Anda di halaman 1dari 6

Konfigurasi Runway

Konfigurasi bandar udara adalah implementasi dari pengaturan dan penempatan letak landasan
pacu dan landasan penghubung seefisien mungkin terhadap posisi gedung terminal yang didasarkan
atas desain geometris landasan pacu dan landasan penghubung serta analisis angin (wind analysis)

Beberapa bentuk dari konfigurasi dasar runway (Horonjeff, 1994) adalah sebagai berikut :

⦁ Runway Tunggal
Konfigurasi ini merupakan konfigurasi yang paling sederhana. Kapasitas landasan pacu jenis ini
dalam kondisi VFR berkisar diantara 50 sampai 100 operasi per jam, sedangkan dalam kondisi IFR
kapasitasnya berkurang menjadi 50 sampai 70 operasi, tergantung pada komposisi campuran
pesawat terbang dan alat-alat bantu navigasi yang tersedia.
Kondisi VFR berkisar diantara operasi perjam, sedangakan kondisi IFR kapasitasnya berkurang
operasi, tergantung campuran pesawat terbang dan alat” bantu navigasi yang tersedia.

Kondisi VFR (Visual Flight Rules) adalah kondisi penerbangan dengan keadaan cuaca yang
sedemikian rupa sehingga pesawat terbang dapat mempertahankan jarak pisah yang aman dengan
cara” visual. Kondisi IFR (Instrument Flight Rules) adalah kondisi penerbangan apabila jarak
penglihatan atau batas penglihatan berada dibawah yang ditentukan VFR. Dalam kondisi IFR jarak
pisah yang aman diantara pesawat merupakan tanggung jawab petugas pengendali lalu lintas udara,
sedangkan dalan kondisi VFR hal itu merupakan tanggung jawab penerbang.
⦁ Runway Sejajar
Kapasitas sistem ini sangat tergantung pada jumlah landasan pacu dan jarak diantaranya. Untuk
runway sejajar berjarak rapat, menengah dan renggang kapasitasnya perjam dapat bervariasi di
antara 100 sampai 200 operasi dalam kondisi-kondisi VFR, tergantung pada komposisi campuran
pesawat terbang. Sedangkan dalam kondisi IFR kapasitas perjam untuk yang berjarak rapat berkisar
di antara 50 sampai 60 operasi, tergantung pada komposisi pesawat terbang. Untuk landasan pacu
sejajar yang berjarak menengah kapasitas per jam berkisarantara 60 sampai 75 operasi dan untuk
yang berjarak renggang antara 100 sampai 125 operasi perjam.
⦁ Runway Dua Jalur
Landasan pacu dua jalur dapat menampung lalu lintas paling sedikit 70 persen lebih banyak dari
landasan pacu tunggal dalam kondisi VFR dan kira-kira 60 persen lebih banyak dari landasan pacu
tunggal dalam kondisi IFR.
⦁ Runway Bersilangan
Kapasitas landasan pacu yang bersilangan sangat tergantung pada letak persilangannya dan pada
cara pengoperasian landasan pacu yang disebut strategi (lepas landas atau mendarat). Makin jauh
letak titik silang dari ujung lepas landas runway dan ambang pendaratan, kapasitasnya makin
rendah. Kapasitas tertinggi dicapai apabila titik silang terletak dekat dengan ujung lepas landas dan
ambang pendaratan.
⦁ Runway V Terbuka
Landasan pacu V terbuka merupakan runway yang arahnya memencar tetapi tidak berpotongan.
Strategi yang menghasilkan kapasitas tertinggi adalah apabila operasi penerbangan dilakukan
menjauhi V.
Dampak Angin Terhadap Penerbangan
Komponen angin merupakan penjabaran dari vector angin. Komponen-komponen tersebut adalah
headwind, tailwind, dan crosswind.
Headwind adalah angin yang berhembus dari arah depan pesawat.
Karena headwind dapat meningkatkan daya angkat pesawat, pilot akan memilih untuk pendaratan
dan lepas landas pada headwind.
Sedangkan tailwind berhembus dari arah belakang (ekor) pesawat dan akan mengurangi daya
angkat.
Kebanyakan pesawat akan menghindari lepas landas dan pendaratan jika terjadi tailwind. Namun,
tailwind akan dipilih ketika pesawat sudah dalam kondisi jelajah (crusising). Hal ini disebabkan
karena pada fase cruising tailwind akan mendorong pesawat sehingga bergerak maju lebih cepat
sehingga akan menghemat waktu dan bahan bakar.
Crosswind adalah angin yang berhembus dari sisi samping pesawat.
Perubahan kecepatan yang cukup besar pada crosswind ketika pesawat.

Analisis Komponen Angin Landas Pacu (Runway)

Dalam proses pendaratan dapat menyebabkan pesawat melenceng dari arah landas pacu atau
bahkan tergelincir (Hongkong Observatory, 2010). Peran cuaca dalam penerbangan sangat besar
yaitu informasi cuaca mempunyai andil dalam peningkatan efisiensi dan efektivitas kegiatan dan
keselamatan penerbangan. Selain itu cuaca mempunyai potensi yang membahayakan harta dan
jiwa. Namun demikian tidak mudah untuk mengatakan cuaca yang mana yang membahayakan,
karena dampak cuaca bergantung pula kepada faktor lain.
Khususnya dalam penerbangan, selain kadar atau intensitas unsur cuaca, jenis pesawat, kondisi
pesawat, dan posisi penerbangan juga faktor yang menentukan sensitifitasnya terhadap cuaca.
Misalnya angin silang (cross wind) di landasan terbang yang berkecepatan 20 knot, mungkin dapat
menimbulkan bahaya bagi pesawat kecil yang melakukan pendaratan, tetapi tidak ada pengaruhnya
bagi pesawat besar dan modern. Namun demikian, karena setiap pesawat terbang mempunyai tiga
kegiatan yang sama, yakni lepas landas, terbang, dan mendarat, maka penggunaan arti bahaya
dalam penerbangan umumnya diterapkan untuk masing-masing kegiatan tersebut.
Crosswind adalah resultan vektor yang bertindak di sudut kanan ke landas pacu. Hal ini sama
dengan kecepatan angin dikalikan dengan sinus trigonometri sudut antara arah angin dan arah
landas pacu (150/5300-13 CHG 6, Appendix 1,2000). Crosswind merupakan penyebab terkait cuaca
nomor satu kecelakaan penerbangan setiap tahun. NTSB mencatatat terjadi 2684 kevelakaan
penerbangan yang terkait dengan cuaca sejak 1995 hingga 2001. 25% diantaranya karena crosswind.
Fakta membuktikan dua teratas yaitu crosswind dan gusty menjadi 45% dari kondisi cuaca terkait
kelekaan penerbangan (Whitsitt, B, 2008). Angin Silang (crosswind) adalah angin yang arahnya dari
samping benda yang bergerak, misalnya kapal laut yang sedang berlayar, pesawat terbang yang
sedang dalam penerbangan (Wirjohamidjojo dan Ratag, 2006). Analisis arah angin merupakan hal
yang sangat esensial guna penentuan arah landas pacu. Berdasarkan rekomendasi dari ICAO, arah
landas pacu sebuah bandar udara secara prinsip diupayakan sedapat mungkin harus searah dengan
arah angin yang dominan. Pada saat pesawat udara mendarat atau lepas landas, pesawat udara
dapat melakukan pergerakan di atas landasan pacu sepanjang komponen angin yang bertiup tegak
lurus dengan bergeraknya pesawat udara (cross wind) tidak berlebihan. Beberapa referensi ICAO
dan FAA (Federal Aviation Administration) menyatakan bahwa besarnya cross wind maksimum yang
diperbolehkan bergantung pada jenis dan ukuran pesawat yang beroperasi, susunan sayap dan
kondisi permukaan landasan pacu. Berdasarkan rekomendasi ICAO (Annex 14, 2004), arah landas
pacu sebuah bandar udara harus diorientasikan sehingga pesawat udara dapat mendarat dan lepas
landas paling sedikit 95% dari seluruh komponen angin yang bertiup.
Bagian-bagian bandara dapat dibedakan menjadi air side
dan land side

Air Side:
1. Runway
Runway atau landasan pacu adalah area yang digunakan pesawat terbang untuk melakukan lepas
landas.Panjangnya landasan pacu tergantung pada besarnya pesawat yang dilayani. Runway sendiri
memiliki karakteristik sebagai berikut :
 Struktur perkerasan untuk menahan beban peswat terbang.
 Bagian samping kanan dan kiri berfungsi unutk menahan erosi.
 Strip runway: perkerasan, bahaya dan daerah luarnya diratakan dan diatur drainasenya
untuk menahan agar pesawat tak tergelincir.
 Blast pad: adalah wilayah yang sudah di aspal atau bisa juga wilayah rerumputan yang
berfungsi untuk mehanan erosi di sekitar ujung runway karena pesawat yang mengalami jet-blast.
 Runway end safety area, adalah wilayah kosong yang diperuntukkan untuk pesawat yang
melakukan pendaratan over-shooting.
 Stopway: adalah wilayah kosong yang berada di ujung runway untuk menahan pesawat yang
berhenti.
 Clearway: adalah wilayah di ujung bandara yang digunakan saat keadaan darurat.

2. Taxiway
Tawxiway adalah bagian di bandara yang berfungsi sebagai jalur perpindahan dari runway ke apron.
Landasan gelinding, jalan rayap, atau landas(an) ancang (bahasa Inggris: taxiway) adalah jalan
penghubung antara landasan pacu dengan pelataran pesawat (apron), kandang pesawat (hangar),
terminal, atau fasilitas lainnya di sebuah bandar udara. Sebagian besar jalan rayap mempunyai
permukaan keras yang merupakan lapisan aspal atau beton, walaupun bandar udara yang lebih kecil
terkadang menggunakan batu kerikil atau rumput.
Bandara-bandara yang sibuk umumnya membangun landas gelinding berkecepatan tinggi sehingga
pesawat terbang dapat lebih cepat meninggalkan landasan pacu. Hal ini dilakukan agar landasan
pacu dapat dikosongkan dalam jangka waktu yang lebih pendek untuk memberikan ruang bagi
pesawat lainnya untuk mendarat.
3. Apron

Apron adalah bagian


dari bandara yang
digunakan untuk area parkir pesawat, mengisi bahan bakar, kegiatan pemeliharaan pesawat,
memuat serta menurunkan penumpang atau barang.

Land Side (Sisi Darat) :


1. Terminal

Terminal di bandara udara bergungsi sebagai tempat penumpang melakukan urusan perjalanan
udara seperti kegiatan pembelian tiket, pemeriksaan tiket hingga ruang tunggu menunggu jadwal
keberangkatan.
2. Crub

Crub adalah bagian dimana penumpang akan naik dan turun dari kendaran menuju atau
meniggalkan bandara.

3. Parkir kendaraan

Di bandara tersedia area parkir untuk penumpang yang akan menggunakan layanan transportasi
udara. Para penumpang bisa memakirkan kendaraannya di area parkir yang sudah disediakan.

Anda mungkin juga menyukai