Anda di halaman 1dari 159

MARSHALLING

OLEH

KARDI SH. MH.


DASAR HUKUM
1. Annex 2 ICAO Tentang Rules Of the Air (ROA)
2. Annex 14 ICAO Tentang Aerodrome
3. Annex 19 ICAO Tentang Safety management System
4. Undang-undang No. 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan
5. Peraturan Menteri Perhubungan No. 37 Tahun 2021 tentang
Personel Bandar Udara
6. Keputusan Direktur Jenderal Hubud No.SKEP/100 / XI/1985
Peraturan Tata Tertib Bandara
7. Peraturan Direktur Jenderal Hubud No.KP 326 Tahun 2019
Standar Teknis dan Operasional Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil Bagian 139 (MOS – CASR Part 139) Volume
I bandar Udara (Aerodrome) terkait Tentang Marka di
Daerah Pergerakan Pesawat Udara
I. PENGERTIAN-PENGERTIAN

1. Bandar Udara adalah kawasan di daratan


dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang
digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat
dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar
muat barang, dan tempat perpindahan intra dan
antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan
fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan,
serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.
Dubai International Airport
Kuwait International Airport
Incheon International Airport
2. Bandar Udara Umum adalah
bandar udara yang digunakan untuk
melayani kepentingan umum.

3. Bandar Udara Khusus adalah


bandar udara yang hanya digunakan untuk
melayani kepentingan sendiri untuk
menunjang kegiatan usaha pokoknya.
4. Bandar Udara Domestik adalah
bandar udara yang ditetapkan sebagai
bandar udara yang melayani rute
penerbangan dalam negeri.
5. Bandar Udara Internasional
adalah bandar udara yang ditetapkan
sebagai bandar udara yang melayani rute
penerbangan dalam negeri dan rute
penerbangan dari dan ke luar negeri
6. Bandar Udara Pengumpul (hub)
adalah bandar udara yang mempunyai cakupan
pelayanan yang luas dari berbagai bandar udara
yang melayani penumpang dan/atau kargo
dalam jumlah besar dan mempengaruhi
perkembangan ekonomi secara nasional atau
berbagai provinsi.
7. Bandar Udara Pengumpan
(spoke) adalah bandar udara yang
mempunyai cakupan pelayanan dan
mempengaruhi perkembangan ekonomi
terbatas.
8. Penerbangan adalah satu kesatuan
sistem yang terdiri atas pemanfaatan
wilayah udara, pesawat udara, bandar
udara, angkutan udara, navigasi
penerbangan, keselamatan dan keamanan,
lingkungan hidup, serta fasilitas penunjang
dan fasilitas umum lainnya.
9. Wilayah Udara adalah wilayah
kedaulatan udara di atas wilayah daratan
dan perairan Indonesia.
10. Pesawat Udara adalah setiap
mesin atau alat yang dapat terbang di
atmosfer karena gaya angkat dari reaksi
udara, tetapi bukan karena reaksi udara
terhadap permukaan bumi yang digunakan
untuk penerbangan.
11.Pesawat Terbang adalah
pesawat udara yang lebih berat dari udara,
bersayap tetap, dan dapat terbang dengan
tenaga sendiri.
12. Helikopter adalah pesawat udara
yang lebih berat dari udara, bersayap putar
yang rotornya digerakkan oleh mesin.

13. Pesawat Udara Indonesia


adalah pesawat udara yang mempunyai
tanda pendaftaran Indonesia dan tanda
kebangsaan Indonesia
14. Pesawat Udara Negara
adalah pesawat udara yang digunakan oleh
Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian
Republik Indonesia, kepabeanan, dan
instansi pemerintah lainnya untuk
menjalankan fungsi dan kewenangan
penegakan hukum serta tugas lainnya
sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
15. Pesawat Udara Sipil adalah
pesawat udara yang digunakan untuk
kepentingan angkutan udara niaga dan
bukan niaga.
16. Pesawat Udara Sipil Asing
adalah pesawat udara yang digunakan
untuk kepentingan angkutan udara niaga
dan bukan niaga yang mempunyai tanda
pendaftaran dan tanda kebangsaan negara
asing.
17. Apron: ialah suatu daerah atau
tempat di bandar udara yang telah
ditentukan guna menempatkan pesawat
udara, menurunkan dan menaikkan
penumpang, kargo. Pos, pengisian bahan
bakar, parkir dan perawatan
“Apron is defined area, intended to
accommodate aircraft for purposes of loading
or unloading passengers, mail or cargo,
refuelling, parking or maintenance.”
(Aerodrome Design Referance Manual, Part 2,
Taxiways, Apron and Holding Bays, Second
Edition, 1983)
18. Daerah manuver
(Manouvering Area)
ialah bagian dari bandar udara yang
dipergunakan untuk lepas landas,
melandas dan pergerakan pesawat udara
di darat tidak termasuk di apron.
19. Daerah pergerakan
(Movement Area)
ialah bagian dari bandar udara yang
dipergunakan untuk pergerakan pesawat
udara di darat
20. Parking Stand adalah suatu tempat
bagian dari apron yang dipergunakan untuk
tempat parkir pesawat.
21. Contact Stand adalah suatu tempat
bagian dari apron yang dipergunakan untuk
tempat parlir pesawat yang terhubung langsung
dengan terminal.
22. Remote Stand adalah suatu tempat
bagian dari apron yang dipergunakan untuk
parkir pesawat yang letaknya jauh dari terminal.
23.Peralatan Bantu Darat
(Ground Support Equipment)
ialah alat-alat bantu kesiapan pesawat
udara di darat.
24. Sisi Udara ialah bagian dari
bandar udara untuk operasi pesawat udara
dan segala fasilitas penunjangnya yang
merupakan daerah bukan publik meliputi
apron, taxyway dan runway
25. Keselamatan Penerbangan
adalah suatu keadaan terpenuhinya
persyaratan keselamatan dalam
pemanfaatan wilayah udara, pesawat
udara, bandar udara, angkutan udara,
navigasi penerbangan, serta fasilitas
penunjang dan fasilitas umum lainnya.
26. Keamanan Penerbangan
adalah suatu keadaan yang memberikan
perlindungan kepada penerbangan dari
tindakan melawan hukum melalui
keterpaduan pemanfaatan sumber daya
manusia, fasilitas, dan prosedur.
27. Sertifikat Kompetensi adalah
tanda bukti seseorang telah memenuhi
persyaratan pengetahuan, keahlian, dan
kualifikasi di bidangnya.
II. KONFIGURASI PARKIR PESAWAT
Ada 3 sistem pemarkiran pesawat udara di
apron, antara lain:
1. Menghadap ke terminal (nose-in or angled
nose-in system)
2. Membelakangi terminal (nose-out or angled
nose out system)
3. Sejajar dengan terminal (parrallel system)
Document 9157-AN/901 (Aerodrome
Design Manual)
Part 2 Chapter 3.4.5
Metode pesawat udara memasuki dan
meninggalkan aircaft stand :

• Self Manouevring, digunakan untuk


konfigurasi parkir; Angle nose-in, Angle nose-
out & Parallel
• Tractor Assisted, digunakan untuk konfigurasi
parkir Nose-in
Angled Nose-in
TERMINAL BUILDING

Angle nose-in
yaitu sistem parkir pesawat udara dengan hidung
Pesawat menghadap gedung terminal membentuk
sudut 45° terhadap gedung terminal.
Angled Nose-out
TERMINAL BUILDING

Angle nose-out
yaitu sistem parkir pesawat udara dengan
hidung pesawat membelakangi terminal mem-
bentuk sudut 45° terhadap gedung terminal.
Parallel
TERMINAL BUILDING

Parallel
yaitu sistem parkir pesawat udara
sejajar dengan bangunan terminal.
Nose-in
TERMINAL BUILDING

Service Road
1 2 3 4 5 6 7 8

Nose-in
yaitu sistem parkir pesawat
udara dengan hidung pesawat
tegak lurus sedekat mungkin
dengan gedung terminal.
Dalam menentukan konfigurasi pemarkiran
pesawat udara di apron tidak ada suatu ketentuan
bahwa pemarkirannya harus nose-in atau taxi-in
atau push-out dan lain-lain, tetapi harus
disesuaikan dengan lay-out apron dan
mempertimbangkan berbagai aspek baik efisiensi
maupun keselamatan operasi.
Namun yang jelas, sistem taxi-in push-out
configuration sangat baik dilaksanakan terhadap
pesawat udara berbadan lebar (wide body),
sedangkan sistem nose-out dan paralel lebih tepat
dilakukan untuk pesawat udara kecil (narrow
body).
KEUNTUNGAN SISTEM TAXI IN- PUSH OUT
1. Mengurangi kepadatan apron dari GSE; sebelum pesawat udara yang
akan dilayani datang, GSE sudah harus disiapkan terlebih dahulu.
2. Pelayanan ke pesawat udara lebih cepat dapat dilaksanakan dan
setelah pesawat berangkat tidak banyak membutuhkan waktu untuk
memindahkan peralatan GSE.
3. Kemampuan memuat bagasi dan proses boarding passenger dapat
dipercepat, sehingga keberangkatan pesawat udara sesuai jadwal
(schedule).
4. Sistem pemandu pesawat udara yang akan parkir lebih simple.
5. Efek dari jetblast (jetblast effect) terhadap peralatan, petugas dan
terminal tidak ada/ tidak perlu ada blast fences.
6. Dapat menggunakan Aircraft Docking Guidance System (ADGS).
7. Dapat dilayani hydrant pit.
Kerugian sistem Taxi in-Push Out
• Dibutuhkan peralatan aircraft towing tug
untuk mendorong pesawat udara pada saat
pesawat udara akan berangkat.

• Harga peralatan tersebut sangat mahal,


karena telah dirancang khusus untuk
menarik/mendorong pesawat udara type wide
body.
Jarak aman antar posisi parkir
pesawat (wing tip clearence)

Setiap posisi parkir pesawat (aircraft stand) hendaknya


menyediakan jarak aman minimal antara pesawat yang
masuk atau keluar posisi parkir yang dituju dengan
seluruh bangunan terdekat, pesawat pada parking
stand lainnya serta benda lainnya, dengan jarak aman
minimum
Huruf kode Jarak aman minimum
A 3m
B 3m
C 4,5 m
D 7,5 m
E 7,5 m
F 7,5 m
Aerodrome reference code
Code element 1 Code element 2

Code Aeroplane Code Wing span Outer main gear


No ref. field length Letter wheel span*
(1) (2) (3) (4) (5)

1 < 800 m A < 15 m < 4.5 m


2 800 m - < 1 200 m B 15 m - < 24 m 4.5 m - < 6 m
3 1 200 m - < 1 600 m C 24 m - < 36 m 6m-<9m
4 > 1 800 m D 36 m - < 52 m 9 m - < 14 m
E 52 m - < 65 m 9 m - < 14 m
F 65 m - < 80 m 14 m - < 16 m

* Distance between the outside edges of the main gear wheels


Boeing Type
Wings Span Length
737 – Series
200 28.35 m 30.53 m

300 28.88 m 33.40 m

400 28.88 m 36.45 m

500 28.88 m 31.01 m


Boeing 737 Wings Span Length
600 34.31 m 31.24 m
700 34.31 m 33.63 m
800 34.31 m 39.47 m
900 34.31 m 42.11 m

Airbus Series Wings Span Length

319 33.91 m 33.84 m


320 34.09 m 37.57 m
JET BLAST EFFECT
Hembusan mesin jet pesawat udara (jetblast)
merupakan salah satu faktor penting yang perlu
dipertimbangkan pada saat memasang apron baru,
karena jetblast mempunyai efek dalam
hubungannya dengan:
1. Keselamatan penumpang dan petugas
2. Konsep/design terminal beserta peralatannya
3. Resiko atau kerusakan terhadap peralatan
bergerak
4. Resiko atau kerusakan terhadap pesawat udara
lain
JET BLAST EFFECT

Semakin besar pesawatnya dan semakin


cepat perputaran mesinnya maka hembusan
mesin yang ditimbulkan menjadi semakin besar.
Oleh karena itu kecepatan pesawat pada saat taxi
tidak boleh melebihi dari 56 km/jam atau 35 mph
atau jarak aman pada daerah di belakang
pesawat lebih kurang 200 m.
JET BLAST EFFECT
Adapun besar kecilnya hembusan mesin pesawat
sangat tergantung pada:
1. Pesawat udara taxi dari arah yang lebih rendah
ke arah yang lebih tinggi (apron slope).
2. Tekanan (hembusan angin)
3. Pesawat udara membuat putaran bila salah satu
atau lebih tekanan pada mesin lainnya
diturunkan
4. Terjadi kelainan teknis (mechanical
malfunction)
5. Faktor manusia (human factor)
BLAST FENCES
Blast Fences atau pagar penangkal hembusan mesin
pesawat udara dapat digunakan untuk melindungi GSE,
petugas dan bangunan dari hembusan mesin pesawat udara.
Pembuatan blast fences terdiri dari modul-modul yang
dikombinasikan dan bentuknya disesuaikan dengan lay out
dan Apron. Strukturnya dapat dibuat atau bila diperlukan
nanti dapat dipindah-pindahkan (moveable).
Tinggi dan permanent ukuran blast fence bervariasi
disesuaikan dengan tipe/karakteristik dari pesawat udara
yang beroperasi di suatu bandar udara. Misalnya pesawat
yang memiliki engine pada ekor yang posisinya cukup tinggi,
maka dibutuhkan blast fence yang tinggi pula.
BLAST FENCES
Blast fence biasanya dipasang di Apron area,
berdekatan dengan terminal untuk
menghindari/menahan hembusan mesin pada
saat pesawat bergerak (taxi in-taxi out) menuju
ke taxiway atau runway. Posisi pemasangannya
harus disesuaikan dengan arah hembusan di
mana daerah atau fasilitasnya perlu
diamankan.
III. MARKA APRON DAN RAMBU
KESELAMATAN (KP 326 Tahun 2019)
TUJUAN MARKA
• Terciptanya prosedur untuk tercapainya
suatu keadaan lingkungan yang
aman/selamat baik bagi personil yang
bertugas maupun bagi pesawat udara yang
dilayani dan peralatan yang dipergunakan
pada proses pelaksanaan ground handling
KARAKTERISTIK
• Spesifikasi Warna
• Bentuk dan Dimensi
1. Warna
• MERAH : Untuk peringatan
keselamatan
• PUTIH : Untuk marka lalulintas,
termasuk fasilitas pemarkiran (service road
dll)
• KUNING : Untuk marka aircraft taxiway
centerline, marka Parking position lead in
dan marka untuk lead bearing surface
boundary (ICAO Annex 14 Section 5.2)
• Warna lain seperti BIRU atau HIJAU dapat
digunakan sesuai aturan setempat
KETENTUAN WARNA

UNTUK MEMBEDAKAN MARKING YANG DIGUNAKAN


BAGI PENUNTUN PESAWAT TERBANG, GARIS BATAS LALU LINTAS,
BATAS PENEMPATAN GSE DAN DAERAH PERGERAKAN
AVIOBRIDGE DIGUNAKAN
WARNA-WARNA YANG TELAH DUATUR SEBAGAI BERIKUT :
1 MARKING UNTUK KEPERLUAN PENUNTUN
PESAWAT TERBANG BERWARNA KUNING DENGAN
STRIP HITAM PADA BAGIAN PINGGIRNYA.

2. MARKING UNTUK BATAS TEMPAT GSE, SECURITY


LINE DAN SERVICE ROAD BERWARNA PUTIH
PENUH.

3. MARKING UNTUK DAERAH PERGERAKAN


AVIOBRIDGE BERWARNA MERAH.
2. BENTUK DAN DIMENSI/UKURAN
LEBAR JARAK
NO. WARNA MINIMUM PANJANG ANTARA (CM)
MAR KA
(CM) (CM)

A. APRON MARKING
1. Taxy centre line Kuning 15 Continous -
2. Stand Centre Line Kuning 15 Continous -
3. Equipment Restraint Line Merah 10 Continous 30
4. Equipment Staging Area Putih 10 130 -
5. Equipment Parking Area Putih 10 Continous -
6. No Parking Area Merah 10 Continous -
7. Apron Boundary Line Merah 20 Continous -
8. Hidryant Fuel Pit Putih - -
Merah
9. Pedestrian Pathway Putih 200 30 80

B. SERVICE ROAD
1. Roadwad Edge Putih 10 5 5
2. Stop Line Putih 20 - -
3. Pedestrian Crossing Putih 200 50 50
JENIS MARKA APRON DAN DEFINISINYA
1. Apron Safety line Marking
2. Aircraft Lead-In dan Lead-Out Line Marking
3. Aircraft Stand Stop Line Marking
4. Apron Edge Line Marking
5. Parking Stand Number Marking
6. Pilot Stop Line Marking
7. Marshaller Stop line Marking
8. Aviobridge Safety Marking
9. Equipment Parking Area (EPA) Marking
10. Parking Clearance Line
11. No Parking Area (NPA) Marking
12. Apron Service Road Marking
13. Fuel hydrant Marking
14. Tug Parking Position Lines Marking
15. Aircraft type limit line Marking
16. Parking Weight limit Line Marking
17. Equipment Clearance Line Marking
18. equipment storage Marking
MARKA DI APRON

1. APRON SAFETY LINE

a. Adalah garis berwarna merah tidak terputus yang berada di Apron dengan lebar 0.10 meter.
b. Fungsinya menunjukan batas yang aman bagi pesawat udara dari pergerakan
peralatan pelayanan darat (GSE).
c. Letak disekeliling peaswat udara.

APRON SAFETY LINE


2. AIRCRAFT LEAD-IN DAN LEAD-OUT LINE MARKING

a. Adalah garis yang berwarna kuning di Apron dengan lebar 0,15 m.


b. Fungsinya sebagai pedoman yang digunakan oleh peaswat udara melakukan
taxi dari taxiway ke Apron atau sebaliknya.
c. Letaknya di Apron area.
d. Bentuk lihat gambar
3. AIRCRAFT STAND/STOP LINE MARKING

a. Adalah tanda berupa garis atau bar berwarna kuning.


b. Fungsinya sebagai tanda tempat berhenti pesawat udara yang parkir.
c. Letaknya di Apron area pada perpanjangan lead-in berjarak 6 m dari akhir lead-
in line.
d. Bentuk lihat gambar

APRON SAFETY LINE


Ilustrasi Marka Aircraft Stand Tumpang
Tindih
4. APRON EDGE LINE MARKING

a. Adalah garis berwarna kunimg disepanjang tepi Apron dengan lebar 0,15 meter
b. Fungsinya menunjukan batas tepi Apron.
c. Letak pada sepanjang tepi Apron.
20

Apron Edge Line Marking


5. PARKING STAND NUNMBER MARKING

a. Adalah tanda di apron berupa huruf dan angka yang berwarna kuning dengan
latar belakang warna hitam.
b. Fungsinya menunjukan nomor tempat parkir peaswat udara
c. Letak di Apron area.

A12
6. Pilot Stop Line ( jika tidak ada marshaller)
• Pilot stopline disediakan jika tidak ada marshaller.
Perletakan Pilot stop line harus ditempatkan
sedemikian rupa dengan memperhatikan kebutuhan
fasilitas pelayanan pushback /towing, jika diperlukan,
sehingga saat pesawat udara udara dihentikan, garis
tersebut berada tepat di sebelah kiri penerbang. Pilot
stop line harus memiliki panjang 6 m dan offset dari
alignment line.

• Jika segala jenis pesawat udara udara akan ditempatkan


pada satu posisi parkir, maka offset untuk code letter C
harus digunakan dan markanya diperpanjang hingga 11
m.
Pilot Stop line
Reference Code Offset X
Letter

A, B 0m

C 5m

D 10 m

E 10 m
Aircraft type designation harus dibuat dengan huruf warna kuning
dengan tinggi 1 m dan jarak 0,15 m di bawah penerbang stop line,
sebagaimana diperlihatkan di bawah ini.
7. Marshaller Stop line
• Marshaller Stop line harus ditempatkan dimana nose
wheel pesawat udara udara berhenti, pada sisi kanan
dari, dengan posisi tegak lurus terhadap alignment line,
sebagaimana yang dilihat oleh marshaller pada posisi
menghadap pesawat udara udara yang datang.

• Aircraft type designation harus berwarna kuning,


dengan tinggi huruf 0,3 m dan jarak 0,15 m di bawah
stop line. Hurufnya harus dapat dibaca oleh marshaller
yang menghadap ke pesawat udara udara yang datang,
sebagaimana diperlihatkan dalam gambar dibawah ini.
8. AVIOBRIDGE SAFETY MARKING

a. Adalah garis berwarna merah yang berada di Apron dengan lebar 0.15 meter.
b. Fungsinya menunjukan batas yang aman bagipesawat udara dari pergerakan
peralatan pelayanan darat (GSE).
c. Letak disekeliling peaswat udara.
Posisi Roda Garbarata (Aviobridge
wheel position
9. EQUIPMENT PARKING AREA MARKING

a. Adalah tanda berupa garis yang berwarna putih dengan lebar 0,15 m.
b. Fungsinya sebagai pembatas pesawat udara denagn area yang diperuntukan
sebagai tempat parkir peralatan pelayanan darat pesawat udara.
c. Letak di Apron area.

Equipment parking area


No Parking area

+ +
Aviobridge
maneuvering
area
10. Parking Clearance Line
Parking clearance lines dapat disediakan pada posisi
Parkir Pesawat udara untuk menggambarkan area yang
Harus tetap bebas dari personil, kendaraan dan
peralatan saat pesawat udara taxiing (atau ditarik) ke
posisi atau sesudah menghidupkan mesin dalam
persiapan untuk keberangkatan jika tidak ada apron
safety lines. 5-44 Parking clearance lines juga harus
disediakan pada apron yangdigunakan oleh light
aircraft dengan pola penempatan parkir sembarang,
jika ingin membatasi parkir pada daerah tertentu.
Parking clearance lines harus meliputi garis merah tak terputus
dengan lebar 0,10 m atau jika diinginkan 0,20 m untuk apron
Dengan dimensi yang luas. Jika dibutuhkan, garis tak terputus
Berwarna putih atau kuning dengan lebar 0,10 m di masing
masing sisi dapat memperjelas parking clearance lines. Kata
kata “PARKING CLEARANCE” harus dicat kuning di sisi tempat
pesawat udara udara ringan parkir dan dapat terbaca dari sisi
tersebut. Kata-kata tersebut harus diulang pada interval tidak
lebih dari 50 m, menggunakan huruf dengan ketinggian 0,3 m
yang terletak 0,15 m dari garis tersebut, sebagaimana
diperlihatkan dalam gambar dibawah ini.
11. NO PARKING AREA MARKING

a. Adalah tanda yang berbentuk persegi panjang dengan garis-garis berwarna


merah dengan lebar 0,15 m yang tidak boleh digunakan untuk parkir peralatan.
b. Fungsinya :
- Digunakan untuk manuver towing tractor.
- Digunakan untuk kendaraan bila terjadi emergency.
c. Letak didepan pesawat udara.

Push back tractor

No Parking area

+ +
Aviobridge
maneuvering
area
12. APRON SERVICE ROAD MARKING

a. Adalah tanda berupa 2 (dua) garis yang parallel sebagai batas


pinggir jalan dan garis putus-putus sebagai petunjuk sumbu jalan
berwarna putih dengan lebar garis 0,10 m.
b. Fungsinya membatasi sebelah kanan dan kiri yang memungkinkan
pergerakan peralatan (GSE) terpisah dengan pesawat udara.
c. Letak di Apron Area.
Apron service road
Apabila service road terletak bersebelahan dengan pesawat udara yang sedang taxi maka side
marking harus ditunjukkan dengan garis putih ganda tidak terputus. Ini mengindikasikan “DO
NOT CROSS”. Masing-masing garis memiliki lebar 0.1 m. Jarak antara dua garis putih tidak boleh
kurang dari 0.05 m.

Apron Service Road Alongside A Vehicle Limit


Line
Jika service road apron memotong taxiway atau
garis apron taxilane, maka service road marking
dapat diwakili dengan pola zipper.Panjang
setiap
segmen zipper tidak boleh lebih dari 50 cm. Tipe
Edge marking ini membuat jalan lebih terlihat
oleh penerbang pesawat udara yang beroperasi
di
taxiway atau taxiline.
Service Road Crosse A Taxiway Marking (zipper patterns
13. Marka Fuel hydrant Marka Fuel hydrant harus meliputi
kata “FUEL” yang dicat merah.
14 .Marka Tug Parking Position Lines
Marka Tug parking position line harus disediakan di
garbarata dan posisi parkir pesawat udara power
in/push-out lainnnya, untuk memastikan tug yang
diparkir tidak mengganggu keselamatan dari
pesawat udara udara yang datang. Marka-nya harus
terdiri dari garis merah dengan lebar 0,10 m dan
berbentuk U, lebar 3,5 m dengan 1,0 m panjang
awal
dan 3 m jarak dari nose pesawat udara udara kritis,
Lihat gambar
15. Aircraft type limit line
Jika ada bagian dari perkerasan yang berdampingan
Namun Tidak dapat mengakomodasi jenis pesawat udara
yang sejenis, Maka informasi tentang kondisi ini harus
disediakan dengan marka pada daerah bagian perkerasan
yang terbatas. Marka harus terdiri dari garis kuning putus
putus, berisikan strip sepanjang 3 m dan lebar 0.3 m,
terpisah dengan jarak 1 m. Designator harus berada 0.15
m di atas garis, dalam huruf dan angka dengan tinggi 0.5
m. Marka diulangi pada interval tidak lebih dari 50 m.
16. Parking Weight limit Line

Jika bagian perkerasan yang berdampingan tidak dapat


mengakomodasi berat pesawat udara yang sejenis, maka
Harus ditandai dengan marka aircraft weight limit pada
bagian perkerasan yang lebih lemah. Marka ini harus
terdiri dari garis kuning putusputus, meliputi tiga garis
dengan panjang 3 m dan lebar 0,3 m dan rentang 1 m.
Marka designator harus berada 0,15 m di atas garis
tersebut, dengan ketinggian huruf dan angka 0,5 m.
Marka
ini harus diulang pada interval tidak lebih dari 50 m
17. Equipment Clearance Line
Equipment Clearance Line harus digunakan pada apron
Yang Padat untuk membantu kendaraan servis agar tidak
mengganggu pesawat udara yang sedang bermanuver.
Marka ini harus terdiri dari garisgaris merah dengan
panjang 1 m, lebar 0,15 dan rentang 1 m.
Petunjuk “EQUIPMENT CLEARANCE” harus dicat pada
sisi garis dimana peralatan berada dan dapat terbaca dari
sisi tersebut.
Petunjuk ini harus diulang di sepanjang garis pada interval
Yang tidak lebih dari 30 m. Huruf-hurufnya mempunyai
ketinggian 0,3 m, berada 0,15 m dari garis, dan dicat
merah
18. Marka equipment storage
Marka equipment storage digunakan untuk menggambarkan
daerah dimana kendaraan dan peralatan dapat parkir atau
disimpan dengan bebas tanpa melanggar alokasi daerah area
stand atau taxiway manapun, termasuk permukaan taxiway
strip.

Marka equipment storage harus terdiri dari garis yang tidak


terputus dengan cat merah, lebar 0,1 m. Kata “EQUIPMENT
STORAGE” harus dicat merah pada sisi dimana peralatan
ditempatkan dan dapat dibaca dari arah sisi tersebut. Tinggi
huruf harus 0,3 m dan berjarak 0,15 m dari garis, sebagaimana
diperlihatkan di bawah ini. Marka ini harus diulang dengan
interval tidak melebihi 50 m disepanjang garis batas.
RAMBU DI APRON

1. VOR AERODROME CHECK POINT

a. Adalah rambu yang berupa lambang atau prasasti berwarna


hitam dengan latar belakang warna kuning. Rambu ini
dipasang bilamana VOR terletak di Aerodrome
b. Fungsinya menunjukan radio frequency, radial dan jarak ke
DVOR .
c. Diletakkan relatif dekat dengan VOR Check point Marking
sehingga mudah terlihat dari ruang kemudi pesawat.

VOR 116.3
VOR 116.3 147  147 

VOR 116.3
VOR 116.3 147  4.3 NM 147  4.3 NM
2. AIRCRAFT STAND IDENTIFICATION SIGN

a. Adalah rambu di Apron yang berupa huruf dan angka


berwarna hitam dengan latar belakang warna kuning
Direkomendasikan pencantuman koordinat Aircraft
Stand Identification
b. Fungsinya menunjukan tempat untuk parkir pesawat
udara.
c. Letaknya di Apron area dan tulisannya dapat dibaca
dari ruang kemudi.

06 07’ 35” S


E 11 106 39’ 46” E
Undang-Undang No. 1 Tahun 2009
Personil Bandar Udara
• Setiap personel bandar udara wajib memiliki lisensi atau
sertifikat kompetensi.
• Personel bandar udara yang terkait langsung dengan
pelaksanaan pengoperasian dan/atau pemeliharaan
fasilitas bandar udara wajib memiliki lisensi yang sah dan
masih berlaku.
• Lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh
Menteri setelah memenuhi persyaratan:
a. administratif;
b. sehat jasmani dan rohani;
c. memiliki sertifikat kompetensi di bidangnya; dan
d. lulus ujian.
• Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud
diperoleh melalui pendidikan dan/atau
pelatihan yang diselenggarakan lembaga yang
telah diakreditasi oleh Menteri
• Personel bandar udara yang telah memiliki lisensi wajib:
a. melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan di
bidangnya;
b. mempertahankan kemampuan yang dimiliki; dan
c. melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala.
• Personel bandar udara yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi
administratif berupa:
a. peringatan;
b. pembekuan lisensi; dan/atau
c. pencabutan lisensi.
PERATURAN MENTERI
PERHUBUNGAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR PM 37 TAHUN
2021 TENTANG PERSONEL
BANDAR UDARA
Personel Bandar Udara meliputi:
a. personel teknik bandar udara;
b. personel elektronika bandar udara;
c. personellistrik bandar udara;
d. personel mekanikal bandar udara;
e. personel pelayanan pergerakan sisi udara;
f. personel peralatan pelayanan darat pesawat udara;
g. personel pemandu parkir pesawat udara;
h. personel pelayanan garbarata;
1. personel pengelola dan pemantau lingkungan;
J. personel pertolongan kecelakaan penerbangan dan pemadam
kebakaran (PKP-PK);
k. personel salvage; dan
1. persoriel pelayanan pendaratan helikopter.

Personel Bandar Udara sebagaimana dimaksud wajib memiliki


sertifikat kompetensi sesuai dengan bidang pekerjaannya.
Persyaratan calon personel pelayanan
pergerakan pesawat udara dimaksud adalah :
a. pendidikan formal paling rendah SMU
atau sederajat;
b. sehat jasmani dan rohani;
c. bebas narkoba;
d. tidak buta warna; dan
e. mampu berbahasa inggris pasif.
Kompetensi personel Pemandu Parkir Pesawat
Udara terdiri dari:
a. fixed wing;
b. rotary wing; dan
c. advanced visual docking guidance system (A
VDGS)atau visual docking guidance system.
A. FIXED WING
1. Personel pemandu parkir pesawat udara
kompetensi fixed wings sebagaimana dimaksud
menangani kegiatan pemanduan parker
pesawat udara fixed wings.
2. Personel pemandu parkir pesawat udara
kompetensi fixed wings memiliki kompetensi
mampu melakukan pemanduan pesawat udara
fixed wings dengan hand signal .
3 Personel pemandu parkir pesawat udara
kompetensi fixed wings sebagaimana dimaksud
memiliki kewenangan melakukan proses
pemanduan parkir pesawat udara dengan hand
signal.
B. ROTARY WING
1. Personel pemandu parkir pesawat udara
kompetensi rotary wings dalam menangani
kegiatan pemanduan parkir pesawat udara
rotary wings.
2. Personel pemandu parkir pesawat udara
kompetensi rotary wings memiliki kompetensi
mampu melakukan pemanduan pesawat
udara rotary wings dengan hand signal.
3. Personel pemandu parkir pesawat udara
kompetensi rotary wings memiliki
kewenangan melakukan proses pemanduan
parkir pesawat udara rotary wings dengan hand
signal.
C. ADVANCED VISUAL DOCKING GUIDANCE SYSTEM (A-VDGS)

1. Personel pemandu parkir pesawat udara kompetensi advanced visual


docking guidance system (A-VDGS) atau visual docking guidance system
menangani peralatan pemandu parkir pesawat udara fixed wings.
2. Personel pemandu parkir pesawat udara kompetensi advanced visual
docking guidance system (A-VDGS) atau visual docking guidance system
memiliki kompetensi mampu mengoperasikan peralatan advanced visual
docking guidance system (A-VDGS) atau visual docking guidance system.
3. Personel pemandu parkir pesawat udara kompetensi advanced visual
docking guidance system (A-VDGS) atau visual docking guidance system
memiliki kewenangan mengoperasikan peralatan advanced visual
docking (A-VDGS)
IV. MARSHALLING
SERVICE (ANNEX 2
ICAO)
DEFINISI
1. MARSHALL

KATA MARSHALL MENURUT KAMUS WEBSTER


ARTINYA :
A. MENGATUR DENGAN RAPI
B. MENGATUR
C. MENGARAHKAN
D. MEMIMPIN ATAU MEMANDU PADA SUATU
UPACARA
DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PENER-
BANGAN MARSHALL DIARTIKAN SAMA
DENGAN MENGATUR DENGAN GAYA YANG SESUAI,
UNTUK MENGATUR PERGERAKAN
PESAWAT TERBANG DALAM KEADAAN
YANG KHUSUS
2. SIGNAL

SIGNAL MEMPUNYAI ARTI : TANDA, GERAKAN


ISYARAT ATAU SIMBUL YANG MEMPUNYAI ARTI KHUSUS

SIGNAL MAN BERARTI SESEORANG YANG BERTANGGUNG


JAWAB UNTUK PENGOPERASIAN, PENGIRIMAN ATAU
PENERIMAAN TANDA-TANDA.

SIGNAL SERVICE BERARTI SISTEM ATAU PEKERJAAN


MENYAMPAIKAN INFORMASI DENGAN ANTRIAN TANDA-
TANDA SECARA SERI.

MARSHALLING SIGNAL BERARTI PROSES PEMBERIAN IN-


FORMASI DENGAN GERAKAN ISYARAT ATAU DENGAN
TANDA-TANDA DALAM PENERBANGAN YAITU MEMANDU
PESAWAT TERBANG DENGAN MENGUNAKAN TANDA-TANDA
PERLENGKAPAN MARSHALLING

1. MARSHALLING BATS, DIGUNAKAN UNTUK ME-


MANDU PESAWAT TERBANG PADA SIANG HARI.
2. FLASH LIGHT ATAU FARCE LIGHT, DIGUNAKAN
UNTUK MEMANDU PESAWAT TERBANG PADA
MALAM HARI, DALAM KEADAAN GELAP ATAU
HUJAN.
3.

3. EAR MUFF (PELINDUNG TELINGA), DIGUNAKAN


UNTUK MELINDUNGI TELINGA DARI BUNYI
KEBISINGAN
4. FLUORESCENT JACKET, SERAGAM MARSHALLER
YANG DIGUNAKAN UNTUK MEMPERLIHATKAN
POSISI MARSHALLER
SETIAP ABA-ABA YANG DIBERIKAN, MARSHALLER
HARUS MEMPERHATIKAN REAKSI PENERBANG ATAS
ABA-ABA YANG DIBERIKAN, BILA DIRASA BELUM ADA REAKSI,
LAKSANAKAN ABA-ABA TERSEBUT. JIKA PESAWAT TERBANG HARUS
BELOK SESUAI DENGAN YANG DIINGINKAN, JANGAN MEMBERIKAN
ABA-ABA BELOK YANG TERLALU TAJAM, KARENA AKAN
MENYEBABKAN KERUSAKAN PADA LANDING GEAR, FUSELAGE DAN
BAN CEPAT AUS
POSISI MARSHALLER

SUSUDAH MARSHALLER MENGIDENTIFIKASI


JADWAL PENERBANGAN DAN TIPE PESAWAT
TERBANG YANG AKAN DATANG, MARSHALLER
MENGAMBIL TEMPAT YANG BENAR PADA
GUIDE LINE PARKING STAND DI APRON
SUPAYA TERLIHAT OLEH PILOT IN COMMAND
(PIC).
POSISI MARSHALLER PADA SAAT MELAKSANAKAN PEMANDUAN
TERHADAP PESAWAT TERBANG HARUS
MENGIKUTI PETUNJUK SEBAGAI BERIKUT :

1. BERDIRI PADA JARAK KURANG LEBIH 25 METER DARI


POSISI HIDUNG PESAWAT TERBANG PADA SAAT
SUDAH POSISI PARKIR.

2. BERDIRI PADA POSISI SEBELAH KIRI DARI PESAWAT


TERBANG SESUAI POSISI PILOT IN COMMAND (PIC).
KETENTUAN KESELAMATAN
MARSHALLING
1. SEBELUM KEDATANGAN PESAWAT TERBANG

A. PERIKSA DAERAH PARKING STAND YANG


AKAN DIPERGUNAKAN DAN BEBASKAN DARI
RINTANGAN, YAITU KENDARAAN ATAU PER-
ALATAN MENGHINDARI KECELAKAAN PESA-
WAT TERBANG YANG AKAN DIPARKIR.

B. PERHATIKAN PENEMPATAN PERALATAN


YANG MUDAH BERGERAK YANG DIAKIBATKAN
SEMBURAN ATAU SEDOTAN MESIN PESAWAT.
2. PADA SAAT PEMANDUAN

A. PADA SAAT PESAWAT TERBANG DIPANDU MASUK


DAERAH PARKING STAND, TIBA-TIBA DAERAH TER-
SEBUT TIDAK AMAN, MAKA MARSHALLER SEGERA
MENGHENTIKAN PESAWAT TERBANG YANG AKAN
DIPARKIR.

B. LAKSANAKAN SESUAI KETENTUAN YANG BERLAKU.

C. APABILA PESAWAT TERBANG BERHENTI TIDAK


PADA POSISI YANG TELAH DITENTUKAN DAN TIDAK
AMAN, MAKA DILAKSANAKAN PENARIKAN DENGAN
MENGGUNAKAN TRAKTOR KE TEMPAT YANG SE-
SUAI KETENTUAN.
PENANGANAN PESAWAT TERBANG
PARKIR
SETELAH PESAWAT TERBANG BERHENTI PADA
POSISINYA, SEGERA PASANG WHEEL CHOCK
(GANJAL RODA) SEBELUM MESIN DIMATIKAN.
PASANGLAH WHEEL CHOCK PADA RODA DEPAN
DAN RODA BELAKANG SEBAIK-BAIKNYA MASING-
MASING DUA BUAH. SETALAH WHEEL CHOCK
TERPASANG DENGAN BENAR MARSHALLER
MEMBERIKAN ABA-ABA BAHWA WHEEL CHOCK
TELAH TERPASANG.
PENANGANAN PESAWAT TERBANG
YANG AKAN BERANGKAT
SEGERA CABUT WHEEL CHOCK SETELAH MENDAPAT
ABA-ABA DARI PENERBANG ATAU GROUND ENGINEER BAHWA
PESAWAT TERBANG SEGERA AKAN MAJU ATAU DITARIK
(DIDORONG MUNDUR).
PERHATIKAN KEADAAN WHEEL CHOCK HARUS SELALU DALAM
KEADAAN BAIK/SIAP PAKAI, BAIK
YANG TERBUAT DARI BESI MAUPUN KARET. SETELAH YAKIN
PESAWAT TERBANG TIDAK AKAN KEMBALI KE PARKING STAND
LETAKKAN WHEEL CHOCK KE TEMPAT YANG TELAH
DITENTUKAN.
TIPE-TIPE MARSHALLING SIGNAL

TERDAPAT 2 TIPE SIGNAL YAITU SIGNAL DARI


MARSHALLER DAN SIGNAL DARI PENERBANG.
SESUAI DENGAN KETENTUAN DARI ICAO ANNEX 2,
TERDAPAT 22 BUAH SIGNAL YANG TERDIRI DARI 17
SIGNAL DARI MARSHALLER DAN 5 BUAH DARI
PENERBANG (PIC). ABA-ABA YANG DIBERIKAN OLEH
PENERBANG DARI COCK PIT DENGAN
MENGGUNAKAN TANGAN DAN APABILA
DIPERLUKAN MENGGUNAKAN LAMPU
ABA-ABA YANG DIBERIKAN
PENERBANG
1. BRAKE (REM)

BILA TERLIHAT PENERBANG MENUTUP KEPALAN


TANGAN ATAU MEMBUKA JARI-JARINYA MENAN-
DAKAN SAAT MEMASANG ATAU MELEPASKAN REM :

A. MEMASANG REM, PENERBANG AKAN MENG-


ANGKAT TANGAN SEJAJAR DI DEPAN MUKA
DENGAN JARI TERBUKA DAN KEMUDIAN ME-
NUTUP (MENGGENGGAM).
B. MELEPAS REM, PENERBANG AKAN MENGANGKAT TANGAN
SEJAJAR DENGAN MUKA DENGAN JARI TERTUTUP DAN
KEMUDIAN MEMBUKA JARI-JARINYA.

2. WHEEL CHOCK (GANJAL RODA)

A. MEMASANG WHEEL CHOCK, PENERBANG AKAN


MENGANGKAT TANGAN DAN DIGERAKKAN KE
ARAH DALAM.
B. MELEPAS WHEEL CHOCK, PENERBANG AKAN
MENGANGKAT TANGAN DAN DIGERAKKAN KE
ARAH KELUAR.

3. MENGHIDUPKAN MESIN, PENERBANG MENGANGKAT


TANGAN DAN MENUJUKKAN DENGAN JARINYA NO-
MOR MESIN YANG AKAN DIHIDUPKAN.
JENIS-JENIS SIGNAL UNTUK FIXED
WING
SIGNALMAN
IKUTI PETUNJUK BERIKUTNYA DARI JURU ISYARAT

JURU ISYARAT MEMBERI PETUNJUK PADA PENERBANG,


TENTANG POSISI PARKING STAND
YANG DISEDIAKAN DENGAN CARA MENGANGKAT SATU
ATAU DUA TANGAN SAMBIL MELAMBAI-
LAMBAIKAN KE KIRI DAN KE KANAN BERULANG-
ULANG.
THIS BAY

IKUTI JALUR INI

KEDUA LENGAN LURUS DI ATAS KEPALA DAN


KEDUA PERMUKAAN BAT MENGHADAP
KEDALAM
MOVE A HEAD

BERGERAK MAJU

KEDUA LENGAN AGAK KESAMPING, KEDUA


PERMUKAAN BAT MENGARAH
KESAMPING DAN GERAKKAN
BERULANG-ULANG KE ATAS DAN KE
BAWAH SETINGGI PUNDAK
TURN LEFT

BELOK KIRI

LENGAN KANAN KEBAWAH, GERAKKAN


LENGAN KIRI KE DEPAN KE BELAKANG BER-
ULANG-ULANG, KECEPATAN GERAKKAN
MNENUNJUKKAN PERCEPATAN BELOKKAN
TURN RIGHT

BELOK KANAN

LENGAN KIRI KE BAWAH, GERAKKAN LENGAN


KANAN KE DEPAN KE BELAKANG BERULANG-
ULANG. KECEPATAN GERAKKAN LENGAN
MENUNJUKKAN PERCEPATAN BELOKAN
SLOW DOWN

JALAN MAJU PERLAHAN-LAHAN

KEDUA LENGAN AGAK KESAMPING DAN


PERMUKAAN BAT MENGHADAP KESAMPING
KEMUDIAN DIGERAKKAN NAIK TURUN
BEBERAPA KALI PERLAHAN-LAHAN.
STOP

BERHENTI

KEDUA LENGAN DIGERAKKAN MENYILANG DI


DIATAS KEPALA (KECEPATAN GERAKKAN LENGAN
AGAR DISESUAIKAN DENGAN KEBUTUHAN
MENGHENTIKAN PESAWAT TERBANG).
ENGAGE BRAKES

PASANG REM

LENGAN KANAN DIANGKAT SETINGGI DI ATAS


KEPALA DENGAN TANGAN MENGGEGAM/
MENGEPAL
CHOCK INSERTED

PASANG GANJAL RODA

KEDUA LENGAN DIANGKAT SETINGGI DI ATAS


KEPALA, KEDUA PERMUKAAN BAT
DIGERAKKAN DARI KIRI KEKANAN DAN DARI
KANAN KE KIRI BERSAMAAN SECARA SEJAJAR.
RELEASE BRAKE

LEPASKAN REM

LENGAN KANAN DIANGKAT SETINGGI DI ATAS


KEPALA DENGAN TANGAN MEMBUKA
GENGGAMAN
CUT ENGINES

MATIKAN MESIN

LENGAN LURUS SETINGGI PUNDAK PERMUKAAN


BAT MENGHADAP KEBAWAH, KEMUDIAN
TANGAN KANAN ATAU KIRI DIGERAKKAN KE
ATAS GERAKAN TANGAN KESAMPING
MEMOTONG TENGGORAKAN
ALL CLEAR

SEMUA BERES

SIKU KANAN DITEKUK DAN LENGAN KANAN


TEGAK LURUS KE ATAS SAMBIL
MENGACUNGKAN IBU JARI
EMERGENCY STOP
BERHENTI KEADAAN DARURAT
KEDUA LENGAN DIGERAKKAN KEATAS KEPALA DAN MENYILANG
SECARA CEPAT
V. VISUAL DOCKING
GUIDANCE SYSTEM (VDGS)
Adalah system yang terdiri dari
beberapa unit alat bantu visual untuk
membantu pesawat terbang dalam
pemanduan pada arah gerakan maju
pesawat terbang ke parking stand di
apron dan dapat berhenti tepat pada
titik yang benar.
VDGS terdiri dari satu unit indicator
untuk pesawat terbang yang disebut
Optical Guidance System (Azimuth)
dan satu unit indicator untuk Optical
Stoping System pesawat terbang.
Tiap unit diperlengkapi dengan
indicator lampu yang dapat dihidupkan
dan dimatikan sesuai dengan
kebutuhan dan akan secara otomatis
“OFF”, bila tidak difungsikan kurang
lebih selama 20 menit.
Faktor-faktor yang harus mendapat
perhatian dalam evaluasi kebutuhan untuk
visual Docking Guidance System adalah
ketelitian. Banyaknya pesawat terbang
yang menggunakan parking stand, keadaan
cuaca, ruang yang tersedia di apron dan
ketepatan di posisi parking sesuai
kebutuhan. Sistem terdiri dari Azimuth
Guidance dan Stopping Guidance.
Unit Azimuth Guidance dan indicator posisi
stopping didesain sebagai berikut:
• Indicator mempunyai ketelitian untuk
memberi informasi kepada penerbang
• Mereka dapat dimatikan bila parking
stand tidak digunakan
Unit Azimuth Guidance dan indicator posisi
stopping diletakkan sedemikian rupa
sehingga kontinuitas pemanduan antara
tanda parking stand, tanda lampu
pergerakkan pesawat terbang bila
diberikan dan visual Docking Guidance
System dapat dijamin.
Kedua indikator tersebut (azimuth dan
stop) menggunkan kode warna merah dan
hijau. Bila Stopping Guidance ditunjukkan
dengan perubahan warna, hijau digunakan
untuk memperlihatkan bahwa pesawat
terbang dapat masuk dan warna merah
memperlihatkan bahwa titik stop telah
dicapai.
Peralatan ini memberikan informasi kepada
penerbang (Pilot in Command) untuk bergerak
maju ke center line ke posisi parking stand.
Lampu VDGS terdiri dari 2 lampu tegak lurus,
warna merah dan hijau atau sebagai hijau yang
tergantung dari posisi pesawat terbang pada
saat bergerak mendekati atau menuju parking
stand. Bila posisi pesawat di sebelah kiri/kanan
dari garis tengah, maka akan terlihat garis hijau.
Teknis Operasi Panel Kontrol dan
Monitoring
Panel monitoring VDGS digunakan secara
manual dalam mengontrol dan menyusun
proses operasi pemanduan pesawat
terbang. Control panel ini diletakkan di
bawah gang way dekat rontunda,
aviobridge pada parking stand di apron.
Bagian-bagian alat ini terdiri dari:

• 6 Knob pemilih tipe pesawat terbang


• Lampu indikator berwarna hijau untuk
memperlihatkan bahwa tipe pesawat dan Optical
Docking Guidance System dalam keadaan normal
• Lampu indikator berwarna merah
memperlihatkan bahwa semua diatas dalam
keadaan abnormal
• Knob emergency digunakan untuk operasi “OFF”
sebelum waktu 20 menit bekerja (diset dengan
timer)
• satu digunakan untuk tes lampu yang ada dalam
system test.
Prosedur Operasi VDGS
• Tekan knob tes lampu, semua lampu harus menyala
• Tekan knob yang berhubungan dengan tipe pesawat terbang
yang akan diparkir. Perlu mendapat perhatian pada panel
monitoring, semua indikator harus terlihat sebagai berikut:
• Lampu indikator berwarna hijau “ON”
• Lampu indikator berwarna merah “OFF”
• Lampu optical dicking guidance “ON”
• Lampu Stopping docking guidance “ON”
• Indikator untuk tipe pesawat terbang “ON”
• Switch “ON”/”OFF”
• Switch diset dengan timer. Dalam keadaan normal diset untuk
20 menit, sesudah waktu tersebut lampu secara otomatis
akan “OFF”. Dalam keadaan rusak, operator dapat menekan
knob “OFF”.

Anda mungkin juga menyukai