Anda di halaman 1dari 60

SERI-4/5

(PENUTUP)
DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP (IKPLHD) DAN INDIKATOR KUALITAS
LINGKUNGAN HIDUP (IKLH)
UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN

OLEH : DR. LUTHFI MUTA’ALI, S.SI. MSP.


luthfi.mutaali@gmail.com
081328760017

Dosen Prodi Pembangunan W ilay ah, Fakult as Geografi U GM


Pascasarjana I lmu Lingkungan dan Magist er Pengelolaan Lingkungan U GM
DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP (IKPLHD)
DASAR HUKUM PERATURAN PERUNDANGAN
• Pasal 28 huruf c (UU No. 32/2009)
• Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh
manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia.
• Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun
masyarakat, bangsa, dan negaranya.
• Pasal 28 huruf f (UU No. 32/2009)
• SETIAP ORANG BERHAK UNTUK BERKOMUNIKASI DAN MEMPEROLEH INFORMASI untuk mengembangkan pribadi dan
lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan
informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
• Pasal 62 UU No. 32/2009
• Pemerintah dan pemerintah daerah mengembangkan SISTEM INFORMASI LINGKUNGAN HIdup untuk mendukung
pelaksanaan dan pengembangan kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
• Sistem informasi lingkungan hidup dilakukan secara terpadu dan terkoordinasi dan wajib dipublikasikan kepada
masyarakat.
• Sistem informasi lingkungan hidup paling sedikit memuat informasi mengenai status lingkungan hidup, peta rawan
lingkungan hidup, dan informasi lingkungan hidup lain
Penerapan prinsip good governance dan akses informasi kepada publik, sebagaiman ditetapkan Undang- Undang Nomor 14
Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP)
PERKEMBANGAN BEBERAPA TAHUN TERAKHIR

UNSUR s.d. 2015 2016 2017-2018 2019-2020 2021

PENYELENGGARA KEMEN LH KEMEN LHK KEMEN LHK KEMENLHK KEMENLHK

SELURUH PROVINSI, SELURUH PROVINSI,


SELURUH KAB/KOTA SELURUH KAB/KOTA SELURUH KAB/KOTA
PESERTA NOMINATOR NOMINATOR
& PROV. & PROV. & PROV.
KAB/KOTA KAB/KOTA

BUKU DATA & BUKU BUKU DATA & BUKU BUKU RINGSEK & BUKU RINGSEK & BUKU RINGSEK &
JENIS DOKUMEN
ANALISA ANALISA BUKU IKPLHD BUKU IKPLHD BUKU IKPLHD

JUMLAH TABEL 66 66 53 65 61

PENILAI TIM LH, P3E TIM PANEL, P3E TIM PANEL TIM PANEL TIM PANEL

PIALA NIRWASITA PIALA NIRWASITA PIALA NIRWASITA PIALA NIRWASITA


PENGHARGAAN PIALA SLHD
TANTRA TANTRA TANTRA TANTRA
Nirwasita Tantra
MOTIF DAN
IMPLIKASINYA?

Penghargaan dari Pemerintah yang diberikan kepada Kepala Daerah atas kepemimpinannya dalam merumuskan dan menerapkan kebijakan, dan/atau program kerja
sesuai dengan prinsip metodologi pembangunan berkelanjutan guna memperbaiki kualitas lingkungan hidup di daerahnya. Dinilai berdasarkan dokumen Status
Lingkungan Hidup Daerah (SLHD)/DIKPLHD
Surat No.S.408/Setjen/Datin/DTN.0/2/2021
ISI DOKUMEN
1. PENDAHULUAN
2. ANALISIS DRIVING FORCE, PRESSURE,
STATE, IMPACT, DAN RESPONSE ISU
LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
• (tataguna lahan, kualitas air, kualitas udara, risiko bencana, perkotaan, tata
kelola)

3. ISU PRIORITAS LINGKUNGAN HIDUP


DAERAH
4. INOVASI DAERAH DALAM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
5. BAB V. PENUTUP
6. DAFTAR PUSTAKA
7. LAMPIRAN DATA
SISTEMATIKA DOKUMEN (1) MEMAHAMI LOGIKA DAFTAR ISI?
URAIAN KETERANGAN
2. Sistematika Penyajian
a. Bagian Awal 1) Sampul memuat Judul dan Nama Instansi penyusun.
2) Pernyataan memuat pernyataan bahwa isu prioritas Daerah dirumuskan dengan melibatkan para pemangku
kepentingan di daerah. Pernyataan ditandatangani oleh Kepala Daerah.
3) Kata Pengantar, uraian singkat penyusunan dokumen termasuk proses penyusunannya. Kata Pengantar
ditandatangani oleh Kepala Daerah.
4) Daftar Isi
5) Daftar Tabel
6) Daftar Gambar
7) Daftar Lampiran

b. Bagian Utama 1) Bab I. Pendahuluan


(1) latar belakang;
(2) profil atau keadaan umum daerah termasuk kekhususan kondisi ekologisnya;
(3) gambaran singkat proses penyusunan dan perumusan isu prioritas termasuk proses penyusunan dokumen
informasi kinerja pengelolaan lingkungan hidup daerah. Dalam sub bab ini dijelaskan pula proses perumusan dan
pendekatan atau metode yang digunakan untuk memperoleh isu prioritas daerah;
(4) maksud dan tujuan; dan
(5) ruang lingkup penulisan.
SISTEMATIKA DOKUMEN (2)
URAIAN KETERANGAN
2) Bab II. Analisis Driving Force, Pressure, State, Impact, dan Response Isu
Lingkungan Hidup Daerah
(1) Tataguna lahan
Tabel 1 s/d Tabel 17.
(2) Kualitas air
Tabel 22 s/d Tabel 30.
(3) Kualitas udara
Tabel 36 s/d Tabel 40.
(4) Resiko bencara
Tabel 44.
(5) Perkotaan
Tabel 31, 35 dan Tabel 46 s/d Tabel 48.
(6) Tata Kelola
Tabel 18 s/d Tabel 21, Tabel 41 s/d Tabel 43, Tabel 50 s/d Tabel 60.
Data tambahan yang menunjang analisis dapat dituangkan disini.
SISTEMATIKA DOKUMEN (3)
URAIAN KETERANGAN
3) Bab III. Isu Prioritas Lingkungan Hidup Daerah
Isu prioritas yang diambil adalah berdasarkan data-data yang sebelumnya telah jelaskan pada Bab II. Isu prioritas ini
dapat mengenai pressure (berbagai penyebab terjadinya masalah, dapat berupa aspek-aspek sosial, ekonomi,
birokrasi, kelembagaan maupun politik), state (kondisi atau potret LH pada saat dinilai), atau response (kebijakan,
program maupun kegiatan yang berhubungan dengan jenis pressure yang ditetapkan untuk memperbaiki kondisi
state).
Isu prioritas paling banyak 5 (lima) dan paling sedikit 3 (tiga). Dalam merumuskan isu prioritas, deskripsi kondisi
terutama keunikan daerah harus diungkap dan menjadi bahan pertimbangan. Yang dapat dijadikan isu prioritas
adalah:
(1) pencemaran dan/atau kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang terjadi dan berdampak signifikan
terhadap kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan kualitas lingkungan hidup ataupun pressure sebagai penyebab-
penyebabnya, dan/atau persoalan respon yang dilakukan; dan
(2) mendapat perhatian publik yang luas (aktual) dan perlu ditangani segera (urgent).
Muatan yang dituangkan dalam Bab Isu Prioritas adalah yang berkaitan dengan proses perumusan isu prioritas, mulai
dari tahapan penyaringan isu hingga proses analisis yang digunakan untuk memperoleh isu prioritas.
4) Bab IV. Inovasi Daerah dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (RESPON)
Bab ini memuat inisiatif-inisiatif yang dilakukan oleh kepala daerah dalam upaya meningkatkan kualitas lingkungan
hidup. Inisiatif yang dilakukan dalam bentuk peningkatan kapasitas lembaga daerah (seperti melalui APBD,
peningkatan kapasitas personil, pengembangan jejaring kerja, peningkatan transparansi dan akuntabilitas kepada
publik).
SISTEMATIKA DOKUMEN (4)
URAIAN KETERANGAN
Inisiatif yang dikembangkan oleh masyarakat harus dituangkan juga di dalam bab ini. Data yang mendukung
dituangkan sejelas mungkin, sebagai contoh besaran APBD bidang lingkungan hidup termasuk prosentasenya
dibandingkan keseluruhan APBD. Inisiatif meliputi kegiatan atau program yang terkait dengan isu-isu perubahan iklim,
perbaikan kualitas lingkungan, perbaikan kualitas sumberdaya alam, dan perbaikan tata kelola lingkungan.Tabel 61
adalah inovasi yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup di daerahnya

5) Bab V. Penutup
Bab ini memuat intisari (simpulan) dari Bab II s/d Bab IV, dan rencana tindak lanjutnya termasuk yang berimplikasi
kepada kebijakan Kepala Daerah.
6) Daftar Pustaka
Semua pustaka yang diacu wajib dituangkan dalam Daftar Pustaka. Pustaka yang diacu harus memenuhi kriteria
relevan, mutakhir, dan primer.
7) Lampiran
Keseluruhan data utama dan data tambahan wajib dicantumkan dalam Lampiran sesuai dengan tata cara yang telah
dijelaskan sebelumnya
c. Bagian Akhir Berupa lampiran-lampiran yang relevan dengan penulisan dokumen IKPLHD, seperti perhitungan data, peta, foto,
keputusan kepala daerah yang terkait penyusunan informasi kinerja pengelolaan lingkungan hidup daerah, dan daftar
riwayat hidup tim penyusun.
Jenis data minimal yang harus ada dalam penyajian informasi kinerja pengelolaan lingkungan hidup daerah adalah
sebagaimana tercantum dalam aplikasi SILHKD atau website// www.menlhk.go.id
TOPIK HANGAT DIKPLHD
1. POSISI DATA IKPLH SEBAGAI DATA DAERAH UNTUK
PERENCANAAN PEMBANGUNAN
2.PENGHARGAAN NIRWASITA TANTRA (SISTEM
PENILAIAN)
3.LAMPIRAN DATA
4.SUBSTANSI
• ANALISIS DPSIR
• PENENTUAN ISU PRIORITAS
• INOVASI DAERAH
POSISI DIKPLHD DALAM DOKUMEN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Nirwasita Tantra
MOTIF DAN
IMPLIKASINYA?

Penghargaan dari Pemerintah yang diberikan kepada Kepala Daerah atas kepemimpinannya dalam merumuskan dan menerapkan kebijakan, dan/atau program kerja
sesuai dengan prinsip metodologi pembangunan berkelanjutan guna memperbaiki kualitas lingkungan hidup di daerahnya. Dinilai berdasarkan dokumen Status
Lingkungan Hidup Daerah (SLHD)/DIKPLHD
PROBLEM DATA IKPLHD LIHAT LAMPIRAN DATA

1. KETERSEDIAAN DATA
2.KUALITAS DATA, TERMASUK DATA TIME SERIES
3.SIFAT DATA IKPLHD (MULTISEKTOR, MULTIWILAYAH,
MULTILEVEL)
4.KEWENANGAN ANTAR SUMBERDATA (INSTANSIONAL).
HANYA 1/3 DALAM KEWENANGAN DLH 18/65 = 27%
18/61 = 29,5
5.MEKANISME KERJASAMA
6.MENJADIKAN DATA DAERAH, BUKAN DATA DLH
ANALISIS DRIVING FORCE, PRESSURE,
STATE, IMPACT, DAN RESPONSE (DPSIR)
ISU LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
DPSIR (DriveR, Pressure, STATE, IMPACT and RESPONse)
➢ EEA (European Environmental Agency), ✓ Hubungan kausalitas antara unsur-
kemudian mengembangkan menjadi metode unsur penyebab terjadinya persoalan
DPSIR. Sebelumnya OECD (Organisation for lingkungan hidup, status, dan upaya
Economic Co-operation and Development) untuk memperbaiki kualitas
menerapkan metode sederhana dengan hanya lingkungan (Driver, Pressure, State,
memasukkan unsur Pressure-State-Respond and Response Analysis).
(PSR).
✓ Sangat penting di dalam menentukan
isu isu prioritas dalam lingkungan
hidup.
➢ Drive– Pressure – State – Impact – Respond
✓ Bersifat Kualititaif, sehingga flexibel
➢ DPSIR ini memberikan gambaran secara
didalam penerapannya. Pengalaman
komperhensive, masalah lingkungan, termasuk
akan lebih menguatkan hasil
akibatnya dan tanggapan apa yang bisa
diberikan. Termasuk bagaimana hubungan
antar element yang ada di dalam DPSIR ini.
➢ Metode ini banyak digunakan dibeberapa
negara untuk mengevaluasi kondisi lingkungan
serta mengembangkan strategi dalam
pengelolaan lingkungan.
MODEL DPSIR

➢ Respond (R) jika


dijalankan maka P akan
menurun, kondisi S
makin baik (diukur) dan I
dapat diminimalkan
D (DriveR) P (Pressure) S (State) I (Impact) R (RESPOND)

Kata Kunci Need Intervensi Snapshot of the situation c hange and “ vulnerability” Actions
Konsumsi-produksi Hasil pemenuhandriver P rofil / Rona/Fakta lingkungan
Pengaruh tidak langsung Pengaruh langsung

Definisibebas Ke kuatan pendorong → merujuk Intervensi yang menyebabkan KONDISI DARI LINGKUNGAN • Perubahan atau dampak • Respond terhadap semua
pada proses mendasar dalam perubahan pada lingkungan akibat dari pressure yang sudah yang terjadi karena adanya level dalam DPSI, atau
masyarakat, yang mendorong baik sengaja maupun tidak dinyatakan sebelumnya. perubahan di lingkungan. tanggapan, karena berkaitan
kegiatan yang memiliki dampak disengaja yang dilakukan baik Hal yang terpenting adalah • Namun sebenarnya dampak dengan berbagai kegiatan
langsung terhadap lingkungan oleh manusia maupun feedback pengaruh pada kesehatan ini atau perubahan bisa yang dilakukan di berbagai
karena suatu kegiatan yang manusia dan kesejahteraan, ditinjau dari segi lingkungan, level :
menyebabkan nature/alam serta pengaruh pada sosial sosial-ekonomi masyarakat, • Level individu, komunitas,
berubah dan memberikan ekonomi masyarakat. terutama bagi masyarakat kota, kabupaten, nasional,
dampak kepada lingkungan. Penetapan pressure dan state yang mempunyai kerentanan regional, ataupun
Point of view biasanya sangat penting sebagai langkah yang cukup tinggi akibat dari internasional.
be rhubungan dengan sosial dan awal penetapan program perubahan yang terjadi. • Respond ini untuk mengatasi
e konomi masyarakat. program dan perencanaan • Intinya dicek dari kerentanan masalah lingkungan, sosial
pengelolaan lingkungan di ekosistem, lingkungan dan masyarakat, ataupun
(Respond). manusia sendiri mengurangi dampak yang
mungkin timbul baik
terhadap lingkungan maupun
masyarakat.

Conoth Contohnya : Contohnya : IKLH ➢ Contohnya : Respond ini dapat berupa


➢ Higher population H uman intervention : Perubahan Eutophikasi atau pengayaan peraturan, standar teknis, SOP,
➢ Higher energy demand Tata Guna Lahan, Peningkatan badan air penelitian, membangun opini
➢ Globalisasi ekonomi Jumlah Kendaraan Bermotor, Berkurangnya publik, dan lain-lain yang
➢ Struktur rumah tangga Polusi tanah, air dan udara, keanekaragaman hayati berhubungan dengan mengatasi
yang berbeda (lebih Peningkatan Penggunaan Bahan Kekeringan atau banjir atau mengurangi dampak yang
sedikit penghuninya per B3 pada Industri, dll. Dampak terhadap kesehatan timbu
rumah tangga) Feedback dari alam : rad manusia
➢ Jumlah limbah dan
sampah yang semakin
meningkat
➢ Peningkatan jumlah
intensifikasi lahan
pertanian
➢ Pola
DPSIR : MEMULAI DARI STATE
D (DriveR) P (Pressure) S (State) I (Impact) R (Respon)

Populasi, Tourisme, Industri, Konsumsi meningkat PENURUNAN MUKA AIR Harga air mahal Tolak hotel dan apartemen
perubahan iklim Debit limbah meningkat TANAH Kuantitats menurun Pengaturan ijin
Curah hujan berkurang PENCEMARAN AIRTANAH Kualitas air tanah menurun
Beban lingkngan akuatik (2 cm/tahun)

D (DriveR) P (Pressure) S (State) I (Impact) R (Respon)

Pertumbuhan penduduk, Konsumsi meningkat PENINGKATAN VOLUME Kenyamanan kota Lihat responnya (gambar
urbanisasi, kegiatan sosial Kesadaran masyarakat rendah SAMPAHTIMBULAN SAMPAH: Gangguan rumah tanggak dan berikut)
ekonomi meningkat (3R) 367776.84 KG/HARI kampung
TIMBULAN SAMPAH TPA tidak mempu menampung
TERANGKUT : 78%

https://bit.ly/FORMDPSIR
YUK LATIHAN
CONTOH ANALISIS DPSIR DOKUMEN IKPLHD PROVINSI BANGKA BELITUNG
response

Persampahan Kota Yogyakarta

Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta


Beberapa hal yang perlu diperhatikan
• DPSIR - alat yang baik untuk menyusun informasi yang relevan serta komperhensive untuk
masalah lingkungan sekaligus pemecahannya.
• DPSIR hanya merupakan kerangka kerja”frame work” sebagai tools yang mempermudah
dalam membuat perencanaan maupun program program berkaitan dengan pengelolaan
lingkungan yang melibatkan sosial ekonomi masyarakat. No framework
• Harus diperhatikan dalam membuat hubungan kausalitas (sebab-akibat) dalam DPSIR serta
indikator untuk mengukur DPSIR sendiri.
• Memperhatikan perubahan yang akan terjadi dimasa yang akan datang
• DPSIR ini hanya sebuah tools dan harus diingat bahwa perubahan yang terjadi bukan hanya
perubahan yang negative harus dilihat secara menyeluruh. Bagaimana dengan positif ???
• Rekomendasi yang diberikan juga harus diperhatikan seimbang antara kebutuhan/ekonomi
masyarakat serta sosial vs lingkungan.
• Key of SUSTAINABILITY
• Hubungan antar elemen di dalam DPSIR bukan selalu hubungan yan sederhana. Jangan melakukan
Oversimplification
ISU PRIORITAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
ISU DAN PROBLEM
• ISU bukanlah sesuatu yang harus dicarikan solusi, tetapi merupakan sesuatu hal
penting yang tengah didiskusikan;
• Topik/persoalan penting yg menjadi perhatian masyarakat
• Menimbulkan kontroversi
• Bahwa kebijakan itu adalah ‘issue’, bukan ‘problem’ (i.e. kebijakan pengurangan
sampah plastik)
• PROBLEM adalah persoalan yang harus dicarikan solusi;
• Banjir, kekeringan, tanah longsor merupakan problem
• Problem bisa menjadi issue, (i.e. social problem/social issue)
• Ada upaya untuk Euphemism (penghalusan bahasa) untuk hal-hal yang sensitif (i.e. psychological
problem → psychological issue; environmental problem →environmental issue)
DALAM IKPLHD, ISU ADALAH BAHASA MEMPERHALUS DARI PROBLEM. ATAU ISU BERBASIS PROBLEM
Dasar

KETERANGAN
▪ Isu prioritas adalah isu utama yang menjadi prioritas dalam memperbaiki
kualitas lingkungan hidup di daerah.
▪ Isu prioritas minimal 3 (tiga) dan maksimal 5 (lima).
▪ Penetapan isu prioritas didasarkan proses secara partisipatif yang
melibatkan pemangku kepentingan di daerah.
▪ Bab Isu Prioritas adalah yang berkaitan dengan proses perumusan isu
prioritas, mulai dari tahapan penyaringan isu hingga proses analisis yang
digunakan untuk memperoleh isu prioritas.

Salah satu peralatan (tools) untuk medapatkan prioritas pilihan adalah dengan menggunakan AHP (Analytical Hierarchy
Process)
SUMBER-SUMBER ISU PRIORITAS LINGKUNGAN HIDUP
DATA SEKUNDER
1. PUBLIKASI DATA DAN INFORMASI RESMI (BPS, KEMENTRIAN, PEMERINTAH DAERAH)
2. LAPORAN LINGUNGAN HIDUP (RPPLH, DDTLH, INVENTARISASI LINGKUNGAN HIDUP, KLHS,
LAPORAN IKPLHD SEBELUMNYA, DLL)
3. DOKUMEN DOKUMEN PERENCANAAN (RPJP, RPJMD, RTRW, RDTR, PERENCANAAN
SEKTORAL)
4. MEDIA MASSA (TERPERCAYA) KHUSUS DOKUMEN IKPLHD, SEBAIKNYA
5. SOSIAL MEDIA (VALID)
DAFTAR ISU-ISU LINGKUNGAN HIDUP
DATA PRIMER TERMUAT DALAM ANALISIS D-P-S-I-R
1. SURVEI BERGUNAN UNTUK MEMBATASI SKOPE ISU LINGKUNGAN HIDUP.
KALAU ISU, TIBA TIBA MUNCUL DILUAR ANALISIS DPSIR. APA
2. FOCUS GROUP DISCUSSION GUNANYA DPSIR?
TAHAPAN PENENTUAN ISU PRIORITAS LINGKUNGAN HIDUP
1. MENENTUKAN DAFTAR PANJANG ISU-ISU LINGKUNGAN HIDUP YANG DIPEROLEH DARI SUMBER-
SUMBER TERPERCAYA ATAU DIPEROLEH SECARA LANGSUNG
2. MENENTUKA KRITERIA PENENTUAN ISU PRIORITAS LINGKUNGAN HIDUP
A. KRITERIA DAMPAK LINGKUNGAN (KERUSAKAN LINGKUNGAN)
B. KRITERIA AUSSC (ACTUAL, URGENT, SIGNIFICAN, SENSITIVE, CONSISTENCE)
C. KRITERIA USGR (URGENCY, SERIOUSNESS, GROWTH, RATIONALITY)
3. MENENTUKAN METODE PENENTUAN ISU PRIORITAS
A. METODE SKORING DAN ATAU PEMBOBOTAN SEDERHANA
B. AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS)
4. MENENTUKAN PIHAK YANG TERLIBAT DALAM PENENTUAN ISU PRIORITAS
5. ANALISIS NILAI PERHITUNGAN DAN URUTAN PRIORITAS
6. MENYEPAKATI JUMLAH ISU PRIORITAS LINGKUNGAN HIDUP
7. PENGAJUAN, PERSETUJUAN DAN PENANDATANGANAN BUPATI
KRITERIA PENENTUAN ISU PRIORITAS LINGKUNGAN HIDUP
KRITERIA

No ISU-ISU STRATEGIS ACTUAL URGENT SIGNIFICAN SENSITIVE, CONSISTENCE TOTAL NILAI


1 Banjir 3 4 5 3 2 17

2 Pencemaran Udara

3 Isu-3

4 Isu-4

5 Isu-5

dst

Aktual = mendapat perhatian publik yang luas; 1=sangat rendah


Urgen = perlu ditangani segera; 2==rendah
3=sedang
Signifikan = dampak yang ditimbulkannya terhadap publik; SKORING
Sensitif = potensi menimbulkan dampak kumulatif dan efek berganda; 4=tinggi
Konsisten = sesuai dengan tugas pokok dan fungsi organisasi. 5=sangat tinggi
KRITERIA PENENTUAN ISU PRIORITAS LINGKUNGAN HIDUP
KRITERIA

No ISU-ISU STRATEGIS ACTUAL URGENT SIGNIFICAN SENSITIVE, CONSISTENCE TOTAL NILAI


1 Banjir 3 4 5 3 2 17

2 Pencemaran Udara

3 Isu-3
https://bit.ly/FORMISUPRIORITAS
4 Isu-4

5 Isu-5 YUK LATIHAN


dst

1=sangat rendah
URGENCE = Mendesak untuk diselesaikan; 2==rendah
SEIOUSNESS = Keseriusan masalah; SKORING 3=sedang
GROWTH = Perkembangan cepat jika tidak diatasi; 4=tinggi
RATIONALITY = Rasional untuk diselesaikan (berdasarkan sumberdaya) 5=sangat tinggi
1. Alih Fungsi Lahan
2. Kerusakan Lahan 2. Alih Fungsi Lahan
3. Kerusakan Hutan
4. Penataan Ruang
5. Permukiman Kumuh
6. Persampahan 4. Persampahan
7. Limbah Domestik
3. Peningkatan Limbah Domestik (sanitasi lingkungan)
8. Sanitasi Lingkungan
9. Pencemaran Air 5. Kualitas dan Kuantitas Air Permukaan
10. Pencemaran Udara
11. Perubahan Iklim
12. Kekeringan
1. Rawan Bencana
13. Banjir
14. Longsor
15. Kegiatan Industri
16. Kegiatan Pertambangan
17. Kegiatan Pariwisata
18. Kerusakan Pantai
19. Prilaku Masyarakat dan Adat
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
• Mendukung proses pengambilan keputusan untuk mendapatkan keputusan terbaik dari berbagai alternatif pilihan dengan struktur
hirarki antara tujuan, kriteria, dan alternatif
MENENTUKAN ISU PRIORITAS

AKTUAL URGEN SIGNIFIKAN SENSITIF KONSISTEN

PENGELOLAAN PERUBAHAN PENURUNAN PENGELOLAAN PERUBAHAN


SAMPAH DAN IKLIM KUALITAS AIR WILAYAH PENGGUNAAN
LIMBAH B3 PESISIR LAHAN DAN
DEGRADASI
LAHAN

Input data
Expert Choice
• Prosedur pembobotan pada dasarnya masih mengikuti
prosedur dasar pembobotan secara tunggal.
• Apabila ingin menggunakan beberapa responden, maka
dilakukan dengan mengaktifkan salah satu fitur yang
disediakan oleh Expert Choice, yaitu Participant.
• Mengapa dikatakan Participant, bukannya Expert? Karena
pada dasarnya pembobotan boleh dilakukan oleh siapa
saja yang dianggap berkompoten atau memiliki
keterkaitan dengan kajian/penelitian yang sedang
dilakukan.
• Pada bidang kajian tertentu, Expert (pakar) mutlak
diperlukan, namun pada penelitian yang memang Alternatif (Isu Lingkungan Hidup) Hasil Ranking
memerlukan tanggapan masyarakat atau konsumen Isu 1 = Pengelolaan sampah dan limbah B3 0,2288 2
(misalnya), maka mereka bukan pakar atau ahli Isu 2 = Perubahan iklim 0,1918 3
melainkan Partisipan (responden).
Isu 3 = Penurunan kualitas air 0,2468 1
• Dengan demikian maka, penggunaan tool Participant
boleh untuk Pakar maupun oleh masyarakat yang Isu 4 = Pengeloaan wilayah pesisir 0,1548 5
menjadi objek penelitian. Isu 5 = Perubahan penggunaan lahan dan degradasi lahan 0,1777 4
INDIKATOR KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP
(IKLH)
▪ Indeks Kualitas Lingkungan
Hidup
▪ Peringkat Kualitas Lingkungan
Hidup
▪ Menilai kinerja program
perbaikan kualitas lingkungan
hidup
▪ Pendukung proses
pengambilan kebijakan yang
berkaitan dengan
perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup

▪ Indeks Kualitas Air (IKA)


▪ Indeks Kualitas Udara
(IKU)
▪ Data & Informasi
▪ Indeks Kualitas Lahan IKLH
(IKL), dihitung
berdasarkan:
▪ Indeks Kualitas Tutupan
▪ (IKU, IKA, IKTL)
Lahan (IKTL)
▪ Rekomendasi Hasil
▪ Indeks Kualitas
Ekosistem Gambut Analisis
(IKEG)
▪ Indeks Kualitas Air Laut
(IKAL)
KOMPONEN DAN PENYUSUN IKLH
UDARA IKLH SEBAGAI INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

POHON POHON

SUNGAI

IKU: IKU IKA IKA :


IKLH

IKL
PERUBAHAN STANDART PERHITUNGAN
Mengetahui kinerja
1. Perkembangan
2. Standar atau TARGET,
NSPK
IKLH
Pada tingkat provinsi maupun kabupaten/Kota perhitungan IKLH mengacu pad
a metode perhitungan IKLH yang dilakukan pada tingkat Nasional yaitu Surat E
daran Nomor: SE.4/Menlhk/Setjen/KUM.1/4/2021 tentang Penetapan Rancang
an Pembangunan Jangka Menengah Daerah Berwawasan Lingkungan.
No. Indikator Parameter Keterangan
1. Kualitas Air Sungai pH Dihitung Indeks Kualitas Air
BOD
(IKA)
COD
TSS
DO
NO3-N
Total Phosphat
Fecal Coliform
2. Kualitas Udara SO2 Dihitung Indeks Kualitas
NO2 Udara
(IKU)
Tutupan Hutan (TH) Dihitung Indeks Kualitas
3 Kualitas Tutupan Lahan
Tutupan Vegetasi Non Hutan (TnH) Lahan (IKL)
IKLH
Persamaan yang digunakan untuk
penghitungan IKLH adalah:

IKLH = (0,376 x IKA) + (0,405 x IKU) + (0,219 x IKL)


Rumus baru, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya
Keterangan:
IKLH = Indeks Kualitas Lingkungan Tingkat Provinsi/
Kabupaten/Kota
IKA = Indeks Kualitas Air
IKU = Indeks Kualitas Udara
IKL = Indeks Kualitas Lahan
Indeks Kualitas Air
• Salah satu indikator yang digunakan untuk
menghitung IKLH suatu wilayah adalah
Indeks Kualitas Air (IKA).
• Jumlah parameter yang digunakan
berkurang menjadi 8 parameter yang
awalnya 10 parameter.
• 8 Parameter yaitu pH, BOD, COD, TSS, DO,
NO3-N, Total Phosphat, dan Fecal Coliform. 2 2
𝐶𝑖 𝐶𝑖
• Indikator Air untuk IKLH pada tahun ( ൘𝐿 ) +( ൘𝐿 )
𝑖𝑗 𝑖𝑗
sebelumnya menggunakan perhitungan 𝑃𝐼𝑗 = 𝑚 𝑅

Indeks Pencemaran atau IP sesuai dengan 2


Kepmen LH Nomor 115 Tahun 2003. Dengan:
PIj= Indeks pencemaran
• Standar Baku Mutu Menggunakan PP RI Lij= Konsentrasi baku mutu pada titik j;
22/2021 Lampiran VI Baku Mutu Air Ci= Konsentrasi pengukuran pada titik j;
(Ci/Lij)M = Nilai maksimum Ci/Lij
Nasional. (Ci/Lij)R = Nilai rata-rata Ci/Lij
Kategori Jumlah Persen Koefisien Nilai
Memenuhi 94 39% 70 27.65
Ringan 136 57% 50 28.57
Sedang 7 3% 30 0.88
Berat 1 0% 10 0.04
238
Nilai Indeks Kualitas Air (IKA) 57.14
Status Sedang

Pengambilan Sampel Semester 1: Maret dan April 2020


Pengambilan Sampel Semester 2: Nov dan Des 2020

120 Titik Semester 1


118 Titik Semester 2

No Skor Kriteria
Parameter dalam Analisis IKA:
1 100≥ IKA >90 Sangat Baik pH, BOD, COD, TSS, DO, NO3-N, Total Phosphat, dan Fecal Coliform
2 90≥ IKA ≥80 Baik
3 80> IKA ≥70 Cukup Baik
4 70> IKA >50 Sedang
5 50≥ IKA >35 Marginal
6 35≥ IKA ≥0 Buruk
Perbedaan Metode Perhitungan
Keterangan IKLH 2017 IKLH 2018 IKLH 2020 IKLH 2021
IKA Tahun 2020 dan 2021
Tahun Data Data 2017 Data 2018 Data 2019 Data 2020 Data 2021
Tahun Disahkan Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021
Perbedaan Koefisien Pembagi
Standar Baku M PPRI No 82 Tahun PPRI No 82 Tahun 20 PPRI No 82 Tahun 2 PP 22 Tahun 2021 L PP 22 Tahun 2021 Tahun 2020 dan 2021.
utu Air 2001 ttg Pengendal 01 ttg Pengendalian 001 ampiran VI Baku Mu Lampiran VI Baku
ian Pencemaran Air Pencemaran Air ttg Pengendalian Pe tu Air Nasional Mutu Air Nasiona
ncemaran Air l Koefisien pembagi sama pada
Parameter yang 7 Parameter 5 Parameter 10 Parameter: 8 Parameter: 8 Parameter: Tahun 2017 dan 2021
digunakan TSS TSS TSS TSS TSS
DO DO DO DO DO
BOD BOD BOD BOD BOD Data Tahun 2021 hanya 26 titik
COD COD COD COD COD dan hanya 1 Semester
Total Fosfat Fosfat Total Fosfat Total Fosfat Total Fosfat
Fecal Coli Fecal Coliform Fecal Coliform Fecal Coliform
Total Colifom pH pH pH
NH3-N NO3-N NO3-N
NO3-N
TDS

Jumlah Titik Pan 166 titik 2 Semester 214 titik, 2 semester 257 titik, 2 semester 237 Titik, 2 semester 26 Titik, 1 Semest
tau er
Koefisien Pemba 70 100 100 70 70
gi Bobot Indeks 50 80 85 50 50
30 60 70 30 30
10 40 55 10 10
20 40
25
Metode Analisis Kepmen LH Nomor Kepmen LH Nomor 1 Indeks Kualitas Air Kepmen LH Nomor Kepmen LH Nom
IKA 115 Tahun 2003 ttg 15 Tahun 2003 ttg In modifikasi Indonesi 115 Tahun 2003 ttg or 115 Tahun 200
Indeks Pencemaran deks Pencemaran a (IKA–INA) Indeks Pencemaran 3 ttg Indeks Penc
emaran

Nilai Hasil IKA 54,82. 87,76 72,45 57,14 51,54


Indeks Kualitas Udara
• Indeks kualitas udara pada umumnya dihitung berdasarkan
lima pencemar utama yaitu Oksidan/Ozon di permukaan, b
ahan partikel, Karbon Monoksida (CO), Sulfur Dioksida (S
O2) dan Nitrogen Dioksida (NO2).
• Namun pada saat ini penghitungan indeks kualitas udara m
enggunakan dua parameter yaitu NO2 dan SO2. nitrogen diok
sida (NO2) untuk emisi kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin dan
sulfur dioksida (SO2) untuk emisi kendaraan diesel dengan bahan bakar solar
(KLHK, 2016).
• Penghitungan Indeksnya adalah dengan membandingkan ni
lai rata-rata tahunan terhadap standar European Union (E
U) Directives. Ket:
50
IKU = 100 − × Ie𝑢 − 0,1 Ieu= PU atau Indeks Pencemaran Udara
0,9
Ieu= 50% Indeks SO2 + 50% Indeks NO2
Hasil Lab Pengujian Udara 2020
SO2 SO2 NO2 NO2
No Lokasi (µg/Nm3) (µg/Nm3) (µg/Nm3) (µg/Nm3) Peruntukan
Tahap I Tahap II Tahap I Tahap II
1 Jl. Beringin Komplek Pemda Desa Cijoro Pasir Ke 16.00 12.00 9.00 6.00 Pemukiman
camatan Rangkasbitung
2 14.00 14.00 23.00 17.00 Industri
Kantor Desa Nameng Kecamatan Rangkasbitung
3 9.00 15.00 10.00 9.00 Transportasi
Kantor Desa Maja Lama Kec. Maja
4 Kantor Desa Maja baru Kec. Maja 13.00 11.00 6.00 4.00 Pemukiman SO2
5 Kantor Kecamatan Maja 11.00 13.00 5.00 4.00 Perkantoran
6 Kantor TPA Dengung Kec. Maja 19.00 11.00 7.00 6.00 Pemukiman
7 12.00 12.00 4.00 4.00 Transportasi NO2
Kantor Kec. Gunungkencana
8 8.00 11.00 6.00 7.00 Pemukiman
Kantor Desa Keramat Jaya Kec. Gunungkencana
9 8.00 15.00 4.00 6.00 Transportasi
Kantor Kec. Malingping
10 Kantor Desa Pagelaran Kec. Malingping 21.00 11.00 10.00 9.00 Pemukiman
11 Kantor Kec. Bayah 9.00 12.00 6.00 Perkantoran
12 13.00 13.00 8.00 6.00 Transportasi
Kantor Desa Bayah Timur Kecamatan Bayah
13 Kantor Port PT. Cemindo Gemilang Desa Darmas 18.00 10.00 5.00 5.00 Industri
ari Kec. Bayah
14 Kantor Desa Sawarna Kec. Bayah 14.00 12.00 6.00 7.00 Pemukiman
15 Kantor Kec. Cibeber 20.00 7.00 4.00 3.00 Pemukiman
16 10.00 14.00 4.00 5.00 Transportasi
Kantor Desa Cikotok Kec. Cibeber
17 8.00 13.00 8.00 7.00 Transportasi
Kantor Kec. Cimarga
18 Kantor Desa Cimarga Kec. Cimarga 9.00 26.00 6.00 6.00 Pemukiman
19 Kantor Kecamatan Leuwidamar 19.00 12.00 3.00 4.00 Pemukiman
20 9.00 12.00 6.00 2.00 Transportasi
Kantor Desa Kanekes Kec. Leuwidamar
Indeks Kualitas Udara (IKU)
Baku Mutu
Parameter Rerata Konsentrasi Indeks Ieu
EU Penghitungan Indeksnya adalah dengan m
Kadar NO2 7.37 40 0.18 embandingkan
Kadar SO2 12.72 20 0.64 nilai rata-rata tahunan
Indeks Udata (Indeks Annual Model EU-Ieu 0.41 terhadap
IKU Kab Lebak Tahun 2020 82.77 Standar European Union (EU) Directives
Baku Mutu 50
Parameter Rerata Konsentrasi Indeks Ieu 𝐈𝐊𝐔 = 100 − × Ie𝑢 − 0,1
EU 0,9
Kadar NO2 12.92 40 0.32 Ket:
Kadar SO2 8.61 20 0.43 Ieu= PU atau Indeks Pencemaran Udara
Indeks Udata (Indeks Annual Model EU-Ieu 0.38 Ieu= 50% Indeks SO2 + 50% Indeks NO2
IKU Kab Lebak Tahun 2021 84.62

PERBANDINGAN INDEKS KUALITAS UDARA (IKU)


DI KABUPATEN LEBAK
Hanya menggunakan 2 parameter
90 87.75
saja, Kadar NO2 dan Kadar SO2
84.62
Mengalami peningkatan kualitas
85 82.77

karena penambahan
79.05
80 77.36

75 titik sampling kualitas udara


70
2017 2018 2019 2020 2021

IKU Linear (IKU)


Indeks Kualitas Udara (IKU)
Tabel Perbandingan Komponen Analisis IKU Tahun 2017 - 2021

Keterangan IKLH 2017 IKLH 2018 IKLH 2020 IKLH 2021


Tahun Data Data 2017 Data 2018 Data 2019 Data 2020 Data 2021
Disahkan Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021
Baku Mutu Udara Baku Mutu PP 41/1999 WHO WHO WHO WHO
NO2 : 40 NO2 : 40 NO2 : 40 NO2 : 40 NO2 : 40
SO2 : 20 SO2 : 20 SO2 : 20 SO2 : 20 SO2 : 20
Parameter yang dig 2 Parameter 2 Parameter 2 Parameter 2 Parameter 2 Parameter
unakan dan Rata2 h SO2 SO2 SO2 SO2 SO2
asil (rata2 10,53) (rata2 13,24) (rata2 10,98) (rata2 12.90) (rata2 10.50)
NO2 NO2 NO2 NO2 NO2
(rata2 10,58) (rata2 11,69) (rata2 14,81) (rata2 6.60) (rata2 11.60)

Jumlah Titik 4 Titik, 2 tahap 4 Titik, 2 tahap 4 Titik, 2 tahap 20 Titik, 25 titik,
2 Tahap 2 tahap
Metode Analisis IKU Standar European Union Standar European Union (EU Standar European Union (EU) Standar European Union Standar European Union
(EU) Directives dan Com ) Directives dan Common Ai Directives dan Common Air Q (EU) Directives dan Com (EU) Directives dan Com
mon Air Quality Index (C r Quality Index (CAQI) uality Index (CAQI) mon Air Quality Index (C mon Air Quality Index (C
AQI) AQI) AQI)
Nilai IKU 87,75 79,05 77,36 82.77 84.62
Penyebab Panjangnya musim Peningkatan Jumlah Penambahan Lokasi di Penambahan Lokasi di
Penurunan/ kemarau Penduduk dan Jumlah dalam dan di luar dalam dan di luar
peningkatan Kendaraan kawasan Kota kawasan Kota
Nilai IKU
Indeks Kualitas Tutupan Lahan
• Indeks kualitas tutupan lahan (IKTL) disusun dengan menga
cu Surat dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutana
n Nomor S.318/PPKL/SET/REN.o/12/2020 Perihal Metode P
erhitungan IKLH 2020 – 2024 metode perhitungan IKTL deng
an mempertimbangkan Tutupan Vegetasi Hutan dan Tutupa
n Vegetasi Non Hutan termasuk ekosistem gambut.
• Penghitungan indeks tutupan lahan mengacu pada Klasifika
si Penutup Lahan (SNI 7645-2010)
• Daerah-daerah yang memiliki kawasan hutan 30 persen dari
luas wilayah administrasinya diberi nilai 50. Sedangkan yan
g nilai ITH tertinggi (100) adalah daerah yang memiliki kaw
asan 84,3 persen dari luas wilayah administrasinya.
Perhitungan IKL
Penghitungan indeks tutupan vegetasi hutan diawali dengan melakukan
penjumlahan luas hutan primer, hutan sekunder, mangrove, dan rawa untuk
setiap wilayah Provinsi/Kabupaten/Kota. Penghitungan nilai tutupan hutan
menggunakan rumus:

LTH 𝐿𝑇𝐿 50
TH = IKL = 100 − 84,3 − − 𝐷𝐾𝐾 𝑥 100 𝑥
LWP 𝐿𝑊 54,3
Keterangan: Keterangan :
TH = Tutupan Hutan IKL = Indeks Kualitas Lahan
LTH = Luas Tutupan Hutan TH = Tutupan Hutan
LWP = Luas Wilayah Provinsi/ LTL = Luas Tutupan Lahan
Kabupaten/Kota LW = Luas Wilayah Provinsi/Kabupaten/Kota
DKK = Dampak Kebakaran dan Kanal
DKK = ∑ Rumus W di Tutupan Hutan + Rumus W di Tutupan Belukar
Keterangan IKLH 2017 IKLH 2019 IKLH 2020 IKLH 2021
Tahun Data Data 2017 Data 2018 Data 2020 Data 2021
Disahkan Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021
Metode 𝐿𝐻𝑃+𝐿𝐻𝑆+𝐿𝑃 Menambahkan tutupan semak belukar dan Penambahan Semak Belukar dan RTH Definitif Penambahan analisis indeks ekosistem gambut
ITV =
𝐿𝑊𝐾
Analisis belukar rawa yang berada di kawasan hutan dan dampak kebakaran hutan dan lahan.
dimana: sempadan sungai, danau dan pantai, lereng Penghitungan indeks tutupan lahan mengacu Mengeluarkan klaisifkasi Ruang Terbuka
>25% (0,6 dari tutupan hutan), Ruang Terbuka pada klasifikasi Hijau dan perkebunan dari klasifikasi tutupan
ITV = indeks tutupan vegetasi
LHP = luas hutan primer Hijau (RTH), Kebun Raya dan Taman Penutup Lahan (SNI 7645-2010) kawasan hutan.
LHS = luas hutan sekunder Keanekaragaman Hayati (0,6 dari tutupan
hutan) Penghitungan indeks tutupan lahan mengacu
LP = luas perkebunan
pada klasifikasi
LWK = luas wilayah kota
Penghitungan indeks tutupan lahan mengacu Penutup Lahan (SNI 7645-2010)
pada klasifikasi
Penutup Lahan (SNI 7645-2010)
Parameter Luas Lahan • Luas Kawasan Hutan dan Penutup Hutan • Hutan Lahan Rendah • Hutan Lahan Kering Primer
Klasifikasi yang Minimal 30% • Hutan Lahan Tinggi • Hutan Lahan Kering Sekunder
digunakan • sempadan sungai, pantai dan sekitar • Hutan Mangrove • Hutan Mangrove Sekunder
danau/waduk, lahan kemiringan lereng • Hutan Tanaman • Hutan Tanaman
lebih dari 25% • Perkebunan • RTH (dan kawasan sempadan, sungai,
• Peruntukan sebagai ruang terbuka hijau
• RTH (dan kawasan sempadan, sungai, mata air, dan pantai)
tersebut dapat berupa hutan kota
(minimal 10% dari luas perkotaan), mata air, dan pantai)
kebun raya, taman keanekaragaman
hayati atau taman kota yang didominasi
Pepohonan
• Citra satleit landsat unt analisis tutupan
lahan
Metode IKL IKTL = 0,23 ITH + 0,24 IPH + 0,30 IKTL = 100 – ((84,3-(THx100))x50/54,3 IKTL = 100 – ((84,3-(THx100))x50/54,3 IKL = 100 – ((84,3((LTL/LW-DKK)x100))
IKT + 0,15 IKBA + 0,08 IKH x50/54,3.
Keterangan : Keterangan : Keterangan :
IKTL = Indeks Kualitas Tutupan IKTL = Indeks Kualitas Tutupan Lahan IKTL = Indeks Kualitas Tutupan Lahan IKL= Indeks Kualitas Lahan
Lahan TH = Tutupan Hutan TH = Tutupan Hutan TH=Tutupan Hutan
ITH = Indeks Tutupan Hutan LTH= Luas Tutupan Hutan LTH= Luas Tutupan Hutan LTL=Luas Tutupan Lahan
IPH = Indeks Performance Hutan LP= Luas Perkebunan LP= Luas Perkebunan LW= Luas Wilayah
IKT = Indeks Kondisi Tutupan LWK= Luas Wilayah Kabupaten LWK= Luas Wilayah Kabupaten Provinsi/Kabupaten/Kota
Tanah DKK= Dampak Kebakaran dan Kanal
IKBA = Indeks Konservasi Badan Air
IKH = Indeks Kondisi Habitat
IKL Kabupaten Lebak
Tabel Luasan Tutupan Lahan di Kabupaten Lebak
6%
27%
26%
Jenis Tutupan Kawasan Luas (ha)
6%
0%
Hutan Lahan Kering Primer 19739.95 35%
Hutan Lahan Kering Sekunder 4618.532
Hutan Mangrove Sekunder 0.004992
Hutan Tanaman 25578.59
Perkebunan 18917.19
Semak Belukar 3915.18 Hutan Lahan Kering Primer Hutan Lahan Kering Sekunder Hutan Mangrove Sekunder
Hutan Tanaman Perkebunan Semak Belukar

• tutupan kawasan hutan yang mendominasi Kabupaten Lebak adalah Hutan Tanaman dengan total luas mencapai 25578.59 hektar dan m
engokupansi 35% dari luas wilayah seluruh Kabupaten Lebak.
• Setelah Hutan Tanaman, kawasan hutan dengan luasan terbesar kedua adalah Hutan Lahan Kering Primer dengan luasan mencapai 1973
9.95 dan prosentase mencapai 27% dari total kawasan.
• keberadaan Hutan Lahan Kering Primer menjadi sangat penting untuk Kabupaten Lebak sebab hutan ini memiliki biodiversitas yang sang
at tinggi dan memiliki peran vital dalam mengatur siklus hidrologi, terutama dalam menyediakan air dan memitigasi bencana. Keberada
an Hutan Lahan Kering Primer terkonsentrasi pada wilayah tenggara yang termasuk ke dalam Taman Nasional Halimun-Salak.
• Kabupaten Lebak juga memiliki hutan mangrove sekunder yang berada di kawasan pesisir. Tutupan lahan ini juga memiliki fungsi tinggi
dalam mencegah abrasi dan mitigasi bencana tsunami
Peta Presentase Tutupan Lahan per Wilayah Kecamatan Peta Indeks Kualitas Tutupan Lahan per Wilayah Kecamatan

IKL Kabupaten Lebak


• Secara keseluruhan, nilai IKTL
80 Kabupaten Lebak adalah 42.5
68.14 68.3 7.
Tahun IKL 70
• Apabila membandingkan indek
59.15
60 s tersebut dengan IKTL tahun s
2017 59.15 ebelumnya dimana sebesar 68
50 .30 terjadi penurunan yang cu
42.57
2019 68.14 40
kup signifikan.
• Penurunan IKTL secara signifik
an tersebut disebabkan oleh p
2020 68.30 30
erbedaan parameter yang digu
20 nakan di mana pada tahun ini
2021 42.57 Ruang Terbuka Hijau tidak dim
10 asukansebagai salah satu kate
0
gori kawasan
2017 2019 2020 2021

IKTL
IKLH Indeks Kualitas Lingkungan Hidup

Persamaan yang digunakan untuk


penghitungan IKLH adalah:

IKLH = (0,376 x IKA) + (0,405 x IKU) + (0,219 x IKL)


Rumus baru, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya
Keterangan:
IKLH = Indeks Kualitas Lingkungan Tingkat Provinsi/
Kabupaten/Kota
IKA = Indeks Kualitas Air
IKU = Indeks Kualitas Udara
IKL = Indeks Kualitas Lahan
Tabel Hasil Perhitungan IKA, IKU, IKTL dan IKLH Kabupaten Lebak Data Tahun 2020 Tahun IKU IKA IKTL IKLH
Indikator Nilai Faktor Hasil 2017 87.75 54.82 59.15 66.43
IKA 57.14 0.376 21.48
2018 79.05 88.79 68.14 77.61
IKU 83.05 0.405 33.52
2019 77.74 72.45 68.3 72.38
IKL 63.30 0.219 13.86
2020 82.77 57.14 68.3 68.87
Nilai IKLH Data 2020 68.87
2021 84.62 51.54 42.57 62.97
“Cukup Baik”
IKLH
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 90.00

Unggul X > 90 80.00


77.61
72.38
Sangat Baik 82 < X ≤ 90 70.00 66.43
68.87
62.97
Baik 74 < X ≤ 82 60.00
Cukup Baik 66 ≤ X ≤ 74 50.00
Kurang Baik 58 ≤ X < 66 40.00
Sangat Kurang 50 ≤ X < 58 30.00
Waspada X < 50 20.00

10.00

0.00
2017 2018 2019 2020 2021

IKLH Linear (IKLH)


IKU IKA IKL IKLH

2020 82.77 57.14 63.30 68.87

2021 84.62 51.54 42.57 62.97

Target SE.4
57.64 52.6 39.91 51.86
Menlhk 2021
TERIMA KASIH
LAMPIRAN DATA IKPLHD : TABEL-TABEL DATA (1)
Pedoman Tahun 2019 & 2020 Pedoman Tahun 2021 Ket. Sumber
T-1 Luas Kawasan Lindung Berdasarkan RTRW dan Tutupan T-1 Luas Kawasan Lindung Berdasarkan RTRW dan Tutupan Lahannya Overlay Peta RTRW (Bappeda) dengan Peta Tutuan
Lahannya Lahan (Ditjen PKTL)
T-2 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama T-2 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Bappeda; atau
Peta Tutuan Lahan (Ditjen PKTL)
T-3 Luas Hutan Berdasarkan Fungsi dan Status T-3 Luas Hutan Berdasarkan Fungsi dan Status Peta Tutuan Lahan (Ditjen PKTL)
T-4 Keadaan Flora dan Fauna T-4 Keadaan Flora dan Fauna BBKSDA, BBTN, BBTN, DLH
T-5 Penangkaran Satwa dan Tumbuhan Liar T-5 Penangkaran Satwa dan Tumbuhan Liar BBKSDA
T-6 Luas Lahan Kritis di Dalam dan Luar Kawasan Hutan T-6 Luas Lahan Kritis di Dalam dan Luar Kawasan Hutan BPDAS-HL

T-7 Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering Akibat Erosi Air T-7 Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering Akibat Erosi AirData Primer (dulu mrpk SPM bidang LH)
Kegiatan dianggarkan di tahun data
T-8 Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering T-8 Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering Data Primer (dulu mrpk SPM bidang LH)
Kegiatan dianggarkan di tahun data
T-9 Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Basah T-9 Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Basah Data Primer (dulu mrpk SPM bidang LH)
Kegiatan dianggarkan di tahun data
T-10 Luas dan Kerapatan Tutupan Mangrove T-10 Luas dan Kerapatan Tutupan Mangrove Dis KP; atau data primer
T-11 Luas dan Kerusakan Padang Lamun T-11 Luas dan Kerusakan Padang Lamun Dis KP; atau data primer
T-12 Luas Tutupan dan Kondisi Terumbu Karang T-12 Luas Tutupan dan Kondisi Terumbu Karang Dis KP; atau data primer
T-13 Luas Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian T-13 Luas Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Overlay series data Peta Tutupan Lahan (Ditjen
PKTL)
T-14 Jenis Pemanfaatan Lahan T-14 Jenis Pemanfaatan Lahan Bappeda; atau ATR BPN
T-15 Luas Areal dan Produksi Pertambangan Menurut Jenis Bahan T-15 Luas Areal dan Produksi Pertambangan Menurut Jenis Bahan Dinas ESDM; atau Bappeda
Galian Galian
T-16 Realisasi Kegiatan Penghijauan dan Reboisasi T-16 Realisasi Kegiatan Penghijauan dan Reboisasi BPDAS;
Dinas Kehutanan
TABEL-TABEL DATA (2)
Pedoman Tahun 2019 & 2020 Tahun 2021 Ket. Sumber
T-17 Luas dan Kerusakan Lahan Gambut T-17 Luas dan Kerusakan Lahan Gambut BRG; PEMDA
T-18 Jumlah dan Luas Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu T-18 Jumlah dan Luas Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Dis Hut
T-19 Jumlah dan Luas Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu T-19 Jumlah dan Luas Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan KayuDis Hut
T-20 Perdagangan Satwa dan Tumbuhan T-20 Perdagangan Satwa dan Tumbuhan BBKSDA;
Dis Hut
T-21 Jumlah dan Ijin Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata T-21 Jumlah dan Ijin Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata BBKSDA;
Alam Alam Dis Hut
T-22 Kualitas Air Sumur T-22 Kualitas Air Sumur Data Primer (hasil pemantauan); atau
rekapitulasi lap RKL-RPL bbrp keg/usaha
T-23 Kualitas Air Laut T-23 Kualitas Air Laut Data Primer (hasil pemantauan); atau
rekapitulasi lap RKL-RPL bbrp keg/usaha
T-24 Curah Hujan Rata-Rata Bulanan T-24 Curah Hujan Rata-Rata Bulanan BMKG; Dis PU Sumber Daya Air
T-25 Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum T-25 Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum BPS
T-26 Kualitas Air Hujan T-26 Kualitas Air Hujan BMKG; atau data primer
T-27 Kondisi Sungai T-27 Kondisi Sungai BBWS; Dis PU Sumber Daya Air
T-28 Kondisi Danau/Waduk/Situ/Embung T-28 Kondisi Danau/Waduk/Situ/Embung BBWS; Dis PU Sumber Daya Air
T-29 Kualitas Air Sungai T-29 Kualitas Air Sungai Dinas Lingkungan, Lab lingkungan, dst);
Data Primer (hasil pemantauan); atau
rekapitulasi lap RKL-RPL bbrp keg/usaha
TABEL-TABEL DATA (3)
Pedoman Tahun 2019 & 2020 Pedoman Tahun 2021 Ket. Sumber
T-30 Kualitas Air Danau/Waduk/Situ/Embung T-30 Kualitas Air Danau/Waduk/Situ/Embung DLH, Lab lingkungan; Data primer hasil pemantauan);
atau rekapitulasi lap RKL-RPL bbrp keg/usaha
T-31 Jumlah Rumah Tangga dan Fasilitas Tempat Buang Air Besar T-31 Jumlah Rumah Tangga dan Fasilitas Tempat Buang Air Besar BPS; atau Dis Kesehatan
T-32 Jumlah Penduduk Laki-Laki dan Perempuan Menurut Tingkatan T-32 Jumlah Penduduk Laki-Laki dan Perempuan Menurut Tingkatan BPS; atau Dis Pendidikan
Pendidikan Pendidikan
T-33 Jenis Penyakit Utama yang Diderita Penduduk T-33 Jenis Penyakit Utama yang Diderita Penduduk BPS; atau Dis Kesehatan
T-34 Jumlah Rumah Tangga Miskin T-34 Jumlah Rumah Tangga Miskin BPS; atau Dis Sosial (?)
T-35 Jumlah Limbah Padat dan Cair berdasarkan Sumber Pencemaran T-35 Jumlah Limbah Padat dan Cair berdasarkan Sumber Pencemaran DLH (hasil pemantauan rutin atau laporan
pelaksanaan RKL-RPL)
T-36 Suhu Udara Rata-Rata Bulanan T-36 Suhu Udara Rata-Rata Bulanan BMKG
T-37 Kualitas Udara Ambien T-37 Kualitas Udara Ambien DLH (hasil pemantauan passive sampler)
T-38 Penggunaan Bahan Bakar Industri dan Rumah Tangga T-38 Penggunaan Bahan Bakar Industri dan Rumah Tangga PT. Pertamina (Persero); Dis Perindag (?), Dis
Perhubungan (?)
T-39 Jumlah Kendaraan Bermotor dan Jenis Bahan Bakar yang T-39 Jumlah Kendaraan Bermotor dan Jenis Bahan Bakar yang digunakan Dis Perhubungan; Bapenda (?)
digunakan
T-40 Perubahan Penambahan Ruas Jalan T-40 Perubahan Penambahan Ruas Jalan Dis PU Bina Marga (Kab/Kota, Prov)
Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V
T-41 Dokumen Izin Lingkungan T-41 Dokumen Izin Lingkungan Dis LH (Kab/Kota, Prov), KLHK
T-42 Perusahaan yang Mendapat Izin Mengelola Limbah B3 T-42 Perusahaan yang Mendapat Izin Mengelola Limbah B3 Dis LH (Kab/Kota, Prov), KLHK
T-43 Pengawasan Izin Lingkungan (AMDAL, UKL/UPL, Surat Pernyataan T-43 Pengawasan Izin Lingkungan (AMDAL, UKL/UPL, Surat Pernyataan Dis LH (Kab/Kota, Prov)
Pengelolaan Lingkungan (SPPL)) Pengelolaan Lingkungan (SPPL))
TABEL-TABEL DATA (4)
Pedoman Tahun 2019 & 2020 Pedoman Tahun 2021 Ket. Sumber
T-44 Bencana Banjir, Korban, dan Kerugian T-44 Kebencanaan BPBD (Kab/Kota, Prov)
T-45 Bencana Kekeringan, Luas, dan Kerugian BPBD (Kab/Kota, Prov)
T-46 Bencana Kebakaran Hutan/Lahan, Luas, dan Kerugian BPBD (Kab/Kota, Prov);
Dis Lingkungan dan Kehutanan; Para pemangku
hutan konservasi
T-47 Bencana Alam Tanah Longsor dan Gempa Bumi, Korban, Kerugian BPBD (Kab/Kota, Prov)
T-48 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Penduduk dan T-45 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Penduduk dan BPS
Kepadatan Penduduk Kabupaten/Kota/Kecamatan Kepadatan Penduduk Kabupaten/Kota/Kecamatan
T-49 Jenis Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah T-46 Jenis Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Dis LH (Kab/Kota, Prov);
T-50 Perkiraan Jumlah Timbulan Sampah per Hari T-47 Perkiraan Jumlah Timbulan Sampah per Hari Dis LH (Kab/Kota, Prov);
T-51 Jumlah Bank Sampah T-48 Jumlah Bank Sampah Dis LH (Kab/Kota, Prov);
T-52 Kegiatan Fisik Lainnya oleh Instansi T-49 Kegiatan Fisik Lainnya oleh Instansi Dis LH (Kab/Kota, Prov);
OPD lain yang memiliki prog bid LH
T-53 Status Pengaduan Masyarakat T-50 Status Pengaduan Masyarakat Dis LH (Kab/Kota, Prov)
T-54 Jumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lingkungan Hidup T-51 Jumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lingkungan Hidup Bakesbangpol Linmas
T-55 Jumlah Personil Lembaga Pengelola Lingkungan Hidup menurut T-52 Jumlah Personil Lembaga Pengelola Lingkungan Hidup menurut Dis LH (Kab/Kota, Prov)
Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan
T-56 Jumlah Staf Fungsional Bidang Lingkungan dan Staf yang telah T-53 Jumlah Staf Fungsional Bidang Lingkungan dan Staf yang telah Dis LH (Kab/Kota, Prov)
mengikuti Diklat mengikuti Diklat
TABEL-TABEL DATA (5)
Pedoman Tahun 2019 & 2020 Pedoman Tahun 2021 Ket. Sumber
T-57 Penerima Penghargaan Lingkungan Hidup T-54 Penerima Penghargaan Lingkungan Hidup Dis LH (Kab/Kota, Prov)
T-58 Kegiatan/Program Yang Diinisiasi Masyarakat T-55 Kegiatan/Program Yang Diinisiasi Masyarakat Dis LH (Kab/Kota, Prov)
T-59 Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku T-56 Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku BPS
T-60 Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan T-57 Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan BPS
T-61 Produk Hukum Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan T-58 Produk Hukum Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Dis LH (Kab/Kota, Prov);
Kehutanan Kehutanan Biro Hukum/Bagian Hukum Setda
T-62 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup T-59 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup Dis LH (Kab/Kota, Prov);
OPD lain yang memiliki prog bid LH (Bappeda)
T-63 Pendapatan Asli Daerah T-60 Pendapatan Asli Daerah Bapenda;
Bappeda
T-64 Inovasi Pengelolaan LH daerah T-61 Inovasi Pengelolaan LH daerah Dis LH (Kab/Kota, Prov);
OPD lain yang memiliki prog bid LH
T-65 Pelestarian Kearifan Lokal LH

Anda mungkin juga menyukai