Anda di halaman 1dari 14

LANGKAH – LANGKAH DALAM PROSES MANAJEMEN RISIKO

Manajemen risiko dibuat guna untuk melindungi suatu perusahaan atau organisasi
yang juga mencakup karyawan, properti, reputasi dan lainnya dari sebuah bahaya
yang sewaktu – waktu dapat terjadi. Dapat kita ketahui bahwa tidak semua risiko
dapat dihilangkan atau dihindari, oleh karena itu diperlukan tindakan – tindakan
pencegahan atau tindakan untuk menghadapi risiko yang telah teridentifikasi
tersebut. Dalam artikel ini akan dijelaskan beberapa langkah yang dapat dilakukan
dalam proses manajemen risiko untuk membantu organisasi merancang dan
mengimplementasikan rencana manajemen risiko yang efektif dan proaktif. Berikut
adalah langkah – langkah yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Risk Identification
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi kemungkinan risiko yang
dapat terjadi pada organisasi atau perusahaan. Ini bertujuan untuk mengetahui
keadaan yang akan dihadapi oleh organisasi atau perusahaan tersebut dalam
berbagai aspek seperti sosial, hukum, ekonomi, produk/jasa, pasar, dan teknologi
yang ada. Risiko dari setiap aspek akan diklasifikasikan menurut kategorinya masing
– masing agar mempermudah proses selanjutnya.
2. Risk Assessment
Setelah risiko telah diidentifikasi pada perusahaan atau organisasi tersebut,
selanjutnya akan dinilai potensi keparahan kerugian dan kemungkinan terjadinya.
Dalam hal ini, diperlukan kemampuan individu disetiap bidangnya untuk memberikan
penilaian terhadap risiko – risiko yang telah diidentifikasi. Tujuannya adalah agar
setiap risiko berada pada prioritas yang tepat.
3. Risk Response
Proses ini dilakukan untuk memilih dan menerapkan langkah – langkah pengelolaan
risiko. Tantangan bagi manajer risiko adalah untuk menentukan portofolio yang
tepat untuk membentuk sebuah strategi yang terintegrasi sehingga risiko dapat
dihadapi dengan baik. Tanggapan risiko umumnya terbagi dalam kategori seperti
berikut:
1. Risk Avoidance, Mengambil tindakan untuk menghentikan kegiatan yang dapat
menyebabkan risiko terjadi
2. Risk Reduction, Mengambil tindakan untuk mengurangi kemungkinan atau
dampak atau keduanya, biasanya melalui pengandalian di bagian internal
perusahaan/organisasi
3. Risk Sharing or Transfer, Mengambil tindakan untuk mentransfer beberapa
risiko melalui asuransi, outsourcing atau hedging.
4. Risk Acceptence, Tidak mengambil tindakan apapun untuk menganggulangi
risiko, melainkan menerima risiko tersebut terjadi.
5. Create a Risk Management Plan
Membuat penanggulangan risiko yang tepat untuk setiap masing – masing kategori
risiko. Mitigasi perlu mendapat persetujuan oleh level manajemen yang sesuai,
berikut adalah contoh tabel manajemen risiko:
5. Implementation
Melaksanakan seluruh metode yang telah direncanakan untuk mengurangi atau
menanggulangi pengaruh dari setiap risiko yang ada.
6. Evaluate and Review
Perencanaan yang telah direncanakan di awal tidak akan seluruhnya dapat berjalan
dengan lancar. Perubahan keadaan atau lingkungan yang tidak diprediksi
sebelumnya akan menyebabkan perubahan rencana manajemen risiko yang telah
dibuat, oleh karena itu perlu dilakukan perubahan rencana untuk menanggulangi
risiko yang akan mungkin terjadi.

RESOURCE:
Harvey, J., n.d. Introduction to managing risk. [Online]
Available at:
http://www.cimaglobal.com/Documents/ImportedDocuments/cid_tg_intro_to_ma
naging_rist.apr07.pdf
[Accessed 10 Maret 2017].
New Partners Initiative Technical Assistance Project, 2010. Developing a Risk
Management Plan, Boston: John Snow, Inc.

PENGERTIAN MANAJEMEN RESIKO


Manajemen resiko adalah suatu sistem pengawasan risiko dan perlindungan harta
benda, hak milik dan keuntungan badan usaha atau perorangan atas kemungkinan
timbulnya kerugian karena adanya suatu risiko.
Proses pengelolaan risiko yang mencakup identifikasi, evaluasi dan pengendalian
risiko yang dapat mengancam kelangsungan usaha atau aktivitas perusahaan
Suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang
berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk: Penilaian
risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan
menggunakan pemberdayaan /pengelolaan sumberdaya

Istilah lain dari pengertian resiko adalah (risk) atau risiko memiliki berbagai definisi.
Risiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam
pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. [3] Vaughan (1978) mengemukakan
beberapa definisi risiko sebagai berikut:
* Risk is the chance of loss (Risiko adalah kans kerugian).
Chance of loss
Berhubungan dengan suatu exposure (keterbukaan) terhadap kemungkinan
kerugian.Dalam ilmu statistik, chance dipergunakan untuk menunjukkan tingkat
probabilitas akan munculnya situasi tertentu. Sebagian penulis menolak definisi ini
karena terdapat perbedaan antara tingkat risiko dengan tingkat kerugian. Dalam hal
chance of loss 100%, berarti kerugian adalah pasti sehingga risiko tidak ada.
* Risk is the possibility of loss (Risiko adalah kemungkinan kerugian).
Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada diantara nol
dan satu. Namun, definisi ini kurang cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif.
* Risk is uncertainty (Risiko adalah ketidakpastian).
Uncertainty dapat bersifat subjective dan objective. Subjective uncertainty
merupakan penilaian individu terhadap situasi risiko yang didasarkan pada
pengetahuan dan sikap individu yang bersangkutan. Objective uncertainty akan
dijelaskan pada dua definisi risiko berikut.

* Risk is the dispersion of actual from expected results (Risiko merupakan


penyebaran hasil aktual dari hasil yang diharapkan). Ahli statistik mendefinisikan
risiko sebagai derajat penyimpangan sesuatu nilai disekitar suatu posisi sentral atau
di sekitar titik rata-rata.

* Risk is the probability of any outcome different from the one expected (Risiko
adalah probabilitas sesuatu outcome berbeda dengan outcome yang diharapkan).
Menurut definisi di atas, risiko bukan probabilita dari suatu kejadian tunggal, tetapi
probabilita dari beberapa outcome yang berbeda dari yang diharapkan.

Derajat Risiko

Derajat risiko – degree of risk adalah ukuran risiko lebih besar atau risiko lebih kecil.
Jika suatu risiko diartikan sebagai ketidakpastian, maka risiko terbesar akan terjadi
bila terdapat dua kemungkinan hasil yang masing-masing mempunyai kemungkinan
yang sama untuk terjadi

Klasifikasi Risiko
* Risiko yang dapat diukur dan risiko yang tidak dapat diukur
* Risiko financial dan risiko non financial
* Risiko statis dan risiko dinamis
* Risiko fundamental dan risiko khusus
* Risiko murni dan risiko spekulatif

Risiko Dalam Manajemen Risiko


Klasifikasikan ke dalam :
* Risiko operasional adalah risiko yang timbul karena tidak berfungsinya sistem
internal yang berlaku, kesalahan manusia, atau kegagalan sistem. Sumber terjadinya
risiko operasional paling luas dibanding risiko lainnya yakni selain bersumber dari
aktivitas di atas juga bersumber dari kegiatan operasional dan jasa, akuntansi,
sistem tekhnologi informasi, sistem informasi manajemen atau sistem pengelolaan
sumber daya manusia.

* Risiko hazard ( BAHAYA ) factor –faktor yang mempengaruhi akibat akibat yang
ditimbulkan dari suatu peristiwa. Hazard menimbulkan kondisi yang kondusif
terhadp bencana yang menimbulkan kerugian. Dan kerugian adalah penyimpangan
yang tidak diharapkan. Walaupun ada beberapa overlapping (tumpang tindih) di
antara kategori-kategori ini, namun sumber penyebab kerugian (dan risiko) dapat
diklasifikasikan sebagai risiko sosial, risiko fisik, dan risiko ekonomi. Menentukan
sumber risiko adalah penting karena mempengaruhi cara penanganannya.

* Risiko Finansial adalah resiko yang diderita oleh investor sebagai akibat dari
ketidakmampuan emiten saham dan obligasi memenuhi kewajiban pembayaran
deviden atau bunga atau bunga serta pokok pinjaman.

* Risiko strategic adalah risiko terjadinya serangkaian kondisi yang tidak terduga
yang dapat mengurangi kemampuan manajer untuk mengimplementasikan
strateginya secara signifikan.

PROSES MANAJEMEN RESIKO

Pemahaman risk management memungkinkan manajemen untuk terlibat secara


efektif dalam menghadapi uncertainty dengan risiko dan peluang yang berhubungan
dan meningkatkan kemampuan organisasi untuk memberikan nilai tambah. Menurut
COSO, proses manajemen risiko dapat dibagi ke dalam 8 komponen (tahap)
(1) Internal environment (Lingkungan internal)
Komponen ini berkaitan dengan lingkungan dimana instansi Pemerintah berada dan
beroperasi. Cakupannya adalah risk-management philosophy (kultur manajemen
tentang risiko), integrity (integritas), risk-perspective (perspektif terhadap risiko),
risk-appetite (selera atau penerimaan terhadap risiko), ethical values (nilai moral),
struktur organisasi, dan pendelegasian wewenang.
(2) Objective setting (Penentuan tujuan)
Manajemen harus menetapkan objectives (tujuan-tujuan) dari organisasi agar dapat
mengidentifikasi, mengakses, dan mengelola risiko. Objective dapat diklasifikasikan
menjadi strategic objective dan activity objective. Strategic objective di instansi
Pemerintah berhubungan dengan pencapaian dan peningkatan kinerja instansi dalam
jangka menengah dan panjang, dan merupakan implementasi dari visi dan misi
instansi tersebut. Sementara itu, activity objective dapat dipilah menjadi 3 kategori,
yaitu
(1) operations objectives; (2) reporting objectives; dan (3) compliance objectives.

Risk tolerance dapat diartikan sebagai variation dalam pencapaian objective yang
dapat diterima oleh manajemen. Dalam penerapan pelayanan pajak modern seperti
pengiriman SPT WP secara elektronik, diperkirakan 80% Wajib Pajak (WP) Besar akan
mengimplementasikannya. Bila ditentukan risk tolerance sebesar 10%, dalam hal 72%
WP Besar telah melaksanakannya, berarti tujuan penyediaan fasilitas tersebut telah
terpenuhi. Disamping itu, terdapat pula aktivitas suatu organisasi seperti peluncuran
roket berawak dengan risk tolerance adalah 0%.

(3) Event identification (Identifikasi risiko)


Komponen ini mengidentifikasi kejadian-kejadian potensial baik yang terjadi di
lingkungan internal maupun eksternal organisasi yang mempengaruhi strategi atau
pencapaian tujuan dari organisasi. Kejadian tersebut bisa berdampak positif
(opportunities), namun dapat pula sebaliknya atau negative (risks).

Terdapat 4 model dalam identifikasi risiko, yaitu


(1) Exposure analysis; (2) Environmental analysis; (3) Threat scenario; (4)
Brainstorming questions. Salah satu model, yaitu exposure analysis, mencoba
mengidentifikasi risiko dari sumber daya organisasi yang meliputi financial
assetsphysical assets seperti tanah dan bangunan, human assets yang mencakup
pengetahuan dan keahlian, dan intangible assets seperti reputasi dan penguasaan
informasi. Atas setiap sumber daya yang dimiliki organisasi dilakukan penilaian risiko
kehilangan dan risiko penurunan. seperti kas dan simpanan di bank,

(4) Risk assessment (Penilaian risiko)


Komponen ini menilai sejauhmana dampak dari events (kejadian atau keadaan)
dapat mengganggu pencapaian dari objectives. Besarnya dampak dapat diketahui
dari inherent dan residual risk, dan dapat dianalisis dalam dua perspektif, yaitu:
likelihood (kecenderungan atau peluang) dan impact/consequence (besaran dari
terealisirnya risiko). Dengan demikian, besarnya risiko atas setiap kegiatan
organisasi merupakan perkalian antara likelihood dan consequence.

Penilaian risiko dapat menggunakan dua teknik, yaitu: (1) qualitative techniques;
dan (2) quantitative techniques. Qualitative techniques menggunakan beberapa
tools seperti self-assessment (low, medium, high), questionnaires, dan internal audit
reviews. Sementara itu, quantitative techniques data berbentuk angka yang
diperoleh dari tools seperti probability based, non-probabilistic models (optimalkan
hanya asumsi consequence), dan benchmarking.

Yang perlu dicermati adalah events relationships atau hubungan antar


kejadian/keadaan. Events yang terpisah mungkin memiliki risiko kecil. Namun, bila
digabungkan bisa menjadi signifikan. Demikian pula, risiko yang mempengaruhi
banyak business units perlu dikelompokkan dalam common event categories, dan
dinilai secara aggregate.

(5) Risk response (Sikap atas risiko)


Organisasi harus menentukan sikap atas hasil penilaian risiko. Risk response dari
organisasi dapat berupa: (1) avoidance, yaitu dihentikannya aktivitas atau pelayanan
yang menyebabkan risiko; (2) reduction, yaitu mengambil langkah-langkah
mengurangi likelihood atau impact dari risiko; (3) sharing, yaitu mengalihkan atau
menanggung bersama risiko atau sebagian dari risiko dengan pihak lain; (4)
acceptance, yaitu menerima risiko yang terjadi (biasanya risiko yang kecil), dan
tidak ada upaya khusus yang dilakukan.

Dalam memilih sikap (response), perlu dipertimbangkan faktor-faktor seperti


pengaruh tiap response terhadap risk likelihood dan impact, response yang optimal
sehingga bersinergi dengan pemenuhan risk appetite and tolerances, analis cost
versus benefits, dan kemungkinan peluang (opportunities) yang dapat timbul dari
setiap risk response.

(6) Control activities (Aktifitas-aktifitas pengendalian)


Komponen ini berperanan dalam penyusunan kebijakan-kebijakan (policies) dan
prosedur-prosedur untuk menjamin risk response terlaksana dengan efektif. Aktifitas
pengendalian memerlukan lingkungan pengendalian yang meliputi: (1) integritas dan
nilai etika; (2) kompetensi; (3) kebijakan dan praktik-praktik SDM; (4) budaya
organisasi; (5) filosofi dan gaya kepemimpinan manajemen; (6) struktur organisasi;
dan (7) wewenang dan tanggung jawab.

Dari pemahaman atas lingkungan pengendalian, dapat ditentukan jenis dan aktifitas
pengendalian. Terdapat beberapa jenis pengendalian, diantaranya adalah
preventive, detective, corrective, dan directive. Sementara aktifitas pengendalian
berupa: (1) pembuatan kebijakan dan prosedur; (2) pengamanan kekayaan
organisasi; (3) delegasi wewenang dan pemisahan fungsi; dan (4) supervisi atasan.
Aktifitas pengendalian hendaknya terintegrasi dengan manajemen risiko sehingga
pengalokasian sumber daya yang dimiliki organisasi dapat menjadi optimal.

(7) Information and communication (Informasi dan komunikasi)


Fokus dari komponen ini adalah menyampaikan informasi yang relevan kepada pihak
terkait melalui media komunikasi yang sesuai. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
dalam penyampaiaan informasi dan komunikasi adalah kualitas informasi, arah
komunikasi, dan alat komunikasi.

Informasi yang disajikan tergantung dari kualitas informasi yang ingin disampaikan,
dan kualitas informasi dapat dipilah menjadi: (1) appropriate; (2) timely; (3)
current; (4) accurate; dan (5) accessible. Arah komunikasi dapat bersifat internal
dan eksternal. Sedangkan alat komunikasi berupa diantaranya manual, memo,
buletin, dan pesan-pesan melalui media elektronis.

(8) Monitoring
Monitoring dapat dilaksanakan baik secara terus menerus (ongoing) maupun terpisah
(separate evaluation). Aktifitas monitoring ongoing tercermin pada aktivitas
supervisi, rekonsiliasi, dan aktivitas rutin lainnya.

Monitoring terpisah biasanya dilakukan untuk penugasan tertentu (kasuistis). Pada


monitoring ini ditentukan scope tugas, frekuensi, proses evaluasi metodologi,
dokumentasi, dan action plan.

Pada proses monitoring, perlu dicermati adanya kendala seperti reporting


deficiencies, yaitu pelaporan yang tidak lengkap atau bahkan berlebihan (tidak
relevan). Kendala ini timbul dari berbagai faktor seperti sumber informasi, materi
pelaporan, pihak yang disampaikan laporan, dan arahan bagi pelaporan.

Jenis Manajemen Resiko dalam kehidupan sehari – hari

Resiko Bank – Pasar

• Risiko pasar adalah sebagai risiko kerugian pada posisi neraca serta pencatatan
tagihan dan kewajiban diluar neraca yang timbul dari pergerakan harga pasar (on-
and off-balance sheet)
• Faktor Yang Menyebabkan Timbulnya Risiko pasar :
• Risiko pasar umum
• Risiko residual

Faktor yang Menentukan Harga Pasar Terkait dengan Risiko


• Penawaran dan permintaan (supply and demand)
• Likuiditas (liquidity)
• Intervensi pemerintah (official intervention)
• Arbitrase (arbitrage)
• Peristiwa ekonomi dan politik (economic and political events)
• Faktor-faktor indikator ekonomi (underlying economic factors)
MANAJEMEN RISIKO
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Elemen manajemen risiko


Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam
mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas
manusia termasuk: Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan
mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya.
Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak
lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian
atau semua konsekuensi risiko tertentu. Manajemen risiko tradisional terfokus pada
risiko-risiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam atau
kebakaran, kematian, serta tuntutan hukum. Manajemen risiko keuangan, di sisi
lain, terfokus pada risiko yang dapat dikelola dengan menggunakan instrumen-
instrumen keuangan.
Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko yang
berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang
dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang
disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan politik. Di sisi lain
pelaksanaan manajemen risiko melibatkan segala cara yang tersedia bagi manusia,
khususnya, bagi entitas manajemen risiko (manusia, staff, dan organisasi).
Dalam perkembangannya Risiko-risiko yang dibahas dalam manajemen risiko dapat
diklasifikasi menjadi
 Risiko Operasional
 Risiko Hazard
 Risiko Finansial
 Risiko Strategik
Hal ini menimbulkan ide untuk menerapkan pelaksanaan Manajemen Risiko
Terintegrasi Korporasi (Enterprise Risk Management).
Manajemen Risiko dimulai dari proses identifikasi risiko, penilaian risiko,
mitigasi,monitoring dan evaluasi.

Daftar isi
 1 Sejarah
 2 Pengertian Risiko
 3 Kategori risiko
o 3.1 Risiko spekulatif
o 3.2 Risiko murni
 4 Lihat pula
 5 Referensi
 6 Bacaan lanjutan
Sejarah
Rekaman tertua terkait pengelolaan risiko dapat ditemukan pada Piagam Hammurabi
(codex Hammurabi), yang dibuat pada tahun 2100 sebelum masehi. [1] Piagam
tersebut mencantumkan peraturan dimana pemilik kapal dapat meminjam uang
untuk membeli kargo; namun bila dalam perjalanan kapalnya tenggelam atau hilang,
ia tidak perlu mengembalikan uang pinjaman tersebut. Masa ini disebut sebagai
zaman pertama manajemen risiko, di mana perusahaan hanya melihat risiko non-
entrepreneurial (seperti misalnya keamanan).
Tahun 1970-an dan 1980-an disebut sebagai zaman kedua manajemen risiko di mana
perusahaan-perusahaan asuransi mulai berusaha mendorong pengusaha untuk benar-
benar menjaga barang yang diasuransikan.[1] Pada masa ini juga lahir konsep jaminan
mutu (quality assurance) yang menjamin setiap produk memenuhi spesifikasi
standarnya. Konsep ini dipopulerkan oleh British Standards Institution yang
meluncurkan standar kualitas BS 5750 pada tahun 1979.
Pada tahun 1993, James Lam diangkat menjadi Chief Risk Office, yang merupakan
jabatan CRO pertama di dunia.[1]
Zaman ketiga manajemen risiko dimulai tahun 1995 dengan diterbitkannya AS/NZS
4360:1995 oleh Standards Australia of the World's Risk management Standard.[1]
Pengertian Risiko
Risiko berhubungan dengan ketidakpastian. Ketidakpastian ini terjadi oleh karena
kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi.
Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau
merugikan.menurut Wideman, ketidak pastian yang menimbulkan kemungkinan
menguntungkan dikenal dengan istilah peluang (Opportunity), sedangkan ketidak
pastian yang menimbulkan akibat yang merugikan dikenal dengan istilah risiko
(Risk).
Secara umum risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi seseorang
atau perusahaan dimana terdapat kemungkinan yang merugikan. Bagaimana jika
kemungkinan yang dihadapi dapat memberikan keuntungan yang sangat besar
sedangkan kalaupun rugi hanya kecil sekali? Misalnya membeli loterei. Jika
beruntung maka akan mendapat hadiah yang sangat besar tetapi jika tidak
beruntung uang yang digunakan membeli loterei relatif kecil.Apakah ini juga
tergolong Risiko? jawabannya adalah hal ini juga tergolong risiko. Selama mengalami
kerugian walau sekecil apapun hal itu dianggap risiko.
Kategori risiko
Risiko dapat dikategorikan ke dalam dua bentuk :
1. risiko spekulatif, dan
2. risiko murni.
Risiko spekulatif
Risiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaan yang dapat
memberikan keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian.
Risiko spekulatif kadang-kadang dikenal pula dengan istilah risiko bisnis(business
risk). Seseorang yang menginvestasikan dananya disuatu tempat menghadapi dua
kemungkinan. Kemungkinan pertama investasinya menguntungkan atau malah
investasinya merugikan. Risiko yang dihadapi seperti ini adalah risiko spekulatif.
Risiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi yang dapat memberikan
keuntungan dan juga dapat menimbulkan kerugian.
Risiko murni
Risiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan atau
tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu contoh adalah
kebakaran, apabila perusahaan menderita kebakaran,maka perusahaan tersebut
akan menderita kerugian. kemungkinan yang lain adalah tidak terjadi kebakaran.
Dengan demikian, kebakaran hanya menimbulkan kerugian, bukan menimbulkan
keuntungan, kecuali ada kesengajaan untuk membakar dengan maksud-maksud
tertentu. Risiko murni adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan atau
tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu cara
menghindarkan risiko murni adalah dengan asuransi. Dengan demikian besarnya
kerugian dapat diminimalkan. itu sebabnya risiko murni kadang dikenal dengan
istilah risiko yang dapat diasuransikan ( insurable risk ).
Perbedaan utama antara risiko spekulatif dengan risiko murni adalah kemungkinan
untung ada atau tidak, untuk risiko spekulatif masih terdapat kemungkinan untung
sedangkan untuk risiko murni tidak dapat kemungkinan untung.
Lihat pula
 Tata kelola perusahaan
Referensi
1. ^ a b c d Sadgrove, Kid. 2005. The Complete Guide to Business Risk
Management. Gower Publishing Limited: Burlington.
Bacaan lanjutan
(Inggris) Alexander, Carol and Sheedy, Elizabeth (2004). The Professional Risk
Managers' Handbook: A Comprehensive Guide to Current Theory and Best Practices
(1st ed.). Wilmington, DE: PRMIA Publications. ISBN 0-9766097-0-3.
(Inggris) Crockford, Neil (1986). An Introduction to Risk Management (2nd ed.).
Woodhead-Faulkner. 0-85941-332-2.
(Inggris) Dorfman, Mark S. (1997). Introduction to Risk Management and Insurance
(6th ed.). Prentice Hall. ISBN 0-13-752106-5.
(Inggris) Gorrod, Martin (2003). Risk Management Systems: Technology Trends
(Finance & Capital Markets). Palgrave Macmillan. ISBN 1-4039-1617-9.
(Inggris) Lam, James (2003). Enterprise Risk Management: From Incentives to
Controls. John Wiley. ISBN-13 978-0471430001.
(Inggris) Stulz, René M. (2003). Risk Management & Derivatives (1st ed.). Mason,
Ohio: Thomson South-Western. ISBN 0-538-86101-0.
(Inggris) Thomsett, Rob (2002). Radical project management. Upper Saddle River,
NJ: Prentice Hall PTR. ISBN 0-13-009486-2.
(Inggris) van Deventer, Donald R., Kenji Imai and Mark Mesler (2004). Advanced
Financial Risk Management: Tools & Techniques for Integrated Credit Risk and
Interest Rate Risk Management. John Wiley. ISBN13 978-0470821268.

Anda mungkin juga menyukai