Anda di halaman 1dari 22

MATA KULIAH

LAPANGAN TERBANG
DOSEN PENGAMPU

IR. MELLOUKEY ARDAN, MT


MATA KULIAH

AIR TRAFFIC CONTROL


PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MEDAN AREA
KELOMPOK 6
 KHAIRUNNISA NADIA ANGGRAINI (188110147)
 RINI MALAU (188110163)
 NURUL AULIA RAHMA (188110075)
 NILAM CAHYA (188110079)
 JAHIRAS SIRINGO RINGO (188110067)
 SAMUEL PURBA (188110099)
 KEVIN ALFA ZEBUA (188110091)
 GUNAWAN LISBON SIBORO (178110084)
 GABRIEL MASRAIN SIMATUPANG (178110111)
APA ITU AIR TRAFFIC CONTROL
Air Traffic Control System atau dalam bahasa Indonesia disebut
sistem control lalu lintas udara adalah sistem yang mengatur lalu-
lintas di udara terutama pesawat terbang untuk mencegah
pesawat terlalu dekat satu sama lain dan tabrakan. ATCS atau
yang disebut dengan Air Traffic Control System merupakan
sistem pengatur lalu lintas udara yang tugas utamanya mencegah
pesawat terlalu dekat satu sama lain dan menghindarkan dari
tabrakan (making separation).
Air Traffic Controller melakukan aktivitas pekerjaannya
di wilayah terbatas yang ada di suatu bandar udara.
Mereka bekerja dibelakang layar radar, di ruang kendali
lalu lintas udara dan diatas menara atau tower. Menara
ATC biasanya merupakan bangunan tertinggi di
lingkungan bandara. Menara ATC bandara besar biasanya
beroperasi selama 24 jam. Semakin luas dan besar
bandaranya dan semakin panjang landasannya menara
ATC yang ada ada pada umumnya akan lebih tinggi.
Tujuan Air Traffic Control Sistem

Berikut ini adalah tujuan pelayanan sistem lalu lintas udara yang diberikan oleh ATCS

berdasarkan Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (PKPS) bagian 170:


 Mencegah tabrakan antarpesawat.
 Mencegah tabrakan antarpesawat di area pergerakan rintangan di area tersebut.
 Mempercepat dan mempertahankan pergerakan lalu lintas udara.
 Memberikan saran dan informasi yang berguna untuk keselamatan dan efisiensi
pengaturan lalu lintas udara.
 Memberitahukan kepada organisasi yang berwenang dalam pencarian pesawat
yang memerlukan pencarian dan pertolongan sesuai dengan organisasi yang
dipersyaratkan.
Gedung ATC sendiri terdiri dari 3 bagian,
yaitu :

Aerodrome Control Service (TWR)


1 Fungsi Aerodrome Control Service
(TWR)adalah bekerja sama dengan Ground
Control atau petugas lalu lintas pesawat di
darat.
Bagian TWR akan memberikan izin terbang
clear for take-off dan izin mendarat clear to
land kepada setiap pesawat.
petugas di bagian ini harus menguasai
semua jenis dan ukuran pesawat, tujuannya
adalah untuk menentukan jarak
keberangkatan satu pesawat dengan pesawat
lainnya.
Area Control Service (ACC)
2 Yang berfungsi untuk mengatur lalu lintas udara
untuk pesawat yang berada di luar jarak
pandang tower ATC.
Pekerjaan petugas ATC di antaranya adalah
memberikan informasi tentang cuaca, lalu lintas
udara, dan petunjuk penerbangan kepada pilot.
Petugas ATC juga bertugas untuk membantu
kelancaran arus lalu lintas udara, yang bertujuan
untuk mencegah tabrakan antar pesawat.
Selain itu, petugas ATC juga memberikan
beberapa petunjuk kepada pilot saat masih
bersiap lepas landas hingga lepas landas, dan
juga mengendalikan keadaan darurat di dalam
pesawat.
Approach Control Service (APP)
3 Mempunyai tugas untuk mengatur
ketinggian pesawat dan pemisah di
atas ketinggian 4.000 kaki atau
sampai TWR tidak melihat posisi
pesawat sampai ketinggian 15.000
kaki.
Tugas APP lainnya adalah mengatur
pesawat saat berada di sekitar
bandara, baik yang mendekat
maupun yang akan berangkat.
Air Traffic Controller Pertama di Dunia

Bila ditarik kebelakang, sejarah air traffic control mungkin dimulai 2 dekade setelah Wright

bersaudara menemukan pesawat pada tahun 1903. Tidak lama setelah perang dunia pertama

(PD I) berakhir, orang mulai menyadari bahwa pesawat terbang memiliki potensi keuntungan

dan komersil. Pada saat inilah beberapa perusahaan penerbangan komersial terbentuk. Pada

akhir tahun 1920, telah terdapat beberapa perusahaan penerbangan komersial di Eropa

seperti KLM di Belanda, 2 perusahaan penerbangan Perancis, 1 di Belgia dan 8 di Inggris.


Air Traffic Control Indonesia Dimata Dunia

Pada Tahun 2008 Indonesia terpilih sebagai salah satu pemenang Air
Traffic Control (ATC) Global Awards. Hadiah tersebut diterima oleh
DR. Budi Muliawan Suyitno, Direktur Jenderal Perhubungan Udara,
Departemen Perhubungan pada tanggal 11 Maret 2008 di Amsterdam.
lndonesia ditetapkan sebagai pemenang atas upaya lndonesia dalam
merealisasikan penggunaan penemuan teknologi baru, yaitu
pembangunan stasiun “automatic dependent surveillance” (ADS) guna
memantau dan melacak posisi pesawat terbang yang melintasi wilayah
lndonesia secara akurat dan terintegrasi. Dengan metode tersebut
keterbatasan jangkauan radar dapat teratasi, karena pesawat secara
otomatis dapat melaporkan posisinya melalui pengenalan kombinasi
sistem antara teknologi GPS dan data untuk melacak posisi pesawat
Cara Kerja Air Traffic Control

Kontrol Lalu Lintas Udara


1 Segala aktifitas pengaturan lalulintas udara dikendalikan
dari ruang air traffic control. Sedangkan Ruang Air Traffic
Control sendiri terdiri dari empat unit tugas yaitu :
 Data Analyzing Room
 En-route Control Unit
 Pilot Unit
 Terminal Control Unit
Pada ruang Air Traffic Control bekerja para petugas
pengatur lalu lintas udara (air traffic controller) yang
bertugas memantau dan mengarahkan lalulintas pergerakan
semua pesawat yang terpantau di angkasa.Dalam
menjalankan tugasnya, para petugas pengatur lalulintas
udara memantau pergerakan pesawat dari alat Air Traffic
Control Display.
Sistem Pendaratan Pesawat
2 Instrument Landing System adalah
suatu sistem peralatan yang ada di Bandar
udara yang digunakan untuk memandu
pesawat dalam melakukan pendaratan
dengan aman dan lancar.
Instrument Landing System
menggunakan dua transmisi.Transmisi
yang pertama berfungsi untuk memandu
pesawat menuju landasan pacu, transmisi
yang kedua menginformasikan tentang
ketinggian pesawat dari landasan pacu.
Alur pendaratan pesawat terbang dengan dipandu Instrument
3 Landing System
Setelah memberi tahu pada bandara yang dituju, awak pesawat
menunggu instruksi dari petugas Air Traffic Control. Pesawat akan
diarahkan oleh Instrument Landing System melaui radio beacon
untuk menentukan arah pendaratan agar tepat pada tengah tengah
landasan pacu.

Ground Controlled Approach.


4 Pesawat yang terpantau radar akan diarahkan oleh
operator Ground Controlled Approach tentang petunjuk
pendaratan pesawat terbang, dengan tujuan pesawat dapat
mendarat dengan aman. Pekerjaan ini menuntut
konsentrasi yang tinggi dari operatornya, sehingga
diperlukan kerja shift karena bandara beroperasi dua
puluh empat jam.
Pelayanan Air Traffic Control
ATC memberikan layanan kepada pesawat udara dalam penerbangan
antara bandara juga. Pilot terbang di bawah salah satu dari dua set aturan
untuk pemisahan : Aturan Penerbangan Visual ( VFR ) atau Flight Rules
Instrumen (IFR). Pengendali lalu lintas udara memiliki tanggung jawab
yang berbeda untuk operasi pesawat di bawah perangkat peraturan yang
berbeda . Sementara penerbangan IFR berada di bawah kontrol positif ,
di VFR pilot AS dapat meminta berikut penerbangan, yang menyediakan
layanan konsultasi lalu lintas secara memungkinkan waktu dan juga
dapat memberikan bantuan dalam menghindari bidang cuaca dan
pembatasan penerbangan. Di seluruh Eropa , pilot dapat meminta "
Informasi Penerbangan Service" yang mirip dengan berikut
penerbangan. Di Inggris dikenal sebagai “Lalu Lintas Layanan”
Contoh Aplikasi Air Traffic pada
Penerbangan
Berikut disampaikan proses (contoh) penerbangan pesawat dari Jakarta-Surabaya. Penerbang akan

selalu mengisi FPL (Flight Plan) dengan data-data sesuai formulir yang telah disediakan. Namun untuk

penerbangan yang berjadwal operator penerbangan akan menyampaikan RPL (Repetitive Fight Plan)

ke Unit BO (Briefing Office) dan Unit FDO (Flight Plan Data Operator) untuk kemudian dimasukkan

ke dalam sistim otomasi.

1. Awal mula penerbang akan selalu meminta ATC Clearance sebelum menghidupkan mesin dan

bersiap meninggalkan lokasi parkir. (CDL)

2. Setelah lengkap menjawab ATC Clearance 10 menit kemudian penerbang akan meminta untuk

menghidupkan mesin pesawat dan mundur dari lokasi parkir.


3. Masing-masing terminal keberangkatan mempunyai unit sendiri. Untuk terminal A-B-C penerbang akan

berkomunikasi dengan GS, sedangkan terminal D-E-F dengan GN.

4. Setelah pesawat tuntas menghidupkan mesin dan pada posisi siap untuk berjalan, maka penerbang akan

minta ijin untuk taxi. Dipandulah pesawat tersebut menuju titik dimana akan memulai take-off. Dalam

bahasa kami holding position.

5. Dipertengahan jalan pada posisi yang sudah clear dengan pesawat yang lain penerbang akan diberi istruksi

untuk berkomunikasi dengan unit TWR, karena tanggung jawab TWR yang akan memberangkatkan

peswat tsb.

6. Proses untuk keberangkatan ini akan tergantung dengan pesawat lain yang akan mendarat ataupun pesawat

yang berada di depannya. Sehingga perhitungan dan pengalaman seorang ATC untuk memberangkatkan

pesawat sangat berperan.


7. Sesaat pesawat memulai mengudara, penerbang akan diminta berkomunikasi

dengan unit TE, setelah lepas ketinggian tertentu penerbang diminta

berkomunikasi dengan unit LE, demikian seterusnya hingga ke unit US.

8. Setiap sektor pemanduan LLU, ATC yang bertugas mempunyai tanggung

jawab memisahkan antar pesawat dengan separasi yang sesuai.


9. Unit US akan selalu berkoordinasi dengan Unit Makassar ACC akan
keberadaan pesawat yang dimaksud, sehingga pada suatu titik pesawat tsb
akan dilimpahkan status tanggung jawabnya ke wilayah udara Makassar
10. Makassar ACC akan memandu pesawat tersebut hingga memasuki wilayah udara Surabaya

TMA, dan seterusnya pada akhirnya penerbang akan berkomunikasi dengan Juanda TWR

untuk melaksanakan pendaratan. Dan melaju ke tempat parkir pesawat di apron.

Inti dari paparan diatas adalah setiap pergerakan pesawat terbang akan selalu terpantau oleh

ATC, karena penerbang selalu berkomunikasi dengan unit-unit ATC, baik itu dalam kondisi

normal ataupun dalam kondisi abnormal.


Waktu Kerja Air Traffic Control
Sebanding dengan beban kerja yang tinggi, waktu bekerja
ATC dibatasi secara internasional. Dalam sehari, pada
umumnya ATC bekerja selama 6 hingga 7 jam, dengan
perhitungan bekerja setiap 2 jam lalu kemudian diselingi
istirahat. Selain batasan harian, waktu bekerja untuk juga
dibatasi sekitar 30 jam seminggu dan diberikan waktu
istirahat 45 menit setelah 2 jam melaksankan controlling dan
juga diberikan istirahat selama 45 menit setelah
melaksanakan assistant controlling.
Syarat Bangunan Air Traffic Control
Berdasarkan pelaksaaan di lapangann Struktur bangunan Air
Traffic Control harus memenuhi syarat struktur pelat harus
mempunyai rasio penulangan serta memenuhi syarat
kekuatan. Struktur balok harus memenuhi syarat rasio
penulangan serta memenuhi syarat kekuatan lentur dan geser.
Dan untuk struktur baja, struktur kolam baja harus
memenuhi syarat interaksi kuat aksial dan lentur.
Peraturan Air Traffic Control
Pelaksanaan fungsi Lalu Lintas Udara (Air Traffic
Control) di dalam memberikan keselamatan dan
kenyamanan bagi penerbangan ditinjau dari Undang
– undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang
penerbangan.
“DUNIA KONTRUKSI DILUAR MENANTI ANDA
HADIRLAH DENGAN KULITAS”
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai