Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Sebagai lembaga keuangan dan seiring dengan situasi lingkungan eksternal dan internal
perbankan yagnmengalami perkembanga pesat, bank syariah akn selalau berhadapan dengan
berbagai jenis resiko dengan tingkat kompleksitas yang beragam dan melekat pada kegiatan
usahanya.resiko dalam konteks perbankan merupakan sutu kejian yang potensial, baik yang
dapt diperkirakan maupun yang tidak dapat diperkirakan yang berdampak negative terhadap
perndapatan dan permodalan bank. Resiko tersebut tidak dapat dihindari tetapi dapat dikelola
dan dikendalikan. Salah satu resiko yang dihadapi oleh dunia perbankan adalah resiko
likuiditas. Oleh karena itu sebagaiaman lembaga perbankan pada umumnya bank syariah juga
memerlukan serangkaian prosedur dan metodologi yagn dpat digunakan dalam mengendaliaka
dan mengelola resiko yang akan timbul, baik resiko likuidtas maupun resko yang lainya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI RISIKO LIKUIDITAS


Risiko likuiditas merupakan bentuk risiko yang dialami oleh suatu perusahaan karena
ketidakmampuannya dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, sehingga itu memberi
pengaruh kepada terganggunya aktivitas perusahaan ke posisi tidak berjalan secara normal.
Oleh karena itu risiko likuiditas sering disebut dengan short term liquidity risk.
Risiko likuiditas merupakan suatu risiko keuangan karena adanya ketidakpastian
likuiditas. Suatu lembaga dapat berkurang likuiditasnya jika peringkat kreditnya turun,
mengalami pengeluaran kas yang tak terduga, atau peristiwa lain yang menyebabkan pihak lain
menghindari transaksi atau memberikan pinjaman ke lembaga tersebut. Suatu perusahaan juga
dapat terpapar terhadap risiko likuiditas jika pasar yang diikutinya mengalami penurunan
likuiditas.

2.2 Sebab-Sebab Terjadinya Risiko Likuiditas


Risiko likuiditas adalah salah satu risiko yang paling umum terjadi. Secara garis besar,
risiko likuiditas bisa terjadi karena beberapa sebab, yakni :
1. Aset tidak dapat dijual karena kurang likuid di pasar.
2. Risiko likuiditas dari utang, yakni tidak dapat melunasi utang, atau tidak dapat
memperoleh utang dengan biaya rendah. Risiko likuiditas ini berpotensi mengakibatkan
kondisi keuangan menjadi goyah.
3. Perusahaan telah melakukan kebijakan strategi yang salah sehingga memberikan
pengaruh pada kerugian yang bersifat jangka pendek dan jangka panjang.
4. Kepemilikan aset perusahaan tidak lagi mencukupi untuk menstabilkan perusahaan,
yaitu sudah terlalu banyak aset yang dijual sehingga jika aset yang tersisa tersebut
masih ingin dijual maka itu juga tidak mencukupi untuk menstabilkan perusahaan.
5. Penjualan dan keuntungan yang diperoleh mengalami penurunan yang sistematis serta
fluktuatif, artinya perusahaan harus melakukan harus melakukan perubahan konse
sebelum terlambat.

Penting bagi Anda untuk mengidentifikasi kelemahan dalam likuiditas, karena:

- Membantu Anda dalam mengelola asset dalam kondisi keuangan yang sulit sekalipun.
- Memastikan bahwa Anda punya portfolio asset dan investasi yang terdiversifikasi dan
dapat menutup banyak scenario risiko.

Di sisi lain, terdapat juga kelemahan didalamnya, yakni:


- Usaha dalam mengidentifikasi kelemahan dalam likuiditas mungkin akan memakan
waktu dan terasa kurang penting dalam kondisi keuangan baik.
- Membutuhkan anggaran untuk menciptakan dan menjalankan proses dalam manajemen
likuiditas

2.3 Identifikasi Risiko Likuiditas

a. Bank harus melakukan identifikasi dan analisis secara cermat produkdan transaksi
perbankan serta aktivitas fungsional yangmengandung risiko likuiditas.
b. Bank harus melakukan analisis mengenai kemungkinan dampak penerapan berbagai
skenario yang berbeda atas posisi likuiditas karena kondisi likuiditas Bank tergantung pada
pola cash flow dalamberbagai kondisi.
c. Bank dapat menerapkan berbagai skenario yang digunakan untuk menilai:
- Arus kas dan posisi likuiditas Bank dalam keadaan normal.
- Skenario Bank individual pada saat krisis, yang antara lain dicerminkan bahwa
sebagian besar kewajiban Bank tidak dapat diperpanjang.
- Skenario sistem perbankan pada saat krisis, yang antara lain dicerminkan
bahwa kondisi sebagian besar atau seluruh sistem perbankan menghadapi
masalah likuiditas.
d. Dalam menerapkan skenario tersebut, Bank harus membuat asumsi mengenai
kebutuhan likuiditas di masa mendatang, baik jangka pendek maupun jangka panjang
serta kemampuan Bank untukmemperoleh likuiditas di pasar uang
2.4 Langkah-Langkah dalam Melakukan Manajemen Risiko Likuiditas

Berikut ini adalah sejumlah langkah-langkah yang dapat diambil untuk melakukan
manajemen risiko likuiditas:

 Liquidity Gap Analysis

Melakukan analisa dan proyeksi terhadap arus kas, sehingga kemudian akan
menghasilkan `liquidity gap` yang terjadi antara ketidaksesuaian antara inflow dan outflow di
masa depan. Dengan melakukan analisa ini, maka perusahaan akan dapat mengetahui
kebutuhan likuiditas yang berpotensi terjadi di masa depan.

 Contingency Funding Plan


- Framework manajemen dan pelaporan yang memadai, dimana tindakan diambil
ketika sudah ada indikasi negatif, dan menghindari/memitigasi krisis secara tepat.
- Melakukan dokumentasi terhadap rencana manajemen, misalnya alternatif
sumber likuiditas.
- Mengevaluasi seluruh skenario yang bisa terjadi.
- Merancang rencana komunikasi, baik internal maupun eksternal.
- Sumber likuiditas reguler dilengkapi pula dengan sumber contingent.
- Direksi menyetujui dan manajemen yang terlibat.

 Pendekatan Liquidity Stress-Testing

Pendekatan ini pertama-tama melakukan identifikasi terhadap apa saja yang menjadi
risk driver. Selanjutnya, prediksikan skenario-skenario buruk yang mungkin terjadi, dan
mengukur dampaknya terhadap likuiditas, baik outflow maupun inflow. Dengan demikian,
maka kita akan mengetahui bagaimana posisi likuiditas dalam tiap skenario.

 Liquidity Risk Bearing Analysis

Liquidity risk bearing analysis adalah melakukan analisa yang membantu organisasi
untuk menentukan kapasitas keuangannya dalam menerima berbagai level risiko likuiditas.
Analisa ini mengevaluasi manfaat dan biaya dari berbagai langkah mulai dari mempertahankan
risiko likuiditas hingga melakukan transfer risiko.

 Menerapkan Sistem Limit


Sistem limit digunakan untuk mengelola likuiditas, supaya cadangan likuiditas dalam
jumlah tertentu tidak bisa digunakan. Sistem ini digunakan untuk mengelola supaya kebutuhan
likuiditas tidak melampaui cadangan likuiditas yang ada pada suatu waktu.

 Diversifikasi Pendanaan
Pendanaan tidak hanya dari satu sumber saja, melainkan diversifikasi ke sumber-
sumber pendanaan lainnya. Jadi, ketika satu sumber mengalami kekeringan likuiditas, masih
ada sumber lainnya.

 Liquidity Policy
- Implementasikan kebijakan likuiditas yang mengidentifikasi metode, proses dan
tanggung jawab.
- Analisa kondisi likuiditas Anda.
- Diversifikasi pendanaan.
- Lakukan pelaporan likuiditas secara rutin.
- Pertimbangkan rencana untuk contingency fund.
- Pastikan sistem pelaporan Anda akurat, informative, komprehensif dan realistis

Hal yang tidak boleh dilakukan oleh sebuah perusahaan :

• Jangan pegang banyak asset yang tidak likuid.

• Jangan terlalu banyak memegang kas juga (kurang optimal).

• Jangan mengabaikan likuiditas meskipun kondisi keuangan sedang bagus.

2.4 Pengukuran Risiko Likuiditas

Pengukuran risiko likuiditas meliputi:

1) Struktur pendanaan, yaitu penilaian terhadap struktur simpanan berdasarkan


jenis, jangka waktu, mata uang, suku bunga, pemilik dana, dan konsentrasi
kepemilikan dana.
2) Expected cash flow, yaitu penilaian seluruh arus kas masuk danarus kas keluar
termasuk kebutuhan pendanaan untuk memenuhi komitmen pada transaksi
rekening administratif guna mengidentifikasi kemungkinan terjadinya
shortage pendanaan dimasa datang.
3) Akses pasar, yaitu penilaian terhadap kemampuan Bank untuk memperoleh
likuiditas di pasar, baik dalam kondisi normal maupun dalam kondisi tidak
normal.
4) Asset marketability, yaitu penilaian terhadap aset likuid yang dapat dikonversi
menjadi kas, khususnya dalam kondisi tidak normal (krisis), yaitu pada saat Bank
tidak dapat memenuhi seluruh kewajiban dengan menggunakan arus kas positif
yang dimiliki dan pinjaman dari pasar uang.

2.5 Sistem Informasi Manajemen Risiko Likuiditas

1) Sistem informasi manajemen risiko likuiditas harus dapat menyediakan


informasi dan laporan yang akurat dan tepat waktu mengenai kondisi likuiditas,
maturity profile, dan projected cash flow. Sistem informasi tersebut harus
dirancang dan dikembangkan sesuai dengan perubahan kondisi internal dan
eksternal yang cukup signifikan.
2) Sistem informasi manajemen risiko harus dapat memenuhi kewajiban pelaporan
kepada Bank Indonesia termasuk kewajiban Bank untuk memenuhi laporan
khusus (laporan).
3) Satuan Kerja Manajemen Risiko harus melakukan analisis terhadap laporan
yang dihasilkan dan selanjutnya menyampaikan hasil analisis tersebut secara
berkala sesuai kebutuhan Bank kepada Direksi,komite manajemen risiko, satuan
kerja audit intern, dan satuan kerja tresuri. Frekuensi penyampaian laporan
dapat ditingkatkan apabila hasil analisis menunjukkan bahwa Bank memiliki
potensi kesulitan likuiditas yang cukup signifikan.
4) Bank harus segera mengatasi kelemahan pada proses capturing secara
otomasi dengan cara proses komunikasi i ntern yang memadai dan tepat
waktu dengan satuan kerja tresuri, terutama untuk mengetahui arus dana dalam
jumlah yang besar yang tidak terduga.
5) Efektivitas dan keandalan laporan yang dihasilkan sistem informasi harus
dilakukan pengujian kembali secara berkala sesuai dengan posisi terakhir
liquidity gap , baik long m a u p u n short

2.6 Hubungan Likuiditas dan Solvabilitas

 Likuiditas
Masalah Likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi.
Jumlah alat - alat pembayaran (alat-alat likuid) yang dimiliki oleh suatu perusahaan
pada saat tertentu merupakan kekuatan membayar dari perusahaan yang bersangkutan.

Dua cara mengukur tingkat Likuiditas Perusahaan :

1. Pada pendekatan pertama membandingkan kas dan aktiva–aktiva yang dapat


diubah dalam bentuk kas pada tahun dimana kewajiban jatuh tempo dan akan
dibayar pada tahun itu juga. Dalam perhitungannya kita akan menggunakan rasio
seperti: quick ratio, current ratio, dan cash ratio.
2. Pada pandangan kedua terhadap likuiditas adalah dengan mempelajari kemampuan
perusahaan untuk mengubah piutang usaha dan persediaan kas dalam suatu periode
waktu tertentu. Pengubahan piutang usaha menjadi kas dapat diukur dengan
menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan penagihan piutang perusahaan
dengan menghitung periode penagihan rata- rata (average collection period).

 Solvabilitas

Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi


segala kewajiban finansilnya apabila sekiranya perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasikan.
Pengertian solvabilitas dimaksudkan sebagai perusahaan untuk membayar semua hutang–
hutangnnya baik dalam jangka pendek atau jangka panjang. Apabila suatu perusahaan
yang solvable berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup
untuk membayar semua hutang–hutangnya, tetapi tidak dengan sendirinya berarti bahwa
perusahaan tersebut likuid. Sebaliknya perusahaan yang insolvable tidak dengan sendirinya
berarti perusahaan tersebut juga likuid. Dalam hubungannya antara likuiditas dengan
solvabilitas ada empat kemungkinan dialami perusahaan yaitu:

1) Likuid & Solvable adalah perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban


keuangannya baik jangka pendek maupun jangka panjang.
2) Likuid & Insovable adalah perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban
keuangan jangka pendek tetapi tidak dapat memenuhi kewajiban jangka panjang.
3) Llikuid & Solvable adalah perusahaan yang tidak dapat memenuhi kewajiban
keuangan jangka pendek tetapi dapat memenuhi kewajiban jangka panjang.
4) Llikuid & Insovable adalah perusahaan yang tidak dapat memenuhi kewajiban
keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.

2.7 Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampauan perusahaan-


peruasahaan membayar semua kewajiban fianansial jangka pendek pada saat jatuh tempo
dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuidiatas tidak hanya berkenaan dengan
keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuannya
mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas.
Riyanto (2008:25) menyatakan bahwa likuiditas adalah masalah yang berhubungan
dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban financialnya yang
segera harus dipenuhi. Suatu perusahaan yang mempunyai alat-alat likuid sedemikian besarnya
sehingga mampu memenuhi segala kewajiban financialnya yang segera harus terpenuhi,
dikatakan bahwa perusahaan tersebut likuid, dan sebaliknya apabila suatu perusahaan tidak
mempunyai alat-alat likuid yang cukup untuk memenuhi segala kewajiban financialnya yang
segera harus terpenuhi dikatakan perusahaan tersebut insolvable.
Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang
modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar. Dengan demikian rasio likuiditas
berpengaruh dengan kinerja keuangan perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan
dengan harga saham perusahaan.

2.7 Jenis-Jenis Rasio Likuiditas

A. Current Ratio (Rasio Lancar)

Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban lancar dan
merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan suatu
perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Current ratio menunjukkan sejauh mana akitva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar.
Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar semakintinggi kemampuan
perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam
likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karean menunjukkan
banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampulabaan
perusahaan (Sawir, 2009:10). Apabila mengukur tingkat likuiditas dengan menggunakan
current ratio sebagai alat pengukurnya, maka tingkat likuiditas atau current ratio suatu
perusahaan dapat dipertinggi dengan cara (Riyanto, 2001:28):

1) Dengan utang lancar tertentu, diusahakan untuk menambah aktiva lancar.


2) Dengan aktiva lancar tertentu, diusahakan untuk mengurangi jumlah utang lancar.
3) Dengan mengurangi jumlah utang lancar sama-sama dengan mengurangi aktiva
lancar.

Current ratio dapat dihitung dengan formula:

Formula Current Ratio

B. Quick Ratio (Rasio Cepat)

Rasio ini disebut juga acid test rasio yang juga digunakan untuk mengukur kemampuan
suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Penghitungan quick ratio
dengan mengurangkan aktiva lancar dengan persediaan.
Hal ini dikarenakan persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang likuiditasnya rendah dan
sering mengalami fluktuasi harga serta menimbulkan kerugian jika terjadi likuiditas. Jadi rasio
ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu
menutupi hutang lancar.
Sawir (2009:10) mengatakan bahwa quick ratio umumnya dianggap baik adalah
semakin besar rasio ini maka semakin baik kondisi perusahaan.

Quick ratio dapat dihitung dengan formula :


Formula Quick Ratio

C. Cash ratio (Rasio Kas)

Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan posisi kas yang dapat menutupi hutang
lancar dengan kata lain cash ratio merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan kas
yang dimiliki dalam manajemen kewajiban lancar tahun yang bersangkutan.
Cash Ratio dapat dihitung dengan formula:

Formula Cash Ratio

2.8 Rasio keuangan

Rasio merupakan alat ukur yang digunakan perusahaan untuk mengenalisis laporan
keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu jumlah
tertentu dengan jumlah yang lain. Dengan menggunkan alat analisa berupa rasio keuangan
dapat menjelaskan dan memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya
keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan dari suatu period eke periode berikutnya.
Analisis rasio keuangan adalah analisis yang menghubungkan perkiraan neraca dan
laporan laba rugi terhadap satu dengan lainnya, yang memberikan gambaran tentang sejarah
perusahaan serta penilaian terhadap keadaan suatu perusahaan tertentu. Analisis rasio keuangan
memungkinkan manajer keuangan meramalkan reaksi para calon investor dan kreditur serta
dapat ditempuh untuk memperoleh tambahan dana. (Zaki Baridwan, 1997 :17)
Suatu rasio tidak memiliki arti dalam dirinya sendiri, melainkan harus diperbandingkan dengan
rasio yang lain agar rasio tersebut menjadi lebih sempurna dan untuk melakukan analisis ini
dapat dengan cara membandingkan prestasi suatu periode dengan periode sebelumnya
sehingga diketahui adanya kecenderungan selam periode tertentu, selain itu dapat pula
dilakukan dengan membandingkan dengan perusahaan sejenis dalam industri itu sehingga
dapat diketahui bagaimana keuangan dalam industri.
Dalam mengadakan interpretasi dan analisis laporan keuangan suatu perusahaan, seorang
penganalisis memerlukan adanya ukuran atau yardstick tertentu. Ukuran yang sering digunakan
dalam analisis keuangan adalah rasio. Pengertian rasio sebenarnya hanyalah alat yang
dinyatakan dalam “aritmatical terms” yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan
antara dua macam data keuangan. Menurut Bambang Riyanto (1992 : 329), analisis rasio
keuangan adalah proses penentuan operasi yang penting dan karakteristik keuangan dari
sebuahperusahaan dari data akuntansi dan laporan keuangan. Tujuan dari analisis ini adalah
untuk menentukan efisiensi kinerja dari manajer perusahaan yang diwujudkan dalam catatan
keuangan dan laporan keuangan. Dalam menggunakan analisis rasio keuangan pada dasarnya
dapat melakukannya dengan dua macam perbandingan, yaitu :
 Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu
yang telah lalu (histories ratio) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk
waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama.
 Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan dengan rasio-rasio sejenis
dari perusahaan yang lain yang sejenis. Dengan demikian manfaat suatu angka
rasio sepenuhnya tegantung kepada kemampuan / kecerdasan penganalisis data
menginterprestasikan data yang bersangkutan.
Manfaat analisa rasio keuangan
Adapun manfaat yang bisa diambil dengan dipergunakannya rasio keuangan, yaitu:
1. Analisa rasio keuangan sangat bermanfaat bagi manajemen untuk perencanaan dan
pengevaluasian pretasi atau kinerja (performance) perusahaan bila dibandingkan
dengan rata-rata industri.
2. Analisa rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditor dappat digunakan untuk
memperkirakan potensi risiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan adanya jaminan
kelangsungan pembayaran bunga dan pengembaliaan pokok pinjaman.

Keunggulan Dan Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan


Analisis rasio ini memiliki keuanggulan dibanding teknik analisis lainnya.
Keuanggulan tersebut seperti diuraikan oleh Sofyan Syafii Harahap (1998 : 298) antara lain :
1. Rasio merupakan angka-angka dan ikhtisar statistic yang lebih mudah dibaca dan
ditafsirkan.
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan
keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan
dan model prediksi.
5. Menstandarisir ukuran perusahaan.
6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaandengan perusahaan lain atau melihat
perkembangan perusahaan secara periodic atau time series.
7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan
datang.

Disamping keunggulan yang dimiliki analisis rasio ini, teknik ini juga memiliki
beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaannya agar kita tidak salah dalam
penggunaannya.
Adapun keterbatasan analisis rasio menurut Sofyan Syofii Harahap (1998 : 298)
ini antara lain:
1) Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan
pemakainya.
2) Keterbatasan yang dimiliki laporan keuangan juga menjadi keterbatasan analisis ini
seperti :
- Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran
yang dapat dinilai biasa atau objektif.
- Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dari rasio adalah nilai perolehan
(cost) bukan harga pasar.
- Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio.
- Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda
oleh perusahaan yang berbeda.
- Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan
menghitung rasio.
- Jika data yang tersedia tidak sinkron maka akan kesulitan dalam menghitung rasio.
- Jika dua atau lebih perusahaan dibandingkan teknik dan metode yang digunakan
berbeda maka perbandingan dapat menimbulakn kesalahan.
Rasio keuangan merupakan alat yang sangat berguna, namun mempunyai beberapa
keterbatasan dan harus digunakan dengan hati-hati. Rasio-rasio tersebut terbentuk dari
penfsiran dengan cara menggabungkan beberapa rasio yang ada menjadi suatu model
peramalan yang berarti yaitu model yang disebut analisis diskriminan. Analisis diskriminan ini
menghasilkan suatu index yang memungkinkan penggolongan suatu observasi ke dalam satu
kelompok yang telah ditetapkan terlebih dahulu, sehingga dengan model ini dapat diukur
prospek sutu perusahaan.

2.8 Solusi dalam Mengatasi Kelemahan Rasio Keuangan


Adapun solusi yang bisa memberikan penjelasan disini dengan mengadakan
reconciliation atas berbagai bentuk perbedaan pokok. Maksud dipergunakan reconciliation
disini adalah menyesuaikan perbedaan antara dua pos dan apa yang menyebabkan perbedaan
itu terjadi.
Bagi seorang manajer keuangan diperlukan pemahaman yang mendalam serta sifat
kehati-hatian dalam proses pengambilan keputusannya. Bila analisis yang dilakukan adalah
memberikan suatu gambaran diman pola perusahaan yang menyimpang dari norma industri,
maka hal ini merupakan gejala adanya masalah dan perlu adanya analisis dan penelitian yang
lebih lanjut. Secara sederhana ini seperti jika suatu rasio perputaran persediaan yang tinggi bisa
menunjukan adanya kekurangan persediaan yang serius dan besar kemungkinan terjadi
kehabisan persediaan.

Solusi untuk mengatasi risiko likuiditas


Ada beberapa solusi yang dapat diberikan agar suatu perusahaan terhindar dari
timbulnya risiko likuiditas, yaitu:
a. Melakukan kebijakan keuangan dengan prinsip kehati-hatian (prudential principle).
b. Menempatkan setiap keputusan perusahaan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada,
yaitu berdasarkan analisa jangka pendek dan jangka panjang.
c. Menghindari keputusan yang bersifat mengejar keuntungan yang bersifat jangka
pendek, namun mampu menimbulkan kerugian yang bersifat jangka panjang.
d. Memperhatikan dan mengamati dengan baik setiap kebijakan moneter yang diterapkan
pemerintah, seperti kebijakan penerapan suku bunga. Serta memperhatikan kondisi
target pencapaian pertumbuhan ekonomi an realita inflasi yang terjadi saat ini.
e. Pihak manajemen perusahaan sebaiknya juga memahami kondisi mikro dan makro
ekonomi secara baik.
f. Melakukan pendekatan hedging untuk menyesuaikan jatuh tempo antara aktiva dan
kewajiban.
g. Melakukan perbaikan dalam biaya dan pengendalian produksi.
h. Melakukan perjanjian dengan bank dalam penyediaan kredit, dengan menghindari
utang berlebihan, mempertahankan pembayaran hutang, dan memperpanjang jatuh
tempo pembayaran utang.
i. Menghindari operasi luar negeri di negara-negara berisiko tinggi.
j. Menurunkan harga pada jenis barang yang susah dijual dan meningkatkan harga pada
barang yang tingkat permintaannya tinggi.
2.9 Risiko likuiditas nilai saham dan reaksi investor

Manajemen perusahaan selalu berusaha menjaga kondisi likuiditas perusahaan yang


sehat dan terpenuhi secara tepat waktu. Ini dilakukan dengan maksud untuk memberikan reaksi
kepada para calon investor dan para pemengang saham khusunya bahwa kondisi perusahaan
selalu berada dalam kondisi yang aman dan stabil, yang otomotis maka harga saham
perusahaan juga cenderung stabil dan bahkan diharapkan terus mengalami kenaikan.
Dalam rangka memprediksi resiko likuiditas maka perusahaan harus memperkuat nilai
resiko likuiditas. Karena, perusahaan yang memiliki resiko likuiditas tinggi akan dinikmati
para investor dan akan berimbas pula pada harga saham yang cenderung akan naik karena
tingginya permintaaan. Sudah menjadi karakter investor untuk selalu meminati saham
cenderung bersifat aman dan terus mengalami kenaikan.
Penguatan pada rasio likuiditas perusahaan akan menjadi “good news” yang selanjutya
dikaji secara pendekatan signaling teory bahwa ini cenderung akan memberi pengaruh pada
kenaikan harga saham. Maka memutuskan pembeli saham pada saat rasio likuiditas perusahaan
cenderung sehat dan stabil adalah lebih baik dari pada membeli saham pada rasio likuiditas
perusahaan yang berisiko dan bermasalah.harus diingat bahwa hampir semua investor
berkarakter menjauh atau menghindari dari resiko dan mendekat pada keuntungan yang
maksimal. Karen ainvestor selalu menginginkan keuntungan yang maksimal dari setiap
investasi yang dilakukan, dan mengambil keuntungan dari hasil investasi tersebut untuk
selanjutnya diinvestasikan ketempat lain dengan tingkat resikoyang kecil, dan juga seterusnya.
Dengan keputusan seperti itu diharapkan peroleh keuntungan dari berbagai tempat investasi
akan memberikan kenyamanan dan ketenangan secara batin/psikolgis bagi investor tersebut
dalam keputusannya mengelola finansial.
DAFTER PUSTAKA

Indroes, Ferry N. manajemen resiko perbankan. Jakarta. Rajagrafindo persada. 2008

Wahyudi, Imam. dkk. Manajemen resiko bank islam. Jakarta. Salemba empat. 2013.

Karim, Adiwarman A. Bank Islam. Jakarta. Rajagrafindo Persada. 2010.

Anda mungkin juga menyukai