Anda di halaman 1dari 19

“Return Harapan dan Risiko Portofolio”

OLEH :

Nirwana 2109308120022

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


MAKASSAR MAJU

2023/2024
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagaimana yang telah kita ketahui, Investasi merupakan komitmen sejumlah dana
untuk tujuan memperoleh keuntungan di masa yang akan dating. Keuntungan dimasa yang
akan datang merupakan kompensasi atas waktu dan risiko investasi. Dalam konteks
investasi, keuntungan dimasa yang akan datang mencerminkan harapan yang belum tentu
terrealisasi. Oleh karena itu keuntungan dimasa yang akan datang lebih dikenal dengan
istilah return harapan (expected return).

Karena return harapan dari investasi akan terjadi di masa yang akan datang dan bersifat
tak pasti, maka disamping return, dalam konsep investasi juga perlu dipelajari tentang
risiko. Risiko investasi bisa diuraikan sebagai kemungkinan terjadinya perbedaan antara
return actual dengan return harapan. Keduanya bagaikan dua sisi maa uang yang selalu
berdampingan, artinya dalam berivestasi, disamping menghitung return harapan, investor
juga harus memperhatikan risiko yang harus ditanggungnya. Oleh karena itu, investor harus
pandai-pandai mencari alternative investasi yang menawarkan tingkat return harapan yang
paling tinggi dengan tingkat resiko tertentuu, atau investasi yang menawarkan return
tertentu pada tingkat risiko terendah.

Suatu keputusan keuangan yang lebih berisiko tentu diharapkan memberikan imbalan
yang lebih besar, yang dalam keuangan dikenal dengan istilah “High Risk High Return”.
Ada trade off antara risk dan return, sehingga dalam pemilihan berbagai alternatif keputusan
keuangan yang mempunyai risiko dan tingkat pengembalian yang berbeda-beda,
pengambilan keputusan keuangan perlu memperhtungkan risiko relatif keputusannya. Untuk
mengukur risiko relatif digunakan koefisien variasi, yang menggambarkan risiko per unit
imbalan yang diharapkan yang ditunjukkan oleh besarnya standar deviasi dibagi tingkat
pengembalian yang diharapkan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perbedaan tentang return harapan dan risiko sekuritas individual dan
portofolio?

2. Apa perbedaan tentang return aktual, return harapan, dan return yang
disyaratkan?

3. Bagaimana keterkaitan antara diverfikasi dan portofolio?

1.3 Tujuan
Jika dilihat dari rumusan masalah tersebut, tujuan dari makalah ini ialah:
1. Untuk memahami perbedaan tentang return harapan dan risiko sekuritas
individual dan portofolio;

2. Perbedaan tentang return aktual, return harapan, dan return yang disyaratkan;

3. Memahami keterkaitan antara diverfikasi dan portofolio.


BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Return dan Risiko

Tujuan investor dalamm berinvestasi adalah memaksialkan return, tanpa melupakan faktor
risiko yang harus dihadapinya. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi
investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya.

2.1.1 Return

Sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield dan
capital gain (lost). Yield merupakan koponen return yang mencerinkan aliran kas atau
pendapatan yang diperoleh secara periodic dari suatu investasi. Sedangkan capital gain
(loss) sebagai koponen kedua dari return merupakan kenaikkan (penurunan) harga suatu
surat berharga (bisa saham maupun surat hutang jangka panjang), yang bisa eberikan
keuntungan (kerugian) bagi investor. Dalam kata lain, capital gain (loss) bisa juga diartikan
sebagai perubahan harga sekuritas.

Dari kedua sumber return di atas, maka kita bisa menghitung return total suatu
investasi dengan menjulahkan yield dan capital gain yang diperoleh dari suatu investasi.
Perlu diketahui bahwa yield hanya akan berupa angka nol (0) dan positif (+), sedangkan
capital gain (loss) bisa berupa angka minus (-), nol (0) dan positif (+). Secara matematis
return total suatu investasi bisa dituliskan sebagai berikut:

Return total = yield + capital gain (loss)

2.1.2 Risiko

Seperti dijelaskan di atas, di samping memperhitungkan return, investor juga perlu


mempertimbangkan tingkat risiko suatu investasi sebagai dasar pembuatan keputusan
investasi. Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima
dengan return harapan. Semakin besar kemungkinan perbedaannya, berarti seakin besar
risiko investasi tersebut.
Ada beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi.
Sumber-sumber tersebut antara lain : risiko suku bunga, risiko pasar, risiko inflasi, risiko
bisnis, risiko finansial, risiko likuiditas, risiko nilai tukar mata uang, dan risiko negara
(country risk).
a) Risiko suku bunga. perubahan suku bunga bisa mempengaruhi variabilitas
return suatu investasi. Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga
saham secara terbalik, ceteris paribus. Artinya, jika suku bunga meningkat,
maka harga saham akan turun, citeris paribus.

b) Risiko Pasar. Fluktuasi pasar secara keseluruhan yang mempengaruhi


variabilitas return suatu investasi disebut sebagai risiko pasar. Fluktuasi pasar
biasanya ditunjukkan oleh berubahnya indeks pasar saham secara
keseluruhan. Perubahan pasar dipengaruhi oleh banyak faktor seperti
munculnya resesir ekonomi, kerusuhan, ataupun perubahan politik.

c) Risiko Inflasi. Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli
rupiah yang telah diinvestasikan. Oleh karenya, risiko inflasi juga bisa
disebut sebagai risiko daya. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor
biasanya menuntut tabahan premiu inflasi untuk mengkompensasi penurunan
daya beli yang dialamminya.

d) Risiko Bisnis. Risiko dalam menjalankan bisnis dalam suatu jenis industry
disebut sebagai risiko bisnis. Misalnya, perusahaan pakaian jadi yang
bergerak pada industry tekstil akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik
industry tekstil itu sendiri.

e) Risiko finansial. Risiko ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk


menggunakan hutang dalam pembiayaan modalnya. Semakin besar proporsi
hutang yang digunakan perusahaan, semakin besar risiko finansial yang
dihadapi perusahaan.

f) Risiko Likuiditas. Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas


yang diterbitkan perusahaan bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin
cepat suatu ssekuritas diperdagangkan, semakin likuid sekuritas tersebut,
demikian sebaliknya. Semakin tidak likuid suatu sekuritas semakin besar
pula risiko likuiditas yang dihadapi perusahaan.

g) Risiko Nilai Tukar Mata Uang. Risiko ini berkaitan dengnan fluktuasi nilai
tukar mata uang domestic (negara perusahaan, tersebut) dengan nilai mata
uang negara lainnya. Risiko ini juga dikenal sebagai risiko mata uang
(currency risk) atau risiko nilai tukar (exchange rate risk).
h) Risiko Negara. Risiko ini juga disebut sebagai risiko politik, karena sangat
berkaitan dengan kondisi perpolitikan suatu negara. Bagi perusahaan yang
beroperasi di luar negeri, stabilitas politik dan ekonomi negara bersangkutan
sangat penting diperhatikan untuk menghindari risiko negara yang terlalu
tinggi.

2.1.3 Risiko Sitematis dan Risiko Tidak Sistematis

Dalam teori portofolio modern telah diperkenalkan bahwa risiko invvestasi total dapat
dipisahkan menjadi dua jenis risiko, atas dasar apakah suatu jenis riisiko tertentu dapat
dihilangkan dengan diversifikasi, atau tidak. Kedua risiko tersebutadalah risiko sistematis
dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematis atau dikenal dengan risiko pasar – beberapa
penulis menyebut sebagai risiko umum (general risk) – merupakan risioko yang berkaitan
dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Perubahan pasar tersebut akan
mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Dengan kata lain, risiko sistematis
merupakan risiko yang tidak dapat didiversifikasi.

Sedangkan risiko tidak sistemmatis atau dikenal dengan risiko spesifik (risiko perusahaan),
adalah risiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan. Risiko
perusahaan lebih terkait pada perubahan kondisi mikro perusahaan penerbit sekuritas.
Dalam manajemen portofolio disebutkan bahwa risiko perusahaan bisa diminimalkan
dengan melakukan diversifikasi aset dalam suatu portofolio.

2.2 Estimasi Return dan Risiko Sekuritas


Mengetahui secara pasti berapa return yang akan diperoleh dari suatu investasi di
masa datang adalah pekerjaan yang sangat sulit, bahkan mustahil. Return investasi hanya
bisa diperkirakan melalui pengestimasian. Return investasi di masa datang adalah return
harapan dan sangat mungkin berlainan dengan return aktual yang diterima. Jika seorang
investor misalnya mengharapkan return suatu investasi sebesar 10%, maka mungkin saja
tingkat return aktual yang akan diperolehnya tidak sama dengan 10%, bisa kurang atau
lebih. Pada dasarnya, tingkat return harapan sebesar 10% tersebut hanyalah sebuah angka
estimasi yang kenyataannya mungkin bisa di bawah atau di atas angka tersebut.
Disamping mengestimasi return harapan dari suatu sekuritas, kita juga perlu
menghitung berapa besarnya risiko yang terkait dengan investasi pada sekuritas
bersangkutan. Risiko sebagai sisi lain dari return menunjukkan kemungkinan peyimpangan
antara return harapan dari return aktual yang diperoleh.
2.2.1 Menghitung Return Harapan

Untuk mengestimasi return sekuritas sebagai aset tunggal (stand-alone risk), investor
harus memperhitungkan setiap kemungkinan terwujudnya tingkat return tertentu, atau yang
lebih dikenal dengan probabilitas kejadian. Sedangkan hasil dari perkiraan return yang akan
terjadi dan probabilitasnya disebut sebagai distribusi probabilitas. Dengan kata lain,
distribusi probabillitas menunjukkan spesifikasi berapa tingkat return yang akan diperoleh
dan berapa probabilitas terjadinya return tersebut.
Estimasi suatu sekuritas dilakukan denga menghitung return harapan atas sekuritas
tersebut. Return harapan pada dasarnya adalah nilai return rata-rata. Jika kita memiliki
distribusi probabilitas return suatu sekuritas, nilai return harapannya dapat dihitung dengan
cara menentukan nilai rata-rata tertimbang dari distribusi return tersebut. Alam perhitungan
rata-rata tertimbang ini, bobotnya ditentukan atas dasar nilai profitabilitas masing-mmasing
return yang terjadi. Secara matematis, rumus untuk menghitung return harapan dari suatu
sekuritas bisa dituliskan dalam persamaan berikut ini:

Dalam hal ini :


E(R) = return harapan dari suatu sekuritas
Ri = return ke-i yang mungkin terjadi
Pn = probabilitas kejadian return ke-i
n = banyaknya return yang mungkin terjadi

Berikut ini akan diberikan contoh perhitungan return harapan dari suatu sekuritas ABC
berdasarkan scenario kondisi ekonomi seperti dalam tabel 2.1. di bawah ini:

Tabel 2.1. Distribusi Probabilitas Return Sekuritas ABC

Kondisi Ekonomi Probablitas Return


Ekonomi kuat 0,30 0,20
Ekonomi sedang 0,40 0,15

Resesi 0,30 0,10

Perhitungan return harapan dari sekuritas ABC tersebut bisa dihitung dengan rumus
di atas, seperti berikut ini:

E(R) = [(0,30) (0,20)] + [(0,40) (0,15)] + [(0,30) (0,10)]

= 0,15
Jadi, return harapan dari sekuritas ABC adalah 0,15 atau 15%.

Di samping cara perhitungan di atas, perhitungan return harapan juga bisa dilakukan
dengan du acara lainnya yang dikelola sebagai perhitungan rata-rata aritmatik (arithmatic
mean) dan rata-rata geometric (geometric mean). Kedua metode perhitungan itu sesuai
untuk menghitung suatu rangkaian aliran return dalam suatu periode tertentu, misalnya
return suatu aset selama 5 atau 10 tahun berturut-turut.

Metode arithmetic mean adalah metode perhitungan statistic yang biasa kita pakai
untuk menghitung nilai rata-rata, dan biasanya diberi symbol X bar. Secara matematis,
rumus arithmetic mean biasa dituliskan sebagai berikut:

Di mana adalah penjumlahan nilai return selama suatu periode, dan n adalah
total jumlah periode.

Contoh: aset ABC selama 5 tahun memberikan return berturut-turut seperti dalam tabel 2.2.
Tabel 2.2. Return aset ABC selama periode 1995-1999

Tahun Return Return Relatif (1 + return)

1995 15,25 1,1525


1996 20,35 1,2035
1997 -17,50 0,8250

1998 -10,75 0,8925

1999 15,40 1,1540

Perhitungan return berdasarkan metode arithmatic mean:

Hasil perhitungan metode arithmatic mean di atas adalah nilai rata-rata return selama 5
tahun. Akan tetapi metode arithmatic mean kadangkala bisa menyesatkan terutama jika pola
distribusi return selama suatu periode mengalami persentase perubahan yang sangat
fluktuatif. Oleh karena itu, ada suatu metode lain yang disebut sebagai metode geometric
mean, yang bisa mmenggambarkan secara lebih akurat “nilai rata-rata yang sebenarnya”
dari suatu distribusi return selama suatu periode tertentu. Rumus untuk menghitung
geometric mean adalah sebagai berikut:

Dari perbandingan perhitungan kedua metode di atas, hasil perhitungan return


dengan metode geometric mean lebih kecil dari hasil perhitungan metode arithmetic mean.
Hal ini disebabkan perhitungan geometric mean adalah perhitungan yang bersifat
pelipatgandaan (compounding) dari aliran return selama periode tertentu. Perhitungan
seperti ini memang menghasilkan nilai yang lebih kecil dibandingkan metode perhitungan
arithmetic mean. Di samping itu, geometric mean selalu bernilai kecil karena metode ini
merefleksikan variabilitas return dala suatu periode tertentu.

Untuk menghitung tingkat perubahan aliran return pada periode yang bersifat serial
dan kumulatif (misalnya 5 atau 10 tahun berturut-turut), sebaiknya menggunakan metode
geometric mean. Sedangkan arithmetic mean akan lebih baik dipakai untuk menghitung
nilai rata-rata aliran return yang tidak bersifat kumulatif.

2.2.2 Menghitung Risiko


Investor harus mampu menghitung risiko dari suatu investasi. Karena tingkat risiko
merupakan kemungkinan peyimpangan return aktual dari return harapan (return rata-rata),
secara statistik risiko ini dapat diwakili oleh ukuran peyimpangan atau ukuran penyebaran
data. Dua ukurn penyebaran yang sering digunakan untuk mewakilinya adalah nilai varians
dan standar deviasi. Varians maupun standar deviasi merupakan ukuran besar penyebaran
data variable random dari nilai rata-ratanya. Semakin besar penyebaran distribusi return
suatu investasi, semakin tinggi risiko investasi tersebut.
Untuk menghitung varians maupun standar deviasi (merupakan akar kuadrat
varians), kita harus menghitung terlebih dahulu distribusi return harapan dengan
menggunakan persamaan di tabel 2.1. Secara matematis, rumus untuk menghitung varians
dan standar deviasi bisa dituliskan sebagai berikut:

Varians return =
dan

Standar deviasi=
Dalam hal ini:

Dalam tabel 2.3. berikut ini diberikan contoh perhitungan varians dan standar deviasi
saham DEF.

Tabel 2.3. Perhitungan varians dan standar deviasi saham DEF.


Dalam pengukuran risiko sekuritas kita juga perlu menghitung risiko relatif sekuritas
tersebut. Risiko relatif ini menunjukkan risiko per unit return harapan. Hal ini diperlukan
karena informasi risiko yang hanya berupa varians dan standar deviasi akan bermasalah,
terutama ketika kita ingin membandingkan tingkat risiko antar aset, yang masing-masing
memiliki return harapan yang tidak sama. Ukuran risiko relative yang bisa dipakai adalah
koefisien variasi. Rumus untuk menghitung koefisien variasi adalah:

Koefisien variasi = Standar deviasi return


Return yang diharapkan

Sesuai dengan data dalam contoh di atas, koefisien variasi saham DEI bisa dihitung
sebagai berikut:

Koefisien variasi = 0,0449


0,080
= 0,56125

2.3 Analisis Risiko Portofolio

Dalam anajeen portofolio dikenal adanya konsep pengurangan risiko sebagai akibat
penambahan sekuritas ke dalam portofolio. Konsep ini erupakan konsep yang sangat
penting dalam pemahaman risiko portofolio. Konsep ini mmenyatakan bahwa jika kita
menambahkan secara terus-menerus jenis sekuritas kedala portofolio kita, aka manfaat
pengurangan risiko yang kita peroleh akan seakin besar sapai mencapai titik tertentu di
mana manfaat pengurangan tersebut ulai berkurang.

Konsep ini sejalan dengan low of large number dalam statistic, yang menyatakan bahwa
semakin besar ukuran sampel, semakin besar kemungkinan rata-rata sapel mendekati nilai
yang diharapkan dari populasi. Pengurangan risiko dalam portofolio juga hampir sama
dengan prinsip asuransi, di mana prinsip ini perusahaan asuransi akan mengurangi risiko
dengan membuat sebanyak mungkin polis asuransi.

Konsep penurunan risiko portofolio didasari asumsi bahwa return-return sekuritas


bersifat independen. Dengan asumsi bahwa return sekuritas yang ada dalam portofolio tidak
saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya, risiko portofolio bisa diestimasi dengan
nilai standar deviasi populasi dibagi dengan akar dari n (jumlah sekurits dalam portofolio).
Rumus untuk menghitung deviasi standar portofolio dituliskan sebagai berikut:

Contoh: Misalnya risiko setiap sekuritas sebesar 0,20, maka risiko portofolio akan
menurun terus jika semakin banyak jumlah sekuritas yang dimasukkan dalam portofolio.
Misalnya, jika kita merusakkan 100 saham dalam portofolio tersebut maka risiko portofolio
akan berkurang dari 0,20 menjadi 0,02.

2.4 Diversifikasi

Untuk menurunkan risiko investasi, investor perlu melakukan ‘diversifikasi’.


Diversifikasi (portofolio) dalam pernyataan tersebut bisa bermakna bahwa investor perlu
membentuk portofolio melalui pemilihan kombinasi sejummlah aset sedemikian rupa
hingga risiko dapat diminimalkan tanpa mengurangi return harapan. Mengurangi risiko
tanpa mengurangi return adalah tujuan investor dalam berinvestasi. Tetapi, bagaimana
diversifikasi tersebut bisa dilakukan?

Investor mungkin saja berpikir bahwa untuk melakukan diversifikasi, cara paling
mudah adalah dengan memasukkan semua kelas aset delamm portofolio. Kelas aset di sini
misalnya saham, obligasi, mata uang, property, dan lain sebagainya. Tetapi, jika cara ini
dilakukan, permasalahannya adalah berapa bagian dana yang akan diversifikasi dalam
kelas-kelas aset tersebut dan aset-aset spesifik yang mana dari kelas yang akan dipilih untuk
dimasukkan dalam portofolio. Misalnya seorang investor A ingin membentuk portofolio
dengan cara menanamkan dananya pada semua kelas risiko yang tersedia. Saat ini dia
dihadapkan pada pilihan kelas aset berupa saham, obligasi, deposito, tanah, dan emas.
Diversifikasi dengan memasukkan semua kelas aset berarti bahwa investor A tersebut akan
menanamkan dananya pada semua kelas aset yang tersedia (saham, obligasi, deposito,
tanah, dan emas). Tetapi, permasalahannya kemudian adalah berapa % dari total dananya
yang akan ditanamkan pada saham,pada obligasi, berapa % pada deposito, tanah, dan berapa
% pada emas. Misalnya,persentase dana untuk masing-masing kelas aset sudah ditentukan
(misalnya 20% untuk saham, 15% untuk obligasi, 25% deposito, 20% untuk tanah, dan
sisanya 20% untuk kelas aset emas). Lalu, pertanyaan berikutnya adalah dari 20% total dana
untuk ditananmkan pada kelas aset saham, saham-saham perusahaan mana saja yang akan
dipilih dan berapa % kah yang akan diinvestasikan pada saham-saham tersebut? Demikian
seterusnya pada kelas aset yang lain.

Di sisi lain, beberapa investor lainnya mungkin berpendapat bahwa diversifikasi


portofolio bisa saja dilakukan dengan memfokuskan pilihan hanya pada satu kelas aset,
saham misalnya. Pertanyaan yang muncul adalah saham perusahaan mana saja yang harus
dimasukkan dalam portofolio, dan berapa dana yang akan dialokasikan dalam masing-
masing saham yang dipilih.

Berdasarkan kedua gambaran situasi di atas, terlihat bahwa investor perlu melakukan
diversifikasi pada berbagai aset untuk meminimalkan risiko. Tetapi, bagaimana sebenarnya
prinsip-prinsip diversifikasi tersebut? Pada bagian lain kita akan membahas prinsip-prinsip
diversifikasi, yaitu diversifikasi random dan diversifikasi Markowitz.

i. Diversifikasi Random. Diversifikasi random atau ‘diversifikasi secara naif’


terjadi ketika investor menginvestasikan dananya secara acak pada berbagai
jenis saham yang berbeda atau pada berbagai jenis aset yang berbeda dan
berharap bahwa varians return sebagai ukuran risiko portofolio tersebut akan
bisa diturunkan.

ii. Diversifikasi Markowitz. Menurut nasihat Markowitz dalam diversifikasi


portofolio adalah “Janganlah menaruh semua telur ke dalam satu keranjang”,
karena kalua keranjang tersebut jatuh, maka semua telur yang ada dalam
keranjang-keranjang tersebut akan pecah. Kontribusi penting dari ajaran
Markowitz adalah temuannya bahwa return aset itu berkorelasi antara satu
dengan yang lainnya, dan tidak independen. Oleh karena itu, risiko portofolio
tidak boleh dihitung dari penjumlahan semua risiko aset yang ada dalam
portofolio, tetapi juga harus memmpertimbangkan efek keterkaitan antar return
aset tersebut dalam pengestimasian risiko portofolio.

Kontribusi risiko akibat keberadaan hubungan antar return aset, dapat diwakili oleh
nilai kovarians atau koefisien korelasi. Koefisien korelasi, adalah suatu ukuran statistic
yang menunjukkan pergerakan bersamaan relative (relative comovements) antara dua
variable. Dalam konteks diversifikasi, ukuran ini akan menjelaskan sejauh mana return dari
suatu sekuritas terkait satu dengan lainnya. Ukuran tersebut biasanya dilambangkan dengan
(ρi,
j) dan berjarak (berkorelasi) antara + 1,0 sampai – 1,0, di mana:

Kovarians. Kovarians adalah ukuran absolut yang menunjukkan sejauh mana dua
variable mempunyai kecenderungan untuk bergerak secara bersama-sama. Dalamm konteks
manajemen portofolio kovarians menunjukkan sejauh mana return dari dua sekuritas
mempunyai kecenderungan bergerak bersama-sama.

Secara sistematis, rumus untuk menghitung kovarians dua buah sekuritas A dan B
adalah:

2.5 Estimasi Return dan Risiko Portofolio

Mengestimasi return dan risiko portofolio berarti menghitung return harapan dan risiko
suatu kumpulan aset individual yang dikombinasikan dalam suatu portofolio aset.
Keunikannya adalah untuk menghitung risiko suatu portofolio kita tidak boleh hanya
menjumlahkan seluruh risiko aset individual, tetapi juga harus memperhatikan komponen
risiko akibat keterkaitan antar aset tersebut.

i. Menghitung Return Harapan dari Portofolio. Return harpan dari suatu


portofolio bisa diestimasi dengan menghitung rata-rata tertimbang dari return
harapan dari masing-masing aset individual yang ada dalam portofolio.
Persentasi nilai portofolio yang diinvestasikan dalam setiap aset-aset individual
dalam portofolio disebut sebagai ‘bobot portofolio’, yang dilambangkan dengan
W. jika seluruh bobot portofolio dijumlahkan, akan berjumlah total 100% atau
1,0; artinya seluruh dana telah diinvestasikan dalam portofolio. Rumus untuk
menghitung return harapan dari portofolio adalah sebagai berikut:

Contoh: Sebuah portofolio yang terdiri dari 3 jenis saham ABC, DEF, dan
GHI menawarkan return harapan masing-masing sebesar 15%, 20%, dan 25%.
Misalnya, persentase dana yang diinvestasikan pada saham ABC sebesar 40%,
saham DEF 30%, dan saham GHI 30%, maka return harapan dari portofolio
tersebut adalah:

E(Rp) = 0,4 (0,15) + 0,3 (0,2) + 0,3 (0,25)


= 0,195 atau 19,5%

ii. Menghitung Risiko Portofolio. Menghitung risiko portofolio tidak sama


dengan menghitung return portofolio, karena risiko portofolio bukan merupakan
rata-rata tertimbang risiko masing-masing sekuritas individual dalam portofolio.
Dalam menghitung risiko portofolio, ada tiga hal yang perlu ditentukan, yaitu:
Varians setiap sekuritas
Kovarians antara satu sekuritas dengan sekuritas lainnya; ✓

Bobot portofolio untuk masing-masing sekuritas.

Kasus dua sekuritas. Secara sistematis, menghitung standar deviasi


return kedua sekuritas rumus yang dipakai adalah:

Contoh: Portofolio yang terdiri dari saham A dan B masing-masing


menawarkan return sebesar 10% dan 25%; serta standar deviasi masing-masing
sebesar 30% dan 60%. Alokasi dana investor pada kedua aset tersebut
masinmasing sebesar 50% untuk stiap aset. Standar deviasi portofolio tersebut
dihitung dengan menggunakan rumus di atas:

Dari hasil perhitungan tahap 1 tersebut, kita bisa menentukan besarnya


risiko portofolio saham A dan B. sebelumnya kita tentukan dahulu koefisien
korelasi saham A dan B. berikut ini beberapa scenario koefisien saham A dan B
beserta hasil perhitungan standar deviasinya.
Kasus n-sekuritas. rumus untuk menghitung stadar deviasi untuk dua buah sekuritas
di atas bisa diperluas untuk menghitung risiko portofolio yang terdiri dari n-sekuritas.
ukuran yang dipakai adalah varians return dari n-sekuritas yang ada dalam portofolio.
Secara sistematis rumus untuk menghitung risiko n-sekuritas adalah:

2.6 Model Indeks Tunggal

Model portofolio Markowitz dengan perhitungan kovarians yang kompleks seperti telah
dijelaskan diatas, selanjutnya dikembangkan oleh William Sharpe denganmenciptakan
model indeks tunggal. Model ini mengkaitkan perhitungan return setiap asset pada return
indeks
pasar.

Asumsi yang dipakai dalam model indeks tunggal adalah bahwa sekuritas akan
berkorelasi hanya jika sekuritas-sekuritas tersebut mempunyai respon yang sama terhadap
return pasar.Penyederhaan dalam model indeks tunggal tersebut ternyata bisa
menyederhanakan penghitungan risiko portofolio Markowitz yang sangat kompleks menjadi
perhitungan sederhana.
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Return dan risiko mempunyai hubungan yang positif, semakin besar risiko (risk) yang
ditanggung, semakin besar pengembalian (return) yang harus dikompensasikan. Sebaliknya,
semakin kecil return yang diharapkan, semakin kecil risiko yang ditanggung. Model
perhitungan risiko yang paling sering dipergunakan khususnya dalam investasi, yaitu secara
standar deviasi dan varian. Tingkat pengembalian faktor yang perlu diperhatikan adalah
seperti harga saham,dividend yang perlu. Hubungan antara risiko dengan tingkat
pengembalian adalah:
1. Bersifat linear atau searah

2. Semakin tinggi tingkat pengembalian maka semakin tinggi pula risiko

3. Semakin besar asset yang kita tempatkan dalam keputusan investasi maka
semakin besar pula risiko yang timbul dari investasi tersebut.
4. Kondisi linear hanya mungkin terjadi pada pasar yang bersifat normal

3.2 Saran

Makalah ini tentunya jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu masukan serta saran dari
para pembaca sangat kami harapkan demi tercapainya kesempurnaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi. Edisi 1. Kanisius.
Yogyakarta.
http://mujayani24.blogspot.com/2016/01/makalah-hasil-return-dan-risiko-risk.html

http://okta-wiskey.blogspot.com/2014/01/return-yang-diharapkan-dan-risiko.html

https://www.slideshare.net/rizalariza1/presentation1-porto-polio

Anda mungkin juga menyukai