Anda di halaman 1dari 10

BAB III

TINJAUAN TEORI

3.1 Pelayanan Lalu Lintas Udara


Menurut Endar Sugiarto (2002), pelayanan adalah upaya maksimal yang
diberikan oleh petugas pelayanan dari sebuah perusahaan industri untuk
memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan sehingga tercapai kepuasan.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pelayanan sebagai
usaha melayani kebutuhan orang lain. Sedangkan melayani adalah membantu
menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan seseorang.
Secara umum tugas seorang pemandu lalu lintas penerbangan adalah
memberikan pelayanan lalu lintas penerbangan (Air Traffic Services) kepada
semua pesawat dibawah panduannya. Jadi, pelayanan lalu lintas udara merupakan
istilah umum yang memiliki bermacam-macam arti, pelayanan informasi
penerbangan, pelayanan peringatan bahaya, petunjuk lalu lintas udara, pelayanan
pengaturan lalu lintas udara (pelayanan dalam control area, pelayanan dalam
approach control, atau pelayanan dalam wilayah aerodrome).
3.1.1 Tujuan Pelayanan Lalu Lintas Udara
Tujuan Pelayanan lalu lintas udara yang terdapat dalam Annex 11 Air
Traffic Services adalah:
a. Prevent collisions between aircraft;
b. Prevent collisions between aircraft on the manoeuvring area and
obstructions on that area;
c. Expedite and maintain an orderly flow of air traffic;
d. Provide advice and information useful for the safe and efficient
conduct of flights;
e. Notify appropriate organizations regarding aircraft in need of
search and rescue aid, and assist such organizations as required.
Artinya:
a. Mencegah tabrakan antar pesawat;

24
b. Mencegah tabrakan antar pesawat di area pergerakan dan halangan di
area tersebut;
c. Mempercepat dan memperlancar arus lalu lintas udara;
d. Memberikan saran dan informasi berguna bagi keselamatan dan
efisiensi penerbangan
e. Memberitahukan instansi yang berkaitan dengan pesawat yang
membutuhkan pertolongan unit SAR (Search and Rescue) dan
membantu instansi tersebut, apabila diperlukan.
3.1.2 Divisi Pelayanan Lalu Lintas Udara
Divisi pelayanan lalu lintas udara dibagi menjadi tiga bagian berikut:
a. Area Control Service harus diadakan oleh :
 Area Control Center, atau
 Unit yang memberikan approach control service dalam control
zone (CTR) atau control area (CTA) apabila area control centre
tidak didirikan.
b. Approach Control Service harus diadakan oleh :
 Aerodrome Control Tower atau Area Control Centre jika
diperlukan atau memungkinkan untuk penggabungan unit
(combined unit) di bawah tanggung jawab satu unit yang
berfungsi untuk memberikan Approach Control Service dan
Aerodrome Control Service atau Approach Control Service dan
Area Control Service, atau
 Approach Control Office, apabila perlu mendirikan suatu unit
yang terpisah.
c. Aerodrome Control Service harus diberikan oleh Aerodrome Control
Tower.
 Area control service: pemberian pelayanan pengaturan lalu lintas
udara bagi pesawat yang berada dalam controlled airspace.
 Approach control service: pemberian pelayanan pengaturan lalu
lintas udara dalam controlled airspace bagi pesawat yang pergi
atau datang, dari dan menuju suatu bandara.

25
 Aerodrome control service: pemberian pelayanan pengaturan lalu
lintas udara bagi pesawat yang beroperasi di sekitar bandara.
d. Pelayanan informasi penerbangan
e. Pelayanan peringatan bahaya

3.2 Keselamatan Penerbangan


Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No : KM 93 Tahun 2016 tentang
Program Keselamatan Penerbangan Nasional, penerbangan adalah satu kesatuan
sistem yang terdiri atas pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara,
angkutan udara, navigasi penerbangan, keselamatan dan keamanan, Iingkungan
hidup, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya. Sedangkan
Keselamatan Penerbangan adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan
keselamatan dalam pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara,
angkutan udara, navigasi penerbangan, serta fasilitas penunjang dan fasilitas
umum lainnya.
Berdasarkan BAB II Peraturan Menteri Perhubungan No: KM 93 Tahun 2016,
dijelaskan bahwa, Keselamatan penerbangan merupakan tanggung jawab seluruh
pemangku kegiatan dibidang penerbangan, dorongan untuk mematuhi dan
mengikuti standar tingkat keselamatan harus dimulai dari tingkat tertinggi
manajemen di setiap organisasi.
Keselamatan penerbangan adalah kunci bagi penyedia jasa penerbangan agar
dapat berkontribusi dalam memenuhi kepentingan negara. Standar lCAO
menyatakan prioritas utama dalam penerbangan adalah tercapainya sebuah sistem
yang selamat (safe). Tindakan untuk mewujudkan keselamatan penerbangan harus
didukung oleh fakta, data dan persepsi masyarakat mengenai unsur-unsur yang
dibutuhkan untuk mencapai keselamatan.
Tingkat risiko keselamatan yang dapat diterima berpengaruh terhadap sistem
keselamatan penerbangan, yang akan menurun jika terjadi kecelakaan. Kejadian
serius dan kecelakaan dapat merusak nama baik penyedia jasa penerbangan,
Pemerintah dan negara. Dalam kejadian serius dan kecelakaan, faktor kesalahan

26
manusia berkontribusi terbesar. Kelemahan fungsi-fungsi manajemen juga
berkaitan dengan banyaknya kesalahan tersebut.
Pengembangan dan keberlangsungan penyedia jasa penerbangan di Indonesia
sangat penting untuk pengembangan kebijakan transportasi di Indonesia guna
mendukung tujuan pemerintah untuk menjadi yang terdepan di kawasannya, juga
untuk pertumbuhan ekonomi, peningkatan lapangan kerja, keselamatan public dan
keamanan nasional. Penerbangan merupakan salah satu moda transportasi, yang
pada intinya membantu mempersatukan negara.

3.3. Bahaya dalam Dunia Penerbangan


Untuk memahami apa saja yang menjadi jenis bahaya dalam dunia
penerbangan, maka perlu diulas definisi dari bahaya itu sendiri. Berdasarkan
Peraturan Menteri Perhubungan No: KM 93 Tahun 2016 tentang Program
Keselamatan Penerbangan Nasional, Hazard adalah potensi yang dapat
mengancam keselamatan penerbangan.
Bahaya atau Hazard juga merupakan sumber potensi kerusakan atau situasi
yang berpotensi untuk menimbulkan kerugian. Sesuatu disebut sebagai sumber
bahaya jika memiliki resiko yang menimbulkan hasil yang negative (Cross, 1998).
Bahaya diibaratkan sebagai contoh jika salah satu bagian dari rantai kejadian
hilang, maka suatu kejadian tidak akan terjadi. Bahaya dapat terjadi dimana saja
begitupun dalam dunia penerbangan.
Pada bab ini, akan dibahas secara khusus tentang bahaya dalam dunia
penerbangan antara lain, balon, layang-layang, serta drone yang beroperasi di
sekitar Bandar Udara Sam Ratulangi Manado. Seperti yang telah diketahui
bersama, hal tersebut tentunya mengancam kemanan dan keselamatan dalam
dunia penerbangan. Seringkali masyarakat menyelenggarakan event dengan cara
melepas balon sebagai tanda pembuka. Ataupun bermain layangan bagi anak-anak
kecil. Serta banyak individu maupun kelompok yang dalam hal ini komunitas
yang menyalurkan hobi mereka dengan mengoperasikan drone secara liar tanpa
mengetahui batasan yang telah ditetapkan dalam peraturan penerbangan. Bagi
masyarakat awam, hal ini sudah menjadi kebiasaan dan tidak akan merugikan atau

27
membahayakan. Padahal, berdasarkan kacamata penerbangan, hal ini berdampak
negatif yang dapat menimbulkan kecelakaan terhadap pesawat yang tentunya akan
merugikan pihak bandara, airlines, pemerintah dan bahkan dapat menimbulkan
korban jiwa.

3.4. Regulasi atau Peraturan Terkait Benda Asing


Peristiwa kecelakaan pesawat sebagai akibat dari benda asing tersebut yang
beroperasi di area jurisdiction, bisa diminimalisir jika pemerintah dan pihak
bandara dapat mempertegas regulasi yang telah dibuat dan masyarakat dengan
sikap terbuka dapat mencari tahu dan memahami segala regulasi penerbangan
secara umum. Benda asing yang akan dibahas antara lain balon, layang-layang
serta drone.

3.4.1 Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor: PM 40


Tahun 2018
 Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan, yang selanjutnya
disingkat KKOP adalah wilayah daratan dan/atau perairan serta
ruang udara di sekitar Bandar Udara yang digunakan untuk kegiatan
operasi penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan
penerbangan.
 Controlled Airspace adalah jenis ruang udara yang diberikan
pelayanan lalu lintas penerbangan berupa pelayanan pemanduan lalu
lintas penerbangan (air traffic control Service), pelayanan informasi
penerbangan (flight information Service) dan pelayanan kesiagaan
(alerting Service).
 Uncontrolled Airspace adalah jenis ruang udara yang diberikan
pelayanan lalu lintas penerbangan berupa pelayanan informasi
penerbangan (flight information Service), pelayanan kesiagaan
(alerting Service) dan pelayanan saran lalu lintas penerbangan (air
traffic advisory Service).

28
 Kawasan Udara Terlarang (Prohibited Area) adalah ruang udara
tertentu di atas daratan dan/atau perairan, dengan pembatasan yang
bersifat permanen dan menyeluruh bagi semua pesawat udara.
 Otoritas Bandar Udara adalah lembaga pemerintah yang diangkat oleh
Menteri dan memiliki kewenangan untuk menjalankan dan
melakukan pengawasan terhadap dipenuhinya ketentuan peraturan
perundang-undangan untuk menjamin keselamatan, keamanan, dan
pelayanan penerbangan.
 Balon Udara adalah benda yang lebih ringan dari pesawat udara yang
tidak digerakkan oleh mesin, namun dapat terbang karena diisi
dengan gas yang dapat mengapung (gas buoyancy) atau melalui
pemanasan udara (airborne heater).

3.4.2 Sanksi Pidana Bagi Pelanggaran Pengoperasian


Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor: PM 9
Tahun 2009 pada bagian 101.5 Operasi Dalam Area Terlarang atau Area
yang Dibatasi: Tidak seorangpun boleh mengoperasikan balon udara
yang ditambatkan, layang-layang, roket tanpa awak, atau balon udara
bebas tanpa awak di dalam area terlarang atau area restricted (terbatas)
kecuali telah mendapat izin dari penguasa area tersebut atau instansi
yang mengawasi, sebagaimana mestinya.
Berdasarkan Pasal 210 UU No. 1 Tahun 2009, mengatur mengenai
larangan membuat halangan yang dapat mengganggu keselamatan
penerbangan, yakni: “Setiap orang dilarang berada di daerah tertentu di
bandar udara, membuat halangan (obstacle), dan/atau melakukan
kegiatan lain di kawasan keselamatan operasi penerbangan yang dapat
membahayakan keselamatan dan keamanan penerbangan, kecuali
memperoleh izin dari otoritas bandar udara.”
Ketentuan Pidana bagi orang yang melanggar ketentuan tersebut
diatur dalam Pasal 421 UU No. 1 Tahun 2009, yaitu:

29
Ayat (1) “Setiap orang berada di daerah tertentu di bandar udara, tanpa
memperoleh izin dari otoritas bandar udara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 210 dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)
tahun atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).”
Ayat (2) “Setiap orang membuat halangan (obstacle), dan/atau
melakukan kegiatan lain di kawasan keselamatan operasi penerbangan
yang membahayakan keselamatan dan keamanan penerbangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 210 dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).”

3.4.3 Perizinan Pengoperasian Balon Udara Bebas Tanpa Awak


Berdasarkan Permenhub KM 9 Tahun 2009, Tidak seorangpun boleh
mengoperasikan balon udara bebas tanpa awak:
(a) Kecuali jika diberi hak oleh ATC, di bawah 2.000 kaki di atas
permukaan di dalam batasan-batasan lingkar lateral area permukaan
Kelas B, Kelas C, Kelas D, atau Kelas E airspace menunjuk suatu
bandar udara;
(b) Pada tiap-tiap ketinggian dimana awan atau gejala awan gelap lebih
dari memenuhi 5 per 10 yang terjadi;
(c) Sepanjang 1.000 kaki pertama pendakian, di atas suatu area kota
besar, kota, atau perkampungan atau suatu sekelompok orang di
udara terbuka yang tidak berhubungan dengan operasi tersebut;

3.4.4 Perizinan Pengoperasian Balon Udara yang Ditambatkan atau


Layang-Layang
Selain itu, dalam Nomor 101.13 huruf (a) Lampiran Permenhub NO
KM 9 Tahun 2009 diatur mengenai batas yang tidak boleh untuk
mengoperasikan sebuah balon udara yang ditambatkan atau layang-
layang:

30
(a) Kurang dari 500 kaki (152,5 m) dari dasar awan;
(b) Lebih dari 500 kaki (152,5 m) di atas permukaan tanah;
(c) Dari suatu area dimana jarak pandang di tanah adalah kurang dari 3
mil; atau
(d) Dalam radius 5 mil (8.045 m) dari setiap Bandar Udara.

Ketentuan di atas dikecualikan untuk pengoperasian balon udara


yang dilindungi jaring (shielded) atau layang-layang dimana ujung atas
struktur mencapai 250 kaki (76,25 m) jika pelindung (shielded)
pengoperasian tersebut tidak menutupi/mengaburkan semua penerangan
pada struktur.

3.4.5 Perizinan Pengoperasian Drone


Drone disebut juga sebagai pesawat udara tanpa awak. Saat ini drone
juga tidak hanya dipakai dalam industri pemetaan dan beberapa praktisi
di bidang geografis saja, namun melebar pada sebuah komunitas dan
bahkan ada beberapa yang memiliki drone secara pribadi. Drone tersebut
memiliki regulasi khusus yang harus diperhatikan secara seksama oleh
para penggunanya. Berdasarkan CASR 107:
- Bagian 107.2:
Tidak seorang pun dapat mengoperasikan sistem pesawat udara
tanpa awak untuk keperluan hobi atau rekreasi kecuali:
(1) Pesawat udara kecil tanpa awak yang diterbangkan hanya untuk
keperluan hobi atau rekreasi (dengan mempertimbangkan
peraturan yang telah ditetapkan);
(2) Pesawat udara kecill tanpa awak yang dioperasikan berdasarkan
organisasi berbasis komunitas;
(3) Pesawat udara kecil tanpa awak yang dibatasi tidak lebih dari 15
pounds (7 Kg).

31
- Bagian 107.29 yaitu pengoperasian siang hari: Tidak seorang pun
dapat mengoperasikan sistem pesawat udara kecil tanpa awak
kecuali di antara waktu dari matahari terbit sampai matahari
terbenam.
- Bagian 107.43 yaitu pengoperasian di sekitar bandar udara: Tidak
seorang pun dapat mengoperasikan pesawat udara tanpa awak
dengan cara menganggu pengoperasian dan jalur lalu lintas pesawat
udara di bandar udara, tempat pendaratan, dan lepas landas
helikopter, atau pesawat amfibi.
Berdasarkan PM 47 Tahun 2016, jika drone beroperasi pada
controlled airspace maka harus mengajukan izin operasi sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan. Seperti contoh NOTAM yang berlaku di
Bandar Udara Sam Ratulangi Manado terkait dengan keberadaan UAV
(Unmanned Aerial Vehicle) atau bisa disebut juga drone yang jaraknya
kurang dari 5 NM dari “MNO” VOR/DME. Jika halnya beroperasi pada
uncontrolled airspace maka hanya diizinkan terbang dengan ketinggian
dibawah 500 ft (150 m).

3.4.6 Perizinan Pengoperasian Balon BMKG


Balon yang digunakan dan diterbangkan BMKG untuk pengamatan
cuaca ada 2 jenis, yaitu balon pibal (pilot balon) yang berwarna merah,
dan balon rason (radio sonde) yang berwarna putih. Kedua jenis balon
ini tidak dilarang penggunaan dan pelepasannya karena untuk
kepentingan pengamatan cuaca dan tidak melanggar ketentuan PM No
40 tahun 2018.
 Balon pibal atau pengamatan pibal digunakan untuk mengukur dan
mengetahui arah dan kecepatan angin pada lapisan udara atas. Balon
ini berwarna merah dan terbuat dari karet berukuran 3 inci sebelum
diisi gas, dan berukuran sekitar 40 cm setelah diisi gas. Balon ini
biasanya dilepaskan atau diterbangkan 2 sampai 4 kali per hari pada
jam 06.15 WIB, 12.15 WIB, 18.15 WIB dan 00.15 WIB.

32
 Balon rason digunakan untuk pengamatan radio sonde yaitu
pengamatan pengukuran profil termodinamika kinematika secara
vertikal, pengamatan arah dan kecepatan angin lapisan udara atas.
Balon ini berwarna putih berukuran 350 sampai 600 gram dan diisi
dengan helium atau hidrogen, dan setelah terisi gas diameternya
berukuran sekitar 1 sampai 1,3 m. Rason merupakan balon terbang
yang membawa seperangkat transmitter dan sensor yang digunakan
untuk mengukur parameter atmosfer dan mengirimkan data tersebut
ke stasiun penerima melalui frekuensi radio tertentu.
Variabel yang diukur atau dihitung adalah tekanan udara,
ketinggian, posisi (latitude/longitude), suhu udara, kelembaban
udara, arah dan kecepatan angin yang mencapai lapisan 10 milibar
atau 100.000 kaki (feet) atau sekitar 30 km dari permukaan bumi.
Perangkat balon rason ini dilepaskan 1 sampai 2 kali per hari yaitu
pada jam 06.00 WIB dan 18.00 WIB.
Sebagai infromasi tambahan, balon Radiosonde sama seperti
balon-balon lainnya, ada waktunya akan pecah pada ketinggian
tertentu. Dan karena tidak memungkinkan bagi BMKG untuk
mengambil kembali atau menelusuri lokasi jatuhnya transmitter
Radiosonde, maka biasanya peralatan akan dibiarkan saja jatuh
dimanapun tempatnya. Nah, jika suatu saat ada benda mirip dengan
transmitter jatuh di lingkungan kita, jangan khawatir, itu bukan bom
atau benda membahayakan lainnya, tapi peralatan pengamatan
Radiosonde. Petugas BMKG telah menyertakan stiker khusus pada
alat, bahwa alat tersebut adalah peralatan pengamatan milik BMKG.

33

Anda mungkin juga menyukai