Anda di halaman 1dari 3

Risiko dalam investasi

Ketika melakukan investasi maka perlu diketahui dan dipelajari apa saja risiko yang mungkin terjadi
dalam berinvestasi.

Risiko tidak sistematis, merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi,
sebab risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu, yakni:

a. Risiko bisnis
Merupakan risiko yang mungkin terjadi dari kelangsungan bisnis itu sendiri, seperti besarnya
ROE, ROI, laba perusahaan, besarnya hutang perusahaan dan masih banyak lagi.
b. Risiko ketidakpastian arus kas
Perubahan kuantitas penjualan akan berbpengaruh pada besarnya arus kan dan juga laba
perusahaan. Fluktuasi penjualan akan berdampak pada fluktuasi arus kas perusahaan. ketidak
pastian arus kas ini akan berdampak pula pada proyek jangka panjang perusahaan itu sendiri.
Namun pengukuran arus kan ini bisa dilakukan oleh perusahaan. Bagi investor, semakin tidak
pasti arus kas tersebut, maka investasi tersebut semakin berisiko. Tapi bukan berarti harus
dihindari, ada juga kategori dimana semakin besar risiko suatu investasi, semakin besar juga
return yang bisa didapatkan investor.

Risiko sitematis, merupakan suatu risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan
diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor makro yang dapat mempengaruhi
pasar secara keseluruhan.

a. Risiko suku bunga


Risiko suku bunga adalah risiko yang timbul karena nilai relatif aset berbunga, seperti pinjaman
atau obligasi, akan memburuk karena peningkatan suku bunga. Risiko ini bisa diartikan sebagai
risiko yang diakibatkan adanya perubahan suku bunga yang ada di pasar sehingga akan
mempengaruhi pendapatan investasi. Secara umum, jika suku bunga meningkat, harga obligasi
akan turun, demikian juga sebaliknya.
b. Risiko pasar
Risko pasar ini adalah risiko fluktuasi atau naik turunnya nilai aset yang disebabkan oleh
perubahan sentimen pasar keuangan (seperti saham dan obligasi) yang sering disebut juga
dengan risiko sistematik ( systematic risk), artinya risiko ini tidak bisa dihindari dan pasti akan
selalu dialami oleh investor.
c. Risiko likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko yang muncul akibat kesulitan menyediakan uang tunai dalam
jangka waktu tertentu. Hal ini bisa terjadi jika pihak pengutang tidak dapat menjual hartanya
karena tidak adanya pihak lain di pasar yang berminat membelinya. Sebagai contoh, suatu pihak
tidak dapat membayar kewajibannya yang jatuh tempo secara tunai, meskipun pihak tersebut
memiliki aset yang cukup bernilai untuk melunasi kewajibannya, tetapi ketika aset tersebut tidak
bisa dikonversikan segera menjadi uang tunai, maka aset tersebut dikatakan tidak likuid.
d. Risiko valuta asing adalah risiko yang disebabkan oleh perubahan kurs valuta asing di pasaran
yang tidak sesuai lagi dengan yang diharapkan terutama pada saat dikonversikan ke mata uang
domestik. Risiko jenis ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar uang suatu negara terhadap mata
uang negara lain. Pada umumnya, risiko jenis ini juga disebut sebagai currency risk atau dengan
exchange rate risk.
e. Risiko negara
Risiko ini dikenal dengan istilah sovereign risk, dan berkaitan dengan kondisi perpolitikan
negara. Dari risiko ini juga berkaitan dengan perubahan ketentuan perundang-undangan yang
berimbas pada perekonomian suatu negara, yang pada gilirannya berpengaruh terhadap iklim
investasi.

Cara mengatasi risiko investasi:

- Melakukan diversifikasi investasi. Diversifikasi berarti menempatkan dana investasi di beberapa


instrumen investasi yang berbeda karakteristiknya. Yang dimaksud dengan karakteristik disini
adalah likuiditas, risiko, dan potensi returnnya. Sebagai contohnya adalah potensi return jika
berinvestasi dalam pada saham akan berbeda dengan Obligasi, Sukuk, dan Reksa dana. Ada
pepatah mengatakan jangan menaruh seluruh telur dalam satu keranjang, ketika nanti jatuh
telurnya akan pecah semua. Filosofi pepatah ini diadaptasi dalam dunia investasi, dengan
menempatkan dana yang kita miliki ke beberapa intrusmen investasi untuk meminimalisasi
kerugian yang mungkin terjadi.
- Selalu update berita mengenai ekonomi makro, sehingga bisa mengambil keputusan yang tepat
jika terjadi perubahan lingkungan ekonomi makro.
- Memiliki perencanaan investasi yang matang, mulai dari tujuan investasi, besarnya profit yang
ingin dicapai, serta strategi-strategi investasi yang akan digunakan.
- Menyusun manajemen risiko dalam menghadapi situasi ketidakpastian, contohnya adalah kapan
anda akan mengakhiri investasi jika mengalami kerugian, jika dalam trading dikenal istilah cut
loss. Managemen risiko lain yang bisa Anda lakukan adalah hanya mempergunakan dana dingin
dalam berinvestasi, tidak berutang dan memakai uang hasil utangan untuk berinvestasi, tidak
memiliki utang, sudah memiliki dana darurat, dan tidak mengganggu uang belanja untuk
pemenuhan kebutuhan pokok di rumah.
- Switching
Switching adalah salah satu upaya untuk memperkecil risiko investasi. Misal untuk saat ini
instrumen investasi pilihan Anda ternyata sedang merugi, maka tidak ada salahnya juga untuk
mengganti dengan instrumen investasi yang sedang naik.

Sumber:

https://catatanmini.com/mengenal-risiko-investasi-bagian-pertama/#:~:text=Risiko%20investasi
%20adalah%20tingkat%20potensi,menyimpan%20kemungkinan%20risiko%20atau%20kerugian.
diakses pada 5 Mei 2021 pukul 18.34.

https://raizinvest.id/blog/risiko-investasi-yang-perlu-dipahami-setiap-investor/ diakses pada 5 Mei


2021 pukul 18.44.

Husnan, Suad. 2020. “Manajemen Keuangan”. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai