Anda di halaman 1dari 3

A.

PENGERTIAN RETURN DAN RISIKO RETURN Dasar keputusan investasi terdiri dari tingkat return harapan, tingkat resiko serta hubungan antara return dan risiko. Alasan utama orang berinvestasi adalah untuk memperoleh keuntungan. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Suatu hal yang sangat wajar jika investor menuntut tingkat return tertentu atas dana yang telah diinvestasikan. Return harapan dari investor dari investasi yang dilakukan merupakan kompensasi atas biaya kesempatan (opportunity cost) dan resiko penurunan daya beli akibat adanya pengaruh investasi. Dalam konteks manajemen investasi, perlu dibedakan antara retun harapan ( expected return) dan retuhn aktual yang terjadi (realized return). 1. Return harapan merupakan tingkat return yang diantisipasi investor dimasa datang. 2. Return yang terjadi atau return aktual merupakan tingkat return yang telah diperoleh investor pada masa lalu. Ketika investor menginvestasikan dananya, dia akan mensyaratkan return tertentu, dan jika periode investasi telah berlalu, investor tersebut akan dihadapkan pada tingkat return yang sesungguhnya dia terima. Antara tingkat retun harapan dan return yang diperoleh investor dari investasi yang dilakukan mungkin saja berbeda. Perbedaan retun harapan dengan return yang benar-benar diterima (return actual) merupakan risiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam proses investasi sehingga dalam berinvestasi disamping memperhatikan tingkat return, investor harus selalu mempertimbangkan tingkat risiko suatu investasi. Sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield dan capital gain (loss). Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Jika kita berinvestasi pada sebuah obligasi misalnya, maka besarnya yield ditunjukkan dari bunga obligasi yang dibayarkan. Capital gain (loss), komponen return yang merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga (bisa saham maupun surat hutang jangka panjang), yang bisa memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor.

RISIKO Sudah sewajarnya jika investor mengharapkan retun yang setinggi-tingginya dari investasi yang dilakukannnya. Tetapi, ada hal yang penting yang harus dipertimbangkan, yaitu berapa besar risiko yang harus ditanggung dari investasi tersebut. Umumnya semakin besar risiko, maka semakin besar tingkat return harapan. Risiko bisa diartikan sebagai kemungkinan return actual yang berbeda dengan return harapan. Secara spesifik, mengacu pada kemungkinan realisasi return actual lebih rendah dari return minimum yang diharapkan sering kali juga disebut sebagi return yang disyaratkan (required of return). Dalam ilmu ekonomi pada umumnya dan ilmu investasi pada khususnya terdapat asumsi bahwa investor adalah makhluk yang rasional. Investor yang rasional tentunya tidak akan menyukai ketidakpastian atau risiko. Investor yang mempunyai sikap enggan terhadap risiko seperti ini disebut risk averse investor. Investor seperti tidak akan mau mengambil risiko suatu investasi jika investasi tersebut tidak memberikan harapan return yang layak sebagai kompensasi terhadap risiko yang harus ditanggung investor tersebut. Sikap investor terhadap risiko akan sangat tergantung preferensi investor tersebut terhadap risiko. Investor yang lebih berani akan memilih risiko onvestasi yang lebih tinggi, yang diikuti oleh harapan tingkat return yang tinggi pula. Demikian pula sebaliknya, investor yang tidak mau menanggung risiko yang terlalu tinggi, tentunya tidak akan bisa mengharapkan tingkat return yang terlalu tinggi. Risiko merupakan kemungkinan perbedaan anatar return actual yang diterima dengan return harapan. Ada beberapa risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi. Sumber-sumber tersebut antar lain: 1. Resiko Suku Bunga. Perubahan suku bunga bisa mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Perubahan suku bunga mempengaruhi harga saham secara terbalik, ceteris paribus. Artinya, jika suku bunga meningkat makan harga saham akan turun. Demikian pula sebaliknya, jika suku bunga turun, harga saham akan naik. Secara sederhana, jika suku bunga misalnya naik, maka return investasi yang terkait dengan suku bunga juga akan naik. Kondisi seperti ini bias menarik minat investor yang sebelumnya berinvestasi di saham untuk memindahkan dananya dari saham ke dalam deposito.jika sebagian besar investor melakukan hal yang sama, maka banya investor yang menjual saham untuk berinvestasi di deposito. Berdasarkan hukum permintaan dan penawaran, jika banyak pihak menjual saham, cateris paribus, maka harga saham akan turun.

2. Risiko Pasar. Fluktuasi pasar secara keseluruhan yang mempengaruhi variabilitas return suatu investasi disebut sebagai risiko pasar. Fluktuasi pasar biasanya ditunjukkan oleh berubahnya indeks pasar saham secara keseluruhan. Perubahan pasar dipengaruhi oleh banyak faktor seperti munculnya resesi ekonomi, kerusuhan, ataupun perubahan publik. 3. Risiko Inflasi. Inflasi yang meningkat kan mengurangi daya beli rupiah yang telah diinvestasi. Oleh karenanya risiko inflasi juga disebut sebagai risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi penurunan daya beli yang dialami. 4. Risiko Bisnis. Risiko dalam menjalankan bisnis dalam suatu jenis industri disebut sebagai risiko bisnis. Misalnya, perubahan pakaian jadi yang bergerak pada industri tekstil akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik industri tekstil itu sendiri. 5. Risiko Financial. Risiko ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk menggunakan hutang dalam pembiyaan modalnya. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan perusahaan, semakin besar risiko financial yang dihadapi perusahaan. 6. Risiko Likuiditas. Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang diterbitkan perusahaan bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin cepat suatu sekuritas diperdagangkan, semakin likuid sekuritas tersebut, demikian sebaliknya. Semaki tidak likuid suatu sekuritas semakin besar pula risiko likuiditas yang dihadapi. 7. Risiko Nilai Tukar Mata Uang. Risiko ini berkaitan dengan fluktiasi nilai tukar mata uang domestik (Negara perusahaan tersebut) dengan nilai maya uang Negara lainnya. Risiko ini juga dikenal sebagai risiko mata uang (currency risk) atau resiko nilai tukar (exchange rate risk). 8. Risiko Negara. Risiko ini juga disebut sebagai risiko politik, karena sangat berkaitan dengan kondisi perpolitikan suatu Negara. Bagi perusahaan yang beroperasi di luar negeri, stabilitas politik dan ekonomi negara bersangkutan sangat penting diperhatikan untuk menghindari risiko negara terlalu tinggi. Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi. Yogyakarta : Kanisius Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai