Risiko inflasi adalah risiko yang diambil oleh investor saat memegang uang tunai atau berinvestasi
dalam aset yang tidak terkait dengan inflasi. Risikonya adalah bahwa nilai tunai akan berkurang
oleh inflasi.
3. Resiko nilai tukar mata uang
Risiko valuta asing (valas) adalah risiko yang disebabkan oleh perubahan kurs valuta asing di
pasaran yang tidak sesuai lagi dengan yang diharapkan, terutama pada saat dikonversikan dengan
dengan mata uang domestik. Risiko jenis ini berkaitan dengan sebuah fluktuasi nilai tukar rupiah
terhadap mata uang negara lain.
Pada umumnya, risiko jenis ini juga disebut sebagai currency risk atau dengan exchange rate
risk. Sebagai contoh, investor ingin menanamkan investasi yang mengharuskannya menggunakan
mata uang dolar AS. Di saat yang sama, kurs rupiah terhadap dolar AS lemah, sehingga investor
harus mengeluarkan rupiah dengan jumlah yang lebih banyak dibandingkan ketika nilai rupiah
menguat.
4. Resiko komoditas
Risiko komoditas adalah risiko yang disebabkan oleh perubahan harga komoditas tertentu karena
berbagai faktor. Risiko jenis ini berkaitan dengan fluktuasi harga komoditas serta dipengaruhi oleh
permintaan dan penawaraan. Investasi komoditas biasanya dilakukan melalui perusahaan pialang
berjangka atau broker.
5. Resiko likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko yang muncul akibat kesulitan menyediakan uang tunai dalam jangka
waktu tertentu. Misalnya, suatu pihak tidak dapat membayar kewajibannya yang jatuh tempo
secara tunai. Risiko investasi ini sering dialami oleh industri perbankan. Meskipun pihak tersebut
memiliki aset yang cukup bernilai untuk melunasi kewajibannya, tetapi ketika aset tersebut tidak
bisa dikonversikan segera menjadi uang tunai, maka aset tersebut dikatakan tidak likuid.
6. Resiko Reinvestment
Risiko ini merupakan risiko yang terjadi pada penghasilan dari suatu aset keuangan yang
mengharuskan perusahaan untuk melakukan aktivitas reinvest. Jadi, ketika hendak
melakukan reinvest, perusahaan harus benar-benar memahami apa itu reinvest serta bagaimana
caranya agar bisa mengatur atau mengelola risiko investasi ini.
7. Resiko financial
Risiko ini terkait dengan struktur pendanaan yang dilakukan sebuah perusahaan. Sumber
pendanaan perusahaan bisa dari pemegang saham dalam bentuk saham biasa atau saham
preferen, atau melalui pinjaman jangka pendek atau jangka panjang.
Ketika perusahaan banyak menggunakan pendanaan dengan utang atau saham preferen yang
cenderung punya kewajiban tetap, maka perusahaan dianggap lebih berisiko. Pinjaman dianggap
sebagai leverage yang memiliki dua sisi. Di satu sisi, bisa menaikkan keuntungan perusahaan
ketika kondisi ekonomi baik. Sedangkan di sisi lain dapat menjadi risiko ketika ekonomi memburuk
atau jelek.
8. Resiko Bisnis
Risiko ini biasanya berkaitan dengan bisnis perusahaan tersebut. Biasanya, perusahaan dalam
satu sektor dengan bisnis yang sama dianggap punya risiko yang sama. Karena itu, pelaku pasar
dalam membentuk portofolio jangan membeli beberapa saham dari satu sektor yang sama,
terutama kalau bisnis perusahaan itu sama.