2
KLHS
KLHS adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa
prinsip Pembangunan Berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu
wilayah dan/atau Kebijakan, Rencana, dan/atau Program – PP No.46 tahun 2016
KRP yang menjadi obyek wajib KLHS, baik dalam penyusunan atau evaluasi
(PP 46 Tahun 2016):
1. RPJP Nasional/Daerah;
2. RPJM Nasional/Daerah;
3. Dst…
Prinsip Dasar KLHS
1 2 3
Menerapkan Menempatkan Menekankan pada
Kebijakan berbasis Carrying capacity trade-off analisis
Science (Evidence (termasuk emisi GRK) kebijakan untuk
based Policies) – sebagai bagian menyeimbangkan tujuan
mengaplikasikan penting dalam pembangunan ekonomi
pendekatan menyusun dan dan sosial dengan
terintegrasi berbasis merencanakan target tujuan pengelolaan Action Effect
sistem. pembangunan. lingkungan.
4 5
Menerapkan prinsip HITS Pelibatan aktif para perencana
(Holistic, Integrated, pembangunan dengan Feedback
1 2 3 4
Kebijakan
Lainnya
RPJMN-SDG PRK
KLHS
8
Metodologi berbasis Sistem
Capita
l
Government
GD Revenue
P
2
• Menjadi tools evaluasi kebijakan spasial;
Model Berbasis • Membantu memprediksi atau merekayasa
Spasial dampak spasial di masa mendatang akibat
(Spatial Dynamics) intervensi tertentu, seperti perkiraan
perubahan lahan penggunaan lahan dimasa
datang.
9
Pendekatan System Dynamics
Sosial, Ekonomi & Lingkungan and Industrial Land> Land to Mining Land> to Forest Land
4 7
5 6 Historical Behavior Of Land Use (CA)
Distribution
2 of Land Use
3 (Spatial) Suitability Accessibility
ANN
Zoning Validation
INTERFACE
Green
Carrying Economy
System Capacity
Green Job
Dynamics Model
(Non-Spatial)
Database Centre
(Sectors: Agriculture, Policy/Planning/
Tabular (Statistics) Forest, Mining, etc.)
dan Spatial Programming in RPJMN
2020-2024
Kebijakan POVERTY
Distribusi upah
desa-kota
• Upah
• Distribusi pendapatan
Kebijakan • Garis kemiskinan Kebijakan
Peningkatan
Produktivitas • Kemiskinan
Kebutuhan & ketersediaan dana
pengentasan kemiskinan
(Bantuan Sosial)
POPULATION
Dampak inflasi
Kebutuhan energi
Ketersediaan energi
ENERGY Kerangka
Terintegrasi
• Penduduk kota • Permintaan energi
• Penduduk desa • Eksploitasi sumber energi
• Penduduk berdasarkan umur Ketersediaan • Ketersediaan energi
Kebutuhan energi
Kebutuhan air domestik
Tenaga kerja
energi
• Pendidikan • Share EBT
KLHS RPJMN
Ketersediaan
air domestik
Emisi energi
Ketersediaan lahan
tenaga kerja
2020-2024
Kebutuhan
Kebutuhan lahan
Kebijakan
WATER ECONOMY LAND USE
• Air Permukaan Kebutuhan air • Permintaan 7 sektor (C,G,I,X dan M) Kebutuhan • Lahan hutan
• Air Tanah ekonomi • Nilai tambah 7 sektor lahan • Lahan pertanian
• Curah Hujan • Keterkaitan input-output • Lahan permukiman & industri
• Kualitas Air Ketersediaan air • Inflasi/harga Ketersediaan • Lahan lainnya
ekonomi lahan
Ketersediaan air
untuk lahan
Emisi lahan
Kebutuhan Ketersediaan SD Dampak perubahan lahan
terhadap biodiversity
Kebijakan Social
biodiversity terhadap populasi
Kebijakan stock-flows
FISHERY
• SD perikanan tangkap Natural resources
• SD perikanan budidaya
• Produktivitas perikanan budidaya
GHG EMISSION stock and flows
Dampak perubahan iklim
terhadap
SD perikanan Absortive capacity
Kebijakan stock-flows
1. 2.
PARALEL MODEL DECISION - CENTERED MODEL
Decision SEA Decision
Process Process Process
RPJMN-KLHS
RPJMD KLHS
Proses Penyusunan KLHS RPJMN 2020-2024
Trade Off
Dampak/
Tekanan
+
Kelautan
IKLH
KEBIJAKAN
Pertanian Kehutanan Emisi
PEMBANGUNAN
Daya Dukung
Kehati
(Ketersediaan)
Sept-Okt
Workshop lanjutan
per cluster KLHS
exercise
3.
Tujuan &
Ruang Lingkup
17
Tujuan & Ruang Lingkup KLHS-RPJMN
Memastikan bahwa kebijakan-kebijakan pembangunan dalam RPJMN telah
Tujuan memperhatikan aspek ketersediaan sumber daya alam serta kemampuan
daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
Aspek Parameter
Ekonomi Pertumbuhan ekonomi
19
Kondisi Tutupan Lahan (1)
55,00
50,00
45,00
40,00
35,00
2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045
baseline
• Hasil proyeksi memprediksi luas hutan menurun sampai dengan 44% ditahun 2045. Sebagian
besar hutan beralih fungsi menjadi lahan pertanian;
• Luas lahan pertanian cenderung mengalami peningkatan, terutama pada periode 2000-2030,
dan setelah periode tersebut cenderung stabil;
• Luas area untuk urban dan lain-lain mengalami sedikit peningkatan dan cenderung stabil;
• Tutupan hutan pada tahun 2045 diperkirakan tersisa 84,4 juta ha, atau turun sekitar 18,81 %
dibanding tahun 2000.
Kondisi Tutupan Lahan (2) - Deforestasi
Total Forest Cover (%) Primary Forest (Hectare)
60,00 60000000
50,00 50000000
40000000
40,00
30000000
30,00
20000000
20,00
10000000
10,00 0
2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045
0,00
baseline
2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045
baseline
baseline baseline
Kondisi Tutupan Lahan (3) – Lahan Sawit
Palm Plantation (Hectare)
20000000
18000000
16000000
14000000
12000000
10000000
8000000
6000000
4000000
2000000
0
2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045
baseline
Luas tutupan lahan sawit pada tahun 2045 diperkirakan mencapai 18,2 juta ha,
atau naik sekitar 2,6 kali lipat dibanding tahun 2000.
Ketersediaan Air (1)
Supply-Demand Air Permukaan BOD (mg/liter)
4.000 16,00
3.500 14,00
3.000 12,00
2.500 10,00
MILIAR M3/TAHUN
2.000 8,00
1.500 6,00
1.000 4,00
500 2,00
- -
2030
2048
2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
2016
2018
2020
2022
2024
2026
2028
2032
2034
2036
2038
2040
2042
2044
2046
2050
2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045
COD (mg/liter)
• Pada skala nasional, ketersediaan air domestik
60,00
masih mampu memenuhi permintaan yang
50,00
ada sampai 2045;
• Kualitas air secara nasional terindikasi 40,00
30,00
mengalami penurunan, dimana tingkat
20,00
pencemaran BOD sudah mulai melalui baku
mutu 7,6 mg/l di tahun 2020. Sementara untuk 10,00
20%
30.000
15%
20.000
10%
10.000 5%
- 0%
2012
2030
2000
2002
2004
2006
2008
2010
2014
2016
2018
2020
2022
2024
2026
2028
2032
2034
2036
2038
2040
2042
2044
2046
2048
2050
Permintaan Baseline Suplai Baseline
Baseline Target
8 60
6 50
Juta ton/tahun
juta ton/tahun
40
4
30
2
20
-
10
2032
2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
2016
2018
2020
2022
2024
2026
2028
2030
2034
2036
2038
2040
2042
2044
2046
2048
2050
-
2004
2008
2000
2002
2006
2010
2012
2014
2016
2018
2020
2022
2024
2026
2028
2030
2032
2034
2036
2038
2040
2042
2044
2046
2048
2050
Tangkapan Lestari Baseline Tangkapan Lestari data
Gajah Kalimantan
Orangutan
−38%
Sumatera Anoa
Babirusa
Orangutan Borneo
−44% (3 subspesies)
Gajah Sumatera
• Berkurangnya jumlah
−39% luasan hutan
berdampak pada
Harimau Sumatera penurunan luas habitat
ideal dari spesies
target terancam punah;
• Penurunan luas habitat
Badak Jawa terbesar cenderung
Owa Jawa
−12% terjadi di Pulau
−12% Sumatera.
Kondisi Mangrove
Mangrove
3500000
3000000
2500000
2000000
1500000
1000000
500000
0
2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045
baseline
5000000 700
Ton/Bilion Rp
4000000 600
500
3000000
400
2000000 300
1000000 200
100
0
-
2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
2016
2018
2020
2022
2024
2026
2028
2030
2032
2034
2036
2038
2040
2042
2044
2046
2048
2050
2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050
Baseline Baseline
• Secara baseline, emisi pada tahun 2030 diperkirakan meningkat 1,9 kali
dibandingkan dengan emisi tahun 2010.
• Berdasarkan tren historis, intensitas emisi cenderung menurun,
diperkirakan upaya-upaya penurunan emisi oleh pelaku ekonomi sudah
dilakukan dan masih perlu dioptimalkan.
Pertumbuhan Ekonomi
Laju Pertumbuhan Ekonomi GDP Per Capita
7,00%
25000
6,00%
5,00% 20000
4,00%
15000
3,00%
2,00% 10000
1,00%
5000
0,00%
2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050
0
2020
2036
2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
2016
2018
2022
2024
2026
2028
2030
2032
2034
2038
2040
2042
2044
2046
2048
2050
Baseline Macroeconomic directorate (fair) Baseline
• Pada skenario pertumbuhan tanpa mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung,
laju pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan meningkat secara bertahap sampai dengan
dikisaran 5,7% di tahun 2045.
• Sementara menurut skenario baseline, ketika aspek daya dukung dan daya tampung
dipertimbangkan, diproyeksikan laju pertumbuhan ekonomi lebih rendah jika dibandingkan
dengan skenario awal.
• Pada skenario baseline, pertumbuhan diprediksi meningkat pada kisaran 5,1% - 5,3% per
tahun dari tahun 2017 hingga tahun 2030, 5,5% di tahun 2040 dan melambat sebesar 5,1%
di tahun 2045.
5.
Kebijakan
RPJMN
31
Skenario Kebijakan PRK berbasis SDG
Baseline Scenario
20,00
Ketaatan terhadap RTRW dan
moratorium hutan primer
10,00 (scenario Fair) dapat menahan
laju penurunan deforestasi
0,00
2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 menjadi 8,82%, dan dengan
baseline fair conservation
skenario conservation
penurunan hutan dapat ditahan
pada angka 4,56 % .
Deforestasi Hutan
Baseline Scenario
50,00 50000000
40000000
40,00
30000000
30,00
20000000
20,00
10000000
10,00 0
2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045
0,00
baseline fair conservation
2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045
50000000 40000000
40000000
30000000
30000000
20000000
20000000
10000000 10000000
0 0
2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045
10000000
8000000
• Ketaatan terhadap RTRW dan
6000000
moratorium hutan primer (scenario
4000000 Fair) dapat menahan
2000000 penambahan luas lahan sawit
0
2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045
sebesar 9,9%, dan dengan
baseline fair conservation
skenario conservation
penambahan luas lahan sawit
dapat ditahan sebesar 34,3 % .
Simulasi Proyeksi Perkebunan Sawit
Baseline Scenario
Baseline Scenario
Fair Scenario
Fair Scenario Ambitious
Ambitious Scenario
Scenario
Kualitas Air
BOD
16
14
• Pada kondisi baseline, kualitas air secara
12 nasional cenderung memburuk dengan nilai
10 BOD dan COD yang selalu meningkat
MG/L
8
setiap tahun.
6
4 • Nilai BOD pada tingkat nasional bahkan
2 akan melampaui batas standar BOD di
0 tahun 2030 (Standar BOD kelas III PP 82
2046
2048
2050
2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
2016
2018
2020
2022
2024
2026
2028
2030
2032
2034
2036
2038
2040
2042
2044
tahun 2011)
Ambisius Fair Baseline Standar (Kelas III)
• Nilai COD pada tingkat nasional masih
belum melampaui batas standar COD Kelas
COD III PP 82 tahun 2011, namun menunjukkan
60 nilai yang terus meningkat setiap tahun.
50
• Melalui implementasi manajemen pertanian
40
berkelanjutan, nilai BOD mampu ditekan
MG/L
30
20
dan baru melewati standar BOD di tahun
10
2038.
0 • Nilai COD juga mampu ditekan walaupun
2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
2016
2018
2020
2022
2024
2026
2028
2030
2032
2034
2036
2038
2040
2042
2044
2046
2048
2050
masih menunjukkan nilai yang meningkat.
Ambisius Fair Baseline Standar (Kelas III)
Ketersediaan Air
KETERSEDIAAN AIR (m3/capita/year)
Legend
LEGEND:
0
no stress
stress
scarcity
absolute scarcity
255
3.500
3.000
2.500
• Secara umum, pada situasi baseline suplai air domestik
MILIAR M3/TAHUN
2.000
pada tingkat nasional masih mampu memenuhi permintaan
1.500
air keseluruhan. Tingkat ketersediaan suplai (rasio
1.000
suplai/demand) berada pada level 342% hingga 223%
terhadap kebutuhan air dalam kurun waktu 2000-2050.
500
-
• Namun secara spatial, ketersediaan air pada level regional
(pulau) mulai menunjukkan tingkat kelangkaan pada wilayah
2004
2018
2032
2046
2000
2002
2006
2008
2010
2012
2014
2016
2020
2022
2024
2026
2028
2030
2034
2036
2038
2040
2042
2044
2048
2050
40.000
energi nasional pada tahun 2030 dan
30.000
menurun hingga 28% di tahun 2045.
20.000
10.000
• Proporsi EBT terhadap pembangkitan listrik
-
menurun dari 15% di tahun 2000, menjadi
12% di tahun 2018, 9% di tahun 2030, dan
2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
2016
2018
2020
2022
2024
2026
2028
2030
2032
2034
2036
2038
2040
2042
2044
2046
2048
2050
Permintaan Baseline Demand Fair Supply Fair
4% di tahun 2045.
Demand Ambitious Supply Ambitious • Melalui implementasi kebijakan, suplai energi
domestik dapat memenuhi permintaan energi
Proporsi EBT Pembangkitan Listrik nasional 77% di tahun 2030 dan 60% di tahun
35% 2045.
30%
• Melalui implementasi pengembangan
25%
pembangkit EBT sesuai dengan RUEN
20%
mampu meningkatkan proporsi EBT sebesar
15%
10%
205-30% di tahun 2030 dan 21%-32% di
5%
tahun 2045.
0%
2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
2016
2018
2020
2022
2024
2026
2028
2030
2032
2034
2036
2038
2040
2042
2044
2046
2048
2050
Orangutan
Sumatera Anoa
Babirusa
Orangutan Borneo
(3 subspesies)
BAU : −44%
FAIR : − 42%
CONS : − 14%
Gajah Sumatera
BAU : −39%
FAIR : − 33%
CONS : −11%
Harimau Sumatera
Badak Jawa
Owa Jawa
BAU : −12% BAU : −12%
FAIR : − 8% FAIR : −3%
CONS : −5% CONS : −3%
Maximum Sustainable Yield Perikanan Tangkap
Tangkapan Lestari
20
• Secara baseline, produksi perikanan
15
tangkap di tahun 2017 tumbuh 1,5 kali
dibandingkan di tahun 2000, namun tumbuh
Juta ton/tahun
10
5
0,5% per tahun hingga tahun 2050.
- • Produksi perikanan budidaya tumbuh rata-
2002
2012
2022
2032
2042
2000
2004
2006
2008
2010
2014
2016
2018
2020
2024
2026
2028
2030
2034
2036
2038
2040
2044
2046
2048
2050
rata 4% dari tahun 2017 hingga 2050.
Tangkapan Lestari Ambisius Tangkapan Lestari Fair
• Penerapan kebijakan pada manajemen
Tangkapan Lestari Baseline Tangkapan Lestari data
SDM dan manajemen area tangkap akan
mampu meningkatkan produksi perikanan
Produksi Perikanan
80
tangkap lebih tinggi 65% di tahun 2030 dan
70 72,8% di tahun 2045 dari baseline.
60
juta ton/tahun
50
40
• Penerapan teknologi dan peningkatan
30 produktivitas Aquaculture, produksi
20
10 perikanan budidaya juga meningkat
-
sebesar 13,5% di tahun 2030 dan 12% di
2024
2034
2044
2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
2016
2018
2020
2022
2026
2028
2030
2032
2036
2038
2040
2042
2046
2048
2050 tahun 2045 dibandingkan baseline.
Prod Tangkap Ambisius Prod Tangkap Fair Prod Tangkap Baseline
Prod BD Baseline Prod BD Fair Prod BD Ambisius
Simulasi Mangrove
Mangrove
3500000
3000000
2500000
2000000
1500000
1000000
500000
0
2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045
6000000
1,9 kali dibandingkan dengan emisi tahun 2010.
PDB diperkirakan menjadi 3 kali lipat dibanding
gIGA GR co2/YEAR
5000000
4000000
periode yang sama. Artinya, emisi yang dihasilkan
3000000
masih lebih rendah dibanding pertumbuhan ekonomi
2000000 yang dicapai (intensitas emisi semakin menurun).
1000000 • emisi energi berkontribusi 45% dari emisi total
0 2018 Indonesia dan semakin meningkat menjadi 59%
2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
2016
2020
2022
2024
2026
2028
2030
2032
2034
2036
2038
2040
2042
2044
2046
2048
2050
pada 2030. Sementara emisi berbasis lahan (tanpa
Ambitious Fair Baseline kebakaran gambut) menurun dari 39% ke besaran
29% dari total emisi Indonesia
Emissions Reduction • Kombinasi kebijakan mitigasi emisi, menghasilkan
10,0% penurunan emisi lebih kurang 29%-42% pada tahun
0,0% 2030. Penurunan ini sebagian besar merupakan
PENURUNAN EMISI GRK
-10,0%
-20,0%
kontribusi dari sektor lahan dan energi
-30,0%
CAPAIAN
-40,0%
PENURUNAN 2017 2020 2024 2030 2045
-50,0%
EMISI GRK
2030
2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
2016
2018
2020
2022
2024
2026
2028
2032
2034
2036
2038
2040
2042
2044
2046
2048
2050
600
500
yang sama pada periode berikutnya, dihasilkan
400 emisi yang relatif lebih kecil.
300
200 • Dengan demikian, berdasarkan tren historis juga
100
-
telah dilakukan upaya-upaya penurunan emisi oleh
2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050 pelaku ekonomi (baik berupa efisiensi sumber daya,
Ambitious Fair Baseline energi, minimasi konversi lahan, perubahan pola
konsumsi, dsb) yang berdampak terhadap besaran
Emission Intensity Reduction emisi yang dihasilkan.
0,00% • Kombinasi kebijakan mitigasi emisi, menghasilkan
2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050
-10,00% penurunan intensitas emisi lebih kurang 33%-46%
-20,00%
pada tahun 2030 dan sekira 44%-51% pada 2045
-30,00%
CAPAIAN
-40,00% PENURUNAN 2017 2020 2024 2030 2045
INTENSITAS
-50,00%
EMISI GRK
DIBAWAH 4,8% 11% 25,5% 33,32% 44,04%
-60,00%
BASELINE (FAIR)
Ambitious Fair
Dampak terhadap Ekonomi
Laju Pertumbuhan Ekonomi
7,00%
6,00%
• Pada baseline, pertumbuhan ekonomi meningkat
5,00%
pada kisaran 5,1% - 5,3% per tahun dari tahun 2017
4,00%
hingga tahun 2030, 5,5% di tahun 2040 dan
3,00%
melambat sebesar 5,1% di tahun 2045.
2,00% • Implementasi kebijakan untuk skenario fair,
1,00% pertumbuhan ekonomi mencapai kisaran 5,1% -
0,00% 5,8% dari tahun 2017 hingga 2030, 6,2% di tahun
2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050 2040, dan melambat menjadi 5,7% di tahun 2045.
Ambitious + LCDi Fair + LCDi
• Implementasi kebijakan untuk skenario ambisius,
Baseline Macroeconomic directorate (fair)
pertumbuhan ekonomi mencapai kisaran 5,1% -
5,9% dari tahun 2017 hingga 2030, 6,4% di tahun
2040, dan melambat menjadi 5,9% di tahun 2045.
GDP Per Capita • Pada skenario baseline, PDB per kapita Indonesia
35000 sekitar 4900 USD/kapita/tahun, di tahun 2030
30000 meningkat menjadi 8600 USD/kapita/tahun, dan
25000 sebesar 18.700 USD/kapita/tahun di tahun 2045
20000 (naik 3,8 kali dibandingkan 2017)
15000 • Implementasi kebijakan PRK untuk skenario fair dan
10000 ambisius meningkatkan PDB per kapita 7% lebih
5000 tinggi di tahun 2030 dan 23% di tahun 2045
0 dibandingkan baseline
2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
2016
2018
2020
2022
2024
2026
2028
2030
2032
2034
2036
2038
2040
2042
2044
2046
2048
2050