Bappenas, 2023)

teknologi tepat guna pada tempat pengolahan sementara (TPS) dan tempat pengolahan akhir (TPA) sampah;

Penyediaan infrastruktur dan implementasi teknologi pengelolaan air minum


dan sanitasi yang aman serta pengelolaan sampah yang terpadu secara
tepat sasaran dan tepat guna

Pengelolaan kembali sumber daya hasil pengolahan akhir air limbah


domestik dan persampahan dengan menerapkan prinsip ekonomi sirkular
dan emisi rendah karbon Penurunan Beban Air Limbah (BOD)

Pengelolaan limbah B3 dan limbah medis sedekat mungkin dari sumber


Simulasi KLHS
(Bappenas, 2023)

Perubahan perilaku masyarakat menuju gaya hidup berkelanjutan


(sustainable lifestyle)

Hasil Survei Sektor Limbah Total responden: 220

Kebijakan reformasi pengelolaan sampah, limbah cair, limbah B3 dan limbah medis yang terintegrasi dari
hulu ke hilir dengan penekanan pada perubahan perilaku masyarakat Setuju dengan rata-rata skor 4,6/5
Ketahanan Sosial, Budaya, dan Ekologi
E 14: Ketahanan Energi, Air, dan IE 15: Ketahanan terhadap Bencana dan
IE 13: Lingkungan Hidup Berkualitas
Kemandirian Pangan Perubahan Iklim

Arah Kebijakan: Pengelolaan lahan secara berkelanjutan

Kebijakan pengurangan deforestasi, Kebijakan rehabilitasi mangrove dan pengurangan


rehabilitasi lahan dan hutan, serta restorasi deforestasi mangrove efektif mengatasi tren penurunan
gambut efektif menahan laju penurunan luas tutupan luas tutupan mangrove. Dengan menerapkan kebijakan
hutan. ekonomi hijau, luas mangrove dapat ditingkatkan menjadi
Hasilnya, luas hutan dapat mencapai 87,57 juta Ha 3,22 juta Ha pada tahun 2045.
pada tahun 2045.
Luas Penutupan Hutan (Juta Ha) Luas Penutupan Mangrove (Juta Ha)

Simulasi KLHS
(Bappenas, 2023) Simulasi KLHS
(Bappenas, 2023)

Hasil Survei Sektor Kehutanan dan Lahan Total responden: 220


Kebijakan pengurangan laju deforestasi di lahan gambut dan mineral; rehabilitasi hutan dan lahan, termasuk mangrove;
serta restorasi gambut yang lebih ambisius sebagai upaya mencegah pelepasan emisi karbon dan mempertahankan
habitat flora dan fauna.
Setuju dengan rata-rata skor 4,6/5
Ketahanan Sosial, Budaya, dan Ekologi
E 14: Ketahanan Energi, Air, dan IE 15: Ketahanan terhadap Bencana dan
IE 13: Lingkungan Hidup Berkualitas
Kemandirian Pangan Perubahan Iklim

Indikator: Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH)


Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH)

Indeks Kualitas Air (IKA) Indeks Kualitas Udara (IKU) Indeks Kualitas Lahan (IKL) yang terdiri dari Indeks Kualitas Indeks Kualitas Air Laut (IKAL)
Tutupan Lahan dan Indeks Kualitas Ekosistem Gambut

Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Nasional 2015-2022


Indikator: Indeks
Kualitas Lingkungan
Hidup (IKLH)

Baseline Sasaran
(2025) (2045)
72,42 76,12
Capaian 2022

Capaian IKLH Nasional cenderung fluktuatif namun dengan tren meningkat terutama pada tahun 2017-2022 yang
dipengaruhi oleh peningkatan nilai IKU dan IKAL yang melebihi target yang ditetapkan.

Hasil Survei Sektor IKLH Total responden: 220

Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) sebagai indikator untuk peningkatan


kualitas lingkungan hidup berkelanjutan Setuju dengan rata-rata skor 4,4/5
Ketahanan Sosial, Budaya, dan Ekologi
E 14: Ketahanan Energi, Air, dan IE 15: Ketahanan terhadap Bencana dan
IE 13: Lingkungan Hidup Berkualitas
Kemandirian Pangan Perubahan Iklim

Arah Kebijakan: Penguatan Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi


dan Pengembangan Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati
Kehilangan keanekaragaman hayati terancam oleh 2025 (baseline): 2045 (sasaran):
pengurangan luas habitat kunci, sehingga peran kawasan Indeks Pengelolaan
Indikator Keanekaragaman Hayati
konservasi sangat penting.
(IPK) 0,35 0,75

Orangutan
Orangutan
Borneo
Gajah Kalimantan Arah kebijakan untuk mencapai IPK sebesar 0,75 pada tahun 2045
meliputi:
Sumatera
(3
subspesies)
BAU: BAU: −4%
−22% BAU: −21%
Penguatan Efektivitas Pengelolaan Pengembangan Pemanfaatan
Kawasan Konservasi Berkelanjutan
BAU: Gajah
−59% Sumatera
● Eksplorasi, ekstraksi dan penapisan
● Pengelolaan kawasan konservasi keanekaragaman hayati (bioprospeksi) di
Babirusa
berbasis kearifan lokal dan kekhasan tingkat genetik dan spesies
Harimau BAU: ekosistem ● Peningkatan pemanfaatan jasa ekosistem
−35%
Sumatera ● Peningkatan luasan kawasan konservasi seperti wisata alam, air, karbon, dan
BAU:
Badak Owa Jawa Anoa darat dan laut sesuai komitmen global
Jawa panas bumi
−20% BAU: ● Pembiayaan inovatif untuk pengelolaan ●
BAU: −24% Penerapan prinsip inklusif dan
−37%
BAU:
−54%
kawasan konservasi berkelanjutan.

Hasil Survei Sektor Keanekaragaman Hayati Total responden: 220

Pengukuran upaya Pengurangan ancaman dan pemanfaatan kehati secara berkelanjutan dengan
menggunakan Indeks Pengelolaan Keanekaragaman Hayati (IPK) Setuju dengan rata-rata skor 4,3/5
Ketahanan Sosial, Budaya, dan Ekologi
E 14: Ketahanan Energi, Air, dan IE 15: Ketahanan terhadap Bencana dan
IE 13: Lingkungan Hidup Berkualitas
Kemandirian Pangan Perubahan Iklim

Arah Kebijakan: Penerapan Pertanian Konservasi, Arah Kebijakan: Pengembangan produksi


Pertanian Regeneratif, Adaptif, dan Rendah Karbon blue food secara lestari
Produktivitas Sawah (Ton/Ha/tahun) Produktivitas Kelapa Sawit (Ton CPO/Ha/tahun) Produktivitas Akuakultur (Ton/Ha/tahun)

Simulasi KLHS Simulasi KLHS


(Bappenas, 2023) (Bappenas, 2023)

Simulasi KLHS
(Bappenas, 2023)

Peningkatan produktivitas tahunan Peningkatan produktivitas CPO


sawah menjadi 8,93 menjadi 7,96 ton/Ha/tahun Peningkatan produktivitas akuakultur menjadi
ton/Ha/tahun pada 2045, dapat pada 2045 dapat dicapai melalui 67,92 ton/ha/tahun pada 2045, dapat dicapai
dicapai melalui kebijakan: kebijakan: melalui kebijakan:
● Pembangunan irigasi ● Peremajaan sawit rakyat
dengan benih
● Pembangunan tambak intensif
● Penggunaan pupuk
organik unggul berkualitas ● Pendekatan Associated Mangrove
● Peningkatan Aquaculture (AMA)
● Penggunaan benih
sertifikasi
berkualitas
ISPO

Hasil Survei Sektor Pertanian dan Perikanan Total responden: 220


Kebijakan intensifikasi pertanian dan akuakultur melalui sawah irigasi, pertanian organik, peremajaan
sawit, sertifikasi ISPO, tambak intensif, dan produksi ikan tangkap di bawah batasan biologis aman
(MSY) untuk mencapai ketahanan pangan secara berkelanjutan.
Setuju dengan rata-rata skor 4,3/5
Ketahanan Sosial, Budaya, dan Ekologi
E 14: Ketahanan Energi, Air, dan IE 15: Ketahanan terhadap Bencana dan
IE 13: Lingkungan Hidup Berkualitas
Kemandirian Pangan Perubahan Iklim

Arah Kebijakan: Pembangunan Berketahanan Iklim


Pembangunan Berketahanan Iklim
Peta proyeksi 2020-2045 Bahaya Iklim
Sektor Kelautan dan Pesisir, Air, dan Sektor Pembangunan grey infrastruktur (sea wall, breakwater, spillway); Nature based
Pertanian & Kesehatan Kelautan & solution (pembangunan green belt) untuk wilayah pesisir rentan tsunami dan
Pesisir kenaikan muka air laut

Peningkatan tata kelola sumber daya air sebagai upaya menjaga ketersediaan air
Sektor Air
dalam memenuhi kebutuhan serta menjaga ketahanan ekonomi air
Penerapan Climate Smart Agriculture melalui modernisasi teknologi dan irigasi
Sektor
pertanian, pengembangan kualitas dan daya saing SDM lokal dalam menerapkan
Pertanian
teknologi pertanian, serta penguatan system rice intensification (SRI).
Sektor Pencegahan dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) terhadap
Kesehatan penyakit yang dipengaruhi oleh iklim di sektor kesehatan

Proporsi Kerugian Ekonomi 2025 (baseline): 2045 (sasaran):


Indikator Langsung akibat Bencana
Relatif terhadap PDB (%) 0,14 0,11

Hasil Survei Sektor Ketahanan Iklim Total responden:


220
Kebijakan pengembangan grey Sektor Prioritas yang paling
Kebijakan perencanaan tata ruang
dengan mempertimbangkan risiko Setuju infrastructure (sea wall,
breakwater, spillway, dll) dan
Setuju terdampak perubahan iklim
adalah Sektor Kelautan dan
Setuju
bencana dan dampak perubahan dengan rata-rata skor dengan rata-rata skor dengan rata-rata skor
iklim dalam upaya pengurangan nature-based solution Pesisir, Sektor Air, Sektor
dampak kerugian ekonomi. 4,5/5 (pembangunan green belt, vegetasi 4,4/5 Pertanian, dan Sektor 4/5
Ketahanan Sosial, Budaya, dan Ekologi
E 14: Ketahanan Energi, Air, dan IE 15: Ketahanan terhadap Bencana dan
IE 13: Lingkungan Hidup Berkualitas
Kemandirian Pangan Perubahan Iklim

Indikator:
Persentase Penurunan Emisi GRK (dibandingkan dengan baseline)

2025 2030 2045


Sektor
Tahunan Kumulatif Tahunan Kumulatif Tahunan Kumulatif

Sektor Energi 8% 2% 17% 5% 28% 66%


(termasuk transportasi & industri)

Sektor Limbah 9% 1% 43% 10% 68% 38%


(Sampah & Air Limbah)

Sektor Lahan 54% 49% 70% 53% 90% 65%


(AFOLU)

TOTAL 32,65% 28,12% 55,65% 32,60% 80,98% 51,51%

Untuk mencapai target penurunan emisi GRK tersebut, diperlukan penerapan kebijakan dari masing-masing sektor
sesuai hasil rekomendasi KLHS RPJPN 2025-2045.
Implementasi kebijakan tersebut perlu didukung oleh penguatan investasi hijau, pembangunan infrastruktur
dan teknologi, serta pengembangan kapasitas SDM sebagai enabler menuju Ekonomi Hijau.
Muatan Rekomendasi KRP KLHS di dalam RPJPN 2025-2045
Visi Negara Nusantara, Berdaulat, Maju, dan Berkelanjutan

Sasaran Sasaran 5: Intensitas Emisi GRK Menurun menuju Net Zero Emissions

Misi: Agenda Pembangunan

Transformasi Ketahanan Sosial,


Ekonomi Budaya dan Ekologi Transformasi Transformasi Supremasi Hukum,
Sosial Tata Kelola Stabilitas, dan
Ketangguhan
Diplomasi
Muatan Rekomendasi KRP KLHS di dalam RPJPN 2025-2045

Supremasi Hukum,
Transformasi Transformasi Stabilitas, dan
Sosial Tata Kelola Ketangguhan Diplomasi

Arah Kebijakan: Arah Kebijakan: Arah Kebijakan:

Perlindungan Sosial Adaptif (PSA): Partisipasi masyarakat sipil dalam • Transformasi keamanan nasional &
Pengembangan bantuan sosial yang lebih adaptif pembangunan dan demokratisasi: Kemitraan peningkatan peran negara dalam menghadapi
terhadap bencana dan perubahan iklim ancaman perubahan iklim dan bencana;
pemerintah dengan masyarakat sipil perlu diperkuat dalam
siklus pembangunan nasional • Kebijakan luar negeri diarahkan untuk
pemantapan tata kelola merespon
perubahan iklim & kebijakan yang
• Integrasi PSA dengan kebijakan Kolaborasi dengan masyarakat
Sumber daya lokal, badan usaha & pelaku mendukung ekonomi, maritim, dan
Pembangunan Berketahanan Iklim pembangunan berkelanjutan;
alam usaha dalam upaya pengelolaan
• Penyusunan & pelaksanaan program PSA SDA • Transformasi kebijakan fiskal dengan
yang disesuaikan dengan karakteristik &
menggali penerimaan pajak baru (e.g. carbon
risiko bencana masing-masing daerah Penguatan partisipasi publik tax);
• Rekonstruksi infrastruktur dan fasilitas Lingkungan & dalam advokasi kebijakan untuk
• Dukungan kebijakan bank sentral untuk
pendukung kemaritiman mengatasi isu lingkungan &
maritim produktivitas ekonomi melalui pengembangan
• Penyaluran bantuan kepada masyarakat ekonomi berkelanjutan.
terdampak (a.l. melalui bantuan sosial/bansos)
- Penyusunan rencana &
• Rehabilitasi lingkungan dan pemulihan program evakuasi tanggap Contoh: Penguatan kapasitas & peran diplomasi
ekosistem Penanggulangan darurat Indonesia dalam Multilateral Environmental
• Asuransi pertanian berbasis indeks bencana - Pelibatan masyarakat dalam Agreements (MEAs) untuk
iklim pengembangan perencanaan mengantisipasi trade
early warning system barriers & harmful subsidies yang
berpotensi mengganggu ekspor Indonesia
Way Forward

Pemerintah telah melakukan perannya


● Rancangan RPJPN 2025-2045 telah
dalam merancang rekomendasi KRP
mengintegrasikan dan memayungi isu-isu
KLHS sebagai bagian dari penyusunan
besar Pembangunan Berkelanjutan
RPJPN 2025-2045
● Penjabaran target, skenario, dan program
prioritas untuk 5 (lima) tahunan akan dimuat
di dalam dokumen RPJMN
Pembangunan Indonesia 20 tahun
mendatang akan secara solid
menerapkan prinsip keberlanjutan
menuju Visi Indonesia Emas 2045

Publik diharapkan dapat berperan aktif Konsultasi publik menjadi wadah


dengan terus berpartisipasi, mengawal, untuk mendapatkan tanggapan dan
dan membantu memastikan proses mengetahui kepuasan publik terhadap
penyusunan hingga implementasi dari hasil KLHS RPJPN 2025-2045
kebijakan pembangunan
IND SIA

TERIM
A Direktorat Lingkungan Hidup
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas

Anda mungkin juga menyukai