Rekomendasi Kebijakan,
Rencana, dan Program
KLHS RPJPN 2025-2045
JA K A R T A | 31 ME I
2023
one
Menempatkan size SEA – framework of key
fits all
Carrying capacity activities (modelling,
2 sebagai bagian penting dalam menyusun dan decision making, AI, etc)
merencanakan target pembangunan.
Menekankan pada
trade-off analisis kebijakan
3 untuk menyeimbangkan tujuan pembangunan
Proses KLHS
ex-ante
Pelibatan aktif
5 para perencana pembangunan
Integrated Approach
dengan stakeholders lingkungan.
Penyusunan KRP KLHS RPJPN 2025-2045:
Meminimalkan Trade-Off antara target sektor Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan dengan
Kemampuan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup (DDDTLH)
Model
+ Laut
IKLH
Berbasis Spasial
(Spatial Dynamics) KEBIJAKAN Pertanian Kehutanan Emisi
PEMBANGUNAN Daya Dukung
• Menjadi tools evaluasi kebijakan spasial;
• Membantu memprediksi atau merekayasa dampak spasial di Ketersediaan Kehati
masa mendatang akibat intervensi tertentu, seperti perkiraan
perubahan penggunaan lahan di masa datang. Permukiman Perikanan Tutupan Lahan
3 Trade Off
Valuasi potensi kerugian Target
Ekonomi Kemiskinan Intensitas Emisi Emisi GRK
Sektor
ekonomi akibat bencana iklim
(kerugian relatif terhadap PDB)
Bagaimana agar muatan Bagaimana cara Bagaimana cara
pengelolaan lingkungan mengantisipasi fenomena memastikan pembangunan
hidup menjadi bagian dari Triple Planetary Crisis yang Indonesia ke depan
perencanaan berpotensi mengancam laju merupakan pembangunan
pembangunan? pembangunan Indonesia? yang berkelanjutan?
KLHS
RPJPN 2025-2045: Arah pembangunan Indonesia 20 tahun ke
depan menerapkan prinsip Pembangunan Berkelanjutan
Target
Indonesia
Negara Nusantara yang
Berdaulat, Maju dan
17 8 45
2045: Berkelanjutan Goals
Agenda
Pembangunan
Indikator
Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan, Indonesia harus merubah jalur dan pendekatan
pembangunan yang diperkuat dengan transformasi menyeluruh melalui 8 Agenda Pembangunan:
Prinsip
Pembangunan Landasan Supremasi Hukum, Stabilitas, Ketahanan Sosial,
Berkelanjutan Transformasi dan Ketangguhan Diplomasi Budaya, dan Ekologi
sangat kuat
terintegrasi ke Kerangka
Mewujudkan
Pembangunan
Mewujudkan Sarana
Prasarana yang Mewujudkan
dalam RPJPN Implementasi Kewilayahan Berkualitas dan Kesinambungan
Transformasi yang Merata dan Ramah Lingkungan Pembangunan
2025-2045. Berkualitas
Muatan Rekomendasi KRP KLHS di dalam RPJPN 2025-2045
Visi Negara Nusantara, Berdaulat, Maju, dan Berkelanjutan
Emisi GRK
Kumulatif -
Historis
Pendukung (Enabler)
industri, dan (UPPO) efficiency dan bakar fosil
transportasi) pengelolaan secara perlahan
Restorasi sampah dari
Pertanian
gambut Penambahan sawah hulu ke hilir
Energi
Lahan
Hampir 100% irigasi dan
Limbah dan
kapasitas penerapan sistem
terpasang PLT
Sampah
Rehabilitasi intensifikasi padi
berasal dari EBT
mangrove Penerapan
Peningkatan pajak
Transisi ke Penerapan pengelolaan karbon
kendaraan listrik Penghambatan benih rendah air limbah
dan berbahan laju deforestasi emisi industri
bakar hidrogen
Sasaran Sasaran 5: Intensitas Emisi GRK Menurun menuju Net Zero Emissions
Transformasi
Ekonomi
IE4: Penerapan
Ekonomi Hijau
(i) Transisi Energi;
Indikator:
Indeks Ekonomi Hijau
Transformasi Ekonomi
IE 4: Penerapan Ekonomi Hijau
Simulasi KLHS
(Bappenas, 2023) Simulasi KLHS Simulasi KLHS
(Bappenas, 2023) (Bappenas, 2023)
Aktivitas manusia yang terus meningkat berdampak pada meningkatnya konsumsi energi. Jika pola pemakaian energi tetap seperti business as usual yang bergantung
pada energi fosil, maka dampak negatif seperti kenaikan emisi yang masif dan turunnya ketahanan energi nasional tidak dapat terhindarkan.
Arah kebijakan ke depan untuk sektor energi diarahkan pada pemanfaatan EBT, efisiensi energi, serta penggunaan teknologi carbon capture untuk
memitigasi dampak negatif dari penggunaan energi fosil.
Kebijakan efisiensi energi pada sektor industri, komersial, dan Setuju Pengembangan EBT pada sektor pembangkit listrik & non- Setuju
rumah tangga untuk menjaga tingkat konsumsi energi sebagai upaya dengan rata-rata skor pembangkit dengan pemanfaatan tenaga air, panas bumi, dengan rata-rata skor
konservasi dan meningkatkan ketahanan energi.
4,4/5 biomassa, biogas, surya, bayu, nuklir, dsb
4,4/5
Pemanfaatan teknologi carbon capture pada sektor Setuju Percepatan phase-out PLTU Batubara sebagai upaya
Setuju
pembangkit dan sektor industri untuk memitigasi emisi dari dengan rata-rata skor dengan rata-rata skor
penurunan emisi sektor energi.
sumber energi fosil yang belum bisa digantikan oleh EBT
4/5 4,1/5
Transformasi Ekonomi
IE 4: Penerapan Ekonomi Hijau
Ekonomi sirkular, sebagai arah kebijakan ekonomi hijau, diterapkan melalui efisiensi penggunaan sumber daya,
perpanjangan masa pakai produk, dan pemanfaatan kembali sisa produksi dan konsumsi. Setuju dengan rata-rata skor 4,5/5
Transformasi Ekonomi
IE 4: Penerapan Ekonomi Hijau
Pelaksanaan kebijakan Ekonomi Hijau membutuhkan nilai investasi rata-rata sebesar 2377 triliun rupiah per tahun dari 2025-2045. Untuk mencukupi memenuhi
kebutuhan tersebut diperlukan arah kebijakan untuk penguatan pembiayaan inovatif hijau, seperti blended finance, impact investment, carbon tax, dll. Investasi
hijau juga akan memberikan manfaat penciptaan lapangan kerja hingga 1,66 juta lapangan kerja/tahun pada tahun 2045.
Arah kebijakan ke depan perlu mencakup peningkatan pendanaan dari sumber inovatif, pengembangan skill SDM untuk
pekerjaan hijau, dan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap gaya hidup yang rendah karbon. Setuju dengan rata-rata skor 4,5/5
Transformasi Ekonomi
IE 4: Penerapan Ekonomi Hijau
Selanjutnya
mengenai
Laporan Indeks Dengan menerapkan kebijakan Ekonomi Hijau, skor Indeks
Ekonomi Hijau Ekonomi Hijau Indonesia meningkat sebesar 27% jika
dibandingkan kebijakan BaU, yakni dari 72,58 menjadi 92,42
pada tahun 2045.
Untuk mencapai Visi Indonesia 2045, model ekonomi Setuju Salah satu strategi Transformasi Ekonomi adalah melalui
Ekonomi Hijau. Indonesia penting untuk menerapkan
Setuju
business-as-usual yang masih berbasis eksploitasi sumber dengan rata-rata skor dengan rata-rata skor
Ekonomi Hijau jika ingin mencapai pertumbuhan
daya alam tidak lagi sesuai untuk diterapkan
4,3/5 ekonomi yang ditargetkan 4,5/5
Muatan Rekomendasi KRP KLHS di dalam RPJPN 2025-2045
Visi Negara Nusantara, Berdaulat, Maju, dan Berkelanjutan
Sasaran Sasaran 5: Intensitas Emisi GRK Menurun menuju Net Zero Emissions
Ketahanan Sosial,
Budaya dan Ekologi
Indikator:
• Indeks Pengelolaan Keanekaragaman Hayati
• Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Indikator:
• Proporsi Kerugian Ekonomi Langsung akibat
Bencana Relatif terhadap PDB
• Persentase Penurunan Emisi GRK
Ketahanan Sosial, Budaya, dan Ekologi
E 14: Ketahanan Energi, Air, dan IE 15: Ketahanan terhadap Bencana dan
IE 13: Lingkungan Hidup Berkualitas
Kemandirian Pangan Perubahan Iklim
AQMS
Perkotaan Air Quality Monitoring System terjangkau dalam peningkatan kualitas
air dan udara serta pengelolaan limbah
Tahun 2021 sebanyak 41 Kota terpasang AQMS
Arah Kebijakan
peringatan dini (early warning
Data Kualitas system) kualitas air dan udara
ONLIMO Air dan Udara
Air Permukaan secara otomatis,
Air
SPARING
Sistem Pemantauan Kualitas Air Limbah
Industri secara terus menerus dan dalam Jaringan
Pengawasan dan penegakan hukum
Pemantauan
Tahun 2021 sebanyak 225 Industri telah mendaftar dan melapor, serta
sebanyak 436 Industri wajib Sparing
lingkungan hidup
Ketahanan Sosial, Budaya, dan Ekologi
E 14: Ketahanan Energi, Air, dan IE 15: Ketahanan terhadap Bencana dan
IE 13: Lingkungan Hidup Berkualitas
Kemandirian Pangan Perubahan Iklim
Shift Pengembangan
transportasi
Perpindahan menuju
kendaraan yang massal terutama di
lebih ramah wilayah
lingkungan metropolitan dan
kota-kota besar
Improve
Penggunaan Pemanfaatan energi
teknologi untuk baru dan terbarukan
mengembangkan akan menjadi
transportasi yang sumber energi
Polusi udara dari aktivitas transportasi dapat mengurangi 5 tahun Umur Harapan Hidup (UHH). lebih ramah transportasi
Jika kebijakan diterapkan, PM10 dapat berkurang 89% dan penurunan UHH menjadi 1 tahun pada 2045* lingkungan
* Berdasarkan hasil studi berjalan oleh Bappenas dan AFD: Air Pollution and Health Impacts of Energy Emissions in the Transportation Sector
teknologi tepat guna pada tempat pengolahan sementara (TPS) dan tempat pengolahan akhir (TPA) sampah;
Kebijakan reformasi pengelolaan sampah, limbah cair, limbah B3 dan limbah medis yang terintegrasi dari
hulu ke hilir dengan penekanan pada perubahan perilaku masyarakat Setuju dengan rata-rata skor 4,6/5
Ketahanan Sosial, Budaya, dan Ekologi
E 14: Ketahanan Energi, Air, dan IE 15: Ketahanan terhadap Bencana dan
IE 13: Lingkungan Hidup Berkualitas
Kemandirian Pangan Perubahan Iklim
Simulasi KLHS
(Bappenas, 2023) Simulasi KLHS
(Bappenas, 2023)
Indeks Kualitas Air (IKA) Indeks Kualitas Udara (IKU) Indeks Kualitas Lahan (IKL) yang terdiri dari Indeks Kualitas Indeks Kualitas Air Laut (IKAL)
Tutupan Lahan dan Indeks Kualitas Ekosistem Gambut
Baseline Sasaran
(2025) (2045)
72,42 76,12
Capaian 2022
Capaian IKLH Nasional cenderung fluktuatif namun dengan tren meningkat terutama pada tahun 2017-2022 yang
dipengaruhi oleh peningkatan nilai IKU dan IKAL yang melebihi target yang ditetapkan.
Orangutan
Orangutan
Borneo
Gajah Kalimantan Arah kebijakan untuk mencapai IPK sebesar 0,75 pada tahun 2045
meliputi:
Sumatera
(3
subspesies)
BAU: BAU: −4%
−22% BAU: −21%
Penguatan Efektivitas Pengelolaan Pengembangan Pemanfaatan
Kawasan Konservasi Berkelanjutan
BAU: Gajah
−59% Sumatera
● Eksplorasi, ekstraksi dan penapisan
● Pengelolaan kawasan konservasi keanekaragaman hayati (bioprospeksi) di
Babirusa
berbasis kearifan lokal dan kekhasan tingkat genetik dan spesies
Harimau BAU: ekosistem ● Peningkatan pemanfaatan jasa ekosistem
−35%
Sumatera ● Peningkatan luasan kawasan konservasi seperti wisata alam, air, karbon, dan
BAU:
Badak Owa Jawa Anoa darat dan laut sesuai komitmen global
Jawa panas bumi
−20% BAU: ● Pembiayaan inovatif untuk pengelolaan ●
BAU: −24% Penerapan prinsip inklusif dan
−37%
BAU:
−54%
kawasan konservasi berkelanjutan.
Pengukuran upaya Pengurangan ancaman dan pemanfaatan kehati secara berkelanjutan dengan
menggunakan Indeks Pengelolaan Keanekaragaman Hayati (IPK) Setuju dengan rata-rata skor 4,3/5
Ketahanan Sosial, Budaya, dan Ekologi
E 14: Ketahanan Energi, Air, dan IE 15: Ketahanan terhadap Bencana dan
IE 13: Lingkungan Hidup Berkualitas
Kemandirian Pangan Perubahan Iklim
Simulasi KLHS
(Bappenas, 2023)
Peningkatan tata kelola sumber daya air sebagai upaya menjaga ketersediaan air
Sektor Air
dalam memenuhi kebutuhan serta menjaga ketahanan ekonomi air
Penerapan Climate Smart Agriculture melalui modernisasi teknologi dan irigasi
Sektor
pertanian, pengembangan kualitas dan daya saing SDM lokal dalam menerapkan
Pertanian
teknologi pertanian, serta penguatan system rice intensification (SRI).
Sektor Pencegahan dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) terhadap
Kesehatan penyakit yang dipengaruhi oleh iklim di sektor kesehatan
Indikator:
Persentase Penurunan Emisi GRK (dibandingkan dengan baseline)
Untuk mencapai target penurunan emisi GRK tersebut, diperlukan penerapan kebijakan dari masing-masing sektor
sesuai hasil rekomendasi KLHS RPJPN 2025-2045.
Implementasi kebijakan tersebut perlu didukung oleh penguatan investasi hijau, pembangunan infrastruktur
dan teknologi, serta pengembangan kapasitas SDM sebagai enabler menuju Ekonomi Hijau.
Muatan Rekomendasi KRP KLHS di dalam RPJPN 2025-2045
Visi Negara Nusantara, Berdaulat, Maju, dan Berkelanjutan
Sasaran Sasaran 5: Intensitas Emisi GRK Menurun menuju Net Zero Emissions
Supremasi Hukum,
Transformasi Transformasi Stabilitas, dan
Sosial Tata Kelola Ketangguhan Diplomasi
Perlindungan Sosial Adaptif (PSA): Partisipasi masyarakat sipil dalam • Transformasi keamanan nasional &
Pengembangan bantuan sosial yang lebih adaptif pembangunan dan demokratisasi: Kemitraan peningkatan peran negara dalam menghadapi
terhadap bencana dan perubahan iklim ancaman perubahan iklim dan bencana;
pemerintah dengan masyarakat sipil perlu diperkuat dalam
siklus pembangunan nasional • Kebijakan luar negeri diarahkan untuk
pemantapan tata kelola merespon
perubahan iklim & kebijakan yang
• Integrasi PSA dengan kebijakan Kolaborasi dengan masyarakat
Sumber daya lokal, badan usaha & pelaku mendukung ekonomi, maritim, dan
Pembangunan Berketahanan Iklim pembangunan berkelanjutan;
alam usaha dalam upaya pengelolaan
• Penyusunan & pelaksanaan program PSA SDA • Transformasi kebijakan fiskal dengan
yang disesuaikan dengan karakteristik &
menggali penerimaan pajak baru (e.g. carbon
risiko bencana masing-masing daerah Penguatan partisipasi publik tax);
• Rekonstruksi infrastruktur dan fasilitas Lingkungan & dalam advokasi kebijakan untuk
• Dukungan kebijakan bank sentral untuk
pendukung kemaritiman mengatasi isu lingkungan &
maritim produktivitas ekonomi melalui pengembangan
• Penyaluran bantuan kepada masyarakat ekonomi berkelanjutan.
terdampak (a.l. melalui bantuan sosial/bansos)
- Penyusunan rencana &
• Rehabilitasi lingkungan dan pemulihan program evakuasi tanggap Contoh: Penguatan kapasitas & peran diplomasi
ekosistem Penanggulangan darurat Indonesia dalam Multilateral Environmental
• Asuransi pertanian berbasis indeks bencana - Pelibatan masyarakat dalam Agreements (MEAs) untuk
iklim pengembangan perencanaan mengantisipasi trade
early warning system barriers & harmful subsidies yang
berpotensi mengganggu ekspor Indonesia
Way Forward
TERIM
A Direktorat Lingkungan Hidup
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas